flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air

Upload: dinia-putri-al-muda

Post on 20-Jul-2015

394 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat diekstraksi dengan alkohol 70% dan tetap ada pada lapisan air setelah ekstrak dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila di tambah basa atau amoniak, jadi flavonoid mudah dideteksi pada kromatogram atau dalam larutan Aktivitas biologi flavonoid antara lain, - anti kanker : kuersetin, mirisetin - anti oksidant : kuersetin, antosianidin, dan prosianidin - anti inflamasi : apigenin, taksifolin, luteolin, kuersetin - anti alergi : nobeletin, tangeretin - anti hipertensi : prosianidin - anti virus : amentiflavum, skutellarein, kuersetin Isolasi flavonoid umumnya dilakukan dengan metode ekstraksi, yakni dengan cara maserasi atau sokletasi menggunakan pelarut yang dapat melarutkan flavonoid. Flavonoid pada umumnya larut dalam pelarut polar, kecuali flavonoid bebas seperti isoflavon, flavon, flavanon, dan flavonol termetoksilasi lebih mudah larut dalam pelarut semi polar. Oleh karena itu pada proses ekstraksinya, untuk tujuan skrining maupun isolasi, umumnya menggunakan pelarut methanol atau etanol. Hal ini disebabkan karena pelarut ini bersifat melarutkan senyawasenyawa mulai dari yang kurang polar sampai dengan polar. Ekstrak methanol atau etanol yang kental, selanjutnya dipisahkan kandungan senyawanya dengan tekhnik fraksinasi, yang biasanya berdasarkan kenaikan polaritas pelarut (Monache, 1996).

Dalam penelitian ini senyawa flavonoid diisolasi dengan tekhnik maserasi, mempergunakan poelarut methanol teknis. Ekstraksi methanol kental kemudian dilarutkan dalam air. Ekstrak methanolair kemudian difraksinasi dengan n-heksan dan etil asetat. Masingmasing fraksi yang diperoleh diuapkan, kemudian diuji flavonoid. Untuk mendeteksi adanya flavonoid dalam tiap fraksi, dilakukan dengan melarutkan sejumlah kecil ekstrak kental setiap fraksi kedalam etanol. Selanjutnya ditambahkan pereaksi flavonoid seperti : natrium hidroksida, asam sulfat pekat, bubuk magnesiumasam klorida pekat, atau natrium amalgamasam klorida pekat. Uji positif flavonoid ditandai dengan berbagai perubahan warna yang khas setiap jenis flavonoid (Geissman, 1962). Karakterisasi senyawa flavonoid lazim dilakukan dengan pengukuran-pengukuran spektrofotometri. Dari segi struktur, senyawa-senyawa flavonoid dapat dideteksi berdasarkan warnanya di bawah sinar tampak atau sinar ultra lembayung. Flavonoid mempunyai sistem karbonil yang berkonyugasi dengan cincin aromatik, sehingga senyawa-senyawa ini menyerap sinar panjang gelombang tertentu di daerah ultra violet (Achmad, 1986). Kromatografi adalah suatu metode analitik untuk pemurnian dan pemisahan senyawa-senyawa organik dan anorganik. Kromatografi bermanfaat sebagai cara untuk menguraikan suatu campuran. Dalam

kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase yakni fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat berupa zat cair atau padat, sedangkaan fase gerak dapat berupa gas atau cairan (Khopkar, 1990). Kromatografi secara garis besar dapat dibedakan menjadi kromatografi kolom dan kromatografi planar. Kromatografi kolom terdiri atas kromatografi gas dan kromatografi cair, sedangkan kromatografi planar terdiri atas kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas (Anwar, 1994). Kromatografi lapis tipis adalah suatu metode pemisahan yang menggunakan plat atau lempeng kaca yang sudah dilapiskan adsorben yang bertindak sebagai fasa diam. Fase bergerak ke atas sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram. Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitif (Khopkar, 1990). Pada prinsipnya KLT dilakukan berdasarkan pada penggunaan fasa diam untuk menghasilkan pemisahan yang lebih baik. Fasa diam yang biasa digunakan dalam KLT adalah serbuk silika gel, alumina, tanah diatome dan selulosa (Harborne, 1987). Adapun cara kerja dari KLT yakni larutan cuplikan sekitar 1% diteteskan dengan pipet mikro pada jarak 12 cm dari batas plat. Setelah eluen atau pelarut dari noda cuplikan menguap, plat siap untuk dikembangkan dengan fasa gerak (eluen) yang sesuai hingga jarak eluen dari batas plat mencapai 10-15 cm. Mengeringkan sisa eluen dalam plat dengan didiamkan pada suhu kamar. Noda pada plat dapat diamati langsung dengan menggunakan lampu UV atau dengan menggunakan pereaksi semprot penampak warna. Setelah noda dikembangkan dan divisualisasikan, identitas noda dinyatakan dengan harga Rf (retardation factor) (Anwar, 1994). Tujuan mendapatkan identitas noda dengan harga Rf untuk mencari pelarut untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, menyigi arah atau perkembangan reaksi seperti hidrolisis atau metilasi, identifikasi flavonoid secara ko-kromatografi dan isolasi flavonoid murni skala kecil (Markham, 1988).