documentfq
DESCRIPTION
analisis farmasiTRANSCRIPT
ABSTRACT :
Penetapan Spektroflourometri, Spektrometri Serapan Atom danSpektrofotometri UV-VISdari
Fluoroquinolones.
Metode spektroflourometri, spektrometri serapan atom, dan spektrofotometri UV-VIS
merupakan metode yang simple, akurat, sensitif dan selektif untuk analisiskuantitatif sepuluh
turunan fluoroquinolones yaitu : amifloxacin , ciprofloxacin hidroklorida , difloxacin
hidroklorida , enoxacin , enrofloxacin , lomefloxacin hidroklorida , levofloxacin , norfloksasin ,
ofloksasin dan pefloxacin mesylate .
1. Metode Spektroflourometri :
setiap sampel dilarutkan dengan 0,1 N H2SO4sampe tanda. Menunjukkan fluoresensi pada
panjang gelombang 450 nm dan tereksitasi pada panjang gelombang 290 nm. Menggunakan
larutan blanko yang berisi 0,1N H2SO4 lalu diukur dan dikalibrasi sehingga didapatlah kurva
kalibrasi membentuk garis lurusdengan konsentrasi 0,3-1,4 µg/ml-1.
2. Spektrometri Serapan Atom :
Cobalt sulfat (Penghelat) digunakan untuk mengendapkan kumpulan ion yang
terbentukselama reaksi. Metode ini bergantung pada penentuan langsung dari ion yang
terbentuk di dalam endapan dan juga pada penentuan yang tidak langsung. Kurva kalibrasi
menunjukkan garis lurus pada range konsentrasi 3-30 µg/ml -1 dari setiap obat. Rasio molar
dari khelat yang terbantuk dapat di tentukan dengan metode Job’s.
3. Spektrofotometri UV-VIS :
Amonium vanadate di gunakan untuk spektrofotometri dari 10 turunan floroquinolon.
Amonium vanadate digunakan untuk pembentukan warna karena ketika ditambahkan
dengan sampel dalam asam sulfat (p) akan terjadi reaksi redoks.
Absorbansi dikur pada panjang gelombang 766nm. Hal ini menunjukkan bahwa sampel
dideteksi dengan spektrofotometri visibel karena panjang gelombang yang digunakan dalam
range 400-800nm. Penentuan spektrofotometri dari fluoroquinolones diperoleh dari oksidasi
dalam asam sulfatsehingga terbentuk warna biru kehijauan.Akurasi dan presisi dari spektro
UV ini diukur pada range 10-40 µg/ml-1 untuk masing-masing obat yang diselidiki dengan
koefisien korelasi (r) tidak kurang dari 0.9994 untuk obat yang analisis.
Kata kunci : floroquinolon, spektroflourometri, 0,1 N H2SO4, AAS, Cobalt Sulfat,
Spektrofotometri, Amonium Vanadate,
BAB I
PENDAHULUAN
Antibiotika ( latin : anti = lawan, bios = hidup ) adalah segolongan senyawa, baik alami
maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di
dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Antibiotik dapat diklasifikasikan
berdasarkan spectrum atau kisaran kerja, mekanisme aksi, strain penghasil, cara biosintesis
maupun berdasarkan struktur biokimianya. Berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya
antibiotik dapat dibedakan menjadi antibiotik berspektrum sempit (narrow spectrum) dan
antibiotik berspektrum luas (broad spectrum). Antibiotik berspektrum sempit hanya mampu
menghambat segolongan jenis bakteri saja, contohnya hanya mampu menghambat atau
membunuh bakteri gram negative saja atau gram positif saja. Sedangkan antibiotik berspektrum
luas dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun gram
negatif.
Berdasarkan mekanisme aksinya, antibiotik dibedakan menjadi lima :
1. Antibiotik dengan mekanisme penghambatan sintesis dinding sel
2. Perusakan membran plasma
3. Penghambatan sintesis protein
4. Penghambatan sintesis asam nukleat
5. Penghambatan sintesis metabolit esensial.
Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga
untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Secara profilaktis juga diberikan pada
pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga sebelum cabut gigi. Penghambatan pada
sintesis asam nukleat berupa penghambatan terhadap transkripsi replikasi mikroorganisme.
Yang termasuk antibiotik penghambat sintesis asam nukleat ini adalah antibiotik golongan
kuinolon dan rifampin atau rifampisin.
Fluorokuinolon merupakan senyawa golongan kuinolon yang memiliki daya antibakteri
dan telah dikenal sejak 1980. Golongan Fluorokuinolon adalah antibiotik yang sangat aktif,
memiliki spektrum luas dan banyak digunakan baik pada manusia maupun hewan.
Fluorokuinolon memiliki kelebihan karena dapat melawan berbagai jenis patogen multiresisten
disebabkan cara kerjanya yang melalui target – target yang berbeda dari golongan antimikroba
lain. Mekanisme resistensi fluorokuinolon juga tidak seperti kebanyakan mekanisme resistensi
dari antibiotik lain, yaitu tidak melalui plasmid atau integron.
Fluorokuinolon membunuh bakteri melalui dua mekanisme, yakni melalui DNA kinase
yang aktif pada gram negatif dan melalui tocoisomerase-4 yang mempengaruhi sel inhibisi dan
aktif pada gram positif. Dua mekanisme ini menyebabkan Fluorokuinolon sulit menjadi resisten.
Beberapa metode telah diketahui untuk penentuaan kuinolon dalam bentuk murni, dosis
dan dalam Cairan biologis. Asam analidiksat, norfloksasin ,siprofloksasin dan hidroklori adalah
resmi di kedua USP XXIV dan BP 1998, sedangkan ofloksasin adalah resmi di USP hanya
XXIV. Kedua USP XXIV dan BP 1998 merekombinasikan metode HPLC untuk penentuan
siprofloksasin dalam bahan baku dan dalam sediaan. USP XXIV merekombinasikan metode
titrasi untuk penentuan nalidiksat, norfloksasin dan ofloksasin dalam bahan baku, semntara
metode HPLC dijelaskan untuk analisis fluoroquinolon dalam bentuk sediaan. BP 1998
merekomendasikan berair metode titrasi untuk penentuan asam nalidiksat dan norfloksasin dalam
bahan baku dan metode spektrofotometri untuk menetapkan norfloksasin dalam bentuk sediaan.
Beberapa metode untuk penentuan kuinolon termasuk : titrimetri, spektrootometri,
spektrofluorometri, elekrokimia, elektroforesis dan metode kromatografi. Beberapa metode
termasuk khelasi dari fluoroquinolon dengan Fe (III), Cu (II), Al (III), Mg (II), Ca (II), dan Tb
(III) yang dilaporkan. Sebagian besar analitis metode yang digunakan untuk penentuan yang
diteliti obat dalam cairan biologis metode HPLC yang memerlukan peralatan yang rumit dan
mahal.
Meskipun spektrometri serapan atom merupakan metode yang cepat dan memiliki batas
deteksi yang sangat rendah yang tidak dapat dicapai oleh sebagian besar metode lain, belim
ditetapkan dalam metode ini. Penelitian ini merupakan metode langsung dan tidak langsung baru
unuk penentuan amlloxacin, ciprofloxacin hidroklorida, difloxacin, levofloxacin, norfloxacin.
Penelitian ini merupakan pemanfaatan kobalt sulfat sebagai reagen untuk penentuan suatu obat
dengan sejumlah atom secara langsung dan tidak langsung pengukuran spektrometri.
Spektrofluorimetri, metode spektrometri serapan atom,dan spektrofotometri terbukti
menjadi sangat sensitif dan akurat untuk penentuan senyawa ini dalam bentik serbuk, dalam
bentuk sediaan,dan dalam cairan biologis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.FLUOROKUINOLON
a. Pengertian
Fluorokuinolon merupakan derivat kuinolon adalah obat-obat yang efektif untuk organisme
gram negatif dan gram positif. Fluorokuinolon memiliki atom Fluor pada sistem cincin pusat,
biasanya pada posisi C-6 atau C-7.
