futuhat dan penjajahan

6

Click here to load reader

Upload: muhammad-ishak

Post on 29-Jun-2015

166 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: FUTUHAT DAN PENJAJAHAN

ANTARA FUTUHAT DAN PENJAJAHAN

Jihad seringkali diidentikan dengan tindakan bar-barian yang tak beradab. Bahkan sejarah kaum muslim yang melakukan perluasan wilayah (futuhat) dengan dakwah dan jihad ke berbagai penjuru dunia dianggap sebagai tindakan biadab yang tak berbeda dengan ketamakan negara-negara imperialis Eropa pada abad 19. Namun demikian menyamakan antara futuhat dan pejajahan merupakan tuduhan yang tidak berdasar dan ahistoris setidaknya ditinjau dari tiga aspek: motif, metode dan implikasi yang ditimbulkan.

MotifImperialisme atau penjajahan (isti’mariyyah) oleh an-Nabhany didefinisikan sebagai dominasi politik, ekonomi, militer dan budaya terhadap suatu negara sehingga dapat dieksploitasi.1 Ia telah menjadi metode baku bagi negara-negara Kapitalisme untuk menyebarluaskan ideologinya.Dengan penjajahan negara-negara tersebut dapat mengontrol sumber daya ekonomi negara jajahan seperti bahan mentah yang melimpah dan tenaga kerja murah. Selain itu penjajahan merupakan jalan untuk mencari dan menguasai pasar bagi produk-produk mereka yang meningkat drastis tertama pasca revolusi industri.2 Motif imperealisme berbeda jauh dengan konsep futuhat dalam Islam. Motif futuhat lewat dakwah dan jihad adalah dorongan aqidah semata. Jihad yang berarti perang melawan orang-orang kafir baik secara fisik, materi dan pemikiran yang berkaitan dengan perang merupakan metode (thariqah) untuk menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia. Jihad bukan untuk mendapatkan materi atau jizyah meski dengan pemberian jizyah oleh orang-orang kafir menyebabkan serangan jihad dihentikan.3 Juga bukan ajang untuk mendapatkan popularitas dan melampiaskan nafsu berkuasa.

Dari Musa al-Asy'ariy bahwa seseorang mendatangi Nabi saw. dan bertanya: "Wahai Rasulullah siapakah yang berada di jalan Allah, orang yang berperang karena ghanimah, orang yang berperang karena ingin disebut-sebut, dan orang yang berperang karena ingin dihormati kedudukannya?" Rasulullah saw. menjawab: "Barangsiapa yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah maka ia berada di jalan Allah."(HR.Muslim)

Dengan dakwah dan jihad kemulian dan keadilan Islam dapat tersebar dan menaungi ummat manusia dan membebaskan mereka dari kegelapan dan kehinaan di dunia dan akhirat. Paradigma inilah yang mendorong kaum Muslim sejak masa Rasulullah untuk terus melakukan futuhat tanpa gentar. Hal ini misalnya nampak pada Mughirah bin Syu'bah ketika diutus untuk berdiaolog dengan Rustum raja Persia sebelum kaum muslim menyerang Persia pada perang Qadisiyah.

Rustum berkata: "Sesunguhnya kalian adalah tetangga kami. Kami juga telah berbuat baik dan menghilangkan bahaya atas kalian. Oleh karena itu kembalilah ke negeri kalian. Kami juga tidak akan menghalangi pedagang kalian masuk ke negeri kami." Mendengar pernyataan tersebut Mughirah menjawab: "Kami tidak mencari dunia. Yang kami cari dan harapkan hanyalah akhirat. Allah swt telah mengutus kepada kami seorang Rasul yang dikatakan kepadanya: Saya murka dan akan menyiksa orang yang tidak mengikuti agama-Ku. Sebaliknya Saya menjadikan mereka kuat selama mereka berpegang teguh padanya. Tidak seorang pun yang membencinya kecuali ia hina dan tidak seorang pun yang memegangnya kecuali ia mendapatkan kemuliaan. Rustum berkata:

Page 2: FUTUHAT DAN PENJAJAHAN

"Alangkah baiknya. Apalagi?" Mughirah menjawab: "Kami diperintahkan untuk mengeluarkan manusia dari penghambaan kepada manusia kepada penghambaan kepada Allah." 4

MetodeKarena motifnya yang materialistik dan dilandasi oleh ideologi yang mengabaikan aspek spiritual, kemanusiaan dan akhlak, negara-negara imperealis menempuh segala cara untuk melakukan ekspansi, eksploitasi dan dominasi di wilayah-wilayah yang ditaklukkan. Akibatnya negara-negara jajahan kurus kering dihisap dan ditindas sementara negara-negara penjajah makin makmur. Bukan hanya kekayaan alam yang dihisap, penduduknya juga disiksa sedemikian rupa demi memuaskan ambisi mereka. Sebagian mereka malah dijadikan sebagai komoditas. Mereka diperjual-belikan sebagai budak dan diperkerjakan secara paksa. Lord Darmounth misalnya, menteri Kolonial kerajaan Inggris pernah berkomentar tentang perbudakan yang dilakukan oleh Inggris: "Kami tidak akan pernah membiarkan wilayah-wilayah koloni tersebut merintangi sebuah aktivitas perdagangan yang bermanfaat bagi bangsa (Inggris)."5

Namun setelah menguatnya propaganda anti imperialisme oleh negara-negara Komunis, pasca Perang Dunia II imprealisme secara langsung secara perlahan bergeser menjadi imperialisme tidak langsung. Salah satu caranya adalah memasang agen yang dianggap loyal di pucuk pemerintahan. Disamping itu sturuktur politik, ekonom dan budaya negara koloni didesain sedemikian rupa agar tetap berkiblat kepada tuannya. Hingga kini kontestasi perebutan pengaruh dan dominasi antara negara-negara Eropa dan AS terus berlangsung meski dengan pola dan tensi yang terus berubah. Satu hal yang tak berubah negara-negara terjajah terus berkubang dalam penderitaan.

Sementara itu konsep jihad berisi aturan yang detail sehingga prosesnya tidak ugal-ugalan layaknya penjajahan negara-negara kapitalis. Di dalam jihad misalnya tidak diperkenankan untuk membunuh wanita, anak-anak dan orang tua yang tidak terlibat sebagai kombatan. Di samping itu jihad merupakan opsi terakhir tatkala seruan kepada orang-orang kafir untuk masuk Islam atau permintaan kepada mereka untuk membayar jizyah ditolak. Rasulullah saw bersabda:

“Berperanglah di jalan Allah dengan menyebut nama Allah. Perangilah orang-orang yang kafir kepada Allah. Berperanglah dan jangan berkhianat, mencincang-cincang (musuh) dan membunuh anak-anak kecil. Jika kalian berhadapan dengan musuh-musuh kalian dari orang-orang musyrik maka seru mereka pada tiga perkara; apapun yang mereka pilih maka terimalah. Serulah mereka masuk Islam dan jika mereka setuju maka terimalah dan lindungilah mereka…. Jika mereka menolak maka bebankan jizyah pada mereka. Jika mereka setuju maka terimalah dan lindungilah mereka. Namun jika mereka menolak maka memohonlah kepada Allah dan perangilah mereka." (HR. Muslim)

Implikasiimplikasi yang ditimbulkan oleh penjajahan juga sangat destruktif. Mark Curtis seorang wartawan Luar Negeri Inggris melaporkan bahwa dari tahun 1945 saja Inggris bertanggung jawab atas kematian lebih dari 10 juta orang baik di Nigeria, Indonesia, Arab, Uganda, Chile, Vietnam dan sebagainya. Pada

1 Mafahim Siyasiyyah li Hizbit Tahrir, Taqiyuddin an-Nabhany, Dar al-Ummah hal.132 Imperialism: The Highest Stage of Capitalism, V.I. Lenin. Resistance Book, hal.63 Asy-Syakhsiyyah al-Islamiyyah, Taqiyuddin an-Nabhany, 146/II4 al-Bidâyah wa an-Nihâyah, Ibnu Katsir, Maktabah Syamilah: 46/VII5 Jihad dan Kebijakan Luar Negeri Daulah Khilafah, Zahid Ivan Salam, Pustaka Thariqul Izzah, hal. 94

