gambaran inovasi teknologi produksi ukm -...
TRANSCRIPT
GAMBARAN INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI UKM
(Studi Kasus pada Usaha “Sehati” di Salatiga Jawa Tengah)
Oleh:
ANDREE NARWOTO
NIM : 212009013
KERTAS KERJA
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan – Persyaratan Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS :EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI :MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013
ii
iii
iv
MOTTO
“Semua mimpi kita akan menjadi nyata – apabila
kita berani mengejarnya”
(Walt Disney)
v
ABSTRACT
Nowadays, most of businesses in Indonesia are SMEs (Small and Medium Entreprises).
A growing number of SMEs cause thougher competition. Innovation is one of the
solutions of these problem. Some SMEs have developed the innovation on the final
products. This research was aimed to find out the interesting sides of innovation on the
production technology which are rarely done by using 4P‟s Creativity approach. This
research used qualitative methods with the research object was “Sehati” business in
Salatiga Central Java, which is one of the snack-making business. The result of this
research was innovation of production technology on “Sehati” business can be
reviewed from the perspective of Person or personality, Press or urge to innovation,
Process of innovation that has been done, and Product or the end result of innovation
that has been created. In addition, innovation of production technology bring the
benefits for increasing effectiveness and efficiency of production, as well as bringing
benefits for other people as a medium of learning and inspiration.
Keywords: Innovation, technology, creativity, SMEs
vi
SARIPATI
Saat ini, sebagian besar bisnis yang terdapat di Indonesia merupakan UKM (Usaha
Kecil dan Menengah). Jumlah UKM yang semakin bertambah menyebabkan persaingan
usaha semakin ketat. Inovasi merupakan salah satu solusi dari masalah ini. Beberapa
UKM telah mengembangkan inovasi pada produk akhir. Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui sisi menarik inovasi teknologi produksi pada UKM yang
jarang dilakukan dengan menggunakan pendekatan 4P Kreativitas. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan obyek penelitian usaha “Sehati” di Salatiga
Jawa Tengah yang menghasilkan produk makanan ringan. Hasil dari penelitian ini
adalah inovasi teknologi produksi pada usaha “Sehati” dapat ditinjau dari sudut pandang
Person atau kepribadian, Press atau dorongan untuk berinovasi, Process atau proses
inovasi yang dilakukan, dan Product atau hasil akhir dari inovasi yang telah diciptakan.
Selain itu, inovasi teknologi produksi yang dilakukan membawa manfaat bagi
peningkatan efektifitas dan efisiensi produksi, serta membawa manfaat bagi orang lain
sebagai media belajar dan inspirasi.
Kata kunci: Inovasi, teknologi, kreativitas, UKM
vii
KATA PENGANTAR
Inovasi merupakan salah satu hal terpenting di dalam perjalanan sebuah bisnis,
tidak terkecuali bagi bisnis dengan level UKM (Usaha Kecil dan Menengah).
Keunggulan kompetitif merupakan hal yang dapat diraih dengan penerapan inovasi.
Bagi UKM, inovasi tidak hanya terbatas pada inovasi produk yang banyak dilakukan,
namun juga dapat berupa inovasi teknologi produksi.
Dalam kertas kerja ini, penulis melakukan penelitian untuk mendapatkan
gambaran inovasi teknologi produksi yang dilakukan oleh usaha “Sehati” Salatiga.
Penulis tertarik untuk meneliti usaha ini karena pemilik usaha “Sehati” merupakan
sedikit dari pengusaha yang sekaligus inovator teknologi produksi pada level UKM di
kota Salatiga. Inovasi pada teknologi produksi yang telah dilakukan juga membawa
banyak manfaat.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian
selanjutnya dan bahan masukan bagi pihak-pihak terkait. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Salatiga, 1 Mei 2013
Penulis
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Di dalam kertas kerja ini penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan dukungan dan doa kepada
penulis selama pembuatan kertas kerja ini. Secara khusus ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada:
1. Ibu Ir. Lieli Suharti, MM, Ph.D, selaku pembimbing yang telah membimbing
penulis sejak awal sampai terselesaikannya kertas kerja ini dengan baik.
2. Bapak Hari Sunarto,S.E, MBA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
3. Ibu Roos Kities Andadari, S.E, MBA, Ph.D, selaku Ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana.
4. Bapak Prof. Christantius Dwiatmaja, S.E., ME, Ph.D, selaku dosen wali studi
penulis.
5. Seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah membekali
penulis ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat selama penulis
menempuh pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana.
6. Bapak Eko Susilo yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian
terhadap beliau dan usaha “Sehati” milik beliau selama beberapa waktu.
7. Kedua orang tua dan adik-adik penulis yang telah memberi dukungan berupa
semangat dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Sari Sulis Setyaningsih yang selalu memberikan dukungan dan motivasi
dalam penyelesaian kertas kerja ini.
ix
9. Seluruh fungsionaris Kelompok Studi Manajemen (KSM) angkatan 2008-
2011 yang telah bersama-sama dengan penulis belajar berorganisasi dalam
suka dan duka selama tiga tahun.
10. Korps Asisten Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah memberikan
pengalaman mengajar kepada penulis selama perkuliahan.
11. Sahabat-sahabat selama penulis berkuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana; Edy, Handoko, Lina, Hendy; serta sahabat-
sahabat FEB angkatan 2009 lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu.
Salatiga, 1 Mei 2013
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................................... i
Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ........................................................................... ii
Halaman Pengesahan ............................................................................................... iii
Moto ......................................................................................................................... iv
Abstract .................................................................................................................... v
Saripati ..................................................................................................................... vi
Kata Pengantar ......................................................................................................... vii
Ucapan Terima Kasih ............................................................................................... viii
Daftar Isi................................................................................................................... x
Daftar Tabel ............................................................................................................. xii
Daftar Gambar .......................................................................................................... xiii
Daftar Diagram......................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ....................................................................................................... xv
1. Pendahuluan ....................................................................................................... 16
2. Telaah Teoritis .................................................................................................... 19
2.1 Pengertian Inovasi ......................................................................................... 19
xi
2.2 Pendekatan 4P Kreativitas ............................................................................. 20
2.3 Manfaat Inovasi ............................................................................................. 28
3. Metode Penelitian ............................................................................................... 29
4. Hasil dan Pembahasan ....................................................................................... 31
4.1 Gambaran Obyek Penelitian .......................................................................... 31
4.2 Ciri-Ciri Kepribadian Kreatif Pemilik Usaha “Sehati” ................................. 34
4.3 Faktor-Faktor Pendorong Inovasi Pemilik Usaha “Sehati” ........................... 37
4.4 Proses Inovasi Teknologi Pemilik Usaha “Sehati” ........................................ 42
4.5 Hasil Inovasi Teknologi Usaha “Sehati” ....................................................... 47
4.6 Manfaat Inovasi Teknologi Usaha “Sehati” .................................................. 52
5. Penutup ............................................................................................................... 57
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 57
5.2 Saran .............................................................................................................. 59
5.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 60
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 61
Daftar Riwayat Hidup Penulis .............................................................................. 67
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Ciri-Ciri Orang Kreatif Menurut Beberapa Ahli........................................ 21
Tabel 2. Jenis dan Variasi Produk Usaha “Sehati” .................................................. 32
Tabel 3. Riwayat Pemilik Usaha “Sehati” ............................................................... 33
Tabel 4. Mesin Hasil Inovasi Terobosan.................................................................. 47
Tabel 5. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 1 ............................................................ 48
Tabel 6. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 2 ............................................................ 49
Tabel 7. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 3 ............................................................ 50
Tabel 8. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 4 ............................................................ 51
Tabel 9. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 5 ............................................................ 51
Tabel 10. Perbandingan Kualitas Produk Antara Sebelum dan Sesudah Penggunaan
Mesin ........................................................................................................................ 53
Tabel 9. Manfaat Inovasi Bapak Eko Susilo Bagi Karyawan Usaha “Sehati” dan
Masyarakat Sekitar ................................................................................................... 56
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Mesin Peniris Minyak ............................................................................ 47
Gambar 2. Sensor Pengontrol Panas Minyak Goreng .............................................. 48
Gambar 3. Mesin Pelumur Bumbu ......................................................................... 49
Gambar 4. Mesin Pelumur Tepung ......................................................................... 49
Gambar 5. Mesin Ayak ............................................................................................ 49
Gambar 6. Mesin Pembersih Kotoran Kedelai ........................................................ 51
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1. Inovasi Terobosan Bapak Eko Susilo ................................................... 44
Diagram 2. Inovasi Inkremental Bapak Eko Susilo ................................................. 46
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan ................................................................................ 64
16
1. Pendahuluan
Saat ini, UKM (Usaha Kecil dan Menengah) memegang peranan penting di
dalam perekonomian Indonesia. Gerakan Kewirausahaan Nasional yang
dicanangkan pemerintah Indonesia pada tahun 2011 merupakan bukti bahwa
pemerintah sadar, kewirausahaan adalah solusi bagi banyaknya pengangguran
yang masih menjadi masalah serius di Indonesia. Untuk pengusaha-pengusaha di
sektor UKM, selain bertujuan untuk dapat mandiri secara ekonomi, UKM
bertujuan untuk lebih banyak menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Sesuai dengan data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UKM di Indonesia
tercatat sebanyak 55,206 juta unit usaha atau 99,99% dari total pelaku usaha yang
jumlahnya sebanyak 55,211 juta unit usaha (http://www.depkop.go.id/, 2012).
Jumlah ini berpotensi terus berkembang, apalagi ditunjang dengan kenyataan
bahwa rata-rata pengusaha baru memulai bisnisnya dari level UKM. Muharram
dalam Sulistiyo (2012) mengatakan bahwa pada tahun 2012, jumlah pengusaha
pencipta lapangan kerja di Indonesia bertumbuh ke angka 1,56% dari jumlah
penduduk, yang tadinya hanya 0,24% di tahun 2009.
Dengan jumlah UKM yang bertambah terus setiap tahunnya, banyak UKM
yang terlibat di dalam persaingan secara langsung, karena sangat terbuka
kemungkinan banyak UKM menghasilkan produk yang sejenis. Berdasarkan hal
ini dibutuhkan inovasi sebagai pembeda. Inovasi adalah kemampuan untuk
menerapkan solusi kreatif terhadap permasalahan dan peluang untuk
meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan orang-orang (Zimmerer, 2008,
p.57). Inovasi mutlak diperlukan, tidak terkecuali dalam ranah UKM. Menurut
Wijayanti dan Puspitasari mengutip Mc.Grath et al. (1996), inovasi di dalam suatu
usaha dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif dibandingkan dengan pesaing.
17
Selain itu, inovasi juga merupakan inti dari semangat kewirausahaan, dimana
seorang pengusaha harus senantiasa berubah dengan inovasi untuk mencapai
kesuksesan yang lebih dalam bisnis (Adhi dan Bawono, 2009, p.72).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti dan Puspitasari (2005),
diperoleh hasil bahwa sebagian besar jenis inovasi yang dilakukan oleh UKM
adalah inovasi produk, yaitu dengan penciptaan produk-produk baru untuk dijual.
Ini ditegaskan oleh hasil penelitian yang sama dari Nugroho (2009) bahwa inovasi
pada UKM mayoritas berfokus pada produk yang langsung bersinggungan dengan
konsumen. Contoh paling nyata dapat ditemukan pada bisnis makanan, dimana
banyak usaha berlomba-lomba dalam memproduksi makanan jenis baru ataupun
varian baru demi menarik konsumen. Hasil penelitian Nugroho (2009) juga
menunjukkan bahwa hanya 30% UKM yang melakukan inovasi dalam proses
produksi. Ini menunjukkan bahwa inovasi proses produksi masih jarang dilakukan
oleh UKM. Hasil penelitian Ellitan (2006) bahwa strategi dan bentuk inovasi yang
tepat dapat meningkatkan kinerja finansial dan kinerja perusahaan secara
keseluruhan. Hasil ini menunjukkan bahwa inovasi proses produksi juga dapat
menjadi salah satu elemen penting di dalam keberhasilan usaha. Di dalam dunia
usaha, inovasi proses produksi dapat berwujud inovasi teknologi. Contoh yang ada
saat ini adalah mesin pembuat rengginang (Triwitono, 2011) dan mesin pembuat
kerupuk (Maksindo, 2004) yang dijual. Walaupun sedikit, pencipta inovasi
teknologi produksi pada UKM tetap dapat menunjukkan eksistensinya. Artikel
koran Kompas (2 Agustus 2010) berjudul “Inovasi „Nakal‟ Eko Susilo”
membuktikan hal ini. Dijelaskan bahwa Bapak Eko Susilo sebagai pemilik dari
usaha “Sehati” melakukan inovasi dengan cara menciptakan mesin-mesin produksi
untuk produksi makanan ringan. Usaha “Sehati” merupakan sebuah UKM yang
18
bergerak dalam usaha pembuatan makanan ringan berbahan baku kacang-
kacangan. Inovasi yang dilakukan berawal dari ketidaksengajaan dan proses
berpikir yang unik. Bapak Eko Susilo mampu menciptakan mesin-mesin produksi
yang sangat inovatif sehingga menghasilkan proses produksi yang efektif dan
efisien. Beliau telah mendapatkan pengakuan atas inovasinya, yaitu masuk ke
dalam 10 besar lomba kreativitas alat tingkat Jawa Tengah tahun 2010 (Kompas, 2
Agustus 2010).
