ft.unri.ac.id · gas-gas atmosferik terlarut dalam butiran air hujan (sarwoko, 1985). 5. ... 2.3...
TRANSCRIPT
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Desa Kesuma terletak sekitar 150 Km arah Timur Pekanbaru. kondisi
lingkungan fisik dan sosial budaya sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat
perdesaan pida umumnya. Permasalahan lingkungnan yang sering dijumpai
dalam kehidupan masyarakat perdesaan adalah air. Umumnya kebutuhan air
masyarakat perdesaan masih tergantung pada sumber alami (dari air permukaan =
sungai). Begitu juga dengan masyarakat di desa Kesuma ini, mereka mengambil air
dari sungai yang terletak sekitar 5meter dibawah permukaan jalan desa dengan jarak
bervariasi dari masing-masing rumah penduduk dan tidak ada satupun
didukung oleh prasarana penunjang penyediaan air untuk sampai ke rumah
masing-masing atau mereka membuat sebuah perigi (kolam kecil) di daerah
turunan di belakang rumahnya. Selain itu juga karena adanya perubahan
ekosistem di hulu sumber air maka terjadi penurunan kualitas a'r yang jika terus
menerus dikonsumsi dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
perdesaan.
Di desa Kesuma ini pada saat penulis survey pada tahun 2007 terdapat
sumber air panas dan dingin dari mata air yang sangat jernih dan terus
mengalirkan air yang sangat deras terbuang begitu saja, dan hanya digunakan
untuk mandi serta cupi oleh sebagian penduduk yang tempat tinggalnya
berdekatan dengan sumber mata air tersebut.
Berdasarkan kondisi diatas , alangkah baiknya sumber air yang bisa
dikatakan sebagai air bersih ini dapat dimanfaatkan secara optimal
-
penggunaannya dengan melengkapi sarana penunjang penyediaan air bagi
masyarakat sebagai air minum maupun untuk keperluan rumah tangga sehari-hari, dan
tentunya dengan kepastian terlebih dahulu, apakah air tersebut benar-benar
memenuhi syarat-syarat air sebagai air minum.
Namuu pada saat penulis melakukan pengambilan sampel air untuk
pengujian pada tahun 2009, pipa sumber mata air panasnya telah rusak, sehingga
pengambilan sampel air panas tidak bisa dilakukan, oleh karena itu pengujian
yang bisa dilakukan hanya terhadap air yang berasal dari sumber air dingin.
1.2 Perumusan Masalah
Besarnya debit air artesis yang terbuang setiap detiknya, sangat
disayangkan, terutama pada kondisi dimana penduduk desa Kesurna dengan
bersusah payah mengambil air sungai untuk kebutuhan sehari-hari yang jaraknya jauh
dari tempat tinggalnya masing-masing.
Oleh karena hal tersebut alangkah baiknya air artesis tersebut dapat
disalurkan ke rumah-rumah penduduk hingga dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan air bersih.
Namun sebelum sumber air tersebut digunakan sebagai sumber air minum,
maka perlu dilakukan penelitian untuk memeriksa secara kimia, sehingga dapat
diketahui apakah air dari sumber mata air tersebut memenuhi standar kualitas air
minum. Kemudian mengukur debit air dari sumbernya, sehingga dapat diketahui
apakah debit yang ada mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat
desa tersebut, dengan demikian dapat diketahui apakah sarana penyediaan air ke
rumah-rumah layak dibangun?
2
-
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk ;
I . Menguji kualitas air berdasarkan standar air minum. 2. Menghitung debit air artesis clesa Kesuma. 3. Menghitung tingkat pelayanan air yang dihasilkan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Dan penelitian ini akan dapat diketahui kualitas dan kuantitas sumber air
yang ada tersebut, air yang memenuhi syarat-syarat kualitas air minum dapat
direkomendasi untuk layak dijadikan sumber air minum dan kebutuhan rumah
tangga sehari-hari. Jika Kuantitas air yang ada mencukupi kebutuhan air perhari
masyarakat desa tersebut, maka dapat menjadi bahan masul,an untuk perencanaan dan
pelaksanaan sarana penyediaan air kerumah-rumah. Hal ini sangat efektif
dilakukan dalam rangka mengoptimalkan penggunaan sumber air yang ada di desa
E
tersebut. Sehingga m lsyarakat desa Kesuma tidak lagi turun ke sungai/kali untuk
setiap kebutuhan air minum, mandi, cuci dan kakus, yang sangat riskan sekali
dilakukan terutama pada malam hari.
