formulasi dan uji aktivitas antibakteri ekstrak …

82
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT JERUK NIPIS(Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle) DALAM SEDIAAN DEODORAN TERHADAP Staphylococcus epidermidis SKRIPSI Oleh: TALENTA OKTARIYANTI TAFONAO 1501196146 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019

Upload: others

Post on 31-Dec-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK

ETANOL KULIT JERUK NIPIS(Citrus aurantifolia (Christm.)

Swingle) DALAM SEDIAAN DEODORAN TERHADAP

Staphylococcus epidermidis

SKRIPSI

Oleh:

TALENTA OKTARIYANTI TAFONAO

1501196146

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

Page 2: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK

ETANOL KULIT JERUK NIPIS(Citrus aurantifolia (Christm.)

Swingle) DALAM SEDIAAN DEODORAN TERHADAP

Staphylococcus epidermidis

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

(S.Farm)

Oleh:

TALENTA OKTARIYANTI TAFONAO

1501196146

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

Page 3: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …
Page 4: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

Telah diuji pada tanggal: September 2019

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Leny, S.Farm., M.Si., Apt.

Anggota : 1. Khairani Fitri, S.Si, M.Kes., Apt.

2. Drs. Jacob Tarigan, M.Kes., Apt.

Page 5: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

LEMBARAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan

gelar akademik Sarjana Farmasi (S.Farm), di Fakultas Farmasi dan Institut

Kesehatan Helvetia.

2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing, dan masukkan

tim penelaah/tim penguji.

3. Isi Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,

maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar

yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan

norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Medan, September 2019

Yang membuat pernyataan,

(Talenta Oktariyanti Tafonao)

NIM. 1501196146

Page 6: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

Nama : Talenta Oktariyanti Tafonao

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/tanggal lahir : Hilisimaetano/10 Oktober 1998

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Sifaoroasi Gomo

Email : [email protected]

Anak Ke : 3 (tiga) dari 5 (lima) bersaudara

Nama Ayah : Lulunaso Tafonao

Nama Ibu : Natal Riang Dakhi

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 2003-2009 : SD Negeri 1 Sifaoroasi Gomo

Tahun 2009-2012 : SMP Negeri 1 Sifaoroasi Gomo

Tahun 2012-2015 : SMK Negeri 1 Sifaoroasi Gomo

Tahun 2015-2019 : Sarjana Farmasi Institut Helvetia Medan

Page 7: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

i

ABSTRAK

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK

ETANOL KULIT JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia (Christm.)

Swingle) DALAM SEDIAAN DEODORAN TERHADAP

Staphylococcus epidermidis

TALENTA OKTARIYANTI TAFONAO

NIM : 1501196146

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle), merupakan salah satu

tanaman toga yang digunakan pada masyarakat, baik untuk bumbu masakan

maupun untuk obat-obatan dari bagian perasan air buah jeruk nipisnya. Untuk

obat, jeruk nipis digunakan sebagai penambah nafsu makan,penurun panas, diare,

menguruskan badan, dan antibakteri. Flavonoid yang terkandung dalam kulit

jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle) memiliki aktivitas biologi

dengan spektrum yang luas diantaranya antibakteri, antifungial, dan antivirus.

Flavonoid berfungsi sebagai antioksidan dan membunuh radikal bebas,

mempunya kapasitas untuk mengatur aktivitas enzimatik serta menghambat

proliferasi sel.

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental laboratorium, kulit

jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle) diekstraksi dengan metode

maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dan dipekatkan dengan rotary

evaporator. Konsentrasi ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.)

Swingle) yang digunakan adalah 10%, 15%, dan 20% kemudian dibandingkan

dengan Blanko. Uji evaluasi yang dilakukan pada sediaan deodoran roll on

meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji iritasi, dan uji aktivitas daya

hambat bakteri.Ekstrak etanol kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.)

Swingle) dapat diformulasikan dalam suatu sediaan deodoran roll on dan

memiliki aktivitas daya hambat bakteri dimana pada konsentrasi 20% memiliki

aktivitas daya hambat dengan rata 10.93 mm dengan kategori kuat.

Kata kunci : Ekstrak kulit jeruk nipis, Deodoran roll on, Bakteri

Staphylococcus epidermidis

Page 8: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

ii

ABSTRACT

Page 9: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Farmasi pada Program Studi SI Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan yang

berjudul “Formulasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit

Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia (Christm.) Swingle) Dalam Sediaan

Deodoran Terhadap Staphylococcus Epidermidis”

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Program Studi SI Farmasi di

Institut Kesehatan Helvetia Medan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi

ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, baik dukungan moril,

materil dan sumbangan pemikiran. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu : 1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Pembina Yayasan

Helvetia.

2. Iman Muhammad, SE, S.Kom, MM, M.Kes, selaku Ketua Yayasan Helvetia

3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia.

4. Darwin Syamsul, S.Si, M.Si, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan

Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia

5. Adek Chan, S.Si, M.Si, Apt. selaku Ketua Program Studi SI Farmasi Fakultas

Farmasi Dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia

6. Leny, S.Farm., M.Si., Apt. selaku pembimbing I yang telah menyediakan

waktu dan tenaga dalam membimbing dan memberikan arahan dan masukan

kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

7. Khairani Fitri, S.Si., M.Kes., Apt. selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan arahan dan masukan yang

bermanfaat dalam perbaikan penyusunan skripsi ini.

8. Drs, Jacob Tarigan, M.Kes., Apt. Selaku Penguji yang telah memberikan

masukan dan arahan dalam perbaikan penyusunan skripsi ini

9. Seluruh Dosen Program Studi SI Farmasi yang telah mendidik dan

mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

10. Teristimewa untuk keluarga besar dan kedua orang tua penulis, Ayah

Lulunaso Tafonao, mama Natal Riang Dakhi serta ke-4 (empat) saudara

Kakak Nelistina Tafonao, Abang John Tafonao, Adik Sabdal Tafonao,

Pembertus Tafonao, serta kakak ipar Dilina Hondro, yang telah memberikan

motivasi, semangat, materi serta doa dalam menyelesaikan perkuliahan

penulisan skripsi ini. Terimakasih untuk semuanya.

11. Dan teman-teman seperjuangan program studi S1 Farmasi yang telah

mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Page 10: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

iv

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.

Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi

ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Medan, September 2019

Penulis

Talenta Oktariyanti Tafonao

Page 11: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN

LEMBAR PANITIA PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ABSTRAK .................................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

DAFTAR TABEL........................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 6

1.3 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 7

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 7

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 7

1.6 Kerangka Pikir ...................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9 2.1 Tanaman Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Christm) swingle) ............. 9

2.1.1 Taksonomi Tanaman Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia

(Christm) Swingle ....................................................................... 9

2.1.2 Asal usul jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm) Swingle) .... 10

2.1.3 Nama Lain jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm) Swingle) . 10

2.1.4 Morfologi Tanaman .................................................................... 11

2.1.5 Kandungan Kimia ....................................................................... 11

2.2 Ekstraksi ............................................................................................... 13

2.2.1 Berdasarkan Penggunaan Ekstraksi ............................................ 13

2.3 Bakteri Staphylococcus epidermidis .................................................... 15

2.3.1 Morfologi dan Fisiologi .............................................................. 16

2.3.2 Gejala penyakit ........................................................................... 16 2.3.3 Mekanisme kerja antibakteri ....................................................... 16

2.3.4 Media pertumbuhan bakteri ........................................................ 17

2.3.5 Pengukuran zona hambat ............................................................ 18

2.4 Kosmetik .............................................................................................. 19

2.4.1 Penggolongan Kosmetik ............................................................. 19

2.4.2 Jenis Kosmetik Menurut Sifat dan Cara Pembuatannya ............. 20

2.5 Kulit ...................................................................................................... 21

2.6 Bau Badan ............................................................................................ 22

2.7 Kelenjar keringat .................................................................................. 22

2.8 Deodoran .............................................................................................. 24

2.8.1 Jenis-Jenis Deodoran .................................................................. 24

Page 12: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

vi

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 26 3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 26

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 26

3.2.1 Waktu Penelitian ......................................................................... 26

3.2.2 Tempat Penelitian ....................................................................... 26

3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 26

3.3.1 Populasi ....................................................................................... 26

3.3.2 Sampel ........................................................................................ 27

3.4 Alat dan Bahan ..................................................................................... 27

3.4.1 Alat .............................................................................................. 27

3.4.2 Bahan .......................................................................................... 27

3.5 Penyiapan sampel penelitian ................................................................ 27

3.5.1 Cara Pengambilan Sampel .......................................................... 27

3.5.2 Cara Pengolahan Sampel ............................................................ 28

3.5.3 Ekstraksi Sampel ......................................................................... 28

3.6 Uji daya bakteri .................................................................................... 29

3.6.1 Pembuatan media nutrient agar ................................................... 29

3.6.2 Formulasi Sediaan Deodoran Ekstrak Kulit Jeruk Nipis yang

dimodifikasi ................................................................................ 29

3.7 Prosedur Kerja ...................................................................................... 29

3.8 Evaluasi sediaan deodorant roll on ....................................................... 30

3.8.1 Pemeriksaan organoleptis ........................................................... 30

3.8.2 Homogenitas ............................................................................... 30

3.8.3 Uji pH ......................................................................................... 31

3.8.4 Uji iritasi terhadap sukarelawan ................................................. 31

3.8.5 Uji aktivitas antibakteri metode cakram kertas ........................... 31

3.9 Analisis Data ........................................................................................ 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 33 4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 33

4.1.1 Determinasi Tumbuhan ............................................................... 33

4.1.2 Hasil Ekstraksi Simplisia Jeruk nipis (Citrus aurantifolia

(Christm.) Swingle ...................................................................... 33

4.1.3 Hasil Pemeriksaan organoleptik Deodoran Roll on ................... 33

4.1.4 Homogenitas ............................................................................... 34

4.1.5 Uji pH Sediaan deodoran Roll on .............................................. 35

4.1.6 Uji Iritasi ..................................................................................... 36

4.1.5. Hasijl Zona Hambat Bakteri ................................................... 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 42 5.1 Kesimpulan ................................................................................. 42