Untuk melihat inovasi pada sebuah usaha, dapat digunakan berbagai
pendekatan. Munandar (2009) mengatakan bahwa salah satu pendekatan yang
digunakan untuk melihat sebuah inovasi adalah pendekatan 4P Kreativitas. Dalam
pendekatan ini, inovasi dan kreativitas merupakan dua hal yang saling berkaitan
dan tidak dapat dipisahkan. Di dalam pendekatan 4P Kreativitas, inovasi dilihat
dari dimensi Person, Press, Process, serta Product. Aspek Person melihat
kreativitas dari sudut pandang pribadi individu yang melakukan inovasi. Aspek
Press melihat dorongan apa saja yang membuat seseorang kreatif dan mampu
melakukan inovasi. Aspek Process melihat proses kreatif yang dilakukan untuk
dapat menghasilkan sebuah inovasi. Sedangkan aspek Product melihat hasil akhir
dari inovasi yang telah dilakukan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka studi ini akan meneliti gambaran
inovasi di dalam usaha “Sehati” milik Bapak Eko Susilo. Keunikan dari mesin-
mesin inovasi Bapak Eko Susilo serta proses penciptaannya merupakan hal yang
menarik dari penelitian ini. Inovasi beliau akan diuraikan dengan menggunakan
pendekatan 4P Kreativitas. Segi Person Bapak Eko Susilo akan diketahui dari ciri-
ciri kepribadian kreatif yang dimiliki olehnya. Press diketahui dari faktor-faktor
pendorong inovasinya. Pada aspek Process dibahas mengenai proses dari awal
19
sampai akhir yang dilakukan Bapak Eko Susilo ketika melakukan inovasi. Product
akan membahas mengenai seluk beluk mesin-mesin inovasi Bapak Eko Susilo.
Manfaat inovasi juga akan dibahas untuk mengetahui sejauh mana inovasi Bapak
Eko Susilo dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Dengan demikian,
permasalahan-permasalahan yang akan diangkat di dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa sajakah ciri-ciri kepribadian kreatif yang menonjol yang dimiliki
oleh pemilik usaha “Sehati”?
2. Faktor-faktor apakah yang menjadi pendorong inovasi pemilik usaha
“Sehati”?
3. Bagaimanakah proses inovasi teknologi yang dilakukan oleh pemilik
usaha “Sehati”?
4. Apa sajakah hasil inovasi teknologi dari pemilik usaha “Sehati”?
5. Apakah manfaat yang diperoleh dari inovasi teknologi pemilik usaha
“Sehati” baik bagi pihak internal maupun eksternal?
2. Telaah Teoritis
2.1 Pengertian Inovasi
Menurut Zimmerer dan Scarborough (2008, p.57), inovasi adalah
kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap permasalahan dan
peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan orang-orang.
Selanjutnya Hasan dan Setiadji (2010, p.36) menyatakan bahwa inovasi adalah
penemuan atau terobosan yang menghasilkan produk baru yang belum pernah
ada sebelumnya atau mengerjakan sebuah produk yang sudah ada dengan cara
yang baru. Hendro (2011, p.121) menyatakan inovasi merupakan proses kreatif
20
yang membuat obyek-obyek dan substansi baru yang berguna bagi manusia,
namun lebih luas dari sekedar penemuan dan jangka waktunya lama.
Berdasarkan berbagai sumber di atas, inovasi dapat diartikan sebagai sebuah
proses kreatif untuk memecahkan permasalahan yang ada, dengan cara
menghasilkan produk baru yang belum pernah ada sebelumnya atau mengubah
sebuah produk yang sudah ada, sifatnya lebih luas dari sekedar penemuan dan
berlaku untuk jangka waktu yang lama.
2.2 Pendekatan 4P Kreativitas
Dalam perjalanannya, inovasi sangat berkaitan dengan kreativitas.
Menurut Zimmerer dan Scarborough (2008, p.57), kreativitas adalah
kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-
cara baru dalam melihat masalah dan peluang. Adhi dan Bawono (2009, p.73)
juga berkata bahwa dengan kreativitas seseorang menciptakan ide-ide atau
gagasan tentang produk ataupun cara dalam menjalankan bisnis. Kemudian ide
tersebut dikembangkan sehingga menjadi hasil akhir dari inovasi. Menurut
Munandar (2009), kreativitas dapat dikelompokkan kedalam empat dimensi
yang dikenal sebagai pendekatan 4P Kreativitas yang terdiri dari:
Dimensi Person
Dalam dimensi Person, kreativitas dalam inovasi dilihat dari sudut
pandang kepribadian individu yang bersangkutan. Kreativitas dipercaya
merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki diri seseorang. Menurut Jung
dalam Munandar (2009), ketidaksadaran memainkan peranan yang sangat
penting dalam kreativitas. Alam pikiran bawah sadar dibentuk oleh masa lalu
pribadi. Secara tidak sadar seseorang mengingat pengalaman-pengalaman yang
paling berpengaruh dalam hidupnya dan hal itu yang membuat seseorang
21
menjadi kreatif. Terdapat berbagai ciri-ciri orang kreatif dari beberapa ahli
sebagai berikut:
Tabel 1. Ciri-Ciri Orang Kreatif Menurut Beberapa Ahli
Winardi Zimmerer dan
Scarborough
Munandar
1. Suka mengamati
masalah yang tidak
diperhatikan orang lain.
2. Suka mencari ide-ide
baru dari banyak
sumber.
3. Cenderung memiliki
banyak solusi alternatif
ketika menghadapi
masalah.
4. Menentang hal-hal klise
dan tidak terhalang oleh
kebiasaan-kebiasaan.
5. Memiliki pemikiran
yang fleksibel.
1. Tidak cepat puas.
2. Tidak mudah putus
asa.
3. Menantang
kebiasaan, rutinitas,
dan tradisi.
4. Suka termenung
larut dalam pikiran.
5. Menjadi pemikir
yang produktif.
6. Melihat masalah dari
berbagai sudut
pandang.
7. Tidak takut gagal.
8. Melihat masalah
sebagai batu
loncatan bagi ide
baru.
9. Fleksibel.
1. Rasa ingin tahu yang
besar.
2. Memiliki minat yang
luas.
3. Menyukai aktivitas
kreatif.
4. Mandiri
5. Percaya diri.
6. Berani mengambil
resiko.
7. Tidak takut membuat
kesalahan.
8. Berani mengemukakan
pendapat.
9. Tidak mudah putus
asa.
10. Penuh energi.
11. Spontan
12. Suka terhadap hal-hal
baru.
13. Humor yang tinggi.
14. Melihat masalah dari
berbagai perspektif.
15. Suka mengkhayal
mengenai ide-ide.
Sumber: Winardi (2004), Zimmerer dan Scarborough (2008), Munandar
(2009)
Berdasarkan beberapa ahli di atas, maka ciri-ciri kepribadian kreatif dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Rasa ingin tahu yang besar, sehingga suka mengamati masalah yang
tidak diperhatikan orang lain.
2. Suka mencari ide-ide baru dan memiliki minat yang luas.
3. Menyukai aktivitas kreatif.
4. Melihat masalah sebagai batu loncatan kepada ide baru.
22
5. Berpikir mengenai sesuatu dari berbagai sudut pandang.
6. Suka menantang kebiasaan, rutinitas, dan tradisi.
7. Tidak cepat puas.
8. Tidak takut gagal sehingga suka mengambil resiko.
9. Mandiri dan percaya diri.
10. Berani mengemukakan pendapat.
11. Bersifat spontan.
12. Memiliki selera humor yang tinggi.
Dimensi Press
Dalam dimensi Press, kreativitas dilihat berdasarkan faktor-faktor apa
saja yang mendorong seseorang menjadi kreatif dan inovatif. Menurut
Munandar (2009, p.37), dorongan menjadi kreatif dan inovatif lebih
disebabkan setiap orang condong ingin mewujudkan potensinya, mewujudkan
dirinya, berkembang, serta menjadi matang. Faktor-faktor pendorong tersebut
dapat dilihat dari sisi internal inovator maupun dari sisi eksternalnya. Carter
dan Williams dalam Gracia (2003) mengatakan terdapat beberapa alasan
sebuah perusahaan melakukan inovasi, yaitu:
1. Keinginan untuk mengatasi kekurangan bahan baku.
2. Keinginan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja.
3. Keinginan untuk mengatasi kelebihan permintaan.
4. Adanya keinginan dari konsumen akan tipe produk baru.
5. Adanya tekanan langsung dari persaingan industri dalam negeri maupun
luar negeri.
Sedangkan Iswanto mengutip Walton (1987) berkata bahwa dorongan yang
menyebabkan perusahaan melakukan inovasi adalah:
23
1. Kompetisi yang tidak menguntungkan di dalam perusahaan sehingga
pekerja mencari alternatif penyelesaian lain.
2. Ketidakefisienan metode kerja yang selama ini digunakan.
3. Tekanan dari pasar produk dan pasar tenaga kerja.
Hal di atas ditegaskan oleh Winardi (2003, p.201) bahwa dorongan untuk
seseorang berpikir kreatif dan inovatif dapat berasal dari berbagai macam
sumber, yaitu:
1. Para konsumen.
Konsumen seringkali menjadi sumber inspirasi untuk
berkreativitas dan berinovasi, yang menyebabkan terciptanya produk atau
jasa baru. Pengusaha tidak dapat menutup mata bahwa dalam pertemuan-
pertemuan dengan konsumen terkadang akan muncul ide-ide brilian.
2. Perusahaan-perusahaan pesaing.
Pengusaha perlu memonitor dan mengevaluasi produk-produk
perusahaan pesaing lain yang telah ada di pasar sebelumnya. Pada
aktivitas ini, benchmarking sangat bermanfaat, sehingga seorang
pengusaha dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan dari produk yang
sudah ada di pasaran. Dengan demikian inovasi yang kreatif dapat
dilakukan dengan “imitation with modification”.
3. Saluran distribusi.
Distributor menjadi sumber-sumber yang baik untuk
mendapatkan ide-ide kreatif untuk inovasi. Distributor adalah orang-
orang yang telah mengenal karakteristik pasar, sehingga mereka biasanya
memiliki sejumlah saran yang dapat mengarahkan kita untuk
menciptakan suatu inovasi yang kreatif dalam produk kita.
24
4. Pemerintah
Pemerintah dapat membantu seseorang dalam menemukan dan
menciptakan ide-ide kreatif untuk inovasi, salah satunya dengan adanya
Biro Paten. Walaupun paten-paten yang sudah ada tidak boleh ditiru,
tetapi mungkin saja paten-paten yang sudah ada tersebut dapat
menginspirasi seseorang untuk menciptakan produk-produk kreatif lain.
Selain itu dapat juga kreativitas muncul seiring dengan pengusaha yang
bereaksi atas adanya peraturan pemerintah. Sebagai contoh, adanya
peraturan pemerintah tentang keselamatan pekerjaan, mengilhami
terciptanya helm keselamatan kerja.
5. Riset dan pengembangan.
Sumber kreativitas dan inovasi yang terbesar adalah riset dan
pengembangan dari seorang pengusaha. Hal yang harus ditekankan
adalah riset dan pengembangan membutuhkan skill individu yang sesuai.
Dengan adanya riset dan pengembangan, pengusaha dapat mengetahui
keinginan konsumen, kemudian dapat menciptakan solusi dengan
pengembangan yang terus-menerus.
Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Iswanto (2001),
diperoleh hasil bahwa faktor pendorong yang berpengaruh terhadap inovasi
proses produksi pada tingkat perusahaan adalah faktor internal perusahaan,
sedangkan faktor eksternal perusahaan tidak berpengaruh. Penyebab faktor
eksternal yang tidak berpengaruh adalah obyek penelitian hanya
mempertimbangkan kinerja perusahaan untuk melakukan inovasi dan
mengabaikan saran dari pasar.
25
Dimensi Process
Dalam dimensi Process, kreativitas dalam inovasi dilihat sebagai
sebuah proses berpikir sejak awal sampai terciptanya suatu ide unik dan
kreatif. Supardi mengutip De Bono (1970) mengatakan bahwa terdapat empat
tahapan dari proses kreativitas, yaitu:
1. Tahap persiapan atau akumulasi pengetahuan.
Tahap persiapan atau akumulasi pengetahuan merupakan tahap
awal dari proses kreativitas. Pada tahap ini seseorang mempersiapkan diri
untuk memecahkan masalah dengan mengumpulkan pengetahuan melalui
membaca, bertanya dengan orang lain, menghadiri pertemuan-pertemuan
bisnis, ataupun terjun dalam bidang tertentu sehingga menyebabkan ide-
ide kreatif dapat terkumpul.
2. Proses inkubasi.
Tahap inkubasi adalah tahap penantian ide kreatif yang
diharapkan. Pada tahap ini seseorang tidak harus terus-menerus
memikirkan masalah yang sedang dihadapi, tetapi dapat sambil
melakukan kegiatan lainnya, yang sama sekali tidak ada hubungannya
dengan masalah yang dihadapi. Hal ini dilakukan supaya ide-ide spontan
dapat muncul apabila pikiran dari individu yang bersangkutan lebih rileks
dan tidak terbebani suatu masalah.
