fungsi manajemen pendidikan

9
Fungsi Manajemen Pendidikan 1. Perencanaan (Planning) 2. Pengorganisasian(Organizing) 3. Pelaksanaan(Actuating) 4. Pengawasan(Controlling) 5. Pengevaluasian (evaluating) 6. Download: Menurut Henry Fayol seperti dikutip Sukarna (1992: 7) seorang industriawan Prancis pada zaman Taylor, banyak pula memberikan sumbangan pemikirannya kepada pemikiran dan pembangunan manajemen. Ia adalah seorang pionir yang mengembangkan konsepsi tentang manajemen, sebagai sesuatu hal yang terdiri dari pada fungsi-fungsi yaitu: Perencanaan (Planning)^ Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan secara efesien dan efektif. Setiap perencanan selalu terdapat tiga kegiatan yang dapat dibedakan. Tetapi, ketiga perencanaan tersebut dalam prosesnya tidak dapat dipisahkan antar satu dengan yang lainnya. Ketiga kegiatan itu adalah perumusan tujuan yang ingin dicapai, pemilihan program untuk untuk mencapai tujuan tertentu, dan identifikasi sumber yang jumlahnya selalu terbatas (Nanang Fattah, 2003:49). Perencanaan berarti tindakan mendeterminasi (menentukan) sasaran dan arah tindakan yang akan diikuti. Hubunganya dengan pendidikan, perencanan

Upload: dedy-simarmata

Post on 05-Jul-2015

1.305 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fungsi Manajemen Pendidikan

Fungsi Manajemen Pendidikan

1. Perencanaan (Planning)

2. Pengorganisasian(Organizing)

3. Pelaksanaan(Actuating)

4. Pengawasan(Controlling)

5. Pengevaluasian (evaluating)

6. Download:

 

Menurut Henry Fayol seperti dikutip Sukarna (1992: 7) seorang industriawan Prancis

pada zaman Taylor, banyak pula memberikan sumbangan pemikirannya kepada pemikiran

dan pembangunan manajemen. Ia adalah seorang pionir yang mengembangkan konsepsi

tentang manajemen, sebagai sesuatu hal yang terdiri dari pada fungsi-fungsi yaitu:

 

Perencanaan (Planning)^

 

Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan

menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan secara efesien dan

efektif. Setiap perencanan selalu terdapat tiga kegiatan yang dapat dibedakan. Tetapi,

ketiga perencanaan tersebut dalam prosesnya tidak dapat dipisahkan antar satu dengan

yang lainnya. Ketiga kegiatan itu adalah perumusan tujuan yang ingin dicapai, pemilihan

program untuk untuk mencapai tujuan tertentu, dan identifikasi sumber yang jumlahnya

selalu terbatas (Nanang Fattah, 2003:49).

Perencanaan berarti tindakan mendeterminasi (menentukan) sasaran dan arah

tindakan yang akan diikuti. Hubunganya dengan pendidikan, perencanan pendidikan ialah

suatu proses mempersiapkan seperangkat aternatif keputusan bagi kegiatan masa depan

yang diharapkan kepada pencapaian tujuan.

 G.R. Terry (Sukarna, 1992: 10) menyatakan bahwa perencanaan adalah pemilihan

dan penghubungan fakta-fakta serta pembuatan dan penggunaan pemikiran-pemikiran,

asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang, dengan jalan mengembangkan dan

merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2003: 91) perencanaan adalah suatu proses untuk

Page 2: Fungsi Manajemen Pendidikan

menentukan rencana. Dalam suatu rencana ditempatkanlah tujuan yang ingin dicapai

dengan dibantu pedoman atau panduan tertentu.

Perencanaan merupakan proses yang sistematis dalam pengembalian keputusan

tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Perencanaan juga

merupakan kumpulan kebijakan yang secara sistematis disusun dan direncanakan

berdasarkan data yang dapat dipertanggung jawabkan serta dapat dipergunakan sebagai

pedoman kerja. Perencanaan mengandung makna pemahaman terhadap apa yang telah

dikaji, permasalahan yang dihadapai dan alternatif pemecahannya. Ini dimaksudkan untuk

menentukan prioritas kegiatan yang telah ditentukan secara profesional. Perencanaan

program pendidikan sedikitnva mempunyai dua fungsi utama (Mulyasa, 2002: 20). Pertama,

perencanaan merupakan upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian

yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga, dan

mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia yang dapat disediakan. Kedua,

perencanaan merupakan pemanfaatan sumber daya secara efesien dan efektif untuk

mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, menghasilkan lulusan yang lebih bemutu dan

relevan dengan kebutuhan.