Antibakterial dari golongan kuinolon sangat efektif terhadap bakteri Gram negatif, akan
tetapi kurang efektif terhadap bakteri Gram positif. Generasi terbaru dari kuinolon yaitu
fluorokuinolon diproduksi untuk meningkatkan aktifitas antibakterial terhadap bakteri Gram
positif dikarenakan adanya penambahan gugus fungsi amino dan atom fluorin (2). Seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1, struktur dasar FQ memiliki beberapa fitur sebagai berikut: sebuah
atom nitrogen pada posisi 1 pada struktur cincin aromatik bisiklik, kelompok asam karboksilat
pada posisi 3 penting untuk aktivitas antimikroba dan atom fluor pada posisi 6 berfungsi untuk
meningkatkan efektivitas dan spektrum aktivitas terhadap bakteri Gram negatif dan positif.
Gambar 1. Struktur kimia umum fluorokuinolon
Kuinolon, merupakan bakterisida karena menghambat lepasnya untai DNA yang terbuka
pada proses superkoil dengan menghambat DNA girase (enzim yang menekan DNA bakteri
menjadi superkoil). Untuk memasukkan DNA untai ganda yang panjang kedalam sel bakteri,
DNA diatur dalam loop (DNA terrelaksasi) yang kemudian diperpendek oleh proses superkoil.
Sel eukariotik tidak mengandung DNA girase. Sifat penting dari Kuinolon adalah penetrasinya
yang baik ke dalam jaringan dan sel (bandingkan dengan Penisilin), efektivitasnya bila diberikan
secara oral, dan toksisitasnya relatif rendah.
Pada saat perkembang biakkan kuman ada yang namanya replikasi dan transkripsi
dimana terjadi pemisahan double helix dari DNA kuman menjadi 2 utas DNA. Pemisahan ini
akan selalu menyebabkan puntiran berlebihan pada double helix DNA sebelum titik pisah.
Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan bantuan enzim DNA girase. Peranan
antibiotika golongan Kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat
bakterisidal, sehingga kuman mati.
b. Struktur kimia
6-fluoroquinolon dikenal juga sebagai 4-kuinolon berasal dari asam nalidiksat dan asam
oksolinik. Beberapa subtitusi dari struktur FQ adalah subtitusi R1, biasanya gugus alkil
(misalnya siklopropil, etil, fluoro etil metilamino, kelompok fluorofenil, thiazine atau cincin
okazin. Subtitusi R2 sering merupakan turunan piperazin ( piperazin-1-il,4-metilpiperazinil-1,3-
metilpiperazinil-1) dan subtitusi X baik atom karbon ataupun nitrogen.
c. Efek Samping dan interaksi Obat
Golongan antibiotika Kuinolon umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya
yang terpenting ialah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat. Manifestasi pada saluran
cerna,terutama berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek samping yang paling
sering dijumpai. Efek samping pada susunan syaraf pusat umumnya bersifat ringan berupa sakit
kepala, vertigo, dan insomnia. Efek samping yang lebih berat dari Kuinolon seperti psikotik,
halusinasi, depresi dan kejang jarang terjadi. Penderita berusia lanjut, khususnya dengan
arteriosklerosis atau epilepsi, lebih cenderung mengalami efek samping ini. Enoksasin
menghambat metabolisme Teofilin dan dapat menyebabkan peningkatan kadar Teofilin.
d. Penggunaan klinik
1. Infeksi saluran kemih Seperti Prostatitis, Uretritis, Servisitis dan Pielonfritis.
2. Infeksi saluran cerna Seperti demam Tifoid dan Paratifoid
3. Infeksi saluran nafas bawah Seperti Bronkitis, Pneumonia, Sinusitis Penyakit yang
ditularkan melalui hubungan kelamin Gonore.
e. Mekanisme kerja
Menghambat replikasi DNA bakteri dengan cara mengaggu kerja topoisomerase II selama
pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Ada dua enzim yang memiliki peran penting dalam
replikasi DNA dan proliferasi yaitu girase dan DNA topoisomerase IV. DNA girase adalah
enzim penting yang diperlukan untuk kehidupan bakteri. DNA bakteri umumnya dalam
keseimbangan antara untai konformasi DNA sirkular tertutup ganda ( circular double DNA
strand conformation ) dan struktur superkoil negatif ( highly negatively supercoile structure).
Peran DNA girase adalah untuk mengontroltopologi DNA bakteri dan fungsi kromosom dengan
mempertahankan supercoiling DNA negatif. Selain penting untuk replikasi DNA dan juga
penting untuk menghilangkan supercoling negatif, DNA girase membantu dalam membengkokan
( bending ) dan melipat ( folding ) DNA dan menghapus knot. Topoisomerase IV disisi lain,
bertanggung jawab untuk memisahkan produk dari replikasi DN, yang merupakan bagian
molekul DNA yang saling terkait (interlinked). FQ menghambat DNA gyrase dan ezim
topoisomerase IV yang mengikat kompleks enzim DNA dan mengakibatkan denaturasi enzim.
f. Hubungan struktur aktivitas
Hubungan aktivitas struktur antibiotik FQ telah dipelajari secara intensif untuk
meningkatkan efektivitas dan memperluas spektrum aktivitas antibakteri. Gugus alkil pada posisi
1 (R1) membantu dalam aktivitas antimikroba. Optimasi subtitusi alkil pada kelompok struktur
kuinolon yaitu etil dalam kelompok norfloksasin dan cyclopropyl dari siprofloksasin telah
meningkatkan aktivitas antibakteri dalam sensitivitas dan konsentrasi hambatan minimum
terhadap bakteri. Sebuah atom fluor pada posisi 6 menunjukan peningkatan efektivitas terhadap
bakteri gram negatif dan memperluas spektrumaktivitas terhadap bakteri gram positif. Struktur
yang mengandung nitrotegen yang bersifat basa dapat meningkatkan penetrasi jaringan dan
meminimalkan toksisitas pada sistem saraf pusat. Selanjutnya, perubahan farmakokinetik
senyawa bisa dilakukan dengan memodifikasi kelompok substitusi pada posisi 2,5,7, dari
struktur dasar FQ.
g. Spektrum antimikroba
Semua fluorokuinolon bersifat bakterisidal. Secara umum, efektif terhadap organisme-
organisme gram negatif. Walaupun aktif tehadap beberapa organisme gram positif,
fluorokuinolon tidak boleh dipakai dalam pengobatan infeksi-infeksi pneumokokus atau
enterokokus. Fluorokuinolon menurunkan insidens infeksi saluran kemih postoperatif.
B. SPEKTROFLUOROMETRI
Spektrofluorometri adalah metode analisis kimia kuantitatif yang berdasarkan
flourecence. Flourecence dan phosporecence adalah bagian dari photoluminence, yaitu tipe
spektroskopi optik dimana sebuah molekul tereksitasi dengan mengabsorbsi ultraviolet, sinar
tampak dan radiasi inframerah dekat. Molekul tereksitasi akan kembali kepada keadaan dasar
atau ke tingkat eksitasi lebih rendah, dengan mengemisikan sinar. Sinar yang diemisikan inilah
yang akan diukur.
Karakteristik flourecence spektrometri adalah sensitivitas yang tinggi. Fluorometri dapat
menerima limit deteksi dengan kekuatan sinyal lebih rendah dari teknik lain. Limit deteksi
sekitar 10-10 M atau lebih rendah bisa saja diukur dari sebuah molekul.
Langkah pertama pada pengukuran flourecence adalah eksitasi elektronik dari sebuah molekul
analit yang mengabsorbsi foton. Di flourecence, spin pada keadaan dasar dan tereksitasi adalah
sama. Pada banyak molekul organic, kedaan dasar adalah singlet state (semua spin berpasangan).