3. Melahirkan ide.
Pada tahap ini, ide atau solusi kreatif yang dicari selama ini mulai
muncul. Terkadang ide yang ditemukan dapat muncul di situasi yang
tidak terduga dan spontan, bahkan muncul pada saat yang tidak ada
hubungannya dengan masalah yang ada. Setelah munculnya ide ini,
26
individu yang bersangkutan harus cepat tanggap untuk menangkap dan
melanjutkan ide tersebut ke tahap berikutnya.
4. Evaluasi dan implementasi.
Tahap ini adalah tahap terakhir dari proses kreativitas. Dalam
tahap ini, diperlukan sikap serius, disiplin, dan konsentrasi. Dari ide yang
muncul di dalam tahap ketiga, individu yang bersangkutan harus menguji
dan memodifikasi ide tersebut sehingga didapatkan bentuk yang matang
dari ide tersebut. Lebih penting lagi, ia tidak menyerah begitu saja bila
bertemu kendala. Bahkan biasanya berhasil mengembangkan ide setelah
beberapa kali mencoba.
Dimensi Product
Di dalam dimensi Product, kreativitas dalam inovasi dilihat dari apa
yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang sama sekali baru atau sebuah
penggabungan yang inovatif. Menurut Hendro (2011, p.124), inovasi dapat
dibedakan menjadi:
1. Inovasi produk, yaitu inovasi yang dilakukan pada isi produk (rasa,
kualitas) atau kemasan (pembungkus, tulisan, warna, bentuk).
2. Inovasi marketing, yaitu inovasi yang dilakukan pada cara penjualan,
pendistribusian, atau pengiklanannya.
3. Inovasi proses, yaitu inovasi yang dilakukan pada proses penciptaan
produk, proses produksi, proses teknologi pengemasan, proses riset dan
pengembangan, atau proses menciptakan mesin baru.
4. Inovasi teknikal, yaitu inovasi yang dilakukan pada teknik desain, teknik
pengerjaan, atau teknik pengawasannya.
27
5. Inovasi administrasi, yaitu inovasi yang dilakukan pada penyimpanan
data atau pada pembuatan dan pengumpulan data.
Sedangkan Pearce dan Robinson (2007, p.524) mengatakan bahwa hasil akhir
inovasi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Inovasi inkremental (incremental innovation).
Inovasi inkremental (incremental innovation) diartikan sebagai
perubahan atau penyesuaian sederhana dari produk, jasa, atau proses
yang ada. Pada inovasi inkremental, yang menjadi kekuatan adalah
penyempurnaan dari produk, jasa, ataupun proses yang sudah ada
sebelumnya sehingga diperoleh produk, jasa atau proses yang lebih baik.
Prinsip dari inovasi ini adalah modifikasi.
2. Inovasi terobosan (breakthrough innovation).
Inovasi terobosan (breakthrough innovation) adalah inovasi
dalam hal produk, proses, teknologi, atau biaya yang menunjukkan
lompatan kuantum kearah perbaikan. Pada inovasi jenis ini, arah
perbaikan dapat menciptakan produk, proses, ataupun teknologi yang
sama sekali baru. Secara umum inovasi terobosan membutuhkan sumber
daya yang lebih banyak serta resiko yang lebih banyak pula dibandingkan
dengan inovasi inkremental. Hal ini dikarenakan pada inovasi terobosan
memerlukan pertimbangan yang lebih matang dan memastikan bahwa
hasil inovasi terobosan dapat mendukung tujuan usaha di masa yang akan
datang. Apalagi hasil inovasi terobosan belum teruji benar dikarenakan
hasil inovasi ini belum pernah ada sebelumnya.
28
2.3 Manfaat Inovasi
Dari hasil akhir inovasi dapat diperoleh manfaat-manfaat. White dan
Bruton (2007) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis manfaat yang diperoleh
dari inovasi dan teknologi, yaitu:
1. Manfaat inovasi bagi perusahaan.
Inovasi dan teknologi tidak hanya berdampak pada satu sisi di
dalam sebuah perusahaan, namun dapat berpengaruh pada beberapa sisi.
Teknologi baru memungkinkan perusahaan mampu menekan harga dan
meningkatkan kuantitas produk, sehingga dapat meningkatkan
penawaran dari perusahaan. Di sisi lain, teknologi baru memungkinkan
lebih banyak informasi mengenai produk yang diterima calon konsumen,
sehingga lebih banyak calon konsumen yang menjadi konsumen
perusahaan tersebut. Dengan kata lain teknologi dapat meningkatkan
permintaan.
2. Manfaat inovasi bagi masyarakat.
Inovasi dan teknologi dapat bermanfaat bagi masyarakat pada
umumnya. Rata-rata industri yang bergerak di dalam bidang inovasi
teknologi memiliki prospek yang cerah, sehingga mampu menyerap lebih
banyak tenaga kerja dibandingkan dengan industri yang lain. Dengan
cara ini pengangguran dapat ditekan dan kesejahteraan masyarakat dapat
meningkat.
Sedangkan menurut Tiwari dan Buse (2007), juga terdapat tiga dampak atau
manfaat inovasi pada proses produksi bagi kalangan internal usaha, yaitu:
1. Kualitas produk yang semakin baik.
2. Biaya yang semakin rendah.
29
3. Waktu produksi yang semakin singkat.
Ketiga dampak di atas dapat terjadi karena adanya proses reengineering. Jika
reenginering berhasil, maka sebuah usaha akan dapat meningkatkan kinerja
organisasi dan karyawannya (Davidson dalam Ellitan dan Anatan, 2009). Di
dalam sebuah produksi, teknologi tinggi dapat menghasilkan produk yang
berkualitas lebih baik. Biaya dapat lebih ditekan karena dengan teknologi dapat
mengurangi biaya tenaga karyawan. Teknologi yang lebih tinggi juga dapat
membuat proses produksi menjadi lebih cepat dibandingkan dengan
menggunakan tenaga manusia.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Soleh (2008) serta
Putra (2011) diperoleh hasil bahwa inovasi yang dilakukan pada UKM
memiliki dampak atau manfaat bagi kinerja UKM tersebut. Kumar dan Chadee
dalam Kosasih (2011) juga mengatakan bahwa penerapan teknologi yang lebih
tinggi dapat menjadi salah satu sumber yang dapat dikelola untuk menjaga
daya saing sebuah usaha.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah studi kasus yang dilakukan terhadap usaha
“Sehati” yang merupakan salah satu UKM dengan produksi makanan ringan. Pada
penelitian ini diteliti mengenai gambaran inovasi yang dilakukan oleh pemilik
usaha “Sehati” ditinjau dari pendekatan 4P Kreativitas. Untuk pengumpulan data
awal dibagi menjadi dua, yaitu pengambilan data primer dan sekunder.
Pengambilan data primer menggunakan metode wawancara langsung kepada
narasumber dengan bantuan pedoman pertanyaan wawancara yang telah disusun
sebelumnya. Narasumber utama pada penelitian ini adalah Bapak Eko Susilo
30
sebagai pemilik usaha “Sehati”. Beliau merupakan pelaku utama dari inovasi pada
penelitian ini. Selain itu dua narasumber yang lain adalah istri dan salah satu
karyawan Bapak Eko Susilo yang bernama Bapak Slamet. Mengingat bahwa istri
Bapak Eko Susilo mengetahui beberapa seluk beluk mengenai inovasi yang telah
dilakukan oleh Bapak Eko Susilo. Untuk karyawan, diputuskan hanya
mewawancarai Bapak Slamet, yang merupakan satu-satunya karyawan yang sudah
bekerja sejak awal berdirinya usaha sampai saat ini dan menjadi orang
kepercayaan Bapak Eko Susilo. Wawancara sudah dicoba untuk dilakukan
terhadap karyawan yang lain, namun mereka tidak dapat menjawab setiap
pertanyaan wawancara yang ada. Selain memperoleh data dengan pengambilan
data primer, juga dilakukan pengambilan data sekunder. Pengambilan data
sekunder diperoleh dari artikel-artikel beberapa surat kabar yang pernah mengulas
mengenai usaha “Sehati”. Pengambilan data sekunder ini dimaksudkan untuk
memperkuat data primer yang telah didapatkan oleh penulis dari narasumber
sebelumnya.
Di dalam penelitian ini digunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.
Bungin (2010, p.147) berkata bahwa strategi analisis deskriptif kualitatif
merupakan sebuah upaya analisis induktif terhadap data penelitian. Strategi yang
digunakan adalah lebih awal memperoleh data sebanyak-banyaknya di lapangan
dengan mengesampingkan peran teori. Walaupun demikian, bukan berarti teori
tidak penting di dalam teknik analisis deskriptif kualitatif ini. Langkah selanjutnya
adalah analisis terhadap data. Peran data lebih penting dibandingkan dengan teori,
sehingga di dalam analisis ini teori kemudian menyesuaikan dengan temuan
penelitian. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Januari 2013 sampai dengan bulan
April 2013. Pengambilan data dengan wawancara tidak hanya dilakukan satu kali.
31
Apabila dirasa data yang didapatkan dan dianalisis belum mampu menjawab
permasalahan penelitian, maka wawancara dilakukan kembali, apalagi mengingat
bahwa narasumber sering tidak berada di tempat. Untuk mendukung keabsahan
hasil penelitian kualitatif diperlukan mekanisme tersendiri. Di dalam penelitian ini
digunakan teknik triangulasi dengan sumber data (Bungin, 2010, p.256). Teknik
ini memungkinkan untuk membandingkan data hasil wawancara antara
narasumber yang satu dengan narasumber yang lain serta dengan sumber data
sekunder. Beberapa pertanyaan yang sama mengenai inovasi Bapak Eko Susilo
diajukan kepada Bapak Eko Susilo, istrinya, serta Bapak Slamet sehingga
didapatkan data yang sama kebenarannya, supaya hasil penelitian yang
dimunculkan pun memiliki tingkat keabsahan yang tinggi.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Gambaran Obyek Penelitian
Profil Usaha
Usaha “Sehati” adalah sebuah UKM di kota Salatiga Jawa Tengah,
bergerak dalam usaha pembuatan makanan ringan yang terbuat dari bahan
baku kacang-kacangan dan berdiri pada tanggal 14 Juni 2006. Usaha “Sehati”
termasuk ke dalam kriteria usaha kecil. Di dalam Undang-Undang nomor 20
tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; sebuah usaha
termasuk ke dalam usaha kecil apabila memiliki kekayaan bersih antara Rp
50.000.000,- sampai Rp 500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, serta memiliki omset tahunan antara Rp 300.000.000,- sampai
dengan Rp 2.500.000.000,- (http://www.depkop.go.id/, 2008). Usaha “Sehati”
memiliki kekayaan bersih sebesar Rp 400.000.000,- dan omset tahunan rata-
32
rata sebesar Rp 600.000.000,-. Saat ini usaha “Sehati” memiliki 11 orang
karyawan. Terdapat banyak macam dan variasi produk dari usaha “Sehati”.
Jenis dan variasi produk utama dari usaha “Sehati” adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Jenis dan Variasi Produk Usaha “Sehati”
No
Produk
Varian
Tahun
Mulai
Produksi
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
Kacang Met-dji
Kedelai Jazz
Kedelai Virgin
Serbuk
Jus hangat instan
-
Rasa manis, keju, dan
keripik.
Rasa bawang, keju, dan
vegetarian.
Kedelai, kacang hijau,
beras merah, dan beras
hitam.
Kedelai, kacang hijau,
beras merah, dan beras
hitam.
2006
2008
2008
2010
2012
Kacang goreng dibalut
tepung.
Kacang kedelai goreng
dibalut tepung.
Kedelai goreng rendah
lemak.
Serbuk diseduh untuk
minuman.
Campuran serbuk dan
gula merah organik.
Sumber: Bapak Eko Susilo
Sepintas tidak ada yang istimewa dari usaha “Sehati”. Namun di balik
hal tersebut, usaha “Sehati” memiliki keunggulan berupa inovasi usaha.
Inovasi telah dilakukan oleh sang pemilik sejak awal berdirinya usaha. Inovasi
usaha yang dilakukan berfokus di dalam inovasi metode produksi, yaitu
dengan penciptaan mesin-mesin produksi makanan ringan yang sangat inovatif
dan bermanfaat. Nilai lebih dari inovasi ini adalah mesin-mesin produksi yang
diciptakan sebagian besar berasal dari mesin-mesin bekas, kemudian
dimodifikasi dan disesuaikan secara spesifik sehingga menjadi mesin produksi
yang bernilai tinggi dan menunjang produksi usaha “Sehati”.
Gambaran Pemilik Usaha
Pemilik dari usaha “Sehati” adalah Bapak Eko Susilo. Riwayat dari
beliau adalah sebagai berikut:
33
Tabel 3. Riwayat Pemilik Usaha “Sehati”
Nama Eko Susilo
Lahir 18 Desember 1962
Istri Yustina Sukisworo
Anak 1. Abel Jatayu Prakosa
2. David Permadi
3. Serafim Prasetya
Riwayat Pendidikan 1. STM Otomotif Leonardo, Klaten (1978-1981).
2. Pendidikan Ahli Teknik Industri Gajah Tunggal
(PATIGAT) (1981-1984).
Riwayat Pekerjaan 1. PT.Gajah Tunggal (1984-1994).