3
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum
Bumi merupakan satu-satunya planet yang ditemukan berbagai jenis
kehidupan. Faktor pendukung adanya kehidupan tersebut yaitu karena di
permukaan bumi tersedia air. Sekitar 70% permukaan bumi tertutup oleh perairan,
seandainya semua air diratakan dipermukaannya, maka akan didapatkan air yang
kedalamarmya hingga 3000 meter. Perairan di permukaan bumi terdiri dari
berbagai macam air, secara garis besar berupa air laut dan air tawar. Sekitar 98%
air dipermukaan bumi merupakan air laut. dan 2% diantaranya berupa air tavvar.
Dari semua air tawar 87% diantaranya membentuk es yang membeku di kutub.
Selebihnya air di bawah tanah, di dalam tanah, dan di udara sebagai uap air serta
di tubuh makhluk hidup (http://www.walhi.or.idiair/.2006 dalam Rio, 2008)
2.2 Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air). Air tanah merupakan air yang terdapat pada pori-pori
tanah (Kashef, 1987 dalam Rio, 2008), sehingga kandungan air tanah akan
dipengaruhi oleh porositas tanah (n). Dalam bahasan air tanah, dikenal istilah
akuifer (water bearing formation) yang merupakan struktur tanah yang terisi oleh air
dan dapat mengalir, sedangkan yang tidak dapat mengalir dinamakan
aquicludes atau aquitards. Kecepatan aliran air tanah ini secara alami sangatlah
kecil, yaitu berkisar antara 1,5 m/th 2 m/hari. Akuifer dapat dibedakan menjadi dua
yaitu; akuifer bebas (unconfined aquifer) yaitu akuifer yang terletak di atas
http://www.walhi.or.idiair/.2006/
-
lapisan kedap air (impermeable) dan akuifer tertekan atau artesis (confined
aquifer) yaitu akuifer yang terletak di antara dua lapisan kedap air. (Kashef, 1987
dalam Rio, 2008).
Air di bumi yang paling banyak digunakan adalah air tanah. Banyak segi
positif yang diperoleh dengan inenggunakan aii tanah, selain airnya relatif bersih,
kemungkinan tercemar sangat kecil dan suhunya relatif rendah. Sebagian besar
penduduk Indonesia, baik di pedesaan maupun di perkotaan menggunakan air
minum dari air sumur atau air bawah tanah bahkan di Amerika Serikat sebagai
negara maju sekitar 50% penduduknya menggunakan air bawah tanah sebagai air
minum. Tidak semua air tanah layak untuk dikonsumsi manusia„ masalah tentang
air akan semakin kompleks bila dihubungkan dengan kualitas yang dikonsumsi
manusia terutama pengaruhnya terhadap kesehatan (http://www.lablink.or.id/
.2006 dalam Rio, 2008).
Air tanah pada umumnya jernih dan inemiliki kualitas air yang konstan sepanjang
waktu. Beberapa air tanah pada akuifer bebas kualitasnya dapat dipengaruhi oleh
pembuangan sampah. Sampah yang membusuk akan mengalami dekomposisi
dengan menguraikan zat organik menjadi materi lain seperti padatan total
Nitrogen organik, Nitrat, .Phospor, Kalsium, Magnesium, Photasium, Sodium,
Clorida, Sulfat, Besi dan lain-lain. Zat-zat ini akan larut ke dalam air sebagai air
sampah (Leacharte) dan akan meresap ke dalam tanah sehingga mencemari air
tanah.
Air permukaan atau air tanah bersumber (far'. hujan. Air hujan
mengandung konstituen-konstituen yang terbaur dari atmosfier. Gas-gas
atmosferik terlarut dalam butiran air hujan (Sarwoko, 1985).
5
http://www.lablink.or.id/
-
Air hujan umumnya berkualitas asam, disebabkan reaksinya dengan CO2
yang berlangsung di atmosfir dan membentuk asam karbonik. Setelah mencapai
bumi, air hujan mengalir di muka bumi atau pun menyusup membentuk aliran air
tanah.
Air tanah mengandung komponen-komponen mineral dan materi organik,
komponen dari vegetasi. binatang atau pertikel tanah dan mikro-organisme,
demikian pula kemungkinan adanya polutan pestisida atau penyubur tanah di area
pertanian. Selagi air tanag mengalir ke dalam tanah, konstituen-konstituen lain
terlarut di stratum/lapisan.
