fix burn

77
i SKRIPSI HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN PEMBENTUKAN DENSITAS TULANG PADA MAHASISWA JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Oleh: Nugroho Rizki Pratomo G1A009114 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEDOKTERAN PURWOKERTO 2013

Upload: nugroho-rizki-p

Post on 24-Oct-2015

57 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fix Burn

i

SKRIPSI

HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN PEMBENTUKAN DENSITAS TULANG

PADA MAHASISWA JURUSAN KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Oleh:

Nugroho Rizki Pratomo

G1A009114

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2013

Page 2: Fix Burn

ii

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN PEMBENTUKAN DENSITAS TULANG

PADA MAHASISWA JURUSAN KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Oleh:

NUGROHO RIZKI PRATOMO

G1A009114

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto

Disetujui

Pada tanggal, April 2013

Pembimbing I

dr. Diah Krisnansari, M.Si

NIP. 19770202.200501.2.001

Pembimbing II

Agus Prastowo, SST. M.kes

NIP. 19730805199503.1.002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Ilmu Kesehatan

dr. Hj. Retno Widiastuti, MS

NIP 19481015.197602.2.001

Ketua Jurusan Kedokteran

dr. Joko Setyono, M.Sc.

NIP 19720719.200012.1.001

Page 3: Fix Burn

iii

HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN PEMBENTUKAN DENSITAS TULANG

PADA MAHASISWA JURUSAN KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

ABSTRAK

Latar Belakang: Kalsium merupakan komponen nutrisi yang penting bagi

pembentukan densitas tulang. Kurangnya konsumsi kalsium dapat menyebabkan

pengeroposan tulang yang berujung dengan Osteoporosis. Remaja akhir

merupakan usia dimana terjadi percepatan pembentukan densitas tulang hingga

peak bone mass.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan asupan kalsium dengan densitas tulang

pada mahasiswa Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Ilmu

Kesehatan.

Metode: Studi observasional analitik cross sectional ini dilakukan pada tanggal 1

sampai 10 Februari 2013 pada 37 mahasiswa laki-laki Jurusan Kedokteran FKIK

UNSOED angkatan 2009-2012. Jumlah asupan Kalsium dinilai menggunakan

kuesioner food recall 4x24 jam pada hari Jumat, Sabtu, Minggu dan Senin.

Pengukuran densitas tulang dengan menggunakan Ultrasound Bone Densitometri

dilaksanakan pada tanggal 10 Februari. Uji normalitas data menggunakan

Shapiro-Wilk. Analisis data menggunakan analisis univariat menggunakan tabel

distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji Pearson.

Hasil: Rerata asupan Kalsium mahasiswa laki-laki Jurusan Kedokteran FKIK

UNSOED angkatan 2009-2012 adalah 672.469 mg/hari kurang dari nilai anjuran

dan rerata densitas tulang normal sebesar -0.145. Terdapat hubungan signifikan

antara asupan kalsium dengan pembentukan densitas tulang (p = 0,001 dan r =

0,567).

Kesimpulan: konsumsi kalsium sesuai anjuran dapat mencegah pengeroposan

tulang dan mencegah fraktur akibat osteoporosis.

Kata kunci : asupan Kalsium, densitas tulang, mahasiswa

Page 4: Fix Burn

iv

THE ASSOCIATION BETWEEN CALCIUM INTAKE AND BONE DENSITY

FORMATION IN MEDICAL STUDENTS OF

JENDERAL SOEDIRMAN UNIVERSITY

ABSTRACT

Background: Calcium is an important nutrient component for the bone density

formation. The lack of calcium intake can cause bone loss that leads to

osteoporosis. Late adolescence is an age where there is an acceleration of the

formation of bone density to the peak bone mass.

Objective: The aim of this study to determine the association between calcium

intake with bone density in medical students of Faculty of Medicine and Health

Sciences.

Methods: This is an observational analytic study with cross sectional design. This

study was conducted on 1 to February 10, 2013 on 37 male medical students 2009

to 2012 class. Calcium intake was assessed using a 4x24 hours food recall on

Friday, Saturday, Sunday and Monday. The measurement of bone density used

Ultrasound Bone Densitometry that held on February 10. Statistical analysis used

here was Pearson test.

Results: The mean of calcium intake in male medical students of Jenderal

Soedirman University 2009-2012 class is 672,46 mg/day and the mean of bone

density is -0,145. There was a significant relationship between calcium intake and

bone density formation(p=0,001 and r=0,567).

Conclusion: Higher calcium intake produced better bone density formation.

Keywords: Calcium intake; Bone density; Student

Page 5: Fix Burn

v

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Asupan

Kalsium dengan Pembentukan Densitas Tulang pada Mahasiswa Jurusan

Kedoteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal

Soedirman”. Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah kepada

junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat dan

pengikutnya yang setia hingga akhir jaman.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat kelulusan dalam menempuh

pendidikan Sarjana Kedokteran di Universitas Jenderal Soedirman. Dalam

penyusunan skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada

seluruh pihak yang telah terlibat, antara lain:

1. dr. Hj.Retno Widiastuti, M.S selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu –

Ilmu Kesehatan, yang telah mengarahkan, membimbing, mendukung penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan usul skripsi ini.

2. dr. Joko Setyono, M.Sc selaku Ketua Jurusan Kedokteran FKIK Universitas

Jenderal Soedirman.

3. dr. Diah Krisnansari, M.Si selaku pembimbing I, yang telah memberikan ide,

mengarahkan, membimbing, mendukung dan meluangkan banyak waktunya

untuk konsultasi sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Agus Prastowo, SST. M.Kes selaku pembimbing II, yang telah mencurahkan

waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Page 6: Fix Burn

vi

5. dr. Madya Ardi Wicaksono, M.Si selaku penelaah, yang telah mecurahkan

waktunya untuk membimbing penulis hingga skripsi ini dapat selesai.

6. dr. Ismiralda Oke P, Sp.KK selaku wakil tim komisi skripsi, yang telah

mencurahkan waktunya untuk mengarahkan penulis sehingga akhirnya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Kedua orang tua tercinta Junaedi dan Sri Rahayu yang merupakan sumber

inspirasi terbesar dalam hidup penulis, yang tak henti-hentinya memberikan

doa, kasih sayang, dukungan, nasehat, dan arahan kepada penulis.

8. Kedua adik tercinta Tyo dan Tyan yang selalu memberikan dukungan,

perhatian, dan doa kepada penulis.

9. Chyntia Putriasni Kurnia yang selalu memberikan doa, semangat, bantuan,

perhatian dan dorongan nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

10. Sahabat-sahabat yang hebat Fajrul, Zuldi, Gugi, Afif, dan Benza yang selalu

menemani penulis disaat melepas penat, terima kasih untuk semua canda

tawa, motivasi, dan doa dari kalian.

