fraktur collum femur

19
Fraktur Collum Femur Dextra Anesty Claresta 102011223 [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 Pendahuluan Tulang mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai penunjang jaringan tubuh, pelindung organ tubuh. Tulang juga memungkinkan gerakan dan dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan garam mineral, tetapi fungsi-fungsi dari tersebut bisa saja hilang dengan terjatuh, benturan atau kecelakaan yang menyebabkan patah tulang atau fraktur. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan. 1 Dengan bertambahnya usia, angka kejadian fraktur femur meningkat secara eksponensial. Meskipun dapat dipulihkan dengan operasi, fraktur femur menyebabkan peningkatan biaya kesehatan. Sampai saat ini, fraktur femur makin sering dilaporkan dan masih tetap menjadi tantangan bagi ahli orthopaedi. 1 1

Upload: anesty2112

Post on 08-Dec-2014

1.064 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

PBL Muskuloskeletal

TRANSCRIPT

Page 1: Fraktur Collum Femur

Fraktur Collum Femur

Dextra

Anesty Claresta

102011223

[email protected]

Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510

Pendahuluan

Tulang mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai penunjang jaringan tubuh, pelindung

organ tubuh. Tulang juga memungkinkan gerakan dan dapat berfungsi sebagai

tempat penyimpanan garam mineral, tetapi fungsi-fungsi dari tersebut bisa saja hilang dengan

terjatuh, benturan atau kecelakaan yang menyebabkan patah tulang atau fraktur.

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh kerusakan jaringan

lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan.1

Dengan bertambahnya usia, angka kejadian fraktur femur meningkat secara eksponensial.

Meskipun dapat dipulihkan dengan operasi, fraktur femur menyebabkan peningkatan biaya

kesehatan.

Sampai saat ini, fraktur femur makin sering dilaporkan dan masih tetap menjadi

tantangan bagi ahli orthopaedi.1 Walaupun penatalaksanaan di bidang orthopaedi dan geriatri

telah berkembang, akan tetapi mortalitas dalam satu tahun pasca trauma masih tetap tinggi,

berkisar antara 10 sampai 20 persen. Sehingga keinginan untuk mengembangkan penanganan

fraktur ini masih tetap tinggi. Penatalaksanaan fraktur femur harus dilaksanakan secepat dan

sebaik mungkin karena jika ada gangguan suplai darah ke kaput femur yang tidak dikontrol

dengan baik, dapat menyebabkan peningkatan kemungkinan terjadinya avaskular nekrosis.1

Skenario

Seorang wanita berusia 60 tahun, dibawa ke UGD RS dengan keluhan sangat nyeri pada

panggul kanan setelah jatuh di kamar mandi 2 jam yang lalu. Pasien tersebut terpeleset

sehingga terjatuh menyamping ke kiri dan pangkal paha kanannya membentur lantai. Setelah

1

Page 2: Fraktur Collum Femur

terjatuh, pasien tidak dapat bangun untuk berdiri atau berjalan. Pada pemeriksaan fisik,

tanda-tanda vital dalam batas normal, tampak edema pada panggul kanan, ekstremitas

bawah sebelah kanan tampak lebih memendek dan berada pada posisi eksternal rotasi,

sangat nyeri saat dipalpasi, tidak dapat digerakkan baik aktif maupun pasif.

Rumusan masalah pada scenario ini adalah wanita 60 tahun terjatuh dengan pangkal paha

membentur lantai.

Hipotesis dari scenario ini wanita 60 tahun dengan pangkal pahanya membentur lantai diduga

mengalami fraktur collum femur.