Air tanah danekal sampai kedalaman 10 m dari muka tanah dapat
tercemar materi fekal dari limbah yang dibuang melalui lasterine atau pun tangki
septik. Bakteri pathogen dan virus dalam limbah tersebut dapat terlarut dan
berkembang dalam air tanah (Sarwoku, 1985).
2.3 Seleksi Kualitatif Sumber Air
Proses pemilihan sumber air baku sebagai air baku penyediaan air bersih
tergantung pada kondisi lokal. Dimana tersedia mata air dengan kuantitas
mencukupi dan dijamin kesenambungannya, sumber ini patut diperhatikan
pertama kali sebagai air baku.
Biasanya mata air dengan keadaan tersebut tidak ada, tapi desa Kesuma
memiliki keistimewaan yang mesti disyukuri oleh penduduk setempat, dimana
desa ini memiliki ait dari sumber mata air artesis panas dan dingin. Asset ini
mestinya bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan kesejahteraan akan kebutuhan air bersih.
6
-
2.4 Air Mata Air
Mata air ditemui secara umum di daerah pegunungan atau perbukitan.
Mata iar dapat didefinisikan sebagai tempat dimana pengeluaran air secara alami dari
air tanah ke permukaan tanah (Sanvoko, 1985).
Air mata air umunya berasal dari akifer, yaitu lapisan batuan pembawa air, atau
aliran melalui patahan batuan. Dimana batuan padat kompak atau lapisan lempung
menghalangi aliran air tanah, maka air yang keluar permukaan ini bisa muncul di
tempat terbuka sebagai mata air atau muncul di tempat terbuka lainnya, seperti sungai,
danau, laut.
2.5 Mata Air Artesis
Mata air artesis berasal dari air akifer confined (lapisan batuan diantara
lapisan impermeable), dimana terdapat patahan lapisan impermiabel bagian atas,
maka air akan keluar melalui patahan tersebut ke permukaan.
Mata air umumnya berdebit besar dan sedikit berfluktuasi dari musim ke
musim. Mata air inilah diharapkan untuk dipilih, jika tersedia.
2.6 Dasar Pertimbangan Air Mata Air
Mata air terpilih bagi penyediaan air bersih dikumpulkan secara tertutup di
dalam struktur konstruksi pengumpulan. Dari sini air ditransport melalui pipa
menuju lokasi pemakai air.
Beberapa faktor pertimbangan untuk mendisain pengumpulan air mata air ;
1. Proteksi sanitari,untuk mencegah kontaminasi air dari bahan pencemar 2. Kualitas air harus dijaga, dimana mungkin air terekspose udara dengan
perbedaan temperatur menyolok dapat merusak kualitas 3.
Konstruksi pencegah kehilanngan air mesti disediakan.
7
-
4. Muka air manta air dijaga sesuai keadaan alami untuk mencegah lolosnya air ke lain tempat.
2.7 Kandungan Bahan Kimia
Air mempunyau sifat melarutkan bahan kimia. Rumus Air menumt Abel
Wolman adalah; H2O + X, dimana X merupakan zat-zat yang dihasilkan air
buangan oleh aktivitas manusia selama beberapa tahun. Dengan bertambahnya
aktifitas manusia, maka faktor X tersebut dalam air akan bertambah dan
merupakan masalah (Totok, 2004).
Faktor X merupakan zat-zat kimia yang mudah larut dalam air dan dapat
menimbulkan masalah sebagai berikut;
1. Toksisitas
2. Reaksi-reaksi kimia yamenyebabkan; a. pengendapan yang berlebihan
b. timbulnya busa yang menetap, yang sulit dihilangkan
c. timbulnya respon fisiologis yang tidak diharapkan terhadap rasa atau
pengaruh laxatif
d. perubahan dari perwujudan fisik air.
2.8 Persyaratan Fisik Air Minum
Persyartan fisik adalah persyaratan air yang dapat diindera, baik dengan
indera penglihatan, penciuman maupun indera perasa, meliputi (Widarto, 1996); 1. Air
harus jernih, bersih dan tidak berwarna
2. Tidak berbau dan tidak mempunyai rasa apapun
3. Suhu air kira-kira sama dengan suhu ruang, sehingga air minum tidak terlalu
dingin tetapi memberi rasa segar.
8
-
2.9 Persyaratan Kimia
Persyaratan kimia air minum adalah persyaratan yang menyangkut kadar atau
kandungan zat kimia dalam air. Persyaratan tersebut seperti pada label 2.1., tentang
Standar Kualitas Aii Minum.
