forex dan administrasi pendapatan berbasis...

1

Upload: vodan

Post on 18-Jun-2018

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

P E R B A N K A NSenin, 29 Februari 2016 23

PENDAPATAN BERBASIS KOMISI

Forex dan Administrasi Digital Jadi Andalan

JAKARTA — Sejumlah bank masih mengandalkan produk foreign exchange untuk menyokong pendapatan komisi atau fee based

income. Di sisi lain, beberapa bank mulai berupaya menaikkan pendapatan komisi lewat

administrasi digital.

Surya [email protected]

Salah satu bank yang masih me -ngandalkan produk treasury foreign exchange (forex) untuk me macu fee based income (FBI) ada lah PT Maybank Indonesia Tbk. Apalagi setelah pendapatan non bunga dari forex naik 9.900% men jadi Rp300 miliar pada tahun lalu.

Thilagafathy Nadason, Direktur Maybank Indonesia, mengatakan porsi forex dalam FBI perseroan sebenarnya kecil, tetapi pertum-buhannya paling signifikan se -pan jang tahun lalu. Volatilitas ni -lai tukar rupiah terhadap dolar AS serta mata uang asing lainnya menjadi penyokong pertumbuhan

pendapatan dari produk forex pada tahun lalu.

“Untuk forex, pertumbuhannya disokong oleh transaksi forward. Untuk transaksi hedging agak kurang karena biaya nya cu kup besar juga,” ujarnya, Kamis (25/2).

Emiten berkode BNII itu juga menambahkan kantor cabang yang dapat menawarkan produk forward di beberapa kantor ca -bang nya. Perseroan pun beren-cana terus merilis produk-produk forward anyar yang sederhana.

Thila menuturkan beberapa cabang mulai bisa melakukan akti vitas treasury forex, tetapi ti -dak semuanya. Perseroan akan me lihat wilayah kantor cabang yang memiliki potensi pasar un -

tuk produk treasury untuk forex tersebut.

“Untuk nasabah di produk forex terutama forward, kami masih cukup selektif. Hanya nasabah yang punya pengalaman yang bisa masuk. Tetapi kalau yang belum, tidak [bisa masuk] karena risikonya cukup tinggi,” tuturnya.

Adapun, untuk pendapatan FBI perseroan yang mempunyai porsi paling besar tetap pembiayaan otomotif konsumer untuk roda dua maupun empat. Walaupun, pada tahun lalu pertumbuhannya turun sebesar 6,03% menjadi Rp561 miliar dibandingkan de -ngan tahun sebelumnya.

Di sisi lain, pendapatan FBI dari transaksi lainnya termasuk bancassurance juga mencatatkan per tumbuhan positif sebesar 72,4% di ban dingkan dengan ta hun sebe-lumnya menjadi Rp1,11 triliun.

TRANSAKSI DIGITALSementara itu, PT Bank MNC

In ternational Tbk. memperkira-kan pendapatan berbasis komisi per seroan ke depan dapat diso-kong oleh transaksi digital. Saat ini, porsi terbesar dalam FBI per-seroan adalah transaksi forex.

Sebelumnya, Direktur Utama Bank MNC International Benny Pur nomo memperkirakan tran saksi digital memiliki prospek un tuk berkontribusi lebih terhadap pen -dapatan perseroan. Apalagi, produk mobile-banking perseroan sudah berjalan pada awal bulan ini.

Dia memaparkan sampai tahun lalu kontribusi forex terhadap pendapatan FBI masih paling besar yaitu sekitar 40%-50%. Adapun, biaya administrasi bulan an menem-pati posisi kedua sebesar 30%-40%. Sementara itu, sisanya sekitar 10%-15% berasal dari kontribusi lainnya seperti transaksi pengirim-an uang dan sebagainya.

“Dengan hadirnya mobile bank-ing, kami harapkan komposisi FBI menjadi 50% untuk transaksi di -gital dan 50% untuk transaksi fo -rex. Administrasi bulanan pun dari pengelolaan, dan bisa gratis.”

Volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan mata uang asing lainnya menyokong pertumbuhan pendapat-an dari produk forex pada tahun lalu.

PENYALURAN KREDIT

Infrastruktur Masih Jadi Tumpuan BBNI

JAKARTA — Tahun ini PT Bank Negara In donesia (Persero) Tbk. menargetkan per tumbuhan kredit sebesar 16%. Sum -bangsih terbesar diharapkan datang dari pembiayaan di sektor infrastruktur.

Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan sektor infrastruktur menjadi andalan karena sejalan dengan program pemerintah. Salah satu yang menjadi tar-get utama adalah infrastruktur kelistrikan yang terkait dengan program 35.000 MW.

Hanya saja, menurut Baiquni, lantaran banyaknya proyek infrastruktur dan dana yang dibutuhkan amat besar, tak mungkin ada bank yang sanggup membiayai pem-bia yaan infrastruktur sendiri. Oleh karena itu, perlu sinergi antar bank untuk mem-biayai proyek infrastruktur.

“Saya yakin tidak ada bank yang sang-gup menyalurkan kredit infrastruktur sen-diri karena dana yang dibutuhkan sa ngat banyak. Harus ada sinergi,” ujarnya di Ja -karta, Jumat lalu (26/2).

Oleh karena itu, bank berkode emiten BBNI ini memposisikan diri sebagai bank yang paling aktif menggalang kredit sindika si untuk membiayai proyek-proyek in frastruktur strategis.

Baiquni mencontohkan baru-baru ini BNI bersama dua bank BUMN lain, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk., dan PT Bank

Mandiri Tbk. menyalurkan kredit sindi-kasi sebesar Rp2,1 triliun kepada PT Angkasa Pura II. Kredit sindikasi ini disa-lurkan dalam rangka pembangunan Ban-dara Soekarno-Hatta Terminal 3 Ultimate.