Page 3: FUTUHAT DAN PENJAJAHAN

bulan Oktober 1952 misalnya Inggris telah memaksa ratusan ribuan rakyat Kenya tinggal di kamp-kamp konsentrasi ala Nazi. Akibat kebijakan tersebut setidaknya 150.000 warga Kenya meninggal dunia.6

Irak merupakan contoh mutakhir kebuasan negara-negara kapitalisme menghisap negara jajahannya. Negeri 'seribu satu malam' tersebut diinvasi oleh AS dan pasukan sekutu dengan alasan kepemilikan senjata pemusnah massal. Meski hingga kini tidak terbukti invasi tersebut berlangsung. Salah satu alasannya cadangan minyak di negara tersebut sangat melimpah. Saat invasi, pasukan AS menjaga ketat kilang-kilang minyak Irak yang belakangan kapasitas produksinya terus ditingkatkan. Sementara sekolah, rumah sakit, kantor pemerintahan, tempat ibadah dan pusat-pusat kebudayaan terus diluluh-lantakkan. Sejumlah perusahan raksasa yang membonceng pasukan AS dan sekutu seperti Halliburton, Lockheed Martin, Boeing dan Northrop Grumman mengaku mendapatkan keuntungan yang berlipat dari invasi-invasi yang dilakukan oleh AS. Perusahaan jasa keamanan saja misalnya memperoleh keuntungan US$ 100 miliar setahun dari Irak dan Afganistan.7

Lebih dari itu, AS di bawah Paul Bremer pada tahun 2004 juga telah menetapkan sejumlah kebijakan yang liberal diantaranya proses privatisasi terhadap 200 BUMN Irak, boleh orang asing menguasai 100 persen bisnis di Irak, pembebasan pajak keuntungan dan lisensi kepemilikan selama 40 tahun.8

Pada saat yang sama rakyat Irak terus dihujani mesiu dan bom seraya diadu domba satu sama lain. Jumlah pengungsi, pengangguan dan kemiskinan terus bertambah. Hal yang sama juga terjadi di Afganistan, Somalia, dan sejumlah negara-negara di Afrika. Sikap AS seakan menjadi pembenar pernyataan Socrates: "All wars are fought for money"(semua perang dilakukan demi uang).

Berbeda dengan perlakuan negara-negara imperealis terhadap koloni mereka, perlakuan kaum muslim kepada penduduk negara futuhat termasuk kepada ahlu dzimmah sangat terhormat. Ahlu dzimmah, orang-orang kafir yang hidup di negara Islam setiap tahunnya memang diwajibkan membayar jizyah. Namun demikian aturan tersebut hanya berlaku bagi mereka yang mampu. Orang fakir, orang tua jompo, orang buta dan orang sakit tidak dikenakan jizyah.9 Selain itu mereka tidak dibebankan apapun kecuali tunduk dan patuh pada hukum-hukum Islam yang bersifat publik. Aturan mengenai ibadah, pernikahan, makanan dan minuman dikembalikan kepada agama mereka.

Para khalifah juga sangat memperhatikan kondisi penduduk dzimmah. Meski berbeda keyakinan mereka tetap diperhatikan dan dilayani dengan baik. Umar bin Khattab misalnya selalu menanyakan keadaan ahlu dizmmah pada delegasi dari wilayah-wilayah kekhilafahan yang datang kepada beliau. Diriwayatkan oleh at-Thabrany bahwa Umar pernah bertanya kepada seorang delegasi: "apakah orang-orang Muslim telah melakukan tindakan yang menyakiti ahlu dzimmah atau hal-hal yang dapat membuat mereka melepaskan diri dari kalian?" Mereka menjawab: "Kami tidak mengetahui kecuali kaum muslimin bersikap baik kepada mereka."10

Tak heran jika kehadiran Islam membuat keadaan penduduk di wilayah futuhat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hitti sejarawan dari Princetton University misalnya mengakui bahwa penaklukan orang-orang Islam ke Spanyol telah memberikan keuntungan bagi bagi penduduknya.

