fungsi bentuk –ta dalam game tengai makyou far east …
TRANSCRIPT
FUNGSI BENTUK –TA DALAM GAME TENGAI MAKYOU (FAR EAST OF EDEN)
Linggar Suwandi, Lea Santiar
Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok
Email: [email protected]
Abstrak
Di dunia video game Jepang, terdapat game bergenre RPG yang menampilkan teks berupa pesan untuk mendeskripsikan suatu peristiwa. Teks ini biasanya muncul dengan predikat berakhiran –ta bermakna lampau dan muncul bersamaan dengan peristiwa yang ditandai dengan efek visual dan audio. Salah satu contoh game dengan ciri tersebut yang akan dijadikan bahan penelitian terhadap fungsi bentuk lampau –ta ini adalah Tengai
Makyou. Dalam tulisan ini, penulis ingin memastikan kecocokan fungsi bentuk –ta tersebut dengan konteks kalimat pada teks dan dialog dalam game yang diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai fungsi bentuk –ta dan maknanya. Penelitian dilakukan dengan cara mengambil sampel gambar yang memuat kalimat dengan predikat berakhiran –ta, lalu diidentifikasi fungsi dan makna di dalamnya. Fungsi bentuk –ta terdiri dari kala, aspek, dan fungsi selain dari keduanya, yaitu modus. Analisis data dalam penelitian ini membuktikan bahwa bentuk –ta tidak hanya memiliki fungsi kala untuk mengungkapkan peristiwa di masa lampau, tapi juga fungsi aspek untuk menunjukkan sudah terjadi, atau selesainya suatu peristiwa, dan modus
yang merupakan cara pembicara untuk mengungkapkan perasaan. Terkadang dalam satu kata, terkandung fungsi kala dan beberapa aspek sekaligus.
Ta Form Function in Tengai Makyou (Far East of Eden) Game
Abstract
In the world of Japanese video games, there exist games with RPG genre which show text of messages describing an event. These texts are usually appear with predicates end with –ta that implies past, simultaneously as events which symbolized by audio and visual effects. The example that possesses such charactistic, which will
be used as research material for –ta form functions is Tengai Makyou. In this article, author will confirm the validity of –ta form according to the texts dan dialogues context. The goal of this research is to study about –ta
form functions and the meaning. The research is commenced by sampling the screenshots which contain sentences end with –ta form and identify the function and meaning. Ta form functions are distinguished as tense, aspect, and functions other than both which identified as modality. The analysis of the texts and dialogues in this
game will proves that –ta form do not just contains tense function to express past events, but also aspect to express happened or completed event, and modality to express how the speaker express his/her feeling.
Sometimes, one word contains tense and few aspect functions simultaneously.
Keyword: aspect; Japanese lingiustic; mood; past; ta form; tense; video game Pendahuluan
Bagi pemelajar yang berasosiasi atau memiliki ketertarikan pada kebudayaan Jepang,
menguasai bahasa Jepang adalah hal yang penting. Salah satu cara untuk mendalami
kemampuan berbahasa Jepang adalah membiasakan diri untuk membaca atau mendengarkan
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016
wacana berbahasa Jepang. Salah satu contoh wacana yang dapat dijadikan referensi adalah
video game berbahasa Jepang yang dibuat oleh pengembang dari Jepang. Alasannya adalah
karena selain menggunakan bahasa Jepang, naskah dalam sebagian video game mengandung
tata bahasa yang mudah dibaca dan dipahami agar dapat dinikmati oleh semua umur.
Salah satu genre yang digemari oleh konsumen pada masa sekarang ini adalah RPG
(Role-Playing Game). Umumnya, RPG adalah genre di mana pemain mengendalikan lebih
dari satu orang tokoh utama dengan misi utama menyelesaikan petualangan dengan tujuan
tertentu sambil menjelajahi berbagai tempat. Hampir setiap game RPG menyuguhkan adegan
pertempuran yang mengharuskan pemain untuk menghabisi musuh-musuh yang menghadang.
Di antara semua game RPG yang ada sekarang ini, ada sebagian yang memiliki ciri unik,
yaitu menyajikan informasi berupa pesan tentang peristiwa yang sedang terjadi seperti saat
musuh datang menghadang pemain, menerima serangan, mendapat barang baru, dan lain
sebagainya, baik di luar maupun di dalam adegan pertempuran. Contoh dari RPG seperti ini
adalah Dragon Quest, seri Mother1 , Shin Megami Tensei, Ougon no Taiyou2 dan lain
sebagainya. Hal yang menarik bagi penulis untuk diangkat menjadi tema skripsi ini adalah
bahwa informasi ini muncul hampir bersamaan dengan terjadinya peristiwa yang
bersangkutan berdasarkan efek visual dan suara yang timbul padahal mengandung predikat
bentuk -ta. Bahkan di game lain, peristiwa yang ditandai dengan efek terjadi setelah informasi
ini muncul pada layar.
Gambar 1. Contoh kalimat berakhiran –ta di dalam game bergenre RPG
Bagi pemain yang sedang mempelajari bahasa Jepang, fungsi dan makna bentuk –ta pada
pernyataan tersebut, menjadi sulit dipahami. Timbul berbagai pertanyaan yang dapat diangkat
menjadi pertanyaan penelitian. Misalnya permasalahan fungsi dan makna bentuk –ta, adanya 1 Dalam versi Bahasa Inggris, dikenal dengan judul Earthbound 2 Dalam versi Bahasa Inggris, dikenal dengan judul Golden Sun
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016
kesulitan membedakan penggunaan bentuk –ta bentuk lampau dengan -ta yang bukan bentuk
lampau. Hal ini mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai fungsi bentuk –ta
bahasa Jepang.