Flourecence terjadi ketika sebuah molekul dipromosikan ke keadaan tereksitasi dengan absorpsi,
dan kemudian kembali pada keadaan dasar dengan emisi.
Struktur molekul yang berflouresensi adalah struktur aromatik, atau struktur yang
mengandung ikatan rangkap terkonjugasi, yaitu elektron π dan elektron n dalam dua ikatan
rangkap atau lebih, sehingga dalam molekul tersebut terdapat sejumlah elektron dengan
mobilitas tinggi dibandingkan dengan elektron lainya.
Untuk analisis kuantitatif, pada konsentrasi fluorofor yang rendah, intesitas fluoresensi
sebanding dengan konsentrasi fluorofor dan untuk perhitungan digunakan fluoresensi larutan
sampel dibandingkan dengan larutan baku.
Fsampel – Flb
Csampel = ————- x Cbaku
Fbaku – Flb
Ada dua peristiwa fotoluminesensi, yaitu fluoresensi dan fosforisensi. Pada fluoresensi,
pemancaran kembali sinar oleh melokul yang telah menyerap energi sinar terjadi dalam waktu
yang sangat singkat setelah penyerapan (10-8 detik). Jika penyinaran kemudian dihentikan,
pemancaran kembali oleh molekul tersebut juga berhenti. Fluoresensi berasal dari transisi antara
tingkat-tingkat energi elektronik singlet dalam suatu molekul.
Banyak senyawa kimia yang mempunyai sifat fotoluminesensi, artinya senyawa kimia
tersebut dapat dieksitasi oleh cahaya dan kemudian memancarkan kembali sinar yang panjang
gelombangnya sama atau berbeda dengan panjang gelombang semula (panjang gelombang
eksitasi).
Variable-variabel yang mempengaruhi fluoresensi dan fosforesensi yaitu :
1. Hasil kuantum (efisiensi kuantum, quantum yield)
Merupakan bilangan yang menyatakan perbandingan antara jumlah molekul yang berfluoresensi
terhadap jumlah total molekul yang tereksitasi. Besarnya quantum (ɸ) adalah : 0 ≤ ɸ ≤ 1. Nilai ɸ
diharapkan adlah mendekati 1, yang berarti efisiensi fluoresensi sangat tinggi.
2. Pengaruh kekakuan struktur
Fluoresensi dapat terjadi dengan baik jika molekul-molekul memiliki struktur yang kaku
(rigid). Contoh fluoren yang memiliki efisiensi kuantum (ɸ) yang besar (mendekati 1) karena
adanya gugus metilen, dibandingkan dengan binefil yang memiliki efisiensi kuantum yang lebih
kecil (sekitar 0,2).
3. Pengaruh suhu
Bila suhu makin tinggi maka efisiensi kuantum fluoresensi makin berkurang. Hal ini
disebabkan pada suhu yang lebih tinggi, tabrakan-tabrakan antar molekul atau tabrakan molekul
dengan pelarut menjadi lebih sering, yang mana pada peristiwa tabrakan, kelebihan energy
molekul yang tereksitasi dilepaskan ke molekup pelarut.jadi semakin tinggi suhu maka terjadinya
konversi ke luar besar, akibatnya efisiensi kuantum berkurang.
4. Pengaruh pelarut
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan terkait dengan pengaruh pelarut pada fluoresensi, yaitu:
1. Jika pelarut makin polar maka intensitas fluoresensi makin besar.
2. Jika pelarut mengandung logam berat (Br, I atau senyawa lain), maka interaksi antara
gerakan spin dengan gerakan orbital elektron-elektron ikatan lebih banyak terjadi dan hal
tersebut dapat memperbesar laju lintasan antara sistem atau mempermudah pembentukan
triplet sehinga kebolehjadian fluorosensi lebih kecil, sedangkan kebolehjadian
fosforesensi menjadi lebih besar
5. Pengaruh ph
pH berpengaruh pada letak keseimbangan antar bentuk terionisasi dan bentuk tak
terionisasi. Sifat fluorosensi dari kedua bentuk itu berbeda. Sebagai contoh, fenol dalam suasana
asam akan berada dalam bentuk molekul utuh dengan panjang gelombang antara 285-365 nm
dan nilai ε = 18 M-1 cm-1 , sementara jika dalam suasana basa maka fenol akan terionisasi
membentuk ion fenolat yang mempunyai panjang gelombang antara 310-400 nm dan ε = 10 M -
1 cm-1 .
6. Pengaruh oksigen terlarut
Adanya oksigen akan memperkecil intensitas fluoresensi. Hal ini disebabkan oleh
terjadinya oksidasi senyawa karena pengaruh cahaya (fotochemically induced oxidation).
Pengurangan intensitas fluorosensi disebut pemadaman sendiri atau quenching. Molekul oksigen
bersifat paramagnetik, dan molekul yang bersifat seperti ini dapat mempengaruhi dan
mempermudah lintasan antara sistem sehingga memperkecil kemungkinan fluorosensi,
sebaliknya memperbesar kebolehjadian fosforesensi.
7. Pemadaman sendiri dan penyerapan sendiri
Pemadaman sendiri di sebabakan oleh tabrakan-tabrakan antar molekul zat itu sendiri.
Tabrakan-tabrakan itu menyebabkan energi yang tadinya akan dilepaskan sebagai sinar
fluorosensi ditransfer ke molekul lain, akibatnya intensitas berkurang. Salah satu proses
pemadaman sendiri dapat ditulis sebagai berikut:
Molekul analit tereksitas + pemadaman menjadi molekul analit berkeadaan dasar + pemadam+
energi.
Supaya suatu molekul berfluoresensi, maka molekul tersebut harus menyerap radiasi. Jika
konsenrasi senyawa yang menyerap radiasi tersebut sangat tinggi, maka sinar yang mengenai
sampel akan diabsorbsi oleh lapisan pertama larutan dan hanya sedikit radiasi yang diserap oleh
bagian lain sampel pada jarak yang lebih jauh.oleh karena itu, fluoresensi sampel yang
berkonsentrasi tinggi ini tidak seragam dan tidakakan proporsional dengan konsentrasi senyawa.
Karena kejadian seperti ini tidak diinginkan untuk tujuan analisis kuantitatif, maka konsentrasi
larutan yang berfluoresensi harus dijaga dalam konsentrasi rendah ntuk mencegah terjadinya
penyerapan radiasi yang tidak seragam ini.
Sistem ikatan rangkap terkonjugasi memiliki struktur yang planar dan kaku sehingga
akan mampu menyerap secara kuat di daerah 200-800 nm pada radiasi elektromagnetik.
Senyawa-senyawa yang mempunyai ikan rangkap terkonjugasi ini merupakan calon senyawa
yang mampu berfluoresensi. Modifikasi struktur terhadap senyawa-senyawa ini dapat
menurunkan atau meningkatkan intensitas fluoresensi, tergantung pada sifat dan letak gugus
substituen.
Gugus-gugus yang memberikan elektron (elektron donating groups) seperti gugus
hidroksil, aminoatau metoksi yang terikat secara langsung pada sistem ikatan п dapat
memfasilitasi terjadinya proses fluoresensi. Gugus-gugus yang menarik elektron (elektron
withdrawing groups) seperti nitro, bromo, iodo, siano, atau karboksil cenderung mengurangi
intensitas fluoresensi. Untuk obat-obat yang mempunyai gugus fungsional yang dapat terionisasi
yang terikat pada siste konjugasi, pemilihan ph dapat mempengaruhi sensitifitas dan selektifitas
pengujian. Dalam kasus senyawa fenol, ionisasi menjadi anion fenolat biasanya mendorong
fluoresensi; sementara itu perubahan amin aromatis menjadi kation amonium aromatis
menghambat proses fluoresensi.