11. Seluruh keluarga besar angkatan 2009 Kedokteran Unsoed yang telah

memberi semangat, dukungan, motivasi dan kenangan indah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu

penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Purwokerto, Maret 2013

Penulis

Page 7: Fix Burn

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL………………………………………………………….. ix

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. x

DAFTAR SINGKATAN……………………………………….…………... xi

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………...………………..

xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………. 1

B. Perumusan Masalah……………………………………………….. 4

C. Tujuan Penelitian………………………………………………….. 4

D. Manfaat Penelitian…………………………………………………

4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tulang................………………………………………………….... 6

1. Anatomi Tulang............................................................................. 6

2. Fisiologi dan Histologi Tulang...................................................... 9

3. Proses Osifikasi Tulang …………………………........................ 11

4. Proses Remodeling Tulang............…………………………….. 13

B. Kalsium………………………………….......................................... 15

1. Definisi dan Fungsi Kalsium..………………………................... 15

2. Asupan Kalsium...................…………………………………….. 17

3. Penyerapan kalsium………………………................................... 19

4. Faktor-faktor Penyerapan Kalsium................................................ 20

C. Osteoporosis………………………………………………………... 22

D. Alat Pengukuran Densitas Tulang…………………………………. 25

E. Kerangka Teori…………………………………………………… 26

F. Kerangka Konsep…………………………………………………... 27

G. Hipotesis…………………………………………………………… 27

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian…………………………………………………. 28

B. Populasi dan Sampel…………………………………………….... 28

C. Variabel penelitian……………………………………………....... 31

D. Definisi Operasional…………………………………………......... 31

E Pengumpulan Data…………………………………………..……. 32

F. Tata Urutan Kerja……………………………………….......…….. 33

G. Analisis Data……………………………………………………… 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil………………………………………………………………... 37

B. Pembahasan………………………………………………………... 40

Page 8: Fix Burn

viii

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………………………………………………………… 47

B. Saran……………………………………………………………….. 47

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 48

LAMPIRAN…………………………………………………………………... 51

Page 9: Fix Burn

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Angka Kecukupan Kalsium per-hari.................................................. 18

Tabel 2. Nilai Kalsium Bahan Pangan............................................................. 19

Tabel 3. Jumlah Kalsium yang Terkandung dalam Bahan Pangan.................. 20

Tabel 4. Kalsifikasi BMD menurut WHO....................................................... 26

Tabel 5. Karakteristik Umum Subyek Penelitian ............................................ 38

Tabel 6. Hubungan Asupan Kalsium dengan Pembentukan Densitas Tulang 39

Page 10: Fix Burn

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar Bagian-Bagian Tulang Panjang................................... 9

Gambar 2. Histologi Tulang........................................................................ 11

Gambar 3. Proses Osifikasi Tulang............................................................. 12

Gambar 4. Grafik Perubahan Densitas Tulang………………………….. 14

Gambar 5. Proses Remodeling pada Tulang………………………........... 15

Gambar 6. Diagram Proporsi Skor T……………………………………... 38

Page 11: Fix Burn

xi

DAFTAR SINGKATAN

BFGF : basic fibroblast growth factor

BMD : bone mineral density

BRU : bone remodeling unit

DXA : dual-energy X-ray absorptiometry HGF : hepatocyte growth factor

IGF : insulin-like growth factor

MCSF : makrofag stimulating factor

MRI : magnetic resonance imaging

NGF : neurotropin

PTH : parathyroid hormone

QUS : quantitative ultrasound

QCT : quantitative computed tomography

RANKL : nuclear factor kappa-B ligand

VEGF : Vascular Endothelial Growth Factor

Page 12: Fix Burn

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Inform Consent …………………………………………. 51

Lampiran 2. Kuesioner Responden………..............................………………… 54

Lampiran 3. Lembar Pengisian Food Recall …………………………………. 56

Lampiran 4. Data Penelitian………………………………………………….... 57

Lampiran 5. Hasil SPSS……………………………………………………….. 58

Lampiran 6. Dokumentasi……………………………………………………… 63

Lampiran 7. Riwayat Hidup……………………………………………………. 64

Page 13: Fix Burn

1

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah yang disebabkan oleh kurangnya densitas

tulang adalah Osteoporosis. Osteoporosis merupakan suatu penyakit tulang

sistemik, yang disebabkan oleh rendahnya densitas tulang atau karena

penyakit yang menyebabkan kerusakan jaringan tulang, hal tersebut tidak

akan menjadi suatu keluhan sebelum terjadinya fraktur (Kosmin, 2012).

Hasil penelitian menurut National Osteoporosis Foundation (NOF), 10

juta penduduk Amerika menderita osteoporosis, 34 juta diantaranya

memiliki densitas tulang yang buruk, yang merupakan faktor risiko

terjadinya osteoporosis. Setiap tahunnya terdapat 1.5 juta pasien

osteoporosis baru di Amerika. Diperkirakan 200 juta manusia di dunia

menderita osteoporosis, dari data tersebut 1 dari 2 orang wanita dan 1 dari

5 orang pria Amerika yang berumur lebih dari 50 tahun memiliki

pengalaman fraktur osteoporosis. Menurut hasil studi diperkirakan pada

tahun 2050 angka kejadian fraktur panggul meningkat 240 % pada wanita

dan 310 % pada pria (NOF, 2011).

Menurut hasil analisa risiko osteoporosis oleh Pusat Penelitian dan

Pengembangan Gizi Departemen Kesehatan Indonesia bekerja sama

dengan Fonterra Brands Indonesia pada tahun 2006, menyatakan bahwa 2

dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko menderita osteoporosis. Angka

ini melebihi dari angka prevalensi di dunia dimana 1 dari 3 orang

Page 14: Fix Burn

2

menderita osteoporosis. Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi)

tahun 2007 dalam Indonesian White Paper mendukung pernyataan di atas

bahwa, presentasi wanita berusia lebih dari 50 tahun yang menderita

osteoporosis mencapai 32,3% sedangkan pada pria berusia lebih dari 50

tahun yang menderita osteoporosis mencapai 28,8%. Diperkirakan

menurut International Osteoporosis Foundation (IOF) pada tahun 2050

sebanyak 50% penduduk mengalami fraktur tulang panggul (Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Indonesia memiliki risiko

peningkatan jumlah penderita osteoporosis, terbukti pada penelitian

terdahulu yaitu beberapa wilayah di Indonesia yang memiliki risiko

osteoporosis yaitu Propinsi Sumatera Selatan (27,7 %), Jawa Tengah

(24,02 %), Yogyakarta (23,5 %), Sumatera Utara (22,82 %), Jawa Timur

(21,42 %) dan Kalimantan Timur (10,5 %) (Pranoto, 2009). Densitas

tulang dibentuk dari berbagai zat gizi diantaranya adalah kalsium, fosfat,

vitamin D, serat kolagen. Densitas tulang terbentuk bukan hanya dari

asupan zat gizi tersebut tetapi genetik, kebiasaan dalam hidup, kebiasaan

berolahraga juga merupakan faktor yang mempengaruhi pembentukan

densitas tulang (Hardinsyah, 2008).