Tabel 2.1. Standar Kualiats Air Minum
No. Nama Senyawa Kadar yang diinginkan Ket 1. Karhondioksida (CO2) Tidak boleh ada 2. Asam Nitrit (NO2) Tidak boleh ada 3. Amoniak (NH4) Tidak boleh ada 4. Timah (Pb) Tidak boleti ada 5. Besi (Fe) Kurang dari 0.2 mg/Itr air 6. Kadar Seng (Zn) Kurang dari 5 mg/ltr air 7. Tembaga (Cu) Kurang.. dari 1 mg/ltr air
8. Klorit(C1) Kurang dari 250 mg/ltr air 9. Solfat(SO4) Kurang dari 250 mg/ltr air 10. Nitrat(NO3) Kurang dari 45 mg/ltr air
11. Kalsium (Ca) Kurang dari 50-100 mg/ltr air 12. Magnesium(Mg) 50-100 mg/ltr air 13. Yodium (I) -
Sumber: Widarto, 1996
Syarat serupa bisa juga dijumpai dalam Peraturan Pemerintah No 82 tahun
2001 tentang standar air baku air minum.
9
-
2.10 Persyaratan Biologi
Bahan baku air minum harus memenuhi beberapa syarat biologi sebagai
berikut (Sujana, 2006).
1. Tidak Mengandung Organisme Patogen
Organisme patogen berbahaya bagi kesehatan manusia. Mikroorganisme
patogen yang terdapat pada air berasal dari golongan bakteri, protozoa dan
virus penyebab penyakit.
2. Tidak mengandung Mikroorganisme Nonpatogen
Mikroorganisme jenis ini tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh, namun
dapat menimbulkan ban dan rasa yang tidak enak, lendir dan kerak pada pipa.
2.11 Penyiapan Air Bersih dari Sumber Air tanah
Penyiapan air bersih dari sumber mata air umumnya untuk memenuhi
kebutuhan kolektif. Air dari sumber mata air biasanya telah cukup bersih, debit dan
volume air cukup besar. Prinsip penyediaan air bersih dari mata air adalah sebagai
berikut;
1. CO2 pada air dihilangkan, walaupun CO2 agresif yang terdapat pada air
relatif sedikit.
2. Menghilangkan bakteri, dengan perlakuan disentifikasi, agar sewaktu
ddistribusikan kepada pernakai, air bersih dalam keadaan yang aman.
Penyediaan air bersih dari sumber air artesis ciiiakukan untuk memenuhi
kebutuhan air secara kolektif. Air artesis umunya telah bersih, debit dan volume
airnya banyak, biasanya teleh memenuhi persyaratan bersih. Prinsip penyiapan air
bersih dari sumber air artesis adalah sebagai berikut (Setijo & Eling, 2003);
10
-
1. Menghilangkan CO2 2. Menghilangkan Fe dan Mn 3. Menghilangkan bakteri dengan perlakuan desinfektan.
2.12 Kuantitas dan Kualitas Mata Air
Kuantitas air ditentukan berdasarkan kecukupan potensi debit minimum
terhadap rencana kebutuhan air bagi masyarakat pedesaaan. Sedangkan kualitas air
ditentukan berdasarkan kualitas fisik (kekeruhan, warna, rasa, bau, dan suhu) serta
kualitas kimia (inorganic chemical and organik chemical) berdasarkan standar
kualitas air minum bagi kesehatan (Kashef, 1987,. Permenkes No.
