fungsi filsafat dalam perencanaan dan pengembangan kurikulm
TRANSCRIPT
FUNGSI FILSAFAT DALAM PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pemikiran
Kurikulum dalam dunia pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat urgen dan strategis.
Sedemikian pentingnya sehingga kurikulum dipandang sangat menentukan kualitas pendidikan yang
pada akhirnya akan menentukan perkembangan kehidupan manusia. Oleh karena itu, perencanaan
kurikulum harus mampu menjawab persoalan masa kini dan masa depan. Dengan kata lain, kualitas
pendidikan sangat ditentukan oleh kurikulum itu sendiri. Sehingga dapat dipahami bahwa betapa
pentingnya pengembangan kurikulum itu.
Sebagai rancangan pendidikan, kurikulum mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam
keseluruhan kegiatan pendidikan, yakni menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Karena
begitu pentingnya kedudukan kurikulum dalam pendidikan, maka penyusunan kurikulum sangat
membutuhkan landasan-landasan yang kuat yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran manusia
melalui penelitian yang mendalam. Perencanaan, penyusunan dan pengembangan kurikulum yang
tidak didasarkan pada landasan yang kuat dan kokoh dapat berakibat fatal terhadap pelaksanaan dan
hasil pendidikan.
Filsafat sebagai salah satu landasan pengembangan kurikulum, menggambarkan manusia yang ideal
yang diharapkan oleh masyarakat. Karena melalui filsafat sebagai salah satu landasan pengembangan
kurikulum, merancang tujuan pendidikan, prinsip-prinsip pembelajaran, serta pengalaman belajar yang
bersifat mendasar. Karena dalam filsafat pendidikan mengandung cita-cita tentang model manusia
yang diharapkan yang sesuai dengan nilai-nilai yang disetujuai oleh individu atau masyarakat.
Wina Sanjaya (2009) menjelaskan bahwa filsafat sebagai landasan pengembangan kurikulum,
berusaha menjawab berbagai pertanyaan pokok seperti: Hendak dibawa kemana siswa yang dididik
itu? Masyarakat yang bagaimana yang harus diciptakan melalui ikhtiar pendidikan? Apa hakekat
pengetahuan yang harus dipelajari dan dikaji siswa? Norma-norma atau system nilai yang bagaimana
yang harus diwariskan kepada anak didik sebagai generasi penerus? Bagaimana sebainya proses
pendidikan berlangsung?
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang perlu dikaji lebih
lanjut adalah “ apa pernan filsafat dalam pengembangan kurikulum?” Dari latar belakang dan
perumusan masalah di atas, maka penyusun membatasi kajian makalah ini pada: kontribusi filsafat
dalam menentukan tujuan, isi/materi, strategi dan evaluasi pengembangan kuriklum.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui fungsi filsafat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan kurikulum.
2. Sebagai bahan presentasi pada mata kuliah Filsafat Ilmu
3. Untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam mengikuti ujian semester ganjil pada mata
kuliah Filsafat Ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
FUNGSI FILSAFAT DALAM PERENCANAAN,
PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Landasan filosofis kurikulum bekenaan dengan filosofi pendidikan yang digunakan dalam
mengembangkan arah dan orientasi kurikulum. Aspek filosofis menentukan permasalahan yang
diidentifikasi dan merumuskan jawabannya. Oleh karena itu dari aspek filosofis ini terlihat apakah
kurikulum tersebut dikembangkan untuk menjawab kebutuhan masyarakat dalam pengembangan ilmu,
teknologi, agama, permasalahan social budaya, ekonomi, kebangsaan, hukum dan sebagainya.
Sebagai suatu landasan yang fundamental, filsafat memegang peranan penting dalam proses
perencanaan, implementasi dan pengembangan kurikulum. Wina Sanjaya (2009) mengemukakan,
paling tidak ada empat fungsi filsafat dalam pengembangan kurikulum yang di dalamnya terdapat
perencanaan dan implementasi kurikulum, yaitu Pertama, Filsafat dapat menentukan arah dan tujuan
pendidikan. Kedua. Filsafat dapat menetukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian
tujuan. Keempat, melalui filsafat, dapat ditentukan bagaimana menentukan tolok ukur keberhasilan
proses pendidikan.
Fisafat dan Tujuan Kurikulum.
Pendidikan merupakan sebuah proses pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia, yang
mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, arah dan tujuan pendidikan yang
tercantum dalam kurikulum harus selalu mengarah pada peningkatan ketiga ranah itu.
Pengembangan ketiga aspek itu diarahkan agar kehidupan manusia lebih baik, lebih bermakna, dan
lebih beradab, sehingga pada gilirannya setiap manusia terdidik dapat mengubah dan
mengembangkan kebudayaannya sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat.