Kalsium merupakan zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan

dan pertumbuhan tulang. Angka kebutuhan kalsium perhari adalah 1000-

1300 mg atau setara dengan 3 gelas susu. Bahan pangan lainnya yang

mengandung kalsium adalah teri kering, udang kering, ayam, telur ayam,

daging sapi, tahu, tempe, kacang-kacangan, atau sayuran hijau (National

Institute Child Health and Human Development, 2011). Puncak kepesatan

Page 15: Fix Burn

3

pertumbuhan masa tulang diperoleh manusia pada 18 tahun untuk wanita

dan 20 tahun untuk pria. Cadangan kalsium dibutuhkan sejak usia dini,

karena densitas tulang di masa tua dipengaruhi juga oleh asupan kalsium

sejak usia dini (Baxter, 2011). Pengaruh pembentukan densitas tulang

bukan hanya ditentukan oleh asupan kalsium yang adekuat saja melainkan

dibutuhkan pula vitamin D, faktor genetik, ras, aktivitas fisik dan olahraga.

Meskipun Propinsi Jawa Tengah yang terletak pada Pulau Jawa yang

dikategorikan sebagai pulau yang lebih maju dibandingkan dengan yang

lain, ternyata memiliki risiko osteoporosis yang tinggi.

Kualitas kesehatan suatu bangsa dapat diukur dari kualitas sumber

daya kesehatan yang baik. Mahasiswa kesehatan adalah suatu aset bagi

bangsa. Maka kualitas kesahatan dari mahasiswa harus diperhatikan untuk

mengemban misi Indonesia sehat, salah satu bagian kesehatan yang perlu

diperhatikan adalah kesehatan tulang atau kualitas tulang, hal tersebut

perlu diperhatikan karena kualitas tulang sering terlupakan oleh

mahasiswa karena tidak mengalami keluhan yang jelas, oleh karena itu

perlu dilakukan pemeriksaan sejak dini pada mahasiswa, khususnya

mahasiswa jurusan kedokteran UNSOED, untuk terciptanya Mahasiswa

Jurusan Kedokteran UNSOED yang mempunyai kriteria tinggi, selain hal

tersebut peneliti memilih mahasiswa jurusan kedokteran FKIK UNSOED

bertujuan untuk menyeragamkan perilaku, aktivitas, pola asupan kalsium

pada subjek penelitian dan tidak dipengaruhi oleh sistem hormonal yang

dapat mempengaruhi metabolisme dalam tubuh.

Page 16: Fix Burn

4

B. Perumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara asupan kalsium dengan pembentukan

densitas tulang pada mahasiswa Jurusan Kedokteran FKIK ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui hubungan asupan kalsium dengan pembentukan

densitas tulang pada mahasiswa Jurusan Kedokteran FKIK.

2. Tujuan Khusus :

a. Mengetahui asupan kalsium pada mahasiswa Jurusan Kedokteran

FKIK.

b. Mengetahui densitas tulang mahasiswa Jurusan Kedokteran FKIK.

c. Menganalisa hubungan asupan kalsium dengan pembentukan

densitas tulang pada mahasiswa Jurusan Kedokteran FKIK.

D. Manfaat Penelitian

1.Manfaat Teoritik

Untuk menambah khasanah keilmuan di bidang Ilmu Kesehatan

Masyarakat (IKM ) cabang Ilmu Gizi kedokteran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya

mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung kalsium secara

cukup untuk membentuk densitas tulang yang kuat sehingga

terhindar dari risiko osteoporosis.

Page 17: Fix Burn

5

b. Bagi Orang Tua

Memberikan informasi kepada orang tua agar memberikan asupan

kalsium yang cukup terhadap keluarganya dan memberikan asupan

tambahan seperti susu atau suplemen kalsium atau memberikan

asupan kalsium non-susu.

c. Bagi Remaja dan Dewasa Muda

Memberikan informasi bahwa puncak dalam pembentukan masa

tulang terdapat pada umur 18 – 20 tahun, sehingga para remaja dan

dewasa muda dapat memanfaatkannya dengan baik serta

menghindari sejumlah bahan pangan atau jajanan yang mengurangi

penyerapan kalsium ke dalam tubuh.

Page 18: Fix Burn

6

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tulang

1. Anatomi tulang

Jumlah tulang dalam tubuh manusia adalah 213 tulang, terdiri

dari tulang apendikular sebanyak 126 tulang, tulang axial sebanyak 74,

dan tulang pendengaran sebanyak enam tulang (Clarke, 2008). Tulang

merupakan suatu jaringan dalam tubuh yang terbentuk dari mineral dan

struktur organik yang memiliki banyak fungsi bagi tubuh manusia.

Fungsi dari tulang adalah sebagai pendukung dari tubuh, untuk

menyimpan cadangan zat mineral dan zat lemak, sebagai tempat

pembentukan dari sel darah, sebagai pelindung bagi organ tubuh dan

dapat berfungsi sebagai penentu arah dari medan gaya yang dihasilkan

oleh otot.

Secara umum tulang dapat dibagi menjadi beberapa kelompok

besar yaitu (Martini, 2009) :

a. Tulang panjang merupakan tulang yang mengalami perkembangan

dan pemanjangan pada bagian epiphisis. Jenis tulang ini relatif lebih

panjang dan memiliki ruang tempat dari sumsum tulang. Letak dari

tulang panjang terdapat pada bagian femur, humerus, dll.

b. Tulang pipih meimiliki karakteristik tulang yang memiliki

karakteristik pipih dan kasar. Jenis tulang ini terdapat pada cranium,

Os. Sternum, Os. Scapula dan tulang pinggul. Fungsi dari tulang

jenis ini adalah melindungi jaringan lunak yang ada di dalamnya.

Page 19: Fix Burn

7

c. Sutura merupakan bentuk tulang yang lebih kecil, pipih, bentuknya

yang tidak rata merupakan tulang yang berada diantara tulang pipih

pada cranium.

d. Tulang irregular merupakan tulang dengan bentuk pendek, pipih,

bertingkat dan berada di vertebra, pelvis dan sebagian tulang pada

cranium.

e. Tulang Short merupakan tulang yang memiliki karakteristik pendek

seperti os. Carpal dan os. Tarsal.

f. Tulang Sesamoid secara umum berbentuk kecil, pipih dengan bentuk

menyerupai biji wijen. Tulang ini berada di dalam tendon dan

umumnya bertempat di sendi seperti lutut, tangan dan kaki. Tulang

jenis ini diperkirakan dalam tubuh manusia berada di 26 lokasi yang

berbeda.