2. PT.Sampoerna Percetakan Nusantara (1994-
1996).
3. PT.Mega Rubber Tires (1996-2001).
4. PT. Puhan Indonesia (2001-2006).
5. Mendirikan usaha “Sehati” (2006).
Sumber: Bapak Eko Susilo; Kompas, 2 Agustus 2010
Bapak Eko Susilo memulai usaha “Sehati” sejak berumur 44 tahun.
Dasar pendidikan serta riwayat pekerjaan beliau sebelumnya tidak
berhubungan dengan usaha makanan ringan yang digelutinya sekarang karena
beliau memulai usaha “Sehati” dengan terpaksa setelah keluar dari pekerjaan
sebelumnya. Keterpaksaan karena desakan ekonomi membuat beliau
mengesampingkan dasar pendidikan dan pekerjaan sebelumnya. Tetapi
walaupun dengan alasan yang demikian, Bapak Eko Susilo mampu berubah
menjadi seorang pengusaha sekaligus inovator sukses.
Teknologi Produksi Usaha “Sehati”
Hasil inovasi dari pemilik usaha “Sehati” adalah mesin-mesin produksi
makanan ringan yang inovatif dan berkualitas. Mesin-mesin hasil inovasi
Bapak Eko Susilo adalah sebagai berikut:
1. Mesin peniris minyak.
2. Sensor otomatis pengatur panas minyak goreng.
3. Mesin coating.
4. Mesin penepung Disk Mill.
34
5. Mesin pengupas kulit ari kedelai.
6. Mesin pembersih kotoran kedelai.
4.2 Ciri-ciri Kepribadian Kreatif Pemilik Usaha “Sehati”
Ciri-ciri kepribadian kreatif mampu menjelaskan aspek Person di
dalam pendekatan 4P Kreativitas. Terdapat beberapa ciri-ciri pribadi kreatif
yang sangat menonjol pada diri Bapak Eko Susilo, yaitu:
1. Selalu mencari hal-hal baru.
Bagi Bapak Eko Susilo, mencari hal-hal baru merupakan
kesukaannya. Kesukannya ini disalurkan dengan cara selalu meluangkan
waktu untuk pergi ke pasar barang-barang bekas. Kesukaan ini telah
dilakukannya sejak beberapa tahun yang lalu. Beliau berkata:
“Saya tidak tahu kebiasaan ini baik atau tidak, saya
dari dulu punya hobi jalan-jalan ke pasar loak untuk
lihat-lihat. Ya siapa tahu ada barang bekas termasuk
mesin-mesin yang masih bagus. Kan kalau bekas pasti
juga harganya jauh lebih murah. Kalau ada yang
seperti itu biasanya saya mikir mesin ini bisa dibuat
apa ya. Kalau sudah begitu ya saya beli mesinnya itu
dan saya utak-atik di rumah.”
Hal ini juga ditegaskan oleh istri beliau, bahwa Bapak Eko Susilo
memang memiliki hobi mencari mesin-mesin bekas. Dengan cara ini,
beliau senantiasa mengasah dirinya untuk mampu berpikir kreatif.
Dengan kebiasaan ini, beliau mampu menerka mesin-mesin bekas yang
dijual dapat dimodifikasi atau tidak.
2. Melihat masalah sebagai batu loncatan.
Bapak Eko Susilo percaya bahwa setiap masalah memiliki
hikmahnya masing-masing. Ketika beliau diharuskan keluar dari
pekerjaannya, dalam keadaan bingung Bapak Eko Susilo memilih untuk
memproduksi kacang telur dengan modal awal Rp 150.000,-. Pilihan
35
usaha ini sangat kontras dengan pekerjaan-pekerjaannya sebelumnya.
Beliau hanya yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah yang
terbaik baginya. Terbukti bahwa langkah awal memproduksi kacang telur
membawanya menjadi seorang pengusaha sekaligus inovator sukses. Istri
Bapak Eko Susilo pun memuji beliau:
“Bapak itu punya kelebihan, dia selalu pasrah dan
berserah kepada Tuhan. Jadi waktu itu Bapak harus
keluar dari pekerjaannya, terus Bapak bilang
bagaimana kalau kita buat kacang telur. Waktu itu saya
memang kadang-kadang membuat kacang telur terus
dijual untuk sambilan. Bapak yakin bahwa kita
berusaha dan Tuhan yang menentukan. Ya saya
bersyukur kalau keputusan Bapak membuat kacang
telur waktu itu bisa membuat Sehati sampai seperti
ini.”
3. Berpikir out of the box atau di luar kebiasaan.
Bapak Eko Susilo mampu berpikir out of the box sehingga
mampu memikirkan solusi-solusi yang tidak terpikirkan oleh orang lain.
Selain itu hasil pemikirannya juga simpel dan praktis. Contoh yang
sangat nyata adalah ketika beliau menciptakan mesin peniris minyak.
Belum ada yang dapat berpikir bahwa spinner pengering mesin cuci juga
dapat digunakan untuk membuang minyak yang ada di dalam kacang
telur. Pemikirannya sederhana, dengan adanya gaya sentrifugal atau
putaran spinner, minyak yang ada di dalam kacang telur akan terpental
keluar. Namun yang menarik adalah pada awalnya kreativitas beliau pun
diragukan istrinya sendiri, seperti yang dikatakan beliau:
“Waktu saya punya ide spinner mesin cuci buat
meniriskan kacang telur, saya langsung coba-coba
pakai mesin cuci punya istri saya. Waktu itu saya takut
ketahuan makanya saya coba waktu malam hari. Eh
tidak tahunya saya ketahuan karena bunyi mesin
cucinya keras sekali sampai „glodak glodak glodak‟. Ya
dia akhirnya bangun dan memarahi saya. Dia bilang
36
kalau saya ini aneh-aneh saja dan kalau mesin cucinya
rusak bagaimana. Dia tidak setuju pada awalnya. Ya
memang akhirnya mesin cucinya rusak. Tapi setelah
mesin ciptaan saya jadi ya istri saya bilang kalau saya
ini pintar juga ternyata, hahaha.”
4. Tidak takut gagal dan senantiasa optimistis.
Bapak Eko Susilo adalah seseorang yang sangat optimistis. Saat
pertama kali mencoba menciptakan mesin yang benar-benar sempurna,
beliau harus mengalami 100 kali lebih percobaan. Namun beliau yakin
bahwa apa yang dilakukannya ada di jalan yang benar. Bapak Eko Susilo
berkata bahwa walaupun beliau berulang kali gagal, namun suatu saat
beliau pasti akan menemukan keberhasilan. Beliau pernah mendapat
pengalaman mengesankan dengan mantan pimpinan perusahaannya yang
berasal dari Jepang. Beliau berkata:
“Waktu itu ada bos saya dari Jepang datang dan melihat
saya sedang mengerjakan mesin yang cukup susah. Dia
bertanya sama saya, „Bagaimana, masih bisa?‟, terus saya
jawab „Wah susah Pak‟. Bos saya terus menjawab „Ya sudah
saya tunggu sampai kamu bisa‟. Beberapa kali bos saya
seperti itu. Kemudian sampai pada suatu kali saya ditanya
lagi „Bagaimana, masih bisa?‟. Karena saya jengkel
berulang-ulang ditanya hal yang sama, saya jawab „Tidak
bisa Pak‟, sontak bos saya langsung bilang „Goblok kamu,
sudah kamu keluar saja kalo tidak becus begitu!‟. Dari situ
saya jadi sadar asalkan rajin semua masalah pasti
terselesaikan.”
Dari pengalaman tersebut, Bapak Eko Susilo menjadi sadar bahwa saat
menemui permasalahan yang harus diatasi, beliau tidak boleh pantang
menyerah dalam mencari cara mengatasi permasalahan tersebut.
Dari ciri-ciri kreativitas Bapak Eko Susilo, diketahui bahwa kreativitas
beliau bersumber dari hasil rasa ingin tahu yang tinggi. Namun terdapat satu
lagi sumber kreativitas yang utama, yaitu faktor pengalaman. Dasar pendidikan
dan pekerjaan beliau adalah teknik permesinan di pabrik, tidak sejalan dengan
37
usaha makanan ringan yang dijalankan sekarang. Dengan pekerjaannya saat
itu, beliau dituntut cepat belajar dan tanggap dalam menghadapi mesin-mesin
pabrik. Pada waktu beliau mendirikan usaha “Sehati”, secara tidak sadar
pengalaman kerja masa lalu mempengaruhi setiap tindakannya. Proses belajar
dari pengalaman telah menuntun beliau. Dengan pengetahuannya mengenai
teknik permesinan, beliau mampu menciptakan mesin-mesin produksi,
walaupun harus melewati proses trial and error. Temuan ini sesuai dengan
yang dikemukakan Jung dalam Munandar (2009) bahwa ketidaksadaran dan
peristiwa-peristiwa penting di masa lalu cukup berpengaruh terhadap
pembentukan pribadi kreatif seseorang. Dengan tuntunan dari pengalaman
masa lalu yang berkaitan, seorang inovator secara tidak sadar akan lebih
mudah dalam melakukan inovasi di dalam bidang yang sama.
4.3 Faktor-Faktor Pendorong Inovasi Pemilik Usaha “Sehati”
Faktor-faktor pendorong inovasi pada Bapak Eko Susilo dapat
dibedakan menjadi:
Dorongan Internal
Terdapat beberapa dorongan dari sisi internal yang membuat Bapak
Eko Susilo mampu berinovasi secara kreatif. Dorongan tersebut adalah:
1. Tuntutan untuk efektif dan efisien dalam kegiatan produksi.
Bapak Eko Susilo berpegang pada prinsip bahwa produksi usaha
“Sehati” harus berdasarkan prinsip efektif dan efisien. Efektif berarti
mampu melaksanakan kegiatan produksi dengan baik. Sedangkan efisien
berarti mampu melakukan kegiatan produksi dengan menggunakan
tenaga, waktu, serta biaya seminimal mungkin. Beliau berkata:
“Saat pertama kali saya membuat kacang telur, saya
merasa kok waktu saya habis untuk produksi, melumuri
38
kacang dan menggoreng dari jam 3 pagi sampai 5 sore
setiap hari begitu. Saya kepikiran bagaimana kalau
saya membuat mesin pelumur kacang telur. Nah
akhirnya saya buat itu mesin coating. Dengan memakai
mesin coating itu, produksi yang tadinya delapan jam
bisa jadi tinggal satu jam, jumlah yang dihasilkan juga
tambah banyak.”
Berdasarkan pengalamannya selama ini, dengan penggunaan mesin-
mesin hasil inovasi, Bapak Eko Susilo yakin mampu mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dibandingkan jika menggunakan sistem
produksi manual. Menurut beliau:
“Saya pikir kendala terbesar UKM itu masalah gaji
tenaga kerja yang semakin mahal sehingga UKM tidak
bisa berkembang. Nah kalau tenaga kerja bisa
digantikan mesin kan enak sekali, jadi biaya gaji
semakin kecil, tapi produk yang dihasilkan bisa lebih
banyak. Otomatis keuntungan yang didapatkan bisa
semakin banyak kan.”
2. Keinginan untuk peningkatan kualitas produk.
Keinginan untuk peningkatan kualitas produk adalah salah satu
pendorong Bapak Eko Susilo dalam melakukan inovasi. Pada awal
berdirinya usaha beliau mengalami masalah pada kualitas warna produk
kacang telurnya yang jelek, berupa warna hasil penggorengan yang tidak
merata yang disebabkan karena suhu minyak goreng yang tidak stabil.
Oleh karena itu beliau melakukan modifikasi termometer sehingga
terciptalah sensor otomatis pengontrol panas minyak goreng. Dengan
adanya alat ini, suhu minyak goreng dapat diatur sehingga warna yang
dihasilkan dari kacang telur pun menjadi bagus dan merata.
3. Keinginan untuk membuktikan kemampuan diri.
Bapak Eko Susilo memiliki sifat optimistis, oleh karena itu beliau
senantiasa ingin membuktikan diri bahwa dirinya mampu berbuat sesuatu
39
yang lebih dibandingkan orang lain. Pada satu waktu beliau mampu
membalikkan anggapan banyak orang bahwa kedelai tidak dapat dikupas
kulit arinya sampai 100%. Bapak Eko Susilo bertutur demikian:
“Waktu itu bersamaan dengan pembuatan mesin
penepung, saya harus cari cara bagaimana mengupas
kulit ari kedelai sebelum digiling, karena kata orang-
orang sebelum kedelai digiling kulit arinya harus
dikupas. Saya sampai pakai cara kedelainya
dimasukkan ke dalam karung kemudian saya banting-
banting, ya sampai badan saya sakit semua. Nah tapi
saya juga sudah tanya ke orang-orang, juga cari-cari di
internet, ternyata sudah ada mesinnya untuk mengupas
kulit ari kedelai, tapi mereka semua berkata kalau
mustahil kedelai bisa dikupas kulit arinya sampai 100%
karena selama ini belum ada yang mampu. Jadi
walaupun pakai mesin itu, hasil kedelainya masih tetap
ada kulit arinya sedikit-sedikit. Ya saya tertantang dan
penasaran juga apa iya tidak bisa. Akhirnya saya coba-
coba, saya pakai mesin giling tahu biasa terus saya
modifikasi. Lah akhirnya bisa itu hasil akhir kedelainya
mulus bersih 100% kulit arinya terkupas. Orang-orang
juga heran sama saya. Padahal kan pada dasarnya
saya cuma utak-atik secara sederhana mesinnya itu.”