5.2 Saran ........................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 43

LAMPIRAN

Page 13: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Pikir ................................................................ 8

Gambar 2.1 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Christm) Swingle) ...... 9

Gambar 2.2 Bakteri Mikroskopik Staphylococcus epidermidis.......... 16

Gambar 4.1. Diagram Zona Hambat Bakteri ....................................... 38

Page 14: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Jenis media dan fungsinya dapat dijabarkan sebagai

berikut .................................................................................. 17

Tabel 2.2 Kategori Diameter Zona Hambat ......................................... 18

Tabel 3.1. Formulasi Sediaan Deodoran ............................................... 29

Tabel 3.2. Uji Iiritasi ............................................................................ 31

Tabel 4.1. Hasil Uji Organoleptik Sediaan Deodoran Roll on Pada

Suhu Kamar (28°C-30°C) .................................................... 34

Tabel 4.2 Pemeriksaan Homogenitas ................................................... 35

Tabel 4.3 Hasil pH Sediaan Deodoran Roll on .................................... 36

Tabel 4.4 Hasil Uji Iritasi Sediaan Deodoran Roll on Pada Kulit ....... 36

Tabel 4.5. Hasil Zona Hambat Bakteri ................................................. 37

Tabel 4.6. Posthoc test anova ............................................................... 39

Page 15: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Dokumentasi penelitian ..................................................... 44

Lampiran 2. Uji Homogenitas ................................................................ 48

Lampiran 3. Uji pH sediaan deodoran roll on ....................................... 49

Lampiran 4. Uji iritasi sukarelawan ....................................................... 51

Lampiran 5. Uji daya hambat bakteri ..................................................... 54

Lampiran 6 Hasil Uji One way Anova ................................................. 57

Lampiran 7. Lembar Pengajuan Judul Skripsi ...................................... 62

Lampiran 8. Lembar Konsul Pembimbing I ......................................... 63

Lampiran 9. Lembar Konsul Pembimbing II ........................................ 64

Lampiran 10. Lembar hasil determinasi .................................................. 65

Lampiran 11. Lembar Izin Penelitian Mikrobiologi Farmasi Universitas

Sumatera Utara .................................................................. 66

Lampiran 12. Lembar Selesai Penelitian Institut Kesehatan Helvetia ..... 67

Page 16: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetik adalah sediaan atau panduan bahan yang siap untuk digunakan

pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian

luar), gigi, dan rongga mulut, membersihkan, menambah daya tarik, mengubah

penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau

badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu

penyakit (1).

Produk kosmetik diperlukan tidak hanya oleh kaum wanita tetapi juga

oleh kaum pria sejak lahir sampai akhir hayat. Produk kosmetik dapat digunakan

setiap hari maupun secara insidental (tidak disengaja) atau berkala dan dipakai di

seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tidak semua bahan kosmetik

cocok untuk setiap kondisi kulit, jika terjadi ketidakcocokan, akan timbul iritasi

pada kulit. Oleh karena itu, diperlukan perhatian pada kandungan bahan kimia

yang tercantum di kemasan tiap-tiap produk. Dasar kosmetik umumnya terdiri

dari bermacam-macam bahan dasar, bahan aktif dan bahan pelengkap. Bahan-

bahan tersebut mempunyai berbagai fungsi antara lain sebagai solvent (pelarut),

emulsier (pencampur), pengawet, adhesif (pelekat), pengencang, absorbed

(penyerap) dan desinfektan. Pada umumnya 95% dari kandungan kosmetik adalah

bahan dasar dan 5% bahan aktif atau kadang-kadang tidak mengandung bahan

aktif (2).

Page 17: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

2

Sejalan dengan perkembangan bidang kehidupan, tingkat kebutuhan

konsumen terhadap kosmetik akan mengalami perubahan. Pada mulanya, manusia

secara naluri memakai kosmetik untuk menutupi kekurangan pada kulit sehingga

rasa percaya diri menjadi meningkat. Pada perkembangan selanjutnya telah

menuntut persyaratan yang lebih tinggi dimana kosmetik tidak hanya digunakan

untuk menutupi kekurangan pada kulit, bahkan dipakai untuk

menghilangkan/mengurangi bau badan akibat keringat, sehingga kosmetik

berubah menjadi komoditi yang diproduksi secara luas dan diatur oleh berbagai

peraturan dan persyaratan guna memenuhi standar mutu kualitas dan keamanan

konsumen (3).

Indonesia termasuk suatu negara tropis yang selalu disinari matahari,

sehingga berkeringat merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Bagi beberapa

orang, pengeluaran keringat yang berlebihan dapat menimbulkan masalah, seperti

misalnya menimbulkan bau badan yang kurang sedap. Bau badan sangat

berhubungan dengan sekresi keringat seseorang dan adanya pertumbuhan

mikroorganisme, serta makanan dan bumbu-bumbuan yang berbau khas seperti

bawang-bawangan (4).

Kulit merupakan organ yang besar, dengan berat rata-rata 4 kg dan

seluas 2 m2. Fungsi utamanya adalah sebagai barrier terhadap lingkungan luar

yang tidak aman. Lapisan epidermis merupakan barrier utama tersebut. Di bawah

lapisan epidermis, terdapat lapisan dermis yang penuh vaskularisasi yang

berfungsi sebagai penyokong dan penyedia nutrisi bagi sel-sel epidermis yang

aktif membelah. Pada lapisan dermis juga terdapat saraf-saraf dan adneksa-

Page 18: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

3

adneksa kulit yang meliputi kelenjar keringat, folikel rambut, dan kelenjar

minyak (sebasea). Kuku juga termasuk dari adneksa kulit. Lapisan ketiga dan

terdalam dari kulit disebut dengan lapisan subkutan. Epidermis sendiri terbagi lagi

menjadi 4 lapisan, dimulai dari lapisan terbawah yakni lapisan sel basalis, stratum

spinosum, stratum granulosum, dan lapisan terluarnya yakni stratum korneum.

Sisi epidermis yang berbatasan dengan lapisan dermis memiliki batas tidak

reguler yang disebut dengan rete ridge (5).

Kulit mampu melindungi tubuh kita dari luka fisik, pengaruh angina,

air, sinar matahari, unsur kimiawi, bakteri, dan sebagainya. Selain itu, kulit juga

mempunyai fungsi untuk mengontrol suhu tubuh, sehingga suhu tubuh bisa

seimbang dan sesuai dengan perubahan suhu. Walaupun memiliki fungsi

yang sangat penting, kulit memiliki tingkat penyerapan yang terbatas. Tidak

semua bahan bisa teresap baik oleh kulit. Hanya beberapa jenis lemak,

minyak, atau krim yang bisa teresap oleh kulit (6).

Manusia adalah salah satu makhluk hidup yang paling banyak

menghasilkan keringat. Terdapat dua alasan utama yang menyebabkan

manusia berkeringat, salah satunya adalah karena panas yang disebabkan oleh

suhu atau kegiatan fisik. Alasan lain adalah ketika kita merasa tertekan, takut,

atau cemas membuat kita berkeringat meskipun cuaca dingin (7).

Bau badan merupakan salah satu masalah yang menganggu kehidupan

sehari-hari. Bau tidak sedap tubuh seringkali membuat seseorang merasa tidak

percaya diri. Aroma yang tidak sedap akan muncul ketika seseorang mulai

berkeringat. Keringat merupakan hasil dari proses tubuh dalam mengatur suhu

Page 19: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

4

tubuh pada manusia. Keringat mengandung air, garam, dan zat-zat sisa dari tubuh.

Biasanya bau yang tidak sedap timbul bersama bau badan yang disebabkan oleh

aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis (8).

Mikroba yang umumnya tumbuh pada kulit adalah Staphylococcus

epidermidis, Staphylococcus aureus, Sarcina sp., Micrococcus sp., bakteri

koliform, Proteus, Difteroid, Bacillus subtillis, Mycobacterium, dan

Acinotebacter. Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan bau badan yaitu

Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, Corynebacterium acne

(Difteroid), Pseudomonas aeruginosa, dan Streptococcus pyogenes (9).

Masalah bau badan dapat dialami oleh setiap orang dan dapat disebabkan

oleh beberapa hal, seperti faktor genetik, kondisi kejiwaan, faktor makanan, faktor

kegemukan dan bahan pakaian yang dipakai. Keringat yang dikeluarkan

seseorang sangat terlibat dalam proses timbulnya bau badan, dimana kelenjar

apokrin yang menghasilkannya telah terinfeksi oleh bakteri yang berperan dalam

proses pembusukan. Beberapa bakteri yang diduga menjadi penyebab bau badan

tersebut diantaranya ialah Staphylococcus epidermidis, Corynebacterium acne,

Pseudomonas aeruginosa dan Streptococcus pyogenes. Penggunaan antibiotik

yang tidak benar biasanya akan membuat bakteri menjadi bersifat resisten dan

tetap memperbanyak diri dalam inangnya. Menurut Bartlett (2007) bakteri

staphylococcus epidermidis umumnya telah resisten terhadap antibiotik penisilin

dan metisilin, sehingga perlu diketahui bahan alternatif yang dapat membasmi

atau menghambat pertumbuhan bakteri tersebut (10).

Page 20: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

5

Penggunaan sabun dan air sebagai pencuci badan pada waktu mandi relatif

kurang efektif untuk mencegah bau badan. Dalam menangani hal tersebut, dapat

dilakukan beberapa alternatif, seperti menggunakan sediaan kosmetik anti bau

badan. Banyak individual yang telah menggunakan produk deodoran antiperspiran

untuk mengontrol pengeluaran keringat dan bau di ketiak, faktanya lebih dari 90%

populasi didunia ini telah menggunakannya (11).

Salah satu kosmetik yang banyak digunakan adalah deodoran. Deodoran

adalah formula khusus yang diformulasikan untuk menyamarkan bau badan.

Umumnya, deodoran mengandung antiseptik yang berguna untuk mencegah

dekomposisi bakteri dengan membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri di

permukaan kulit, khususnya pada bagian ketiak. Deodoran bentuknya bermacam-

macam, ada yang padat (stick), cairan roll-on, ada juga yang berbentuk spray (12).