Anamnesis

Anamnesis perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Anamnesis ini meliputi identitas

pasien, usia, pekerjaan, dll. Setelah itu menanyakan keluhan utama pasien. Pada scenario ini

terjadi gangguan system musculoskeletal, biasanya pada system ini keluhan yang terjadi

adalah nyeri hebat yang dirasakan oleh pasien. Perlu ditanyakan lokasi di mana terjadinya

nyeri, onset, durasi, sudah berapa lama mengalami nyeri dan apakah ada factor yang

memperberat. Pasien juga harus menceritakan bagaimana kejadian awal hingga terjadinya

nyeri tersebut. Dokter juga harus menanyakan apakah ada gejala dan keluhan penyerta lain

seperti demam, penurunan BB, mudah lelah, dan gejala sistemik lainnya. Selain itu harus juga

ditanyakan kepada pasien tentang riwayat penyakit sebelumnya, riwayat traum, aktivitas dan

diet sehari-hari.

Pemeriksaan Fisik

Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatic fraktur), baik yang hebat

maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidak mampuan untuk menggunakan anggota

gerak. Penderita biasanya datang karena adanya nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi

anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau datang dengan gejala lain.2

Pada pemeriksaan awal penderita perlu diperhatikan adanya syok, anemia atau

perdarahan. Sangat penting juga untuk diselidiki apakah ada kerusakan pada organ-organ lain,

misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organ-organ dalam rongga thoraks, panggul dan

abdomen.

a. Inspeksi (look)

2

Page 3: Fraktur Collum Femur

Pada inspeksi perlu dibandingkan ekstremitas yang sakit dengan bagian yang sehat.

Perhatikan posisi anggota gerak secara keseluruhan dan dilihat adanya tanda-tanda anemia

bila terjadi pendarahan. Harus juga diketahui apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan

lunak untuk membedakan fraktur tertutup atau terbuka. Perhatikan adanya deformitas berupa

angulasi, rotasi dan pemendekan. Lalu perlu dilakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada

trauma pada organ-organ lain.1,2

b. Palpasi (feel)

Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat

nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

-  Temperatur setempat yang meningkat

-  Nyeri tekan. Nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh

kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang

-  Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati

-  Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri

dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena. Refilling

(pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma, temperatur kulit

-  Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya

perbedaan panjang tungkai.

c. Pergerakan (move)

Periksa pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan

pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada penderita dengan

fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh

dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak

seperti pembuluh darah dan saraf.

3

Page 4: Fraktur Collum Femur

Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pemeriksaan secara radiologi. Proyeksi

anteroposterior dan lateral, kadang-kadang diperlukan axial. Pada proyeksi anteroposterior,

kadang-kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur (pada kasus yang impacted). Untuk itu

perlu ditambah dengan pemeriksaan proyeksi axial.

Foto Rontgen

Pada proyeksi AP kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur pada kasus yang

impacted, untuk ini diperlukan pemerikasaan tambahan proyeksi axial. Pergeseran dinilai

melalui bentuk bayangan tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis trabekular

pada kaput femoris dan ujung leher femur. Penilaian ini penting karena fraktur yang

terimpaksi atau tidak bergeser (stadium I dan II Garden ) dapat membaik setelah fiksasi

internal, sementara fraktur yang bergeser sering mengalami non union dan nekrosis

avaskular.3

Radiografi foto polos secara tradisional telah digunakan sebagai langkah pertama

dalam pemeriksaan pada fraktur tulang pinggul. Tujuan utama dari film x-ray untuk

menyingkirkan setiap patah tulang yang jelas dan untuk menentukan lokasi dan luasnya

fraktur. Adanya pembentukan tulang periosteal, sclerosis, kalus, atau garis fraktur dapat

menunjukkan tegangan fraktur.3 Radiografi mungkin menunjukkan garis fraktur pada bagian

leher femur, yang merupakan lokasi untuk jenis fraktur. Fraktur harus dibedakan dari patah

tulang kompresi, yang menurut Devas dan Fullerton dan Snowdy, biasanya terletak pada

bagian inferior leher femoralis. Jika tidak terlihat di film x-ray standar, bone scan atau

Magnetic Resonance Imaging (MRI) harus dilakukan.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI telah terbukti akurat dalam penilaian fraktur dan andal dilakukan dalam waktu 24

jam dari cedera, namun pemeriksaan ini mahal. Dengan MRI, fraktur biasanya muncul

sebagai garis fraktur di korteks dikelilingi oleh zona edema intens dalam rongga meduler.