Selain itu, Bapak Eko Susilo ingin membuktikan diri bahwa beliau
mampu bangkit dari kegagalan dalam pekerjaan sebelumnya. Istrinya
sendiri berkata:
“Ya setelah Bapak dulu keluar dari pekerjaan di pabrik
cat terus membuat usaha “Sehati” dan ternyata
sekarang sukses, eh beberapa perusahaan tempat Bapak
kerja dulu meminta Bapak supaya mau bekerja di
tempat mereka lagi. Mereka tahu bapak memang
terkenal bisa memaksimalkan kinerja mesin. Tapi Bapak
sudah tidak mau, Bapak bilang kalau ingin berusaha
sendiri saja jadi pengusaha.”
Dorongan Eksternal
Terdapat beberapa dorongan eksternal yang mempengaruhi Bapak Eko
Susilo, di antaranya:
40
1. Harga mesin produksi sejenis lebih mahal dan kurang sempurna.
Beberapa mesin produksi usaha “Sehati” diciptakan untuk
mensiasati adanya mesin sejenis yang masih kurang sempurna tetapi
berharga mahal di pasaran. Membeli mesin-mesin yang sudah jadi bukan
merupakan opsi yang dipilih untuk modernisasi metode produksi.
Sebagai contoh adalah mesin penepung Disk Mill. Mesin penepung Disk
Mill digunakan untuk membuat serbuk kedelai dan Jus Hangat Instan
(JHI) dengan sangat lembut. Di pasar banyak dijual mesin giling biasa,
namun hasil penggilingan dari mesin ini masih sangat kasar. Kata beliau:
“Setelah mesin penepung jadi, saya pernah ditawari
mesin penepung buatan Jerman. Katanya hasil
tepungnya bisa lembut sekali. Waktu saya tanya
harganya saya kaget sekali, harganya Rp 150 juta.
Terus saya bilang ke yang menawarkan, boleh tidak
kalau saya tes dulu sebelum beli, dia mengiyakan. Eh
setelah saya tes ternyata hasilnya masih kasar, kalah
sama mesin penepung saya yang harganya cuma
seberapa hahaha.”
2. Adanya tuntutan dari pasar.
Adanya tuntutan dari pasar cukup berpengaruh terhadap
keputusan Bapak Eko Susilo untuk menciptakan mesin-mesin produksi
baru. Sebelum diciptakannya mesin pembersih kotoran kedelai pada
tahun 2011, beliau menggunakan air sebagai media pencuci kedelai
mentah. Suatu ketika terdapat banyak reseller protes karena rasa produk
kedelai gorengnya menjadi kurang enak sehingga dagangan mereka
kurang laku. Hal ini membuat beliau menyadari soal air pembersih
kedelai yang dapat menghilangkan zat-zat yang ada di dalam kedelai,
sehingga beliau menciptakan sebuah mesin pembersih kotoran kedelai
tanpa menggunakan air sebagai pembersihnya.
41
3. Dukungan dari orang terdekat.
Dukungan dari orang terdekat, yaitu istri, menjadi motivasi ekstra
bagi Bapak Eko Susilo untuk menciptakan mesin-mesin hasil inovasi.
Beliau berkata:
“Istri saya sangat mendukung apa yang saya kerjakan.
Walaupun saya pernah dimarahi waktu pakai mesin
cucinya buat meniriskan kacang telur hahaha. Setelah
itu tidak jarang dia menemani saya utak-atik mesin
sampai jam tiga pagi.”
Ketika beliau mengalami masa sulit di awal usaha, istrinya selalu setia
mendampingi. Tidak jarang beliau gagal, tetapi istrinya selalu
memberikan dukungan moral. Dengan kesetiaan istrinya, beliau
mendapatkan motivasi yang tidak ada bandingannya untuk pantang
menyerah dalam berinovasi. Istri beliau memberikan pernyataan sebagai
berikut:
“Saya sering menemani Bapak waktu dulu utak-atik
mesin, kadang sampai jam tiga pagi. Ya Bapak sibuk
begitu, saya duduk di sampingnya lihat yang Bapak
kerjakan. Ya memang seperti itu terus membuat capai
ya, tapi saya sadar bahwa yang menguatkan saya untuk
terus mendampingi Bapak adalah janji pernikahan saya
dan Bapak.”
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa dorongan internal dan eksternal
mempengaruhi seorang inovator untuk melakukan inovasi. Hal ini berbeda
dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Iswanto (2011) yang
menemukan bahwa faktor eksternal tidak berpengaruh terhadap inovasi. Di
dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa faktor dorongan eksternal
memiliki peranan yang besar terhadap inovasi yang dilakukan.
Tuntutan untuk efektif dan efisien, keinginan untuk peningkatan
kualitas produk, adanya produk sejenis yang berharga mahal dan kurang
42
sempurna, serta adanya tuntutan dari konsumen merupakan hasil temuan yang
sesuai dengan Carter dan Williams dalam Gracia (2003) serta Walton dalam
Iswanto (2001). Hal ini juga sesuai dengan Winardi (2003, p.201) yang berkata
bahwa salah satu sumber dorongan untuk berkreativitas dan berinovasi adalah
para konsumen dan perusahaan-perusahaan pesaing. Ada dua hal menarik di
dalam hasil penelitian ini. Pertama adalah adanya dorongan internal berupa
keinginan untuk membuktikan diri. Rupanya perasaan mampu melakukan
sesuatu yang lebih dari orang lain dapat membuat seseorang memiliki
semangat untuk sukses berinovasi. Tidak ingin dipandang remeh serta
keinginan diakui oleh orang lain membuat seseorang lebih tekun dan giat
dalam melakukan sesuatu. Kedua adalah dorongan eksternal berupa dukungan
dari orang terdekat. Hal ini cukup menarik karena ternyata efek psikologis
berupa dukungan orang terdekat cukup berperan dalam mempertahankan
semangat seseorang dalam melakukan sesuatu. Tidak menutup kemungkinan
ketika seorang inovator terus gagal dalam trial & error, orang tersebut akan
menjadi patah semangat. Namun ketika ada dukungan dari pihak terdekat,
semangat tersebut dapat terus dijaga karena inovator tersebut merasa masih
terdapat orang-orang yang peduli padanya.
4.4 Proses Inovasi Teknologi Pemilik Usaha “Sehati”
Proses inovasi teknologi Bapak Eko Susilo dapat dilihat sejak
timbulnya masalah, munculnya ide-ide kreatif, sampai ide tersebut dapat
diimplementasikan menjadi sebuah inovasi untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Proses inovasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses inovasi
terobosan dan proses inovasi inkremental.
43
Proses Inovasi Terobosan
Inovasi terobosan merupakan inovasi yang dapat menghasilkan produk,
alat, atau sistem kerja yang selama ini belum ada. Mesin yang merupakan hasil
dari inovasi terobosan Bapak Eko Susilo adalah mesin peniris minyak.
Penciptaan mesin peniris minyak goreng didahului dengan adanya masalah bau
tidak enak kacang telur yang disebabkan karena adanya minyak yang tidak
dapat hilang.
Proses inkubasi sampai melahirkan ide memerlukan waktu yang cukup
lama. Saat itu beliau berusaha dengan banyak cara untuk mengatasi masalah
ini, namun beliau sulit mendapatkan ide. Bapak Eko Susilo berkata:
“Saya bingung bagaimana caranya menghilangkan minyak di
dalam kacang telur. Waktu itu spontan saya dapat ide waktu
melihat istri saya mencuci pakai mesin cuci, terus saya lihat
spinner-nya. Eh langsung saja saya kepikiran kenapa tidak
kalau saya meniriskan minyak pakai spinner mesin cuci ini.”
Beliau merespon dengan mencoba memasukkan kacang telur yang
habis digoreng ke dalam mesin cuci. Hasilnya di luar dugaan, ternyata minyak
di dalam kacang telur dapat hilang seluruhnya. Ini membuat beliau membeli
mesin cuci bekas, mengambil spinner pengeringnya, dan mengembangkannya
menjadi mesin peniris minyak. Trial & error terjadi berulang kali, sampai
akhirnya mesin ini benar-benar sempurna. Beliau berkata:
“Sudah hampir ratusan kali saya melakukan percobaan
membuat mesin ini. Waktu awal-awal spinner mesin cucinya
cuma bertahan satu bulan karena penyok, lha tidak kuat kena
minyak panas terus. Satu per satu percobaan selalu saya catat
biar saya tahu perkembangannya. Pada akhirnya mesin ini
bisa seperti sekarang.”
Dari proses inovasi mesin peniris minyak di atas, maka dapat
digambarkan diagram inovasi terobosan yang dilakukan Bapak Eko Susilo:
44
Diagram 1. Diagram Inovasi Terobosan
Proses Inovasi Inkremental
Inovasi inkremental merupakan inovasi berupa penyempurnaan dari
produk maupun proses yang telah ada sebelumnya. Pada inovasi Bapak Eko
Susilo, proses inovasi ini cenderung mendominasi. Terdapat lima buah mesin
yang merupakan hasil dari inovasi inkremental beliau, yaitu sensor otomatis
pengatur panas minyak goreng, mesin coating, mesin penepung Disk Mill,
mesin pengupas kulit kedelai, serta mesin pembersih kotoran kedelai.
Pada tahap awal, Bapak Eko Susilo melihat adanya masalah tidak
efektif dan tidak efisiennya proses produksi penggorengan, pelumuran kacang
telur, penepungan, pengupasan kulit ari kedelai, serta pembersihan kedelai
mentah. Beliau berusaha mencari ide dengan cara banyak berkunjung ke pasar
barang bekas. Dengan cara ini, beliau berusaha mencari mesin-mesin bekas
untuk dimodifikasi guna mengatasi masalah yang ada.
Proses inovasi inkremental Bapak Eko Susilo seluruhnya dilakukan
setelah proses inovasi terobosan. Beliau bercermin dari inovasi terobosan yang
telah dilakukannya. Masa inkubasi dari proses inovasi inkremental terlihat
Proses Persiapan atau
Akumulasi Pengetahuan
Masalah timbul. Di sisi lain
pengetahuan didapatkan dari
pengalaman pekerjaan
sebelumnya.
Proses Inkubasi
Dibutuhkan waktu inkubasi yang
cukup lama untuk menemukan
ide kreatif karena belum terbiasa.
Proses Evaluasi dan
Implementasi
Hanya "just do it" atas ide yang
muncul pada tahap sebelumnya.
membutuhkan banyak percobaan
untuk inovasi ini.
Proses Melahirkan Ide
Munculnya ide secara spontan
saat melihat cara kerja alat lain
yang tidak berhubungan namun
dirasa dapat diaplikasikan.
45
lebih singkat karena adanya pengalaman inovasi terobosan sebelumnya. Saat
beliau melihat mesin-mesin bekas yang ada, beliau langsung mendapatkan ide
untuk menyempurnakan mesin-mesin tersebut.
Pada tahap implementasi, Bapak Eko Susilo melakukan lebih sedikit
percobaan dibandingkan pada proses inovasi terobosan. Modifikasi mesin yang
dilakukan oleh beliau kebanyakan adalah modifikasi sederhana, dimana
kebanyakan orang tidak memikirkannya. Penciptaan mesin pengupas kulit ari
kedelai membuktikan hal ini. Banyak orang beranggapan bahwa tidak mungkin
kulit ari kedelai dapat terkupas 100% walaupun dengan menggunakan mesin.
Namun Bapak Eko Susilo dapat memodifikasi mesin penggiling tahu sehingga
dapat mengupas kulit ari kedelai dengan sempurna. Hanya dengan mengubah
ukuran diameter piringan besi penggiling tahu, mesin ini langsung dapat
mengupas kulit ari kedelai hingga 100%. Pemikiran-pemikiran sederhana ini
diterapkan pada seluruh modifikasi mesin proses inovasi inkremental beliau.
Pada tahap akhir implementasi juga terdapat langkah pematenan hasil inovasi
untuk salah satu mesin, yaitu mesin penepung Disk Mill. Pematenan ini
dilakukan karena Bapak Eko Susilo disadarkan oleh seorang teman bahwa
mesin ini sangat inovatif dan merupakan asset yang sangat berharga.
Dari penjelasan di atas, dapat digambarkan diagram inovasi
inkremental secara umum yang dilakukan oleh Bapak Eko Susilo sebagai
berikut:
46
Diagram 2. Diagram Inovasi Inkremental
Dari proses inovasi terobosan dan proses inovasi inkremental di atas,
dapat dijelaskan persamaan dan perbedaan di antara keduanya. Persamaan dari
kedua proses kreativitas ini adalah pada tahap persiapan atau akumulasi
pengetahuan, keduanya sama-sama mengandalkan pengalaman kerja di masa
lalu sebagai sumber kreativitas. Terdapat tiga perbedaan di antara kedua proses
ini. Pertama, pada tahap inkubasi, inovasi terobosan membutuhkan waktu yang
lebih banyak dibandingkan dengan inovasi inkremental. Kedua, pada tahap
melahirkan ide, ide yang muncul pada inovasi terobosan bersifat spontan saat
melihat produk atau sistem yang berbeda namun aplikatif. Berbeda dengan
inovasi inkremental, dimana ide muncul saat melihat produk atau sistem
sejenis yang terasa kekurangannya. Ketiga, pada tahap evaluasi dan
implementasi, inovasi terobosan cenderung lebih banyak membutuhkan trial &
error dibandingkan dengan inovasi inkremental. Hal ini dapat dipahami karena
inovasi terobosan harus dimulai dari dasar, sedangkan inovasi inkremental
tinggal dilakukan modifikasi sederhana disesuaikan dengan kebutuhan.
