fungsi manajemen pendidikan
TRANSCRIPT
Fungsi Manajemen Pendidikan
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian(Organizing)
3. Pelaksanaan(Actuating)
4. Pengawasan(Controlling)
5. Pengevaluasian (evaluating)
6. Download:
Menurut Henry Fayol seperti dikutip Sukarna (1992: 7) seorang industriawan Prancis
pada zaman Taylor, banyak pula memberikan sumbangan pemikirannya kepada pemikiran
dan pembangunan manajemen. Ia adalah seorang pionir yang mengembangkan konsepsi
tentang manajemen, sebagai sesuatu hal yang terdiri dari pada fungsi-fungsi yaitu:
Perencanaan (Planning)^
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan
menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan secara efesien dan
efektif. Setiap perencanan selalu terdapat tiga kegiatan yang dapat dibedakan. Tetapi,
ketiga perencanaan tersebut dalam prosesnya tidak dapat dipisahkan antar satu dengan
yang lainnya. Ketiga kegiatan itu adalah perumusan tujuan yang ingin dicapai, pemilihan
program untuk untuk mencapai tujuan tertentu, dan identifikasi sumber yang jumlahnya
selalu terbatas (Nanang Fattah, 2003:49).
Perencanaan berarti tindakan mendeterminasi (menentukan) sasaran dan arah
tindakan yang akan diikuti. Hubunganya dengan pendidikan, perencanan pendidikan ialah
suatu proses mempersiapkan seperangkat aternatif keputusan bagi kegiatan masa depan
yang diharapkan kepada pencapaian tujuan.
G.R. Terry (Sukarna, 1992: 10) menyatakan bahwa perencanaan adalah pemilihan
dan penghubungan fakta-fakta serta pembuatan dan penggunaan pemikiran-pemikiran,
asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang, dengan jalan mengembangkan dan
merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2003: 91) perencanaan adalah suatu proses untuk
menentukan rencana. Dalam suatu rencana ditempatkanlah tujuan yang ingin dicapai
dengan dibantu pedoman atau panduan tertentu.
Perencanaan merupakan proses yang sistematis dalam pengembalian keputusan
tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Perencanaan juga
merupakan kumpulan kebijakan yang secara sistematis disusun dan direncanakan
berdasarkan data yang dapat dipertanggung jawabkan serta dapat dipergunakan sebagai
pedoman kerja. Perencanaan mengandung makna pemahaman terhadap apa yang telah
dikaji, permasalahan yang dihadapai dan alternatif pemecahannya. Ini dimaksudkan untuk
menentukan prioritas kegiatan yang telah ditentukan secara profesional. Perencanaan
program pendidikan sedikitnva mempunyai dua fungsi utama (Mulyasa, 2002: 20). Pertama,
perencanaan merupakan upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga, dan
mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia yang dapat disediakan. Kedua,
perencanaan merupakan pemanfaatan sumber daya secara efesien dan efektif untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, menghasilkan lulusan yang lebih bemutu dan
relevan dengan kebutuhan.
Berdasarkan uraian di atas, perencanaan merupakan pekerjaan setiap manajer
sebelum dapat mengorganisasikan, memimpin atau mengendalikan mereka. Seorang
manajer harus membuat rancangan yang menjelaskan maksud dan arah pada organisasi,
dengan memutuskan apa yang harus dilakukan dan siapa yang harus melakukannya.
Kebutuhan akan perencanaan berlaku pada semua tingkatan.
Pengorganisasian(Organizing)^
Pengorganisasian merupakan kelanjutan perencanaan. Setelah direncanakan, maka
kegiatan yang akan dilakukan dan tujuan yang akan dicapai dikelompokan secara teratur
[sistematis]. Dalam menyusun beberapa kegiatan, hal yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana pengelompokan kegiatan-kegiatan itu menurut jenisnya; kegiatan mana yang
lebih dahulu harus dilaksanakan dan mana yang kemudian, bagaimana hubungan antara
kelompok kegiatan-kegiatan itu dan seterusnya.