Dalam sebuah studi oleh Quinn dan McCarthy, temuan pada MRI 100% sensitif pada pasien

dengan hasil foto rontgen yang kurang terlihat. MRI dapat menunjukkan hasil yang 100%

sensitif, spesifik dan akurat dalam mengidentifikasi fraktur collum femur.3

4

Page 5: Fraktur Collum Femur

Working diagnosis dan Differential diagnosis

WD : Fraktur Collum Femur

Fraktur collum femur merupakan fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal

femur. Yang termasuk collum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput femoris

sampai dengan bagian proksimal dari intertrochanter. Fraktur leher femur sering terjadi pada

usia di atas 60 tahun dan lebih sering pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang

akibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca menopause

Sering dapat dilihat pemendekan bila dibandingkan tungkai kiri dengan kanan. Jarak antara

trokanter mayor dan spina iliaka anterior superior lebih pendek karena trokanter terletak lebih

tinggi akibat pergeseran tungkai ke cranial.4

DD : Fraktur dislokasi caput femur, fraktur femur dextra 1/3 proksimal.

Fraktur Dislokasi Caput Femur.

Dislokasi sendi panggul adalah keadaan dimana caput femur keluar dari socket nya pada

tulangpanggul (pelvis). Penyebabnya adalah trauma dengan gaya/tekanan yangbesar seperti

kecelakaan kendaraan bermotor, pejalan kaki yang ditabarak mobil, atau jatuh dari ketinggian.

Pada dislokasi ini sering juga disertai dengan terjadinya fraktur pada acetabulum

Secara khas, pasien dengan dislokasi pinggul posterior traumatik, nampak dengan

pemendekan ekstremitas bawah yang terjadi pada posisi fleksi pinggul, adduksi, dan rotasi

internal. Adanya caput femoris kadang-kadang dapat dipalpasi pada bokong ipsilateral. Hal

ini dapat diandalkan pada pasien dengan dislokasi pinggul sederhana, kehadiran patah tulang

pada femur ipsilateral atau pelvis dapat secara dramatis mengubah posisi pasien yang

ditunjukan pasien.

Fraktur Femur Dextra 1/3 proksimal

Fraktur femur 1/3 proximal adalah fraktur yang terjadi akibat terputusnya jaringan kontinuitas

pada regio seperti 1/3 proximal femur sinistra dan terjadi kerusakan jaringan lunak meliputi

struktur otot dan neurovaskuler. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya

meremuk, gerakan pantir mendadak bahkan kontraksi otot ekstrim. Untuk mengetahui fraktur

5

Page 6: Fraktur Collum Femur

ini perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti rontgen, karena gejala klinis dari luar tidak

dapat membuktikan secara langsung lokasi fraktur.

Etiologi

Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya

pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat :

Peristiwa trauma tunggal

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba – tiba dan berlebihan, yang dapat

berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan posisi miring,

pemuntiran, atau penarikan.

Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena; jaringan lunak

juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya menyebabkan fraktur melintang

dan kerusakan pada kulit diatasnya; penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur

komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.5

Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh

dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin

tidak ada.

Kekuatan dapat berupa :

1. Pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral

2. Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang menyebabkan fraktur melintang

3. Penekukan dan Penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang tetapi

disertai fragmen kupu – kupu berbentuk segitiga yang terpisah

4. Kombinasi dari pemuntiran, penekukan dan penekanan yang menyebabkan fraktur

obliq pendek

5. Penatikan dimana tendon atau ligamen benar – benar menarik tulang sampai terpisah

Tekanan yang berulang – ulang

Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda lain, akibat tekanan

berulang – ulang atau saat bertugas kemiliteran.6

Page 7: Fraktur Collum Femur

Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik)