Penambahan banyaknya ikatan rangkap terkonjugasi dalam suatu sistem menyebabkan
peningkatan fluoresensi utamanya jika dalam sistem struktur aromatis heterosiklik, yakni suatu
struktur aromatisnyang mengandung gugus N, S, dan O. Intensitas fluoresensi senyawa
heterosiklis yang mengandung gugus –NH seringkali meningkat pada ph asam yang mana gugus
nitrogen mengalami protonasi.
Jika suatu senyawa tidak berfluoresensi secara interinsik, maka senyawa tersebut harus
dirubah menjadi senyawa yang berfluoresen untuk dapat dianalisis. salah satu pendekatan yang
telah sukses digunakan untuk merupah senyawa menjadi berfluoresen adalah dengan metode
induksi kimia seperti radiasi dengan UV, hidrolisis, dan dengan dehidrasi menggunakan asam
kuat. metode lain adalah dengan pengkoplingan atau penggabungan reaksi antara molekul obat
denagan reagen fluorometrik yang sesuai membentuk senyawa berfluoresensi yang disebut
dengan fluorofor. reaksi yang meningkatkan intensitas fluoresensi juga meningkatkan
perpanjangan sistem elektron п atau kekakuan(rigiditas) molekul yang berarti juga meningkatkan
planaritas struktur. prosedur- prosedur yang menhasilkan fluorofor jga dapat memberikan
peningkatan sensitifitas dan spesifisitas metode pengujian dengan menggeser panjang gelombang
eksitasi dan emisi ke panjang gelombang yang lebih panjang sehingga gangguan-gangguan dari
senyawa lain menjadi minimal atau hilang sama sekali..
Metode kedua yang digunakan untuk menguah obat yang tdak berfluoresensi atau
metabolitnya menjadi senyawa yang berfluoresensi (fluorofor) adalah metode pengkoplingan
atau penggabungan gugus fungsional molekul organik tertentu dengan reagen fluoresen. diantara
reagen-reagen yang sangat popular yang tersedia di pasaran adalah fluoresamin, o-ftalaldehid,
dansil klorida dan NBD klorida.
Kerugian metode pembentukan fluorofor dengan pengoplingan adalah: (1) Spesifitasnya
masih kalah bagus jika dibandingkan dengan metode induksi kimia,(2) Adanya fluoresensi dasar
(background) yang tinggi yang disebabkan oleh reagen yang tidak ikut bereaksi, (3) Beberapa
tahap pemisahan terhadap kelebihan reagen biasanya di perlukan sebelum dilakukan pengukuran,
dan (4) Ketersedian reagen untuk gugus fungsional tertentu biasanya terbatas.
Metode-metode yang melibatkan pembentukan fluorofor yang mengandung ion-ion
anorganik juga menarik terutama untuk analisis sekelumit (trace analysis) ion tertentu.
Prosedurnya ada 2 kategori, kategori pertama melibatkan pembentukan khelat berfluoresensi
antara ion dengan senyawa organik dilanjutkan dengan pengukuran emisinya. Metode ini
bermanfaat untuk ion-ion logam non transisi yang mana kurang begitu kompetitif dengan proses
fluoresensi dalam keadaan tereksitasi. Kategori ke dua pada umumnya digunakan untuk analisis
anion. Penurunan intensitas fluoresensi diamati sebagai peningkatan kuantitas anion yang
ditambahkan. Efek ini disebabkan oleh pengaruh pemadaman (quenching) ion-ion organik pada
emisi fluoresensi senyawa organik.
Fosforisensi lebih di sukai terjadi pada eksitasi elektronyang tidak berpasangan (non-
bonding elektron, n). Dan juga, adanya substitusi pada struktur molekul dengan halogen, logam
berat, dan gugus-gugus nitro (terutama yang dekat dengan elektron yang tereksitasi) akan
meningkatkan fosforisensi. Hal ini disebabkan adanya gugus-gugus fungsional tersebut yang
dapat mendorong transisi elektron dari keadaan tereksitasi singlet ke keadaan tereksitasi triplet
yang merupakan syarat untuk teramatinya fosforisensi.
Ada tiga keuntungan analisis fluorometri dan foforimetri dibandingkan dengan
spektrofotometri absorbsi yaitu:
1. fluorometri lebih peka
2. fluorometri lebih selektif
3. pada fluorometri gangguan spektral dapat dikurangi dengan cara merubah panjang
gelombang eksitasi atau emisi.
Fluorimetri
Adalah metode analisa yang erat hubungannya dengan spektrofotometri. Energi yang
diresap oleh molekul untuk transisi elektronik ke level energi yang lebih tinggi (first excited
singlet) harus dilepaskan kembali ke level energi rendah (grount singlet). Energi yang dilepas ini
dapat berupa panas dan untuk beberapa molekul tertentu sebagian dari energi yang diserap
dipancarkan kembali berupa cahaya (fluororesensi). Apabila terjadi transisi dari “first excited
singlet” ke “lowest triplet state” maka elektronik state disebut fosforesensi.
C. AAS (ATOMIC ABSORBTIOAN SPECTROMETRI)
Pengertian
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode
analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan
absorbsi radiasi oleh atom bebas.
Prinsip Dasar
Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitafif dari unsur-
unsur yang pemakainnya sangat luas di berbagai bidang karena prosedurnya selektif, spesifik,
biaya analisisnya relatif murah, sensitivitasnya tinggi (ppm-ppb), dapat dengan mudah membuat
matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisis sangat cepat dan mudah dilakukan. AAS
pada umumnya digunakan untuk analisa unsur, spektrofotometer absorpsi atom juga dikenal
sistem single beam dan double beam layaknya Spektrofotometer UV-VIS. Sebelumnya dikenal
fotometer nyala yang hanya dapat menganalisis unsur yang dapat memancarkan sinar terutama
unsur golongan IA dan IIA. Umumnya lampu yang digunakan adalah lampu katoda cekung yang
mana penggunaanya hanya untuk analisis satu unsur saja.
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya
tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode serapan atom
hanya tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada temperatur. Setiap alat AAS
terdiri atas tiga komponen yaitu unit teratomisasi, sumber radiasi, sistem pengukur fotometerik.
Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini disebabkan karena sebelum
pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan
penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga
yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61 logam.
Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari
elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang
telah teratomisasi, kemudia radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator.
Chopper digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi, dan radiasi
yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus (DC) dari emisi nyala dan
hanya mengukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel.
Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut akan
menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih
tinggi atau tereksitasi. Jika suatu atom diberi energi, maka energi tersebut akan mempercepat
gerakan elektron sehingga elektron tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi
dan dapat kembali ke keadaan semula. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar
yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang
gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut.
Panjang gelombang yang diserap oleh atom dalam keadaan dasar akan sama dengan
panjang gelombang yang diemisikan oleh atom dalam keadaan tereksitasi, apabila energi transisi
kedua keadaan tersebut adalah sama tetapi dalam arah yang yang berlawanan.
Lebar pita spektra yang diabsorpsi atau diemisikan akan sangat sempit jika masing-masing
atom yang mengabsorpsi atau memancarkan radiasi mempunyai energi transisi yang sama.
Berdasarkan hukum ketidakpastian Heisenberg, lebar pita alami spektra atom berkisar 10 -
4– 10-5 nm. Akan tetapi, terdapat beberapa proses yang dapat menyebabkan pelebaran pita hingga
0.001 nm yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam efek Doppler.
a. Efek Doppler
Efek Doppler juga terjadi pada atom, dimana dalam suatu kumpulan atom, beberapa atom
akan bergerak maju dan sebagian lagi menjauh dari detektor ketika emisi terjadi, sehingga daerah
panjang gelombang yang diamati menjadi lebih besar. Efek ini akan semakin besar pada
temperatur tinggi karena pergerakan atom akan semakin meningkat yang menyebabkan
terjadinya pelebaran pita absorpsi.
b. Pelebaran tekanan (Pressure Broadening)
Jika suatu atom yang mengabsorpsi atau memancarkan radiasi bertumbukan dengan
atom lain, tumbukan tersebut akan mempengaruhi panjang gelombang foton yang diradiasikan
karena terjadi perubahan tingkat energi dalam yang menyebabkan perbedaan keadaan transisi.