Tulang panjang memiliki beberapa bagian (gambar 1) yang

terdiri dari (Petre, 2011):

1) Epiphisis adalah merupakan bagian tulang yang terdapat pada

perujungan dari tulang dan kebanyakan berhubungan dengan

persendian, bentuknya tipis dan kuat karena merupakan tulang

kompak yang memiliki banyak trabekula, memiliki fungsi

sebagai pertahanan tulang terhadap guncangan. Epiphysis juga

berfungsi sebagai tempat dari kapsul persendian, tempat

melekatnya ligamen dan tendon, tetapi bagian Epiphysis

merupakan bagian yang kaku dari tulang.

Page 20: Fix Burn

8

2) Phisis merupakan bagian yang sangat penting bagi tulang karena,

bagian ini merupakan tempat pertumbuhan tulang. Bagian tulang

ini terdapat lapisan kartilago, yang akan distimulasi agar terus

melakukan proses proliferasi, kemudian sel tersebut akan mati

dan mengalami kalsifikasi, pada akhirnya akan membentuk

tulang baru. Bagian ini dapat tumbuh melebar dengan proses

pembentukan tulang yang disokong oleh periosteum. Proses ini

terus berulang seumur hidup manusia.

3) Metaphisis adalah zona tulang yang memisahkan antara

epiphysis dan diaphysis. Zona tulang tersebut terdiri dari

sebagian dinding tipis korteks serta bagian trabekula di

dalamnya. Zona ini merupakan tempat bagi perlekatan ligamen.

4) Diaphisis merupakan bagian terpanjang dari bagian tulang. Pada

bagian diaphisis terdapat lapisan korteks yang kuat. Bagian

tulang panjang ini memiliki fungsi struktural, yaitu membangun

tubuh agar tetap tegak, tinggi, dan memberikan ruang bagi

pergerakan otot.

Page 21: Fix Burn

9

Gambar 1. Gambar bagian-bagian pada tulang panjang

(Sumber: Petre, 2011)

2. Fisiologi dan histologi tulang

Tulang tersusun dari beberapa mineral yaitu kalsium fosfat (Ca3

(PO4)) yang bersatu dengan kalsium hidroksida (Ca (OH)2)membentuk

suatu kristal hydroxyapatite (Ca10(PO4)6(OH)2). Terdapat 2/3 susunan

tulang terdiri dari kalsium fosfat. Kristal Kalsium fosfat dalam tulang

bersifat sangat kuat tetapi mempunyai kekurangan karena sifatnya yang

kaku dan tidak fleksibel. Tulang dapat menahan beban tetapi akan rusak

apabila mendapat suatu gaya putar atau mendapat tekanan secara tiba-

tiba (Martini, 2009).

Kalsium fosfat dan serat kolagen terdapat dalam tulang

berfungsi untuk menahan tarikan dengan kekuatan sebesar 700-1400

kg/cm2 dan dapat menahan tekanan sebesar 1400-2100 kg/cm2 dari

data tersebut didapatkan bahwa kekuatan tulang untuk menahan gaya

tarik dan tekanan mendekati kekuatan dari almunium dan besi, tetapi

tulang hanya dapat menahan 420-700 kg/cm2 apabila diberikan tekanan

yang tiba-tiba (Barrere et al., 2006).

Page 22: Fix Burn

10

Tubuh manusia terdapat 16 tipe jenis serat kolagen tetapi 80-

90% jenis serat kolagen yang ada dalam tubuh manusia adalah tipe I, II,

III. Menurut penelitan terdahulu mengatakan bahwa serat kolagen tipe

I, II, III terdapat dalam susunan tulang manusia. Tetapi diantara ketiga

tipe tersebut, tipe I merupakan penyusun utama dari tulang. Molekul

serat kolagen tipe ini memiliki panjang 300 nm. Selain tulang serat

kolagen tipe I ini juga menyusun kulit, tulang, ligamen, lapisan dentin

gigi dan jaringan intersitial (Lodish, 2000).

Terdapat beberapa mineral yang terkandung dalam tulang

seperti kalsium karbonat (CaCO3), magnesium, fluoride, protein non-

kolagen, seperti alkalin fosfat, osteonektin, gamma-karboksiglutamat,

osteopontin dan sebagian kecil proteoglikan. Jumlah total dari sel yang

terdapat dalam tulang hanya dua persen dari sebuah tulang. Sel-sel

pembentuk tulang diantaranya adalah osteoblas yang merupakan sel

tulang yang immature, berbentuk kuboid sampai kolumner dan sel ini

berasal dari sel mesenkim. Osteoblas terus berkembang mengalami

proliferasi secara terus menerus membelah sehingga menjadi hipertrofi

lalu dalam proses selanjutnya sel osteoblas akan mengalami kalsifikasi

dan membentuk osteosit (Eroschenko, 2003).

Osteosit dikelilingi sebuah struktur yang dinamakan lakuna dan

dihubungkan oleh kanalikuli. Osteoklas bertugas menjaga metabolisme

kalsium di dalam tubuh dengan cara melakukan penyerapan kalsium

dari tulang. Sel-sel tersebut mendapat nutrisi dari saluran havers yang

dihubungkan oleh saluran volkman (Eroschenko, 2003).

Page 23: Fix Burn

11

Gambar 2. Histologi Tulang (Sumber: http://apbrwww5.apsu.edu)

3. Proses osifikasi tulang

Proses osifikasi pada tulang melalui dua proses penting yaitu

osifikasi intramembran dan endochordal. Kedua proses ini dimulai dari

tempat dimana sistem vaskular dapat menembus ke zona pertumbuhan

(mesenchymal zone). Pembentukan sistem vaskular (neoangiogenesis)

dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah Vascular

Endothelial Growth Factor (VEGF), Basic Fibroblast Growth Factor

(BFGF), Transforming Growth Factor β (TGF-β), Angiopoietins (Ang-

1), Hepatocyte Growth Factor (HGF), Platelete Derived Growth

Factor (PDGF-BB), Insulin-like Growth Factor (IGF-1, IGF-2) dan

Neurotropin (NGF) (Madeddu, 2005). Sistem vaskularisasi penting bagi

proses osifikasi tulang karena darah membawa material pembentukan

tulang seperti growth factor, hormon, sitokin, kemokin, dll. Sel-sel

masenkim yang terdapat pada zona pertumbuhan berdiferensiasi

menjadi osteoblas matur, selanjutnya osteoblas matur tersusun dalam

matrik tulang dan menstimulasi pembentukan spikula, kumpulan dari

spikula membentuk trabekula, yaitu struktur penyusun tulang spons

Page 24: Fix Burn

12

yang berbentuk seperti lempengan. Trabekula tumbuh, saling berkaitan

satu sama lain dan membentuk menjadi lapisan tulang muda (struktur

lemah yang tersusun dari banyak osteosit). Osteosit pada daerah

tersebut mengalami proliferasi lebih, mengakibatkan osteosit menjadi

hipertrofi dan mengalami apoptosis. Tahap terakhir merupakan proses

kalsifikasi dan membentuk kompleks matriks tulang yang matur

(Kronenberg, 2003).

