fototerapi pada jundice neonatorum

21
READING JOURNAL FOTOTERAPI PADA JAUNDICE NEONATORUM Oleh : Wida Pratiwi Oktavia G99141023/ L-12 Nurul Wahda Aulia G99141025/ L-14 Pembimbing : Muhammad Riza, dr., Sp.A, MKes KEPANITERAAN KLINIK SMF / BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK 1

Upload: nurulwahdaaulia

Post on 25-Jan-2016

40 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Fototerapi Pada Jundice Neonatorum

TRANSCRIPT

Page 1: Fototerapi Pada Jundice Neonatorum

READING JOURNAL

FOTOTERAPI PADA JAUNDICE NEONATORUM

Oleh :

Wida Pratiwi Oktavia G99141023/ L-12

Nurul Wahda Aulia G99141025/ L-14

Pembimbing :

Muhammad Riza, dr., Sp.A, MKes

KEPANITERAAN KLINIK SMF / BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

2015

1

Page 2: Fototerapi Pada Jundice Neonatorum

FOTOTERAPI PADA JUNDICE NEONATORUM

Seorang bayi laki-laki lahir dengan berat badan 3400 gram pada usia

kehamilan 37 minggu tanpa kelainan selama masa kehamilan. Ibunya berusia 24

tahun, primipara dengan golongan darah A Rh-positif. Bayi tersebut kemudian

dirawat diruang perawatan nenotatus. Meskipun ibu membutuhkan bantuan agar

dapat menyusui dengan baik, namun bayi tersebut tetap mendapat ASI ekslusif.

Kekuning mulai tampak ketika bayi tersebut berusia 34 jam. Tingkat serum

bilirubin total adalah 7,5 mg/ dl (128 u mol/l). Setelah dirawat di ruang pediatric

selama 2 hari, bayi tersebut tampak semakin kuning. Hasil dari pemeriksaan fisik

lain dalam batas normal, namun BB 3020 gram, turun 11% dari BB lahir. Tingkat

serum bilirubin total adalah 19,5 mg/dl (333 u mol/l) dan tingkat bilirubin

terkonjugasi (direct) 0,6 mg/dl (10 u mol/l). Pemeriksaan darah lengkap dan

apusan darah tepi dalam batas normal. Bayi tersebut memiliki golongan darah A

Rh-positif. Dokter anak kemudian konsul ke bagian neonatoloagi untuk

mendapatkan fototerapi.

MASALAH KLINIS

60% kelahiran normal bisa memunculkan gejala klinis bayi kuning selama

1 minggu awal kehidupan bayi. Hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi (indirect)

terjadi akibat pembentukan bilirubin yang berlebihan dan fungsi hati pada bayi

baru lahir yang belum mampu membersihkan bilirubin dalam darah dengan

sempurna. Walaupun sebagian besar kelahiran pada umumnya sehat, namun

mereka tetap harus dimonitor karna bilirubin yang berlebihan dapat berpotensi

menjadi racun dalam sistem saraf pusat. Kenaikan bilirubin berpotensi memicu

terjadinya bilirubin encepalophaty dan kemudian menjadi kernicterus yang

berbahaya sehingga menyebabkan gangguan perkembangan syaraf secara

permanent.

Beruntungnya, saat ini telah ada terapi sehingga hal tersebut jarang terjadi.

Namun karena jumlah bayi kuning sering terjadi, maka mereka harus dimonitor

dan dirawat untuk mencegah kerusakan yang mungkin terjadi. Data dari 11

2

Page 3: Fototerapi Pada Jundice Neonatorum

Rumah Sakit di Northern California daerah Kaiser Permanente medical system

dan 18 c kehamilan sekurang-kurangnya 35 minggu. Berdasarkan penelitian pada

Rumah Sakit di United States menunjukkan 5 dari 40 bayi setiap 1000 kelahiran

cukup bulan atau late-preterm mendapatkan phototeraphy. Data tersebut tidak

termasuk bayi yang mendapatkan phototerapi di rumah. Di beberapa Rumah Sakit

dan di beberspa negara fototerapi masih sering digunakan.