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor)

atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget).5

Epidemiologi

Fraktur collum femur merupakan cedera yang banyak dijumpai pada pasien usia tua dan

menyebabkan morbiditas serta mortalitas.1 Dengan meningkatnya derajat kesehatan dan usia

harapan hidup, angka kejadian fraktur ini juga ikut meningkat. Fraktur ini merupakan

penyebab utama morbiditas pada pasien usia tua akibat keadaan imobilisasi pasien di tempat

tidur. Rehabilitasi membutuhkan waktu berbulan-bulan. Imobilisasi menyebabkan pasien

lebih senang berbaring sehingga mudah mengalami ulkus dekubitus dan infeksi paru. Angka

mortalitas awal fraktur ini adalah sekitar 10%. Bila tidak diobati, fraktur ini akan semakin

memburuk. Fraktur collum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih sering

pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan

osteoporosis pasca menopause.2

Lebih dari 250.000 fraktur pinggul terjadi di Amerika Serikat setiap tahun (50% termasuk

fraktur collum femur), dan jumlah ini diperkirakan dua kali lipat pada tahun 2040. 80 %

terjadi pada wanita, dan insidensinya menjadi 2 kali lipat setiap 5 hingga 6 tahun pada wanita

usia lebih dari 30 tahun.

Terdapat suatu bimodal insidensi, insiden pada pasien muda sangat rendah dan terutama

dikaitkan dengan trauma energi tinggi. Kebanyakan terjadi pada usia tua dengan umur rata-

rata 72, sebagai hasil terjatuh dengan energi rendah.

Faktor resiko termasuk jenis kelamin wanita, ras kulit putih, peningkatan umur, kesehatan

yang buruk, pengguna tembakau dan alkohol, riwayat fraktur terdahulu, riwayat terjatuh dan

rendahnya kadar estrogen. Angka pasti kasus fraktur collum femur tidak diketahui. Volpin

dkk melaporkan sebanyak 4,7% pada tahun 1946 pada militer Israel.

Patogenesis

Patofisiologi fraktur adalah jika tulang mengalami fraktur, maka periosteum,

pembuluh darah di korteks, marrow dan jaringan disekitarnya rusak. Terjadi pendarahan dan

kerusakan jaringan di ujung tulang. Terbentuklah hematoma di canal medulla. Pembuluh-7

Page 8: Fraktur Collum Femur

pembuluh kapiler dan jaringan ikat tumbuh ke dalamnya., menyerap hematoma tersebut, dan

menggantikannya.2 Jaringan ikat berisi sel-sel tulang (osteoblast) yang berasal dari

periosteum. Sel ini menghasilkan endapan garam kalsium dalam jaringan ikat yang di sebut

callus. Callus kemudian secara bertahap dibentuk menjadi profil tulang melalui pengeluaran

kelebihannya oleh osteoclast yaitu sel yang melarutkan tulang. Pada permulaan akan terjadi

pendarahan disekitar patah tulang, yang disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada

tulang dan periost, fase ini disebut fase hematoma. Hematoma ini kemudian akan menjadi

medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dengan kapiler didalamnya. Jaringan ini yang

menyebabkan fragmen tulang-tulang saling menempel, fase ini disebut fase jaringan fibrosis

dan jaringan yang menempelkan fragmen patah tulang tersebut dinamakan kalus fibrosa.

Kedalam hematoma dan jaringan fibrosis ini kemudianjuga tumbuh sel jaringan mesenkin

yang bersifat osteogenik. Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yang membentuk

kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan. Kondroid dan osteoid ini mula-mula

tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat foto rontgen. Pada tahap selanjutnya terjadi

penulangan atau osifikasi. Kesemuanya ini menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus

tulang.

