foto oleh relawan

8
Foto oleh relawan #SaveJatiGede JAKARTA, Indonesia—Gagasan pembangunan Waduk Jati Gede pertama kali dibicarakan oleh pemerintahan Presiden Soekarno pada 1967. Namun pada 1979, pemerintah menunda pembangunan waduk Jati Gede karena tidak memiliki dana. Sempat terjadi kericuhan karena warga sekitar menolak pembangunan Waduk Jati Gede. Bukan hanya soal ganti rugi, tapi mereka harus kehilangan lahan produktif mereka. Namun pada Oktober 2005, pemerintah Tiongkok mengatakan bahwa mereka bersedia mengucurkan dana 199,8 USD atau sekitar Rp 2,04 triliun untuk membiayai pembangunan waduk. Bersama kontraktor lokal Wijaya Karya, Waskita Karya, Hutama Karya, dan Pembangunan Perumahan, perusahan Tiongkok SinoHydro merampungkan Waduk Jati Gede. Apalagi setelah mendapat restu dari Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, proyek ini kembali berjalan mulus. Karena SBY menggunakan dalih Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia atau MP3EI.

Upload: deandles-wattimury

Post on 07-Jul-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ini merupakan tugas kita bersama fjinvkjdf ujbnvujas fj adfjk dafj jadf jhdf jud fkjad f hdafhjv dfh dhaf ad fandhf mnadf df adfhnad fnf ndf ha fad fknfn afn anf kad fkadjf bakdfm bk fbkadf k fknadf knadf ka dfna fknafnk nkfd nkdf kmndf nmkadf ndf kja dfk adfkn dfn flk ojf bkdf kadf kjad jkd fk aka dfk adk

TRANSCRIPT

Page 1: Foto Oleh Relawan

Foto oleh relawan #SaveJatiGede

JAKARTA, Indonesia—Gagasan pembangunan Waduk Jati Gede pertama kali dibicarakan oleh pemerintahan Presiden Soekarno pada 1967. Namun pada 1979, pemerintah menunda pembangunan waduk Jati Gede karena tidak memiliki dana.

Sempat terjadi kericuhan karena warga sekitar menolak pembangunan Waduk Jati Gede. Bukan hanya soal ganti rugi, tapi mereka harus kehilangan lahan produktif mereka.

Namun pada Oktober 2005, pemerintah Tiongkok mengatakan bahwa mereka bersedia mengucurkan dana 199,8 USD atau sekitar Rp 2,04 triliun untuk membiayai pembangunan waduk.

Bersama kontraktor lokal Wijaya Karya, Waskita Karya, Hutama Karya, dan Pembangunan Perumahan, perusahan Tiongkok SinoHydro merampungkan Waduk Jati Gede.

Apalagi setelah mendapat restu dari Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, proyek ini kembali berjalan mulus. Karena SBY menggunakan dalih Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia atau MP3EI.

Melalui mekanisme MP3EI, pemerintah memotong kompas semua peraturan daerah. Pemerintah daerah pun mendapat mandat untuk mengawal pembangunan waduk yang mengatasnamakan kepentingan nasional tersebut.

Pada masa Pemerintahan Joko Widodo, waduk ini menjadi prioritas programnya. Pengisian air waduk pun dimulai pada Agustus 2015. Satu per satu desa ditenggelamkan.

Page 2: Foto Oleh Relawan

Namun ada hal-hal lain yang tidak diperhitungkan oleh pemerintah, mulai dari dampak sosial, ekologi, hingga geologi.

Berikut ulasannya:

11.000 warga terdampak

Pembangunan Mega Proyek ini akan menenggelamkan 28 desa di Sumedang, Jawa Barat secara bertahap. Butuh waktu 7 bulan untuk menenggelamkan seluruhnya. Desa yang tenggelam antara lain Jemah, Suka Kersa, Pada Jaya, Cibogo, Cipaku, dan Paku Alam.

Menurut relawan Dik Tanbih saat ini, relawan sudah menggelar tenda di Cipaku. Sekitar 100 warga yang didampingi saat ini. Tapi desa Jemah yang sudah mulai digenangi dan segera ditenggelamkan, warganya telah mengungsi.

Sayangnya relawan tak tahu ke mana 800 kepala keluarga Desa Jemah mengungsi. Baca soal relawan mencari pengungsi di sini.

Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar pernah mengatakan pihaknya sedang memproses permohonan bantuan keuangan dari Sumedang sebesar Rp 163 miliar untuk fasilitas umum dan sosial.