PATOFISIOLOGI DAN EFEK TERAPI

Bilirubin normalnya dapat dihilangkan dari tubuh melalui konjugasi hati

dengan asam glukoronik dan dieliminasi dari empedu dalam bentuk glukoronida

bilirubin. Jaundice neonatorum terjadi karena kurangnya konjugasi yang

dikombinasikan dengan kenaikan perubahan sel darah merah. Kondisi patologis

tersebut dapat meningkatkan produksi bilirubin termasuk isoimmunization.

Kelainan genetik konjugasi bilirubin, biasanya sebagian adalah Gilbert’s

Syndrome sehingga menyebabkan kelahiran dengan hiperbilirubinemia. Sebagian

besar kelompok bayi yang mungkin sehat dnamun mempunyai resiko

hiperbilirubinemia adalah yang lahir sehat dengan ASI eksklusif (namun cara

pemberian ASI yang salah). ASI eksklusif dan mengandung sedikit kalori serta

pemberian ASI yang salah menyebabkan meningkatnya sirkulasi enterohepatic

dari bilirubin.

Tujuan dari terapi adalah menurunkan atau menjaga konsentrasi bilirubin

agar tidak naik. Fototerapi adalah terapi dengan menggunakan energi cahaya

untuk mengubah bentuk dan struktur bilirubin menjadi molekul yang dapat

diekskresikan pada konjugasi normal.Penyerapan cahaya pada kulit melalui kulit

dan subkutan sehingga menyebabkan pemecahan pigmen bilirubin untuk

selanjutnya menuju ke reaksi fotokimia yang terjadi dengan tingkat yang berbeda-

beda. Reaksi tersebut secara umum meregenerasi bilirubin dan derivatnya.

Hasilnya adalah lipophilik dan tidak seperti bilirubin, lipophilik bisa

diekskresikan lewat empedu atau urin tanpa melalui konjugasi. Kebanyakan reaksi

mengenai eliminasi bilirubin tidak diketahui, walaupun begitu pembelajaran

secara in vitro dan in vivo menyatakan bahwa photoisomerization lebih penting

3

Page 4: Fototerapi Pada Jundice Neonatorum

dari pada photodegradation. Eliminasi bilirubin tergantung pada pembentukan dan

ekskresinya sendiri. Photoisomerization terjadi lebih cepat saat phototherapy dan

sehingga jumlah bilirubin dalam darah menurun.

Gambar 1. Pada metabolisme normal, lipophilic bilirubin yang sebagian besar

dihasilkan dari proses katabolisme sel darah merah, masuk kedalam sirkulasi sel

darah sebagai nonkovalen konjugate dengan serum albumin. Setelah diproses oleh

hati, non kovalen konjugate diubah ke dalam bentuk dua isometrik

monoglucoronides dan diglucoronide (secara langsung oleh bilirubin) oleh enzim

UGT1A1. Air yang larut dalam glucoronides dikeluarkan di empedu dengan

bantuan dari canalicular multidrug yang tahan dan dihubungkan oleh transport

protein (MRP2). Tanpa glucoronidation, bilirubin tidak dapat dikeluarkan dalam

empedu atau urin. Pada bayi, aktivitas hati UGT1A1 belum sempurna dan waktu

hidup sel darah merah lebih pendek daripada orang dewasa, sehingga akumulasi

dan meningkatnya bilirubin akan meningkatkan kemungkinan sakit kuning.

Fototerapi mengubah bilirubin menjadi yellow photoisomer dan colorless

oxidation yang ekskresinya tidak dihati. Fotoisomer dikeluarkan secara utama di

empedu dan hasil oksidasi sebagian besar dikeluarkan melalui urin.

4

Page 5: Fototerapi Pada Jundice Neonatorum

Bilirubin menyerap cahaya lebih banyak pada cahaya biru dengan

kekuatan spektrum 460 nm, daerah dimana energi semakin besar sesuai dengan

panjang gelombang. Pembentukan foto produk bilirubin kebanyakan tergantung

pada intensitas dengan panjang gelombang yang digunakan sekitar 460-490 nm

pada spektrum biru, dimana spektrum biru kemungkinan paling efektif untuk

terapi hiperbilirubinemia.