Alasan lain yang melatarbelakangi penulis mengangkat topik ini adalah ketertarikan
penulis terhadap video game, terutama produksi Jepang, sebagai hobi. Melalui pengalaman
bermain game, penulis merasakan bahwa game produksi Jepang ini bukan saja menghibur dan
mengasyikkan, game produksi Jepang ini juga dapat menjadi media belajar yang
menyenangkan. Bahasa asing yang digunakan pada game produksi luar negeri memberikan
contoh penggunaan bahasa asing tersebut secara empiris, termasuk bahasa Jepang. Oleh
karena itu, penulis berasumsi bahwa video game dapat menjadi salah satu media untuk
mempelajari unsur linguistik dalam suatu bahasa, tidak hanya film, komik, novel, dan lain-
lain. Setelah penelitian ini dituntaskan, penulis berharap agar pembaca, terutama yang
menyukai game sedang mendalami bahasa Jepang, menumbuhkan minat untuk menjadikan
video game sebagai sumber pembelajaran selain dari buku-buku berbahasa Jepang.
Game RPG yang dapat dijadikan data untuk penelitian sekarang ini mencapai jumlah
yang cukup banyak. Oleh karena itu, penulis hanya akan mengambil satu sumber data yang
mewakili sekian banyak game dengan genre serupa, yaitu Tengai Makyou (天外魔境). Sama
seperti game RPG dengan ciri unik yang telah disebutkan, Tengai Makyou menyuguhkan teks
berupa pesan yang mendeskripsikan peristiwa, diiringi efek yang timbul baik visual maupun
audio. Teks dan dialog tokoh yang mengandung bentuk-ta akan dijadikan sumber data untuk
penelitian ini.
Tengai Makyou (Far East of Eden) dengan judul lengkap Tengai Makyou: Ziria adalah
game RPG yang dikembangkan oleh RED Company dan dirilis oleh Hudson Soft untuk
konsol PC-Engine pada 30 Juni 1989. Keunikan dari game ini adalah selain merupakan game
RPG pertama yang dikemas dalam bentuk CD-ROM, game yang merupakan pendahulu untuk
seri Tengai Makyou ini menyajikan permainan yang kaya dengan sulih suara, animasi, serta
musik berkualitas jernih. Game ini menceritakan tentang ninja keturunan klan api bernama
Ziria (ジライア, Jiraia), Tsunade (ツナデ), dan Orochimaru (オロチ丸) yang harus
bertualang di negeri fiktif menyerupai Jepang zaman feodal yang disebut Jipang untuk
membasmi komplotan iblis yang disebut sekte Daimon (大門教 , Daimonkyou) serta
mencegah kebangkitan roh jahat bernama Masakado yang ingin menguasai Jipang.
Permasalahan yang akan dibahas adalah fungsi apa saja yang terdapat dalam teks dan
dialog berakhiran –ta dalam game Tengai Makyou agar dapat mencapai tujuan, yaitu
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016
menemukan fungsi-fungsi dan makna bentuk –ta. Pembahasan masalah dibatasi hingga hanya
mengidentifikasi predikat berakhiran –ta yang terletak di akhir kalimat serta membahas
sejumlah data saja.
Tinjauan Teoritis
Menurut Murata (2007) dalam buku Nyuumon Nihongo no Bunpou, bentuk –ta
memiliki fungsi kala, aspek, dan selain keduanya yang disebut modality atau modus.
Kala atau tense menurut Comrie (1976), adalah hubungan antar waktu situasi dengan
dengan waktu lain yang biasanya ditandai dengan saat pengucapan. Kala secara umum terdiri
dari lampau, sekarang, dan masa depan. Situasi yang terjadi pada waktu bersamaan saat
pengucapan menandakan masa sekarang. Situasi sebelum saat pengucapan menandakan masa
lampau. Sebaliknya, situasi setelah pengucapan menandakan masa depan. Karena kala
menghubungkan situasi dengan saat pengucapan, dapat dikatakan bahwa kala memiliki sifat
deiktik. Umumnya, penggolongan kala dilakukan dengan mengacu pada masa sekarang
karena titik referensi situasi berada tepat di saat pengucapan. Comrie (1985) menyebutkan
adanya kala relatif (relative tense) di mana situasinya tidak terletak pada saat pengucapan atau
masa sekarang, melainkan pada titik referensi berdasarkan konteks kalimat, misalnya hari
yang sama, hari sebelum, dan hari sesudah.
Untuk menerangkan lebih jauh mengenai kala absolut dan kala relatif, ia membuat
rangkaian urutan di mana saat pengucapan dilambangkan dengan S (Speech), saat terjadinya
peristiwa dilambangkan dengan E (Event) dan titik referensi menurut konteks dilambangkan
dengan R (Reference). Kala absolut hanya mengandung E dan S karena titik referensi terletak
tepat di saat pengucapan. Menurut Comrie, kala absolut terdiri dari masa lampau (E - S),
sekarang (E=S), dan masa depan (S - E). Kala relatif terdiri dari Relatif Lampau (E - R),
Relatif Sekarang (E=R), Relatif Masa Depan (R - E). Comrie juga menambahkan rangkaian
gabungan kala absolut-relatif, yaitu pluperfek (E - R - S) dan perfektum masa depan (S - E -
R). Dalam teori Reichenbach (1947), terdapat satu rangkaian, yaitu perfektum masa sekarang
(E - R=S) di mana titik relatif dan waktu pengucapan terletak bersamaan sehingga
menyerupai kala sekarang.
