format laporan tekbud (1)

45
LAPORAN PRAKTIKUM AGH 241 TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN BEBERAPA ASPEK TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN Oleh: KELOMPOK 3 1 . Lulu Farohat A24120115 2 . Yusmadi A24130004 3 . Andripa A24130074 4 . Octafiani Septianti A24130142 5 . Rivai Dalimunthe A24130143

Upload: rivai-dalimunthe

Post on 17-Sep-2015

306 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

fdgdr

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM AGH 241 TEKNIK BUDIDAYA TANAMANBEBERAPA ASPEK TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN

Oleh:KELOMPOK 31.Lulu Farohat A24120115

2.YusmadiA24130004

3.Andripa A24130074

4.Octafiani SeptiantiA24130142

5.Rivai DalimuntheA24130143

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURAFAKULTAS PERTANIANINSTITUT PERTANIAN BOGOR2015KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Teknik Budidaya Tanaman ini. Laporan ini penulis buat sebaik mungkin agar dapat menghasilkan laporan akhir yang maksimal berdasarkan data yang aktual, faktual, sistematis, serta berdasarkan hasil praktikum dan pengamatan di lapangan. Laporan praktikum ini melampirkan hasil praktikum dan pengamatan penulis kelompok 3. Penulisan laporan ini merupakan syarat pemenuhan tugas dalam mata kuliah Teknik Budidaya Tanaman (AGH 241).Penulis menyampaikan ucapan terimakasih atas segala bantuan yang telah diberikan selama penulisan makalah ini kepada:1. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan, kasih sayang, semangat, dan doa selama kami belajar di IPB.2. Ade Wachjar selaku dosen praktikum Teknik Budidaya Tanaman serta staff pengajar Dasar dasar Holtikultura lainya yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya selama praktikum.3. Kakak Rizky Amalia selaku asisten praktikum kelompok kami dan asisten praktikum Teknik Budidaya Tanaman lainya yang telah membimbing kami selama praktikum 4. Teman-teman praktikan Teknik Budidaya Tanaman yang telah bekerja sama dalam praktikum dan dalam penyusunan laporan praktikum ini sehingga dapat selesai pada waktunya. Bogor, Juni 2015

Penulis

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL5DAFTAR GAMBARDAFTAR LAMPIRANBAB I6PENDAHULUAN8I.1 Latar Belakang8II.2 Tujuan9BAB. II9METODE PRAKTIKUM9II.1 Tempat dan Waktu9II.2 Bahan dan Alat10III.3 Metode10BAB. III15HASIL DAN PEMBAHASAN15III.1 Pembukaan Lahan dan Konservasi Tanah dan Air15Pembuatan Teras15Penanaman dan Pemurnian LCC16IV.1 Persiapan Tanam dan Penanaman17Alat dan Mesin Pertanian17Konsolidasi dan Inventarisasi Bibit Cengkeh21Pengolahan Tanah Sawah24Pemeliharaan Tanaman25Pemangkasan, Penyiangan dan Penutupan Kakao25Teknik Kalibrasi Alat25Cara Panen Buah Kopi27BAB IV28KESIMPULAN DAN SARAN28IV.1 Kesimpulan28IV.2 Saran28DAFTAR PUSTAKA29

DAFTAR TABEL

Tabel 1Tabel 1 Teknik Pembukaan Lahan dan Konservasi Pembuatan Teras15Tabel 2 Pembukaan Lahan dan Penanaman LCC dengan Benih16Tabel 3 Data hasil pengajiran19Tabel 4 Hasil pengamatan bibit Cengkeh21Tabel 5 Hasil pengamatan pemangkasan, penyiangan, dan pemupukan TM25Tabel 6 Hasil panen kopi27 Teknik Pembukaan Lahan dan Konservasi Pembuatan Teras13Tabel 2 Pembukaan Lahan dan Penanaman LCC dengan Benih14Tabel 3 Data hasil pengajiran17Tabel 4 Hasil pengamatan bibit Cengkeh19Tabel 5 Hasil panen kopi23

DAFTAR GAMBARDAFTAR LAMPIRANBAB IPENDAHULUANI.1 Latar BelakangKebutuhan manusia tidak jauh dari ketergantungan terhadap tanaman. Pencapaian produksi maksimun dan suistanable dari budidaya tanaman, perlu tindakan yang tepat dalam segala aspek budidaya tanaman, baik dari segi pembukaan lahan, pengolahan tanah, konservasi lahan, persiapan bahan tanam, penanaman, pemeliharaan tanaman, dan panen.Tindakan pembukaan lahan dan konservasi lahan merupakan langkah awal dari segala aspek budidaya tanaman. Pembukaan lahan dapat dilakukan dengan alat mekanis seperti traktor yang dapat memiliki keunggulan daripada dilakukan secara manual, baik dari segi waktu, biaya, dan tenaga kerja. Penggunaan traktor tidak dapat dilakukan di lahan kemiringan 15% dan lahan yang licin karena membuat traktor dapat terguling. Lahan yang miring perlu dilakukan konservasi tanah seperti pembuatan teras, saluran air agar tidak terjadi erosi yang dapat menurunkan kesuburan tanah. Lahan yang tidak subur dapat dilakukan upaya untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah dengan penanaman tanaman penutup tanah. Pengolahan tanah sawah berbeda dengan lahan kering. Pengolahan tanah sawah bertujuan menghancurkan tanah hingga melumpur. Tahapan pengolahan tanah sawah, yaitu perbaikan irigasi dan pematang, penggenangan tanah, pembajakan, dan penggaruan. Sehingga tindakan konservasi lahan ini dapat mengoptimalkan kondisi media tumbuh tanaman. Penyiapan penanaman perlu pengecekan bahan tanam yang akan ditanam, baik dari tanaman semusim atau tahunan. Bahan tanam yang dapat memperoleh Setelah mempersiapkan bahan tanam, perlu dilakukan pengajiran untuk mengatur letak tanaman sehingga kerapatan tanaman mencapai optimum dalam pemanfaatan ruang. Pembuatan lubang tanam dipersiapkan pada lahan yang telah diajir. Ukuran lubang tanam setiap tanaman berbeda karena kondisi perakaran tiap tanaman berbeda. Tahapan penanaman perlu disesuaikan waktu tanam yang baik agar dapat mengurangi tanaman yang tidak tumbuh optimal.Setelah penanaman, perlu tindakan pemeliharaan tanaman agar tanaman dapat beradaptasi dengan kondisi lahan. Tindakan pemeliharaan tanmaan dapat berupa pemangkasan atau penunasan, pengendalian hama dan penyakit, penyiangan gulma, pemberian mulsa, pengairan, dan pemupukan. Pemangkasan bertujuan dalam peremajaan, pemeliharaan, mencapai produksi maksimum, dan membentuk tajuk pohon. Bagian-bagian tanaman yang mati, sakit, tidak berguna dapat dipangkas. Pemberian mulsa dapat berupa sisa hasil panen, pangkasan yang bertujuan untuk menambah bahan organik dan menghambat pertumbuhan gulma. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan pengendalian secara terpadu dengan mekanis, biologis, kimia, dan sebagainya agar tanaman tetap tumbuh optimal. Penyiangan gulma berguna untuk mengurangi persaingan air dan hara tanaman pokok. Pemupukan diberikan dengan tepat dosis, cara, waktu, jenis dan tempatnya yang berguna untuk menambah unsure hara bagi tanaman serta memperbaiki media tanam. Pengairan dapat dilakukan dengan membangun irigasi dan pengaturan drainase air agar tanaman mendapatkan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman.Pemanenan merupakan kegiatan akhir dari budidaya tanaman. Waktu yang tepat pada kegiatan pemanenan dapat menjaga kualitas dari hasil panen. Perlu pendataan perkiraan panen khususnya pada tanaman perkebunan agar mengefisienkan jumlah tenaga kerja. Tenaga kerja yang berlebih dapat mengurangi biaya optimal. Sehingga tindakan yang tepat dari segala aspek budidaya tanaman tersebut, dapat menghasilkan hasil budidaya dan keuntungan yang besar.II.2 Tujuan

Kegiatan praktikum Teknik Budidaya Tanaman yang memiliki kegiatan aspek budidaya tanaman dengan tujuan disetiap kegiatannya, yaitu:1. Pembukaan Lahan serta Konservasi Tanah dan Air Praktikum ini bertujuan agar mengetahui dan dapat terampil dalam pembuatan teras bangku, mengetahui spesies tanaman penutup tanah, dapat membedakan kecepatan pertumbuhan beberapa spesies LCC serta terampil dalam penanaman dan pemeliharaan LCC.