Kesalahan yang sering terjadi adalah menggunakan sinar ultraviolet (UV)

<400 nm. Cahaya fototerapi yang digunakan bukan sinar UV radiasi bagi

eritemal. In addition, tutup lampu dan penutup inkubator pada bayi dapat

menyaring sinar UV.

Gambar 2. Penyerapan sinar oleh bentuk bilirubin normal (4z,15z-bilirubin)

menghasilkan bentuk molekuler dari bilirubin. Penyerapan cahaya oleh 4Z,15Z,-

bilirubin membentuk molekul bilirubin yang bisa bereaksi dengan oksigen

membentuk hasil oksidasi yang tidak berwarna yang menghasilkan urin, isomer

struktural(lumirubin) yang menghasilkan urin dan empedu atau isomer

konfigurasi yang reversible serta lebih cepat dari isomer struktural yang

irreversible, dan keduanya lebih cepat dari fotooksidasi. Isomer konfigurasi

kembali menjadi 4Z,15Z-bilirubin secara spontan. Grafik serum kromatogram

menunjukkan adanya penambahan fotoisomer pada bayi yang melakukan

fototerapi, isomer juga ditemukan pada orang yang berjemur

5

Page 6: Fototerapi Pada Jundice Neonatorum

DASAR KLINIS

Fototerapi telah dievaluasi secara randomized trial sejak 1960- 1990.

Walaupun percobaan ini membantu dalam menetapkan keberhasilan dari

fototerapi namun tetap tidak ada patokan pasti kekuatan sinar yang seharusnya

digunakan.

Diketahui alternatif yang efektif untuk bayi dengan tingkat kuning yang

berat adalah fototerapi dengan exchange therapy, namun ironisnya keberhasilan

fototerapi menjadi menurun ketika exchange therapy dilakukan. Efek ini terutama

muncul pada bayi dengan berat lahir rendah,dan dilakukan exchange therapy,

suatu prosedur yang biasa dilakukan pada neonatal di ICU,namun saat ini jarang

dilakukan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketika fototerapi tidak

diberikan, 36% dari bayi dengan berat badan lahir 1500 gram membutuhkan

transfusi. Ketika fototerapi hanya digunakan 2 dari 833 bayi (0,24%) yang

menerima transfusi. Antara januari 1988 – oktober 2007, tidak ada transfusi yang

dibutuhkan pada kelahiran di ICU di Rumah Sakit Wiliam Beaumont di Royal

Oak, Michigan, untuk 2425 bayi dengan berat lahir dibawah 1500 gram.

PENGGUNAAN KLINIS

Pada bayi cukup bulan dan lebih bulan, phototherapy adalah terapi yang

digunakan sesuai anjuran American Academy of Pediatric tahun 2004. Pedoman

ini bukan hanya mengenai berapa jumlah serum bilirubin total normal pada

beberapa jam usia kehidupan bayi namun ada tidaknya faktor resiko, termasuk

penyakit isoimune hemolytic, penurunan dari glucose 6-phosphate dehydrogenase

deficiency, asfiksia, lethargy, instabilitas suhu, sepsis, asidosis dan hipoalbumin.

Pada bayi kurang bulan, fototerapi digunakan pada kondisi serum bilirubin total

yang lebih rendah dan digunakan prophilactically pada semua bayi yang lahir

dengan berat kurang dari 1000 gram.

6

Page 7: Fototerapi Pada Jundice Neonatorum

Gambar 3. Penyerapan spectrum bilirubin terhadap serum albumin tubuh

ditunjukkan pada spektrum cahaya tampak. Cahaya biru paling efektif untuk

fototerapi,tapi karena semakin panjang gelombang pemancara cahaya juga

meningkat, panjang gelombang yang paling baik kisaran 460-490 nm. Bayi cukup

bulan diletakkan di keranjang bukan inkubator, dimana sumber cahaya

ditempatkan 10-15 cm dari bayi, meningkatkan sinarnya dan tingkat keberhasilan.