Tumbukan yang terjadi antara suatu atom yang mengabsorpsi atau memancarkan radiasi dengan
atom gas lain disebut dengan pelebaran Lorentz (Lorentz Broadening). Jika atom-atom yang
mengabsorpsi dan memancarkan radiasi juga terlibat tumbukan, maka disebut pelebaran
Holzmark (Holzmark Broadening). Dalam semua hal, semakin tinggi temperatur, maka
tumbukan akan semakin sering terjadi sehingga terjadi pelebaran pita yang disebut dengan
pelebaran tekanan (Pressure Broadening).
Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang berlaku pada spektrofotometer absorpsi sinar
ultra violet, sinar tampak maupun infra merah, juga berlaku pada Spektrometri Serapan Atom
(SSA). Perbedaan analisis Spektrometri Serapan Atom (SSA) dengan spektrofotometri molekul
adalah peralatan dan bentuk spectrum absorpsinya:
Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu:
1. Unit atomisasi (atomisasi dengan nyala dan tanpa nyala)
2. Sumber radiasi
3. Sistem pengukur fotometri
Sistem Atomisasi dengan nyala
Setiap alat spektrometri atom akan mencakup dua komponen utama sistem introduksi
sampeldan sumber (source) atomisasi. Untuk kebanyakan instrument sumber atomisasi ini
adalah nyata dan sampel diintroduksikan dalam bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam
bentuk aerosol. Aerosol biasanya dihasilkan oleh Nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke
nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray).
Ada banyak variasi nyala yang telah dipakai bertahun-tahun untuk spektrometri atom.
Namun demikian yang saat ini menonjol dan diapakai secara luas untuk pengukuran analitik
adalah udara asetilen dan nitrous oksida-asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis
yang sesuai untuk kebanyakan analit (unsur yang dianalisis) dapat sintetikan dengan
menggunakan metode-metode emisi, absorbsi dan juga fluoresensi.
Gas pembakar
Gas pembakar pada spektrofotometri nyala sangat penting yang berfungsi untuk
mengubah fase dampel yang cair dalam bentuk tetesan kabut (s) dan selanjutnya segera berubah
menjadi gas. Pada AAS digunkan 2 macam pembakar yaitu :
1. Gas yang bersifat oksidasi udara, udara (O2) dan campuran ) O2 +N2O
2. Gas sebagai bahan bakar gas alam, propana, butana, asetilen dan H2 asetilen
Gas pembakar dalam AAS dapat saja merupakan campuran keduanya: udara dengan propana,
udara dengan asetilen (terbanyak digunakan) dan N2O denagan asitilen. Perlu diperhatikan disini
adalah profil nyala gas pembakar, sebab proses absorbsi radiasi tern=jadi nyala. Profil nyala tiap
unsur berbeda tapi pada umumnya tinggi nyala api gas pembakar dibuat 5cm.
Pemilihan Panjang Gelombang.
Pada penentuan dengan AAS dipilih satu panjang gelombang dengan intensitas yang
cukup tinggi dan memberikan kelurusan rentang dinamik pada penentuan kuantitatif. Sebaiknya
dilakukan pada panjang gelombang di atas 220 nm untuk mencegah absrsi non atomik dan
mencegah radiasi sesat,
Absorbsi Garis Resonansi Atom
Atom-atom netral suatu unsur didalam nyala api mempunyai sifat yang khas yaitu akan
menyerap radiasi yang datang
Gelombang radiasi yang diserap sesuai dengan energi eksitasi ke salah satu tingkat energi
eksitasi
Setiap unsur memerlukan sumber radiasi yang tertentu dan sesuai agar persyaratan
hukum Lambert-Beer terpenuhi.
Analisis Kuantitatif
Keguanaan AAS adalah untuk analisis kuantitatif logam-logam alkali dan alkaloi tanah.
Beberapa hal yang diperhatikan dalah :
Larutan sampel diusahakan sencer mungkin kadar unsur yang dianalisi tidak lebih dari
5% dalam pelarut yang sesuai
Hindari pemakaian pelarut aromatik atau halogenida. Pelarut organik umum : keton,
ester, dan etil asetat. Hendaklah dipakaipelarut-pelarut untuk analisa (p.a)
Dilakukan perhitungan atau kalibrasi dengan zat standar, sama pelaksanannya dengan
spektrofotometri UV-Vis.
D. SPEKTROFOTOMOTRI UV-VIS
Spektrofotometri Visibel
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya
tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh
mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga semua
sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru, hijau, apapun.. selama ia dapat
dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak(visible).
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten.
Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia dengan simbol W
dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 ºC) dibanding logam
lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu.
Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna. Hal
ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible.
Oleh karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna
dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagent
yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa.
Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan stabil.
Spektrofotometri UV
Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan
interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai
sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium.Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia
merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan daratan. Inti atom
deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu
proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteros, yang
berarti ‘dua’, mengacu pada intinya yang memiliki dua pertikel.Karena sinar UV tidak dapat
dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan
senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan.Oleh karena itu, sample tidak
berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagent tertentu. Bahkan sample dapat
langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus
dibuat jernih dengan filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sample
harus jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi.Spektrofotometri UV
memang lebih simple dan mudah dibanding spektrofotometri visible, terutama pada bagian
preparasi sample. Namun harus hati-hati juga, karena banyak kemungkinan terjadi interferensi
dari senyawa lain selain analat yang juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini
berpotensi menimbulkan bias pada hasil analisa.
Spektrofotometri UV-VIS
Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible.
Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible.
Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai
sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Untuk sistem
spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan
metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna.
Spektroskopi ultraviolet-visible atau spektrofotometri ultraviolet-visible (UV-Vis atau UV / Vis)
melibatkan spektroskopi dari foton dalam daerah UV-terlihat. Ini berarti menggunakan cahaya
dalam terlihat dan berdekatan (dekat ultraviolet (UV) dan dekat dengan inframerah (NIR))
kisaran. Penyerapan dalam rentang yang terlihat secara langsung mempengaruhi warna bahan
kimia yang terlibat. Di wilayah ini dari spektrum elektromagnetik, molekul mengalami transisi
elektronik. Teknik ini melengkapi fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi berkaitan dengan
transisi dari ground state ke eksited state.
Penyerapan sinar uv dan sinar tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu :
a. Penyerapan oleh transisi electron ikatan dan electron anti ikatan.
b. Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks
c. Penyerapan oleh perpindahan muatan.
Interaksi antara energy cahaya dan molekul dapat digambarkan sbb :
E = hv
Dimana , E = energy (joule/second)
h = tetapan plank
v = frekuensi foton
Penyerapan sinar uv-vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional/gugus kromofor
(gugus dengan ikatan tidak jenuh) yang mengandung electron valensi dengan tingkat eksitasi
yang rendah. Dengan melibatkan 3 jenis electron yaitu : sigma, phi dan non bonding electron.
Kromofor-kromofor organic seperti karbonil, alken, azo, nitrat dan karboksil mampu menyerap
sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang maksimalnya dapat berubah sesuai
dengan pelarut yang digunakan. Auksokrom adalah gugus fungsional yang mempunyai elekron
bebas, seperti hidroksil, metoksi dan amina. Terikatnya gugus auksokrom pada gugus kromofor
akan
mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar
(bathokromik) yang disertai dengan peningkatan intensitas (hyperkromik).
1. Kegunaan spektroskopi UV-VIS
UV / Vis spektroskopi secara rutin digunakan dalam kuantitatif penentuan larutan dari
logam transisi ion dan sangat dikonjugasikan senyawa organik.
a) Larutan ion logam transisi dapat berwarna (misalnya, menyerap cahaya) karena elektron
dalam atom logam dapat tertarik dari satu negara elektronik lainnya. Warna larutan ion
logam sangat dipengaruhi oleh kehadiran spesies lain, seperti anion tertentu atau ligan.