2. Persiapan Tanam dan PenanamanPraktikum ini bertujuan agar mengetahui cara penngolahan tanah dengan manual ataupun penggunaan alat-alat mekanis untuk pengolahan tanah baik itu lahan kering maupun lahan basah seperti sawah, pembersihan lahan dan alat pembuatan lubang tanam serta praktikan dapat terampil menggunakan alsintan tersebut, melatih praktikan agar terampil dalam pengajiran baik dengan bentuk jarak tanam persegi panjang maupun segitiga sama sisi dengan jarak dan tata letak yang tepat, praktikan dapat terampil dalam pembuatan lubang tanam kopi, dan mengetahui kondisi tanaman cengkeh melalui tindakan konsolidasi tanaman.

3. Pemeliharaan TanamanPraktikum ini bertujuan agar praktikan mengetahui teknis dan terampil dalam kegiatan peremajaan tanaman melalui pemangkasan, penyiangan, pemberian mulsa, dan pemupukan.

4. Pemanenan KopiPraktikum ini bertujuan agar mengetahui kriteria panen dan terampil dalam kegiatan pemanenan kopi.

BAB. IIMETODE PRAKTIKUMII.1 Tempat dan WaktuTempat : Kebun percobaan Cikabayan, Kebun percobaan Lewikopo, Kebun percobaan Sawah BaruWaktu : Setiap hari senin mulai tanggal 09 februari 2015 sampai 25 mei 2015.

II.2 Bahan dan AlatBahan dan Alat yang digunakan : ajir bambu, meteran 30 m, parang, garpu dancangkul, dan Simple Water Level (SWL).benih Cm dan Cp, bahan stek Cm atau Cp, pupukTSP, tali rafia, kantong plastik, timbangan, bambu, polybag 15 cm x 10cm, serta lembaran plastik transparanbahan bakar minyak, diskplow, slasher, danholedigger,serta penghitung waktu (stop watch), kompas, materan 50 m atau 30m, tambang plastik.bibit kakao, alat ukur lubang tanam, bahan bakar minyak, hand tracktor. knapsack spraye, air, gelas ukur, serasah dan sisa-sisa tanaman, tanaman kakao, gergaji pangkas, gunting pangkas, kored, gread dan kuadran, tanaman kopi, ember,benih cengkeh type Zanzibar, top soli, dan pupuk kandang,.

III.3 MetodeI. TEKNIK PEMBUKAAN LAHAN DAN KONSERVASI TANAH DAN AIR : PEMBUATAN TERAS BANGKU Metode: Pembuatan Teras Bangku Buatlah rintisan batas teras bagian atas dan bagian bawah dengan memperhatikan bentuk kontur yang telah dibuat dan keefektifan bidang olah lahan. Pasang ajir dari batas atas lereng ke batas bawah lereng dengan jarak ajir antara garis kontur 3-3.5 m, sedangkan jarak ajir yang sejajar arah kontur 5 m. Ukur beda tinggi antar kontur dengan menggunakan Simple water Level (SWL) sekaligus ukur jarak horizontal antar kontur dengan batas permukaan air pada SWL. Ukur teras bangku 5 x 3 3.5 m dibuat segi empat (bujur sangkar atau empat persegi panjang) atau mengikuti garis kontur bergantung derajat kemiringan lereng dan bentuk lahan. Setelah semua ajir terpasang, tanah di baggian atas lereng dicangkul (cut), tanhnya ditimbun (fill) ke bagian bawah lereng dan ratakan. Perhatikan kesuburan tabah bagian top soil dan sub soil. Usahakan agar bagian tanah yang subur tetap berada pada bidang olah teras. Selanjutnya teras tersebut diratakan dan diinjak-injak supaya teras terus menjadi lebih kuat dan mantap. Agar teras tidak mudah longsor, teras bangku sebaiknya tidak horizontal, tetapi harus agak miring ke dalam 3 % atau 5 % (goler kampak) Buatlah saluran air dan terjunan air antar teras. Saluran pembuangan air dibuat menuju ke arah saluran pembuangan air alami. Lokasi ditentukan pada tempat-tempat terakumulasinya air hujan. Jarak antara 2 saluran bergantung pada situasi lapangan. Buatlah rorak buntu sebagai panampung air hujan dan aliran permukaan pada bagian atas teras dekat talud. Arah rorak searah dengan garis kontur atau teras. Rorak atau saluran air dibuat dengan arah zigzag untuk memperlambat aliran air.

II. PERSIAPAN BAHAN TANAM DAN PENANAMAN TANAMAN PENUTUP TANAH KACANG-KACANGAN (LCC). Metode: Perlakuan terdiri atas 2 faktor yaitu jenis : Cm (J1), Cp (J2), Pj (J3), Cm + Cp (J4), Cm + Pj (J5) , Cp + Pj (J6), Cm + Cp + Pj (J7) dan perlakuan sistem tanam : tungal (To) dan larikan (T1). Tiap satuan percobaan berukuran sesuai dengan ukuran teras masing-masing kelompok. Benih yang ditanam secara tugal digunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Sedangkan sistem larikan dengan jarak antar larikan 0.5 m. Benih yang digunakan J1 = 14 kg/ha, J2 = 14 kg/ha, J3 = 14 kg/ha, J4 dengan perbandingan 6 : 8 dari kebutuhan benih per ha, J5 = 8 :6, dan J7 = 4 : 6 : 4. Sebelum ditanam, benih dicampur dengan pupk TSP (46 % P2O5) dengan perbandingan 3 : 1. Tanah dicangkul hanya pada jalur yang akan ditanami, digemburkan dan diratakan serta dibuat saluran sebagai batas patak. Pasang ajir pada sisi-sisi yang berhadapan dengan jarak 0.5 m untuk larikan, 20 cm untuk sistem tugal. Arah larikan searah dengan kontur (tegak lurus arah kemiringan lereng) penanaman pertama dilakukan setengah jarak tanam.

III. PERAGAAN PENGUNAAN ALAT MEKANIS Metode : Peragaan penggunaan alat mekanis dilakukan oleh seorang operator, sedangkan mahasiswa mengukur, mencatat, dan membandingkan waktu dan hasil pekerjaan dengan cara manual, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Mahasiswa dibolehkan untuk mencoba mengoperasikan alat-alat mekanis tersebut dengan bimbingan operator.

IV. PENGAJIRAN CARA KONVENSIONAL Metode: A. Tata tanam empat persegi panjang 5.2 m x 3 m Tentukan arah timur-barat (TB) dan utara-selatan (US), keduanya berpotongan lurus di titik A Untuk membuat sudut siku-siku atau garis tegak lurus digunakan dalil phytagoras dengan perbandingan 5 : 4 : 3. Ukur pada arah TB dan US berturut-turut 5.2 m dan 3 m. Ukur AD = 36.4 m pada arah TB dan AB = 21 m pada arah US Buat garis a dan b tegak lurus pada garis c dan d masing-masing pada titik ADBC Untuk mengisi patek, ukur dengan jarak 5.2 m pada AD disapatkan titij A1, A2, A3, .., A7 dengan cara yang sama pada BC diperoleh titik C1, C2, C3, ..., C7. Ukur dengan jarak 3 m pada AB didapatkan titik B1, B2, B3, ..., B7 dengan cara yang sama pada DC deperoleh titik D1, D2, D3, ..., D7. Dengan cara membidik dari arah TB dan US, dihubungkan titik A1 dan C1 serta B1 dan D1 dan akan diperoleh titik potong antara A1 C1 dan B1 D1. Pada titik potong tersebut ditancapkan sebatang ajir. Dengan cara yang sama titik-titik potong lainnya dapat dikerjakan hingga selesai. (Gambarkan terlebih dahulu titik-titik dan garis-garis tersebut di atas sehelai kertas agar memudahkan pekerjaan)B. Tata tanam segitiga sama sisi 6 m x 6 m x 6 m Ajir yang telah dipancang dan bernomor genap (2, 4, 6, ..., dst.) atau ganjil (1, 3, 5, ..., dst.) pada bagian A dicabut berselang, baik menurut arah AD maupun menurut AB nomor 1, 3, 5, ..., dst. Untuk memudahkan pencabutan ajir sebaiknya dilakukan menurut arah diagonal.