Kebanyakan antiperspiran dan deodoran yang dijual di pasaran dalam

bentuk sediaan aerosol, pump sprays, squeeze sprays, krim, roll on, suspensi roll-

on, deodoran stick, antiperspiran padat, clear solids, soft solids, gels, dan pads.

Antiperspiran dan deodoran yang dijual di pasaran umumnya berbahan aktif

aluminium klorohidrat, propilen glikol, triklosan, aluminum zirconium

klorohidrat. Adanya kandungan aluminum klorohidrat dan aluminium zirconium

klorohidrat pada sediaan antiperspiran atau deodoran akan bekerja dengan

menyumbat pori-pori sehingga produksi keringat menurun. Namun, Penggunaan

bahan ini dapat memicu iritasi jika digunakan pada kulit yang terluka (13).

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle) merupakan salah satu

tanaman toga yang digunakan pada masyarakat, baik untuk bumbu masakan

Page 21: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

6

maupun untuk obat-obatan dari bagian perasan air buah jeruk nipisnya. Untuk

obat, jeruk nipis digunakan sebagai penambah nafsu makan, penurun panas

(antipireutik), diare, menguruskan badan, antiinflamasi, dan antibakteri (14).

Kandungan kimia jeruk nipis mengandung minyak atsiri yang

didalamnya terdapat beberapa jenis komponen antara lain sitrat, kalsium, fosfor,

besi, vitamin (A, B dan C), sinerfin, H-methyltyramine, flavonoid, ponsirin,

herperidine, rhoifolin, dan naringin. Juga mengandung minyak atsiri limonene

dan linalool (15).

Penelitan terdahulu yang dilakukan oleh Zenia adindaputri, dkk., (2013)

pengaruh ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia swingle) konsentrasi 10%

terhadap aktivitas enzim glukosiltransferase streptococcus mutans dapat

menghambat aktivitas enzim glukosiltransferase (GTF) streptococcus mutans

(16). Dan penelitian yang telah dilakukan ferdinan pasaribu, (2017) uji efektivitas

ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm.) swingle) terhadap beberapa

bakteri patogen periodontal secara in vitro membuktikan bahwa ekstrak kulit jeruk

nipis memiliki efektivitas antibakteri secara in vitro terhadap bakteri a.

actinomycetemcomitans,p. gingivalis dan f. nucleatum yang merupakan bakteri

patogen periodontal (10).

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah :

a. apakah ekstrak etanol kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm)

swingle) dapat diformulasikan menjadi suatu sediaan deodoran roll on ?

Page 22: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

7

b. apakah deodoran roll on ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia

(Christm) swingle) mempunyai aktivitas antibakteri Staphylococcus

epidermidis ?

1.3 Hipotesis Penelitian

a. ekstrak etanol kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm) swingle)

dapat diformulasikan menjadi suatu sediaan deodoran roll on.

b. sediaan deodorant roll on mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri

Staphylococcus epidermidis.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. untuk membuat sediaan deodoran roll on dari ekstrak etanol kulit jeruk

nipis (Citrus aurantifolia (Christm) swingle).

b. untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari sediaan deodorant roll on

terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai pemanfaatan ekstrak etanol kulit jeruk nipis yang dapat di gunakan

sebagai produk deodoran roll on.

Page 23: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

8

1.6 Kerangka Pikir

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1 Kerangka Pikir

Ekstrak

Etanol Kulit

Jeruk Nipis

konsentrasi

10%, 15%,

20%

Stabilitas

Sediaan

Uji aktivitas

antibakteri

staphylococcus

epidermidis

Organoleptis

Homogenitas

pH

Iritasi

Uji aktivitas

daya hambat

bakteri

Page 24: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Christm) swingle)

Jeruk nipis dikenal dengan sebutan lime, jeruk pecel, limau nipis

(Malaysia). Jeruk nipis memiliki habistus perdu, dengan tinggi sekitar 3,5 meter

dan memiliki daun yang majemuk, elips atau bulat telur, pangkal daun membulat

dan berujung tumpul. Buah jeruk nipis buni, berdiameter 3,5 sampai 5 cm,

memiliki warna hijau ketika masih muda dan menjadi kuning setelah tua. Biji

berbentuk bulat telur, pipih, putih kehijauan (17).

Gambar 2.1 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Christm) Swingle)

2.1.1 Taksonomi Tanaman Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Christm) Swingle

Citrus aurantifolia dikenal sebagai jeruk nipis. Klasifikasi tanaman ini

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Plantae

Sub Divisio : Spermatophyta

Page 25: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

10

Kelas : Dicotyledarae

Ordo : Sapindales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : (Citrus aurantifolia (Christm) swingle)

2.1.2 Asal usul jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm) Swingle)

Asal usul dan penyebaran geografis jeruk nipis diduga berasal dari

India Utara yang berbatasan dengan Myanmar atau di Malaysia bagian utara.

Namun menurut Swingle, jeruk nipis berasal dari kepulauan di Asia Tenggara

(Sarwono, 2001). Jeruk nipis ditemukan di Amerika Tengah dan Amerika Selatan

(Kolumbia, Ekuador) melalui Kepulauan Pasifik dibawa bangsa Polynesia yang

berlayar sampai ke pantai barat Amerika. Semua jeruk nipis yang berkembang di

Eropa dibawa orang dari India ke Persia, Palestina, Mesir, dan Eropa oleh

bangsa Arab (18).

2.1.3 Nama Lain jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm) Swingle)

Pada daerah-daerah tertentu jeruk nipis ini dikenal dengan istilah yang

berbeda-beda anatara lain: Sumatera: kelanga; Jawa: jeruk pecel; Sunda:

jeruk nipis; Kalimantan; lemau epi; Maluku: putat ebi; Buru: a husi hisni;

Flores: mudutelang (19).

Page 26: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

11

2.1.4 Morfologi Tanaman

Jeruk nipis merupakan pohon yang bercabang banyak ; 1,5-3,5 m, puri

0,3-1,2 cm panjangnya. Tangkai daun kadang-kadang bersayap sedikit, sayap

beringgit melekuk kedalam, panjang 0,5-2,5 cm. Daun jeruk nipis bentuknya

bulat telur, memiliki tangkai daun bersayap dan ujung daun agak tumpul.

Warna daun pada permukaan bawah umumnya hijau muda, sedangkan

dibagian permukan atas berwarna hijau tua mengkilap. Bila daun digosok-

gosok dengan tangan, akan menebar aroma khas yang harum. Helaian daun

bulat telur memanjang, pangkal bulat, ujung tumpul, melekuk kedalam, tepi

beringgit, panjang 2,5-9,0 cm, bunga 1,5-2.5 cm diameternya. Daun mahkota

dari luar putih kuning. Buah bentuk bola, kuning diameternya 3,5-5,0 cm.

kulit 0,2-0,5 cm, daging buah kuning kehijauan 1-1000 cm (17).

2.1.5 Kandungan Kimia

Menurut hasil penelitian yang dilakukan (Choi et al, 2007) kulit buah

jeruk nipis mengandung naringin, hesperidin, naringenin, rutin, dan nobiletin yang

termasuk dalam flavonoid (20).

Zat aktif yang terdapat dalam kulit buah jeruk nipis yang memiliki efek

antibakteri antara lain minyak atsiri, flavonoid, tanin :

a. Minyak Atsiri

Minyak atsiri pada kulit buah jeruk nipis berwarna kuning dan berbau

menyengat. Kandungan antimikroba utama yang ditemukan dalam minyak atsiri

ialah limonen (53,53%), α-terpinol (9,41%) dan γ-terpinen (6,26%). Cyclic

terpene hydrocarbons seperti α-pinene bersama dengan β-pinene, limonen dan

Page 27: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

12

terpinolene memiliki efek toksik terhadap mikroorganisme. Minyak atsiri dari

kulit buah jeruk nipis menunjukkan aktivitas antibakteri yang potensial terhadap

bakteri Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis.

b. Flavonoid

Flavonoid yang terkandung dalam kulit citrus memiliki aktifitas biologi

dengan spektrum yang luas diantaranya antibakteri, antifungal, antidiabetic,

antikanker dan antivirus. Flavonoid berfungsi sebagai antioksidan dan membunuh

radikal bebas, mempunyai kapasitas untuk mengatur aktivitas enzimatik serta

menghambat proliferasi sel. Pada tumbuhan, flavonoid memainkan peran penting

dalam pertahanan melawan patogen-patogen seperti bakteri, jamur dan virus.

Flavonoid memiliki toksisitas yang minimal. Flavonoid dapat dengan mudah

ditemukan di buah-buahan, minuman, dan juga telah sering digunakan sebagai

obat tradisional. Banyak peneliti telah menguji aktivitas antibakteri ekstrak

tanaman yang banyak digunakan masyarakat sebagai obat tradisional secara in

vitro. Ekstrak tanaman yang kaya akan flavonoid memiliki aktivitas antibakteri.

c. Tanin

Tanin merupakan senyawa polifenol yang memiliki berat molekul yang tinggi

dan dapat mengikat protein. Mekanisme penghambatan tanin terhadap bakteri

adalah dengan cara bereaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim-enzim esensial

dan destruksi (10).

Page 28: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

13

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah teknik pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan

distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang saling bercampur. Pada umumnya

zat terlarut yang diekstrak bersifat tidak larut atau larut sedikit dalam suatu

pelarut tetapi mudah larut dengan pelarut lain. Metode ekstraksi yang tepat

ditemukan oleh tekstur kandungan air bahan-bahan yang akan diekstrak dan

senyawa-senyawa yang akan diisolasi. Ekstraksi bertujuan untuk menarik semua

zat aktif dan komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstrak adalah

sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati

atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai. Kemudian semua atau hampir

semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian

rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (21).