416/MENKES/Per/IX/1990). Se.dangkar pendistribusian air secara gravitasi
(alami) dapat dilakukan jika memiliki potensi energi potensial (head) yang cukup
untuk suatu daerah pelayanan tertentu. Kuantitas air dapat ditentukan dengan
melakukan pengukuran debit menggunakan alat pengukur debit Thomson dengan
sudut pintu sebesar 60.0 dan 90°. Besarnya debit ditentukan dengan rumus sebagai
berikut (Chow, 1992) :
Q= 0,0134H.2-5 (2.1) Dimana :
Q = debit (lt/detik) H = tinggi muka air di atas ambang/pintu (cm)
Jika debit mata air cukup kecil, maka pengukuran debit dapat dilakukan
dengan menggunakan tabung atau gelas atau ember ukur. Debit dihitung dengan
menggunakan rumus (Triatmojo, 1996) :
Dimana :
Q = debit (lt/detik)
11
-
V = volume tabung/gelas/ember ukur (liter) t =
waktu (detik)
Kelayakan kuantitas air dievaluasi berdasarkan debit minimum, yaitu debit
terkecil yang dapat memenuhi kebutuhan bagi masyarakat pedesaan (debit
minimum harus lebih besar dari rencana kebutuhan) dan ketersediaan debit
sepanjang musim (Setijo dan Fling, 2003). Sedangkan kualitas air dapat ditentukan dengan cara pengikuran nilai besaran fisika yaitu bau (odor), warna (color), kekeruhan (turbititv), rasa (taste), suhu (temperatur), dan zat padat terlarut (residu), besaran kimia (inorganic chemical, organic chemical), mikrobiologi (biological standards) dan radio akti vitas (radioactivity) (Kashef, 1987; Permenkes No. 416/MENKES/Per/IX/1990). Tabel 2.2. Parameter dan metode uji kualitas air minum pedesaan
F I S I
K
K 1 M I A
Parameter Satuan
Kekeruhan mg/1
\Varna -
Rasa -
Bau -
Temperatur OC
pH -
Besi (Fe) mg/1
Mangan (Mn) mg/1
Metode Peralatan Keterangan
Visual
Visual -
Dicicipi tanpa -
ditelan
Dibau dan Termometer
dicicipi
Diukur
Diukur Kertas Flek Kuning
Visual Lakmus Bercak pada
Visual - cucian
Sumber : Setijo dan Eling, 2003
12
-
Setijo dan Eling, 2003 memberikan batasan bahwa uji kualitas air untuk
sumber air bersih pedesaan hanya meliputi parameter fisik kekeruhan, warna,
rasa, bau dan temperatur, sedangkan parameter kimia meliputi pH, Kandungan
Besi (Fe), dan kandungan Mangan (Mn), seperti yang terlihat pada Tabel 2.2.
Berdasarkan pengukuran di lapangan dan di laboratorium dapat diketahui
kualitas air berdasarkan parameter fisik dan kimia yang telah diukur. Hasil
pengukuran kualitas air juga dibandingkan dengan standar kualitas air
sebagainiana tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/Per/IX/1990 tanggal 3 september 1990. seperti pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Persyaratan kualitas air betsih dan air minuni berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/Per/I X/1990 No Parameter Satuan Kadar maksimum yang
diperbolehkan untuk air hers ih
BAKTERIOLOGIS Jurnlah per 100 Perpipaan = 10 1 Total Bakteri Coliform ml sampel Non Perpipaan = 50
KIMIA 1 pH - 6,5 - 9,0 2 Nitrat mg/I 10 3 Nitrit ma/1 1,0 4 Zat Organik mg/1 10 5 Mangan mg/1 0,5 6 Besi mg/I 1,0 7 Kesadahan mg/1 500 8 Klorida mg/1 600
Fluoride mg/1 1,5 Sisa Chlor mg/1 - FISIK • Suhu °C Suhu udara (±3°C)
2 Bau - 3 Rasa - - 4 Warna - -
Kekeruhan Skala NTU 25
Kualitas air dari mata air dapat dikatakan relatif konstan karena tidak tergantung oleh musim dan lingkungan. Air di golongan menjadi 2, yaitu;
13
-
golongan A artinya dapat digunakan sebagai sumber air minum tanpa diolah, sedangkan golongan B harus diolah terlebih dahulu. (Permenkes No. 416/
MENKES/ Per/ IX/ 1990).
Penggolongan air menurut UU No: 20 TAHUN 1990 (http://www.lablink.or.id/env/hidro/air-qua.htm) tentang Pengendalian Penceinaran Air ditetapkan sebagai berikut : a. Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu;
b. Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum;
c. Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan;
d.Golongan D: Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri,pembangkit listrik tenaga air.
2.13 Kebutuhan Air Masyarakat
Kebutuhan air masyarakat adalah jumlah air bersih atau air minum yang
diperlukan sebagai prasyarat bagi individu atau masyarakat untuk hidup secara
layak, sedangkan air bersih atau air minum adalah air yang memenuhi baku mutu
yang berlaku (Setijo dan Eling, 2003). Secara umum kebutuhan air menurut dapat
dibedakan menjadi empat kategori yaitu untuk rumah tangga, komersil dan
industri, pemakaian umum, serta kehilangan atau kebocoran. Jumlah penggunaan air
berbeda-beda dari kota satu dengan kota lainnya, tergantung pada cuaca,
penduduk, lingkungan, dan faktor-faktor lainnya. menyatakan bahwa kebutuhan air
penduduk tergantung oleh jumlah dan jenis fasilitas yang digunakan (Tabel 2.4
dan Tabe12.5).