V. PEMBUATAN LUBANG TANAM. Metode: Pada ajir yang telah ditentukan buat lubang tanam dengan ukuran 60 cm. Ajir terletak pada titik perpotongan antara kedua diagonal lubang. Tanah yang digali dipisahkan antara lapisan atas (top soil) dengan lapisan bawah (sub soil), misalnya lapisan atas disebelah barat dan lapisan bawah disebelah timur. Lubang tanam dan tanah galian tersebut diberi pupuk kandang sebanyak 3-5 kg/lubang dan dicampur secara merata. Pada lubang tanam yang telah dibuat timbun kembali lubang tanam dengan tanah galian yang telah digemburkan dan dihaluskan sampai kira-kira mencapai ketinggian seukuran polybag bibit sebelum mancapai permukaan tanah atas. Polybag bibit disayat kira-kira 5 cm dari bagian bawah mengarah ke sekeliling polybag, lalu polybag bagian bawah tersebut ditarik ke bawah. Polybag bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam, dengan posisi tegak dan leher akar bibit berada pada garis lurus dengan permukaan tanah awal. Polybag bibit kemudian dilepaskan dengan cara menyayat polybag dari atas ke bawah, lalu menariknya ke arah samping. Media bibit tetap harus dijaga jangan sampai pecah/hancur. Penimbunan lubang tanam kembali dilakukan sambil tanah timbunan ditaburi pupuk SP 36 dengan dosis 350 g/lubang tanam secara merata. Agar bibit yang baru ditanam dapat berdiri kokh dan tegak tanah timbunan dipadatkan dengan cara diinjak-injak, tetapi jangan sampai menginjak media bibit. Perhatikan leher bibit jangan sampai tertimbun atau muncul di atas permukaan tanah, oleh karena itu pada waktu memasukkan bibit ke dalam lubang tanam jangan terlalu dalam atau terlalu dangkal.

VI. PEMBIBITAN PENDAHULUAN (PRE NURSERY) DAN PEMBIBITAN UTAMA (MAIN NURSERY) Metode :Pembuatan benih Buah cengkeh yang sudah tua berwarna ungu kehitam-hitaman deseleksi dipilih yang baik, dikupas kulit buahnya dengan hati-hati agar biji tidak mengalami kerusakan mekanis. Biji yang akan dijadikan benih diseleksi lagi dipilih yang baik. Jika buah sudah terlalu tua kadang-kadang sudah tampak bakal akar (radikula) berwwarna putih pada biji di bagian yang tumpul (membesar). Benih yang telah diseleksi dimasukkan ke dalam larutan insektisida + fungisida dengan konsentrasi 0.2 %. Kemudian dikeringkan di atas kertas koran beberapa menit. Setelah kering angin, benih siap untuk disemai.Pembuatan persemaian Tanah diolah sampai gembur Dibuat bedengan dengan ukuran lebar 1.25 m, tinggi 10 cm, panjang 5-10 m bergantung kedaan tempat dan keperluan. Bedengan dilapisi pasir bersih setinggi 5-10 cm untuk memudahkan pemindahan. Bedengan diberi naungan dengan tinggi naungan disebelah timur 1.5 m, disebelah barat 1.2 m. Naungan dibuat dari atap rumbia, daun kelapa, alang-alang, anyaman bambu ataupun paranet. Bedengan diberi pagar pengamanan gangguan ternak. Benih ditanam dengan jarak 5 cm x 5 cm, tidak terlalu dalam 1 cm di bawah permukaan tanah. Benih ditanam tegak dengan bagian radikula menghadap ke bawah Benih akan berkecambah 2-3 minggu setelah disemai. Penyiraman dilakukan pagi dan sore untuk mempertahankan kelembaban, bergantung keadaan cuaca. Setelah kotiledon pecah dan terangkat ke permukaan tanah, kecambah dapat dipindahkan ke main nursery dengan menggunkan polybag. Ada juga bibit yang dipindahkan dari persemaian ke main nursery setelah berumur 2-3 bulan, tetapi bibit harus dibongkar secara hati-hati agar tidak banyak akar yang rusak.Pembuatan pembibitan Polybag berwarna hitam, ukuran 30 cm x 40 cm, tebal 1.1 mm. Polybag diberi lubang verporator sebanyak 24 lubang (6 baris @ 4 lubang). Bagian tepi atas polybag dilipat keluar selebar 2-3 cm. Tanah lapisan atas (top soil) diolah sehingga menjadi gembur, kemudian dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 Polybag mula-mula diisi media tumbuh disusun di atas bedengan dengan jarak 20 cm x 20 cm (tepi polybag ke tepi polybag). Di sekeliling bedengan diberi pembatas dari bambu agar polybag tidak jatuh. Untuk memadatkan media tumbuh, dilakukan penyiraman 2 kali sebelum bibit dari persemaian dipindahkan. Setiap kelompok mengerjakan 10 polybag pembibitan.

VII. PENGOLAHAN TANAH SAWAH Metode: Sebelum mengoperasikan hand tractor untuk pengolahan tanah sawah, instruksi manjelaskan cara kerja handtractor dan disk plow. Mahasiswa diberi penjelasan mangenai cara menghidupkan mesin, cara mengatur gas dan cara membelokan hand tractor saat beroperasi mengolah tanah sawah.

VIII. KALIBRASI ALAT Metode: Mengukur nozel delivery1. Masukan air ke dalam knapsack sprayer, kemudian tutup lalupompa 3 kali.2. Gunakan ember untuk menampung banyaknya air yang keluar.3. catat banyaknya air selama 1 menit.4. lakukan sebanyak 3 ulangan.Mengukur SWAT1. Semprot air dari knapsack sprayer ke jalan aspal yang kering hingga basahnya menyeluruh2. Ukur lebar semprot dengan meteran.3. Lakukan sebanyak 3 ulangan.Menentukan volum semprot :1. Isi air sebanyak 10 liter2. Disemprot air pada luasan 100 m dengan kecepatan konstan3. Diamati berapa banyak air yang tersisa di dalam knapsack sprayer dan hitung air yang terpakai

IX. PEMANGKASAN DAN MULCHING Metode: Bagian tanaman yang dipangkas : tunas air, cabang adventif (cabang sapu), cabang sakit/kering, dan cabang yang terlindungi. Untuk tunas/cabang yang berdiameter 1 cm digunakan gunting pangkas, sedangkan tunas/cabang yang berdiameter 1 cm digunakan gergaji pangkas. Pemotongan tunas/cabang dilakukan pada pangkalnya sedemekian rupa sehingga tidak ada tunggul tersisa dan tidak merusak kulit batang ataupun kulit cabang. Pemersihan gulma pada piringan kakao menggunakan cangkul, dan membuat alur melingkar untuk pemupukan. Pemberian pupuk urea, SP 36, dan KCl pada masing-masing pohon dengan dosis yang sudah ditentukan, kemudian tanah ditutup kembali. Pemberian mulsa organik, yaitu dengan menumpukkan serasah dan sisa-sisa tanaman pada piringan tanaman kakao.