2.2.1 Berdasarkan Penggunaan Ekstraksi

Ekstraksi digunakan dengan dua cara yaitu ekstraksi secara dingin dan

ekstraksi secara panas.

a. Cara dingin

Metode ekstraksi secara dingin bertujuan untuk mengekstrak senyawa-

senyawa yang terdapat dalam simplisia yang tidak tahan terhadap panas atau

bersifat thermolabil. Ekstraksi secara dingin dapat dilakukan dengan beberapa

cara berikut ini:

Page 29: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

14

1. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan hanya dengan

cara merendam simplisia dalam satu campuran pelarut selama waktu

tertentu pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian zat aktif secara dingin dengan cara

mengalirkan pelarut secara kontinu pada simplisia selama waktu tertentu.

b. Cara panas

Metode panas digunakan apabila senyawa-senyawa yang terkandung dalam

simplisia sudah dipastikan tahan panas. Metode ekstraksi yang membutuhkan

panas diantaranya:

1. Seduhan

Merupakan metode ekstraksi paling sederhana hanya dengan merendam

simplisia dengan air panas selama waktu tertentu (5-10 menit)

2. Infusa

Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia

nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit.

3. Digestasi

Digestasi adalah proses ekstraksi yang cara kerjanya hampir sama dengan

maserasi, hanya saja digesti menggunakan pemanasan rendah pada suhu

30 – 40oC. Metode ini biasanya digunakan untuk simplisia yang tersari

baik pada suhu biasa.

Page 30: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

15

4. Refluks

Refluks merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didih

pelarut selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya

pendinginan balik (kondensor). Proses ini umumnya dilakukan 3 – 5 kali

pengulangan pada residu pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi

yang cukup sempurna.

5. Soxhletasi

Proses soxhletasi merupakan proses ekstraksi panas menggunakan alat

khusus berupa ekstraktor soxhlet. Suhu yang digunakan lebih rendah

dibandingkan dengan suhu pada metode refluks (22).

2.3 Bakteri Staphylococcus epidermidis

Klasifikasi Bakteri Staphylococcus epidermidis adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Bacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Bangsa : Bacillales

Suku : Staphylococcaceae

Marga : Staphylococcus

Jenis : Staphylococcus epidermidis (9).

Bakteri Staphylococcus epidermidis dapat dilihat pada Gambar 2.2

Page 31: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

16

Gambar 2.2 Bakteri Mikroskopik Staphylococcus epidermidis

2.3.1 Morfologi dan Fisiologi

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri Gram-positif,

koloni berwarna putih atau kuning, dan bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini

tidak mempunyai lapisan protein A pada dinding sel, dapat meragi laktosa, tidak

meragi manitol, dan bersifat koagulase negatif.

2.3.2 Gejala penyakit

Bakteri Staphylococcus epidermidis dapat menyebabkan infeksi kulit

ringan yang disertai dengan pembentukan abses. Bakteri Staphylococcus

epidermidis biotipe-1 dapat menyebabkan infeksi kronis pada manusia (23).

2.3.3 Mekanisme kerja antibakteri

Mekanisme kerja antibiotik berdasarkan mekanisme antibakterinya dapat

di kategorikan menjadi empat, yaitu penghambatan sintesis dinding sel,

penghambatan sintesis protein, mempengaruhi membran sel, dan mempengaruhi

biosintesis asam nukleat (24).

Page 32: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

17

2.3.4 Media pertumbuhan bakteri

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu baan yang terdiri atas

campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk

tumbuh dan berkembangbiak pada media tersebut. Mikroorganisme

memanfaatkan nutrisi pada media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit

untuk menyusun komponen selnya. Media adalah suatu bahan yang terdiri dari

campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba.

Dengan mempergunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi,

perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba (25).

Tabel 2.1. Jenis media dan fungsinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Jenis Nama Fungsi

Cair

Kaldu nutrisi (Nutrient

Broth)

Media pengayakan dan

pembiakkan

Kaldu darah Media pembiakkan dan melihat

sifat hemolysis

Air pepton (Pepton

Dilution Fluid/PDF)

Media pengayakan

Kaldu empedu Media pembiakan bakteri enteric

Gula pepton (kaldu gula)

dengan gula yang

digunakan glukosa atau

laktosa

Media untuk melihat fermentasi

gula

Semi padat 0,5% agar Untuk melihat gerak bakteri

Padat

Agar nutrisi nutrient

agar)

Untuk mempelajari koloni bakteri

Agar darah

Untuk melihat koloni bakteri dan

sifat hemolys

Agar endo

Media pembiakan bakteri enterik,

dapat digunakan untuk

membedakan bakteri peragi laktosa

dan bukan peragi laktosa

EMBA-eosin Methylene

Blue Agar

Media pembiakan bakteri enterik,

dapat digunakan untuk

membedakan bakteri peragi laktosa

dan bukan peragi laktosa

Page 33: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

18

SS Agar – Salmonella

Shigella Agar

Media pembiakan Salmonella dan

Shigella

TCBS – Thiosulphate

Citrate Bile

Media Pembiakan Vibrio

Agar darah telurit Media pembiakan

Corynebacterium diphteriae

Agar miring

Lowenstein-Jensen Media pembiakan Mycobacterium

tuberculosis

TSIA – Triple Sugar

Iron Agar

Media untuk melihat kemampuan

bakteri dalam meragi gula dan

membentuk H2S

Nutrient Agar Untuk peremajaan koloni murni

2.3.5 Pengukuran zona hambat

Aktivitas antibakteri dapat dikatakan positif apabila terbentuk zona hambat

berupa zona bening disekeliling lubang sumuran. Bagian yang dihitung dengan

jangka sorong ataupun penggaris adalah diameter dari zona hambat yang

terbentuk.

Kategori diameter zona hambat dapat dilihat pada tabel 2.3 :

Tabel 2.2 Kategori Diameter Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Daya Hambat Pertumbuhan

>20 mm Sangat kuat

10-20 mm Kuat

5-10 mm Sedang

<5 mm Lemah

Menurut (Davis dan Stout, 1971) kriteria kekuatan daya antibakteri

sebagai berikut : diameter zona hambat 5 mm atau kurang, maka aktivitas

penghambatan dikategorikan lemah, diameter zona hambat sebesar 5-10 mm

maka dikategorikan sedang, diameter zona hambat sebesar 10-20 mm

dikategorikan kuat dan jika diameter 20 mm atau lebih, maka aktivitas

penghambatan dikategorikan sangat kuat. Terbentuknya zona hambat pada uji

Page 34: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

19

aktivitas antibakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsentrasi

ekstrak, kandungan senyawa antibakteri dan jenis bakteri (26).

2.4 Kosmetik

Pada awalnya, manusia hanya mengenal kosmetik sebagai produk yang

berfungsi untuk mempercantik riasan wajah. Namun, seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan industri, ragam kosmetik terus berkembang.

Berbagai jenis kosmetik dengan fungsi dan manfaat spesifik bermunculan di

masyarakat.

Dan perkembangan ini, ditemukan bahwa fakta kosmetik saat ini tidak

hanya menjadi kebutuhan elite kaum wanita. Akan tetapi, kosmetik adalah

kebutuhan rutin semua manusia, baik wanita maupun pria yang juga tidak

mengenal batas umur. Dari bayi hingga manula disediakan jenis kosmetik khusus

untuk merawat dan menjaga kesehatan kulitnya (27).

2.4.1 Penggolongan Kosmetik

Penggolongan kosmetik antara lain menurut Peraturan Menteri Kesehatan

RI, menurut sifat modern atau tradisionalnya, dan menurut kegunaannya bagi

kulit.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi ke dalam 13

kelompok :

a. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dll.

b. Preparat utnuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dll

c. Preparat untuk mata, misalnya mascara, eye-shadow, dll.

d. Preparat wangi – wangian, misalnya parfum, toilet water, dll.

Page 35: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

20

e. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dll.

f. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dll.

g. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick, dll.

h. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washer, dll.

i. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dll.

j. Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dll.

k. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dll.

l. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dll.

m. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dll

(1).

2.4.2 Jenis Kosmetik Menurut Sifat dan Cara Pembuatannya

Berdasarkan sifat dan cara pembuatannya, kosmetik dibedakan menjadi

dua jenis, yaitu :

a. Kosmetik modern

kosmetik modern yaitu jenis kosmetik yang diramu dari bahan-bahan kimia,

lalu diolah dengan cara modern. Kosmetik yang banyak ditemui di pasaran, toko

farmasi, supermarket, dan salon-salon kecantikan saat ini adalah jenis kosmetik

modern. Diantar kosmetik yang termasuk pada jenis ini adalah kosmetik medik

(cosmedics).

b. Kosmetik tradisional

Kosmetik tradisional dibedakan lagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

Page 36: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

21

1. Murni tradisional, yaitu kosmetik yang benar-benar dibuat dari bahan

alami dan diolah menurut resep dan cara yang dikenal secara turun-

temurun. Kosmetik yang termasuk dalam jenis ini adalah mangir dan lulur.

2. Semi tradisional, kosmetik yang resepnya diambil dari resep nenek

moyang, bahan yang digunakan adalah bahan-bahan alami namun diolah

dengan cara yang lebih modern. Kosmetik tersebut dikemas secara modern

dan diberi bahan pengawet.

3. Hanya menempelkan nama yang tradisional. Sementara komponen yang

digunakan sudah tidak benar-benar tradisional lagi (27).

2.5 Kulit

Kulit manusia adalah lapisan luar dari tubuh manusia. Kulit berfungsi

melindungi tubuh dari patogen luar yang menyerang. Kulit terdiri dari jutaan sel

kulit, sel kulit manusia dapat mengalami kematian dan selanjutnya mengelupas

dan digantikan dengan sel kulit hidup yang baru tumbuh.

Sel kulit manusia yang masih hidup akan terlihat cerah sedangkan sel

kulit mati akan terlihat lebih gelap. Sel kulit mati manusia dapat dikenali secara

mudah dibawah mikroskop, akan tetapi sangat sulit untuk menghitung berapa

jumlah sel kulit mati manusia dibawah mikroskop secara manual.

Lapisan kulit manusia ada 2 yaitu lapisan epidermis yang berada diluar

dan lapisan dermis yang berada di dalam dan melekat dengan daging (6).

