gambar buku mp
DESCRIPTION
medical student tutorialTRANSCRIPT
NEUROANATOMI
Daniel S. Wibowo
Gambar Dermatom
HISTOLOGI SISTEMA NERVORUM
Sonja SutedjaBagian Histologi Fakultas Kedokteran UK. Maranatha
Gambar 1. Macam-macam Neuron
Gambar 2. Bagian-bagian Neuron
Gambar 3. Neuroglia
Gambar 4. Astrosit
Gambar 3
Gambar 5. Gambar sel neuroglia yang tampak dalam. sediaan yang dipul as dengan impregnasi logam. Perhatikan bahwa hanya astrosit yang memiliki kaki-kaki vaskular, yang menutupi dinding kapiler darah.
Gambar 6. Tipe dan terminologi sinaps yang terjadi pada berbagai bagian neuron. Perhatikanlah bahwa apa yang tampak sebagai “penebalan” membran disebabkan oleh akumulasi material yang ”tebal” di perbatasan berbagai tipe sinaps. Material yang terdapat di bagian sitoplasmik dari membran presinaptik sering berupa suatu ”regular interrupted pattern” daripada berupa plak kontinu.
Gambar 8.
Gambar 10. Motor neuron : cornu anterior medulla spinalis. Pewarnaan : HE.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13. Gambar 14. Diagram menggambarkan
hubungan meningens - otak.
Gambar 15.
Gambar 16.
Gambar 16
Gambar 17.
Gambar 18
Gambar 19
Gambar 20.
FAAL SISTEM SARAF PUSAT / CENTRAL NERVOUS SYSTEM
Oleh : Pinandojo DjojosoewarnoBagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran UK. Maranatha
CEREBRUM
Motor homunculus
Primary Sensory Areas of Cerebral Cortex
TRAKTUS PYRAMIDALIS
FAAL SISTEM SENSORIK
Oleh : B.Y. Hadiman
Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran UK. Maranatha
Gambar 1. Skema di atas ini memperlihatkan dua tipe reseptor sensorik. Membran sensitif yang memberi respon terhadap stimulus adalah (a) akhiran saraf afferent atau (b) sel khusus yang terletak berdekatan dengan neuron afferent. ”Ion channel” pada membran reseptor mengubah aliran ion dan mengawali transduksi stimulus.
Gambar 2. Action potentials from an afferent fiber leading from the pressure receptors of a single sensory unit in a frequency as the receptors are subjected to pressures of increasing magnitude.
Gambar 3. Pengaruh ukuran dan densitas unit sensorik terhadap ketepatan : (a) informasi dari neuron A mengindikasikan stimulus akan dapat dilokalisir secara lebih tepat dibandingkan dengan neuron B, sebab receptice field neuron A lebih kecil; (b) diskriminasi dua titik pada lidah lebih baik dibandingkan dengan pada punggung, sebab unit sensorik lidah lebih banyak dengan receptive fields ecil-kecil.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6. Akhiran saraf, reseptor sensorik, dan plexus akar rambut disekitar folikel
rambut dalam kulit.
Gambar 7. Regio permukaan tubuh yang secara tipikal merasakan nyeri rujukan dari
organ visceral
-
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gb. 14. Posisi masing-masing canalis semicircularis pada “bidang2” datar horizontal, vertical anterior & anterior
Gambar 15
Gb. 13. Posisi labyrinth dalam telimga.
Gambar 16.
Gambar 17 Gambar 18
Gambar 17. Posisi crista ampularis dan cupula dalam ampula
Gambar 18. Crista ampularis dengan cupulanya
Gambar 19..Perubahan cupula crista ampularis serta silia-silia sel-sel reseptor pada kepala
yang bergerak berputar pada sumbu vertical.
Gambar 20.
Gambar 21.
Gambar 22.
Rongga hidung dilihat dari medial
-
olfactory cell receptor yang terdapat pada concha superior dan
berupa pulau-pulau pada concha media
- arah panah menunjukkan arah jalan aliran udara waktu inspirasi
Gambar 23.
sel-sel olfactory di antara sel
penyokong, sel basal
Gambar 24. Persarafan sel olfactor, axon yang menembus tulang dasar tengkorak, bulbus olfactorius
Reflex Medula SpinalisOleh : Djusena
Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran UK. Maranatha
Gambar 1.