Gejala Klinis

Gejala klinis dari fraktur collum femur ini adalah nyeri terus menerus dan bertambah beratnya

sampai tulang dismobilisasi. Dapat juga terjadi deformitas dimana daya tarik kekuatan otot

menyebbakan fragmen tulang berpindah dari tempatnya. Terjadi perubahan kesimbangan dan

kontur terjadi, seperti :

a. Rotasi pemendekan tulang

b. Penekanan tulang.

Pemendekan tulang terjadi karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat

fraktur.1,2 Dapat juga ditemukan krepitasi, teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan

lainnya. Terjadi pembengkakan lokal dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai

akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Bengkak muncul secara

cepat dari lokasi dan ekstravasasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan

fraktur. Selain itu juga terdapat ekimosis dari perdarahan subculaneous, spasme otot

(spasme involunters dekat fraktur) , kehilangan sensasi, pergerakan abnormal, dan syok

hipovolemi.2

8

Page 9: Fraktur Collum Femur

Penatalaksanaan

1. Terapi konservatif :

Proteksi

Misalnta mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan

baik.

Immobilisasi saja tanpa reposisi

Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan

kedudukan baik.1,2

Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips

Reposisi dapat dengan anestesi umum atau anestesi local dengan menyuntikkan

obat anestesi dalam hemotoma fraktur. Fragmen distal dikembalikan pada

kedudukan semula terhadap fragmen proksimal dan dipertahankan dalam

kedudukan yang stabil dalam gips.1,5

Traksi

Traksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau

dipasang gips setelah tidak sakit lagi . pada anak-anak dipakai traksi kulit (traksi

Hamilton russel / traksi Bryant)

Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk anak-anak waktu

dan beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai traksi definitive, bilamana

tidak maka diteruskan dengan immobilisasi gips. Untuk prang dewasa traksi

definitf harus traksi skeletal berupa balanced traction.5

2. Terapi operatif:

Terapi operatif dengan reposisi secara terttutp dengan bimbingan radiologis :

a. Reposisi tertutup- fiksasi externa

Setelah reposisi baik berdasarkan control radiologi intraoperatif maka dipasang

alat fiksasi externa. Fiksasi externa dapat model sederhana seperti Roger

Anderson, Judet, screw dengan bone cement atau llizarov yang lebih canggih.

b. Reposisi tertutup dengan control radiologis diikut fiksasi interna

Misalnya : reposisi tertutup fraktur supra condylair humerus pada anak diikuti

dengan pemasangan parallel pins. Reposisi tertutup fraktur collum pada anak

diikuti planning dan immobilisasi gips. Cara ini sekarang terus diekmbangkan

9

Page 10: Fraktur Collum Femur

menjadi “close nailing”: pada fraktur femur dan tibia, yiatu pemasnagan fiksasi

interna intra meduller (pen) tanpa membuka frakturnya.5

Terapi operatif dengan membuka frakturnya :

a. Reposisi terbuka dan fiksasi interna

ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)

Keuntungan cara ini adalah :

- Reposisi anatomis

- Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar

Indikasi ORIF :

Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi

Misalnya : fraktur talus, fraktur collum femur

Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup

Misalnya : fraktur avulsi, fraktur dislokasi

Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan

Misalnya : fraktur monteggia, fraktur galeazzi, fraktur antebrachii, fraktur pergelangan

kaki

Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi

Misalnya : fraktur femur.1

b. Excicional arthroplasty

Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi. Misalnya : fraktur caput radii

pada orang dewasa, fraktur collum femur yang dilakukan operasi Girldlestone.

c. Excisis fragmen dan pemasangan endoprosthesis

Dilakukan excise caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore atau yang lainnya.

Komplikasi

Dapat terjadi komplikasi local pada system vaskuler seperti compartment syndrome

(Volkmann ischemia) dantrauma vaskuler (trauma pembuluh darah. Selain itu dapat juga

terjadi komplikasi pada system neurologis seperti lesi medulla spinalis atau saraf perifer.

Selain komplikasi local dapat juga terjadi komplikasi sistemik yaitu emboli lemak.1

Pada fraktur juga sering ditemukan komplikasi lanjut seperti :

a. Delayed union: fraktur femur pada orang dewasa mengalami union dalam 4 bulan.