Sebagai contoh, warna larutan encer tembaga sulfat adalah biru yang sangat terang;
menambahkan amonia meningkat dan perubahan warna panjang gelombang serapan
maksimum (λ m a x).
b) Senyawa organik, terutama mereka yang memiliki tingkat tinggi konjugasi, juga menyerap
cahaya pada daerah UV atau terlihat dari spektrum elektromagnetik. Pelarut untuk
penentuan ini sering air untuk senyawa larut dalam air, atau etanol untuk senyawa organik
yang larut. (Pelarut organik mungkin memiliki penyerapan sinar UV yang signifikan; tidak
semua pelarut yang cocok untuk digunakan dalam spektroskopi UV. Ethanol menyerap
sangat lemah di paling panjang gelombang.).Polaritas pelarut dan pH dapat mempengaruhi
penyerapan spektrum senyawa organik. Tirosin, misalnya, peningkatan penyerapan
maksimum dan koefisien molar kepunahan ketika pH meningkat 6-13 atau ketika polaritas
pelarut berkurang.
c) Sementara kompleks transfer biaya juga menimbulkan warna, warna sering terlalu kuat
untuk digunakan dalam pengukuran kuantitatif. Hukum Beer-Lambert menyatakan bahwa
absorbansi larutan berbanding lurus dengan konsentrasi spesies menyerap dalam larutan
dan panjang jalan. Jadi, untuk tetap jalan panjang, UV / VIS spektroskopi dapat digunakan
untuk menentukan konsentrasi dalam larutan penyerap. Perlu untuk mengetahui seberapa
cepat perubahan absorbansi dengan konsentrasi. Ini dapat diambil dari referensi (tabel
koefisien molar kepunahan), atau lebih tepatnya, ditentukan dari kurva kalibrasi.
Prinsip Kerja UV-Vis
Pada prinsipnya spektroskopi UV-Vis menggunakan cahaya sebagai tenaga yang
mempengaruhi substansi senyawa kimia sehingga menimbulkan cahaya.Cahaya yang digunakan
merupakan foton yang bergetar dan menjalar secara lurus dan merupakan tenaga listrik dan
magnet yang keduanya saling tagak lurus. Tenaga foton bila mmepengaruhi senyawa kimia,
maka akan menimbulkan tanggapan (respon), sedangkan respon yang timbul untuk senyawa
organik ini hanya respon fisika atau Physical event. Tetapi bila sampai menguraikan senyawa
kimia maka dapat terjadi peruraian senyawa tersebut menjadi molekul yang lebih kecil atau
hanya menjadi radikal yang dinamakan peristiwa kimia atau Chemical event.
Spektroskopi UV-Vis digunakan untuk cairan berwarna. Sehingga sampel yang akan
diidentifikasi harus diubah dalam senyawa kompleks. Analisis unsur berasal dari jaringan
tanaman, hewan, manusia harus diubah dalam bentuk larutan, misalnya destruksi campuran asam
(H2SO4+ HNO3 + HClO4) pada suhu tinggi. Larutan sample diperoleh dilakukan preparasi
tahap berikutnya dengan pereaksi tertentu untuk memisahkan unsur satu dengan lainya, misal
analisis Pb dengan ekstraksi dithizon pada pH tertentu. Sampel Pb direaksikan dengan amonium
sitrat dan natriun fosfit, pH disesuaikan dengan penambahan amonium hidroksida kemudian
ditambah KCN dan NH2OH.HCl dan ekstraksi dengan dithizon.
Cara kerja alat spektrofotometer UV-Vis yaitu sinar dari sumber radiasi diteruskan
menuju monokromator, Cahaya dari monokromator diarahkan terpisah melalui sampel dengan
sebuah cermin berotasi, Detektor menerima cahaya dari sampel secara bergantian secara
berulang – ulang, Sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke digital dan dilihat hasilnya,
perhitungan dilakukan dengan komputer yang sudah terprogram.
BAB III
BAHAN DAN METODE
A. Aparatur
Rekaman Shimadzu spektrofluorophotometer. Modl RF-540 (P/N204-0- 2900). Sebelum
digunakan dikalibrasi dan dihubungkan ke pencetak perekam.Spectronic TM
GenesysTM,spektrofotometer UV /VIS dihubungkan ke komputer IBM dengan aplikasi
perangkat lunak WInspecTM.Shimadzu nyala spektrofotometer serapan atom Model AA.64C-
13. Untuk AAS, kobalt pada panjang gelombang 240,7 nm, menggorok lebar 0,2 nm, relative
kebisingan 1.0, batas deteksi 0,01 g/mL1 lampu 10 mA dan integrasi waktu saat ini 3 s. Api
yang digunakan adalah campuran asetilena-udara. Nilai pH larutan diukur dengan menggunakan
Orion Penelitian Model 601A digital pH meter.
B. Bahan dan Reagen
Semua pelarut dan reagen adalah reagen analitis, aquabidestilata digunakan untuk melarutkan
fluorokuinolon, masing-masing sampel dari fluorokuinolon yang disediakan berasal dari produk :
amifloxacin (Sterling Winthrop Inc,USA );difloextacin hidroclorida (Abbort Laboratories,north
Chicago,USA),Norfloksasin(eipico,kairo,mesir) ;pefloexacin mesylate (rahone - pulene rorer,
neully / seine, prancis ) ;ofloksasin (Hoechst AG , Frankfurt, jerman) ;ciprofloxsasin
hidroklorida (Miles Inc Farmasi Divisi , West Haven , Jerman) ; lomefloxacin hidroklrida (Searle
, Illinois , USA) ,enoxacin , enrofloxacin , dan levofloxacin (Sigma Chem . Co USA) dan
digunakan tanpa pemurnian lebih lanjut. Ammonum vanadate , 5% b / v larutan , dibuat dengan
melarutkan 5gram dan mendidih 50% v/v asam sulfat dan pengenceran 100ml dengan 50% v /v
asam sulfat dan 0,01 M kbalt sulfat (0,2% b/ v solution) adalah produk Aldrich . asam sulfat
(ADWIC) , 0,1 N dan 50% v / v disusun dengan terionisasi air.
C. Sediaan Farmasi
Berikut ini persiapan komersial yang tersedia di analisis : Spectrama tablet , Batch No 814
(Amoun Pharmaceutical Industries Co , Kairo, Mesir ) label untuki mengandung 400 mg
norfloksasin anhidart per tablet ; neofloxacin tablet , batch No 151 alexandria Co untuk
farmasi , Alexandria, Mesir ) label mengandung 400mg norfloksasin anhidrat per tablet ;
Norbactin tablet , batch No 114 ( chem.. Ind co , Giza , Mesir ) berlabel mengandung 400 mg
norfloksasin per tablet, Tarivid tablet , Batch No 12E06 ( Hoechst Orient, kairo , Mesir, di
bawah lisensi dari Hoechst AG , Frankfurt, Jerman ) berlabel mengandung 200 mg ofloksasin per
tablet; Kirol tablet , Batch No 021269A (amoun Pharmaceutical Induatries Co , Kairo , Mesir )
berlabel mengandung 200 mg ofloksasin per tablet ; Mefoxin tablet , Batch No 2011 ( Misr Co
untuk Pharmaceutical Industries , Kairo , Mesir ) label untuk mengandung 250 mg ciprofloxacin
hidroklorida monohydrate per tablet , Serviflox tablet , Batch No 950 ( di bawah lisensi dari
Biochemie Kundi Austria ) , berlabel mengandung 250 ciprofloxacin hidroklorida per tablet ;
Cipro otic tetes , Batch No 1001111 ( Chem. Indus. Co , Giza , Mesir ) berlabel mengandung
3,5 mg ciprofloxacin hidroklorida per mL ; Globacin tablet , Batch No 18501 ( Global Napi
Pharm. Mesir ) berlabel mengandung 400 mg pefloxacin dalam bentuk mesylate dihidrat per
tablet ; Peflacin ampul , Batch No 102 ( rhone – Poulene Rorer , Neuilly / seine , Prancis )
berlabel mengandung 40 mg pefloxacin mesylate dihidrat dan 15,3 mg natrium askorbat per ml
ampul, Tavanic tablet , Batch No 12E07R ( di bawah lisensi dari Aventis Pharma Jerman )
berlabel mengandung 500 mg levofloxacin per tablet.