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016
Bentuk –ta Bentuk –ru
Gambar 2. Terjemahan Skema Kala Murata (2007)
(Sumber: Nyuumon Nihongo no Bunpou, Hal. 151, telah diolah kembali)
Menurut teori Murata, kala dalam Bahasa Jepang terbagi menjadi morfem –ru (disebut
juga 基本形, Kihonkei) dan morfem –ta. Perbedaan antara morfem –ru dan –ta terlihat dari
jenis predikat kalimat, yaitu predikat situasi (状態述語, Joutai Jutsugo) dan predikat kerja
(動的述語, Douteki Jutsugo). Dalam predikat situasi yang disebut juga predikat statis (静的
述語, Seiteki Jutsugo), bentuk –ru berfungsi sebagai penunjuk kala sekarang, sedangkan
bentuk –ta berfungsi menunjukkan kala lampau. Sebagai catatan, Teramura mengidentifikasi
predikat yang termasuk ke dalam predikat situasi, yaitu kata benda (名詞) diikuti kopula
(contoh: desu, da), kata sifat –na (名容詞) diikuti kopula, kata sifat –i, dan kata kerja yang
menunjukkan situasi (状態動詞, baca: joutai doushi). Misalnya, aru atau iru yang bermakna
keberadaan dan dekiru yang merupakan kata kerja potensial (Iori, Takanashi, Nakanishi,
Yamada, 2000b, hal. 368). Sedangkan dalam predikat kerja yang terdiri dari kata kerja
dinamis, bentuk –ru menunjukkan masa depan dan bentuk –ta tetap merujuk pada peristiwa
lampau. Berbeda dengan predikat situasi, predikat kerja tidak hanya memiliki fungsi kala, tapi
juga berpotensi mengandung fungsi aspek yang maknanya berbeda dengan kala.
Aspek menurut Tjandra (2013, hal 142-145) adalah “kategori gramatikal yang
mengungkapkan bagaimana keadaan suatu kegiatan verba dilakukan, atau bagaimana suatu
kejadian terjadi, tanpa pertimbangan poros waktu, misalnya sedang dikerjakan, belum
dikerjakan, sudah selesai dikerjakan, dan sebagainya. Tetapi, pemakaian aspek seringkali
dilakukan bersamaan dengan makna kala yang berporoskan waktu.” Definisi ini serupa
dengan teori Kridalaksana (2001) yang mengartikan aspek sebagai kategori gramatikal verba
yang mengungkapkan lama dan jenis perbuatan apakah mulai, sedang berlangsung, selesai,
berulang, dan sebagainya.
Comrie (1976) membagi aspek menjadi aspek perfektif dan aspek imperfektif. Aspek
perfektif mengarah pada situasi secara keseluruhan di mana awal, tengah, dan akhir perbuatan
menyatu jadi satu tanpa memandang pilihan waktu secara internal dan aspek imperfektif
Masa Depan Masa Lalu
Pengucapan
Sekarang
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016
mengungkapkan situasi yang dipandang dari struktur internal (Comrie, 1976, hal. 16). Aspek
imperfektif dibagi lagi menjadi aspek habitual yang mengungkapkan situasi berulang dan
aspek berlanjut (continuous) untuk mengungkapkan peristiwa atau perbuatan yang sedang
berlangsung. Kemudian, Comrie (1976) membagi lagi aspek berlanjut menjadi aspek
nonprogresif dan progresif.
Mengenai aspek perfektum (Perfect atau Present Perfect), Comrie (1976, 52) berpendapat
bahwa perfektum berbeda dengan aspek lain karena menghubungkan suatu keadaan dengan
situasi sebelumnya. Ia mencontohkan kalimat perfektum I have lost my penknife (Aku sudah
menghilangkan pisau lipatku) dan kalimat non-perfektum I lost my penknife (Aku
menghilangkan pisau lipatku). Perbedaan yang memungkinkan di antaranya adalah kalimat
pertama mengimplikasikan bahwa pisau lipatnya masih hilang sampai sekarang, sementara
yang kedua tidak demikian. Intinya, aspek perfektum mengungkapkan adanya hubungan dari
masa lampau dengan masa sekarang yang masih dapat dirasakan.
Comrie juga membagi aspek perfektum menjadi 4 jenis berdasarkan maknanya dari segi
hubungan masa lampau dan sekarang. Perfektum hasil (Perfect of result) mengungkapkan
keadaan sekarang sebagai hasil dari kejadian masa lalu. Perfektum pengalaman (Experiential
perfect) mengungkapkan suatu peristiwa yang pernah terjadi setidaknya satu kali dalam kurun
waktu dari masa lampau hingga sekarang. Perfektum bertahan (Perfect of persistent situation)
menggambarkan situasi yang mulai terjadi pada masa lampau, namun terus bertahan atau
berlanjut hingga kini. Perfektum dekat (Perfect of recent past) mengacu pada peristiwa yang
baru saja terjadi atau mendekati masa sekarang. Perfektum yang terakhir ini serupa dengan
teori Iori, Takanashi, Nakanishi, dan Yamada (2000a, hal. 70) di mana perfektum (sekarang)
dapat menggambarkan situasi sekarang sesaat setelah timbulnya peristiwa atau perbuatan.
Masih seputar aspek perfektum, Tjandra (2013, hal. 152) yang menyertakan teori dari
Prof. Koizumi Tamotsu menyebut aspek perfektum dengan sebutan aspek kompletif dan
membagi aspek yang berhubungan dengan makna selesai menjadi aspek kompletif bermakna
keadaan selesai-lengkap (完了 , kanryou) yang biasanya diungkapkan dengan bentuk
pemakaian tersendiri, yaitu akhiran –te shimatta (てしまった) dan aspek non-kompletif
bermakna belum selesai-lengkap (未完了, mikanryou) bila dilihat dari sudut pengerjaannya.
Sebaliknya aspek perfektif (完結, kanketsu) merupakan aspek yang menuturkan kegiatan
dalam keadaan sudah dilakukan. Mengenai perbedaan antara kala lampau atau pasa, aspek
kompletif, non-kompletif, aspek perfektif, berikut adalah rangkuman contoh dari Prof.
Koizumi yang dikutip oleh Tjandra (2013, hal. 147, 153).
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016
- Kala lampau/pasa (過去形) :
Sakuya, kono hon wo yonda. Saya membaca buku ini tadi malam. (Kegiatan membaca
dilakukan tadi malam. Ada keterangan waktu)
- Aspek non-kompletif (未完了) :
Sakuya, kono hon wo yonda. Saya membaca buku ini tadi malam. (Kegiatan membaca
dalam keadaan belum selesai-lengkap. Hanya menuturkan makna kegiatan baca dilakukan
tadi malam. Kalimat ini dapat dikatakan mengandung makna kala lampau dan aspek non-
kompletif atau hanya kala lampau saja)
- Aspek kompletif (完了) :
Sakuya, kono hon wo yonde shimatta. Saya sudah selesai membaca buku ini tadi malam
(diiringi dengan mengandung morfem -te shimau)
- Aspek perfektif (完結) :
Kono hon wo yonda. Saya sudah membaca buku ini. (Kegiatan baca sudah dilakukan.