Page 37: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

22

2.6 Bau Badan

Bau badan yang disebabkan oleh kelenjar keringat apokrin disebut juga

apocrine bromhydrosis yang ditandai oleh bau badan yang menyengat, berasal

dari abnormalitas keringat apokrin ketiak. Keringat ini kemudian berinteraksi

dengan mikroorganisme. Mikroorganisme mengurai keringat yang diproduksi

apokrin dan merubahnya menjadi asam. Asam inilah yang kemudian menguap

dan menghasilkan bau yang tidak enak. Secara garis besar ada dua jenis asam

yang menghasilkan bau badan:

a. Asam propionat atau asam propanoat.

Asam ini menghasilkan bau mirip asam cuka dan merupakan hasil penguraian

bakteri bernama Propionibacteria yang hanya ditemui pada manusia remaja dan

dewasa.

b. Asam isovalerik.

Asam ini dihasilkan oleh bakteri yang bernama Staphylococcus epidermidis

dan menghasilkan bau seperti keju. Penyakit ini lebih disebabkan karena

perawatan/kebersihan individu yang tidak baik/bersih. Sebenarnya ketika apokrin

keluar tidak berbau, namun setelah 60 menit apokrin akan bereaksi dengan

mikroorganisme yang menyebabkan bau yang khas terutama di ketiak (9).

2.7 Kelenjar keringat

Ada dua macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil,

terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang

lebih besar, terletak lebih dalam dan secretnya lebih kental.

Page 38: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

23

a. Kelenjar keringat ekrin mengekskresikan cairan jernih, yaitu keringat yang

mengandung 95-97% air dan mengandung beberapa mineral seperti : garam,

sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolism

seluler. Kelenjar ini terdapat diseluruh bagian kulit, mulai dari telapak tangan

dan telapak kaki sampai kekulit kepala. Jumlahnya diseluruh badan sekitar 2

juta, menghasilkan sampai 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang

dewasa, bentuknya langsing, bergulung- gulung, dan salurannya bermuara

langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya (28).

b. Kelenjar keringat apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik. Ukurannya lebih

besar daripada ekrin dan pembuluh sekresinya berakhir pada folikel rambut.

Kelenjar apokrin hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, daerah anal

dan genital. Kelenjar apokrin dianggap mempunyai sifat seksual sekunder.

Meskipun telah ada sejak lahir, tetapi berkembang lambat pada masa anak-

anak, mulai berfungsi setelah meningkat remaja. Perkembangan lebih cepat

pada wanita daripada pria, dan aktivitasnya mencapai puncak jika kehidupan

seks telah matang, kemudian menurun setelah menopause (putus haid).

Kelenjar ekrin dianggap berperan secara berkesinambungan, sedangkan

kelenjar apokrin, makin lama peranannya makin lambat (11).

Page 39: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

24

2.8 Deodoran

Sediaan kosmetika deodoran adalah suatu bahan atau campuran bahan

yang dapat digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi bau badan yang

kurang enak. Pada umumnya deodoran yang sering digunakan adalah bentuk

cairan (liquid), misalnya bentuk roll on. Deodoran umumnya mengandung zat

aktif antibakteri yang dapat berasal dari alam maupun bahan sintesis (29).

Banyak cara dilakukan untuk menghilangkan bau badan. Salah satu cara

yang banyak dipakai saat ini yaitu dengan menggunakan deodoran. Deodoran

bekerja dengan cara mengurangi pertumbuhan bakteri penyebab bau badan

sehingga deodoran dapat mengurangi bau badan. Bentuk deodoran antara lain

cairan (liqiuid), aerosol, gel, bedak dan stik tetapi umumnya yang sering

digunakan adalah bentuk cairan (liquid). Bentuk cairan disebut juga dengan

deodoran tipe roll on. Keunggulan deodoran bentuk roll on yaitu mengandung

sejumlah besar alkohol sehingga memberikan sensasi menyejukkan pada kulit

(30).

2.8.1 Jenis-Jenis Deodoran

Secara garis besar, ada beberapa jenis deodorant, yaitu :

a. Deodoran powder

Bahan bahan yang digunakan adalah asam boraks, senyawa seng, astringent,

antiseptik. Kegunaannya adalah untuk menghilangkan bau badan dan tanpa

mengurangi keringat.

Page 40: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

25

b. Deodoran krim

Bahan bahan yang digunakan asdalah spermaceti, adepslanae, asam stearat,

paraffin, gliserin amoniak 10%, astringent, parfum dan aquadest. Kegunaanya

adalah untuk menghilangkan bau badan tanpa menghentikan keringat.

c. Deodoran stick

Bahan bahan yang digunakan adalah lilin (wax) seng sulfokarbolat.

Kegunaannya adalah untuk menghilangkanbau badan tanpa menghentikan

keringat.

d. Deodoran solution

Bahan bahan yang digunakan adalah antiseptic, astribgen, alcohol, gliserin,

aquadest. Kegunaanya adalah untuk menghilangkan bau badan sebelum dipakai,

kulit harus kering mudah merusak pakaian karena keasaman dari aluminiumm

klorida (31).

Page 41: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental laboratorium.

Penelitian in meliputi pembuatan sediaan deodoran roll on, menggunakan ekstrak

etanol kulit buah jeruk nipis dengan konsentrasi 10%, 15%, 20%. Evaluasi

terhadap mutu fisik sediaan seperti uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji

iritasi, dan uji aktivitas daya hambat bakteri.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2019

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kosmetologi farmasi Institut

Kesehatan Helvetia Medan., dan Laboratorium Mikrobiologi Farmasi Universitas

Sumatera Utara.,

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah Tanaman buah jeruk nipis (Citrus

aurantifolia (Christm) swingle).

Page 42: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

27

3.3.2 Sampel

Pada penelitian ini¸ sampel yang digunakan yaitu kulit buah jeruk nipis

(Citrus aurantifolia (Christm) swingle) yang diperoleh dari Pajak Sei Sikambing

Medan.

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : Alat-alat gelas

laboratorium, Lemari pengering, timbangan digital, rotary evaporator, inkubator,

botol marerasi, jarum ose, cawan petri, autoklaf, botol deodoran roll on, pH

meter, pipet tetes, kertas cakram.

3.4.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah : kulit buah jeruk nipis, bakteri

staphylococcus epidermidis, nutrient agar, aluminium sulfat, HPMC (Hidroxy

Propyl Methyl Cellulose) etanol 96%, etanol 70%, BHT (Butil hidroksi toluena),

propilenglikol, air suling.

3.5 Penyiapan sampel penelitian

3.5.1 Cara Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan adalah kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia

(Christm) swingle) yang diperoleh dari pajak sei sikambing Medan, kemudian

dibersihkan, dikupas kulitnya sehingga yang tersisa kulit jeruk nipis (Citrus

aurantifolia (Christm) swingle).

Page 43: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

28

3.5.2 Cara Pengolahan Sampel

Sampel buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebanyak 20kg berwarna

hijau tua dicuci bersih dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang

menempel, kemudian dikupas lalu dipisahkan kulit dan dirajang kecil-kecil.

Setelah itu dikeringkan dengan menggunakan lemari pengering 4-5 hari sampai

kering. Tujuannya adalah simplisia tidak mudah rusak dan tidak terjadi kerusakan

dekomposisi kandungan senyawa dalam tanaman kulit buah jeruk nipis (Citrus

aurantifolia).

3.5.3 Ekstraksi Sampel

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu maserasi,

Metode maserasi digunakan karena kulit buah jeruk nipis mengandung senyawa

yang tidak tahan terhadap panas, yaitu flavonoid. Diambil simplisia lalu

ditimbang sebanyak 1000 gr kemudian dimasukkan dalam wadah maserasi.

Kemudian dituangi pelarut etanol 70% sebanyak 7,5 liter, ditutup dan dibiarkan

selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Kemudian

disaring menggunakan kertas saring dan filtratnya disimpan. Selanjutnya residu

diremaserasi kembali selama 2 hari, ditambahkan pelarut etanol 70% sebanyak 2,5

liter hingga simplisia terendam seluruhnya kemudian diaduk. Wadah maserasi

ditutup dan didiamkan. Proses ekstraksi terus berlanjut hingga diperoleh filtrat

yang jernih, kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator hingga didapatkan

ekstrak yang kental (10).

Page 44: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

29

3.6 Uji daya bakteri

3.6.1 Pembuatan media nutrient agar

Menimbang serbuk nutrient agar 10 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer

1L kemudian ditambahkan aquadest sebanyak 500ml, aduk dan dipanaskan

hingga mendidih selama 10-15 menit diatas hotplate sampai terbentuk larutan

sempurna, kemudian disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15

menit lalu tuang kedalam tabung miring.

3.6.2 Formulasi Sediaan Deodoran Ekstrak Kulit Jeruk Nipis yang

dimodifikasi

Deodorant roll on dibuat dengan 4 formula dimana formula 1 adalah

formula tanpa penambahan ekstrak kulit jeruk nipis, sedangkan formula 2, 3, dan

4 menggunakan ekstrak dengan konsentrasi yang berbeda.

Tabel 3.1. Formulasi Sediaan Deodoran

Bahan

Formula %

F0 F1 F2 F3

Ekstrak kulit jeruk nipis - 10% 15% 20%

Aluminium sulfat 2 2 2 2

HPMC 1 1 1 1

Propilenglikol 7 7 7 7

BHT (Butil Hidroksi Toluena) 0,1 0,1 0,1 0,1

Etanol 96% 30 30 30 30

Air suling ad 100 100 100 100

3.7 Prosedur Kerja

Deodoran roll on dibuat dengan cara melarutkan komponen yang larut

dalam alkohol dan komponen yang larut dalam air.

a. Siapkan alat dan bahan.

b. Timbang bahan-bahan yang diperlukan.

c. Dikembangkan HPMC dalam air dan didiamkan selama 24 jam.