Gambar 3. Proses osifikasi pada tulang (Sumber: Kronenberg, 2003)

Proses osifikasi endochordal dimulai dari tahap (A) sel-sel

masenkim (B) berdiferensiasi menjadi susunan avaskular dari kartilago.

(C) Tepat di tengah kartilago, kondrosit secara simultan berploriferasi

dan menyebabkan kondrosit menjadi hipertrofi. (D) Lapisan kartilago

hipertrofi membentuk matriks tulang dan melepaskan faktor angiogenik

yang berfungsi untuk menstimulasi pembentukan pembuluh darah dan

mempercepat terjadinya proses apoptosis. (E) Kompleks osteoblas dan

Page 25: Fix Burn

13

sistem vaskular membentuk lapisan spongiosa primer. Kondrosit terus

melakukan proliferasi bersama dengan sistem vaskular akan tumbuh

menjadi lebih panjang. Osteoblas yang terdapat pada lapisan terluar

membentuk lapisan korteks. Sementara itu, osteoblas yang berada pada

lapisan spongiosa primer membentuk trabekula. (F) Pada siklus

osifikasi kedua, terjadi hal yang sama dengan siklus pertama. Siklus ini

terus terjadi dan pada akhirnya, masuknya sel stroma dan sumsum

tulang menempati rongga yang berada di tengah tulang (Kronenberg,

2003).

4. Proses remodeling tulang

Proses remodeling tulang bertujuan untuk memperbaiki lapisan

tulang yang sudah rusak akibat berbagai sebab seperti trauma, penuaan,

dll. Proses tersebut diatur oleh suatu struktur yaitu Bone Remodeling

Unit (BRU). BRU dapat ditemukan dalam lapisan korteks tulang dan

pada trabekula. BRU terdiri dari osteoklas, osteoblas, pembuluh

vaskular, jaringan ikat dan sistem persarafan. Jumlah struktur aktif pada

orang dewasa sekitar satu juta unit (Compston, 2001).

Page 26: Fix Burn

14

Gambar 4. Grafik perubahan densitas tulang

(Sumber: Compston, 2001)

Pembentukan densitas tulang ini terus meningkat, kecepatan

peningkatan densitas tulang terjadi pada masa remaja. Pertumbuhan

tulang trabekula meningkat hingga 20-30 persen pertahun, pada korteks

terjadi pertumbuhan 3- 10 persen pertahun. Gambar 2.4 menjelaskan

bahwa masa tulang tertinggi pada umur 35-40 tahun dan pada umur 40-

45 tahun, densitas tulang atau masa tulang akan terus berkurang.

Penyusutan masa tulang terjadi dalam 2 lapisan tulang yaitu

pada trabekula dan korteks. Trabekula tulang usia 40-50 tahun, masa

tulang yang hilang adalah 0,5-1 % pertahun, pada usia 50-60 tahun

massa tulang yang hilang adalah 3,0-5 % pertahun, pada usia diatas 60

tahun massa tulang akan menghilang 5-10 % pertahun. Tulang korteks

masa tulang yang hilang diperkirakan 0,5-1 % per tahun (Lawllyn

1991;compston, 2001; Soeatmadji, 2002).

Page 27: Fix Burn

15

Terdapat 5 fase dalam remodeling tulang yaitu (Compston,

2001):

a. Quiescence, merupakan fase tenang atau fase dimana tulang belum

melakukan proses remodeling.

b. Aktivasi, terjadi ketika osteoklas melakukan diferensiasi, teraktivasi

dan bergerak menuju arah rangsang tubuh.

c. Resorbsi, fase ketika osteoklas berada pada permukaan tulang dan

menyerap bagian permukaan tulang, melarutkan mineral, membuat

lubang (resorption pit).

d. Reversal merupakan fase terjadi perekrutan, deferensiasi dan aktivasi

dari osteoblas untuk membentuk tulang baru dengan meproduksi

matriks tulang.

e. Mineralisasi merupakan fase dimana proses remodeling telah

terbentuk.

Gambar 5. Proses remodeling pada tulang

(Sumber: Compston, 2001)

Page 28: Fix Burn

16

B. Kalsium

1. Definisi dan fungsi kalsium

Kalsium merupakan merupakan suatu mineral yang disusun oleh

atom dan mempunyai nomer atom 20. Kalsium yang terdapat dalam

tubuh manusia dewasa berkisar hinggal 25000 mmol (1kg) dan 99 %

diantaranya tersimpan dalam tulang. Sebagian kecil kalsium terdapat

dalam di luar sel hanya terdapat 22.5 mmol dan 9 mmol dari kalsium

tedapat dalam plasma darah. Proses perpindahan kalsium dari tulang ke

plasma darah akan berkisar 500 mmol/24 jam dan terjadi penambahan

masa tulang setiap harinya berkisar 7,5 mmol/24 jam. Proses filtrasi

kalsium dari tubulus ginjal ke dalam plasma darah sebanyak 240

mmol/24jam dan di ekskresikan oleh tubuh sebanyak 5 mmol/24 jam

melalui urin dan feses (Marshall, 2008).

Fungsi kalsium dalam tubuh sangat penting, selain penting bagi

kesehatan tulang kalsium juga memiliki peranan dalam sistem

neuromuskular, oleh karena itu kadar kalsium dalam tubuh harus

seimbang, sehingga tubuh harus melakukan proses hemostasis kalsium

guna mempertahankan kadar kalsium dalam tubuh. Proses regulasi

kalsium dalam darah dipengaruhi oleh hormon paratiroid (PTH),

vitamin D, dan kalsitonin, penjelasannya yaitu (Deng, 2005) :

a. PTH merupakan hormon yang berfungsi untuk mengatur kadar

kalsium yang terdapat dalam darah. Kadar kalsium dalam darah

turun, chief cell yang berada di kelanjar paratiroid akan terstimulasi

untuk memproduksi PTH. Hormon tersebut memiliki dua

Page 29: Fix Burn

17

mekanisme dalam meregulasi kalsium dalam darah. Mekanisme

yang pertama adalah dengan meningkatkan permeabilitas dari

ginjal yang akan menstimulasi pembentukan vitamin D aktif.

Mekanisme yang kedua adalah dengan cara menstimulasi osteoblas

untuk mengaktifkan reseptor dari nuclear faktor kappa-B ligand

(RANKL) dan makrofag stimulating factor (MCSF) yang berfungsi

untuk mengaktivasi osteoklas dalam pemecahan kalsium dalam

tulang.

b. Vitamin D diperoleh dari usus dan kulit. Vitamin D mengalami

beberapa kali perubahan bentuk sebelum menjadi aktif yaitu di hati

(25-hydroxyvitamin-D) dan di dalam ginjal (1,25-hydroxyvitamin-

D). Dalam bentuk aktif vitamin D berfungsi menghambat ekskresi

dari kalsium di ginjal maupun dalam usus.

c. Kalsitonin berfungsi sebagai penghambat dari hormon PTH.

Apabila kadar kalsium dalam darah terpenuhi, maka kalsitonin

akan menekan fungsi dari osteoklas dan menghentikan absorbsi

kalsium dari tulang.

