fungsi autokorelasi 13306038
DESCRIPTION
Penjelasan singkat mengenai tau e pada fungsi autokorelasiTRANSCRIPT
FUNGSI AUTOKORELASI
Andri Aditya Hidayat 13306038
1. Pengertian Fungsi Autokorelasi
Autokorelasi merupakan formula matematis yang digunakan untuk menganalisa suatu fungsi waktu
suatu sinyal maupun fungsi berbentuk deret. Formula ini mengkorelasikan nilai suatu sinyal dengan
sinyal itu sendiri. Kegunaan fungsi autokorelasi adalah untuk menentukan suatu bentuk repetisi dari
sinyal, misal menentukan suatu kepadatan spektrum frekuensi dari suatu musik yang dimainkan,
juga bisa menentukan frekuensi pitch suara yang berasal dari frekuensi harmonik dominan yang
terdapat pada spektrum frekuensi sinyal. Berikut ini rumus autokorelasi:
𝜑 𝜏 ≡ lim𝑝→∞
1
2𝑇 𝑝 𝑙 𝑝 𝑙 + 𝜏 𝑑𝑡+𝑇
−𝑇
p(t) = sound wave equation (N/m2) τ = waktu delay (s) 2T = interval integrasi (s)
Misalkan saja kita sedang mendengar suatu pertunjukan musik di suatu tempat. Terkadang kita
mendengarkan suara yang kita dengar terasa penuh, terkadang juga kita merasakan efek sepi. Ini
disebabkan oleh banyaknya frekuensi yang tercakup di musik tadi. Ketika kita mendengar suara biola
yang dimainkan misalnya, maka efek sepi akan kita rasakan karena frekuensi yang terkandung di
biola yang dimainkan solo lebih sedikit. Berbeda dengan saat kita mendengar musik ensemble
orchestra yang memiliki cakupan frekuensi yang besar. Besaran yang menentukan kepadatan
spektrum frekuensi yang terdapat pada sinyal adalah τe.
τe adalah nilai peluruhan 10dB suatu sinyal dari sumber suara. Disebut juga nilai waktu dengung yang
dimiliki oleh sinyal itu sendiri. Kepadatan suatu frekuensi bisa didapat dari nilai τe. Nilai τe yang kecil
menandakan banyaknya frekuensi yang tercakup pada sinyal, contohnya white noise, sebaliknya τe
besar menandakan bahwa sedikit frekuensi yang terkandung.
τe = 10log10 |φp (τ)|
φp = fungsi autokorelasi τ = waktu tunda
Dari nilai τe yang kita dapat dari suatu rekaman musik tertentu dengan alat musik tertentu, bisa kita
rancang suatu ruangan yang memiliki karakterisitik sesuai dengan karakteristik musik tersebut.
Yoichi Ando menemukan suatu hubungan bahwa dari nilai τe bisa kita perkirakan nilai reverberation
time yang dibutuhkan ketika kita merancang ruang.
Tsub ≈ 23τe
Tsub = reverberation time
Dalam simulasi ini, saya akan mencoba menganalisa dua musik dengan karakteristik berbeda. Satu
merupakan musik tradisional sunda, dengan musik modern. Keduanya merupakan musik dengan
dominan alat musik bersenar. Mengapa saya memilih dua musik ini? Saya bermaksud
membandingkan bahwa apakah dua musik dengan alat musik bersenar memiliki kebutuhan ruang
berkarakteristrik yang sama, atau perlu ruang yang berbeda.
2. Data dan Analisa Musik Fingerstyle Guitar
Fingerstyle guitar merupakan permainan musik menggunakan alat musik gitar dengan variasi teknik
gitar yang unik. Bisa berbentuk solo maupun ensemble. Jika solo, seringkali gitaris mentuning
gitarnya dengan nada tertentu, tidak standar, hingga seolah seperti ada beberapa orang bermain
gitar, bahkan perkusi. Di Canada seringkali diadakan festival musik akustik ini. Musik akustik seperti
ini di negara luar memiliki ruang konser khusus sehingga karakter musik dan ruang tercapai
karakteristiknya.
Saya mencoba menganalisa dua lagu dengan tempo dan karakter berbeda sebagai perbandingan.
Lagu pertama berjudul June milik Don Ross dengan alat musik gitar dan saxophone. Musik ini
dimainkan dengan tempo lambat. Lagu kedua berjudul Birth milik Antoine dufour terdiri dari
instrument gitar, violin, dan perkusi. Kesan musik ini lebih riang dengan tempo sedang dan lebih
kaya warnanya.
Gambar 1: Grafik τe dan ACF lagu June - Don Ross
Gambar 2: Grafik τe dan ACF lagu Birth - Antoine Dufour
Saya memilih 2 lagu dengan tempo yang berbeda yakni tempo cepat dan tempo lambat, guna
mengetahui range waktu reverberation time yang dibutuhkan dan pengaruhnya terhadap nilai τe.
Lagu June memiliki tempo lambat. Dua instrument (gitar dan saxophone) saja yang mengisi lagu ini.
Rata-rata τe di lagu ini sebesar 244 ms. Ini menandakan musik lagu ini memiliki kandungan frekuensi
yang cukup sedikit. Bila dilihat dari grafik, saat τe bernilai kecil artinya alat musik gitar sedang
dimainkan bersamaan dengan saxophone dengan chord tertentu dan nada tertentu. τe bernilai besar
saat gitar maupun saxo dimainkan solo. Sedangkan di lagu Birth, rata-rata τe sebesar 18 ms. Musik
Birth lebih banyak mengandung instrument musik dengan tempo relatif cepat sehingga diperoleh
kandungan frekuensi yang cukup banyak.
Bila kita gunakan pendekatan Ando, didapat nilai Tsub lagu June sebesar 5,6 s dan lagu Birth 0,4 s. Bila
kita cermati, Tsub lagu June sepertinya terlalu mendengung dan lagu Birth terlalu sepi. Ini akibat
sample lagu yang diambil merupakan lagu yang sudah di mixing sebelumnya sehingga mengandung
efek reverb yang akan mempengaruhi nilai τe. Ini juga bisa menunjukan bahwa mungkin relasi τe
dengan Tsub Ando bergantung pada suatu keadaan tertentu sehingga nilainya bisa saja tidak sesuai.
3. Data dan Analisa Musik Kacapi Suling Sunda
Kacapi suling sunda merupakan musik tradisional asli Jawa Barat, Indonesia, yang memiliki
instrument alat musik berupa kacapi indung, kacapi rincik, dan suling. Bisa berupa musik
instrumentalia maupun musik bervocal. Dahulu kala, musik ini dimainkan di kalangan Istana dimana
musik ini memiliki karakter lembut, tenang dan damai. Musik ini lebih cocok dimainkan didalam
ruang seperti dalam istana, maupun ruang musik tertentu. Namun belum ada perhatian khusus pada
pembuatan ruang konser untuk musik tradisional ini.
Mari kita coba analisa, apakah musik ini bisa dimainkan di ruang dengan karakter reverberation time
sama dengan musik akustik gitar di analisa sebelumnya?
Lagu yang saya analisa yang pertama berjudul Anggrek Japati dan lagu kedua berjudul Duh Indung.
Kedua lagu dibawakan oleh seniman sunda, alumni Teknik Sipil ITB, Ir. Sulaeman, dan dinyanyikan
bersama Mae Nurhayati. Tempo lagu Duh Indung lebih cepat dibandingkan dengan Anggrek Japati.
Gambar 3: Grafik τe dan ACF lagu Anggrek Japati – Ir. Sulaeman
Gambar 4: Grafik τe dan ACF lagu Duh Indung – Ir. Sulaeman
Lagu anggrek japati memiliki rata-rata τe sebesar 60 ms dan lagu Duh Indung memiliki rata-rata τe
39 ms. Meskipun tempo dan nuansa lagu berbeda, namun warna suara dua musik ini cukup mirip
sehingga perbedaan τe tidak sejauh dua lagu akustik gitar fingerstyle. Musik sunda dimainkan secara
pentatonic (terkadang ditambah beberapa nada manis seperti pada teknik leot) sehingga τe mungkin
bisa jadi lebih besar dibandingkan musik sebelumnya dengan tempo yang sama.
Nilai Tsub diperkirakan berada pada 0,89 s (Anggrek Japati) hingga 1,38 s (Duh Indung). Kembali kita
pertanyakan, apakah nilai ini cukup? Pengaruh mixing dengan efek reverb bisa membuat nilai τe
berubah.
Lalu apakah ruang konser musik fingerstyle bisa dipakai untuk musik kacapi suling sunda?
Bila kita lihat range reverberation time yang dimiliki dua karakter musik ini, kacapi suling sunda tidak
bisa ditempatkan di ruang konser musik fingerstyle guitar meski intrumentnya berkarakter mirip
(sama-sama alat musik bersenar). Kacapi suling sunda memerlukan ruang berkarakter berbeda
dengan musik fingerstyle guitar. Hal ini sebenarnya bisa saja diwujudkan dengan penambahan atau
pengurangan absorber dan reflektor di ruang musik fingerstyle guitar sehingga kacapi suling sunda
bisa dimainkan di ruang musik fingerstyle guitar. Walaupun begitu, parameter akustik lain selain
reverberation time (tidak dibahas di tulisan ini) diperlukan guna terwujudnya karakteristik ruang
yang cocok.
Perlu adanya kerjasama antara musisi dan seniman kacapi suling sunda dengan para akustisi untuk
menentukan parameter lain yang dibutuhkan untuk menciptakan suatu ruang konser musik yang
sesuai dengan musik tradisional kita. Faktor subjektif seniman juga dibutuhkan agar nilai seni pun
bisa tercapai sehingga kepuasan audio tercapai.
4. Kesimpulan
Musik kacapi suling sunda yang saya anlisa memiliki range τe 39 – 60 ms. Musik fingerstyle guitar
memiliki range τe 18 – 244 ms. Nilai reverberation time yang diambil berdasarkan rumus Ando
adalah 0,89 - 1,38 s untuk kacapi suling sunda, dan 0,4 – 5,6 s untuk fingerstyle guitar. Bila dilihat
dari parameter Tsub, ruang yang diperlukan untuk dua musik ini memiliki karakter yang berbeda.
Penambahan atau pengurangan absorber dan reflektor bisa menjadi solusi jika ruang konser musik
fingerstyle guitar akan digunakan musik kacapi suling.
5. Saran
Perlu dilakukan simulasi lain dengan data musik yang lebih banyak dan alat musik berbeda untuk
menentukan karakteristik musik tradisional Indonesia agar tercapai suatu ruang akustik yang sesuai
dengan alat musik tradisional Indonesia.
6. Referensi
Yoichi Ando, “Architectural Acoustics”, Springer-Verlag, New York, (1998) Long, Marshall.2006.Architectural Acoustic.California:Elsevier Inc http:/www.intellagence.eu.com/acoustics2008 http:/www.lib.kobe-u.ac.jp/repository/thesis/d1/D1002401.pdf