Page 45: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

30

d. Dimasukkan aluminium sulfat kedalam beaker glass, dilarutkan dalam air

secukupnya, aduk hingga larut. Kemudian ditambahkan propilenglikol

aduk hingga larut.

e. Dicampurkan ekstrak kulit jeruk nipis dan BHT dalam beaker glass, aduk

hingga homogen. Campuran tersebut dilarutkan dengan etanol 96%

campur hingga homogen.

f. HPMC yang telah terbentuk ditambahkan aluminium sulfat yang telah

dilarutkan, dicampur hingga homogen.

g. Tambahkan campuran ekstrak kulit jeruk nipis yang telah dilarutkan

dengan etanol, digerus hingga homogen.

h. Dimasukkan kedalam wadah

i. Lakukan evaluasi terhadap sediaan deodoran roll on

3.8 Evaluasi sediaan deodorant roll on

3.8.1 Pemeriksaan organoleptis

Pemeriksaan organoleptis meliputi :

a. Warna

Pengamatan mata dilakukan secara visual dengan mata biasa terhadap

sediaan.

b. Bau

Bau di uji dengan cara mencium bau dari sediaan yang dihasilkan.

3.8.2 Homogenitas

Sejumlah tertentu sediaan jika di oleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

yang tidak terlihat adanya butiran kasar.

Page 46: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

31

3.8.3 Uji pH

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar

standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (4,01) hingga alat

menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling,

lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu

ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian

elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga

pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan

(32).

3.8.4 Uji iritasi terhadap sukarelawan

Metode yang digunakan pada uji iritasi adalah uji pakai (usage test),

dengan cara dioleskan sediaan dibagian belakang telinga sukarelawan kemudian

dibiarkan selama 24 jam dan diamati reaksi yang terjadi. Reaksi iritasi ditandai

oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit sukarelawan

dibagian belakang telinga yang diberi perlakukan (29). Berikut ini interpretasi

hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Uji Iiritasi

Reaksi Hasil

Tidak timbul reaksi (-)

Kulit memerah (+)

Kulit memerah dan gatal (++)

Kulit membengkak (+++)

3.8.5 Uji aktivitas antibakteri metode cakram kertas

Pada cakram kertas digunakan suatu kertas cakram saring (paper disc)

yang berfungsi sebagai tempat menampung zat antimikroba. Kertas saring yang

mengandung zat antimikroba tersebut diletakkan pada lempeng agar yang telah

Page 47: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

32

diinokulasi dengan mikroba uji kemudian diinkubasi pada waktu dan suhu

tertentu, sesuai dengan kondisi optimum dari mikroba uji yaitu pada suhu 37˚C

selama 18-24 jam. Dilihat dan diamati zona hambat oleh bakteri dan diukur

menggunakan jangka sorong (33).

3.9 Analisis Data

Analisis data aktivitas antibakteri dilakukan dengan mengukur diameter

zona hambat menggunakan jangka sorong pada masing-masing konsentrasi.

Kemudian dilakukan analisis statistik menggunakan Analysis of Variance

(ANOVA) satu arah dan uji Tukey menggunakan program SPSS.

Page 48: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Determinasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tanaman jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.)

swingle yang telah dilakukan di Laboratorium Herbarium Tumbuhan di Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.

Diperoleh hasil identifikasi bahwa jeruk nipis yang digunakan dalam penelitian ini

berasal dari tanaman jeruk nipis dengan famili Rutaceae dengan spesies (Citrus

aurantifolia (Christm.)

4.1.2 Hasil Ekstraksi Simplisia Jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.)

Swingle

Sebanyak 20 kg jeruk nipis setelah dibersihkan dan dikupas kulitnya

diperoleh sortasi basah 4,5 kg setelah dilakukan pengeringan selama 2 hari

diperoleh sortasi kering 1 kg kemudia dimaserasi menggunaakan pelarut etanol

70% selama 5 hari dan remaserasi selama 2 hari. Kemudian dipekatkan

menggunakan rotary evaporator dan diperoleh ekstrak kental 165,57 g.

4.1.3 Hasil Pemeriksaan organoleptik Deodoran Roll on

Pengamatan evaluasi sediaan terhadap suatu sediaan merupakan penilaian

dengan menggunakan alat indra yaitu indra penglihatan, indra perasa ataupun

indra pembau. Hasil uji organoleptis sediaan deodoran roll on dapat dilihat pada

tabel 4.1.

Page 49: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

34

Tabel 4.1. Hasil Uji Organoleptik Sediaan Deodoran Roll on Pada Suhu Kamar

(28°C-30°C)

Waktu

(Minggu)

Formula

F0 F1 F2 F3 Warna Bau Warna Bau Warna Bau Warna Bau

0 + + ++ + ++ + ++ +

1 + + ++ + ++ + ++ +

2 + + ++ + ++ + ++ +

3 + + ++ + ++ + ++ +

4 + + ++ + ++ + ++ +

Keterangan :

F0 : Blanko (tanpa ekstrak kulit jeruk nipis)

F1 : Sediaan deodoran Roll on konsentrasi 10%

F2 : Sediaan deodoran Roll on konsentrasi 15%

F3 : Sediaan deodoran Roll on konsentrasi 20%

Warna

(-) : Tidak berwarna

(+) : Putih

(++) : Hitam kecoklatan

Bau

(+) : Green tea

Pada penentuan ini, warna dari setiap formula sediaan yang disimpan dari

minggu 0 sampai minggu ke 4 relatif stabil, tidak terjadi perubahan warna pada

masing-masing formula. Dimana formula 0 (blanko) berwarna putih, Sedangkan

F1, F2 dan F3 berwarna hitam kecoklatan. Warna hitam kecoklatan pada F1, F2

dan F3 karena mengandung ekstrak kulit jeruk nipis.

Selain parameter warna, parameter lain adalah bau. Setelah penyimpanan

sediaan dari minggu 0 sampai minggu ke 4 tidak terjadi perubahan bau (Green

tea) pada sediaan deodoran roll on (29).

4.1.4 Homogenitas

Hasil pemeriksaan homogenitas sediaan deodoran Roll on dapat dilihat

pada tabel 4.2

Page 50: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

35

Tabel 4.2 Pemeriksaan Homogenitas

Waktu

penyimpanan

(Minggu ke-)

Formula

F0 F1 F2 F3

0 Homogen Homogen Homogen Homogen

1 Homogen Homogen Homogen Homogen

2 Homogen Homogen Homogen Homogen

3 Homogen Homogen Homogen Homogen

4 Homogen Homogen Homogen Homogen

Keterangan :

F0 : Blanko (tanpa ekstrak kulit jeruk nipis)

F1 : Sediaan deodoran Roll on konsentrasi 10%

F2 : Sediaan deodoran Roll on konsentrasi 15%

F3 : Sediaan deodoran Roll on konsentrasi20%

Hasil pemeriksaan homogenitas sediaan baik F0, F1, F2 dan F3 mulai dari

minggu awal terbentuknya sediaan hingga selama masa penyimpanan sampa

minggu ke-4 yang disimpan pada suhu kamar (28°C-30°C) adalah homogen tetap

stabil, tidak terjadi pemisahan antara komponen pada sediaan.

Berdasarkan Tabel 4.2 hasil uji homogenitas dari sediaan tersebut

homogen dan tidak adanya butiran kasar. Pengujian homogenitas ini dilakukan

untuk melihat apakah bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sudah

tercampur atau belum secara merata. Hal ini sesuai dengan parameter uji

homogenitas dimana sediaan gel yang ingin di uji, dioleskan pada sekeping kaca

atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang

homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (29).

4.1.5 Uji pH Sediaan deodoran Roll on

Hasil uji pH Sediaan deodoran Roll on dapat dilihat pada tabel 4.3

Page 51: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

36

Tabel 4.3 Hasil pH Sediaan Deodoran Roll on

Waktu

Penyimpanan

(Bulan)

pH Rata-Rata Selama 4 Minggu

F0 F1 F2 F3

0 6,9 4,3 4,4 4,5

1 6,8 4,2 4,4 4,5

2 6,8 4,1 4,3 4,4

3 6,8 4,1 4,1 4,2

4 6,7 4,1 4,0 4,1

Keterangan :

F0 : Blanko (tanpa ekstrak kulit jeruk nipis)

F1 : Sediaan deodoran Roll on konsentrasi 10%

F2 : Sediaan deodoran Roll on konsentrasi 15%

F3 : Sediaan deodoran Roll on konsentrasi20%

Hasil pemeriksaan pH sediaan deodora roll on menunjukkan bahwa pH

pada keempat formula berbeda beda. Dimana formula 1,2 dan 3 yang

ditambahkan ekstrak etanol kulit jeruk nipis memiliki pH yang lebih rendah .

selama masa penyimpanan 4 minggu pH sediaan setelah diamati berkisar antara

4,1-6,9 yang berarti bahwa pH sediaan deodoran roll on ekstrak kulit jeruk nipis

masih berada pada kisaran pH kulit ketiak yaitu 4,0-6,9 (29).

4.1.6 Uji Iritasi

Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Hasil Uji Iritasi Sediaan Deodoran Roll on Pada Kulit

Formula

Parameter

Kulit memerah Kulit memerah

dan gatal Kulit bengkak

F0 - - -

F1 - - -

F2 - - -

F3 - - -

Keterangan :

F0 : Blanko (tanpa ekstrak kulit jeruk nipis)

F1 : Sediaan deodoran Roll on konsentrasi 10%

F2 : Sediaan deodoran Roll on konsentrasi 15%

F3 : Sediaan deodoran Roll on konsentrasi 20%

Page 52: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

37

(-) : Tidak timbul reaksi

(+) : Kulit memerah

(++) : Kulit memerah dan gatal

(+++) : Kulit membengkak

Hasil uji iritasi dari 12 orang panelis atau sukarelawan yang berumur 20-

25 tahun yang dioleskan pada bagian belakang telinga menggunakan cotton buds,

kemudian dibiarkan selama 24 jam, menunjukkan bahwa tidak ada pernyataan

keluhan efek samping maupun reaksi iritasi (alergi) pada kulit setelah penggunaan

deodoran roll on yang diberikan pada panelis atau sukarelawan.