D. Prosedur
1. Metode Spektrofluorometri ( Metode I)
Ke dalam labu ukur 100 mL ditambahkan 1 mL larutan stok fluoroquinolon dan
ditambahkan dengan H2SO4 0,1 N sampai tanda. Kemudian diencerkan sampai 100 mL
dengan H2SO4. Fluoresensi yang diperoleh sebesar 450 nm dan tereksitasi pada panjang
gelombang 290 nm. Lrutan blanko yang digunakan yaitu H2SO4 0,1 N. kemudian diukur
dan dikalibrasi sehingga mendapatkan grafik seperti bentuk bujur sangkar 0,3-1,4 mg/mL.
2. Metode Spektrofotometri Serapan Atom
Aliquots standar kerja lerutan obat yang kualitatif ditambahkan 25 ml kedalam labu ukur.
Untuk setiap labu ukur ditambahkan 1,0 ml 10-2 M larutan standar kobalt sulfat dan pH
telah disesuaikan menjadi 8,1 dengan menggunakan 1 mL larutan buffer. Larutan
dicampurkan dan dikocok , lalu didiamkan selama 15 ment dengan tujuan untuk waktu
retensi. Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman P/S (12,5). Endapan dicuci
dengan redistilled air deionisasi sampai tidak mengandung logam bebas.
- Metode langsung : endapan yang diperoleh dilarutkan dengan asam asetat encer dan
ditambahkan dengan redistilled air deionisasi sampai volume tepat 25 mL. dari larutan
tersebut diambil 2 mL lalu diencerkan dengan air deionisasi redistilled.
- Metode tidak langsung : filtrate dicuci lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan
diencerkan dengan air deionisasi redistilled sampai tanda. Dari larutan tersebut diambil
10 ml dan diencerkan sampai volume 100 mL dengan air deionisasi redistilled.Blanko
disiapkan dan absorbansi diukur pada kondisi menyala dengan menggunakan flame
AAS.
3. Metode Spektrofotometri ( Metode III)
Untuk aliquots berbeda larutan obat standar yang mengandung 0,2-1,0 mg obat dianalisis,
ditambahkan 3 mL 5% b/v ammonium vanadat dalam labu ukur 10 mL, ditambahkan 2 mL
asam sulfat pekat. Campuran diaduk dan diuapkan diatas waterbath selama 20 menit lalu
didinginkan dan diencerkan dengan aquabidestilata. Absorbansi diukur pada panjang
gelombang 766 nm terhadap blanko . hal tersebut membuktikan bahwa sampel dideteksi
dengan spektrofotometri visibelkarena bekerja pada panjang gelombang 400-800 nm.
4. Sediaan farmasi
- Prosedur untuk tablet : timbang seksama, setara dengan 10 mg masing-masing obat dari
campuran 20 bubuk tablet , dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL lalu dikalibrasi
dan diencerkan sampai tanda dengan pelarut yang sesuai, diultrasonifikasi Selama 20
menit dan disaring untuk mendapatkan 100 mg /mL.
- Prosedur ampul : timbang setara denag 10 mg masimg-masimg obat , dan dipindahkan
ke dalam labu ukur 100 mL , dikalibrasi dan diencerkan untuk mendapatkan
konsentrasi 100 mg/L. pengenceran dilakukan untuk mendapatkan larutan sampel dan
kemudian prosedur umum diikuti.
- Prosedur Drops : 1 mL drops dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL kemudian
diencerkan sampai tanda dengan pelarut yang sesuai untuk mendapatkan konsentrasi
larutan 30 mg/L. pengenceran dilakukan untuk memperoleh larutan sampel dan
kemudian prosedur umum diikuti.
5. Prosedur Cairan Biologi
- Urin pengobatan : sampel urin disentrifugasi pada 4000 rpm selama 5 menit , kemudian
1 ml suprenatan yang dihasilkan ditambahkan pada 1 mL larutan stok obat.
Pengenceran ynag tepat dilakukan untuk memperoleh larutan dalam konsentrasi obat
100, 300, dan 500 mg/L, kemudian dideteksi dengan AAS.
- Plasma Pengobatan : 1 mL plasma deproteinized dengan penambahan 10 mL
asetonitril, disentrifugasi pada 4000 rpm selama 5 menit . 1 ml suprenatan jernih
ditambahkan pada 1 mL larutan stok obat. Campuran tersebut kemudian diekstraksi
dengan 2 bagian. Masing-masing dengan 5 mL kloroform. Kloroform dikumpulkan dan
kemudian diuapkan pada waterbath. Kemudian dilakukan pengaenceran yang tepat utuk
memperoleh larutan yang mengandung 100, 300, dan 500 mg/L . lalu dideteksi dengan
AAS.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Metode spektrofluorometri ( metode I)
Fluoroquinolons menunjukkan floresensi asli di dalam air,alkohol,0,1 N NaOH, 0,1 N Hcl
dan 0,1 N H2S04. Hasil dari fluoroquinolon dalam 0,1 N H2SO4 ditunjukkan floresensinya
terkuat pada panjang gelombang 450nm dan tereksitasi pada panjang gelombang 250nm. Sebuah
korelasi linear didapatkan hubungan antara insensitas fluoresensi dan konsentrasi dalam kisaran
0,3-1,4 mg ml-1 dan korelasi koefisien (r) tidak kurang dari 0,999. Konsentrasi sampel yang
berbeda dari fluoroquinolons dalam bubuk masal dan bentuk sediaan dihitung dari persamaan
regresi linear sebagai berikut:
C= 0,01216 F-0,04213
C: konsentrasi obat dalam mg/ml-1
F: intensitas fluoresensi obat
Fluoresensi asli fluoroquinolon yaitu karena tingkat tinggi konjugasi ditemukan didalam
struktur. Konjugasi ini dapat dilakukan dengan penambahan natrium borohibrida (NaBH4) ke
fluoroquinolons berair hasil dalam konsentrasi molar dengan perbandingan 3:1 dalam rangka
mengurangi gugus ketonik di dalam cincin piridin. Fluoresensi tersebut dalam hal ini menurun
sekitar 50%.
B. Metode spektrometri Serapan Atom (SSA) Metode II
Dengan penambahan sedikit basa beralkohol (pH 8,1) hasil amiflocaxin, ciprofloksasin,
hidroklorida, diflofoxacin hidroklorida, enoxacin, enrofloxacin, lomefloxacin hidroklorida,
levofloxacin, norflokxasin, ofloksasin, dan pefloxacin mesilat member gumpalan (endapan)
dengan kobalt sulfat. Endapan tersebut membentuk dasar penentuan mikro kuantitatif dari obat-
obat asam. Co (II) isinya dapat ditentukan baik secara langsung dalam endapan atau tidak
langsung dalam filtrate dengan SSA.
C. Metode Spektrofotometri Uv-Vis(metode III)
Metode ini telah digunakan untuk analisis kuantitatif 10 fluoroquinolones antibiotik melalui
oksidasi dengan ammonium vanadat dalam medium asam sulfat sehingga terbentuk warna biru
kehijauan di panjang gelombang 766 nm yang ditunjukkan dengan vanadium (IV) dihasilkan
oleh reaksi reduksi vanadium (V) oleh obat yang terpilih.