Pada untensif fototerapi, cahaya diletakkan di bawa keranjang bayi. Namun jika

bayi ada di inkubator, cahaya dapat diletkkan tegak lurus dengan permukaan

inkubator untuk meminimalisir kegagalan karena adanya faktor refleksi.

Keberhasilan fototerapi tergantung pada sinar (energi yang keluar) dari

sumber cahaya. Kekuatan sinar diukur dengan radiometer dengan satuan watt/cm2

atau dengan microwatt/cm2

7

Page 8: Fototerapi Pada Jundice Neonatorum

Gambar 4. Pedoman berdasarkan pada bukti yang terbatas. Fototerapi intensif

Gambar 4. Pedoman berdasarkan pada bukti yang terbatas. Fototerapi intensif

harus digunakan ketika kadar serum bilirubin total (bukan total dikurangi direct)

jatuh diatas garis kelompok beresiko yang sesuai pada bayi dengan usia tertentu.

Faktor resiko termasuk penyakit hemolitik isoimun, defisiensi enzim G6PD,

asfiksia, letargi, instabilitas temperatur, sepsis, asidosis dan kadar albumin yang

lebih rendah dari 3.0 g/dl. Untuk fototerapi konvensional di rumah sakit atau

fototerapi rumahan, kadar serum bilirubin total adalah dibawah 2-3 mg/dl (34-51

umol/liter) yang menunjukan harus digunakan fototerapi. Fototerapi rumahan

tidak boleh dilakukan pada bayi dengan faktor resiko. Diadaptasi dari The

American Academy of Pediatric

Ketika diposisikan 20 cm diatas bayi, alat fototerapi konvensional atau

fototerapi cahaya standar harus mengeluarkan radiasi spektral (dihitung pada level

terhadap bayi) sekitar 8-10 uW/cm2/nm pada ikatan 430-490 nm, sedangkan

lampu fluoresen biru khusus akan menghasilkan 30-40 uW/cm2/nm. The American

Academy of Pediatric menetapkan fototerapi intensif sama dengan spektrum

radiasi pada sekurang-kurangnya 30 uW/cm2/nm atas jarak gelombang ikatan

cahaya yang sama diberikan pada area permukana tubuh bayi yang mungkin. Hal

ini mungkin diterima dengan menggunakan sumber cahaya yang ditempatkan

diatas dan dibawah bayi. Terdapat hubungan langsung antara penggunaan radiasi

dengan laju penurunan kadar serum bilirubin total. Pedoman baku

merekomendasikan fototerapi standar untuk kadar serum total bilirubin sekitar 2-3

8

Page 9: Fototerapi Pada Jundice Neonatorum

mg/dl (34-51 umol/liter) dibawah jarak fototerapi intensif yang

direkomendasikan.

Dosis fototerapi harus diperiksa dengan menggunakan radiometri yang

diciptakan untuk tujuan tersebut. Namun, tidak adanya metode standar yang pasti

yang digunakan secara umum untuk menilai dosis fototerapi pada literatur klinis

menyebabkan sulit untuk membandingkan penelitian yang telah dipublikasikan,

dan perbedaan radiometer sering menghasilkan hasil yang berbeda ketika radiasi

diukur dari sistem fototerapi yang sama. Karena itu, klinisi harus menggunkan

radiometer yang direkomendasikan oleh produsen yang menghasilkan produk

sumber cahaya. Menggunakan pengukur cahaya fotometrik atau kolorimetri atau

dengan mengandalkan pada perkiraan visual dari tingkat terangnya cahaya tidak

tepat dilakukan. Karena variasi yang luas, secara ideal radiasi harus dihitung pada

beberapa titik dibawah bagian yang diterangi, dan penghitungan dinilai rata-

ratanya.