2. Asupan kalsium

Menurut beberapa penelitian asupan kalsium yang optimal

terbukti akan meningkatkan masa tulang sebesar 5-10% dengan standar

deviasi 0,5-1,0 dan pada masa tua akan mengurangi risiko dari fraktur

pada tulang pinggul sebesat 25-10%. Ungkapan dari penelitian

terdahulu tersebut membuktikan bahwa asupan kalsium yang adekuat

Page 30: Fix Burn

18

per harinya dapat meningkatkan masa tulang dan dapat mencegah

terjadinya risiko osteoporosis (Deng, 2005).

Tabel 1. Angka Kecukupan Kalsium Harian.

Usia Pria Wanita Hamil Menyusui

0-6 bulan 200 m

g

200 m

g

7-12 bulan 260 m

g

260 m

g

1-3 tahun 700 m

g

700 m

g

4-8 tahun 1,000 mg 1,000 mg

9-13 tahun 1,300 mg 1,300 mg

14-18 tahun 1,300 mg 1,300 mg 1,300 mg 1,300 mg

19-50 tahun 1,000 mg 1,000 mg 1,000 mg 1,000 mg

51-70 tahun 1,000 mg 1,200 mg

71+ /tahun 1,200 mg 1,200 mg

(Sumber : National Institute of Health, 2012)

Menurut bagian gizi dari National Institute of Health kebutuhan

kalsium yang dibutuhkan oleh tubuh setiap harinya pada umur 19- 50

tahun adalah 1000 mg (NIH, 2012). Di Indonesia, angka kecukupan gizi

(AKG) bagi orang yang berumur 13-19 tahun adalah 1000 mg

(Fikawati, 2005). Jenis bahan pangan yang memiliki kandungan

kalsium menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dapat

dilihat pada tabel 2.

Page 31: Fix Burn

19

Tabel 2. Nilai Kalsium bahan pangan (mg/100gram)

(Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1995)

Sumber makanan yang memiliki kandungan kalsium bisa

terdapat dalam susu, olahan susu, sayur-mayur (Brokoli, bok choi, petai

cina, bayam), kacang-kacangan. Beberapa macam sayur seperti bayam,

memiliki bioavailabitas yang rendah dalam tubuh, sehingga pemberian

asupan kalsium dari jenis pangan ini kurang adekuat. Jenis bahan

pangan yang memiliki kandungan kalsium National Institute Of Health

terdapat dalam tabel 3.

Bahan Makanan mg Bahan Makanan mg

Tepung susu 904 Kacang Kedelai kering 227

Keju 777 Tempe kedelai murni 129

Susu sapi segar 143 Tahu 124

Yogurt 120 Kacang merah 80

Udang kering 1209 Kacang tanah 58

Teri kering 1200 Oncom 96

Sarden (kaleng) 354 Tepung kacang kedelai 195

Telur bebek 56 Bayam 265

Telur ayam 54 Sawi 220

Ayam 14 Daun melinjo 219

Daging sapi 11 Katuk 204

Susu kental manis 275 Selada air 182

Teri nasi 1000 Daun singkong 165

Teri segar 500 Ketela pohon 33

Belut air tawar 390 Kentang 11

Page 32: Fix Burn

20

Tabel 3. Jumlah Kalsium yang terkandung dalam bahan

pangan.

Jenis bahan pangan miligram(mg) nilai harian

yogurt polos ,rendah lemah 8 ons 415 42

Jus jeruk yang diperkaya kalsium 6 ons 375 38

yogurt buah, rendah lemak 8 ons 299 30

Keju mozarella 1.5 ons 293 29

Sarden kaleng 3ons 282-350 28-35

Keju Cheddar 8 ons 276 28

Susu tanpa lemak 8ons 253 25

susu rendah lemak 8ons 131 18

Susu berlemak 8 ons 138 14

Tahu (setengah) 138 14

minuman sarapan instan berbagai rasa

8ons 105-250 25-10

yogurt beku, rasa vanilla setengah

gelas 103 10

Sereal siap saji 1 gelas 100-1000 10-100

Lobak 99 10

Kubis segar 1 gelas 94 9

Kubis mentah 1 gelas 90 9

ES krim, vanilla setengah gelas 84 8

Susu Kedelai 8ons 80-500 50

Bok choi 1 gelas 74 7

Roti 1 lapis 73 7

puding coklat dingin 4 ons 55 5

Roti gandum 1 lapis 30 3

Brocoli mentah setengah gelas 21 2

Krim Keju 1 sendok makan 14 1

(Sumber : National Institute of Health, 2012)

3. Penyerapan kalsium

Kalsium diabsorbsi melalui mukosa usus melalui dua

mekanisme yaitu transport aktif dan secara pasif melalui difusi. Dalam

mekanisme penyerapan kalsium pada umumnya dipengaruhi dari

konsentrasi dari vitamin D yang berguna untuk menginduksi protein

pengikat kalsium yaitu kalbindin, karena kalsium dalam bentuk kation

Ca2+

sulit untuk diabsorbsi ke dalam mukosa usus. Mekanisme difusi

Page 33: Fix Burn

21

dalam beberapa penelitian menyatakan, proses difusi dalam penyerapan

kalsium dilakukan tanpa pengaruh dari vitamin D. Proses penyerapan

kalsium dalam usus dipengaruhi oleh tiga komponen dasar yaitu epitel

channels kalsium (CaT1 dan ECaC), Kalbindin sebagai suatu protein

yang mempengaruhi permeabilitas membrane mukosa terhadap

kalsium, dan membran pompa kalsium yang berfungsi sebagai transport

kalsium dari cairan ekstraselular ke lamina propria (Wasserman, 2004).

4. Faktor-faktor yang Meningkatkan dan Menghambat Penyerapan

Kalsium

Faktor–faktor yang dapat meningkatkan absorbsi kalsium adalah

(Murray, 2009):

a. Vitamin D

Vitamin D dalam bentuk aktif dapat membantu meningkatkan

absorbsi kalsium di dalam usus. Vitamin D dalam bentuk aktif

mengaktifkan kalbindin, yang mempengaruhi permeabilitas

mukosa usus terhadap penyerapan kalsium.

b. Laktosa

Laktosa dapat meningkatkan penyerapan kalsium pada ileum

dengan cara meningkatkan potensial transmembran pada mukosa,

bagian lumen usus memiliki keadaan lebih positif, sehingga dapat

memudahkan kalsium melewati brush border.

Page 34: Fix Burn

22

c. Asam Lambung

Kalsium karbonat memerlukan keadaan asam untuk dapat diserap

dari usus ke dalam darah.

d. Estrogen

Hormon tersebut dapat meningkatkan penyerapan kalsium, setelah

menopause, kadar estrogen dalam tubuh berkurang yang

mengakibatkan berkurangnya absorbsi dari kalsium sehingga bagi

wanita yang sudah menopause disarankan untuk menjalankan

terapi hormon ini agar absorbsi kalsium dapat meningkat.

e. Asupan Kalsium

Jumlah asupan kalsium perhari adalah 1000 mg, lebih baik jika

tidak diberikan dalam satu waktu. Kalsium terserap baik dalam

jumlah 500 mg untuk memenuhi kebutuhan kalsium per-harinya

disarankan agar diberikan selang waktu sekitar 4 sampai 6 jam.