Tapi sampai sekarang belum direalisasikan.

Data ganti rugi yang tak akurat

Sementara itu, untuk menjembatani soal ganti rugi, pada Januari 2015, Presiden Jokowi menandatangani Peraturan Presiden No.1 tahun 2015 tentang penanganan dampak sosial kemasyarakatan pembangunan Waduk Jati Gede.

Warga yang dianggap sebagai pecahan kepala keluarga (KK) hanya diberi ganti rugi Rp 29 juta.

Sebanyak 4.514 KK mendapatkan dana kompensasi senilai Rp 122,5 juta dan sebanyak 6.410 KK lagi mendapatkan dana santunan sebesar Rp 29 juta.

Menurut Perwakilan Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Taufan Suranto ada dua kesalahan pemerintah.

Pertama, perusahan pembangun telah mengabaikan hak-hak warga yang digusur seperti yang diatur dalam Land Acquisition and Resetlemen Action Plan World Bank. “Padahal kalau di World Bank itu masyarakat harus direlokasi. Bagaimana masyarakat tidak hanya direlokasi tapi juga di-resettle selama 6 bulan sampai mendapat pekerjaan lagi,” kata Taufan.

Kedua, pemerintah menggunakan data sensus penduduk tahun 1984. Yang menurut Taufan, sudah tidak akurat.

Page 3: Foto Oleh Relawan

Menggenangi lahan produktif

Waduk Jatigede di Sumedang dirancang memiliki daerah genangan seluas 4.900 hektare. Enam desa yang digenangi umumnya umumnya merupakan lahan produktif dengan luas area persawahan yang terhampar.

Tapi menurut Direktur eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Abetnego Tarigan, angkanya lebih besar dari itu. Ia mengatakan proyek akan menenggelamkan lahan seluas 6.000 hektar yang merupakan lahan pertanian produktif.

Ada juga lahan hutan lindung milik Perusahaan Hutan Indonesia yang ikut digenangi.

33 situs cagar budaya terancam

Menurut Balai Pengelolaan Keperbukalaan Sejarah dan Nilai Tradisi (BPKSNT) Dinas Periwisara dan Kebudayaan Jabar ada 48 situs cagar budaya.

Dan sebanyak 33 situs berada di kawasan yang akan digenangi oleh untuk Waduk Jati Gede. Situs kebanyakan adalah makam keramat serta leluhur Sumedang.

Di kawasan ini, puluhan makam keramat yang dipercaya warga sebagai cikal bakal lahirnya kerajaan Islam Sumedang Larang pada abad ke-16 di Desa Cipaku dipastikan akan hilang dan tenggelam.

Ancaman gempa

Belum lagi selesai masalah pengungsi, ada ancaman lain yang sedang mengintai warga terdampak dan sekitar bendungan Jati Gede. Menurut Ketua Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda Supardiyono Sobirin ada potensi gempa dalam pembangunan Waduk ini.

Fakta yang harus diketahui oleh pemerintah adalah bendungan ini dbangun di zona patahan. “Pada tahun 2004, DPKTS sudah mengingatkan soal patahan. Berhati-hatilah. Gempa bisa terjadi kalau waduknya sudah naik,” katanya.

Gempa bisa dipicu lewat genangan yang measuk ke patahan, kemudian menghidupkan kembali patahan, lalu bisa terjadi gempa.

“Ada beberapa contoh di dunia ini, ada yang langsung terjadi gempa, ada yang 1-3 tahun, ada yang 1- tahun. Waduk Jati Gede sendiri kita tidak tahu,” katanya.

Sobirin menilai pemerintah salah dalam mengartikan pembangunan waduk untuk irigasi, dengan niat memaksimalkan Sungai Cimanuk. “Sungai Cimanuk itu sedang sakit, hulunya kritis. Lebih baik membangun dulu hutan di hulunya,” katanya.

Page 4: Foto Oleh Relawan

1. Pembangunan bendungan terutama dengan kapasitas yang besar menyebabkan punahnya spesies lokal (ikan), hilangnya hutan, lahan basah, dan lahan pertanian. 2. Dengan adanya bendungan akan berdampak pada terhambatnya aliran nutrient yang dibutuhkan oleh ikan . 3. Bendungan juga menjadi penghalang bagi ikan-ikan untuk melakukan migrasi (bertelur), walaupun telah ditemukan teknologi fish ladder, namun tingkat efektivitasnya masih rendah. 4. Pembangunan bendungan memerlukan banyak lahan, jika penggusuran hanya dilakukan atas dasar proyek sesaat maka dapat dibayangkan berapa banyak warga terlantar, kehilangan mata pencaharian dan kehilangan tempat tinggal. 5. Kualitas air akan menurun, akibat adanya bendungan volume air di beberapa sungai menjadi turun sehingga akan menaikkan salinitas air.