Menurut G.R. Terry pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan
kelakuan yang efektif diantara sekumpulan orang agar mereka dapat bekerja sama secara
efisien dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam
kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu (Malayd S.P.
Hasibuan, 2003: 119).
A.M. Kadarman (2001: 82) mengartikan pengorganisasian adalah penetapan stuktur
peran-peran melalui penentuan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan bagian-bagianya serta hubungan-hubungan dan informasi,
baik secara horizontal maupun vertikal dalam struktur organisasi.
Seorang manajer diharapkan pada suatu tangtangan bagaimana organisasi yang
dipimpin dapat berjalan dengan lancar untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, salah
satu sasaran yang penting yaitu bagaimana membangun sebuah stuktur organisasi yang
efektif serta mempunyai ketahanan yang kuat. Kelemahan dalam prinsip-prinsip organisasi
dapat menjadi hambatan yang bisa mempengaruhi perwujudan tujuan organisasi.
Untuk memudahkan melihat bagaimana posisi seseorang dan hubungannya dengan
orang lain, maka timbulah berbagai bentuk organisasi. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2003:
150) bentuk-bentuk organisasi yang lazim kita kenal adalah:
a. Organisasi Lini (Line Organization)
Organisasi ini berbentuk garis dan satuan-satuan bulat pada tingkat-tingkat yang
diperlukan. Wewenang dan pimpinan mengalir langsung kepada para kepala. Satuan
organisasi ini memegang wewenang bulat dan memikul tanggung jawab penuh mengenai
segala hal yang termasuk bidang kerja satuannya. Dengan demikian, para pelaksana
bawahannya menerima perintah dan petunjuk langsung dari satuan dan tanggung jawab
kepadanya.
b. Organisasi Lini dan Staf (Line and Staf Organization)
Bentuk ini dipergunakan apabila pimpinan dan organisasi dan bentuk line atau garis
tidak dapat menguasi seluruh seluk-beluk yang ada dibawahnya. Hal ini bisa terjadi kalau
organisasinya cukup besar, sehingga permasalahannya menjadi lebih ruwet. Untuk itu
pimpinan harus dibantu oleh staf yang terdiri dari beberapa ahli. Tenaga staf ini tidak harus
berada langsung di bawah pimpinan, tetapi dapat diletakan pada satuan-satuan organisasi
lain.
c. Organisasi Fungsional (Functional Organization)
Berbeda dengan dua bentuk di atas, bentuk fungsi ini mempunyai jalur wewenang
yang diberikan sepenuhnya kepada seseorang kepala atau pejabat yang dipandang ahli
dalam suatu urusan. Urusan yang dipegang ini dapat menyangkut bawahannya langsung
atau bawahan dan kepala yang lain, sesuai dengan bidang keahliannya. Jadi, dalam
organisasi ini tugas dan wewenang dapat menyilang.
d. Organisasi Panitia (Committee Organization)
Dalam organisasi bentuk ini wewenang diberikan kepada sekelompok orang yang
ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan khusus, yang tidak dapat diselesaikan
sendiri oleh sekolah atau sebuah dewan. Organisasi komite mengutamakan kepemimpinan,
artinya dalam organisasi ini terdapat pimpinan kolektif (presidium atau plural executive) dan
komite ini bersifat manajerial.
Dengan demikian, pengorganisasian dapat diartikan sebagai suatu proses di mana
pekerjaan yang ada dibagi ke dalam komponen-komponen yang dapat ditangani. Jadi,
organisasi ini merupakan alat untuk mencapat tujuan manajemen. Sebagai alat, organisasi
dapat mengatur, nengkordinasi dan menguraikan semua potensi yang dapat diberikan oleh
setiap unsur yang ada di dalamnya agar tujuan dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu, kunci pertama keberhasilan sebuah organisasi terletak pada kemampuan
seseorang manajer dalam mengatur anggotanya.
Pelaksanaan(Actuating)^
Pelaksanaan merupakan bagian dan proses kelompok atau organisasi yang tidak
dapat dipisahkan. Adapun istilah yang dapat dikelompokan kedalam fungsi pelaksanaan
adalah mengarahkan (directing), memberikan perintah (commanding), memberikan
petunjuk (leading) dan mengkordinasikan (coordinating).