X. PEMURNIAN LCC TANAMAN PELINDUNG Metode: Membersihkan tumbuhan yang tumbuh diantara LCC dengan cara mencabutnya langsung atau dengan menggunakan kored. Pemberian pupuk N dan TSP sesuai dengan dosis yang telah ditentukan dengan cara dialur. Mengukur inventasi penutup tanah (LCC) dengan menggunakan 2 metode, yaitu metode gread dan metode kuadran.

XI. PEMANENAN TANAMAN KOPI Metode: Pemanenan pada tanaman kopi dilakukan pada buah kopi yang sudah berwarna merah. Setelah dipanen, hasil panen ditimbang dan dicatat

II.1 Pengamatan

BAB. IIIHASIL DAN PEMBAHASANIII.1 Pembukaan Lahan dan Konservasi Tanah dan AirPembuatan TerasTabel 1 Teknik Pembukaan Lahan dan Konservasi Pembuatan TerasKlmpkPanjang Teras (m)Lebar Teras (m)Jarak Horizontal (m)Jarak Antar Kontur (m)Beda tinggi (m)Derajat kemiringan sebelum dibuat teras ()Tinggi talut (m)Ukuran parit (pxlxt)

153.23.133.220.43.170.65(4.36 x 0.25 x 0.21)

253.55.30.550.363.650.41`(5 x 0.4 x 0.36)

35.52.53.760.370.65.270.7(5.5 x 0.4 x 0.36)

45.153.103.210.250.325.650.65(5.15 x 0.25 x 0.5)

55.052.573.163.200.2955.330.52(5.05 x 0.34 x 0.2)

65.95.53.160.790.254.520.15(5.9 x 0.28 x 0.15)

752.72.680.670.255.310.51(5 x 0.37 x 0.2)

84.232.732.90.650.23.80.65(4.23 x 0.48 x 0.35)

94.72.92.922.970.2454.910.98(4.7 x 1.4 x 0.23)

1052.482.393.040.254.910.61(5 x 2.7 x 0.18)

115.722.482.913.040.254.910.36(5.69 x 0.22 x 0.15)

125.462.852.913.040.254.910.47(5.10 x 0.25 x 0.13)

135.3251.9652.93.00.896.10.53(5.3 x 2.8 x 0.18)

144.931.92.832.90.24.910.4(4.93 x 0.15 x 0.22)

15

164.22.32.8752.90.3857.640.56(4.2 x 0.4 x 0.38)

175.42.82.92.65367.080.3(4.2 x 0.4 x 0.38)

Penanaman dan Pemurnian LCCTabel 2 Pembukaan Lahan dan Penanaman LCC dengan BenihKlmpkPerlakuanJumlah Biji (biji/ 10 g)% DBPenutupan Lahan (%)

Metode GradeMetode kuadran

1J1T083.390

2

3J3T090.349.52

4J2T165.8357.67

5J3T0786684.374.6

6J1T143210.68494

7J4T073.8368.12

8J4T18686

9J5T091.596.25

10J5T177.6783.3

11J3T078668792

12J5T173.382.3

13J7T183.384.3

14J7T17080

15

16J2T16266

17J3T0111068785

Persiapan Tanam dan PenanamanAlat dan Mesin PertanianDisk Plowa. Luas hasil diskplow: 14.85 m2b. Waktu yang digunakan: 0.13 jamc. Prestasi kerja: 781.58 lubang/JKTd. Keperluan JKT/ha: 12.795 JKT

Perhitungan :Prestasi = = = 781.58 lubang/JKTKeperluan JKT = = = 12.795 JKTSlashera. Luas hasil diskplow: 144.4 m2b. Waktu yang digunakan: 0.056 jamc. Prestasi kerja: 19 253 lubang/JKTd. Keperluan JKT/ha: 0.519 JKT

Perhitungannya : HKT = = = 0.0075Prestasi = = = 19 253 lubang/JKTKeperluan JKT = = = = 0.519 JKTHolediggera. Jumlah lubang yang dibuat: 6 buahb. Diameter lubang tanam: 74.33 cmc. Kedalaman lubang tanam: 6.67 cmd. Waktu yang digunakan: 0.026 jame. Prestasi kerja: 1500 lubang/JKTf. Keperluan JKT/ha: 0.294 JKT

Perhitungan :Prestasi = = = = 1500 lubang/JKTKeperluan JKT = = = 0.294 JKT Alat dan Mesin PertanianMekanisasi dalam pertanian merupakan suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian dengan cara mengadopsi teknologi baru (Salikin 2003). Mekanisasi bisa memperbaiki hasil panen melalui pengolahan lahan yang lebih baik, penanaman, dan pemupukan yang tepat waktu serta pemanenan yang lebih efisien hingga akhirnya memperkuat dampak unsur lain dari paket revolusi hijau (Haverkort et.al, 1999). Dengan adanya mekanisasi saat pengolahan lahan, maka pekerjaan mengolah lahan akan lebih mudah. Alat- alat yang bisa digunakan saat mengolah lahan diantaranya adalah disk plow untuk membajak, slasher, dan hole digger untuk membuat lubang tanam.Disk plow atau bajak piringan terdiri atas piringan, poros, penggerak piringan, Roda alur penstabil (furrow wheel), roda dukung (land wheel), dan kerangka (beam). Piringan (disk), berfungsi untuk memotong, mengangkat, menghancurkan dan membalik tanah yang dibajak. Piringan berbentuk cekung dengan tepi yang tajam. Bagian tepi yang tajam akan berfungsi sebagai alat pemotong tanah, sedang bagian piringan yang cekung akan berfungsi untuk mengangkat, menghancurkan dan membalik tanah.Poros atau pusat piringan, berfungsi sebagai tempat bertumpu dan berputarnya piringan, sehingga memungkinkan piringan dapat berputar dengan baik pada waktu digunakan untuk melakukan pengolahan tanah.Penggarak piringan (scraper), berfungsi untuk menjaga piringan tetap bersih, bebas dari gumpalan tanah. Tanah yang menggumpal pada piringan akan menyebabkan kemacetan dan ketidaknormalan kerja dari bajak piringan. Di samping itu, penggarak piringan ini juga berfungsi untuk membantu pembalikan dan penghancuran tanah pada waktu jenis bajak ini digunakan untuk membajak tanah (Bingham 1999). Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa disk plow hanya memerlukan waktu 0.13 jam untuk membajak lahan seluas 14.85 m2. Prestasi kerja alat disk plow sebesar 782 lubang/JKT sehingga keperluan JKT/ha sebesar 13 JKT. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan alat disk plow, pekerjaan membajak lahan menjadi lebih cepat dan lebih ringan jika dibandingkan dengan membajak secara manual. Disamping kelebihannya, disk plow atau bajak piringan juga mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut yaitu tidak dapat menutupi serasah dengan baik, bekas pembajakan tidak dapat betul- betul rata, dan hasil pengolahan tanahnya masih berbongkah- bongkah.Hole digger merupakan alat yang digunakan untuk membuat lubang tanam (Rudi dan Vidanarko 2011). Selain menggunakan mesin hole digger, pembuatan lubang tanam juga dapat dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan cangkul. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa prestasi kerja mesin hole digger tipe PHD 45 lebih tinggi dibandingkan jika menggunakan cangkul. Mesin hole digger hanya memerlukan waktu 0.0028 jam sedangkan jika secara manual memerlukan waktu 0.5 jam. Dengan menggunakan mesin holedigger maka kerugian waktu, tenaga, dan biaya dapat dihindarkan.Slasher merupakan alat yang digunakan untuk memotong gulma dengan ketinggian tertentu pada lahan yang akan ditanami. Mesin slasher yang digunakan untuk praktikum yaitu mesin slasher tipe MF240WD dengan mesin 80 hp. Mesin slasher menggunakan bahan bakar solar dengan kebutuhan solar 5 l/jam. Mesin ini mempunyai pendingin berupa air. Kebutuhan oli untuk mesin ini sebanyak 6 liter. Mesin slasher memiliki komponen indikator berupa coupling (di sebelah kiri), Rem (di sebelah kanan dan kiri), Transmisi (Kiri untuk speed, kanan untuk mengatur kecepatan), PTO (penggerak) dan tuas hidrolik untuk menaikkan. Untuk memberhentikan mesin ini, perlu menarik rem dan koupling secara bersama- sama.