Filsafat sebagai system nilai, harus menjadi dasar dalam menetukan tujuan kurikulum. Maksudnya
adalah pandangan hidup yang dianggap baik oleh suatu masyarakat akan tercermin dalam tujuan
pendidikan yang harus dicapai yang tercantum dalam kurikulum.
Di Indonesia, system nilai yang berlaku adalah pancasila. Oleh sebab itu membangun manusia yang
pancasilais merupakan tujuan dari segala aktifitas berbagai level dan jenis pendidikan. Dengan
demikian, isi kurikulum yang disusun harus mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
Coba kita perhatikan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dari tujuan pendidikan nasional di atas, dapat dipahami, bahwa setidaknya dalam implementasi
kurikulum, dapat diharapkan agar terwujudnya manusia Indonesia yang memiliki nilai-nilai yang
tercermin dari sila-sila dalam pancasila yang tergambar dari tujuan di atas.
Jadi tujuan pendidikan nasional adalah tujuam umum yang sangat sarat dengan muatan filosofis. Suatu
bangsa, tujuan pendidikan nasional merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh
setiap usaha pendidikan, artinya setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat
membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang diselenggarakan oleh
lembaga pendidikan formal, informal mupun nonformal.
Jadi setiap rumusan tujuan pembelajaran, idealnya tiga ranah sebagaimana disebutkan di muka, harus
berjalan secara seimbang. Terlalu menekankan pada salah satu aspek saja, seperti aspek kognitif saja,
atau afektif saja, atau psikomotorik saja, tidak akan membentuk manusia yang berkembang secara
utuh seperti yang digambarkan dalam tujuan pendidikan nasional. Pencapaian ketiga ranah tersebut
secara seimbang harus menjadi acuan dan target setiap guru dalam proses pembelajaran.
Filsafat dan Materi/Isi Kurikulum
Bahan atau materi kurikulum adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami dalam upaya
mencapai tujuan kurikulum. Bahan atau materi kurikulum berhubungan dengan pertanyaan filosofis
tentang: apakah yang harus diajarkan dan dipahami siswa?
Materi kurikulum merupakan salah satu komponen dalam pengembangan kurikulum yang berhubungan
dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurkulum itu menyangkut semua aspek baik
berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran maupun kegiatan siswa. Materi kurikulum
harus bersumber pada tiga hal yaitu, masyarakat beserta budayanya, anak didik dan ilmu pengetahuan
(Wina, 2009: 114).
Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup di masyarakat. Dengan
demikian, apa yang dibutuhkan masyartakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan isi
kurikulum.
Siswa merupakan salah satu sumber dari isi kurikulum karena tugas dan fungsi pendidikan adalah
untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada siswa. Maka tidak heran kebutuhan anak
harus menjadi salah satu sumber materi kurikulum.
Ilmu pengetahuan sebagai sumber materi kurikulum, dan ini merupakan salah satu sumber terpenting
dari isi kurikulum. Para orang tua mengirimkan anaknya ke sekolah pada dasarnya agar mereka
memiliki sejumlah pengetahuan. Oleh sebab itu, wajar kalau ilmu pengetahuan berserta
perkembangannya harus menjadi sumber materi dan perumusan tujuan kurikulum.
Filsafat dan Strategi Pembelajaran
Strategi berkaitan dengan upaya yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Dengan kata
lain strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan pembelajaan yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dengan demikian, strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada beberapa istilah yang hampir memiliki makna dan keterkaitan dengan strategi, misalnya, metode,
pendekatan, teknik dan taktik.
Metode merupakan upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, dan sifatnya
masih sangat umum. Misalnya pendekatan yang berpusat pada siswa (student centred approach) dan
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centred approach).
Selanjutnya teknik merupakan cara yang digunakan seorang guru dalam mengimplementasikan suatu
metode. Dan taktik merupakan gaya seorang guru dalam melaksanakan suatu teknik atau metode
tertentu.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa suatu strategi pembelajaran
yang diterapkan oleh guru akan tergantung pada pendekatan apa yang digunakan, sedangkan
bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya
menjalankan metode pembelajaran, guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan
metode, dan penggunaan setiap teknik itu, setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara
guru yang satu dengan guru yang lain.
Filsafat dan Evaluasi Kurikulum
Evaluasi seriang dianggap sebagai kegiatan akhir dari suatu proses kegiatan. Evaluasi merupakan
proses yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan formal. Evaluasi digunakan untuk menjawab
pertanyaan filosofis : bagaimana menentukan tolok ukur keberhasilan suatu proses pendidikan.
Mengapa kurikulum perlu dievaluasi ? bagi guru, evaluasi dapat menentukan efektifitas kinerjanya
selama kegiatan pembelajaran. Sedangkan bagi pengembang kurikulum, evaluasi dapat memberikan
informasi untuk perbaikan kurikulum yang sedang berjalan.