Proses Persiapan atau
Akumulasi Pengetahuan
Pengetahuan didapatkan dari
pengalaman pekerjaan
sebelumnya.
Proses Inkubasi
Memerlukan lebih sedikit waktu
untuk memperoleh ide apabila
dibandingkan dengan masa
inkubasi inovasi terobosan.
Proses Evaluasi dan
Implementasi
Memodifikasi mesin yang sudah ada,
menambahkan beberapa bagian baru
dengan sedikit trial & error. Ada
pematenan untuk satu mesin.
Proses Melahirkan Ide
Ide muncul setelah melihat mesin
lain yang sejenis namun terdapat
kelemahannya, sehingga dirasa
dapat disempurnakan kembali.
47
Di kedua proses inovasi di atas dibutuhkan biaya inovasi. Pada inovasi
Bapak Eko Susilo pun demikian, beliau telah menghabiskan banyak biaya
untuk pengembangan mesin-mesin produksi. Secara pasti tidak ada catatan
terperinci, namun beliau mengaku bahwa beliau telah menghabiskan
tabungannya senilai Rp 30 juta serta seluruh asuransi milik anaknya demi trial
& error beberapa mesin sampai sempurna. Hal ini dapat dipahami bahwa
Bapak Eko Susilo kurang mempersoalkan besarnya biaya inovasi yang
muncul.
4.5 Hasil Inovasi Teknologi Pemilik Usaha “Sehati”
Hasil inovasi teknologi Bapak Eko Susilo adalah berupa mesin-mesin
produksi. Kreativitas Bapak Eko Susilo mampu ditransformasikan menjadi
hasil akhir mesin yang inovatif. Beliau menghasilkan ide-ide orisinal yang
benar-benar baru sehingga dapat menghasilkan inovasi terobosan, di samping
juga menyempurnakan sesuatu yang telah ada sebelumnya sehingga
menghasilkan inovasi inkremental.
Mesin Hasil Inovasi Terobosan
Mesin hasil pemikiran ide orisinal Bapak Eko Susilo adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. Mesin Hasil Inovasi Terobosan
Nama Mesin Mesin peniris minyak goreng.
Bentuk Mesin
Gambar 1. Mesin Peniris Minyak
48
Deskripsi Mesin Mesin ini digunakan untuk meniriskan minyak hasil
dari penggorengan kacang tanah atau kedelai.
Waktu Penciptaan Tahun 2006.
Bentuk Inovasi Di pasar beredar mesin peniris minyak yang berbeda
konsep dengan mesin peniris minyak ciptaan Bapak
Eko Susilo. Bentuk inovasi mesin peniris minyak
beliau adalah:
1. Mesin peniris minyak Bapak Eko Susilo
menggunakan motor spinner mesin cuci sehingga
putaran mesin lebih halus, sedangkan mesin peniris
minyak di pasar menggunakan mesin sepeda motor
sehingga putaran mesin kasar.
2. Desain sederhana dan lebih kecil dibandingkan
mesin peniris minyak di pasaran.
Konsep Kerja Mesin menghilangkan minyak dari kacang yang telah
digoreng dengan cara memutar hasil penggorengan
dengan kecepatan tinggi, menyebabkan minyak dari
kacang terlempar keluar.
Nilai Mesin Rp 800.000,-
Sumber: Bapak Eko Susilo
Mesin Hasil Inovasi Inkremental
Mesin yang berasal dari penyempurnaan mesin yang sudah ada
sebelumnya adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 1
Nama Mesin Sensor otomatis pengontrol panas minyak goreng.
Bentuk Mesin
Gambar 2. Sensor Pengontrol Panas Minyak Goreng
Deskripsi Mesin Sensor otomatis pengontrol minyak goreng digunakan
untuk mengontrol suhu minyak goreng agar tetap ideal.
Waktu Penciptaan Tahun 2006.
Bentuk Inovasi Sensor pengontrol panas minyak goreng cukup familiar
digunakan oleh perusahaan makanan ringan skala
besar, namun untuk skala UKM ide penggunaan alat ini
masih tergolong baru. Alat utama yang digunakan
adalah termometer. Inovasi yang dilakukan adalah
menambahkan tombol-tombol pengatur suhu otomatis
49
dan sebuah alarm.
Konsep Kerja Ketika dilakukan proses penggorengan, suhu minyak
goreng yang diinginkan diatur menggunakan tombol
yang ada. Termometer dihubungkan dengan kawat ke
dalam minyak. Ketika suhu yang diinginkan telah
dicapai, alarm akan menyala secara otomatis sehingga
dapat mengingatkan karyawan.
Nilai Mesin Rp 1.200.000,-
Sumber: Bapak Eko Susilo
Tabel 6. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 2
Nama Mesin Mesin coating.
Bentuk Mesin
Gambar 3. Mesin Pelumur Bumbu
Gambar 4. Mesin Pelumur Tepung
Gambar 5. Mesin Ayak
Deskripsi Mesin Mesin coating merupakan satu paket mesin yang terdiri
dari mesin pelumur bumbu, pelumur tepung, dan mesin
ayakan. Mesin ini digunakan untuk proses pelumuran
50
kacang dengan bumbu dan tepung. Dengan
menggunakan mesin ini terjadi penghematan waktu
produksi.
Waktu Penciptaan Akhir tahun 2006 sampai awal tahun 2007.
Bentuk Inovasi Dari satu paket mesin coating, hanya mesin ayak yang
merupakan hasil modifikasi, sedangkan kedua mesin
lainnya tidak dimodifikasi karena sudah cukup
sempurna. Mesin ayak berasal dari mesin pengaduk
yang sama dengan kedua mesin lainnya namun
ditambah dengan ram ayakan.
Konsep Kerja Konsep mesin ini menyerupai mesin pengaduk semen.
Kacang dimasukkan kedalam mesin pelumur bumbu,
selanjutnya kacang tersebut dimasukkan ke dalam
mesin pelumur tepung. Proses terakhir kacang
dimasukkan ke dalam mesin ayak, sehingga didapatkan
ukuran yang sama dan siap digoreng. Apabila masih
terdapat kacang pra-goreng yang kurang sempurna,
proses ini diulangi lagi sampai lima kali putaran
sehingga didapatkan hasil yang sempurna.
Nilai Mesin Rp 10.000.000,-
Sumber: Bapak Eko Susilo
Tabel 7. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 3
Nama Mesin Mesin penepung Disk Mill.
Bentuk Mesin Bentuk mesin tidak dapat dipublikasikan karena rahasia
terkait dengan hak paten.
Deskripsi Mesin Kegunaan mesin ini adalah untuk memproduksi serbuk
dan Jus Hangat Instan (JHI). Mesin penepung Disk Mill
100% dapat melewati saringan berukuran mesh 100*
dan jauh lebih halus dibandingkan dengan produk
sejenis di pasaran.
Waktu Penciptaan Tahun 2010.
Bentuk Inovasi Mesin penepung Disk Mill berasal dari mesin penepung
yang dibeli, kemudian dimodifikasi ulang agar
menghasilkan tepung yang lebih halus. Modifikasinya
adalah mengganti ayakan yang terdapat pada mesin
tersebut dengan ayakan yang lebih halus. Di sisi lain,
sistem kerja mesin juga diubah, ketika tepung yang
dihasilkan masih kasar tepung tersebut otomatis akan
digiling ulang sampai didapatkan tepung yang lebih
halus.
Konsep Kerja Konsep kerja mesin tidak dapat dipublikasikan karena
rahasia terkait hak paten.
Nilai Mesin Rp 8.000.000,-
Sumber: Bapak Eko Susilo *)Saringan berukuran mesh 100 berarti dalam jarak 1 inchi saringan tersebut
memiliki 100 lubang.
51
Tabel 8. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 4
Nama Mesin Mesin pengupas kulit ari kedelai.
Bentuk Inovasi Bentuk mesin tidak dapat dipublikasikan karena mesin
ini sudah tidak terpakai.
Deskripsi Mesin Kegunaan mesin ini untuk mengupas kulit ari kedelai
sampai terkelupas 100%. Namun mesin ini sudah tidak
lagi digunakan setelah Bapak Eko Susilo menemukan
bahwa kulit ari kedelai mengandung zat yang berguna
bagi tubuh.
Waktu Penciptaan Tahun 2010.
Bentuk Inovasi Mesin pengupas kulit ari kedelai didapatkan dari
modifikasi mesin penggiling tahu, hanya berupa
mengubah diameter piringan besi pada mesin
penggiling tahu.
Konsep Kerja Konsep kerja dari mesin ini sama dengan konsep kerja
awal mesin penggiling tahu.
Nilai Mesin Rp 300.000,-
Sumber: Bapak Eko Susilo
Tabel 9. Mesin Hasil Inovasi Terobosan 5
Nama Mesin Mesin pembersih kotoran kedelai.
Bentuk Mesin
Gambar 6. Mesin Pembersih Kotoran Kedelai
Deskripsi Mesin Mesin ini digunakan untuk membersihkan kedelai
mentah yang akan digunakan untuk produksi tanpa
menghilangkan zat-zat yang berguna di dalam kedelai.
Waktu Penciptaan Tahun 2011.
Bentuk Inovasi Mesin pembersih kotoran kedelai berasal dari
modifikasi mesin penggiling tahu, sama dengan mesin
pengupas kulit ari kedelai. Piringan besi yang ada di
dalam mesin penggiling tahu diganti dengan karpet.
Ditambahkan juga blower untuk menghilangkan debu
yang masih menempel di kedelai.
Konsep Kerja Mesin pembersih kotoran kedelai bekerja tanpa
menggunakan air sebagai pembersih kotoran. Konsep
kerja dari mesin ini, kedelai dibersihkan dengan cara
disikat oleh piringan karpet, kemudian kedelai tersebut
ditiup oleh blower sehingga kotoran yang menempel
pada kedelai dapat hilang seluruhnya.
Nilai Mesin Rp 1.300.000,-
Sumber: Bapak Eko Susilo
52
4.6 Manfaat Inovasi Teknologi Usaha “Sehati”
Inovasi yang dilakukan oleh Bapak Eko Susilo membawa manfaat bagi
beberapa pihak, di antaranya:
Manfaat Inovasi Bagi Proses Produksi
Proses inovasi yang dilakukan oleh Bapak Eko Susilo menghasilkan
output inovasi yang bermanfaat bagi proses produksi secara keseluruhan.
Bapak Eko Susilo mengaku bahwa beliau tidak hanya mengubah alat, namun
mengubah metode dengan alat-alat yang ada. Ketika metode produksi yang
digunakan berkualitas baik, dengan tidak mengesampingkan peran karyawan,
maka secara langsung akan menghasilkan produk yang berkualitas baik juga.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara, di mana Bapak Eko Susilo berpendapat
bahwa inovasi pada metode produksi dapat meningkatkan kualitas dari produk.
Hal ini tampak dari pernyataannya berikut:
“Kalau bahan baku kelas A, orang yang mengerjakan kelas A, tapi
metode yang digunakan kelas B, hasilnya bisa jadi kelas B atau C.
Kalau bahan baku kelas A, orang yang mengerjakan kelas B, dan
metode yang digunakan kelas B, maka hasilnya juga bisa jadi kelas
B atau C. Kalau bahan baku kelas B, orang yang mengerjakan kelas
B, tapi metodenya kelas A, maka hasilnya bisa kelas A atau B.
Kalau bahan bakunya kelas B, orang yang mengerjakan kelas A,
dan metode yang digunakan juga A, maka hasilnya pasti A.”
Dari pernyataan di atas jelas bahwa metode produksi memiliki peran yang
sangat penting dalam menghasilkan produk yang berkualitas. Terasa sia-sia
apabila bahan baku yang digunakan berkualitas nomor satu, namun metode
produksi yang digunakan hanya seadanya, maka tidak akan mungkin dapat
menghasilkan produk yang berkualitas baik. Hal ini terbukti nyata pada
peningkatan kualitas produk usaha “Sehati” setelah penggunaan mesin-mesin
berikut:
53
Tabel 10. Perbandingan Kualitas Produk Antara Sebelum dan Sesudah
Penggunaan Mesin
Indikator Mesin
Penyelesai
Masalah
Sebelum Penggunaan
Mesin
Sesudah Penggunaan
Mesin
Daya tahan
produk.
Mesin
peniris
minyak.
Kacang telur hanya
bertahan kurang dari
satu minggu.
Kacang telur mampu
bertahan sampai
enam bulan.
Warna hasil
penggorengan
.
Sensor
otomatis
pengatur
panas
minyak
goreng.
Warna kacang telur
hasil penggorengan
tidak merata.
Warna kacang telur
menjadi bagus dan
merata.
Lama waktu
produksi.
Mesin
coating.
Pembuatan 15 kg
kacang telur secara
manual memakan
waktu delapan jam
dengan tenaga kerja
dua orang.