PengajiranTabel 3 Data hasil pengajiranLuas Lahan (m2)Jarak TanamJumlah Ajir (batang)Waktu (Jam)Hasil Pengukuran (cm)Prestasi KerjaKeperluan HK/ Ha

Empat Persegi panjangSegitiga Sama SisiEmpat Persegi panjangSegitiga Sama SisiEmpat Persegi panjangSegitiga Sama Sisi

655.23m x 5.2m6.08m x 6.08m x 6.08m4233833.26300.7300.7

Perhitungan:a. Ganjil

m2 / HK HKPengajiran adalah pemasangan ajir pada tempat- tempat yang akan ditanami sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan agar lokasi tanaman di dalam barisan dan antar barisan tanaman teratur. Letak tanaman yang teratur memudahkan dalaam pemeliharaan, pemungutan hasil, dan pengawasan. Pengajiran dapat dilaksanakan setelah pembukaan lahan atau setelah pengolahan tanah dan pembuatan lubang tanam. Ajir yang digunakan adalah ajir bambu yang berukuran panjang 100 cm dan tebal 1 cm. Untuk menentukan jarak dan barisan tanaman digunakan meteran gulung atau tambang plastik yang telah diberi tanda jarak. Cara pengajiran pada lahan datar dan lahan landai adalah dengan membuat ajir induk pada kedua sisi lahan, kemudian pengajiran dilakukan dengan sistem barisan lurus atau zig- zag. Pengajiran pada lahan miring dengan sistem kontur menggunakan alat theodolite (Setyamidjaja 2000).Pada lahan bergelombang biasanya digunakan sistem tanam kontur dengan jarak tanam dalam barisan sama, sedangkan antar barisan berdasarkan letak tinggi (kemiringan lahan). Pada lahan datar sampai landai dapat ddigunakan tata tanam empat persegi panjang dan segitiga sama sisi. Ajir yang digunakan saat pengajiran ada tiga jenis yaitu ajir indung, ajir anak, dan ajir pembantu. Ajir indung merupakan ajir yang dipasang pada batas area. Ajir anak adalah ajir yang dipasang untuk menentukan titik tanam, sedangkan aajir pembantu adalah ajir yang dipasang untuk menentukan sudut 90.Pengajiran dengan cara manual memerlukan waktu cukup lama. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa untuk mengajir lahan seluas 655.2 m2 dibutuhkan waktu selama 3 jam dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 46 orang. Dengan waktu yang selama itu maka pemilik lahan akan mengalami kerugian karena harus membayar lebih mahal untuk tenaga kerja. Semakin luas lahan yang diajir maka tingkat kerugian yang dialami juga akan semakin besar. Kegiatan pengajiran yang terlalu lama juga akan mempengaruhi waktu tanam. Waktu penanaman akan mengalami kemunduran apabila kegiatan pengajiran terlalu lama. Oleh sebab itu, diperlukan suatu teknologi baru yang dapat memudahkan dalam pengajiran. Pembuatan Lubang Tanam dan PenanamanPembuatan lubang tanam untuk bibit kopi biasanya dilakukaan satu bulan sebelum tanam. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kemasaman tanah dan mengontrol ukuran lubang yang dibuat. Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu secara manual menggunakan cangkul dan secara mekanis menggunakan alat post hole digger (Pahan 2006). Ukuran lubang tanam yang umum digunakan adalah 60 cm x 60 cm x 60 cm (panjang, lebar, kedalaman). Sementara itu, jarak tanamnya 3 m x 3 m atau 2 m x 2 m sesuai dengan rencana jarak tanam pohon pelindung. Sebelum tanam, perlu diberikan pupuk organik (kompos atau pupuk kandang) ke dalam lubang tanam. Satu bulan sebelum tanam, tutup kembali lubang tanam menggunakan tanah. Semakin lama persiapan dilakukan, maka akan semakin baik aerasi dan kesuburan tanah (Panggabean 2011).Kegiatan praktikum kurang sesuai dengan literatur diatas karena pembuatan lubang tanam dilakukan sesaat sebelum bibit kopi ditanam. Selain itu juga, sebelum penanaman tidak dilakukan pemupukan organik (kompos atau pupuk kandang) namun dilakukan pemupukan SP- 36 sebanyak 250 gram. Pemberian pupuk SP- 36 ini bertujuan agar akar tanaman yang baru tumbuh mendapatkan media yang baik sehingga dapat tumbuh dengan baik (Prihandana dan Hendroko 2008). Permasalahan yang dihadapi pembibitan kopi di cikabayan pada saat ini adalah keterbatasan lahan untuk penanaman bibit kopi sehingga banyak bibit kopi yang sudah lewat umur tanam tetapi masih di pembibitan. Hal ini tentunya akan menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi pemilik pembibitan kopi karena bibit yang sudah lewat waktu tanam tidak akan laku untuk dijual. Oleh sebab itu diperlukan suatu cara penanaman baru yang bisa menghemat lahan. Selain itu juga kebutuhan tenaga kerja untuk penanaman kopi juga cukup banyak jika dilakukan secara manual. Oleh sebab itu perlu untuk menggunakan alat mekanis seperti hole digger untuk membuat lubang tanam secara cepat.

Konsolidasi dan Inventarisasi Bibit CengkehTabel 4 Hasil pengamatan bibit CengkehKlmpkKondisi Bibit AwalPengamatan PertamaPengamatan Akhir

Tinggi Tanaman (cm)Jumlah Daun (helai)Diamater Batang (mm)Jumlah CabangTinggi Tanaman (cm)Jumlah Daun (helai)Diamater Batang (mm)Jumlah Cabang