Tidak ada keterangan waktu)
Murata menemukan bahwa bentuk –ta memiliki fungsi kanryou (完了) atau disebut juga
aspek perfektum atau kompletif yang bermakna selesainya suatu perbuatan.
Cukup sulit untuk membedakan –ta sebagai kala dan aspek. Contoh kasusnya adalah
ketika orang Jepang mempelajari bahasa Inggris untuk pertama kali, mereka kesulitan untuk
membedakan antara kala sekarang dengan perfektum kini. Ini disebabkan karena dalam
bahasa Jepang, keduanya menggunakan akhiran –ta sebagai pemarkah.
Masuoka (1993) membuat pengecualian bahwa aspek perfektum bentuk –ta hanya berlaku
pada predikat kerja. Dengan demikian, predikat kerja berakhiran –ta memiliki dua makna,
yaitu untuk menunjukkan masa lalu dan menunjukkan makna ‘selesai’. Pernyataan ini
memperkuat fakta dari Iori, Takanashi, Nakanishi, dan Yamada (2000b, hal. 368) bahwa
predikat situasi tidak memiliki makna aspek.
Salah satu cara untuk mengetahui apakah bentuk –ta berfungsi sebagai kala atau aspek
dapat dilihat dari adanya keterangan pada kalimat. Kala ditandai dengan adanya kata
keterangan waktu yang mengacu pada masa lampau seperti kinou (kemarin), sedangkan aspek
ditandai dengan keterangan mou yang berarti “sudah” (Iori, Takanashi, Nakanishi, Yamada,
2000a).
Perbedaan lain antara makna kala dan makna aspek perfektum bentuk -ta dapat dilihat
dari titik referensinya. Berbeda dengan kala lampau di mana peristiwa terjadi sebelum
pengucapan, aspek perfektum mengungkapkan peristiwa yang sudah berakhir sebelum titik
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016
waktu yang menjadi referensi (Iori, Takanashi, Nakanishi, Yamada, 2000b, hal. 43-44). Jika
pada kala lampau titik referensi terletak bersamaan dengan pengucapan, titik referensi aspek
perfektum mencakup sebelum, sama dengan, dan sesudah pengucapan. Berdasarkan titik
referensi, aspek perfektum dibagi menjadi perfektum lampau (過去完了, kako kanryou) di
mana peristiwa terjadi sebelum titik referensi sebelum pengucapan, perfektum sekarang (現在
完了, genzai kanryou) di mana peristiwa terjadi sebelum titik referensi di saat pengucapan,
dan perfektum masa depan (未来完了, mirai kanryou) di mana peristiwa terjadi sebelum titik
referensi setelah pengucapan. (Iori, Takanashi, Nakanishi, Yamada, 2000a, hal. 69).
Masing-masing perfektum juga memiliki beberapa perbedaan. Perfektum lampau selalu
ditandai dengan akhiran –teita, sementara perfektum masa depan ditandai dengan –teiru dan
dapat dilengkapi dengan kopula darou. Perbedaan perfektum lampau dan perfektum sekarang
dapat dilihat dari morfem ta koto ga aru (たことがある) yang bermakna pengalaman, di
mana ta koto ga aru merujuk pada saat pengucapan dan ta koto ga atta mengacu pada titik
referensi.
Menurut Iori, Takanishi, Nakanishi, dan Yamada (2000b, hal. 67), konsep aspek adalah
melihat apakah suatu peristiwa berakhir pada satu titik, atau berlanjut dengan perpanjangan
waktu tertentu. Bentuk –ta menunjukkan peristiwa yang terjadi secara menyeluruh dan bentuk
–teita menunjukkan peristiwa yang sedang berlangsung. Strukturnya dapat dilihat pada contoh
berikut. Perlu diketahui bahwa bentuk –teita adalah gabungan dari –teiru yang bermakna
kegiatan berlanjut dan –ta bermakna lampau.
a) 降っ ― X ― た Aspek Kala Perfektif (完結) Lampau
b) 降っ ― てい ― た Aspek Kala Berlanjut/Imperfektif (継続/未完結) Lampau
Di sisi lain, bentuk –ta memiliki fungsi yang tidak berhubungan dengan tense ataupun
aspek. Fungsi ini berkaitan dengan modus (disebut juga mood atau modality) dalam bahasa
Jepang. Modus menurut Murata (2007, hal. 92) adalah elemen yang menunjukkan perilaku
subjektif bagaimana pembicara memahami dan mengungkapkan hal yang ingin disampaikan
pada lawan bicara. Berikut adalah jabaran beserta contohnya.
1. Mengungkapkan Perasaan Sekarang (Terhadap Peristiwa Masa Lampau), berfungsi
mengutarakan kesan atau perasaan pembicara pada masa sekarang mengenai sesuatu
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016
yang terjadi di saat sebelum pengucapan. Contoh: (1) Sou desu ka. Yokatta desu ne
(Begitu, ya. Syukurlah); (2) Arigatou Gozaimashita (Terima kasih).
2. Perwujudan Dugaan atau Harapan (予想・期待の実現), berfungsi mengekspresikan
perasaan ketika sesuatu yang dipikirkan atau diharapkan sebelum pengucapan menjadi
kenyataan. Contoh: (Koppu no ekitai wo nonde mite) Yappari Uuroncha datta.
((Mencoba meminum cairan di dalam cangkir) Ternyata, memang teh Oolong.)