Gambar 2. Gambar ini memperlihatkan diagram innervasi resiprokal. Impuls afferent dari muscle spindles secara langsung menstimulasi motorneuron alpha untuk otot agonis
(extensor), tetapi (melalui interneuron inhibisi) mereka menghambat aktivitas motorneuron alpha untuk otot antagonis.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5. Aktivitas organ Golgi tendon. Peningkatan tegangan otot menstimulasi aktivitas sensory nerve ending dalam organ Golgi tendon. Input sensorik ini menstimulasi interneuron, selanjutnya menghambat aktivitas motorneuron yang menginervasi otot tersebut. Ini merupakan reflex disinaptik.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gb. 8. Cross extensor reflex. Reflex yang kompleks ini memperlihatkan double reciprocal innervation.
Gambar 9.
SISTEM SARAF OTONOMOleh : Djusena
Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran UK. Maranatha
Sistem Saraf Simpatis
Gb. 1 Sistem Saraf Simpatis
Gambar 2.
Gambar 2
Gb. 3 Sistem Saraf parasimpatis
Gambar 4
Gambar 5
ANALISIS CAIRAN OTAK
Oleh : Surjadi Kurniawan
Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UK. Maranatha
RINGKASAN NEURORADIOLOGI
Oleh : Handri Taufik
Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran UK. Maranatha
Figure 99A-26 Subarachnoid haemorrhage. (A) CT shows blood in the right Sylvian fissure and in the interhemispheric fissure. This appears of high signal intensity on the fluid-attenuated inversion recovery (FLAIR) MRI (B), as opposed to the normal CSF which appears dark. A 3D TOF MRA (C) shows a right middle cerebral artery aneurysm (double arrow), which has bled, and an incidental ophthalmic artery aneurysm (single arrow); both are confirmed with DSA. (Sutton, 2001)
Figure 99A-32 Intracranial haemorrhage in a thrombocytopaenic patient. Unenhanced CT scan (A), T2-weighted fast spin-echo sequence (FSE) (B), and T2*-
weighted gradient-echo sequence (GRE) (C). On CT (A) the high attenuation occipito-parietal haematoma is surrounded by a low attenuation rim indicating clot retraction. The haematoma is of mixed signal intensity on the T2 FSE sequence (B) and could be mistaken for another mass lesion. It is, however, of characteristically low signal on the
Subfalcine herniation
Subdural hematom
Dura
Epidural hematom
Trans tentorial hematom
Tonsilar herniation
T2*-weighted GRE (C), which is more sensitive for the detection of haemorrhage. (Sutton, 2001)
Figure 99A-39 99A.39 Extradural haematomas.(A) Axial T2-weighted and (B) coronal T1-weighted MRI of bilateral spontaneous subdural haematomas of different ages. The left-sided collection is a few days old (early subacute stage) and is of low signal on T2-weighting and high signal on T1-weighting. The right-sided collection is a few weeks old (late subacute stage) and appears of high signal on both sequences, but it appears less bright on the T1-weighted sequence (B) than the more recent contralateral collection (see Table 99A.3 ) (Sutton, 2001)
Epilepsi
Oleh : Dedeh Supantini Jahja
Gambar 2. Etiologi epilepsi simptomatik pada berbagai usia
Gambar 3. Memperlihatkan gelombang epileptiform berupa gelombang paku-lambat di sebelah kiri, dan ”poly-spike wave” di sebelah kanan.
KESADARAN DAN GANGGUAN KESADARAN
Oleh : Oki Haryanto
Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran UK. Maranatha
Dasar Neuro-anatomi kesadaran :
POLA PERNAPASAN
a. Pernapasan Cheyne Stokes kelainan diencephalon
a. Central Neurogenic hiperventilation
b. Apneutic breathing
c. Cluster breathing
d. Ataxic breathing
NYERI
Oleh : Oki Haryanto
Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran UK.Maranatha
Gambar berikut ini memperlihatkan hubungan antara hiperalgesia dengan alodinia.
OBAT MIGREN DAN OBAT PENYAKIT ALZHEIMER
Oleh : Lusiana DarsonoBagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UK. Maranatha
Patofisiologis : masih belum jelas
VERTIGO PERIFER
Oleh : Dominggus Mangape
Bagian Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran UK. Maranatha
Uji Dix-Hallpike