10

Page 11: Fraktur Collum Femur

b. Nonunion: apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik dicurigai adanya

nonunion dan diperlukan fiksasi interna dan bone graft.

c. Malunion: bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen, maka diperlukan

pengamatan terus menerus selama perawatan. Angulasi sering ditemukan.  Malunion

juga menyebabkan pemendekan pada tungkai sehingga dieprlukn koreksi berupa

osteotomi.

d. Kaku sendi lutut: setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan pergerakan pada

sendi lutut. Hal ini disebabkan oleh adanya adhesi periartikuler atau adhesi

intrmuskuler. Hal ini dapat dihindari apabila fisioterapi yang intensif dan sistematis

dilakukan lebih awal.

e. Disuse atrofi oto-otot

f. Gangguan pertumbuhan (fraktur epifisis)

g. Osteporosis post trauma.2

Prognosis

Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan. Tidak seperti

jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut.

Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur mulai

terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan

memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen

tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga

merupakan suatu faktor yang sangat esensial dalam penyembuhan fraktur.

Pencegahan

Pencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada umumnya fraktur

disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik ringan maupun berat. Pada

dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan trauma adalah suatu tindakan pencegahan

terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang menyebabkan fraktur.

Pencegahan Primer

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma

benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang berat atau

mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati – hati, memperhatikan pedoman

keselamatan dengan memakai alat pelindung diri.2

11

Page 12: Fraktur Collum Femur

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akibat – akibat yang lebih serius

dari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat dan

terampil pada penderita. Mengangkat penderita dengan posisi yang benar agar tidak

memperparah bagian tubuh yang terkena fraktur untuk selanjutnya dilakukan

pengobatan. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat bentuk dan keparahan tulang

yang patah. Pemeriksaan dengan foto radiologis sangat membantu untuk mengetahui

bagian tulang yang patah yang tidak terlihat dari luar. Pengobatan yang dilakukan

dapat berupa traksi, pembidaian dengan gips atau dengan fiksasi internal maupun

eksternal.5

Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya

komplikasi yang lebih berat dan memberikan tindakan pemulihan yang tepat untuk

menghindari atau mengurangi kecacatan. Pengobatan yang dilakukan disesuaikan

dengan jenis dan beratnya fraktur dengan tindakan operatif dan rehabilitasi.

Rehabilitasi medis diupayakan untuk mengembalikan fungsi tubuh untuk dapat

kembali melakukan mobilisasi seperti biasanya.2 Penderita fraktur yang telah

mendapat pengobatan atau tindakan operatif, memerlukan latihan fungsional perlahan

untuk mengembalikan fungsi gerakan dari tulang yang patah. Upaya rehabilitasi

dengan mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi

dan imobilisasi antara lain meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler,

mengontrol ansietas dan nyeri, latihan dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktivitas

hidup sehari-hari, dan melakukan aktivitas ringan secara bertahap.1

Kesimpulan

Pada scenario ini wanita berusia 60 tahun mengalami fraktur pada collum femoris dextra.

Fraktur ini terjadi akibat trauma yang disebabkan saat terjatuh. Fraktur ini ditandai dengan

adanya Pada wanita usia 60 tahun ini juga mungkin terdapat osteoporosis yang dapat

memudahkan terjadinya fraktur.

12

Page 13: Fraktur Collum Femur

Daftar Pustaka

1. Staff pengajar bagian ilmu bedah FKUI Jakarta. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI; 2004.p.484-7.

2. Anonim. Fraktur collum femur. In: Mansjoer A,Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita

selekta kedokteran. Edisi ke-3 (2). Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2000.p.355-6.

3. Rasad, S. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006.p.31.

4. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;

2004.

5. Anonim. Fraktur. In: Sjamsihidajat, Jong WD, editors. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah.

Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2005.p.881.

13