Di dalam tahap actuating juga terdapat usaha pemberikan motivasi untuk
menanamkan pemahaman tentang landasan pekerjaan yang mereka lakukan, yaitu menuju
tujuan yang telah ditetapkan, disertai dengan memberikan dorongan sehingga mereka bisa
menyadari dan timbul kemauan untuk bekerja dengan tekun dan baik (Jawahir Tahowi,
1983: 74).
G.R. Tely (l92: 82) mengungkapkan bahwa actuating adalah membangkitkan dan
mendorong semua anggota kelompok agar supaya berkehendak dan berusaha untuk
mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan usaha. Usaha
pengorganisasian dan pihak pimpinaan. Pekerjaan demikian dinyatakan sebagai tindakan
“menggerakan aksi”. Definisi di atas terlihat bahwa tercapai atau tidaknya tujuan
tergantung pada bergerak atau tidaknya seluruh anggota kelompok manajemen, mulai dari
tingkat atas, menengah sampai bawah.
Kadang-kadang sewaktu pekerjaan sedang berlangsung timbul adanya diskrepansi
(discrepancy) – hal-hal yang sulit dipecahkan, salah pengertian dan gangguan yang tidak
diduga semula. Ini harus segera disampaikan kepada pihak manajer agar dia dapat
melaksanakan tindak perbaikan. Hendaknya diusahakan agar manajer mampu menjawab
pertanyan-pertanyaan menyangkut bagaimana caranya melaksanakan pekerjaan dengan
baik?
Bila manajer yang tidak mampu mempengaruhi bawahannya untuk bekerja, manager
yang demikian akan gagal dalam usahanya.
Istilah pemimpin atau pimpinan adalah terjemahan dari leader/head/ manager, yang
disebut juga kepala, ketua, direktur/presiden dan sebagainya. Tegasnya, pimpinan ialah
setiap orang yang mempunyai bawahan. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2003: 43) pimpinan
adalah seseorang yang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahanya
untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuannya. Manajer adalah
seseorang yang mencapai tujuannya melalui kegatan-kegiatan oran lain. Jadi, pimpinan itu
harus rnempunyai bawahan, harus membagi pekerjaannya dan harus tetap bertanggung
jawab terhadap pekejaan tersebut.
Adapun rumusan actuating adalah suatu fungsi pembimbing dan pimpinaan serta
penggerakan orang agar kelompok suka dan mau bekerja. Jadi, tekanan yang terpenting
adalah tindakan membimbing, mengarahkan dan menggerakan agar bekerja dengan baik,
tenang dan tekun sehingga dipahami fungsi tugas masing-masing. Untuk terwujudnya
keserempakan kerja, tentu harus dimulai dari proses planning, organizing, actuating dan
controlling yang efektif. Oleh karena itu, seorang koordinator berfungsi menjlankan
planning, organizing, actuating dan controlling. Kedudukan koordinator sama dengan
manajer.
Pengawasan(Controlling)^
Pada dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan kesatuan tindakan walaupun
hal ini jarang terjadi. Pengawasan digunakan untuk melihat sejauh mana hasil yang telah
tercapai. Pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap berguna
bagaimanapun rumitnya suatu organisasi. Pada dasarnya, pengawasan terdiri dari tiga
tahap, yaitu:
a) Menetapkan standar (patokan) pelaksanaan pekerjaan
b) Mengukur apakah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan standar
c) Menemukan kesenjangan, penyimpangan atau ketidaksesuaian (deviasi) antara
pelaksanaan pekerjaan dengan standar dan rencana (Nanang Fattah, 2003: 101).
G.R. Terry menyatakan bahwa pengawasan dapat dirumuskan sebagai “Proses
penentuan apa yang harus dicapai, yaitu standar apa yang akan dipakai, menilai
pelaksanaan pekerjaan, dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana yaitu dengan standar yang telah ditetapan”
(Sukarna, 1992: 110). Menurut Henry Fayol pengawasan adalah “Pengawasan adalah
sesuatu yang terjadi sesuai dengan rencana, instruksi yang dikeluarkan dan dengan prinsip-
prinsip yang telah ditentukan.” Tujuan dari pengawasan adalah untuk mengetahui sisi
kelemahan dan kesalahan dalam suatu kegiatan agar tidak terjadi pengulangan kesalahan”
(Sukama, 1992: 111).