“Selain lewat sindikasi, karena memang dana yang dibutuhkan besar, maka bisa saja dengan pinjaman antar bank. Salah satunya dengan bank dari luar negeri,” tambahnya.

Dari total rencana penyaluran kredit tahun ini, infrastruktur mendapat porsi paling dominan. Anggaran untuk sindika-si di sektor infrastruktur saja sekitar Rp30 triliun—Rp35 triliun. Oleh karena itu, perseroan menargetkan kenaikan kredit khusus untuk sektor itu sebesar 20%.

Kucuran kredit BBNI ke sektor infra-struktur memang terus meningkat, dari Rp53,054 triliun pada 2013 menjadi Rp66,193 triliun pada akhir 2015.

Selain di sektor infrastruktur utama, BBNI juga membuka peluang pembiayaan di infrastruktur penunjang atau sub sektor. Beberapa yang sudah dibiayai yaitu proyek Independent Power Producer (IPP) dan proyek PT PLN (Persero).

Sepanjang tahun lalu, BBNI telah me -nya lurkan kredit senilai Rp326,1 triliun atau tumbuh 17,5% secara year on year (y-o-y) dari Rp277,6 triliun. (Abdul Rahman)

NAIK BUKU III

Mayapada Siap Rights Issue Rp1 Triliun

JAKARTA — PT Bank Mayapada Tbk be -rencana menambah modal melalui ske ma penawaran saham baru dengan hak me -mesan efek terlebih dahulu atau rights issue sebagai persiapan untuk naik BUKU III.

Direktur Kepatuhan PT Bank Mayapada Internasional Tbk Rudy Mulyono meng-harapkan melalui mekanisme rights issue tersebut, perseroan dapat meraup dana sekitar Rp1 triliun.

Untuk naik ke BUKU III, dia mempre-diksi perseroan membutuhkan dana seki-tar Rp1 triliun. Kekurangan tersebut dapat ditutup melalui rights issue yang akan dilakukan. Hingga akhir Desember 2015, modal inti bank berkode MAYA ini telah mencapai Rp4 triiliun.

Bank Mayapada juga sedang merevaluasi asset, yang diperkirakan dapat meningkat-kan permodalan sebesar Rp800 miliar. Meskipun peningkatan nilai bersih yang diperoleh dari revaluasi aset tidak dapat diperhitungkan sebagai tambahan kompo-nen modal Tier-1, akan tetapi hal itu berkon-tribusi cukup signifikan terhadap peningkat-an modal bank secara keseluruhan.

“Rencananya sekitar kuartal empat tahun ini bisa naik BUKU III. Maka rights issue, menggunakan laporan keuangan Maret 2016,” jelasnya usai RUPSLB Bank Mayapada, Jumat (26/2).

Skema rights issue diakui Rudy memang rutin dilakukan perseroan untuk menam-bah modal. Berdasarkan catatan Bisnis, perseroan telah menerbitkan 391,3 juta saham baru pada harga Rp1.665 per lem-bar dengan total perolehan dana Rp651,53 miliar pada September tahun lalu.

Penerbitan 9,09% saham baru itu akan

me miliki nominal Rp100 per lembar. Se -tiap pemegang 10 saham lama, akan men- dapatkan satu hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) dan digunakan untuk membeli 1 saham bernominal sama.

Kinerja perseroan sepanjang tahun lalu mencatatkan pertumbuhan kredit positif, sekitar 30% (tidak diaudit). Pada 2014, la por-an tahunan kinerja perseroan mencatatkan penyaluran kredit Rp26 triliun. Pe nya luran kredit perseroan merata di se luruh sek tor, terutama untuk kredit komersil dan UKM.

Persentase pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan kredit, yakni di kisaran 30% (tidak diaudit). Pada 2014, total DPK per-seroan mencapai Rp32 triliun.

Deposito memberikan kontribusi terbesar untuk DPK, yakni 80%. Sementara itu, 20% lainnya berasal dari tabungan. Tahun ini, bank milik taipan Tahir ini ingin meningkat-kan porsi dana murah menjadi 25%.

Pada 2015, Bank Mayapada membuku-kan laba bersih dengan pertumbuhan sekitar 60% (tidak diaudit). Tahun sebe-lumnya, laporan tahunan kinerja persero-an mencatatkan laba bersih Rp434 miliar.

Perolehan laba masih didominasi oleh pendapatan bunga yang mencapai 80%. Adapun untuk pendapatan berbasis biaya, kontribusi terbesar masih diberikan oleh produk bancassurance.

Tahun ini pihaknya tetap akan menerap-kan prinsip kehati-hatian supaya tetap bisa mengendalikan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL). Laporan keuangan yang belum diaudit perseroan menunjukkan rasio NPL gross 0,57%.(Anitana Widya Puspa)

Antara/Satrio

Direktur PT Mega Insurance Lukman Siregar (kiri), bersama Direktur Funding & Network PT Bank Mega Tbk. Diza Larentie (kedua kiri) dan Vice President Bank Mega Kalimantan Theresia Sandhora Alfoncia (kanan), menyerahkan dana pertanggungan asuransi secara simbolis kepada Stefanie Chandra, ahli waris almarhum Sherly Ong selaku nasabah Mega First korban

kecelakaan pesawat AirAsia 2014, di Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (26/2). Setiap nasabah MegaFirst mendapatkan asuransi kecelakaan diri secara gratis dengan nilai pertanggungan Rp200 juta yang bekerja sama dengan Mega Insurance.

PENYERAHAN SANTUNAN BANK MEGA

djoko
Typewriter
Bisnis Indonesia,29 Februari 2016