14
http://www.lablink.or.id/env/hidro/air-qua.htm
-
Tabel 2.4. Kebutuhan air maksimum menurut jumlah penduduk Jumlah Penduduk (jiwa) Kebutuhan air (liter/org/hari)
< 10.000 150— 300
10.000 - 50.000 200- 350
50.000 - 100.000 250- 400
100.000 - 300.000 300- 450
300.000 - 1 juta 350- 500
> 1 juta >400 Tabel 2. 5: Kebutuhan air menurut jenis fasilitas
Kebutuhan air (liter/org/haii)
Jenis Fasilitas Rata-rata Maksimum
Peamiahan 100 150
Sekolah 35 50
Hotel 70 100
Perkantoran 50 70
Rurnah Sakit 250 400 Sunther : Setif° dan Eling, 2003
Kebutuhan air bersih untuk masing-masing manusia tergantung pada
banyak sedikitnya aktivitas manusia selain itu juga tergantung pada kondisi social
ekonomi dan tempat tinggal manusia tersebut. Linsley dan Franzini (1986:92)
menjelaskan, bahwa penggunaan air berbeda antara satu kota dengan kota lainnya,
tergantung pada cuaca, ciri-ciri masyarakat, masalah lingkungan hidup, penduduk,
industrialisasi, dan faktor-faktor lainnya. Menurut Sarwoko (1985) bahwa rata-
rata perhari perkapita konsumsi air bervariasi, untuk ukuran Indonesia 90 liter
sampai 140 liter. Banyaknya keperluan air perorang tiap hari untuk daerah
pedesaan antara 60-80 liter, sedangkan untuk daerah perkotaan dengan penduduk
15
-
50.000 jiwa adalah 80-120 liter, dan jika jumlah penduduk lebih dari 50.000
banyaknya air yang dibutuhkan 120-200 liter. Menurut Lee (1980:6 dalam Rio),
bahwa manusia membutuhkan pasokan air yang rutin, yaitu sekitar 1-2
liter/orang/hari untuk orang dewasa guna mempertahankan fungsi-fungsi yang
normal, dan untuk mengimbangi kehilangan air karena penguapan.
(http://www. lab ink.or. id/2009).
Pada umumnya kebutuhan banyaknya air tergantung pada faktor-faktor
yang mempengaruhi yaitu karakteristik penduduk, kepadatan penduduk, aktivitas
dan letak suatu daerah yang satu berbeda dengan daerah yang lain dan berbeda
pula dalam hai kebutuhan all bersih, hal ini karena adanya daerah permakiinan
dan daerah industri yang berarti bahwa daerah dengan permukiman dan industri
akan membutuhkan air lebih banyak da:-i daerah pertanian dan perkehunan. Untuk
mengetahui banyakaya air bersih yang dibutuhkan oleh seluruh penduduk suatu
daerah menurut dapat dihitung dengan mengalikan jumlah penduduk seluruh
daerah itu dengan kebutuhan air bersih rata-rata perkapita perhari
(http://www.lab I ink.or. id/2009).
Kebutuhan air masyarakat dihitung dengan membandingkan besarnya
jumlah penduduk dengan kebutuhan air per orang per hari sebagai prasyarat bagi
individu atau masyarakat untuk hidup secara layak. Besamya jumlah penduduk itu
sendiri perlu diprediksikan untuk masa yang akan datang. Hal ini diperlukan
untuk dapat memperkirakan apakah ketersediaan air dapat memenuhi kebutuhan air
masyarakat pada masa sekarang dan yang akan datang. Prediksi jumlah
penduduk di masa yang akan datang dapat dihitung dengan menggunakan rumus
(BPS Pekanbaru) :
16
http://www./http://www.lab/
-
Dimana :
Pi = jumlah penduduk di masa datang (jiwa)
PO = jumlah penduduk sekarang (jiwa)
r = tingkat pertumbuhan penduduk (%)
n = rentang waktu prediksi (tahun)
Sarwoko, (2003) menyatakan bahwa kebutuhan air masyarakat kota adalah 120
liter/orang/hari dan masyarakat desa adalah 60 liter/orang/hari. Batasan khusus
untuk kebutuhan air masyarakat desa, bahwa jika air bersih teisebut disalurkan
melalui kran umum (KU) atau hidran umum (HU) niaka kebutuhan air masyarakat
desa adalah 30 liter/orang/hari.