Dosis dan keberhasilan dari fototerapi dipengaruhi oleh tipe sumber

cahaya. Biasanya menggunakan unit fototerapi yang terdiri dari cahaya matahari,

lampu fluoresen biru atau putih. Bagaimanapun, ketika serum bilirubin total

mendekati nilai yang membutuhkan intensif fototerapi, sangat penting untuk

menggunakan lampu dengan pancaran biru dengan alasan tersebut. American

Academy of Pediatric saat ini telah merekomendasikan lampu dengan fluoresensi

biru khus atau lampu LED (light-emitting diode) yang efektif untuk fototerapi

berdasarkan beberapa penelitian. Lampu halogen tersaring yang dihubungkan

dengan alat fiber-optic juga dapat digunakan.

Dosis dan keberhasilan dari fototerapi juga dipengaruhi oleh jarak bayi

dengan cahaya (makin dekat jarak bayi dengan sumber cahay, maka makin besar

juga radiasi yang muncul), dan area kulit yang terpapar, berkaitan dengan

kebutuhan cahaya pada bayi dibawah fototerapi. Meskipun telah banyak

penelitian controlled trial yang menjelaskan bahwa semakin besar permukaan

yang terpapar, semakin banyak pula kadar serum bilirubin total yang tereduksi,

hal itu biasanya tidak berpengaruh dengan melepaskannya popok bayi. Namun,

apabila kadar bilirubin total terus mengalami peningkatan selama pengobatan,

9

Page 10: Fototerapi Pada Jundice Neonatorum

popok dapat dilepaskan hingga terdapat perubahan klinis yang signifikan.

Alumunium foil atau kain putih yang diletakkan di sisi bawah bayi yang dapat

memantulkan cahaya juga bisa berpengaruh pada keberhasilan fototerapi. Karena

cahaya dapat menjadi toksik pada retina yang imatur, mata bayi harus selalu

dilindungi menggunakan penutup mata buram.

Efektifitas terapi tidak hanya dipengaruhi oleh dosis fototerapi, tapi juga

dipengaruhi beratnya hiperbilirubinemia. Selama terjadi hemolisis aktif, serum

total bilirubin tidak akan berkurang secepat bayi tanpa hemolisis. Disisi lain,

karena fototerapi bekerja pada bilirubin yang muncul di kulit dan jarungan

subkutan permukaan, lebih banyak bilirubin yang muncul (contohnya semakin

tinggi serum total bilirubin), makan akan lebih efektif fototerapi. Pada beberapa

bayi dengan kadar serum total bilirubin lebih dari 30mg/dl (513 umol/liter),

fototerapi intensif dapat memberikan hasil penurunan kadar serum bilirubin total

sekitar 10 mg/dl (171 umol/liter) dalam beberapa jam.

Hemolisis lebih sering menyebabkan hiperbilirubinemia pada bayi yang

diterapi dengan fototerapi selama perawatan kelahiran dibandingkan dengan bayi

yang menerima kembali terapi tersebut, dan fototerapi pada bayi yang diterapi

selama perawatan kelahiran akan dimulai dengan kadar serum total bilirubin yang

lebih rendah. Karena alasan tersebut, kadar serum bilirubin total cenderung untuk

menurun lebih lambat pada bayi tersebut. Meskipun belum ada penelitian yang

baku mengenai pengentian terapi, fototerapi dapat lebih aman dihentikan pada

bayi yang diterapi selama selama perawatan kelahiran ketika kadar serum

bilirubin total turun dibawah level fototerapi awal. Sebaliknya, pada bayi yang

diberikan kembali fototerapi, hemolisis lebih sedikit menyebabkan

hiperbilirubinemia dan terapi dimulai dengan kadar awal bilirubin yang lebih

tinggi. Pada pasien ini, fototerapi intensif dapat menghasilkan penurunan kadar

bilirubin hingga 30-40 % dalam 24 jam, dengan penurunan yang jelas terjadi pad

4-6 jam pertama, fototerapi dapat dihentikan ketika kadar serum bilirubin total

turun dibawah 13-14 m/dl (222-239 umol/liter).

Kembalinya kadar serum bilirubin total 1-2 mg/dl (17- 34 umol/liter) dan

terkadang lebih, dapat terjadi setelah fototerapi dihentikan. Bayi dengan

10

Page 11: Fototerapi Pada Jundice Neonatorum

peningkatan resiko muncul kembali gejala klinis yang signifikan adalah bayi yang

lahir dengan usia kurang dari 37 minggu kehamilan, bayi yang mengalami

penyakit hemolitik, dan bayi yang menerima fototerapi saat perawatan kelahiran.