3. Penemuan (発見 ), bentuk –ta digunakan apabila pembicara mengetahui atau
menyadari suatu fakta baru. Menurut Takahashi dan Kunihiro, digunakan pula sebagai
ekspresi ketika menemukan sesuatu (Muramatsu, 2001). Menurut Kudoh, predikat
bentuk –ta dengan fungsi seperti ini sering ditambahkan dengan akhiran ~の, ~のだ,
atau ~んだ (Murata, 2010). Contoh: (1) (Sagashimono wo shite ite) A,
atta.( (Mencari benda) Ah, ada.); (2) Kimi mo Toukyou Shusshin datta no ka
(Ternyata kamu asal Tokyo, ya.); (3) (Shachoushitsu no doa wo akete) O, okyaku-
sama deshita ka. De wa, mata ato de mairimasu ((Membuka pintu ruang kepala
perusahaan) Oh, rupanya ada tamu. Kalau begitu, saya akan datang lagi nanti.)
4. Mengingat Kembali (想起), digunakan untuk ekspresi ketika mengingat kembali
sesuatu yang sudah diketahui di masa lalu atau terlupa. Contoh: Kono hana no namae
wa nanto iimashita ka ne? (Waktu itu, katanya nama bunga ini apa, ya?)
5. Permintaan Singkat (性急な要求), Bentuk –ta juga dapat digunakan untuk meminta
sesuatu kepada lawan bicara. Fungsi ini bermaksud untuk membuat lawan bicara
melakukan sesuatu bersamaan dengan atau segera setelah pembicara selesai berucap.
Makna imperatif dalam fungsi ini lebih bersifat nonformal atau insidental (Tjandra,
2013). Contoh: (1) Saa, katta, katta. (Ayo, beli, beli); (2) Chotto matta! (Tunggu
dulu!)
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel data berupa cuplikan gambar dari dialog
yang terdapat di dalam game Tengai Makyou secara acak, terutama dialog yang mengandung
kalimat berakhiran –ta. Di dalam game ini, terdapat teks atau dialog yang muncul lebih dari
satu kali dengan konteks yang sama atau mirip namun membentuk pola khusus. Penulis
menyebut ini sebagai kalimat ulang dan kalimat berpola untuk merujuk pada kalimat dengan
ciri seperti yang telah disebutkan. Dari kalimat ulang yang muncul sedikitnya dua kali dengan
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016
tampilan atau konteks yang sama, hanya akan diambil salah satu sebagai perwakilan.
Kemudian, dialog tersebut disalin dan diidentifikasi keberadaan fungsi-fungsinya pada bentuk
–ta, yaitu kala, aspek, dan modus. Untuk bagian aspek, penulis hanya akan menjelaskan salah
satu sebagai yang mewakili semua aspek yang terkandung pada kalimat. Setiap kalimat yang
dianalisis terdiri dari huruf kana, romaji, terjemahan, dan analisis fungsi yang terkandung
dalam kalimat beserta keterangannya.
Hasil Penelitian
Bentuk –ta menurut Murata memiliki 3 fungsi, yaitu kala, aspek, dan fungsi selain
keduanya yang disebut modus. Fungsi kala pada bentuk –ta menunjukkan suatu peristiwa
yang terjadi sebelum saat pengucapan. Dengan kata lain, peristiwa di masa lalu. Fungsi yang
melingkupi semua titik waktu sebelum masa sekarang ini hampir dapat ditemukan di semua
predikat. Bentuk –ta memiliki banyak fungsi aspek dalam satu kata. Beberapa di antaranya
adalah aspek perfektif bermakna sudah terjadi dan aspek kompletif atau perfektum bermakna
selesai (完了, kanryou). Aspek perfektif hanya menerangkan bahwa suatu peristiwa sudah
terjadi, sementara aspek kompletif menyertakan hubungan antara peristiwa lampau dengan
keadaan masa sekarang yang merupakan akibat dari peristiwa tersebut dan masih berlangsung.
Modus pada bentuk –ta berfungsi untuk mengungkapkan perasaan subjektif pembicara dan
kaidah makna dari kata berakhiran –ta itu sendiri seringkali tidak sama dengan ciri predikat
dengan fungsi kala dan aspek. Beberapa contoh modus di antaranya adalah kesan terhadap
sesuatu di masa lalu, penemuan benda atau fakta, dan permintaan singkat yang benuansa cepat.
Lampau Masa Depan
= Peristiwa
= Titik Referensi
Gambar 3. Skema Gabungan Kala dan Aspek Perfektum/kompletif/kanryou
Ada beberapa perbedaan antara fungsi kala dan fungsi aspek bentuk –ta. Fungsi aspek
dapat ditemukan pada predikat kerja, tapi tidak pada predikat situasi seperti kata benda, kata
sifat, dan kata bermakna keberadaan seperti aru atau iru. Fungsi kala mengacu pada saat
Saat Pengucapan
Masa Sekarang Perfektum Lampau Perfektum Perfektum Masa Depan
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016
pengucapan, sementara aspek perfektum atau kanryou mengacu pada titik referensi. Aspek
perfektum sendiri juga bermacam-macam dan berbeda berdasarkan cirinya. Jika prefektum
sekarang menunjuk peristiwa sebelum titik referensi di masa sekarang atau saat pengucapan,
perfektum lampau atau pluperfek menunjuk peristiwa sebelum titik referensi yang terletak di
masa lampau atau sebelum saat pengucapan. Bentuk –ta dapat ditemukan pada perfektum
lampau yang ditandai dengan akhiran –teita dan perfektum sekarang yang ditandai dengan –ta.
Perbedaan antara kedua perfektum ini juga dapat dilihat dari penggunaan morfem ta koto ga
aru, di mana ta koto ga aru melambangkan perfektum sekarang dan ta koto ga atta
melambangkan perfektum lampau. Namun, perbedaan-perbedaan tersebut tidak menyangkal
fakta bahwa kala dan aspek dapat berdampingan dalam satu kata.
Pembahasan
(1) 遠い、遠い、はるか昔・・・ 世界の東のはずれに・・・ ジパングと呼ば
れる国があった。
Tooi, tooi, haruka mukashi... Sekai no higashi no hazure ni... Jipangu to yobareru kuni ga
atta.