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan merupakan
tindakan-tindakan perbaikan dalam pelaksanaan pekerjaan agar segala kegiatan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan, petunjuk-petunjuk dan instruksi-instruksi, sehingga
tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai. Pengawasan merupakan tindakan penilaian
atau perbaikan terhadap bawahan untuk menjamin agar pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan rencana. Jadi, dengan pengawasan akan diketahui apakah hasil atau prestasi kerja
tidak bertentangan dengan sasaran dan rencana yang telah ditetapkan.
Pengawasan dilakukan dengan tujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan yang dicapai
berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya. Jadi, walaupun planning, organizing dan actuating baik, tetapi
apabila pelaksanaan kerja tidak terawasi (sehingga pekerjaan tidak teratur, tertib dan
terarah) maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Dengan demikian,
controlling mempunyai fungsi untuk mengawasi segala kegiatan agar tertuju kepada
sasarannnya, sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai.
Pengevaluasian (evaluating)^
Tahap akhir dalam rangkaian fungsi-fungsi manajemen – yang sering kali disebut
juga dengan prinsip-prinsip manajemen – adalah tahap pengevaluasian (penilaian). Kegiatan
utama pada tahap ini ialah menilai sejuah mana prestasi kerja sudah dicapai dan apakah
prestasi itu selaras dengan standar yang telah ditetapkan atau tidak. Jadi, tahap evaluasi
merupakan indikator kemajuan atau prestasi kerja. Hasil evaluasi akan menunjukan titik
kelemahan dari suatu kegiatan yang telah dilakukan sehingga manajer akan dapat
merancang tindak perbaikan di masa mendatang. Dalam kata lain, evaluasi merupakan
paramater untuk mengukur apakah suatu organisasi sudah mencapai tujuannya atau belum
dan apakah pencapaian itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.
Menurut T.R. Morisson (dalam Nanang Fattah, 2003: 101) ada tiga faktor penting
dalam evaluasi, yaitu: pertimbangan (judgement), deskripsi objek penilaian, dan kriteria
yang bertanggung jawab (responsible criteria).
Hubungannya dengan manajemen pendidikan, menurut Nanang Fattah (2003: 108)
tujuan evaluasi antara lain:
a. Untuk memperoleh landasan pertimbangan bagi suatu periode kerja, apa yang telah dicapai,
apa yang belum dicapai dan apa yang perlu mendapat perhatian khusus.
b. Untuk menjamin cara kerja yang efektif dan efesien yang membawa organisasi kepada
penggunaan sumber daya pendidikan (manusia, tenaga, sarana prasarana, biaya) secara
efesien dan ekonomis.
c. Untuk memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan, penyimpangan yang dapat dilihat
pada aspek tertentu misalnya program tahunan dan kemajuan belajar.
d. Agar proses pengawasan berjalan secara efektif, maka seorang manajer perlu merumuskan
standar keberhasilan dalam setiap pekerjaan yang diawasinya. Penentuan standar
mencakup kriteria untuk mengatur pelaksanan pekerjaan. Kriteria tersebut dapat dalam
bentuk kualitatif maupun kuantitatif. Standar pelaksanaan adalah suatu pernyataan
mengenai kondisi-kondisi yang terjadi bila satu pekerjaan dikerjakan secara memuaskan.
Umumnya standar pelaksanaan bagi suatu aktifitas menyangkut kriteria: ongkos, waktu,
kuantitas dan kualitas. Dengan mengadaptasi karya Koonts dan O’Donnel, Murdick
mengemukakan lima ukuran kritis sebagai standar: fisik, ongkos, program, pendapatan dan
standar yang tidak dapat diraba (intangible) (Nanang Fattah, 2003: 101).