from nothing to something ldk
DESCRIPTION
EssayTRANSCRIPT
Bismillahirrahmanirrahim...
Segala puji bagi Allah yang telah menetapkan hati kita untuk selalu berhimpun
dalam kebaikan. Begitu indah kebersamaan dalam jalan dakwah ini, meski halang dan
dan duri selalu menghampiri. Tak terasa, waktu kian bergulir sejak tahun 2012 silam
yang merupakan awal dari hijrah diri ini. LDK Sunan Kalijaga bak sebuah perahu besar
yang tengah mengarungi samudera dakwah di kampus UIN ini.
Agaknya kata “From nothing to something” adalah kata yang sangat pantas
untuk menggambarkan bagaimana perjuangan teman-teman LDK di kampus –yang
katanya- putih ini. Teringat dulu perjuangan para senior kita di dakwah kampus, yang
memperjuangkan jama’ah ini dengan penuh ikhlas, dan totalitas yang tiada batas. Di
UIN sendiri, LDK merupakan transformsi dari LDM yang telah lama berdiri di kampus
ini, yang kemudian harus terpaksa bubar karena suatu hal. Awal dari perjalanan LDK
tentu tidak semudah yang kita rasakan sekarang. Haru rasanya ketika mendengar
bagaimana perjuangan para senior dakwah ini dalam mengemban amanah dakwah ini.
Mengadakan kajian di emperan, berselisih dengan petugas keamanan, deruan air hujan,
menjadi hal yang mungkin biasa bagi mereka saat itu. Tentu tugas kita hanyalah
menyampaikan, jika kita mundur maka pasti Allah akan menggantinya dengan generasi
yang lebih baik. Tak terasa, 4 tahun sudah LDK ini memulai perjalanannya.
Sahabat, Pernahkah kita bertanya, Mengapa harus dakwah kampus ?, terlebih
lagi bagi orang seperti saya yang berada dalam lingkungan kampus yang berlabel islam,
“Mengapa kita harus berdakawah dikampus yang sudah berlabel islam ini..?
Perlukah..?”. Saya setuju dengan apa yang disampaikan oleh senior kita di dakwah
kampus yaitu Muhammad Yusuf Ridwansyah dalam bukunya yang berjudul Analisis
Instan Problematika Dakwah Kampus bahwa dakwah kampus merupakan bagian
penting dari terciptanya perbaikan akan suatu peradaban. Oleh karena itu, dengan
berdakwah di kampus artinya kita telah memberikan kontribusi untuk terciptanya suatu
peradaban madani yang telah kita cita-citakan. Perlu kita ingat bersama bahwa objek
dakwah kita dikampus bukanlah pelajar sembarangan, tetapi pelajar yang telah memiliki
gelar ‘Maha’, yaitu Mahasiswa. Kurang keren apa coba tuh gelar..? So pasti lebih keren
dari gelar tikar lah..hehe. Dan teruntuk Antum wahai para aktivis dakwah kampus,
meskipun objek dakwah antum di kampus mayoritas adalah ‘makhluk-makhluk’ yang
telah dinobatkan dengan gelar ‘Maha’, janganlah engkau sekali-kali meminta untuk
mendapat gelar yang sama yaitu ‘Maha’. Kan gak lucu kalau ada aktivis dakwah
kampus yang digelari “Mahada’i”..hehe
Kembali lagi membahas mengenai “Perlukah kita berdakwah di kampus, apalagi
kampus yang berlabel islam..?”. Saya tidak akan langsung menyimpulkan bahwa
berdakwah di kampus itu perlu/tidak. Mangga (red.bahasa sunda yang berarti
“silahkan”, saudara kandungnya “Monggo” dalam bahasa jawa) antum simpulkan
sendiri nanti. Padahal gak semuanya orang-orang yang kuliah di kampus berlabel islam
itu ngerti tentang islam itu sendiri. Saya sering membahasakannya menjadi 2 istilah
penyakit yang rasanya cukup ngeri juga untuk dikatakan, yaitu “Busung-lapar agama”
dan “Over-dosis (OD) agama”. Penyakit “Busung-lapar agama” ini biasanya diderita
oleh sebagian mahasiswa-mahasiswi yang “terpaksa” masuk kampus ini, entah karena
gak ada lagi pilihan, dipaksa oleh orang tua, biayanya relatif murah, atau apapun itu
alasannya. Sedangkan yang satu lagi, OD agama biasanya didrita oleh mereka yang
sudah ngerasa pinter karena udah berpuluh-puluh tahun belajar islam, saking pinternya
jadi keblenger. Bablas anginee...