Hal ini biasanya tidak perlu untuk tetap mempertahankan bayi di rumah sakit

untuk mencegah terjadinya rebound, namun pada bayi yang membutuhkan

fototerapi selama masa perawatan kelahiran dan bayi dengan diagnosis penyakit

hemolisis yang pasti, follow up kadar bilirubin harus diperhatikan dalam kurun

waktu 24 jam setelah pemberhentian terapi.

Biaya utama fototerapi berhubugan dengan biaya masuk rumah sakit. Pada

beberapa laporan dari Amerika Serikat, perkiraan biaya harian sekitar kurang dari

$1000. Fototerapi rumahan adalah suatu pilihan untuk mencegah pemisahan

antara ibu dan bayi, fasilitas dan pemeliharaan dalam pemberian ASI dan lebih

murah dibandingkan dengan perwatan mondok di rumah sakit. Hal itu dapat aman

digunakan apabila disediakan monitoring teratur kadar serum total bilirubin. Akan

tetapi, kebanyakan alat fototerapi rumahan lebih tidak efisien dibanding alat yang

tersedia di rumah sakit, memberikan fototerapi rumahan lebih sesuai pada bayi

dengan kadar serum total bilirubin sekitar 2-3 mg/dl dibawah kadar seum bilirubin

total yang direkomendasikan untuk dilakukan fototerapi di rumah sakit. Alat

fototerapi rumahan terbaru memiliki lampu LED atau cahaya lampu biru khusus

yang lebih efektif.

Cahaya matahari akan menurunkan kadar bilirubin, tapi secara praktis

kesulitan terjadi terkait keamanan memaparkan bayi baru lahir secara telanjang

dibawah matahari baik menghalangi dari dalam maupun luar menggunalakan alat

terapi sinar matahari yang dapat diandalkan (dan mencegah terbakar sinar

matahari).

EFEK SAMPING

11

Page 12: Fototerapi Pada Jundice Neonatorum

Toksisitas yang signifikan dari fototerapi jarang dilaporkan. Pada bayi

dengan kolestasis, fototerapi dapat berefek menjadi bronze baby syndrome,

dimana pada kulit, serum dan urun berkembang menjadi gelap, dan berwarna

coklat keabuan. Patogenesis dari kondisi ini, yang terjadi hanya pada bayi dengan

kolestasis, belum benar-benar diketahui. Ketika fototerapi dihentikan dan

kolestasis memulih, pewarnaan tersebut akan menghilang. Munculnya purpura

dan erupsi bula juga telah dilaporkan pada bayi dengan kolestasis jaundice yang

berat yang menerima fototerapi, kemungkinan terjadi akibat hasil dari

penumpukan sensitasi porfirin. Bercak kemerahan dapat terjadi pada bayi yang

diterapi dengan tin-mesoporphoryn (obat eksperimental yang diberikan untuk

mencegah dan mengobati hiperbilirubinemia) yang biasanya didapatkan dari

cahaya matahari ataupun gelombang fluorescent cahaya di siang hari. Porphyria

kongenital, porfiria yang diturunkan, dan penggunaan pengobatan photosensitasi

atau agen jenis lain merupakan kontraindikasi absolut dari fototerapi, agitasi berat

saat bayi dilakukan fototerapi dapat menjadi sebuah tanda terjadinya porfiria.

Fototerapi konvensional daoat menghasilkan perubahan akut pada suhu

lingkungan bayi, diawali oleh peningkatan aliran darah perifer dan kehilangan

cairan. Hal ini tidak ditemukan pada cahay LED, diakibatkan oleh karena cahaya

LED menghasilkan panas yang relatif rendah, sehingga lebih sedikit

menyebabkan pengeluaran cairan tubuh. Pada temperatur bayi yang dirawat dan

diberikan asupan yang adekuat, ditambah dengan pemberian cairan intravena juga

biasanya tidak ditemukan.