Berdasarkan uraian di atas, perencanaan merupakan pekerjaan setiap manajer

sebelum dapat mengorganisasikan, memimpin atau mengendalikan mereka. Seorang

manajer harus membuat rancangan yang menjelaskan maksud dan arah pada organisasi,

dengan memutuskan apa yang harus dilakukan dan siapa yang harus melakukannya.

Kebutuhan akan perencanaan berlaku pada semua tingkatan.

 

Pengorganisasian(Organizing)^

 

Pengorganisasian merupakan kelanjutan perencanaan. Setelah direncanakan, maka

kegiatan yang akan dilakukan dan tujuan yang akan dicapai dikelompokan secara teratur

[sistematis]. Dalam menyusun beberapa kegiatan, hal yang perlu diperhatikan adalah

bagaimana pengelompokan kegiatan-kegiatan itu menurut jenisnya; kegiatan mana yang

lebih dahulu harus dilaksanakan dan mana yang kemudian, bagaimana hubungan antara

kelompok kegiatan-kegiatan itu dan seterusnya.

Menurut G.R. Terry pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan

kelakuan yang efektif diantara sekumpulan orang agar mereka dapat bekerja sama secara

efisien dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam

kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu (Malayd S.P.

Hasibuan, 2003: 119).

Page 3: Fungsi Manajemen Pendidikan

A.M. Kadarman (2001: 82) mengartikan pengorganisasian adalah penetapan stuktur

peran-peran melalui penentuan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-

tujuan yang telah ditetapkan bagian-bagianya serta hubungan-hubungan dan informasi,

baik secara horizontal maupun vertikal dalam struktur organisasi.

Seorang manajer diharapkan pada suatu tangtangan bagaimana organisasi yang

dipimpin dapat berjalan dengan lancar untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, salah

satu sasaran yang penting yaitu bagaimana membangun sebuah stuktur organisasi yang

efektif serta mempunyai ketahanan yang kuat. Kelemahan dalam prinsip-prinsip organisasi

dapat menjadi hambatan yang bisa mempengaruhi perwujudan tujuan organisasi.

Untuk memudahkan melihat bagaimana posisi seseorang dan hubungannya dengan

orang lain, maka timbulah berbagai bentuk organisasi. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2003:

150) bentuk-bentuk organisasi yang lazim kita kenal adalah:

a. Organisasi Lini (Line Organization)

Organisasi ini berbentuk garis dan satuan-satuan bulat pada tingkat-tingkat yang

diperlukan. Wewenang dan pimpinan mengalir langsung kepada para kepala. Satuan

organisasi ini memegang wewenang bulat dan memikul tanggung jawab penuh mengenai

segala hal yang termasuk bidang kerja satuannya. Dengan demikian, para pelaksana

bawahannya menerima perintah dan petunjuk langsung dari satuan dan tanggung jawab

kepadanya.

b. Organisasi Lini dan Staf (Line and Staf Organization)

Bentuk ini dipergunakan apabila pimpinan dan organisasi dan bentuk line atau garis

tidak dapat menguasi seluruh seluk-beluk yang ada dibawahnya. Hal ini bisa terjadi kalau

organisasinya cukup besar, sehingga permasalahannya menjadi lebih ruwet. Untuk itu

pimpinan harus dibantu oleh staf yang terdiri dari beberapa ahli. Tenaga staf ini tidak harus

berada langsung di bawah pimpinan, tetapi dapat diletakan pada satuan-satuan organisasi

lain.

c. Organisasi Fungsional (Functional Organization)

Berbeda dengan dua bentuk di atas, bentuk fungsi ini mempunyai jalur wewenang

yang diberikan sepenuhnya kepada seseorang kepala atau pejabat yang dipandang ahli

dalam suatu urusan. Urusan yang dipegang ini dapat menyangkut bawahannya langsung

atau bawahan dan kepala yang lain, sesuai dengan bidang keahliannya. Jadi, dalam

organisasi ini  tugas dan wewenang dapat menyilang.

d. Organisasi Panitia (Committee Organization)

Dalam organisasi bentuk ini wewenang diberikan kepada sekelompok orang yang

ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan khusus, yang tidak dapat diselesaikan

sendiri oleh sekolah atau sebuah dewan. Organisasi komite mengutamakan kepemimpinan,

Page 4: Fungsi Manajemen Pendidikan

artinya dalam organisasi ini terdapat pimpinan kolektif (presidium atau plural executive) dan

komite ini bersifat manajerial.