Berdasarkan tabel 4.4. dapat diketahui bahwa hasil uji iritasi sediaan

deodoran roll on pada F0, F1, F2 dan F3 tidak ditemukan adanya iritasi terhadap

sukarelawan. Pengujian iritasi sediaan memiliki tujuan untuk mengetahui apakah

penggunaan peka terhadap sediaan ini atau tidak dan untuk melihat keamanan

sediaan terhadap kulit ketika sediaan diaplikasikan pada kulit, dimana reaksi

iritasi ditandai dengan adanya kemerahan, gatal-gatal, dan bengkak pada kulit

(30).

4.1.5. Hasil Zona Hambat Bakteri

Tabel 4.5. Hasil Zona Hambat Bakteri

Formula

Diameter Rata-rata

(mm) Kategori U1

(mm)

U2

(mm)

U3

(mm)

F0 0,00 0,00 0,00 0,00 Tidak ada

F1 7,50 7,20 9,50 8,06 Sedang

F2 8,90 8,60 9,70 9,06 Sedang

F3 11,90 10,10 10,80 10,93 Kuat

K+ 6,00 6,00 6,00 6,00 Tidak ada

Keterangan :

F0 : Blanko (tanpa ekstrak kulit jeruk nipis)

F1 : Sediaan deodoran Roll on konsentrasi 10%

F2 : Sediaan deodoran Roll on konsentrasi 15%

F3 : Sediaan deodoran Roll on konsentrasi 20%

K+ : Rexona

Page 53: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

38

0

2

4

6

8

10

12

U1 U2 U3 Rata-rata

10%

15%

20%

K+

K-

Gambar 4.1. Diagram Zona Hambat Bakteri

Be4rdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa daya hambat ekstrak etanol

kulit jeruk nipis mengalami perubahan daya hambat pada F1, F2 dan F3 yang

mengandung ekstrak etanol kulit jeruk nipis. Pada formula 0 (Blanko) tidak ada

daya hambat disebabkan karena tidak adanya kandungan ekstrak etanol kulit jeruk

nipis dan formula 0 hanya dijadikan sebagai pembanding. Sedangkan kontrol

positif yang dibeli dipasaran juga menunjukkan adanya hambat daya pada bakteri

Staphylococcus epidermidis (29).

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak kulit jeruk nipis memiliki

efektifitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis yang

merupakan bakteri penyebab bau badan. Zat aktif yang terdapat dalam kulit buah

jeruk nipis yang memiliki efek antibakteri antara lain minyak atsiri, flavonoid,

tanin dan coumarin. Flavonoid diduga memiliki efektifitas antibakteri dikarenakan

dapat merusak membran sel oleh karena sifatnya yang lipofilik. Tanin memiliki

mekanisme penghambatan terhadap bakteri dengan cara bereaksi dengan

membran sel, inaktivasi enzim-enzim esensial dan destruksi atau inaktivasi fungsi

material genetik (10).

Page 54: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

39

Daya hambat yang terbentuk pada penelitian dapat terlihat dari zona

bening yang terbentuk pada media nutrient agar disekitar kertas cakram. Davis

dan Stout menyatakan bahwa zona hambat dengan ukuran kurang dari 5 mm yang

terbentuk pada uji difusi agar menunjukkan daya hambat yang dikategorikan

lemah sedangkan zona hambat berukuran 5-10 mm dikategorikan sedang, 10-19

mm dikategorikan kuat dan 20 mm atau lebih dikategorikan sangat

kuat.Berdasarkan kategori tersebut, ekstrak jeruk nipis dengan konsentrasi 20%

yang memiliki daya hambat yang kuat (10).

4.1.6. Uji Anova

Berikut hasil posthoc test anova dapat dilihat pada tabel 4.6.

ANOVA

Zona Hambat Bakteri

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 212.117 4 53.029 97.840 .000

Within Groups 5.420 10 .542

Total 217.537 14

Keterangan : P sig > 0,05 = Tidak signifikan

P sig < 0,05 = Signifikan

Berdasarkan dari hasil uji anova, sediaan deodoran roll on ekstrak etanol

kulit jeruk nipis diperoleh bahwa Fhitung yaitu 97.840 >Ftabel yaitu 3.48. dari tabel

anova tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada

perlakuan uji antibvakteri sediaan deodoran roll on.

Page 55: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

40

4.1.7. Uji Posthoc Tests

Berikut hasil posthoc test anova dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.6. Posthoc test anova

Zona Hambat Bakteri

Tukey HSD

(I)

Formula Deodoran

(J)

Formula Deodoran

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

F0 F1 -8.06667* .60111 .000 -10.0450 -6.0884

F2 -9.06667* .60111 .000 -11.0450 -7.0884

F3 -10.93333* .60111 .000 -12.9116 -8.9550

K+ -6.00000* .60111 .000 -7.9783 -4.0217

F1 F0 8.06667* .60111 .000 6.0884 10.0450

F2 -1.00000 .60111 .494 -2.9783 .9783

F3 -2.86667* .60111 .005 -4.8450 -.8884

K+ 2.06667* .60111 .040 .0884 4.0450

F2 F0 9.06667* .60111 .000 7.0884 11.0450

F1 1.00000 .60111 .494 -.9783 2.9783

F3 -1.86667 .60111 .067 -3.8450 .1116

K+ 3.06667* .60111 .003 1.0884 5.0450

F3 F0 10.93333* .60111 .000 8.9550 12.9116

F1 2.86667* .60111 .005 .8884 4.8450

F2 1.86667 .60111 .067 -.1116 3.8450

K+ 4.93333* .60111 .000 2.9550 6.9116

K+ F0 6.00000* .60111 .000 4.0217 7.9783

F1 -2.06667* .60111 .040 -4.0450 -.0884

F2 -3.06667* .60111 .003 -5.0450 -1.0884

F3 -4.93333* .60111 .000 -6.9116 -2.9550

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keterangan :

F0 : Blanko (tanpa ekstrak kulit jeruk nipis)

F1 : Sediaan deodoran Roll on konsentrasi 10%

F2 : Sediaan deodoran Roll on konsentrasi 15%

F3 : Sediaan deodoran Roll on konsentrasi 20%

K+ : Rexona

Berdasarkan hasil uji posthoc pada tabel menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan signifikan pada tiap perlakuan. Dari hasil uji menunjukkan bahwa F0

(Blanko) Memiliki perbedaan yang signifikan terhadap F1, F2, F3 dan Kontrol

Page 56: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

41

positif (Rexona). F1 meiliki perbedaan signifikan pada F0, F3, dan K+, tetapi F1

tidak signifikan pada F2 karena nilai signifikannya lebih besar dari pada 0,05..

Pada F2 memiliki perbedaan yang signifikan terhadap F0, F3 dan K+ tetapi F2

tidak signifikan pada F1. F3 memiliki perbedaan yang signifakan terhadap F0, F1,

dan kontrol positif tetapi tidak signifikan terhadap F2. Dan K+ signifikan terhadap

F0, F1, F2 dan F3.

Page 57: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa :

1. Ekstrak etanol kulit jeruk nipis dapat diformulasikan menjadi sediaan

deodorant roll on.

2. Ekstrak etanol kulit jeruk nipis memiliki daya hambat antibakteri pada

setiap formula yang mengandung ekstrak etanol kulit jeruk nipis dan

memiliki daya hambat bakteri dengan kategori kuat pada konsentrasi 20%

dengan rata-rata 10.93 mm.

5.2 Saran

Perlu dilakukan metode ekstraksi lain pada kulit jeruk nipis untuk

menghasilkan sedian deodoran roll on dengan tampilan warna visual yang lebih

menarik.

Page 58: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

43

DAFTAR PUSTAKA

1. Dr. Retno Iswari Tranggono S, Dra. Fatma Latifah A. Buku Pegangan Ilmu

Pengetahuan KOSMETIK. Joshita Djajadisastra, Pharm., MS, Ph D, editor.

Gramedia Pustaka Utama; 6,7, 8.

2. Maryani SF. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Perempuan

Indonesia Menggunakan Metode Promethee. :97–126.

3. Panaungi AN. Uji Daya Hambat Sediaan Deodorant Cair Terhadap

Candida Albicans. 2013;3:55–7.

4. Imron SSH, Soebagio B, Agustri B. Formulasi Deodoran Bentuk Batang (

Stick ) Dengan Lendir Daun Lidah Buaya ( Aloe vera Linn .). 2009;21–32.

5. Septian R. Gambaran Penyakit Kulit di Bangsal Rawat Inap RSUP Haji

Adam Malik Medan pada Tahun 2016. Universitas Sumatera Utara; 2017.

6. Fauzi AR, Nurmalina A. Merawat Kulit & Wajah. PT Gramedia Jakarta; 1-

2 p.

7. Rahmayuni F. Kontribusi performance , switching cost , trust in brand

terhadap kepuasan pelanggan serta dampaknya pada loyalitas pelanggan (

studi kasus pada pengguna produk deodorant rexona di daerah di daerah

ciputat ). Universitas Islam Negeri; 2010.

8. Khasanah RA, Budiyanto E, Widiani N. Pemanfaatan Ekstrak Sereh

(Chymbopogon Nardus L.) Sebagai Alternatif Anti Bakteri Staphylococcus

Epidermidis Pada Deodoran Parfume Spray. 2013;1–9.

9. Jahari F. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Mangkokan

(Nothopanax scutellarium Merr.) Terhadap Bakteri Penyebab Bau Badan

Dengan Metode Difusi Agar. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar;

2013.

10. Pasaribu F. Uji Efektifitas Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia

(Chrism.) Swingle) Terhadap Beberapa Bakteri Patogen Periodontal Secara

In Vitro. Universitas Sumatera Utara; 2017.

11. Lase BDJ. Formulasi Sediaan Deodoran Antiperspiran Bentuk Batang

(Stick) dengan Aluminium Kalium Sulfat (Tawas). Universitas Sumatera

Utara; 2015.

12. Nurisyah H. Analisis Kadar Cemaran Merkuri (Hg) Pada Deodoran

Pemutih Secara Spektrofotometri Serapan Atom. 2017;XIII(2):29–33.