Nah, dari uraian tersebut ternyata berdakawah dikampus memang penting, so
berikut adalah beberapa hal yang menjadi penguat dari adanya aktivitas dakwah kampus
:
1. Objek dakwah kita di kampus adalah kaum-kaum berpendidikan, memiliki
semangat juang tinggi, dan memiliki masa depan yang panjang. So,
memperbaiki mahasiswa sama saja dengan berusaha memperbaiki
peradaban.
2. Terbentuknya basis individu yang kokoh dan berafiliasi terhadap Islam.
Artinya, ketika kita berusaha memperbaiki individu yang bergelar
mahasiswa berarti kita sedang membangun fondasi dari sebuah peradaban.
Dari fondasi yang kokoh inilah suatu bangunan peradaban yang kokoh
berdiri. Seperti kita ketahui bersama bahwa tahapan membentuk sebuah
peradaban adalah bermula dari individu-individu yang kemudian membentuk
suatu jama’ah/keluarga, dari keluarga akan tecipta suatu masyarakat, dari
suatu masyarakat terlahir suatu negara, dan dari kumpulan-kumpulan negara
maka lahirlah pradaban itu. Jika Individu itu buruk, maka buruklah
peradabannya kelak. Jika individu itu baik, maka baiklah peradaban kelak.
3. Memperbaiki Negara. Seperti kita ketahui bersama bahwa kelak ketika lulus
dari kampus, mahasiswa memiliki kesempatan yang lebih besar untuk
mengisi posisi-posisi yang strategis di masyarakat. Oleh karena itu, dakwah
kampus berperan untuk menghasilkan orang-orang yang berafiliasi kepada
islam yang kelak akan mengisi posisi-posisi strategis di masyarakat.
Seperti kita ketahui bersama bahwa kelak sekitar 20 puluh tahun kedepan,
Indonesia diprediksi akan mengalami masa-masa keemasannya, yaitu dimana jumlah
penduduk yang produktif lebih banyak dibandingkan yang tidak produktif. Ini menjadi
tugas besar bagi seluruh aktivis dakwah kampus di Indonesia pada jaman ini. Tugas
ubtuk melahirkan da’i dan pemimpin masa depan yang bisa menahkodai indonesia
mengarungi masa ke-emasannya. Coba antum bayangkan jika kelak yang mengisi pos-
pos strategis di Indonesia adalah orang-orang yang sejak dari kuliah hobinya tidur saat
perkuliahan berlangsung, nongkrong-nongkron gak jelas, bahkan sering membohongi
orangtuanya hanyauntuk mendapatkan uang jajan lebih. Mau dibawa kemana
Indonesia ini..? Maka inilah pentingnya kenapa aktivitas dakwah kampus ini harus
selalu ada[.]
Memilih menjadi aktivis dakwah kampus, berarti memilih menjadi mahasiswa
super. Entah itu super sibuk, super lelah, super semangat, apapun itu yang jelas bukan
super-pel. Ketika kita sudah memilih menjadi seorang aktivis dakwah kampus, maka
hilangkan segala alasan yang membuat kita menjadi toleran dengan kewajiban-
kewajiban yang harus kita tunaikan. Sudah bukan jamannya lagi seorang ADK lulus
lama dari kampus dengan alasan karena amanah dakwah. Sudah bukan jamannya lagi
seorang ADK yang nilainya hancur kemudian mengkambing hitamkan dakwah. Justru
harus sebaliknya. Jika dakwah itu adalah kebaikan, dan enunaikan kewajiban-
kewajiban kita dikampus adalah suatu kebaikan pula, maka seharusnya 2 kebaikan
yang saling bertemu akan menimbulkn kebaikan yang lebih besr lagi. Begitulah
seharusnya, karena dakwah butuh keteladanan. Maka tawarkanlah islam dengan
senyuman, bersegeralah menuju pintu kemenangan.