Optimasi Kondisi Reaksi
a) Untuk Metode Spektrofluorometri
Jenis dan konsentrasi reagen: 0,1 N H2SO4 ditunjukkan fluoresensi terkuat pada 450nm
dan mencolok pada 290nm.
b) Untuk Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Jenis dan jumlah alkohol:
penambahan jumlah etil alkohol adalah untuk meningkatkan solubilisasi obat dan
koagulasi endapan. Volume yang lebih besar dari alkohol harus dihindari karena untuk
mencegah solubilisasi dari endapan terbentuk.
Pengaruh pH:
untuk mempelajari pengaruh pH terhadap presipitasi, larutan buffer yang meliputi asam
dan basa alkali. Asam mepunyai pelarut yang berpengaruh pada endapan yang mengarah untuk
menurunkan hasil untuk teknik langsung dan yang lebih tinggi untuk teknik tidak langsung,
sementara alkali tinggi endapan logam sebagai oksida atau hidroksida yang mengarah ke yang
lebih tinggi hasil untuk teknik langsung. PH optimum ditemukan pada sedikit basa yaitu pH= 8,1
Konsentrasi Logam:
Mengingat konsentrasi ion logam pada endapan, 1 ml larutan pengendap di tambahkan
untuk membuat sempurna.
Suhu:
Mengenai pengaruh suhu, suhu kamar menjadi paling efisien. Suhu yang lebih tinggi
menimbulkan efek pada endapan pelarut dengna menunjukkan hasil yang lebih rendah untuk
teknik langsung dan lebih tinggi untuk teknik tidak langsung.
Komposisi Pembentukan Kompleks:
Metode Job’s dengan variasi kontinu digunakan untuk mempelajari rasio molar
terbentuknya khelat. Metode ini mengungkapkan rasio 1:2 untuk ion logam Co (II) kuinolon
khelat. Hal ini menjelaskan penggunaan optimum konsentrasi ion logam yang sama untuk semua
obat-obatan. Konstanta stabilitas terbentuknya khelat yang dihitung menggunakan persamaan:
Β= A/AexCx / (CM – A/ Aex Cx) (CL – nA/ Aex Cx)n
Dimana:
β : stabilitasi konstan khelat terbentuk
M: logam
L: ligan
n= X/(1-X)
X: fraksi mol ligan pada max dari kurva variasi kontinu
A/AEX: rasio absorbansi
CM: konsentrasi logam
CL: konsentrasi ligan
Konstanta stabilitas dihitung untuk dibentuk khelat berkisar antara 90,9093x107 untuk
198.0684x 107 yaitu menunjukkan stabilitas yang baik terbentuknya khelat.
c) Untuk Metode Spektrofotometri
Pengaruh waktu pemanasan: pendidihan selama 20-30 menit sudah cukup untuk
menghasilkan intensitas warna yang maksimal.
Pengaruh konsentrasi reagen: ditemukan bahwa 1 ml 5% b/v ammonium vanadat adalah
konsentrasi yang paling sesuai untuk melakukan pengujian tersebut.
Pengaruh konsentrasi ssam Sulfat: berbeda konsentrasi (10,30,50,70,90 dan 98% v/v)
yang dicoba dan ditemukan bahwa 2 ml konsentrasi asam sulfat yaitu 98% memberikan
hasil terbaik.
Metode Validasi
Spectrofluorometri, spektrometri serapan atom, dan spektrofotometri uv-vis sepenuhnya
divalidasi menurut Pedoman Konferensi Internasional harmonisasi dan mematuhi USP validasi
pedoman XXIV.
Linearitas: Kurva kalibrasi memiliki koefisien korelasi (r) lebih tinggi dari 0,999 dan
koefisien determinasi (r2) lebih tinggi dari 0,998 menunjukkan linearitas yang baik.
Linearitas juga diperiksa oleh perhitungan variasi slope dan test untuk intersep.
Akurasi: Keakuratan metode ditentukan dengan menyelidiki pemulihan masing masing
obat dan recovery yang dihasilkan sangat bagus hamper mendekati 100% pada setiap
obat.
LOD dan LOQ: menunjukkan sensivitas yang tinggi pada setiap obat.
Hasil validasi menunjukkan bahwa adanya zat tambahan atau eksipien lain tidak
mempengaruhi atau mengganggu jalannya analisis dilihat dari nilai recovery yang dihasilkan
pada setiap obat-obat floroquinolon tersebut.
Aplikasi
Prosedur yang diusulkan dapat memperoleh keberhasilan untuk menetukan pembelajaran
obat-obatan dalam bentuk sediaan farmasi. 6 replikasi pengukuran dilakukan dalam setiap kasus,
hasil yang diperoleh divalidasi dan dibandingkan dengan baik. Berbagai metode resmi dan
dilaporkan dengan cara tand F-tes pada tingkat kepercayaan 95% dan tidak ada perbedaan yang
signifikan yang ditemukan dan menunjukkan hasil yang baik pada akurasi dan presisi.
Tidak ada gangguan dari eksipien umum yang digunakan seperti pati, bedak, glukosa,
sukrosa dan magnesium stearat. Tidak ada gangguan yang disebabkan oleh adanya natrium
askorbat dengan pefloxacin dalam ampul Pefloxacin ®
Sensivitas yang tinggi dapat dicapai oleh metode spektrometri serapan atom
memungkinkan penentuan kuinolon yang dipelajari dalam cairanbiologis. Oleh karena itu,
metode yang diusulkan diterapkan untuk penentuan mempelajari obat dalam sampel urin
manusia dan plasma serta recovery ditentukan oleh metode kurva kalibrasi. Recovery yang
sangat baik diperoleh pada tiga tingkat konsentrasi masing-masing obat baik dalam urin maupun
sampel plasma. Akurasi dinilai dengan menyelidiki recovery dari masing-masing obat di tingkat
konsentrasi yang mmeliputi kisaran yang ditentukan (3 kali replikasi pada masing-masing
konsentrasi). Hasil penelitian menunjukkan recovery yang sangat baik dengan SD< 2,5% artinya
menunjukkan akurasi dan presisi yang baik. Hanya sampel pada plasma yang diperlukan
deproteinasi dan langkah-langkah ekstrasi sementara tidak terpelihara sampel urin diproses
secara langsung. Hal ini menunjukkan bahwa metode yang diusulkan cukup selektif untuk
mentolerir kehadiran eksipien umum, konstituen aktif yang lain yang dapat ditemukan dalam
dosis yang berbeda (seperti natrium askorbat dalam ampul Pefloxacin ®) dan matriks cairan
biologis sebagai urin dan plasma. Metode yang diusulkan menguntungkan dibandingkan banyak
metode spektrofotometri lain untuk penentuan obat dalam bentuk sediaan farmasi dan dalam
cairan biologis. Metode-metode tersebut jauh lebih sederhana, murah dan memakan waktu
daripada metode HPLC.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Spektrofluorometri, SSA, dan Spektrofotometri UV-VIS metode yang sederhana, cepat, selektif
dan sangat sensitive sehingga metode ini dapat digunakan untuk menentukan obat-obat dalam
bentuuk serbuk atau dalam dosis tertentu tanpa dipengaruhi atau terganggu oleh eksipien lainnya,
serta dapat digunakan dengan mudah didalam laboratorium untuk analisis kontrol kualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, 1061,1062,1069, Departemen kesehatan
Indonesia, Jakarta.
Anonim,1995, Farmakope Indonesia edisi III, 775,776, Departemen Kesehatan Indonesia,
Jakarta.
Gandjar,Ibnu Ghalib.2007.Kimia Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mulja,1995, Analisis Insrumental,90, Airlangga University Press, Surabaya.
Salem, Hesham. 2005. Spectrofluorimetric, atomic Absorbtion Spectrometric and spectrometric
Determination of some Fluoroquinolones. American Journal Of Applied Sciences.Minia
University,egyp.
Sudjadi dan Abdul Rohman. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta : UGM Press.