Pada zaman dahulu sekali... di penghujung timur dunia, ada sebuah negeri yang disebut
Jipang
Fungsi: Kala
Analisis :あった (aru + -ta) adalah predikat situasi yang bermakna keberadaan, jadi tidak mungkin ada aspek di dalamnya. Terdapat keterangan waktu 昔 yang menandakan masa lampau.
(2) ジパングは周囲を海に囲まれ、春夏秋冬 季節を問わず花が咲き乱れる平和
な国であった。何千年もの昔から 今に至るまで・・・
Jipangu wa shuui wo umi ni kakomare, shunkashuutou, kisetsu wo towazu, hana ga saki
midareru heiwa na kuni deatta. Nanzenmo no mukashi kara, ima ni itaru made...
Jipang adalah negeri damai yang dikelilingi oleh laut disekitarnya. Di mana dari musim semi
hingga musim dingin, bunga-bunga bermekaran. Dari beribu-ribu tahun lalu hingga kini.
Fungsi: Kala
Analisis: であった (de aru + -ta) adalah salah satu contoh predikat situasi, yaitu kopula.
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016
(3) しかし、そのジパングもかつて一度だけ滅びかけたことがあった。この男の
ために!
Shikashi, sono Jipangu mo katsute, ichido dake horobikaketa koto ga atta. Kono otoko no
tame ni.
Namun, Jipang saat itu pernah hampir runtuh satu kali. Karena perbuatan orang ini.
Fungsi: Kala, aspek
Analisis: たことがあった pada kata 滅びかける melambangkan aspek perfektum lampau
yang mengindikasikan bahwa negeri Jipang pernah mengalami kehancuran sebelum alur
utama yang diceritakan narator.
(4) その名をマサカドという。マサカドはジパングを自らの望む理想郷にしよう
ともくろんだ。
Sono na wo Masakado to iu. Masakado wa Jipangu wo mizukara nozomu risoukyou ni shiyou
to mokuronda.
Namanya ialah Masakado. Masakado berencana untuk menjadikan Jipang sebagai negeri
idealnya.
Fungsi: Kala, aspek
Analisis: もくろんだ mengandung aspek non-kompletif karena proses pengerjaannya masih
belum selesai, sehingga tidak memenuhi syarat aspek selesai bentuk -ta. Mengandung aspek
perfektif karena bermakna sudah terjadi.
(5) 火の一族と呼ばれる者たちがいずこからともなく現れ、マサカドに立ち向か
ったという。
Hi no Ichizoku to yobareru monotachi ga izuko kara tomonaku araware, Masakado ni
tachimukatta to iu.
Orang-orang yang disebut klan api muncul entah dari mana datangnya dan menentang
Masakado.
Fungsi: Kala, aspek
Analisis: 立ち向かった mengandung aspek non-kompletif yang bermakna belum selesai
karena jika dilihat pada situasinya, perbuatan tersebut baru akan dimulai. Mengandung aspek
perfektif karena sudah terjadi.
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016
(6) その死闘の果て、ついにマサカドの霊を地中に封印した時には火の一族のほ
とんどが死に絶えていた。
Sono shitou no hate, tsui ni Masakado no rei wo chijou ni fuuin shita toki ni wa, hi no
ichizoku no hotondo ga shini taeteita.
Pada akhir pertarungan, ketika roh Masakado berhasil disegel ke bumi, hampir semua anggota
klan api binasa.
Fungsi: Kala, aspek
Analisis: akhiran –teita pada 死に絶えていた memiliki aspek perfektum lampau (過去完了)
dan aspek imperfektif, bermakna situasi yang terus berlanjut hingga pada suatu waktu.
(7) ジパングの筑波と呼ばれる山に、わずかばかり残った火の一族のまつえいの
ひとりがいた。
Jipangu no Tsukuba to yobareru yama ni, wazuka bakari nokotta hi no ichizoku no matsuei
ga ita.
Di gunung yang disebut Tsukuba, hidup seorang keturunan klan api yang tersisa hanya sedikit.
Fungsi: Kala
Analisis: いた adalah predikat situasi bermakna keberadaan sehingga tidak berpotensi
mengandung aspek.
(8) ガマ「ジライアは火の一族のまつえいだったんだ!!どうりで強いわけ
だ!!」
Gama: “Jiraia wa hi no ichizoku no matsuei dattanda!! Douri de tsuyoi wake da”
Katak: “Ternyata Ziria keturunan klan api, ya. Berarti kamu kuat.”
Fungsi: Modus
Analisis: Kondisi di mana Ziria menyandang gelar keturunan klan api masih berlangsung
sehingga tidak mengandung fungsi kala lampau. だったんだ pada kalimat ini bermakna
penemuan (発見) untuk mengungkapkan penemuan terhadap fakta baru.
(9) 金太「ポンポコリン!!おまえがジライアか!待ちくたびれちまったよ!オ
レは金太っていうんだ!!」
Kinta: “Ponpokorin!! Omae ga Jiraia ka! Machikutabire chimatta yo! Ore wa Kinta tte iun
da”
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016
Kinta: “Ponpokorin!! Kamu yang bernama Ziria, ya? Aku sudah menunggu lama! Namaku
adalah Kinta.”
Fungsi: Kala, aspek
Analisis: ちまった adalah bentuk informal dari –te shimau, sehingga mengandung aspek
kompletif atau perfektum yang bermakna selesai.
(10) 村人「わしが あと50さい 若かったら、大門教と戦うの
に!!!!!プチッ! うっ 血管がきれた!」
Murabito: “Washi ga ato gojuu-sai wakakattara, Daimonkyou to tatakau noni!!! Pch! Uu,
Kekkan ga kireta!”
Penduduk: “Padahal, andai aku 50 tahun lebih muda, aku akan bertarung dengan sekte
Daimon!!! Pch, Uh, pembuluh darahku putus!”