Buat kamu-kamu.. iya kamu, yang sedang merasakan lelahnya berdakwah di
kampus dan beranggapan bahwa dakwah di masyarakat itu jauh lebih enak dan santai,
maka penilaian antum salah besar. Justru sebaliknya, berdakwah di kampus jauh lebih
enak dan santai dibandingkan terjun di masyarakat luas, karena bagaimanapun kampus
hanyalah sebuah miniatur kecil dari masyarakat yang tingkat heterogenitasnya tidak
jauh lebih kompleks dibandingkan dengan masyarakat yag sesungguhnya. Maka
berdakwah di kampus adalah suatu proses dalam mempersiapkan diri untuk menjadi
lilin-lilin penerang di tingkat masyarakat kelak. Sabarlah saudaraku, dan hargailah
setiap proses. Bahkan intanpun trbentuk dari proses yang lama, tidak seperti arang yang
padahal bahan dasarnya adalah sama yaitu karbon, tetapi hasilnya dan nilai akhirnya
jauh berbeda.
Masihkah antum akan mengeluh dengan dakwah ini..? ingatlah wahai sahabatku,
sesungguhnya kita semua adalah makhluk yang mengalami kerugian. Si kaya, si miskin,
si cantik, si ganteng, semuanya mengalami kerugian kecuali orang-orang yang beriman,
beramal shaleh, saling mensihati dalam kebenaran, serta saling menasihati dalam
kesabaran.. Sebagaimana yang Allah swt firmankan dalam surat al Ashr.
.........................
Ada perumpamaan yang menarik untuk menganalogikan surat ini yang
dituliskan oleh teh Lintang dalam bukunya “Keep Calm and Read Qur’an”. Dijelaskan
bahwa kondisi manusia yang mengalami kerugian dianalogikan kedalam kondisi
manusia yang sedang tenggelam di tengah lautan. Buruknya lagi, ternyata orang
tersebut tidak sadarkan diri. Maka satu-satunya cara agar dia bisa selamat adalah sadar.
Sadar inilah yang berarti beriman. Selanjutnya, agar benar-benar selamat ternyata tidak
cukup hanya sadar tetapi juga butuh Action, yaitu satu-satunya cara jika ingin selamat
adalah berenangan mencari tepian. Berenang ke tepian inilah yang dimaksud dengan
amal soleh. Akan tetapi, ternyata setelah berusaha berenang ke tepian, dia tidak bisa
pergi jauh disebabkan salah-satu kakinya terikat oleh rantai dengan salah satu kaki
orang di dekatnya. Buruknya lagi ternyata orang itu sedang tidak sadarkan diri. Maka
satu-satunya cara agar dia bisa selamat adalah harus menyadarkan orang di dekatnya
terlebih dahulu. Setelah sadar akhirnya mereka memutuskan untuk berenang ke tepian.
Akan tetapi, lagi-lagi usahanya tidak bisa mengantarkannya untuk mencapai tepian.
Ternyata penyebabnya adalah kaki orang itu terikat oleh rantai dengan orang di
sekitarnya lagi yang sedang tidak sadarkan diri. Begitupun kaki orang yang tidak
sadarkan diri itu, terikat dengan kaki orang didekatnya yang tidak sadarkan diri pula,
begitu seterusnya. Maka satu-satunya cara agar selamat adalah dengan membangunkan
semua orang itu dan menyadarkannya bahwa mereka sedang tenggelam. Jika ingin
selamat maka mereka harus berenang ke tepian bersama-sama. Begitulah analogi dari
saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran. Maka tepian itu adalah surga.
Agaknya kita perlu mengambil sedikit hikmah dari salah satu tontonan anak-
anak yaitu Dora The Explorer. Ya, meskipun tontonan ini dikhususkan untuk anak-
anak, tetapi ternyata syarat dengan hikmah yang bisa kita terapkan dalam perjalanan
dakwah di kampus. Disetiap episodenya, Dora pasti selalu melakukan perjalanan
menuju suau tempat, kadang bukit, hutan, rumah nenek, atau kemanapun itu. Dengan
bantuan Peta setiannya, dora mengajarkan kita untuk selalu mempunyai tujuan dalam
hidup, begitupun dengan dakwah kita dikampus. Silahkan jawab dalam hati kita
masing-masing, “Apa tujuan kita berdakwah ? terlebih di kampus..”. Kaitannya dengan
gerak dakwah LDK di kampus, sebaiknya kita buka kembali tumpukan kertas atau file
yang berisi Visi, Misi, dan segala hal yang berkaitan dengan gerak dakwah LDK
dikampus. Sudahkah gerak dakwah LDK selaras dengan apa yang tercantum dalam
AD/ART dan Haluan Kerjanya..? Jika tidak, maka cepat-cepatlah lakukan evaluasi.