Penelitian terkini menganjurkan bahwa fototerapi intensif dapat

meningkatkan angka garis melanosit atipikal pada usia sekolah, meskipun pada

penelitian lain tidak ditemukan hubungan tersebut. Fototerapi intensif tidak

menyebabkan hemolisis. Penelitian di Swedia menjelaskan bahwa fototerapi

berkaitan dengan diabetes tipe 1, dan kemungkinan asma. Dikarenak bilirubin

merupakan antioksidan yang kuat, menurunkan kadar bilirubin total, secara umum

pada bayi dengan berat lahir sangat rendah, mungkin dapat memberikan efek yang

tidak diinginkan, walaupun belum diketahui secara pasti.

HAL YANG TIDAK PASTI

12

Page 13: Fototerapi Pada Jundice Neonatorum

Fakta bahwa transfusi silang saat ini jarang menegaskan keberhasilan

fototerapi untuk mempengaruhi konsentrasi bilirubin plasma. Hasil tersebut

memungkinkan banyaknya bayi yang diterapi dengan kadar serum blirubin total

yang tidak mencapai ambang batas untuk dilakukan transfusi silang tidak

diberikan fototerapi.

Sebelumnya, tujuan fototerapi adalah untuk mengurangi kadar bilirubin di

sirkulasi dengan mempercepat proses eliminasi, fototerapi efektif pada hal ini,

walaupun terkadang lebih lambat. Pengamatan yang mengatakan bahwa fototerapi

secara cepat mengubah fraksi substansial dari bilirubin di sirkulasi mejadi lebih

tidak lipofilik dan isomer tidak beracun meningkatkan kemungkinan keuntungan

terapi yang belum diketahui adalah salah satunya detoksifikasi bilirubin walaupun

sebelumnya belum tereliminasi. Disisi lain, hanya terdapat sedikit bukti mengenai

toksisitas fotoisomer. Kontribusi yang tepat dari perbedaan jalur fotokimia dalam

mengelimnasi bilirubin selama fototerapi belum diketahui.

PEDOMAN

Gambar 4 menggambarkan American Academy of Pediatric guidlines

untuk penggunaan fototerapi pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu atau

lebih. Pedoman ini, bagaimanapun, bukan berdasarkan bukti namun utamanya

merupakan hasil dari pendapat para ahli. Penggunaan fototerapi pada bayi berat

lahir rendah merupakan pencegahan berdasarkan berat lahir dan usia kehamilan.

REKOMENDASI

Bayi yang digambarkan pada vignete lahir pada usia kehamilan 37 minggu

dan tidak memiliki riwayat penyakit hemolitik. Dengan kadar bilirubin total 19.5

mg/dl, ia menemukan kriteria American Academy of Pediatric untuk perawatan di

rumah sakit dan fototerapi intensif (merupakan radiasi dari setidaknya 30

uW/cm2/nm pada blue spectrum yang diberikan kepada area maksimum

permukaan). Kami sependapat dengan rekomendasi tersebut. Terapi tersebut

diharapkan dapat mengurangi kadar bilirubin total sejumlah 30-40% dalam waktu

24 jam. Kami merekomendasikan terapi ini dilanjutkan hingga kadar bilirubin

13

Page 14: Fototerapi Pada Jundice Neonatorum

total turun dibawah 13-14 mg/dl. Selain itu, penurunan 11% berat badan bayi dari

berat lahirnya dimungkinkan karena intake yang tidak adekuat ditambah dengan

dehidrasi hipernatremia. Bayi ini bisa membutuhkan cairan intravena bergantung

pada nilai elektrolit. Pemberian ASI masih dilanjutkan, meskipun dalam

penurunan berat badan bayi ini, dia mungkin membutuhkan tambahan suplemen

dengan formula selama di rumah sakit. Sangat penting dilakukan penilaian pada

proses pemberian ASI dari ibu dan untuk mengarahkan ibu dengan menunjukan

pemberian ASI yang efektif, sehingga pemberian ASI dapat dilanjutkan.

14