Fungsi: Kala, aspek
Analisis: Peristiwa putusnya pembuluh darah sudah terjadi sebelum pengucapan, ditandai
dengan onomatope プチッ. Dapat disimpulkan bahwa salah satu aspek yang terdapat di
dalamnya adalah aspek perfektif.
(11) 村人「お待ちしておりました!ジライアさま、ここはあなたさまの味
方、雲切の里でございます。」
Murabito: “Omachishite orimashita! Jiraia-sama, koko wa anata-sama no mikata, Kumogiri
no sato de gozaimasu”
Penduduk: “Kami sudah menunggu! Ziria, di sini adalah sahabatmu, desa Kumogiri.”
Fungsi: Kala, aspek, modus
Analisis: ておりました adalah bentuk lain dari –teita yang mengandung aspek perfektum
lampau. Modus pada kata ini mengarah pada makna terwujudnya harapan atau dugaan bahwa
orang yang ditunggu akan datang.
(12) 村人「白シカさまをたすけていただき、ありがとうございました。」
Murabito: “Shiro shika-sama wo tasukete itadaki, arigatou gozaimashita”
Penduduk: “Terima kasih sudah menyelamatkan rusa putih.”
Fungsi: Modus
Analisis: Merupakan ungkapan perasaan mengenai peristiwa sudah terjadi, yaitu
penyelamatan rusa putih.
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016
(13) 町人「オラオラ、どいた!どいた!じゃまな やつだぜ まった
く!!」
Murabito: “Ora, ora, doita! Doita! Jama na yatsu da ze, mattaku!!”
Penduduk: “Hei, hei, minggir, minggir! Mengganggu saja. Dasar!”
Fungsi: Modus Analisis: Merupakan bentuk imperatif yang bermana meminta secara informal.
(14) ゴーモン「ホウ、こんなところまで来たか!!ジライアとやら!ほめ
てやろう!オレが大門教13人衆の1番手、地獄の魔術師ゴーモンだ!!お
まえではオレに勝てんぞ!!」
Goumon: “Hou, konna tokoro made kita ka!! Jiraia to yara! Homoete yarou.Ore ga
Daimonkyou sanjuuninshuu no ichiban te, jigoku no majutsushi, Goumon da!! Omae de wa
ore ni katenzo!!”
Goumon: “Hoo, rupanya kau sudah tiba hingga ke tempat ini, Ziria. Kupuji kau. Aku adalah
anggota nomor satu dari tiga belas serangkai sekte Daimon, penyihir neraka, Goumon!! Kau
tidak akan menang melawanku!!”
Fungsi: Kala, aspek
Analisis: Peristiwa kedatangan sudah terjadi sebelum pengucapan, mengandung aspek
perfektif karena proses kedatangan berada dalam keadaan sudah dilakukan.
(15) 店員「30両 いただきました。ほかに 何かお求めですか?」
Ten-in: “Sanjuu-ryou itadakimashita. Hoka ni, nanika omotome desuka?”
Penjaga Toko: “30 ryou sudah saya ambil. Apa lagi yang anda inginkan?”
Fungsi: Kala, aspek.
Analisis: Peristiwa yang dimaksud dalam teks ini adalah transaksi pembelian ketika membeli
barang dengan cara memberi sejumlah uang yang dimiliki pemain. Teks ini menandakan
selesainya suatu perbuatan sehingga mengandung aspek perfektum atau kompletif.
Mengandung kala karena transaksi terjadi sebelum pengucapan.
(16) タヌキのカギを 手に入れた。
Tanuki no kagi wo te ni ireta.
Anda mendapatkan kunci musang.
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016
Fungsi: Kala, aspek
Analisis: Teks ini timbul bersamaan dengan peristiwa di mana pemain memperoleh barang
baru yang ditandai dengan efek musik khusus, sehingga aspek yang cocok adalah aspek
perfektum dekat yang menandakan peristiwa terjadi sesaat sebelum masa sekarang.
Mengandung kala karena terjadi sesaat sebelum teks ini timbul.
(17) ツボふり「さあ、はった!はった!!丁かた ありませんか?半かた
ありませんか?」
Tsubo furi: “Saa, hatta! Hatta! Chou-kata arimasen ka? Han-kata arimasen ka?”
Pengocok dadu: “Ayo, pasang, pasang! Ada yang pilih genap? Ada yang pilih ganjil?”
Fungsi: Modus
Analisis: Mengandung makna imperatif.
(18) カマイタチが 現れた。
Kamaitachi ga arawareta.
Kamaitachi telah muncul.
Fungsi: Kala, aspek
Analisis: Peristiwa kemunculan musuh terjadi bersamaan dengan teks sehingga dapat
dikatakan mengandung aspek perfektum dekat dan kala karena terjadi sesaat sebelum
pengucapan pada teks ini.
(19) ジライアは 粉火の術を つかった。
Jiraia wa konabi no jutsu wo tsukatta.
Ziria menggunakan jurus bubuk api.
Fungsi: Kala, aspek
Analisis: Teks ini muncul setiap ada yang menggunakan suatu barang atau jurus, baik itu
pemain atau musuh. Mengandung aspek perfektum dekat karena terjadi hampir bersamaan
dengan teks.
(20) ツルギ虫を 打ち倒した!
Tsurugimushi wo uchitaoshita!
Anda mengalahkan serangga bilah.
Fungsi: Kala, aspek
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016
Analisis: Peristiwa terjadi bersamaan dengan munculnya teks ini, menandakan bahwa pemain
berhasil mengalahkan musuh diikuti dengan efek lenyapnya musuh dari layar. Salah satu
aspek yang cocok adalah perfektum dekat menandakan peristiwa selesai sesaat sebelum teks
muncul.
Kesimpulan
Dengan melihat kalimat yang terdapat pada game Tengai Makyou sebagai salah satu
contoh wacana berbahasa Jepang, dapat dibuktikan bahwa bentuk –ta tidak hanya sekedar
menandakan peristiwa di masa lalu karena bentuk –ta dalam bahasa Jepang secara garis besar
memiliki tiga fungsi, yaitu fungsi kala untuk menuturkan peristiwa sebelum masa sekarang
ditandai dengan saat pembicara berucap, fungsi aspek untuk menyatakan sesuatu yang sudah
selesai atau sudah terjadi, dan fungsi modus yang mengungkapkan perasaan pembicara dilihat
dari bagaimana ia menyampaikan maksudnya dalam bentuk kata. Biasanya, suatu predikat,
khususnya predikat kerja mengandung kala dan aspek sekaligus. Di sisi lain, kadang dalam
suatu kalimat terdapat kata berakhiran –ta yang tidak mengandung baik kala maupun aspek,
melainkan modus. Fungsi ini dapat ditemukan pada kata yang bukan merupakan predikat
situasi maupun kerja.
Mengenai perbandingan fungsi kala dan aspek pada bentuk –ta, terlepas dari jenis-jenis
beserta maknanya secara spesifik, meskipun kala dan aspek dalam bentuk –ta berbeda, pada
hakikatnya, keduanya menunjukkan suatu peristiwa atau perbuatan yang terjadi sebelum masa
sekarang. Perlu diingat bahwa dalam rumus E (peristiwa), R (titik referensi), dan S (saat
pengucapan), E berada di titik sebelum R yang terletak persis di S. Jadi, baik dalam kala
lampau maupun perfektum kini, yang menyebabkan suatu predikat diakhiri dengan morfem –
ta adalah karena peristiwa terjadi sebelum masa sekarang, entah sesaat, beberapa waktu, atau
sudah lama sekali sebelum masa sekarang. Selain itu, apa pun sebutan untuk aspek perfektum
seperti kompletif, present perfect, perfekta, atau lainnnya, semua bermuara pada satu makna,
yaitu kanryou (完了) atau genzai kanryou (現在完了) yang menyatakan selesainya suatu
perbuatan di masa lalu dan hasilnya masih terasa hingga saat pengucapan karena ada
hubungan antara masa lalu dengan sekarang.
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016
Saran
Penelitian tentang fungsi bentuk –ta ini masih belum cukup untuk menjelaskan secara
detail mengenai kala, aspek dan modus dalam bahasa Jepang serta hal-hal yang membedakan
di antaranya. Namun, penulis berharap agar penelitian ini dapat menjadi sumbangan ilmu
yang bermanfaat serta memotivasi peneliti lain untuk memperluas pilihan wacana yang dapat
diteliti sehingga tidak hanya mengangkat topik dari film, novel, komik, iklan, dan lagu saja.
Jika ada yang ingin melakukan penelitian serupa, penulis menyarankan agar pembaca tidak
hanya bergantung pada satu sumber data seperti game yang telah diangkat ke dalam penelitian
ini, karena ada kemungkinan bahwa sumber data yang lain mengandung konteks yang
berbeda, mulai dari segi teknis, gaya cerita, hingga unsur kebudayaan dalam cerita. Oleh
karena itu, dibutuhkan lebih banyak penelitian menyangkut video game dan hubungannya
dengan disiplin ilmu lain di luar pengetahuan seputar game itu sendiri.
Daftar Referensi
Comrie, Bernard. (1976). Aspect. Cambridge: Cambridge University Press.
_____________. (1985). Tense. Cambridge: Cambridge University Press.
Iori, dkk. (2000a). Chuukyuu wo oshieru hito no tame no nihongo bunpou handbook. Tokyo:
Serie Network.
_______. (2000b). Shokyuu wo oshieru hito no tame no nihongo bunpou handbook. Tokyo:
Serie Network.
Kalata. Kurt. (2005). Tengai Makyou – Far East of Eden.
http://www.hardcoregaming101.net/tengai/tengai.htm
Kato, Shigehiro. (2006). Nihongo bunpou nyuumon handbook. Tokyo: Kenkyusha
Kushartanti, Yuwono, Lauder. (2005). Pesona bahasa: langkah awal memahami linguistik.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Masuoka, Takashi. (1993). 24-shuu nihongo bunpou tour. Tokyo: Kuroshio Shuppan.
Murata, Mizue. (2007). Nyuumon nihongo no bunpou: Nihongo wo ichi kara manabi
naoshitai hito he. Tokyo: Alc.
Reichenbach, Hans. (1947). Elements of symbolic logic. New York: Macmillan & Co..
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016
Tjandra, S.N.. (2013). Sintaksis jepang. Jakarta: Bina Nusantara.
Higuchi, Mariko. (Maret 2001). Nihongo no jisei hyougen to jitai ninchi shiten. Kyutacar.
https://ds.lib.kyutech.ac.jp/dspace/bitstream/10228/964/1/higuchi14.pdf
Mieda, Reiko. (Juli 2011). Kanjou wo arawasu doushi “komaru” ga shimesu tense & aspect.
Hitotsubashi Daigaku Kokusai Kyouiku Center, 2: 13-22.
http://hdl.handle.net/10086/19300
Muramatsu, Yukiko. (1991). Iwayuru “hakken”, ”kakunin”, ”souki” no ta-kou. Nihon Gengo
Bunka. ir.nul.nagoya-u.ac.jp/jspui/bitstream/2237/.../1/BZ002003039.pdf
Murakami, Haruko. (10 Maret 1994). Ta-kei no goyou ni tsuite: jittai chousa kara. Kouza
Nihongo Kyouiku, 29, 166-180.
https://dspace.wul.waseda.ac.jp/dspace/bitstream/2065/3283/1/30181_a.pdf
Nihongo ni okeru ru-kei/ta-kei to modality: bunmatsu wo chuushin ni. (31 Desember 1993).
Kokugogaku Kenkyuu to Shiryou, 17, 24-34.
https://dspace.wul.waseda.ac.jp/dspace/bitstream/2065/29389/1/KokugogakuKenkyuToS
iryo_17_Tei.pdf
Fungsi Bentuk ..., Linggar Suwandi, FIB UI, 2016