Selain itu terdapat pula faktor-faktor yang dapat menurunkan

absorbsi dari kalsium yaitu (Houtkooper, 2011):

a. Asam Oksalat

Asam oksalat adalah suatu substansi yang dapat mengikat kalsium

sehingga kalsium absorbsi kalsium dapat berkurang. Jenis bahan

pangan yang mengandung asam oksalat bseperti bayam, kacang

kedelai dan coklat.

Page 35: Fix Burn

23

b. Serat

Walaupun memiliki efek yang kurang berarti kandungan serat yang

terkandung dalam makanan seperti gandum dapat mengikat

kalsium dan menurunkan absorbsinya.

c. Magnesium dan Fosfat

Kedua zat tersebut membutuhkan vitamin D untuk proses absorbsi

kedalam tubuh, sehingga apabila rasio perbandingan dari zat

tersebut melebihi dari kalsium. Vitamin D akan kurang efektif

untuk dapat membantu penyerapan kalsium.

d. Teh

Teh mengandung tannin sehingga dapat mengikat kalsium di usus

dan mengakibatkan absorbsi dari kalium menurun.

e. Medikasi

Penggunaan obat-obatan dalam jangka panjang seperti laksatif,

kortikosteroid dan anti kejang karena menurunkan absorbsi dari

kalsium. Laksatif dapat menurunkan absorbsi kalsium karena

menyebabkan waktu yang dibutuhkan bagi tubuh untuk menyerap

kalsium tidak cukup.

C. Osteoporosis

Osteoporosis merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai

oleh rendahnya masa tulang dan keroposnya susunan mikroarsitektur

pada jaringan yang terdapat pada tulang, dua hal tersebut menyebabkan

Page 36: Fix Burn

24

tulang menjadi rapuh. Penyakit ini akan menimbulkan gejala klinis,

hingga terjadinya fraktur (Ahmed dan Elmentaser, 2009).

Osteoporosis primer terdiri dari dua tipe yaitu juvenile

ostoporosis dan idiopatik osteoporosis. Karakteristik dari juvenile

osteoporosis antara lain terjadi pada anak dan dewasa muda laki-laki

dan perempuan pada usia 8 -14 tahun, memiliki fungsi gonad yang

normal, juga memiliki karakteristik hallmark yaitu nyeri pada tulang

secara tiba-tiba dan fraktur pada tulang yang didahului oleh trauma.

Idiopatik osteoporosis terdiri dari osteoporosis postmenopause

(osteoporosis tipe I) dengan karakteristik terjadi pada umur 50-65

tahun, meningkatnya kekeroposan tulang pada bagian trabekula, fraktur

pada bagian distal dari tulang lengan bawah atau pada tulang vertebrae

dan osteoporosis senilis (tipe II osteoporosis) yang memiliki

karakteristik terjadi pada pria maupun wanita di usia lebih dari 70

tahun, masa tulang yang hilang disebabkan oleh proses penuaan, fraktur

yang terjadi pada bagian korteks dan trabekula tulang, terjadi fraktur

pada bagian pergelangan tangan, vertebrae, dan pada tulang panggul

(Kosmin, 2012).

Page 37: Fix Burn

25

Faktor risiko osteoporosis pada dasarnya adalah usia lanjut dan

penurunan bone mineral density (BMD) yang merupakan penyebab

langsung dan memiliki hubungan kuat dengan insidensi terjadinya

fraktur pada tulang, selain itu osteoporosis memiliki beberapa faktor

risiko lain yaitu :

a. Usia lanjut (>50 tahun)

b. Wanita

c. Ras Asia

d. Faktor genetik

e. Amenore

f. Late menarche

g. Early menopause

h. Postmenopause

i. Kurang aktivitas

j. Penggunaan obat seperti anti-kejang, steroid sistemik, suplemen

tiroid, heparin, kemoterapi dan insulin.

k. Pecandu alkohol dan tembakau

l. Defisiensi androgen dan esterogen

m. Defisiensi kalsium

Definisi osteoporosis menurut World Health Organization

(WHO) berdasarkan pengukuran BMD akan dijelaskan pada tabel 2.4.

Hasil pemeriksaan BMD adalah angka densitas tulang (dalam satuan

gram per sentimeter persegi), angka skor T, angka skor Z. Skor T

adalah suatu nilai dimana angka BMD dibandingkan dengan angka rata-

Page 38: Fix Burn

26

rata dari kontrol,angka tersebut digunakan untuk mendiagnosis

osteoporosis. Skor Z merupakan perbandingan nilai BMD kelompok

kontrol dengan usia dan jenis kelamin, maka didapatkan gambaran

derajat kehilangan massa tulang pada penderita dibandingkan dengan

rata-rata kelompok kontrol yang seusia. (Kosmin, 2012).

Tabel 4. Klasifikasi BMD menurut WHO

Definisi Skor T

Normal Skor T ≥ -1

Osteopenia (BMD rendah) Skor T antara -1 dan -2,5

Osteoporosis Skor T ≤ -2,5

Osteoporosis Berat Skor T ≤ -2,5 (dengan

fraktur)

(Sumber : WHO, 2004)

D. Alat pengukuran densitas tulang

Pengukuran BMD memiliki beberapa metode yaitu SXA (single

energy X-ray absorptiometry), DXA (Dual energy X-ray absorptiometry),

QUS (quantitative ultrasound), QCT (quantitative computed tomography),

Radiography, dan MRI (magnetic resonance imaging). Baku emas untuk

pemeriksaan BMD menurut WHO adalah menggunakan DXA, tetapi

pemeriksaan DXA memerlukan biaya yang mahal dan jarang ditemui.

QUS merupakan salah satu alat dalam pemeriksaan BMD (Kosmin, 2012).

Page 39: Fix Burn

27

E. Kerangka Teori

Gambar 2.6. Kerangka Teori Penelitian

Keterangan :

: hubungan kausatif

: memberi efek penghambatan

Kalsitriol Asupan Kalsium

Vitamin D

Estrogen Kalsitonin

Laksatif Pemakaian

obat-obatan

jangka panjang Kortikosteroi

d Penyerapan Kalsium

Hormon

PTH Antasida

Anti

kejang

Densitas tulang Usia Jenis

Kelamin

Konsums

i Teh Berat Badan

Kafein Merokok Minuman

berakohol

Page 40: Fix Burn

28

F. Kerangka Konsep

Gambar 2.7. Kerangka Konsep Penelitian

G. Hipotesis

Asupan kalsium berhubungan dengan densitas tulang pada Mahasiswa

Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED.