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Page 5: Foto Oleh Relawan

Pembangunan Waduk Jatigede Menentukan Keberhasilan Swasembada Berasin Ekonomi Bisnis, Info Daerah, Infrastruktur May 4, 2015 0 1,728 Views

(Berita Daerah – Jawa)Dari situs Sekretariat Kabinet RI merilis (2/1), Presiden Jokowi menandatangani Perpres Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan Pembangungan Waduk Jatigede. Dalam perpres itu disebutkan 28 desa di Sumedang, Jawa Barat, dinyatakan sebagai area pembangunan Waduk Jatigede meliputi Kecamatan Jatigede, Kecamatan Jatinunggal, Kecamatan Wado, Kecamatan Darmaraja, serta Kecamatan Cisitu.

Pada Pasal 1 perpres itu misalnya berisi, “Terhadap masyarakat yang terkena dampak pembangunan waduk yang berada dalam area Waduk Jatigede sebagaimana dimaksud perlu dilakukan segera penanganan dampak sosial.”

Masyarakat yang berada dalam area pembangunan waduk telah mengalami dampak. Dan total penduduk yang terkena dampak pembangunan waduk adalah 10.924 KK. Jumlah KK tersebut dibagi menjadi dua kategori yaitu :

a)    Kategori I : 4.514 KK (penduduk yang memiliki hak relokasi)b)   Kategori II : 6.410 KK (penduduk lainnya yang berada di area Waduk Jatigede).

Page 6: Foto Oleh Relawan

Nilai uang pengganti akan ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan usulan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berdasarkan Rapat Koordinasi yang dipimpin oleh Menko Perekonomian.

Sedangkan kepada penduduk lainnya yang berada di area Waduk Jatigede tapi tidak termasuk kategori telah dibebaskan tanah dan/atau bangunannya diberikan uang santunan.

Dalam Rapat Koordinasi Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan Pembangunan Waduk Jatigede.(30/4) Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil  menegaskan agar  pembangunan Waduk Jatigede dapat diselesaikan pada tahun 2015.

Pemprov Jawa Barat sendiri telah memberikan perhatian khusus terhadap sektor pertanian, dengan membangunan infrastruktur penunjang revitalisasi sungai.

Pembangunan Waduk adalah guna mencegak terjadinya krisis air, baik untuk menjamin ketersediaan air irigasi maupun untuk ketersediaan air wilayah Pantura CIAYU (Cirebon dan Indramayu).

waduk Jatigede akan memberikan pasokan air yang cukup bagi area pertanian karena selama ini area pertanian mengalami kebanjiran saat musim hujan dan akan kekeringan pada musim kemarau. Keberadaan Waduk ini juga diharapkan membuat tanaman padi di wilayah tersebut bisa mendapatkan panen padi 2 kali dalam setahun dimana biasanya wilayah itu hanya mendapatkan satu kali panen dalam setahun.

Pembangunan waduk ini juga akan memberikan manfaat sebagai keperluan industri dan bahan baku air minum karena waduk Jatigede mampu menampung 1 miliar m3 air dan menjadi sarana pengendalian pencemaran dan intrusi air laut.

Pembangunan  Waduk Jatigede  oleh pemerinah dilakukan berdasarkan  permasalahan di sektor pertanian yang sangat krusial dalam menentukan keberhasilan peningkatan swasembada beras, baik nasional maupun lokal. Masalah tersebut berupa penurunan ketersediaan air irigasi dan penurunan produksi padi.

Waduk ini dibangun untuk dapat menyuplai daerah irigasi bendungan yang berada dihilirnya, dengan harapan dapat memberi dampak positif terhadap perubahan pola tanam dan peningkatan intensitas tanam.

Kehadiran Waduk Jatigede diprediksi dapat meningkatkan produksi padi di Jawa Barat. Dengan adanya pembangunan  Waduk Jatigede diharapkan pemerintah daerah Jawa Barat memiliki semangat untuk menuju swasembada beras.

http://beritadaerah.co.id/2015/05/04/pembangunan-waduk-jatigede-menentukan-keberhasilan-swasembada-beras/