1Segar

2Segar

3Segar21.382020.4120.524252

4Segar27.872428.5231.052840.652

5Segar13.721316122.816282

6Segar34.072823236.0231232

7Segar25.712124.65128.6522302

8Segar20.3222422725323

9Segar17.772027219.726323

10Segar18.152026.1124.162127.92

11Segar26283312935382

12Segar26.982636228.93340.853

13Segar27.512532.8130.72736.52

14Segar25.31626128.521342

15Segar

16Segar25.52329326.9422343

17Segar24.32225.1226.124382

Data tersebut menunjukkan rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan jumlah cabang tanaman cengkeh pada masing-masing kelompok. Rata-rata data menunjukkan pertumbuhan yang meningkat pada pengamatan pertama hingga pengamatan terakhir. Namun terdapat pula data yang menunjukkan pengurangan pada tinggi tanaman dan jumlah cabang. Jumlah cabang yang berkurang dapat saja terjadi dikarenakan cabang tersebut patah atau mati. Sedangkan pada berkurangnya tinggi tanaman dapat disebabkan batang yang patah atau dapat dikarenakan kesalahan praktikan dalam melakukan pengukuran tinggi tanaman tersebut.Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn.Eugenia aromaticum) termasuk dalam famili Myrtaceae dan merupakan salah satu tanaman rempah asli Indonesia yang berasal dari kepulauan Maluku . Cengkeh juga ditanam di Madagaskar, juga tumbuh subur di Zanzibar, India, dan Sri Langka. Tanaman cengkeh banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Minyak cengkeh dapat digunakan sebagai aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit gigi. Di Indonesia banyak sekali ditemukan tipe-tipe cengkeh yang satu sama lain sulit dibedakan. Cengkeh di Indonesia dapat digolongkan menjadi 4 yaitu : si putih, si kotak, zanzibar, dan ambon. Dengan pertimbangan bahwa tipe si kotak mirip dengan zanzibar dan si putih mirip dengan tipe ambon, maka pusat penelitian dan pengembangan tanaman industri saat ini hanya memusatkan perhatian pada tipe zanzibar dan tipe ambon (Nurdjannah 2004). Pemindahan bibit dari persemaian ke pembibitan dapat dilakukan setelah bibit berumur 1-2 bulan atau telah berdaun 4-7 helai. Bibit yang dipilih mempunyai daun berwarna hijau sampai hijau tua mengkilap. Pembibitan cengkeh diperlukan naungan dengan intensitas cahaya sekitar 75%. Naungan yang diberikan dapat berupa tanaman hidup atau naungan buatan. Pada bibit yang akan dipindahkan pada umur 1 tahun dibenamkan pada media di polybag ukuran 15 cm x 20 cm, sedangkan pada bibit yang berumur 2 tahun dipindahkan pada polybag ukuran 20 cm x 25 cm. Polybag yang digunakan yang telah dilubangi 2.5 mm dengan jarak 2 x 2 cm. Media yang digunakan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 (Aak. 2005). Bibit cengkeh yang bagus memiliki tinggi minimal 60 cm (umur 1 tahun) dan 90 cm (umur 2 tahun), sehat tidak terserang hama penyakit dan tidak kekurangan hara, mempunyai akar tunggang yang lurus dan sehat dengan panjang 45 cm serta akar cabang 30-35 buah, mempunyai batang tunggal, dan jumlah rata-rata percabangan 7 pasang, jumlah daun 63 pasang dan warna daun dewasa hijau tua (Ruhnayat 2004).Pemindahan bibit pada praktikum ini dilakukan terhadap bibit cengkeh type Zanzibar. Tanaman yang telah dipindahkan ke polybag diukur tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan jumlah cabang tanaman dengan tujuan agar diketahui perkembangannya. Data perkembangan pertumbuhan dari tanaman tersebut menjadi modal dalam melakukan seleksi bibit. Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris. Pada tinggi tanaman diukur dari batang di atas permukaan tanah sampai dengan titik tumbuh, jumlah daun yang dihitung yaitu daun yang sudah terbuka lebar, diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong, sedangkan jumlah cabang dilihat berdasarkan banyaknya cabang yang tumbuh.Dalam penyimpanan bibit dalam tempat pembibitan diatur berdasarkan tinggi tanaman tersebut. Dimulai dari tanaman yang paling pendek, sedang, hingga tanaman yang paling tinggi. Hal ini dilakukan agar tanaman yang pendek mendapatkan pemeliharaan dan penanganan yang lebih intensif dibandingkan dengan yang lainnya. Sehingga apabila bibit tersebut akan ditanam di lahan, pertumbuhannya menjadi seragam.Tanaman cengkeh yang dipindahkan saat dilihat pada minggu terakhir terdapat tanaman yang layu dan mati. Hal ini terjadi karena sebagian dari tanaman cengkeh yang dipidahkan ke polybag tersebut tidak mampu tumbuh dengan baik, ini dapat terjadi karena adanya kesalahan dalam melakukan pemindahan ke media pembibitan, misalnya rusaknya media tanah saat pemindahan bibit, sehingga akar tanaman tergangu atau dapat juga disebabkan oleh tidak adanya pemeliharaan yang dilakukan. Karena tidak menerima pupuk yang menjadi sumber hara dan tidak melakukan penyiraman secara teratur akibatnya tenaman tidak menerima air yang cukup. Akibatnya metabolisme dalam tanaman tidak berjalan baik dan akhirnya mengalami kematian.Pengolahan Tanah Sawaha. luas lahan yang diolah : 1 000 m2b. waktu yang digunakan : 0.42 jamc. Prestasi kerja : 555,55 m2/HKd. Keperluan HK : 18 HK

Perhitungan HOK = = = 1.8 PK = = = 555,55 m2/HKKeperluan HK/ha = = = 18 HK

Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Segala macam jenis tanah dapat disawahkan asalkan air cukup tersedia. Padi sawah juga ditemukan pada berbagai macam iklim yang jauh lebih beragam dibandingkan dengan jenis tanaman lain. Karena itu tidak mengherankan bila sifat tanah sawah sangat beragam sesuai dengan sifat tanah asalnya (Agus et al 2004).Dalam bercocok tanam padi sawah, untuk memperoleh produksi yang tinggi terdapat pekerjaan yang harus dilakukan yaitu membuat persemaian yang baik, mengolah tanah yang sempurna, menggunakan varietas berproduksi tinggi, menanam dengan jarak tanam yang beraturan, pemeliharan (pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, pengairan yang cukup), pemanenan, dan pengolahan hasil panen (Suparyono dan Setyono 1993).Pembuatan sawah diawali dengan perataan tanah dan pembuatan pematang. Tanah sawah yang diolah dalam keadaan jenuh air, dengan cara bajak-garu-bajak-garu hingga halus, baru kemudian ditanami benih padi, menyebabkan struktur tanah hancur hingga menjadi lumpur yang cocok untuk padi sawah. Tanah sawah yang dilumpurkan, jika kemudian sawah dikeringkan untuk ditanami palawija, akan menjadi masif atau tidak berstruktur, oleh karena itu harus diolah lagi. Penggenangan sedalam 5-10 cm selama 4-5 bulan pertanaman padi, menyebabkan terjadinya kondisi reduksi selama jangka waktu tersebut (Agus et al 2004).Sistem pengolahan lahan dapat dilaksanakan secara tradisional dengan menggunakan bajak, singkal, dan cangkul. Maupun dengan cara modern dengan menggunakan alat mekanisasi seperti hand traktor. Pengolahan pertama dilakukan dengan cara dibajak, bisa menggunakan bajak/singkal dengan bantuan sapi atau kerbau atau bisa juga menggunakan bajak traktor tangan. Proses pembajakan ini dilakukan dengan cara membalikan lapisan olah tanah agar sisa-sisa tanaman seperti rumput, dan jerami dapat terbenam. Setelah tanah dibajak, maka dibiarkan beberapa hari agar terjadi proses fermentasi untuk membusukan sisa tanaman dan jerami di dalam tanah. Selama proses tersebut sebaiknya ditambahkan bahan organik lainnya seperti pupuk kandang dan pupuk hijau agar kandungan hara dalam tanah dapat meningkat (Zulkifli et al 2004).Praktikum kali ini melakukan pengolahan tanah sawah yang bertujuan untuk menghancurkan struktur tanah sehingga tanah melumpur sempurna. Pengolahan tanah sawah yang dilakukan adalah pembajakan dengan cara modern dengan menggunakan alat mekanisasi seperti hand traktor. Penggunaan hand traktor ini dilakukan oleh seorang operator, sedangkan mahasiswa mengukur luas lahan dan waktu selama pekerjaan berlangsung dan mencatatnya. Namun mahasiswa juga dapat mencoba mengoperasikan alat tersebut dengan bimbingan operator. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilihat bahwa dalam pengolahan lahan seluas 1 000 m2 waktu kerja yang dibutuhkan yaitu 0.42 jam atau sekitar 25 menit. HOK yang diperoleh dari 30 orang pekerja yaitu 1.8 HOK, prestasi kerja yang diperoleh yaitu 555,55 m2/HK dan keperluan HK/ha yaitu sebesar 18 HK.