17
-
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pengambilan Sampel Air
Sampel air diambil lang,sung dari air yang mengaiir dari sumber air
dengan menggunakan botol aqua. Untuk menghindari kontaminasi botol sample
dibersihkan' dengan air 2 atau 3 kali. Transportasi sample dari lokasi ke
laboratorium diusahakan secepatnya.
Pengukuran debit air langsung dilakukan pada saat pengambilan sample
tersebut dengan cara menggunakan ember, air ditarnpung sampai penuh dengan
mencatat waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi ember tersebut. Ini dilakukan
minimal 3 kali penampungan, semakin banyak semakin lebih baik dan hasil yang
diperoleh adalah hasil rata-rata dari total penampungan tersebut per rata-rata
satuan waktu.
3.2 Pelaksanaan Penelitiati
Dari sampel air yang diambil sebanyak satu botol, lalu diadakan
pemeriksaan terhadap kandungan fisika dan kimianya yang meliputi , CO2, NO3, Besi
(Fe), Seng (Zn) dll berdasarkan standar air minum. Jika hasil pemeriksaan
memenuhi standar kualitas air minum, maka sumber air tesebut direkomendasi
sebagai air minurn.
Kemudian kegiatan berlanjut pada perhitungan kuantitas air yang ada
dengan kebutuhan air minum, mandi, cuci, dan kakus per orang lalu
menjumlahkan dengan jumlah penduduk setempat. Hasil yang diperoleh dapat
-
digunakan sebagai dasar perencanan sarana penyediaan distribusi air minum atau
pemanfaatan lairmya.
19
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air
Pengujian kualitas air dilakukan di Laboratorium Pengujian dan Analisa Kimia
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau. Pengujian dilakukan ierhadap
sampel air yang diambil dari maw. air Desa Kesuma Kecamatan Pangkalan Kuras
Kabupaten Pelalawan. Hasil analisis parameter fisik dan kimia sampel air tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil uji kualitas air
Parameter Unit Kadar Hasil Pertimbangan Maksimum Pengujian (Kualitas Air)
(Kelas 1)
A. Fisik 1. Temperatur 0° C Suhu udara 29,6 memenuhi syarat
2. TDS mg/i 1000 170 memenuhi syarat
3. Rasa tak berasa memenuhi syarat
4. Warna tak berwarnamemenuhi syarat
5. Bau tak berbau tak berbau memenuhi syarat
B. Kimia
1. pH 6,5 - 9,0 7.43 memenuhi syarat
2. Besi terlarut mg/1 - 0.214 memenuhi syarat
3. Tembaga (Cu) mg/1 0.02 0.002 memenuhi syarat
4. Seng (Zn) mg/1 0.05 0.031 memenuhi syarat
5. Timbal (Pb) mg/1 0.03 0.008 memenuhi syarat
6. Kobal (Co) mg/1 0.2 0,051 memenuhi syarat
7. Posfat mg/1 0.2 0.12 memenuhi syarat
8. Fluorida (F) mg/1 0.5 0.001 memenuhi syarat
9. Amoniak Bebas mg/1 0.5 0,41 memenuhi syarat
10. Nitrat (NO3-N) mg/1 10 0.86 memenuhi syarat
11. Nitrit (NO2-N) mg/1 0.06 0.004 memenuhi syarat
12. BOD 5 mg/1 2 2.7 memenuhi syarat
13. COD mg/1 10 10.15 memenuhi syarat
14. Minyak & ug/1 1000 120 memenuhi syarat
15. Kesadahan mg!! 14.15 memenuhi syarat
16. Khlorida (Cl) mg/1 250 42.30 memenuhi syarat
17. Sulfat (SO4) mg/1 400 296.77 memenuhi syarat
20
-
Metode dan parameter air yang dianalisis mengacu pada Permenkes No.