Dengan demikian, pengorganisasian dapat diartikan sebagai suatu proses di mana

pekerjaan yang ada dibagi ke dalam komponen-komponen yang dapat ditangani. Jadi,

organisasi ini merupakan alat untuk mencapat tujuan manajemen. Sebagai alat, organisasi

dapat mengatur, nengkordinasi dan menguraikan semua potensi yang dapat diberikan oleh

setiap unsur yang ada di dalamnya agar tujuan dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. Oleh

karena itu, kunci pertama keberhasilan sebuah organisasi terletak pada kemampuan

seseorang manajer dalam mengatur anggotanya.

 

Pelaksanaan(Actuating)^

 

Pelaksanaan merupakan bagian dan proses kelompok atau organisasi yang tidak

dapat dipisahkan. Adapun istilah yang dapat dikelompokan kedalam fungsi pelaksanaan

adalah mengarahkan (directing), memberikan perintah (commanding), memberikan

petunjuk (leading) dan mengkordinasikan (coordinating).

Di dalam tahap actuating juga terdapat usaha pemberikan motivasi untuk

menanamkan pemahaman tentang landasan pekerjaan yang mereka lakukan, yaitu menuju

tujuan yang telah ditetapkan, disertai dengan memberikan dorongan sehingga mereka bisa

menyadari dan timbul kemauan untuk bekerja dengan tekun dan baik (Jawahir Tahowi,

1983: 74).

G.R. Tely (l92: 82) mengungkapkan bahwa actuating adalah membangkitkan dan

mendorong semua anggota kelompok agar supaya berkehendak dan berusaha untuk

mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan usaha. Usaha

pengorganisasian dan pihak pimpinaan. Pekerjaan demikian dinyatakan sebagai tindakan

“menggerakan aksi”. Definisi di atas terlihat bahwa tercapai atau tidaknya tujuan

tergantung pada bergerak atau tidaknya seluruh anggota kelompok manajemen, mulai dari

tingkat atas, menengah sampai bawah.

Kadang-kadang sewaktu pekerjaan sedang berlangsung timbul adanya diskrepansi

(discrepancy) – hal-hal yang sulit dipecahkan, salah pengertian dan gangguan yang tidak

diduga semula. Ini harus segera disampaikan kepada pihak manajer agar dia dapat

melaksanakan tindak perbaikan. Hendaknya diusahakan agar manajer mampu menjawab

pertanyan-pertanyaan menyangkut bagaimana caranya melaksanakan pekerjaan dengan

baik?

Page 5: Fungsi Manajemen Pendidikan

Bila manajer yang tidak mampu mempengaruhi bawahannya untuk bekerja, manager

yang demikian akan gagal dalam usahanya.

Istilah pemimpin atau pimpinan adalah terjemahan dari leader/head/ manager, yang

disebut juga kepala, ketua, direktur/presiden dan sebagainya. Tegasnya, pimpinan ialah

setiap orang yang mempunyai bawahan. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2003: 43) pimpinan

adalah seseorang yang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahanya

untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuannya. Manajer adalah

seseorang yang mencapai tujuannya melalui kegatan-kegiatan oran lain. Jadi, pimpinan itu

harus rnempunyai bawahan, harus membagi pekerjaannya dan harus tetap bertanggung

jawab terhadap pekejaan tersebut.

Adapun rumusan actuating adalah suatu fungsi pembimbing dan pimpinaan serta

penggerakan orang agar kelompok suka dan mau bekerja. Jadi, tekanan yang terpenting

adalah tindakan membimbing, mengarahkan dan menggerakan agar bekerja dengan baik,

tenang dan tekun sehingga dipahami fungsi tugas masing-masing. Untuk terwujudnya

keserempakan kerja, tentu harus dimulai dari proses planning, organizing, actuating dan

controlling yang efektif. Oleh karena itu, seorang koordinator berfungsi menjlankan

planning, organizing, actuating dan controlling. Kedudukan koordinator sama dengan

manajer.

 

Pengawasan(Controlling)^

 

Pada dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan kesatuan tindakan walaupun

hal ini jarang terjadi. Pengawasan digunakan untuk melihat sejauh mana hasil yang telah

tercapai. Pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap berguna

bagaimanapun rumitnya suatu organisasi. Pada dasarnya, pengawasan terdiri dari tiga

tahap, yaitu:

a) Menetapkan standar (patokan) pelaksanaan pekerjaan

b) Mengukur apakah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan standar

c) Menemukan kesenjangan, penyimpangan atau ketidaksesuaian (deviasi) antara

pelaksanaan pekerjaan dengan standar dan rencana (Nanang Fattah, 2003: 101).