Jadi evaluasi kurikulum merupakan suatu proses mencari informasi, tentang sejauh mana tujuan
pendidikan yang tercantum dalam kurikulum telah tercapai, materi yang terkandung dalam kurikulum
telah dikuasai siswa, bagaimana strategi pembelajran yang telah ditentukan telah optimal, dan
bagaimana evaluasi itu sendiri, apakah sudah efektif atau perlu ada perbaikan-perbaikan.
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan evaluasi. Walaupun dalam implementasinya ketiga
istilah itu saling terkait, tetapi memiliki makna yang berbeda. Evaluasi merupakan suatu proses
memberikan pertimbangan nilai dan arti terhadap suatu yang dipertimbangkan. Pengukuran
merupakan suatu proses yang berkenaan dengan masalah kuantitatif untuk mendapatkan informasi
yang diukur. Sedangkan tes merupakan alat pengukuran yang digunakan dalam rangka mendapatkan
informasi tentang sesuatu yang diukur. Jadi pengukuran adalah bagian dari evaluasi dan tes adalah
bagian dari pengukuran.
Jadi fungsi evaluasi dalam kurikulum adalah untuk mengevalusi tujuan pendidikan, apakah tujuan
setiap mata pelajaran itu berhubungan dan diarahkan untuk mencapai tujuan lembaga sekolah yang
bersangkutan? Apakah tujuan itu mudah dipahami oleh setiap guru? Apakah tujuan yang dirumuskan
dalam dokumen kurikulum itu sesuai dengan tingkat perkembangan siswa? Hal-hal itulah yang menjadi
sorotan evaluasi tujuan dalam kurikulum.
Kemudian evaluasi terhadap isi/materi kurikulum, apakah isi kurikulum sesuai atau dapat mendukung
pencapaian tujuan seperti yang telah ditetapkan? Apakah isi atau materi kurikulum sesuai dengan
pandangan atau penemuan-penemuan yang mutakhir? Apakah isi kurikulum sesuai dengan
pengalaman dan karakteristik lingkungan di mana siswa tinggal? Hal-hal itulah yang menjadi target dari
evaluasi kurikulum dari sisi isi atau materi kurikulum.
Selanjutnya evaluasi terhadap strategi pembelajaran, apakah strategi yang dirumuskan sesuai dan
dapat mendukung keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan? Apakah strategi yang direncanakan
dapat mendorong aktivitas dan minat siswa untuk belajar? Bagaimana pemahaman guru terhadap
pedoman pelaksanaan strategi yang telah direncanakan? Apakah strategi pembelajaran yang
dirumuskan dapat mendorong kreativitas guru? Apakah strategi yang ditetapkan sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa? Apakah strategi yang telah ditetapkan sesuai dengan alokasi waktu yang
tersedia? Hal-hal itulah yang menjadi bidikan evaluasi kurikulum yang kaitannya dengan strategi
pembelajaran.
Dan yang terakhir adalah evaluasi terhadap program penilaian, apakah program evaluasi relevan
dengan tujuan yang ingin dicapai? Apakah program evaluasi yang direncanakan mudah dibaca dan
dipahami oleh guru? Apakah program evaluasi mencakup semua aspek perubahan perilaku siswa?
Hal-hal itulah yang menjadi titik kajian dari evaluasi kurikulum yang kaitannya dengan program
evaluasi.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Sebagai suatu landasan yang
fundamental, filsafat memegang peranan penting dalam proses perencanaan, implementasi dan
pengembangn kurikulum yaitu: filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan, dapat
menetukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan, serta melalui filsafat, dapat ditentukan
bagaimana menentukan totok ukur keberhasilan proses pendidikan.
Filsafat sebagai system nilai, harus menjadi dasar dan tujuan kurikulum. Maksudnya adalah
pandangan hidup yang dianggap baik oleh suatu masyarakat akan tercermin dalam tujuan pendidikan
yang harus dicapai yang tercantum dalam kurikulum.
Materi kurikulum harus bersumber pada tiga hal yaitu, masyarakat beserta budayanya, anak didik dan
ilmu pengetahuan yang merupakan inspirasi nilai-nilai filosofis.
suatu strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan tergantung pada pendekatan apa yang
digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode
pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran, guru dapat menentukan teknik yang
dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan setiap teknik itu, setiap guru memiliki taktik
yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lain.
Evaluasi kurikulum merupakan suatu proses mencari informasi tentang sejauh mana tujuan pendidikan
yang tercantum dalam kurikulum telah tercapai, materi yang terkandung dalam kurikulum telah dikuasai
siswa, bagaimana strategi pembelajran yang telah ditentukan telah optimal, dan bagaimana proses
evaluasi itu sendiri, apakah sudah efektif sesuai dengan tujuan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional (2006) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Jakarta: Ditjen,
Pendidikan Dasar Menengah
Kaber, Achacius (1988) Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Dirjen Dikti PPLPTK
Sanjaya, Wina (2009) Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media Group
Tiem Penyusun (2008) Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara