full paper
TRANSCRIPT
![Page 1: Full Paper](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082416/557210e1497959fc0b8dd555/html5/thumbnails/1.jpg)
Evaluasi dan Rekomendasi Penerapan Good Handling Practices Pada Ikan di Pasar Ikan Tradisional, Pantai Depok, Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta
Titisari Juwitaningtyas(1), Wahyu Supartono, Dr.Ir.(2)
ABSTRAK
Kualitas dan keamanan pangan merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam kualitas kehidupan manusia. Terlebih pada produk perikanan yang bersifat mudah busuk (perishable). Kerusakan pada produk perikanan sering terjadi akibat adanya kesalahan dalam penanganan, atau pada praktik yang biasa disebut dengan Good Handling Practices. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengevaluasi penerapan Good Handling Practices pada usaha perikanan tradisional di Pasar Ikan Pantai Depok.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pengujian mikrobiologis dan sensoris pada ikan segar yang dijual, evaluasi menggunakan checklist GHP, serta observasi persepsi konsumen untuk rekomendasi perbaikan menggunakan Importance-Performance Analysis. Hasil menunjukkan bahwa nilai organoleptik pada sampel ikan segar bernilai 5,0-7,0 dari batas standar 7,0 (SNI 01-2346-2006); nilai keberadaan Esherichia coli berkisar 3,6-15 MPN/ gram lebih tinggi dibanding standar yaitu < 3 MPN/gram (SNI 01-2332.1-2006), serta nilai TPC berkisar antara 14.000-33.000 TPC/ gram lebih rendah dari batas standar 500.000 TPC/gram (SNI 01-2332.3-2006). Dari evaluasi berdasarkan penerapan GHP, semua persyaratan belum dapat dipenuhi oleh pasar ikan yaitu tidak adanya penerapan sistem rantai dingin yang memadai, jumlah penggunaan es untuk menjaga kesegaran ikan yang kurang dari yang dibutuhkan, penataan display ikan yang belum benar, peralatan yang kontak langsung dengan ikan terlihat kotor, serta hygiene personal pedagang ikan yang belum baik. Kemudian, dari analisis menggunakan metode IPA, konsumen menghendaki adanya prioritas perbaikan pada kebersihan meja display penjualan ikan, pengelolaan sampah di sekitar area pasar, serta perbaikan sistem drainase.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa praktik penerapan GHP pada usaha perikanan tradisional di Pantai Depok masih belum memenuhi standar. Prioritas perbaikan yang dilakukan sebaiknya berdasar pada penilaian konsumen di atas agar efektif dan sesuai sasaran.
Kata Kunci : kualitas, keamanan pangan, Good Handling Practices, pasar ikan, sistem rantai dingin
(1) Mahasiswa Program Sarjana Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada
![Page 2: Full Paper](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082416/557210e1497959fc0b8dd555/html5/thumbnails/2.jpg)
(2) Dosen Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada
Pendahuluan
Isu keamanan pangan menjadi hal yang banyak diperbincangkan masyarakat saat ini. Semakin maju pengetahuan masyarakat, maka semakin baik pula kepedulian mereka terhadap keamanan pangan yang dikonsumsi. Begitu pula untuk komoditas perikanan. Kualitas keamanan pangan pada ikan harus sangat diperhatikan mengingat adanya sifat produk perikanan yang perishable atau mudah busuk.
Penanganan produk perikanan yang salah atau kurang tepat merupakan faktor utama terjadinya kerusakan pada produk perikanan segar sehingga mengakibatkan turunnya kualitas produk yang seringkali berada di bawah persyaratan yang ditetapkan. Hal ini didukung dengan adanya sifat produk perikanan yang mudah busuk dikarenakan adanya aktivitas mikroorganisme yang merusak bahan pangan segera setelah ikan mati. Mikrobia cepat berkembang biak di daerah tropis seperti Indonesia sehingga mempercepat laju kerusakan produk perikanan. Selain itu aktivitas enzim dan kimiawi juga mendorong cepatnya tingkat kerusakan pada ikan.
Kondisi tempat dimana ikan mengalami penanganan merupakan hal yang sangat potensial mempengaruhi mutu produk. Rendahnya kualitas pemenuhan persyaratan tempat penanganan ikan serta kecilnya penggunaan es untuk penyimpanan ikan, merupakan faktor pendorong terjadinya penurunan kualitas produk perikanan. Salah satu tempat yang banyak dijumpai adanya kesalahan pada penanganan ikan adalah pasar ikan khususnya pasar ikan tradisional. Pasar ikan tradisional memainkan peran yang penting dalam rantai pasok dalam distribusi ikan yang efektif dari titik penangkapan ikan sampai dengan pedagang berikutnya atau konsumen (Sato, 2010 : hal 1-2). Praktik sanitasi dan higiene yang baik merupakan cara untuk mengurangi tingkat kontaminasi pada ikan. Maka dari itu, penerapan Cara Penanganan Ikan yang Baik (CPIB) perlu diterapkan guna meningkatkan kualitas produk perikanan serta membangun citra mutu perikanan Indonesia untuk bersaing di dunia global, khususnya dengan negara-negara Asia seperti Thailand, Cina, dan Vietnam.
Penelitian ini diarahkan dengan mengambil sampel salah satu pasar ikan lokal atau tradisional di Pantai Depok, Bantul, Yogyakarta. Pasar ikan ini merupakan kekuatan utama daya tarik Pantai Depok sehingga menjadi salah satu tujuan wisata utama pesisir selatan Daerah Istimewa Yogyakarta.
METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pengujian mikrobiologis dan organoleptis pada ikan segar yang dijual, evaluasi menggunakan checklist GHP, serta observasi persepsi konsumen untuk rekomendasi perbaikan menggunakan Importance-Performance Analysis.
Pengujian Mikrobiologis dan SensorisAnalisis yang dilakukan berupa analisis mikrobiologis, dan organoleptis.
Pengambilan sampel ikan didasarkan atas penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu Riset Pengembangan Pusat Pendaratan Ikan dan Pelelangan
![Page 3: Full Paper](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082416/557210e1497959fc0b8dd555/html5/thumbnails/3.jpg)
Ikan Higienis. Dengan mengacu pada riset tersebut, maka sampel ikan diambil sejumlah 3 jenis ikan paling dominan yang ditemukan pada saat pengambilan sampel. Pengujian mikrobiologis meliputi uji TPC dan uji kandungan E.coli. Kedua jenis pengujian ini secara berurutan menggunakan metode pengujian berdasarkan SNI 01-2332.3-2006 serta SNI 01-2332.1-2006. Sedangkan pengujian sensoris berupa uji organoleptis yang dilakukan menggunakan metode pengujian berdasarkan SNI 01-2346-2006.
Evaluasi Good Handling PracticesEvaluasi penerapan GHP atau Good Handling Practices ini dilakukan dengan menggunakan checklist. Checklist adalah berupa susunan pertanyaan yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan evaluasi. Jawaban atas checklist ini didapatkan dengan cara observasi langsung dan wawancara dengan pedagang ikan.
KuesionerKuesioner digunakan untuk mengetahui persepsi konsumen mengenai
praktik penanganan ikan di pasar ikan Pantai Depok. Sampel responden diambil berdasarkan purposive sampling yaitu sampel yang dibatasi pada responden yang benar-benar membeli ikan di pasar ikan Pantai Depok. Kuesioner awal dibagikan kepada 30 responden, kemudian diukur validitas dan reliabilitas dari masing-masing butir pertanyaan pada kuesioner. Untuk mengukur validitas kuesioner ini digunakan software SPSS 17.0, dengan alat Reliability Analysis. Untuk melihat angka validitasnya, maka dapat dibaca dari Corrected Item-Total Correlations. Untuk menyatakan validitas item pertanyaan tersebut yaitu jika koefisien korelasi product moment > r-tabel (;n-2) n = jumlah sampel (Suliyanto, 2006).
Setelah itu pengujian reliabilitas dilakukan guna menyatakan bahwa kuesioner dapat dipercaya untuk mengukur suatu instrument dalam waktu yang berbeda dan dengan objek yang sama. Penghitungan uji reliabilitas ini dilakukan dengan bantuan software SPSS 17.0. Untuk melihat koefisien reliabilitas, maka dilihat pada hasil perhitungan Cronbach’s alpha. Suatu uji dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s alpha lebih besar dari r-tabel.
Jumlah responden yang diambil adalah sebanyak 101 orang, berdasarkan ketentuan jumlah sampel minimum yang harus diambil. Rumus penentuan
sampel tersebut menggunakan rumus n=p (1−p )[ Zα /2
E ]2
sehingga diperoleh hasil
96,04 dibulatkan menjadi 97 sampel. Masing-masing responden menilai tingkat kepentingan dan kepuasan dari setiap item pertanyaan yang diajukan menggunakan skala Likert’s.
Importance-Performance AnalysisImportance-Performance Analysis merupakan suatu metode penerapan
untuk mengukur atribut menurut tingkat kepentingan dan kinerja atau tingkat kepuasan, berguna untuk pengembangan strategi pemasaran yang efektif bagi perusahaan (Supranto, 2001). Dengan menggunakan analisis IPA ini, kita dapat mengetahui prioritas perbaikan yang akan dilakukan menurut pendapat konsumen. Analisis IPA disebut juga dengan analisis kuadran, dikarenakan adanya plotting titik kesesuaian antara nilai kepentingan dan kepuasan di sebuah kuadran. Langkah dalam melakukan analisis ini adalah sebagai berikut :
1. Menghitung nilai rata-rata dari masing-masing atribut pada penilaian kepentingan dan kepuasan. Untuk menghitungnya menggunakan rumus :
![Page 4: Full Paper](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082416/557210e1497959fc0b8dd555/html5/thumbnails/4.jpg)
a.Xi=
∑t=1
k
Xi
n untuk tingkat kepuasan
b.Yi=
∑t=1
k
Yi
n untuk tingkat kepentingandimana :X i : Bobot rata-rata tingkat penilaian kinerja atribut ke-iY i : Bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan atribut ke-in : Jumlah respondenk : Jumlah atribut
2. Menghitung nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pada keseluruhan atribut. Perhitungan dilakukan dengan rumus :
Xi=∑t=1
k
Xi
n danYi=
∑t=1
k
Yi
n
dimana :
Xi : bobot rata-rata atribut-atribut kepuasan
Yi : bobot rata-rata atribut-atribut kepentingann : jumlah atribut
Nilai Xi , Yi merupakan titik potong yang mencerminkan sumbu
kepentingan dan kepuasan. Garis yang ditarik lurus dengan Ximemotong sumbu Y dan merupakan garis batas kuadran I dan kuadran II.
Sedangkan garis yang ditarik lurus dengan Yiakan memotong sumbu X dan merupakan batas kuadran III dan kuadran IV. Sehingga garis yang
ditarik tegak lurus dari titik (Xi , Yi ) ini akan membagi diagram Kartesius menjadi 4 kuadran.
3. Memetakan bobot kinerja/ kepuasan dan bobot kepentingan dalam diagram Kartesius. Titik-titik (Xi ,Yi) dari masing-masing atribut tersebut kemudian diplotkan ke dalam diagram Kartesian.
4. Melakukan interpretasi masing-masing titik pada digram tersebut. Interpretasi pada masing-masing kuadran adalah sebagai berikut :a. Kuadran I (Focus Improvement)
Titik atribut yang berada pada diagram 1 menjadi fokus utama dalam memperoleh perbaikan. Karena responden menilai atribut tersebut sebenarnya penting namun belum memuaskan.
b. Kuadran II (Maintain Performance)Titik atribut yang berada pada kuadran ini sudah baik dan diharapkan dapat dipertahankan kualitasnya. Konsumen menilai tingkat kepentingannya sudah sesuai dengan kepuasan yang dirasakan.
c. Kuadran III (Medium-Low Priority)Atribut yang berada pada kuadran ini merupakan atribut yang dinilai tidak begitu penting oleh responden dan pada kenyataannya kinerja atribut tersebut juga biasa saja. Sehingga tidak begitu memberikan manfaat jika dilakukan perbaikan.
![Page 5: Full Paper](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082416/557210e1497959fc0b8dd555/html5/thumbnails/5.jpg)
d. Kuadran IV (Reduce Emphasis)Titik atribut yang berada pada kuadran ini dianggap tidak terlalu penting oleh responden namun pada kenyataannya dianggap berlebihan. Sehingga atribut tersebut dapat dipertimbangkan untuk dikurangi untuk menghemat biaya.
Hasil dan Pembahasana) Uji Laboratorium
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi produk perikanan, yaitu ikan, yang dijual di pasar ikan. Sampel ikan yang diambil adalah 3 jenis ikan yang jumlahnya paling banyak ditemui saat dilakukan penelitian. Jenis ikan yang digunakan adalah ikan cakalang, kakap merah, dan kakap putih. Pengujian sampel ikan segar ini dilakukan oleh Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP), Dinas Perikanan, Yogyakarta. Hasil pengujian terhadap 3 jenis ikan tersebut disajikan pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3.
Tabel 1. Hasil Uji Ikan CakalangNo.
Karakteristik Uji Hasil Pengujia
n
Batas Standar
Mutu
Metode Pengujian
1. Uji Sensori- Organoleptik 5,0 7,0 SNI 01-2346-2006
2. Mikrobiologi- TPC per gram
max19.000 500.000 SNI 01-2332.3-
2006- E.coli MPN per
gram max15 <3 SNI 01-2332.1-
2006
Tabel 2. Hasil Uji Ikan Kakap MerahNo.
Karakteristik Uji Hasil Pengujian
Batas Standar
Mutu
Metode Pengujian
1. Uji Sensori- Organoleptik 7,0 7,0 SNI 01-2346-2006
2. Mikrobiologi- TPC per gram
max14.000 500.000 SNI 01-2332.3-
2006- E.coli MPN per
gram max11 <3 SNI 01-2332.1-
2006
Tabel 3. Hasil Uji Ikan Kakap PutihNo.
Karakteristik Uji Hasil Pengujian
Batas Standar
Mutu
Metode Pengujian
1. Uji Sensori- Organoleptik 7,0 7,0 SNI 01-2346-2006
2. Mikrobiologi- TPC per gram
max33.000 500.000 SNI 01-2332.3-
2006- E.coli MPN per 3,6 <3 SNI 01-2332.1-
![Page 6: Full Paper](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082416/557210e1497959fc0b8dd555/html5/thumbnails/6.jpg)
gram max 2006
Pada tabel sajian hasil pengujian organoleptik ini, hanya ikan cakalang yang tidak memenuhi batas standar mutu. Nilai uji organoleptik pada ikan cakalang yaitu 5,0 dengan batas standar mutu 7,0. Sedangkan pada 2 jenis ikan yang lain, masing-masing bernilai sama yaitu 7,0. Ikan cakalang merupakan ikan yang jumlahnya paling banyak di pasar ikan. Penanganan yang salah yang paling dominan pada ikan ini adalah terlalu sedikitnya jumlah es yang digunakan untuk menyimpan ikan.
Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa Angka Lempeng Total pada ketiga jenis ikan masih memenuhi standar batas mutu, yaitu tidak melebihi 500.000 TPC/ gram. Nilai ALT per gram maksimum pada cakalang yaitu 19.000 TPC/ gram, ikan kakap merah 14.000 TPC/ gram, dan ikan kakap putih 19.000 TPC/ gram. Ketiga ikan ini mempunyai nilai TPC yang baik yaitu masih di bawah batas maksimum TPC/ gram. Nilai TPC ini mengindikasikan bahwa jumlah bakteri hidup yang terdapat di bahan masih memenuhi standar. Sedangkan nilai E.coli menunjukkan tingkat sanitasi bahan pangan karena bakteri E.coli merupakan indikatorr sanitasi. Dari ketiga sampel tersebut diketahui bahwa mutu bahan pangan masih buruk yang mengindikasikan pula bahwa sanitasi lingkungan produksi di sekitar bahan masih buruk pula.
b) Checklist GHPUntuk mendapatkan hasil perikanan dengan mutu yang baik, maka
diperlukan bahan baku yang baik, penanganan yang baik, dan ditempatkan di lingkungan yang baik. Dari hasil wawancara dan observasi di lapangan, ditemukan bahwa praktik GHP belum berjalan baik. Evaluasi yang dilakukan menggunakan kesesuaian dengan praktik GHP yang seharusnya ada di pasar ikan higienis (PIH). Berikut adalah hasil evaluasi yang dilakukan (Tabel 4) :
Tabel 4. Evaluasi GHP di Pasar IkanPoin Evaluasi Hasil
Terdapat penerapan cold chain yang memadai TidakPenggunaan es yang sesuai dengan jumlah ikan TidakPenataan display ikan yang benar Belum
sepenuhnyaPermukaan peralatan yang kontak langsung dengan ikan, bersih dan mudah dibersihkan
Tidak
Hygiene personal pedagang yang baik Belum sepenuhnya
Pada evaluasi ini penanganan ikan yang paling buruk terjadi yaitu mengenai penerapan sistem rantai dingin atau cold chain system. Mahalnya harga es menjadi keluhan utama pedagang yang mengakibatkan jumlah es lebih sedikit dari yang dibutuhkan. Pada Tabel 5 ditunjukkan perbandingan penggunaan es dan jumlah ikan yang disimpan pada 1 coolbox.
Tabel 5. Perbandingan es dan jumlah ikanResponde
n1 2 3 4 5
Es : Ikan (kg/ box)
12,5 : 30 25 : 30 50 : 100 12,5 : 30 25 : 25
Selain itu, sarana penunjang pelaksanaan sistem rantai dingin juga masih sangat kurang seperti coolbox atau kotak berinsulasi. Mahalnya sarana
![Page 7: Full Paper](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082416/557210e1497959fc0b8dd555/html5/thumbnails/7.jpg)
penunjang ini yang mengakibatkan pedagang tidak mampu untuk menerapkan sistem rantai dingin.
Penataan display ikan menjadi penting pula karena disamping untuk menarik minat konsumen, display ikan yang benar juga dapat mencegah adanya kontaminasi silang (cross contamination) antar ikan. Namun sayangnya, pedagang di pasar ikan belum mepraktikkan display ikan yang benar, Hal ini didorong pula oleh konsumen pasar ikan yang tidak menghendaki adanya tampilan display ikan yang benar seperti di supermarket karena terkesan mahal. Sanitasi personal dan sanitasi peralatan juga menjadi faktor kurangnya kualitas produk perikanan di pasar ikan. Ditemukan adanya peralatan yang sudah seharusnya diganti karena berkarat ataupun mengerak karena kotor. Selain itu, pada saat menangani ikan pedagang masih menggunakan perhiasan seperti cincin dan tidak menggunakan sarung tangan. Penerapan sanitasi yang kurang baik mengakibatkan produk perikanan mudah sekali terkontaminasi.
Dari hasil evaluasi tersebut, dapat diketahui bahwa pada kenyataannya pedagang mengetahui konsep umum penanganan ikan yang baik. Namun hal yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan GHP ini adalah mengenai masalah ekonomi serta dorongan dari konsumen yang menghendaki harga yang murah serta tidak mempermasalahkan penanganan ikan yang berlangsung saat ini.
c) Kuesioner
Hasil Uji Validitas dan ReliabilitasUji validitas dilakukan terhadap setiap jawaban penilaian kepentingan
dan penilaian kinerja pada setiap butir pertanyaan yang ada pada kuesioner dan pada setiap responden yang dipakai. Pengujian ini dilakukan dengan menghitung nilai korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan skor total, dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson. Penghitungan ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 17.0. Kriteria penafsiran validitas masing-masing butir pertanyaan setelah didapatkan hasil hitung adalah jika rhitung
> rtabel. Nilai rtabel didapatkan dari Tabel Harga Kritik dari r Product-Moment dengan derajat kebebasan (dk) = n-2 dan signifikansi (taraf kesalahan) 5% atau df = (α, n-2). Dengan n adalah jumlah responden yang digunakan maka rtabel didapatkan senilai 0,344.
Uji reliabilitas juga dilakukan terhadap setiap butir pertanyaan dengan bantuan program SPSS 17.0. Pengujian ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana hasil pengukuran tersebut dapat dipercaya. Penafsiran reliabilitas masing-masing butir pertanyaan setelah didapatkan hasil hitung adalah jika nilai Cronbach’s Alpha > rtabel atau nilai Cronbach’s Alpha > 0,7. Nilai rtabel
didapatkan dari Tabel Harga Kritik dari r Product-Moment, df = (α, n-2). Dalam hal ini, perhitungan menggunakan perbandingan nilai Cronbach’s Alpha yang lebih besar dari rtabel dengan derajat kebebasan n-2 dan signifikansi 5% (tingkat kepercayaan 95%). Nilai rtabel adalah 0,344. Setelah didapatkan bahwa nilai keseluruhan item pertanyaan telah valid dan reliabel, maka disebarkan kuesioner utama sebanyak 101 buah dengan butir pertanyaan sebanyak 13 buah. Butir pertanyaan yang diajukan mengenai kondisi bahan pangan (ikan), penggunaan es sebagai bahan penyimpan ikan, kondisi sanitasi di sekitar lingkungan pasar ikan, kondisi higiene personal pedagang ikan, serta kondisi sanitasi peralatan penanganan ikan.
Importance-Performance AnalysisAnalisis ini digunakan untuk mengetahui penilaian konsumen yang
berupa tingkat kepuasan dan tingkat kepentingan mengenai pelaksanaan GHP di pasar ikan. Kuesioner yang telah diisi oleh responden menggunakan skala
![Page 8: Full Paper](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082416/557210e1497959fc0b8dd555/html5/thumbnails/8.jpg)
Kuadran III Kuadran IV
Tingkat kepentingan
Likert’s kemudian diolah menggunakan rumus-rumus di atas. Setelah dilakukan menggunakan rumus-rumus IPA di atas, maka didapatkan hasil sebagai berikut (Tabel 6):
Tabel 6. Hasil Perhitungan IPA
Kode AtributRerata
KepuasanRerata
KepentinganQ1 Mata ikan berwarna jernih segar 1,800 2,136Q2 Insang ikan berwarna merah segar 1,827 2,164Q3 Tidak berbau busuk 1,982 2,500Q4 Daging ikan tidak berlendir 1,936 2,291
Q5Perbandingan penggunaan es adalah 1 Kg es untuk 1 Kg ikan (untuk menjaga kesegaran ikan)
1,464 2,136
Q6Tempat penjualan (meja display) ikan bersih
1,555 2,327
Q7 Lantai pasar tidak terlihat kumuh 1,436 2,218
Q8Tidak ada air kotor yang menggenang
1,618 2,264
Q9Tidak ada penumpukan sampah di dekat area penjualan
1,618 2,382
Q10 Tersedia suplai air bersih yang cukup 1,755 2,355
Q11Pedagang menggunakan pakaian yang bersih
1,600 2,064
Q12Pedagang menggunakan sarung tangan saat melayani pembelian
1,200 2,045
Q13 Wadah penyimpanan ikan bersih 1,691 2,418
Kemudian setelah itu, dengan menggunakan dicari nilai rerata dari rerata kepentingan dan rerata kepuasan untuk mencari pembagi 4 daerah kuadran pada diagram Kartesian. Dari hasil perhitungan rerata tersebut,
didapatkan hasil untuk Xi dan Yi secara berturut-turut adalah sebesar 1,652 dan 2,254. Selanjutnya, masing-masing pasangan atribut menjadi koordinat (Xi,Yi) dan kemudian diplotkan ke dalam diagram Kartesius (Diagram1).
![Page 9: Full Paper](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082416/557210e1497959fc0b8dd555/html5/thumbnails/9.jpg)
Diagram 1. Diagram Importance-Performance Analysis
Keterangan warna :
Tidak ada penumpukan sampah di dekat area penjualan
Tempat penjualan (meja display) ikan bersih Tidak ada air kotor yang menggenang Tidak berbau busuk Tersedia suplai air bersih yang cukup Wadah penyimpan ikan bersih Daging ikan tidak berlendir Insang berwarna merah segar Mata ikan berwarna jernih segar dan menonjol Lantai pasar tidak terlihat kumuh
Perbandingan penggunaan es adalah 1 Kg es untuk 1 Kg ikan
Pedagang menggunakan sarung tangan saat melayani pembelian
Pedagang menggunakan pakaian yang bersih
Dari hasil plotting tersebut, diketahui bahwa terdapat 3 atribut yang masuk dalam Kuadran 1 yang artinya merupakan pengambilan keputusan untuk prioritas perbaikan. Kuadran ini memuat 3 atribut yaitu tentang keberadaan sampah di dekat area pasar, kebersihan meja display, dan keberadaan genangan air kotor. Ketiga atribut ini masuk dalam golongan penilaian pada lingkungan pasar. Dalam hal ini berarti konsumen menganggap penting faktor lingkungan namun pada kenyataannya belum seperti yang diharapkan. Maka dari itu, usulan perbaikan pada 3 atribut ini yaitu :
1. Perbaikan terhadap keberadaan sampah yang masih terlihat tidak tertata di sekitar area pasar ikan menjadi prioritas perbaikan yang pertama. - Untuk pengelolaan sampah yang efektif, maka sebaiknya terdapat
tempat pengumpulan sampah utama dan terpisah dari jenis sampah yang lain
- Tempat sampah seharusnya ditempatkan jauh dari kemungkinan terjadinya kontaminasi ke ikan.
- Adanya penambahan frekuensi pembersihan sampah pada hari libur (hari-hari puncak).
![Page 10: Full Paper](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082416/557210e1497959fc0b8dd555/html5/thumbnails/10.jpg)
2. Prioritas yang ke-2 yang perlu diperbaiki adalah mengenai kebersihan meja display penjualan ikan. Masalah utama yang dihadapi penjual ikan adalah sempitnya meja penjualan ikan. Rekomendasi perbaikan yang dapat diusulkan adalah adanya penempatan ikan pada wadah yang ditata dan dipisahkan berdasarkan jenis ikan. Hal itu diharapkan dapat mengurangi resiko kontaminasi dari meja penjualan ke ikan serta meja terlihat ringkas dan resik. Karena proses sanitasi peralatan lebih mudah dibandingkan sanitasi meja display.
3. Prioritas perbaikan yang ke-3 adalah menghilangkan genangan air kotor di sekitar area pasar ikan. Hal ini juga dikeluhkan pula oleh pedagang bahwa air kotor sering meluap. Rekomendasi yang diusulkan adalah adanya perbaikan saluran air pada area pasar ikan dan menambah derajat kemiringan lantai pasar.
4. Memberikan edukasi kepada konsumen mengenai kriteria ikan yang baik. Sehingga konsumen akan memilih ikan yang benar-benar baik kualitasnya, dengan begitu akan mendorong penjual (nelayan maupun pedagang ikan) untuk meningkatkan kualitas barang dagangannya. Kualitas ikan yang lebih baik hanya akan tercapai jika pedagang menerapkan cara penanganan ikan yang baik.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang didapatkan, maka didapatkan kesimpulan atas evaluasi penerapan Good Handling Practices di pasar ikan Pantai Depok adalah sebagai berikut :
1. Penerapan praktik GHP di lokasi masih di bawah standar kualitas, terlihat dengan adanya kandungan E.coli yang tinggi pada ikan, belum baiknya sarana dan prasarana (es) penerapan sistem rantai dingin, serta kualitas sanitasi pasar yang masih minimal.
2. Konsumen menghendaki adanya perbaikan pada kebersihan lingkungan pasar yaitu mengenai sampah yang masih banyak dijumpai di area pasar, kebersihan meja display/ penjualan ikan, dan genangan air kotor di sekitar area pasar.
3. Rekomendasi perbaikan yang diusulkan antara lain :a. Adanya tempat pengumpulan sampah utama yang jauh dari pasar dan
terpisah dari sampah jenis yang lain.b. Penambahan frekuensi pembersihan sampah khususnya pada waktu-
waktu puncak (seperti hari libur atau akhir pekan).c. Penempatan ikan pada wadah-wadah terpisah sesuai jenisnya saat di
meja penjualan.d. Adanya perbaikan saluran drainase serta menambah sedikit
kemiringan lantai pasar.
Daftar Pustaka
Sato, Akito, dkk. 2010. General Hygiene Measures in Local Fish Markets and Good Handling Practices in Myanmar. Southeast Asian Fisheries Development Center.
Suliyanto, 2006. Metode Riset Bisnis. Yogyakarta : Penerbit Andi.
![Page 11: Full Paper](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082416/557210e1497959fc0b8dd555/html5/thumbnails/11.jpg)
Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.