Pemeliharaan TanamanPemangkasan, Penyiangan dan Penutupan KakaoPemeliharaan TanamanTabel 5 Hasil pengamatan pemangkasan, penyiangan, dan pemupukan TMJumlah tanamanWaktu (Jam)HOK (HK)PK (Pohon/HK)

14 pohon10.71419.6

Perhitungan :Luas areal yang dikerjakan = 2HOK = = = 0.714 HKPrestasi kerja = = = 19.607 pohon/JKTKeperluan HK/ha =

PembahasanPemangkasan tanaman kakao adalah kegiatan pembuangan atau pengurangan sebagian dari organ tanaman, yang berupa cabang, ranting, dan daun. Tujuan dari pemangkasan diantaranya adalah memperoleh kerangka dasar (frame) tanaman kakao yang baik sebagai pendukung mahkota tanaman, mengatur penyebaran cabang dan ranting serta daun- daun produktif pada mahkota tanaman yang merata, membuang bagian- bagian tanaman yang tidak dikehendaki, merangsang tanaman membentuk organ baru, dan mengurangi kelembaban kebun untuk mencegah serangan hama dan penyakit (Susanto 1994)Ada empat macam pangkasan, yaitu pangkas bentuk, pangkas pemeliharaan, pangkas produksi, dan pangkas restorasi. Pangkas bentuk bertujuan untuk mendapatkan kerangka pohon yang baik. Jenis pemangkasan ini dierapkan pada tanaman muda yang telah membentuk cabng primer dan sebagian kecil cabang sekunder. Pangkas pemeliharaan bertujuan mempertahankaan habitus/bentuk pohon yang telah dibentuk dan mengatur keseimbangan percabangan pada masing- masing cabang primer sehingga distribusi daun tetap merata dan aerasi baik. Disamping itu, pangkas pemeliharaan juga untuk memperbesar cahaya matahari yang masuk ke dalam tajuk. Pemangkasan jenis ini dilakukan pada tanaman kakao yang non- produktif yang telah mengalami pemangkasan bentuk.Pangkas produksi bertujuan untuk mengatur keseimbangan percabangan muda masing- masing cabang primer hingga distribusi daun tetap merata, aaerasi tetap baik, dan mendapatkan produksi tinggi. Pemangkasan jenis ini diterapkan pada tanaman kakao prodduktif yang telah mengalami pangkas bentuk dan pangkas pemeliharaan. Pangkas restorasi bertujuan memperbaiki habitus pohon yang karena sudah lama tidak dipangkas, atau rusak akibat serangan hama dan penyakit, dan mengatur keseimbangan percabangan pada masing- masing cabang primer, sehingga distribusi daun merata, aeraasi baik, dan memperbesar sinar matahari masuk ke tajuk pohon. Pangkasan ini dapat dilakukan pada tanaman non- produktif maupun tanaman menghasilkan.Pada umur dan ketinggian tertentu, tanaman kakao akan membentuk kerangka percabangan yang berjumlah tiga sampai lima. Apabila percabangan tersebut lebih dari tiga, maka diadakan pemangkasan dengan memotong kelebihan cabang (Martodireso dan Suryanto 2001). Jadwal pangkas, khususnya untuk pangkas prouksi yang tepat didasarkan atas pola panen yang berkaitan erat dengan sebaran curah hujan. Untuk kawasan yang puncak panennya berlangsung pada bulan Oktober atau November serta Mei atau Juni, pemangkasan produksi sebaiknya dilaksanakan pada bulan April, Oktober- November, atau menjelang musim hujan. Disela- sela pangkas produksi tersebut dilaksanakan pangkas pemeliharaan dengan frekuensi 2- 3 bulan. Semantara itu wiwilan (Pembuangan tunas air) dilakukan setiap bulan (Wahyudi et.al 2008). Pemangkasan kakao memiliki hubungan dengan indeks luas daun (ILD). Inddeks luas daun (ILD) adalah besarnya angka perbandingan antara total luas permukaan seluruh daun yang ada pada tajuk dengan luas bidang tanah yang ternaungi oleh tajuk tersebut. Pada tingkat perkembangan awal, pertumbuhan dan lebar daun akan terus bertambah sejalan bertambahnya umur tanaman. Dengan demikian luas daun pada tajuk juga bertambah. Demikian pula luas tanah yang dilindungi jugga meningkat. Namun, peningkatan ini tidak atau kurang proporsional karena peningkatan luas daun tersebut disebabkan oleh kecenderungan saling menutupi antara daun satu dan yang lainnya (Susanto 1994).Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pemangkasan kebun kakao yang berada di Kebun Percobaan Cikabayan tidak dilakukan dengan teratur. Hal tersebut dapat diketahui dari bentuk tanaman kakao yang tidak teratur. Selain itu juga ditemukan tunas air yang berukuran cukup besar sehingga memerlukan alat bantu untuk melakukan pewiwilan. Salah satu masalah yang dihadapi perkebunan kakao di cikabayan adalah terbatasnya tenaga kerja untuk melakukan pemangkasan produksi setiap 2- 3 bulan sekali dan pemangkasan pemeliharaan setiap satu bulan sekali. Oleh sebab itu diperlukan penambahan tenaga kerja untuk melakukan pemangkasan rutin. Saat pemangkasan, dilakukan pula penyiangan. Penyiangan ini dilakukan sebelum pemupukan. Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan tanaman yang tidak dikehendaki yang berada disekitar tanaman kakao. Setelah pemangkasan dan penyiangan dilakukan pemupukan. Hal tersebut bertujuan agar pemupukan lebih efektif. Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, SP- 36, dan KCL. Setelah pemupukan dilakukan penutupan tanah mengunakan mulsa. Mulsa yang digunakan adalah serasah atau daun- dauanan kering yang ada disekitar tanaman kakao dan ranting- ranting kecil hasil pemangkasan. Pemberian mulsa bertujuan untuk mengembalikan bahan organik kedalam tanah, mempertahankan kelembaban dan suhu tanah, dan menghambat pertumbuhan gulma. Teknik Kalibrasi AlatTabel 6 Waktu pengerjaan alat sprayer punggung dengan nosel merahUlanganDN (ml/menit)Swatch (cm)Waktu (s)

1110023224

2121022027

3117020022

Rata- rata1160217.3324.33

Merk : Solo Nosel : Merah Kalibrasi merupakan hal yang harus dilakukan ketika seorang akan melakukan pengendalian terhadap OPT menggunakan alat semprot, karena pada setiap alat semprot memililki perbedaan volume yang keluar. Selain itu faktor manusia juga dapat menyebabkan perubahan tersebut. Alat semprot yang menyebabkan perubahan adalah tekanan dari pemompa tidak tetap, perbedaan jenis nozel yang kemudian akan menyebabkan volume curah yang keluar, dan nozel menyebabkan perbedaan lebar gawang. Faktor dari manusia (penyemprot) yang menyebabkan perubahan adalah kecepatan jalan, karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, kemudian lebar gawang dan tekanan. Oleh karena itu, kalibrasi diperlukan karena pertimbangan hal tersebut, dengan kalibrasi maka akan didapatkan volume air per hektar.Kalibrasi adalah mengukur berapa banyak larutan semprot yang dikeluarkan oleh sprayer, sehingga dapat mengetahui berapa banyak larutan semprot yang disemprotkan pada setiap satuan lahan. Kalibrasi bermanfaat dalam menentukan takaran aplikasi yang tepat, mencegah pemborosan dosis herbisida, dan mengadakan penyeragaman perhitungan aplikasi (Djojosumarto 2000). Penentuan kalibrasi dapat menentukan volume semprot. Volume semprot yang telah diketahui, konsentrasi (bila dosis diketahui) dan dosis (bila konsentrasi diketahui) dapat diketahui dengan penggunaan yang sesuai.Pada percobaan, didapat DN atau curah dari nozel dengan rataan 1160 ml dengan swatch 217.33 cm. Seharusnya swatch dengan nozel merah 2 m atau 200 cm. Hal ini kemungkinan dikarenakan lubang nozel yang tidak sesuai dengan seharusnya atau nozel yang praktikan lakukan saat kalibrasi tidak pada ketinggian 40 cm. Pada umumnya, dengan swatch 2 m , didapat curah nozel (DN) sebanyak 1500 ml/menit. Hal ini tidak kesesuaian dengan data, dapat dikarenakan kecepatan jalan praktikan terlalu cepat dan tidak konstan, pemompaan alat semprot pada saat jalan tidak sesuai dengan penjelasan, tinggi nozel dari permukaan tidak 40 cm, sehingga curah air dari nozel ke tanaman menjadi sedikit. Kecepatan jalan praktikan pada saat mengaplikasikan alat seharusnya konstan. DN yang tidak sesuai dapat menyebabkan permborosan dosis herbisida sehingga memakan biaya, dan waktu pengerjaan lebih banyak jika terlalu banyak curah air dari nozel, atau gulma, hama, atau patogen dapat resisten dengan penggunaan DN yang lebih sedikit. Sehingga, melakukan penyemprotan harus sudah terampil dalam penggunaannya agar tidak mengalami kerugian.