6 British Foreign Policy - A real sense of grievance. www.khilafah.com7 Irak: New Way Forward, Hizbut Tahrir Britain, hal.278 Iraq: The West's colonial misadventure, www.khilafah.com9 Ahkâm Ahli ad-Dzimmah, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Dar Ibnu Hazm, hal. 160-16110 Tarikh ar-Rusul wal-Muluk, At-Thabarany, Maktabah Syamilah, II/354

Page 4: FUTUHAT DAN PENJAJAHAN

“Masyarakat Kristen mendapatkan keleluasaan untuk menjalankan kepercayaannya dan mengikuti hukum Kristiani yang tidak melibatkan umat Islam. Penaklukan tersebut juga menghancurkan hegemoni kelas atas termasuk para bangsawan dan pendeta yang sebelumnya memiliki hak-hak istimewa, memperbaiki kondisi kelas bawah dan mengembalikan hak properti tuan tanah Kristen yang sebelumnya tidak diakui ketika bangsa Gotik Barat berkuasa.”11

Dari sisi pemerintahan, hak dan kewajiban wilayah-wilayah futuhat yang telah dikuasai Khilafah Islam sama dengan wilayah-wilayah Islam lainnya. Hal ini karena wilayah tersebut telah menjadi bagian integral dari negara Islam yang sistem pemerintahannya berbentuk kesatuan. 12 Islam tidak mengenal istilah negara periphery, koloni ataupun protektorat yang diposisikan secara marginal oleh negara pusat.

Dari aspek ekonomi perhatian dan pelayan negara terhadap wilayah-wilayah tersebut juga sama dengan wilayah lainnya tanpa mempertimbangkan besar-kecilnya pendapatan mereka. Jika belanja pemerintahannya melebihi pemasukannya maka subsidi anggaran mengucur dari Baitul Maal. Sebaliknya jika berlebih maka ditarik di tarik ke Baitul Maal dan didistribusikan ke wilayah yang kekurangan.

Afrika misalnya yang kini mayoritas penduduknya masih berada di bawah garis miskin akibat penjajahan, pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz telah menikmati kondisi perekonomian yang cukup mapan. Jika angka penerima zakat dijadikan sebagai indikator kemiskinan maka wilayah Afrika yang dikuasai Islam pada masa itu justru tidak ada. Yahya bin Said menuturkan: “Umar bin Abdul Aziz mengutus saya untuk mengumpul zakat di Afrika. Saya lalu mencari orang-orang miskin namun saya tidak menemukannya. Juga tidak seorang pun yang datang kepada saya untuk mengambil zakat. Ini karena Umar bin Abdul Aziz telah membuat mereka berkecukupan. Akhirnya (atas permintaan Umar) saya menggunakan harta zakat tersebut untuk membeli budak lalu saya merdekakan dan menjadikan mereka sebagai maula kaum muslim.”13

Dengan konsep tersebut tak heran jika penduduk ahlu dzimmah setelah melihat keagungan Islam secara faktual tanpa dipaksa berbondong-bondong menganut Islam. Berbeda dengan cara orang Kristen Spanyol yang memaksa ummat Islam masuk Kristen dengan ancaman inkuisisi. Juga berkebalikan dengan semangat AS dan Eropa untuk menanamkan nilai-nilai Demokrasi di negeri-negeri Islam dengan uang dan teror. Alhasil perbedaan antara penjajahan dengan futuhat ibarat langit dan bumi. Wallahu a’lam bisshawab.

11 History of The Arab, Philiph K Hitti, Serambi hal. 64912 Ad-Daulah al-Islamiyyah, Taqiyuddin an-Nabahany, Dar al-Ummah, hal.15913 Ad- Daulah al-Amawiyyah, Ash Shalaby, Maktabah Syamilah, hal. 199