Pembuatan kacang
telur sebanyak 20 kg
hanya memakan
waktu satu jam
dengan operator
mesin satu orang.
Kelembutan
hasil
penggilingan.
Mesin
penepung
Disk Mill.
Serbuk dan Jus
Hangat Instan (JHI)
terasa masih sangat
kasar, sehingga
muncul ampas saat
diseduh dan
menimbulkan rasa
tidak enak di
tenggorokan.
Mampu dihasilkan
serbuk dan Jus
Hangat Instan (JHI)
yang sangat lembut,
tidak menimbulkan
ampas saat diseduh.
Terkupasnya
kulit ari
kedelai
mentah.
Mesin
pengupas
kulit ari
kedelai.
Kulit ari yang
menempel pada
kedelai mentah tidak
dapat dikupas
seluruhnya sampai
bersih.
Kulit ari yang
menempel pada
kedelai mentah dapat
dikupas seluruhnya
sampai bersih.
Kebersihan
kedelai
mentah.
Mesin
pembersih
kotoran
kedelai.
Kedelai mentah yang
dicuci dengan air
menyebabkan zat-zat
berguna di dalam
kedelai hilang,
sehingga rasa produk
menjadi kurang enak.
Kedelai mentah
dibersihkan tanpa
media air, sehingga
zat-zat di dalam
kedelai masih terjaga
dan rasanya tetap
enak.
Manfaat Inovasi Bagi Karyawan Usaha “Sehati”
Inovasi yang dilakukan oleh Bapak Eko Susilo berdampak bagi
karyawan usaha “Sehati”. Beliau mewajibkan seluruh karyawan di bagian
54
produksi untuk menguasai sistem kerja seluruh mesin hasil inovasi. Beliau
mempersilahkan karyawan merombak mesin-mesin hasil inovasinya jika dirasa
mesin-mesin tersebut masih kurang efektif dan efisien. Bahkan terkesan beliau
mempercayakan mesin-mesin tersebut kepada mereka. Hal ini dimaksudkan
supaya karyawan dapat mengembangkan kreatifitas dan pengetahuan mereka
sehingga berguna untuk masa depan karyawan sendiri. Bapak Slamet, salah
seorang karyawan Bapak Eko Susilo berkata:
“Pak Eko sering meminta karyawan untuk menguasai semua bagian
produksi, termasuk saya. Saya sendiri biasanya cuma bekerja di
bagian penggorengan sejak dulu pertama kali ikut Pak Eko, tapi
sekarang saya juga harus menguasai bagian penepungan. Memang
Pak Eko ingin supaya jika ada karyawan yang tidak masuk itu tidak
mengganggu produksi, karena ada karyawan lain yang
menggantikan. Tapi di balik itu saya tahu kalau Pak Eko juga ingin
karyawan itu bertambah pintar dan berkembang. Dia malah
menyuruh karyawan untuk bongkar-bongkar mesin kalau karyawan
merasa bisa lebih baik. Contohnya mesin peniris minyak ini,Pak
Eko dulu cuma membuat dalamnya saja, tapi penutup luarnya itu
malah karyawan yang merancang dan membuatnya.”
Dengan cara ini, diharapkan setelah karyawan tidak lagi bekerja di
usaha “Sehati” mereka dapat mandiri berkat skill yang diperoleh dari Bapak
Eko Susilo. Beliau sendiri malah berharap bahwa karyawan-karyawannya tidak
berlama-lama bekerja di tempat usahanya, namun segera mandiri dengan
membuka usaha dengan modal keterampilan yang telah diperoleh dari beliau.
Manfaat Inovasi Bagi Masyarakat Sekitar
Bagi Bapak Eko Susilo, inovasi yang telah dilakukannya dirasa tidak
hanya bermanfaat bagi proses produksi usaha “Sehati”, namun juga bermanfaat
bagi orang lain. Beliau ingin agar banyak orang terinspirasi dari hasil
inovasinya sehingga mampu menjadi pengusaha sekaligus inovator. Beliau
membebaskan semua orang; baik siswa sekolah, mahasiswa, pengusaha lain,
maupun petugas dari dinas-dinas pemerintah untuk melihat sistem kerja mesin-
55
mesin hasil produksinya, kecuali untuk mesin penepung Disk Mill yang telah
dipatenkan. Karena alasan ini, beliau telah membangun Rumah Wisata Kedelai
yang berfungsi memfasilitasi orang-orang yang ingin belajar inovasi dan seluk
beluk usaha “Sehati”. Berhubung beliau juga pernah menjadi ketua asosiasi
pengusaha UKM Salatiga, sehingga beliau juga sering bertukar pendapat
mengenai inovasi-inovasi beliau kepada sesama anggota asosiasi. Cukup
banyak pengusaha lain yang bertanya mengenai masalah produksi usaha
mereka yang kurang efektif dan efisien kepada Bapak Eko Susilo, dan beliau
dengan senang hati memberikan solusi dengan membagikan hasil inovasinya.
Bapak Eko Susilo berkata:
“Sebelum mesin penepung ini saya patenkan, waktu itu saya
ikut pameran mesin produksi di Jogja. Kebetulan ada
perusahaan broker teknologi dari Jerman yang lihat mesin
penepung saya. Eh mereka tertarik terus langsung menanyai
saya begini „Pak, Bapak ingin kaya apa terkenal? Mesin ini
kami beli saja hak patennya, nanti Bapak bisa jadi kaya dan
terkenal‟. Tapi saya jawab tidak, soalnya saya ingin kalau
mesin-mesin saya bisa bermanfaat buat orang lain juga. Kalau
mesin ini sudah dibeli hak patennya kan pastinya saya sudah
tidak bisa bongkar-bongkar lagi. Ya tetapi akhirnya mesin
penepung ini saya patenkan sendiri karena ditakut-takuti
teman saya. Kalau untuk mesin yang lain biarlah begitu saja
tidak usah saya patenkan supaya bisa buat orang lain
belajar.”
Seharusnya beliau dapat mematenkan seluruh karya inovasinya dan
mendapatkan keuntungan pribadi, namun beliau menolak. Hal ini cukup
beresiko, tentunya orang lain dapat menjiplak dan mematenkan mesin-mesin
tersebut terlebih dahulu. Namun beliau hanya berusaha ikhlas dalam
membantu orang lain dan percaya bahwa Tuhan akan memberikan sesuatu
yang terbaik baginya. Pernyataan beliau diperkuat oleh perkataan istrinya
yaitu:
56
“Tadinya saya juga sama seperti orang lain, bertanya-tanya ke Pak
Eko, kalau mesin-mesin ini ditiru orang lain bagaimana nantinya.
Tapi saya mulai belajar dari Pak Eko, belajar untuk ikhlas dan
longgar kepada orang lain. Yakin bahwa Tuhan selalu menyediakan
jalan bagi setiap orang. Lagipula, Tuhan selalu memberikan semua
pada kita gratis, makanya Pak Eko dan saya juga belajar untuk
memberikan ilmu yang dipunyai secara gratis”.
Dari penjelasan di atas, manfaat inovasi Bapak Eko Susilo bagi karyawan
usaha “Sehati” dan masyarakat sekitar di atas dapat dijabarkan dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 11. Manfaat Inovasi Bapak Eko Susilo Bagi Karyawan Usaha
“Sehati” dan Masyarakat Sekitar
Pihak yang
Mendapat
Manfaat
Indikator Bentuk Manfaat
Karyawan
usaha “Sehati”.
Penambahan skill
dan kreativitas.
Skill dan kreativitas karyawan
bertambah, berguna bagi masa depan
mereka.
Siswa sekolah,
mahasiswa,
pengusaha lain,
dan petugas
dinas-dinas
pemerintah.
Penambahan
pengetahuan dan
dorongan untuk
berinovasi.
Adanya pengetahuan baru mengenai
inovasi mesin produksi UKM, serta
menambah semangat untuk menjadi
pelaku inovasi juga.
Anggota
asosiasi
pengusaha
UKM Salatiga
dan pengusaha
lain.
Penyelesaian
masalah produksi.
Adanya tukar pikiran mengenai
inovasi. Sering kali mereka mendapat
bantuan dari Bapak Eko Susilo dalam
mengatasi masalah produksinya.
Dari penelitian ini didapatkan manfaat-manfaat inovasi seperti di atas.
Beberapa temuan sesuai dengan Tiwari dan Buse (2007), bahwa bagi internal
perusahaan inovasi memiliki manfaat untuk meningkatkan kualitas produk,
memperkecil biaya, serta mempersingkat waktu produksi. Temuan ini juga
memperkuat hasil temuan dari Soleh (2008) dan Putra (2011) yang
menyimpulkan bahwa inovasi memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja
perusahaan. Inovasi juga dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Inovasi
57
yang dilakukan dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang
serupa sehingga orang lain terdorong pula untuk menjadi lebih baik. Hal ini
sesuai dengan teori yang diungkapkan White dan Bruton (2007), bahwa
inovasi dapat menjadi pembawa perubahan dalam masyarakat untuk menjadi
lebih baik. Terdapat hal menarik di dalam temuan penelitian ini, yaitu inovasi
pada sebuah usaha ternyata juga dapat bermanfaat bagi karyawan di dalam
usaha tersebut dalam peningkatan kemampuan atau skill mereka. Manfaat
inovasi bagi karyawan pastinya cukup kontradiktif dengan realitas saat ini,
dimana kebanyakan pengusaha sekaligus inovator biasanya melindungi hasil
inovasi mereka dari ekspos orang lain, termasuk dari karyawan mereka sendiri
dengan alasan takut adanya penjiplakan yang marak terjadi.
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan
bahwa inovasi yang dilakukan Bapak Eko Susilo dapat dilihat dengan
menggunakan pendekatan 4P Kreativitas (Person, Press, Process, Product).
Bapak Eko Susilo merupakan seseorang yang kreatif. Hal ini terbukti dari ciri-
ciri kepribadian kreatif yang menonjol pada dirinya. Ciri-ciri tersebut adalah
selalu mencari hal-hal yang baru, melihat masalah sebagai batu loncatan, berpikir
out of the box atau di luar kebiasaan, dan tidak takut gagal sehingga senantiasa
bersikap optimistis. Faktor pengalaman kerja sebelumnya sangat dominan dalam
mempengaruhi kreativitas beliau.
Untuk mampu melakukan inovasi, Bapak Eko Susilo membutuhkan
dorongan. Dorongan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu dorongan internal dan
58
eksternal. Dorongan internal terdiri dari tuntutan untuk efektif dan efisien
dalam kegiatan produksi, keinginan untuk peningkatan kualitas produk, serta
keinginan untuk membuktikan kemampuan diri. Sedangkan dorongan eksternal
terdiri dari harga mesin produksi sejenis lebih mahal dan kurang sempurna,
adanya tuntutan dari pasar, serta adanya dukungan dari orang terdekat.
Terdapat proses inovasi yang dialami Bapak Eko Susilo. Proses ini
dapat dibagi menjadi dua, yaitu proses inovasi terobosan dan proses inovasi
inkremental. Kedua proses ini memiliki persamaan dalam hal sumber ide awal
yang sama-sama berasal dari pengalaman kerja Bapak Eko Susilo sebelumnya.
Terdapat tiga perbedaan pada kedua proses ini. Pertama adalah inovasi
terobosan membutuhkan masa inkubasi ide yang lebih banyak dibandingkan
dengan inovasi inkremental. Kedua adalah ide yang muncul pada inovasi
terobosan bersifat spontan saat melihat produk atau sistem yang berbeda
namun aplikatif, sedangkan pada inovasi inkremental ide muncul saat melihat
produk atau sistem sejenis yang terasa kekurangannya. Pada tahap evaluasi dan
implementasi, inovasi terobosan lebih banyak membutuhkan trial & error
dibandingkan dengan inovasi inkremental.
Hasil inovasi teknologi Bapak Eko Susilo dapat dibedakan menjadi
hasil inovasi terobosan dan hasil inovasi inkremental. Hasil inovasi terobosan
adalah mesin peniris minyak. Sedangkan hasil inovasi inkremental terdiri dari
sensor otomatis pengatur panas minyak goreng, mesin coating, mesin
penepung Disk Mill, mesin pengupas kulit ari kedelai, dan mesin pembersih
kotoran kedelai.
Inovasi yang dilakukan Bapak Eko Susilo memberikan manfaat bagi
beberapa pihak. Bagi internal usaha, inovasi yang dilakukan dapat
59
meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses produksi secara keseluruhan
sehingga kualitas produk akan ikut meningkat. Bagi karyawan usaha “Sehati”,
inovasi Bapak Eko Susilo menambah pengetahuan serta daya kreativitas
mereka, sehingga hal ini berguna bagi kemandirian karyawan di masa depan
saat mereka sudah tidak bekerja di usaha “Sehati”. Sedangkan bagi masyarakat
sekitar, hasil inovasi Bapak Eko Susilo bermanfaat sebagai sumber inspirasi
dan belajar, sehingga masyarakat sekitar juga dapat berkembang. Dapat
disimpulkan bahwa Bapak Eko Susilo merupakan seorang pengusaha sekaligus
inovator yang tidak egoistis, namun memiliki jiwa sosial yang cukup tinggi.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk Bapak Eko Susilo adalah sebaiknya
beliau tetap memperhatikan pendaftaran hak paten bagi seluruh hasil karya
inovasinya, tidak hanya untuk mesin penepung Disk Mill. Hal ini dengan
tujuan untuk melindungi hasil karyanya dari sisi hukum serta bentuk
penghargaan dari pemerintah bagi sebuah karya inovasi. Walaupun seluruhnya
sudah dilindungi hak paten, Bapak Eko Susilo masih dapat menginspirasi
orang lain dengan cara membagikan pengalamannya dalam berinovasi, tetapi
tetap merahasiakan hal-hal detail dari karya inovasinya demi menghindari
penjiplakan oleh orang lain. Beliau juga memberikan kebebasan kepada
karyawannya untuk memodifikasi kembali mesin-mesin buatannya. Oleh
karena itu, Bapak Eko Susilo sebaiknya juga mengontrol secara penuh aktivitas
yang dilakukan karyawan-karyawannya, sehingga mereka dapat memodifikasi
mesin buatannya dengan bertanggung jawab.