IV.1 PanenTabel 7 Hasil panen kopiKlmpkJumlah tanaman dalam barisJumlah Tanaman yang dipanenBobot panen (Kg)

1103349

297825

3128750

4551292

555232

6107325

775585

8107735

974314

10115504

1151127

1265183

13751137

1452190

1596716

16132149

17134399

Panen merupakan tindakan terakhir yang dilakukan dalam rangkaian kegiatan budidaya tanaman kopi. Pada tanaman kopi, panen dilakukan pertama kali saat tanaman sudah mulai berbuah sekitar 2.5 sampai 3 tahun setelah ditanam, tergantung dari jenis tanaman dan iklim. Kopi robusta umumnya lebih cepat berproduksi dan bisa dipanen pada usia 2.5 tahun setelah tanam, sedangkan kopi arabika mulai berbuah sekitar usia 3 tahun. Iklim juga mempengaruhi usia tanaman bisa dipanen. Tanaman kopi yang ditanam di daerah dataran rendah biasanya lebih cepat berbuah dibanding tanaman kopi yang ditanam di dataran tinggi.Pada tahap panen pertama pasca tanam, produktivitas tanaman kopi biasanya masih sangat rendah(Danarti 2004). Produktivitas tanaman akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Produktivitas kopi akan mencapai puncak pada saat tanaman berumur 7 sampai 9 tahun dengan produksi rata-rata per hektar mencapai 500 1500 kg kopi beras tiap tahunnya. Jumlah produksi tersebut masih terus meningkat apabila tanaman dikelola dengan intensif yakni maksimal mencapai 2000 kg per hektar tiap tahunnya. Waktu yang diperlukan kuncup bunga untuk menjadi kopi yang siap panen berbeda-beda tergantung jenis kopi yang ditanam. Pada tanaman kopi arabika pembentukan buah memakan waktu 8 sampai 11 bulan, sedangkan pada kopi robusta buah terbentuk lebih cepat yakni antara 6 sampai 8 bulan. Untuk memperoleh kualitas biji kopi yang baik, panen dianjurkan hanya dilakukan dengan memetik buah-buah kopi yang matang saja. Buah kopi matang ditandai dengan kulit buah yang memerah tua. Panen buah kopi dilakukan dengan cara memetik buah kopi satu persatu dari dompolan buah dan memasukannya ke dalam tempat yang telah disediakan. Pemetikan yang dilakukan dengan mengambil semua buah yang ada di dompolan tidak dianjurkan karena akan mengakibatkan mutu olahan kopi nantinya menurun. Permasalahan dalam pemanenan kopi saat ini adalah keadaan tanaman kopi yang tinggi sehingga buah tidak terjangkau oleh tangan pemetik serta buah kopi yang waktu matangnya tidak serentak dan kebanyakan buah kopi berada diujung-ujung ranting kopi , sedangkan ranting kopi berukuran sangat kecil, sehingga ketika ranting itu dipanjat akan mudah patah. Agar mempermudah proses pemanenan kopi,perlu disiapkan tangga segitiga yang nantinya akan digunakan sebagai alat bantu pemanenan. Agar tanaman kopi yang dipanen tidak terlalu tinggi maka sebaiknya dilakukan pemangkasan untuk mempermudah pemanenan. Pemangkasan tanaman kopi bertujuan untuk mengatur pertumbuhan vegetatif tanaman kopi ke arah pertumbuhan generatif yang lebih produktif. Oleh karena itu, pemangkasan hendaknya diarahkan untuk memperoleh cabangcabang buah yang jumlahnya optimal,memperoleh pemasukan cahaya ke dalam tubuh tanaman kopi untuk merangsang pembentukan bunga,melancarkan sirkulasi udara pada tanaman kopi,membuang cabangcabang tua yang sudah tidak dapat berproduksi agar zat hara dapat disalurkan bagi cabangcabang muda yang lebih produktif,membuang cabangcabang yang terserang penyakit atau hama,membuang trubusan atau cabang autotrof atau cabang ke atasserta membuang cabang yang menggantung,cabang balik, dan cabang kering.Dari data hasil panen yang dilakukan 17 kelompok terhadap 17 baris tanaman kopi, terdapat hasil panen kopi keseluruhan sebanyak 8812 gram dengan jumlah tanaman kopi yang dipanen sebanyak 144 tanaman kopi. Rata-rata perbaris tanaman terdiri atas 9 tanaman kopi, dari data tesebut dapat dihitung produksi rata-rata kopi per pohonnya sebanyak 108.8 gram. Dibandingkan dengan produksi rata-rata tanaman kopi pada umumnya dengan produksi rata-rata per hektar mencapai 500 1500 kg. Jumlah populasi tanaman kopi per hektar sebanyak 2 000 tanaman. Hasil panen ini termasuk rendah karena hanya menghasilkan hasil panen kurang dari 1 kg pe pohonnya. Hasil panen yang rendah ini bisa disebabkan kurang cocoknya lingkungan tumbuh kopi di daerah cikabayan, diantaranya kopi tidak menginginkan cahaya matahari segera didalam jumlah yang banyak, namun menginginkan cahaya matahari yang teratur. sengatan cahaya matahari segera didalam jumlah banyak dapat menambah penguapan tanah serta daun tanaman kopi, hingga mengganggu keseimbangan sistem fotosintesis terlebih pada musim kemarau (Rahardjo2012). Tanaman kopi menginginkan tanah yang gembur, subur, serta kaya bahan organik. perakaran tanaman kopi relatif dangkal, hingga sensitif pada lapisan-lapisan tanah teratas. Tanaman kopi membutuhkan susunan tanah yang baik dengan kandungan bahan organik sekurang-kurangnya 3%.Tanaman kopi tak hanya menginginkan tanah yang gembur serta kaya bahan organik, tanaman kopi juga menginginkan derajat keasaman tanah ( ph ) lebih kurang 5. 5 6. 5

BAB IVKESIMPULAN DAN SARANIV.1 Kesimpulan

IV.2 Saran*Dosen/Asprak/praktikan diharapkan datang tepat waktu agar pelaksanaan praktikum tidak telat dan selesai tepat waktu pula.*

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 2005. Petunjuk Becocok Tanam. Yogyakarta (ID) : Kanisius.Agus Fahmuddin et al. 2004. Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Bogor (ID) : Puslitbangtanak.Bingham C. 1999. Truk dan Alat Penggali. Jakarta(ID) : Raja Grafindo Persada.Djojosumarto, P. 2000.Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta (ID) : Kanisius.Haverkort B, Reijntjes C, Bayer AN. 1999. Pertanian Masa Depan. Yogyakarta(ID): Kanisius.Martodireso S, Suryanto WA. 2001. Teknologi Pemupukan dalam Era Pertanian Organik. Yogyakarta (ID): Kanisius..Nurdjannah N. 2004. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh. Persektif. 3(2) : 61-70.

Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta(ID) : Penebar Swadaya.Panggabean. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta(ID) : Aggromedia Pustaka.Prihandana R, Hendroko R. 2008. Petunjuk Budi Daya Jarak Pagar. Jakarta(ID): Penebar Swadaya.Ruhnayat A. 2004. Memproduktifkan Cengkeh Edisi 3. Jakarta(ID) : Penebar Swadaya.Salikin KA. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta(ID): Kanisius.Setyamidjaja D. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Yogyakarta(ID): Kanisius.Suparyono dan A. Setyono., 1993. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 1-25

Susanto FX. 1994. Tanaman Kakao, Budi Daya dan Pengolahan Hasil. Yogyakarta(ID) : Kanisius.Wahyudi T, Panggabean TR, Pujiyanto. 2008. Panduan Lengkap Tanaman Kakao. Jakarta(ID): Penebar SwadayaZulkifli Z et al. 2004. Petunjuk Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah, Meningkatkan Hasil dan Pendapatan, Menjaga Kelestarian Lingkungan. (BPPTP - BPTP Sumut - BPTP NTB) Balai Penelitian Tanaman Padi. International Rice Research Institute