416/MENKES/Per/IX/1999. Kelayakan air dilakukan dengan membandingkan kualitas
sampel air dengan baku mutu air bersih dan air minum berdasarkan PP No. 82 tahun 2001.
mutu air kelas I. Hasil analisis menunjukkan bahwa mata air Desa Kesuma Kecamatan
Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan tersebut layak untuk digunakan sebagai air baku air
minum. 4.2 Kebutuhan Ail
Kebutuhan air diperhitungkan dengan membandingkan jumlah penduduk Desa
Kesuma (100 KK x 5 jiwa = 500 jiwa) dengan kebutuhan air bersih (30 1/orang/hr). Data
penduduk yang tligunakan dalam analisis kebutuhan air ini adalah data penduduk Desa
Kesuma Kecamatan Pelalawan tahun 2009 (Hasil interview dengan kepala desa setempat).
Perkiraan jumlah penduduk di masa yang akan datang diperkirakan sekitar 0.75% yang
diformulasikan da lam persamaan (2.3).
Pendistribusian mata air desa Kesuma secara maksimal sangat dibutuhkan masyarakat
desa, selain itu juga sangat disayangkan jika volume air berlimpah terbuang begitu saja.
4.3 Ketersediaan Air
Tabel 4.2. Hasil pengukuran potensi ketersediaan air
Pengukuran Volume Waktu Debit
Ke (ml) (dt) (ml/dt)
1. 6000 0,34 17.647
2. 6000 0,36 16.667
3. 6000 0,34 17.647
4. 6000 0,38 15.789
5. 6000 0,36 16.667
Jurnlah (ml/dt) 84.417
Debit rata-rata(ml/dt) 16.883
Potensi ketersediaan air (debit) didapat dengan melakukan pengukuran debit secara
langsung pada mata air yang bersangkutan. Pengukuran potensi debit ini dilakukan di
mata air Desa Kesuma Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan, pada
tanggal 21 Mei 2009, jam 10.45 Wib. Hasil pengukuran potensi debit tersebut dapat
ditabulasikan seperti pada Tabel 4.2.
21
-
Dari hasil pengukuran potensi ketersediaan air (debit) di atas, diperoleh kesimpulan bahwa
debit mata air Desa Kesuma Kecamatan Pangkalan Kuras adalah sebesar 16.883 ml/dt atau
sebesar 1.454,37 m3/hr. Apabila kebutuhan air bersih masyarakat pedesaan adalah sebesar 30
1/oraikg/hr (Kimpraswil,2002), maka potensi debit mata air tersebut diperkirakan mampu
memenuhi kebutuhan air bersih untuk 500 jiwa (2009). Hal ini berarti bahwa ketersediaan air
sebesar 1.454,37 m3/hr jau► lebih besar dari kebutuhan air masyarakat Desa Kesuma yaitu
sekitar 15 m3/hr.
Mengingat debit air yang dihasilkan mata air desa Kesuma cukup besar, maka alangkah
baiknya sumber mata air tersebut dikembangkan pemanfaatannya menjadi lebih baik dan berguna
senerti misalnya pendistribusian air bersih, pcmbangkit listrik tenaga air skald kecil atau
pengemasan air isi ulang, dll.
22
-
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kualitas air mata air Desa Kesuma Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan
layak untuk digunakan sebagai sumber air bersih maupun air minum pedesaan.
2. Debit mata air adalah sebesar 16.883 ml/dt atau sebesar 1.454,37 m3/hr mampu memenuhi
kebutuhan air bersih penduduk Desa Kesuma selama ratusan tahun untuk 100% penduduk. 5.2 Saran
Sebaiknya sumber mata air desa Kesuma ini, dimanfaatkan menjadi lebih baik dan
berguna seperti misalnya pendistribusian air bersih, pembangkit listrik tenaga air skala kecil atau
pengemasan air isi Wang, dll
23
-
DAFTAR PUSTAKA
Rio., AD., 2008, Analisis Kelayakan Sumber Daya Mata Air Aland Untuk Perencanaan Jaringan Sumber Air Bersih Pedesaan, h ttp://surososi p i I .fi I es.wordoress.com/2008/08/cover-ri o.pdf, diakses 8 Februari 2009.
Setijo Pitojo dan Eling Purwantoyo,2003, Deteksi Pencemar Air Minum, Penerbit Aneka Ilmu, Semarang. Sujana Alamsyah, 2006, Merakit Sendiri Alat Penjernih Air Untuk Rumah
Tangga, Penerbit PT. Kawan Pustaka, Jakarta. Sarwoko,1985, Penyediaan Air Bersih II, PenerbitKampus ITS, Surabaya. Totok Sutrisno,dkk, 2004, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta. UU RI No. 7. 2004, Tentang. Sumber Dat a Afr. Widarto,I996, Membuat Alat Penjernih Air, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.