Namun di samping semangat beliau untuk terus berinovasi dan juga
menginspirasi orang lain, tidak lupa beliau juga harus dapat berkonsentrasi
60
pada proses usahanya sendiri. Jangan sampai dengan semangatnya untuk terus
berinovasi dan menginspirasi orang lain, beliau justru melupakan esensi dari
usaha yang sangat penting, yakni manajemen usaha. Beliau dapat tetap
berinovasi dan menginspirasi orang lain, tetapi dengan presentase yang tidak
mengganggu proses usaha “Sehati” secara keseluruhan.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan di dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh
merupakan gambaran inovasi dari satu pendekatan 4P Kreativitas, sehingga
belum mampu menjelaskan inovasi secara menyeluruh. Halangan yang muncul
di dalam penelitian ini adalah adanya kesulitan saat melakukan wawancara
kepada beberapa pihak. Pertama adalah saat mewawancarai karyawan Bapak
Eko Susilo. Hanya satu orang karyawan beliau yang mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, sehingga kurang mampu merangkum
kesamaan pandangan mengenai inovasi Bapak Eko Susilo dari seluruh
karyawan. Kedua, dikarenakan keterbatasan waktu dan jarak penelitian, pada
penelitian ini belum mampu mendapatkan data wawancara dari masyarakat
yang banyak belajar mengenai inovasi dari Bapak Eko Susilo. Hal tersebut
menyebabkan penelitian ini belum mampu mengupas manfaat inovasi Bapak
Eko Susilo bagi masyarakat sekitar secara lebih mendalam. Oleh karena itu,
saran yang dapat diberikan untuk penelitian yang akan datang adalah
sebaiknya dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai dampak
inovasi suatu usaha bagi masyarakat sekitar secara luas dalam segi ekonomi,
sosial, dan budaya. Dengan penelitian yang akan datang tersebut diharapkan
mampu menyempurnakan hasil penelitian ini.
61
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, Aribowo Suprajitno dan Sri Bawono, 2009, Kecerdasan Entrepreneur,
Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.
Bungin, Burhan, 2010, Penelitian Kualitatif, Prenada Media Group, Jakarta.
Ellitan, Lena, 2006, “Strategi Inovasi dan Kinerja Perusahaan Manufaktur di
Indonesia: Pendekatan Model Simultan dan Model Sekuensial”, Jurnal
Manajemen, Vol.6, No.1, November 2006.
Ellitan, Lena dan Lina Anatan, 2009, Manajemen Inovasi: Transformasi menuju
Organisasi Kelas Dunia, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Gracia, Anne, 2003, Strategi Inovasi Produk Pada PT.National Gobel. Skripsi
Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (tidak
dipublikasikan).
Hasan, Bachtiar dan Setiadji, 2010, Cara Praktis Membangun Wirausaha,
Penerbit Pustaka Ramadhan, Bandung.
Hendro, 2011, Dasar-Dasar Kewirausahaan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Iswanto , 2001, Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Organisasi
Terhadap Tingkat Inovasi pada Perusahaan, Program Studi Magister
Manajemen Universitas Diponegoro, Semarang.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2008, Kriteria Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut UU no.20 tahun 2008 tentang UKM.
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=
129. 28 Januari 2012.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2012, UKM Ekspor
Diprioritaskan.
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=
1040:ukm-ekspor-diprioritaskan&catid=50:bind-berita&Itemid=97. 6 Maret
2013.
62
Kosasih, Sigit, 2011, Analisis Daya Saing Pada Industri Mainan Kayu di Jawa
Tengah dan DIY. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen
Satya Wacana (tidak dipublikasikan).
Lee, Antony, “Inovasi „Nakal‟ Eko Susilo”, Kompas, Senin 2 Agustus 2010: 16.
Maksindo, 2004, Mesin Kerupuk Agrowindo (Mesin Pembuat Kerupuk, Mesin
Pencetak Kerupuk, Mesin Pengaduk Adonan / Molen Kerupuk, dll).
http://www.alatcetakrengginang.com/2011/05/alat-penctak-rengginang-
yang-ditunggu.html. 14 April 2013.
Munandar, Utami, 2009, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Nugroho, Oscar, 2009, Inovasi pada Unit Usaha Mikro Kecil dan Menengah Studi
Kasus Kampoeng Batik Laweyan Solo. Skripsi Program S1 Fakultas
Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).
Pierce, John.A dan Richard.B.Robinson,Jr, 2007, Manajemen Strategis:
Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
Putra, Ocky Rosa Permana, 2011, Analisis Strategi Inovasi dan Kinerja
Operasional Pada UKM Gerabah di Dusun Kasongan Kelurahan
Bangunjiwo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”,
Yogyakarta.
Sasongko, Dhinar, 2010, “Eko Susilo, Setelah Dipecat Justru Sukses Berbisnis
Kedelai Goreng”, Radar Semarang, Selasa 4 Mei 2010.
Soleh, Muhammad, 2008, Analisis Strategi Inovasi dan Dampaknya Terhadap
Kinerja Perusahaan (Studi Kasus: UKM Manufaktur di Kota Semarang),
Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro, Semarang.
Sulistiyo, Hilda Sabri, 2012, Jumlah Wirausaha RI Naik Jadi 1,56%.
http://archive.bisnis.com/articles/jumlah-wirausaha-ri-naik-jadi-1-56-
percent. Diunduh pada 6 Maret 2013.
63
Supardi, Endang, 2004, Kiat Mengembangkan Sikap Kreatif dan Inovatif,
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan
Nasional.
Tiwari,R dan Buse.S, 2007, Barriers to Innovation in SMEs: Can the
Internationalization of R&D Mitigate Their Effect?, Kertas Kerja, Sevilla,
Spanyol.
Triwitono, 2011, Alat Pencetak Rengginang yang Ditunggu-tunggu.
http://www.mesinkerupuk.com/. 14 April 2013.
White, Margareth.A dan Garry.D.Brutton, 2007, The Management of Technology
and Innovation: A Strategic Approach, Thomson South-Western, Amerika
Serikat.
Wijayanti dan Intan Puspitasari, 2005, Inovasi Pada Usaha Kecil dan Menengah
di DIY: Tipe, Sumber Informasi, dan Akses Teknologi, Universitas
Muhamadiyah Purworejo.
Winardi, J, 2003, Entrepreneur dan Entrepreneurship, Penerbit Prenada Media,
Jakarta.
Zimmerer, Thomas.W dan Norman.M.Scarborough, 2008, Kewirausahaan dan
Manajemen Usaha Kecil, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
64
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan
A. Bapak Eko Susilo
1. Pertanyaan Umum
a. Bagaimanakah riwayat kehidupan Bapak secara singkat?
b. Bagaimanakah riwayat usaha “Sehati” secara singkat?
c. Inovasi apa yang sudah dibuat oleh Bapak sebagai pemilik
usaha “Sehati”?
2. Pendekatan Person
a. Apakah Bapak merasa sebagai orang yang kreatif?
b. Dari manakah Bapak mendapat ide-ide atau pemikiran kreatif
untuk inovasi-inovasi yang Bapak lakukan?
c. Apakah Bapak memiliki background pendidikan atau pekerjaan
sebelumnya yang mendukung inovasi Bapak?
3. Pendekatan Press
a. Motivasi apakah yang mendorong Bapak untuk melakukan
inovasi?
4. Pendekatan Process
a. Bagaimanakah proses yang dilakukan Bapak dalam berinovasi?
b. Halangan apa yang muncul selama proses inovasi Bapak?
c. Berapa lama yang dibutuhkan Bapak untuk mendapatkan ide
inovasi?
d. Berapa kali Bapak mengalami trial and error dalam berinovasi?
e. Bagaimanakah Bapak menyikapi tentang trial and error yang
dialami selama proses inovasi?
f. Berapa lamakah waktu yang diperlukan untuk keseluruhan
proses inovasi?
5. Pendekatan Product
a. Apa sajakah hasil inovasi yang telah Bapak ciptakan?
b. Bagaimanakah konsep kerja dari hasil inovasi Bapak?
65
c. Apakah keunggulan dari hasil inovasi yang telah Bapak
ciptakan?
d. Kapan masing-masing hasil inovasi selesai diciptakan secara
lebih tepatnya?
e. Selain menghasilkan inovasi yang sudah ada sekarang, apakah
Bapak masih memiliki pemikiran kreatif untuk inovasi
selanjutnya?
f. Apakah hasil inovasi Bapak telah dipatenkan?
g. Bagaimanakah tanggapan Bapak terhadap hak paten?
6. Manfaat inovasi
a. Manfaat apakah yang diperoleh Bapak dari adanya inovasi yang
telah Bapak lakukan?
b. Bagaimanakah hasil inovasi mempengaruhi input, proses, dan
output dari produksi usaha “Sehati”?
c. Bagaimanakah inovasi yang Bapak lakukan dapat berpengaruh
terhadap kemajuan usaha “Sehati”?
d. Bagaimanakah pengaruh dari inovasi yang Bapak lakukan bagi
pihak eksternal usaha “Sehati”?
B. Istri Bapak Eko Susilo
1. Bagaimanakah awal mula Bapak Eko Susilo terdorong untuk
melakukan inovasi usaha?
2. Apakah yang menjadi sumber inovasi dari Bapak Eko Susilo?
3. Bagaimanakah peran Ibu sebagai istri saat mengetahui kreativitas
Bapak Eko Susilo dalam melakukan inovasi?
4. Bagaimanakah peran Ibu dalam hal teknis inovasi yang dilakukan oleh
Bapak Eko Susilo?
5. Menurut Ibu, bagaimanakah sikap hidup Bapak Eko Susilo di
lingkungan keluarga?
6. Menurut Ibu, bagaimanakah dampak inovasi Bapak Eko Susilo bagi
usaha “Sehati”?
7. Menurut Ibu, bagaimanakah dampak inovasi Bapak Eko Susilo bagi
pihak eksternal usaha “Sehati”?
66
C. Bapak Slamet (Karyawan Bapak Eko Susilo)
1. Bagaimanakah pendapat Bapak mengenai inovasi usaha yang dilakukan
oleh Bapak Eko Susilo?
2. Apa sajakah hasil inovasi Bapak Eko Susilo yang Bapak ketahui?
3. Bagaimanakah pendapat Bapak mengenai sifat-sifat kreatif Bapak Eko
Susilo?
4. Apakah Bapak dan karyawan lainnya terlibat dalam inovasi yang
dilakukan Bapak Eko Susilo? Sejauh mana keterlibatan tersebut?
5. Bagi Bapak sendiri, manfaat apakah yang Bapak peroleh dari inovasi
yang dilakukan oleh Bapak Eko Susilo?
67
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Andree Narwoto
NIM : 212009013
Fakultas : Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Program Studi : Manajemen
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat & Tanggal Lahir : Temanggung, 19 Juni 1991
Agama : Kristen
Alamat :Perumahan Kotabaru gang II/138 Blotongan,
Salatiga.
Status Perkawinan : Belum kawin.
Alamat Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1997 – 2003 : SD Kanisius Sanjaya Sukorejo, Kendal
2003 – 2006 : SMP Negeri 1 Sukorejo, Kendal
2006 – 2009 : SMA Kolese De Britto Yogyakarta
2009 – 2013 : Universitas Kristen Satya Wacana
68
RIWAYAT ORGANISASI
(2010 – 2011)
1. Fungsionaris Kelompok Studi Manajemen (KSM) dengan jabatan Manajer
HRD.
2. Panitia Kegiatan Seminar Nasional KSM “Great Men Have Great Minds”
dengan jabatan Sekretaris.
3. Satuan Tugas Wisata Industri (WI) Kelompok Studi Manajemen “Yes WI Get”
4. Panitia pengenalan manajemen oleh KSM “Green Generation of Management”
(G2M), sebagai Sie.P3K.
5. Satuan Tugas kuliah umum “How To Build Our Bargaining Power On
Internasional Joint Venture Context”.
(2011– 2012)
1. Fungsionaris Kelompok Studi Manajemen (KSM) dengan jabatan Ketua (CEO).
2. Panitia Kompetisi Kewirausahaan Kelompok Studi Management (KSM)
“Innovation Day Challenges 2012”, sebagai Sie.Publikasi, Dokumentasi, dan
Perijinan.
3. Anggota Korps Asisten Dosen FEB UKSW dalam untuk semester ganjil dan
genap.