G.R. Terry menyatakan bahwa pengawasan dapat dirumuskan sebagai “Proses

penentuan apa yang harus dicapai, yaitu standar apa yang akan dipakai, menilai

pelaksanaan pekerjaan, dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga

pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana yaitu dengan standar yang telah ditetapan”

(Sukarna, 1992: 110). Menurut Henry Fayol pengawasan adalah “Pengawasan adalah

Page 6: Fungsi Manajemen Pendidikan

sesuatu yang terjadi sesuai dengan rencana, instruksi yang dikeluarkan dan dengan prinsip-

prinsip yang telah ditentukan.” Tujuan dari pengawasan adalah untuk mengetahui sisi

kelemahan dan kesalahan dalam suatu kegiatan agar tidak terjadi pengulangan kesalahan”

(Sukama, 1992: 111).

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan merupakan

tindakan-tindakan perbaikan dalam pelaksanaan pekerjaan agar segala kegiatan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan, petunjuk-petunjuk dan instruksi-instruksi, sehingga

tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai. Pengawasan merupakan tindakan penilaian

atau perbaikan terhadap bawahan untuk menjamin agar pelaksanaan pekerjaan sesuai

dengan rencana. Jadi, dengan pengawasan akan diketahui apakah hasil atau prestasi kerja

tidak bertentangan dengan sasaran dan rencana yang telah ditetapkan.

Pengawasan dilakukan dengan tujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan yang dicapai

berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan sebelumnya. Jadi, walaupun planning, organizing dan actuating baik, tetapi

apabila pelaksanaan kerja tidak terawasi (sehingga pekerjaan tidak teratur, tertib dan

terarah) maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Dengan demikian,

controlling mempunyai fungsi untuk mengawasi segala kegiatan agar tertuju kepada

sasarannnya, sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai.

 

Pengevaluasian (evaluating)^

 

Tahap akhir dalam rangkaian fungsi-fungsi manajemen – yang sering kali disebut

juga dengan prinsip-prinsip manajemen – adalah tahap pengevaluasian (penilaian). Kegiatan

utama pada tahap ini ialah menilai sejuah mana prestasi kerja sudah dicapai dan apakah

prestasi itu selaras dengan standar yang telah ditetapkan atau tidak. Jadi, tahap evaluasi

merupakan indikator kemajuan atau prestasi kerja. Hasil evaluasi akan menunjukan titik

kelemahan dari suatu kegiatan yang telah dilakukan sehingga manajer akan dapat

merancang tindak perbaikan di masa mendatang. Dalam kata lain, evaluasi merupakan

paramater untuk mengukur apakah suatu organisasi sudah mencapai tujuannya atau belum

dan apakah pencapaian itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.

Menurut T.R. Morisson (dalam Nanang Fattah, 2003: 101) ada tiga faktor penting

dalam evaluasi, yaitu: pertimbangan (judgement), deskripsi objek penilaian, dan kriteria

yang bertanggung jawab (responsible criteria).

Hubungannya dengan manajemen pendidikan, menurut Nanang Fattah (2003: 108)

tujuan evaluasi antara lain:

Page 7: Fungsi Manajemen Pendidikan

a.    Untuk memperoleh landasan pertimbangan bagi suatu periode kerja, apa yang telah dicapai,

apa yang belum dicapai dan apa yang perlu mendapat perhatian khusus.

b.    Untuk menjamin cara kerja yang efektif dan efesien yang membawa organisasi kepada

penggunaan sumber daya pendidikan (manusia, tenaga, sarana prasarana, biaya) secara

efesien dan ekonomis.

c.    Untuk memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan, penyimpangan yang dapat dilihat

pada aspek tertentu misalnya program tahunan dan kemajuan belajar.

d.    Agar proses pengawasan berjalan secara efektif, maka seorang manajer perlu merumuskan

standar keberhasilan dalam setiap pekerjaan yang diawasinya. Penentuan standar

mencakup kriteria untuk mengatur pelaksanan pekerjaan. Kriteria tersebut dapat dalam

bentuk kualitatif maupun kuantitatif. Standar pelaksanaan adalah suatu pernyataan

mengenai kondisi-kondisi yang terjadi bila satu pekerjaan dikerjakan secara memuaskan.

Umumnya standar pelaksanaan bagi suatu aktifitas menyangkut kriteria: ongkos, waktu,

kuantitas dan kualitas. Dengan mengadaptasi karya Koonts dan O’Donnel, Murdick

mengemukakan lima ukuran kritis sebagai standar: fisik, ongkos, program, pendapatan dan

standar yang tidak dapat diraba (intangible) (Nanang Fattah, 2003: 101).