13. Sitompul MO. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Nilam ( Pogostemon

Cablin Benth.) Dalam Sediaan Deodoran Cair. Universitas Atma Jaya

Yogyakarta Fakultas Teknobiologi Program Studi Biologi; 2015.

14. Razak A, Aziz Djamal, Gusti Revilla. Penelitian Uji Daya Hambat Air

Perasan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia s.) Terhadap Pertumbuhan

Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro. J Kesehat Andalas

[Internet]. 2013;2(1):5–8. Available from: http://jurnal.fk.unand.ac.id

15. A AS, H FA, Kumoro C. Potensi Jus Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia)

Sebagai Bahan Pengkelat Dalam Proses Pemurnian Minyak Nilam

(Patchouli Oil) Dengan Metode Kompleksometri. 2013;2(2):257–61.

Page 59: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

44

16. U ZA, Purwanti N, Wahyudi A, Dokter P, Fakultas G, Gigi K, et al.

Pengaruh Ekstrak Kulit Jeruk Nipis ( Citrus Aurantifolia Swingle )

Konsentrasi 10 % Terhadap Aktivitas Enzim Glukosiltransferase

Streptococcus mutans. 2013;20(2):126–31.

17. Triayu SI 2009. Formulasi Krim Obat Jerawat Minyak Atsiri Daun Jeruk

Nipis (Citrus Aurantifolia, Swingle) Dan Uji Daya Antibakteri Secara In

Vitro. Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2009.

18. MUKHITASARI DA. Uji Aktivitas Antibakteri Perasan Jeruk Nipis

(Citrus Aurantifolia, Swingle) Terhadap Pertumbuhan Shigella Dysenteriae

Secara In Vitro. Universitas Jember; 2012.

19. Pradani NR. Uji Aktivitas Antibakteri Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus

Aurantifolia, Swingle) Terhdap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus

Aureus Secara - In Vitro. Universitas Jember; 2012.

20. Kurnia A. Khasiat Ajaib Jeruk Nipis Dari A-Z Kesehatan & Kecantikan. I.

MAYA, editor.

21. Inayatullah S. Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap

Pertumbuhan Bakteri Staphyloccus Epidermidis. Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta; 2012.

22. prof. Dr. Endang MS A. Analisis Fitokimia. Theresia Veronica Dwinita

Hadinata, S.farm., Apt. & Amalia Hani, S.Farm. A, editor. Penerbit Buku

Kedokteran;

23. Dr. Maksum Radji MB. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa

Farmasi & Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran;

24. Maftuhah A. Pengaruh Infusa Daun Beluntas (Pluchea Indica) Terhadap

Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Epidermidis. Universitas Negeri

Semarang; 2015.

25. Rr. Meganada Hiaranya Putri MK, Sukini, S.SiT MK, yodong, S.st. MK.

Mikrobiologi. Tahun 2017. 2017. 33 p.

26. Wulandari shinta aprilia rizky. Formulasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri

Staphylococcus epidermidis Sediaan Mikroemulsi Ekstrak Daun Kesren

(Muntingia calabura Linn.) Dengan Fase Minyak Isopropil Mirystate. Vol.

6. universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang; 2017.

27. Muliyawan D, Suriana N. A-Z Tentang Kosmetik.

28. Silaban EN. Formulasi Sediaan Deodoran Spray Dari Ekstrak Daun

Kemangi (Ocium Sanctum). Institut Kesehatan Helvetia Medan;

29. Rizqiyana N, Komala O, W ike yulia. Formulasi Deodoran Roll On

Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea Indica L.) Sebagai Antibakteri Terhadap

Staphylococcus Epidermidis.

30. Zahara I. Formulasi Sediaan Deodoran Roll On Dengan Minyak Sirih

(Piper Betle Linn.) Linn.) Sebagai Antiseptik. Farmagazine. 2018;V(1):17–

30.

31. Manurung L. Formulasi Deodorant Bentuk Batang (Stick) Dari Lendir

Lidah Buaya (Aloe Vera L.) Dan Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L.).

Institut Kesehatan Helvetia Medan;

32. Leny, Vivi Eulis Diana EF. Penuntun Praktikum Kosmetologi. Ella

Fransiska, S.Farm., M.Si. A, editor. Medan; 2017. hal 23.

Page 60: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

45

33. Kuit KL. Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Limau Kulit ( Cytrus

hystrix DC ) Terhadap Beberapa Bakteri ( The effectiveness of antibacterial

the citrus lime peel extract ( Citrus hystrix DC ) of some bacteria ).

2018;2(1):136–41.

Page 61: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

46

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi penelitian

Kulit Jeruk nipis

Maserasi Jeruk Nipis

Page 62: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

47

Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian (Lanjutan)

Rotary Evaporator

Ekstrak kental

Page 63: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

48

Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian (Lanjutan)

Sediaan Deodoran Roll on

Page 64: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

49

Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian (Lanjutan)

Pembanding Rexona Antibakterial

Page 65: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

50

Lampiran 2. Uji Homogenitas

Page 66: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

51

Lampiran 3. Uji pH sediaan deodoran roll on

Minggu pertama

Page 67: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

52

Lampiran 3 uji pH sediaan roll on (Lanjutan)

Minggu keempat

Page 68: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

53

Lampiran 4. Uji iritasi sukarelawan

Kulit memerah

Page 69: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

54

Lampiran 4 uji iritasi (Lanjutan)

Kulit memerah dan gatal

Page 70: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

55

lampiran 4 uji iritasi (Lanjutan)

Kulit membengkak

Page 71: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

56

Lampiran 5. Uji daya hambat bakteri

Pengukuran zona hambat Blanko, Pemanding Rexona dan konsentrasi 10

% UI, U2, U3

Page 72: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

57

Lampiran 5 pengukuran zona hambat bakteri (Lanjutan)

Pengukuran zona hambat bakteri konsentrasi 15%

Page 73: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

58

Lampiran 5 pengukuran zona hambat bakteri (Lanjutan)

Pengukuran zona hambat konsentrasi 20%

Page 74: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

59

Lampiran 6 Hasil Uji One way Anova

ANOVA

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Zona Hambat Bakteri

N 15

Normal Parametersa,,b

Mean 6.8133

Std. Deviation 3.94188

Most Extreme Differences Absolute .218

Positive .158

Negative -.218

Kolmogorov-Smirnov Z .845

Asymp. Sig. (2-tailed) .472

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Oneway

Descriptives

Zona Hambat Bakteri

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

F0 3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

F1 3 8.0667 1.25033 .72188 4.9607 11.1727 7.20 9.50

F2 3 9.0667 .56862 .32830 7.6541 10.4792 8.60 9.70

F3 3 10.9333 .90738 .52387 8.6793 13.1874 10.10 11.90

K+ 3 6.0000 .00000 .00000 6.0000 6.0000 6.00 6.00

Total 15 6.8133 3.94188 1.01779 4.6304 8.9963 .00 11.90

Test of Homogeneity of Variances

Zona Hambat Bakteri

Levene Statistic df1 df2 Sig.

5.740 4 10 .012

Page 75: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

60

Lampiran 6 Hasil Uji One way Anova (Lanjutan)

ANOVA

Zona Hambat Bakteri

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 212.117 4 53.029 97.840 .000

Within Groups 5.420 10 .542

Total 217.537 14

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Zona Hambat Bakteri Tukey HSD

(I) Formula Deodoran

(J) Formula Deodoran

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

F0 F1 -8.06667* .60111 .000 -10.0450 -6.0884

F2 -9.06667* .60111 .000 -11.0450 -7.0884

F3 -10.93333* .60111 .000 -12.9116 -8.9550

K+ -6.00000* .60111 .000 -7.9783 -4.0217

F1 F0 8.06667* .60111 .000 6.0884 10.0450

F2 -1.00000 .60111 .494 -2.9783 .9783

F3 -2.86667* .60111 .005 -4.8450 -.8884

K+ 2.06667* .60111 .040 .0884 4.0450

F2 F0 9.06667* .60111 .000 7.0884 11.0450

F1 1.00000 .60111 .494 -.9783 2.9783

F3 -1.86667 .60111 .067 -3.8450 .1116

K+ 3.06667* .60111 .003 1.0884 5.0450

F3 F0 10.93333* .60111 .000 8.9550 12.9116

F1 2.86667* .60111 .005 .8884 4.8450

F2 1.86667 .60111 .067 -.1116 3.8450

K+ 4.93333* .60111 .000 2.9550 6.9116

K+ F0 6.00000* .60111 .000 4.0217 7.9783

F1 -2.06667* .60111 .040 -4.0450 -.0884

F2 -3.06667* .60111 .003 -5.0450 -1.0884

F3 -4.93333* .60111 .000 -6.9116 -2.9550

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 76: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

61

Lampiran 6 Hasil Uji One way Anova (Lanjutan)

Homogeneous Subsets

Zona Hambat Bakteri

Tukey HSDa

Formula

Deodora

n N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

F0 3 .0000

K+ 3 6.0000

F1 3 8.0667

F2 3 9.0667 9.0667

F3 3 10.9333

Sig. 1.000 1.000 .494 .067

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

NPar Tests Kruskal-Wallis Test

Ranks

Formula Deodoran N Mean Rank

Zona Hambat Bakteri F0 3 2.00

F1 3 8.67

F2 3 10.33

F3 3 14.00

K+ 3 5.00

Total 15

Test Statisticsa,b

Zona Hambat Bakteri

Chi-Square 13.222

df 4

Asymp. Sig. .010

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Formula Deodoran

Page 77: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

62

Lampiran 7. Lembar Permohonan Pengajuan Judul Skripsi

Page 78: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

63

Lampiran 8. Lembar Konsul Skripsi Pembimbing I

Page 79: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

64

Lampiran 9. Lembar Konsul Skripsi Pembimbing II

Page 80: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

65

Lampiran 10. Lembar hasil determinasi

Page 81: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

66

Lampiran 11. Lembar Izin Pemakaian Laboratorium Mikrobilogi Farmasi

USU

Page 82: FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK …

67

Lampiran 12. Lembar Selesai Penelitian Institut Kesehatan Helvetia