Entah itu evaluasi gerak kerja kita, atau bahkan merevisi apa yang tercantum dalam
script landasan gerak tesebut.
Kembali ke masalah Dora. Ternyata disetiap petualangannya, Dora selalu
mendapatkan halang rintang, entah itu jembatan putus, hewan-hewan buas, dsb. Bisa
kita bayangkan, jika dalam salah satu episode yang ditayangkan ditdak ada rintangannya
sama sekali, atau bahkan dora tidak mempunyai tempat-tempat yang dituju. Saya rasa,
episode seperti itu tidak akan pernah ditayangkan. Selain itu, Dora selalu mendapatkan
gangguan dari Sweeper sang musang pencuri itu. Namun demikian, apapun
rintangannya, dora telah mempersiapkan alat-alat yang bisa membantunya yang
tersimpan dalam ransel ajaibnya. Begitupun seharusnya dengan gerak dakwah kita di
kampus. Apapun rintangan yang menghadang, kita harus selalu mempersiapkan diri
untuk menerjangnya. Jika kita gagal mempersiapkan diri maka sama saja kita
mempersiapkan kegagalan dikemudian hari. Maka mengenal medan dakwah menjadi
bagian yang penting untuk merumuskan strategi-strategi dakwah yang jitu. Bahkan jauh
belasan abad lalu, Sang guru bagi semesta alam, Nabi Muhammad SAW> telah
mencontohkannya kepada kita melalui kisah perang Tabuq. Saat itu tersiar kabar bahwa
Madinah akan diserbu oleh ribuan pasukan aliansi kafir. Maka Rasulullah SAW. dan
para sahabat pun tidak bisa tinggal diam, harus ada satu strategi untuk menyambut
kedatangan pasukan kafir tersebut. Akhirnya, melalu majelis permusyawaratan militer
saat itu, tercetuslah ide untuk membuat parit dari seorang anak muda bernama Salman
Al-Farisi yang memang berasal dari persia. Tentunya strategi perang seperti ini, adalah
hal yang baru bagi penduduk arab saat itu. Parit ini tentunya sangat pas untuk bisa
menghadang serangan musuh ke Madinah dan sangat menguntungkan kaum Muslimin
karena saat itu Madinah dikelilingi oleh perbukitan berbatu keras, dan perkebunan
kurma. Maka hanya ada satu kemungkinan besar, yaitu musuh menyerang dari arah
utara yang tidak terhalangi oleh apapun. Oleh karena itu, dibuatlah parit dibagian utara
kota madinah sepanjang 5,5 km dengan lebar dan kedalaman tak kurang dari 3 m yang
mengantarkan kemenangan kepihak kaum muslimin saat itu.
Dora pun selalu melakukan petualangan dengan ditemani sahabat setianya
bernama Boots si monyet kecil.Selain itu dalam setiap petualangannya, Dora selalu
memberikan aksi dan senyuman terbaiknya kepada kita. Inilah bagian yang tak kalah
penting dalam mengarungi samudera dakwah kampus. Ddora yang selalu ditemani oleh
sahabatnya, mengajarkan kita bahwa berhimpun dalam satu barisan yang rapi adalah hal
yang penting dalam berdakwah. Adakalanya kita terjatuh dalam dakwah itu kawan,
maka kita butuh orang-orang yang mampu menguatkan kita untuk terus bergerak
meskipun tertatih, hingga takdir benar-benar memutuskan kita untuk tidak kuasa
bergerak lagi. Satu hal yang tidak kalah penting adalah pasanglah senyuman terbaik kita
meskipun di depan kita ada duri-duri yang akan menusuk dan mengoyakan daging para
pengemban dakwah, karena sejatinya dakwah tidak membutuhkan kita, tapi kitalah yang
membutuhkan dakwah ini. Maka tetaplah bersama Dakwah.