Kepadatan Tulang Asupan Kalsium

Variabel Luar :

a. Alkohol

b. Rokok

c. Kafein

d. Obat-obatan

(steroid,

fenobarbital,

fenitoin, antasid)

e. Riwayat penyakit

tulang geneti,

Ginjal, Hati,

Diare Kronik,

Diabetes Mellitus

Page 41: Fix Burn

29

29

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan

pendekatan Cross Sectional Study. Penelitian ini bersifat komparatif dan

melihat kenyataan dari responden yaitu variabel bebas pola asupan kalsium

serta variabel terikat yaitu nilai densitas tulang di jurusan kedokteran FKIK

UNSOED angkatan 2009-2012. Kedua variabel tersebut diamati dan diukur

pada waktu yang berbeda, penelitian dimulai dengan pengumpulan pola

asupan kalsium dengan cara food recall 4X24 jam. Kemudian dilanjutkan

dengan penilaian angka densitas tulang.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

a. Populasi Target

Seluruh Mahasiswa Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED.

b. Populasi Terjangkau

Mahasiswa Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED angkatan 2009-2012.

2. Sampel

a. Kriteria inklusi

1) Mahasiswa laki-laki jurusan kedokteran FKIK UNSOED angkatan

2009-2012 dengan usia 20-23 tahun.

2) Bersedia mengikuti penelitian ini dengan menandatangani inform

consent.

Page 42: Fix Burn

30

b. Kriteria eksklusi

1) Mengkonsumsi alkohol

2) Mengkonsumsi rokok

3) Mengkonsumsi kopi

4) Mengkonsumsi obat obatan seperti steroid, fenobarbital, fenitoin.

5) Mengkonsumsi suplemen atau multivitamin

6) Vegetarian

7) Olah raga secara teratur (fitnes)

8) Riwayat penyakit ginjal

9) Riwayat penyakit gastritis

10) Riwayat penyakit hati

11) Riwayat penyakit diare kronik

12) Riwayat penyakit diabetes mellitus

c. Metode pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang akan dipakai adalah

probabilty sampling dengan pendekatan simple random sampling

dimana semua subyek dalam populasi dipilih secara acak sehingga

setiap unit dalam populasi memiliki kesempatan sebagai sampel dari

penelitian dan menghindarkan faktor subjektifitas dari peneliti

(Madiyono, 2011).

Page 43: Fix Burn

31

d. Besar sampel

Menurut Sastroasmoro (2011), besar sampel minimal pada

rumus untuk koefisien korelasi :

𝑁 = 𝑍𝛼 + 𝑍𝛽

0,5𝐼𝑛 1 + 𝑟1 − 𝑟

2

+ 3

N = 1,96 + 1,282 2

0, 5ln (1+ 0,53 / 1- 0,53)

N = 3,242 2

0,5In(3,255)

N = (5,495)2

+ 3

N = 33

Pada perhitungan didapatkan sampel minimal 33 orang, kemudian

ditambah 10% sehingga sampel minimal didapatkan 37 orang.

Keterangan :

Zα : deviat baku alfa = 1,96

Zβ : deviat baku beta = 1,282

r : korelasi yang didapatkan dari kepustakaan sebelumnya = 0,53

(Kosnayani, 2007).

+ 3

+ 3

Page 44: Fix Burn

32

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Asupan kalsium harian dengan skala rasio (mg/hari).

2. Variabel terikat

Nilai densitas tulang (g/cm2) dengan skala rasio.

D. Definisi Operasional

1. Asupan Kalsium

a. Asupan kalsium merupakan jumlah kalsium yang dikonsumsi oleh

subjek setiap hari baik lewat makanan atau minuman yang dikonsumsi,

sesuai dengan angka kecukuipan kalsium sebesar 1000 mg/hari.

b. Alat ukur form food recall 4X24 jam (hari Jumat, Sabtu, Minggu dan

Senin) dan nutriclin software. Nutriclin software digunakan untuk

menganalisa jumlah kalsium yang terdapat dari food recall.

c. Skala : Rasio

2. Densitas Tulang

a. Densitas tulang atau kepadatan tulang diukur melalui alat yang

bernama Quantitative Ultrasound Densitometry (QUS). Hasil

pengukuran dari alat berupa angka kepadatan tulang dengan satuan

(g/cm2). QUS memiliki akurasi sebesar 20% dan memiliki nilai presisi

2-4 % (Kosnayani, 2007). WHO menjelaskan tentang densitas tulang

berkaitan dengan risiko fraktur. Dengan hasil Skor T ≥-1 normal,

diantara -1 hingga -2,5 osteopenia (BMD rendah), ≤-2,5 Osteoporosis.

(WHO, 2004).

Page 45: Fix Burn

33

b. Alat ukur : Quantitative Ultrasound Densitometry

c. Skala : Rasio

E. Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data

a. Variabel independen diukur menggunakan jenis data primer: Food

Recall 4x24 jam didapat dari perhitungan estimasi jumlah hari untuk

menentukan pola asupan kalsium per hari yang dapat menggambarkan

pola asupan kalsium seumur hidup dan nutriclin software untuk

menghitung kandungan kalsium dalam makanan yang dikonsumsi.

b. Variabel dependen diukur menggunakan jenis data primer: digunakan

Quantitative Ultrasound Densitometry. Pengukuran densitas tulang

dilakukan dalam beberapa tahap. Tahapan pertama dimulai dengan

memposisikan responden untuk duduk dengan tenang pada kursi yang

telah disediakan, tahap selanjutnya bagian telapak kaki responden

dibersihkan, lalu diletakan secara perlahan pada permukaan alat

tersebut, hasil dari pemeriksaan densitas tulang akan terbaca pada

lembaran kertas yang keluar dari Ultrasound Densitometry. Estimasi

waktu yang diperlukan untuk satu pemeriksaan 5menit. Nilai densitas

tulang akan disajikan dalam bentuk Skor T

Page 46: Fix Burn

34

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan informed

consent pada peserta yang memenuhi kriteria sebanyak 37. Memakai

kuesioner food recall untuk menilai asupan kalsium harian. Hasil yang

didapat diolah dalam nutriclin. Data variabel terikat didapatkan dari hasil

penilaian densitas tulang menggunakan Quantitative Ultrasound

Densitometry, walaupun tidak seakurat pemeriksaan DXA, QUS memiliki

bebeapa kelebihan diantranya adalah murah, tidak menimbulkan efek

radiasi, dan dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining (Kosmin,

2012).

Hasil dari pengukuran densitas tulang dihubungkan dengan nilai

asupan kalsium untuk mendapatkan nilai korelasi antara kedua variable

tersebut.

F. Tata Urutan Kerja

a. Persiapan Penelitian

1. Melakukan studi pendahuluan di Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED.

2. Penyusunan rencana penelitian meliputi :

a) penetapan variabel;

b) penetapan jumlah sampel;

c) penetapan definisi operasional variabel;

d) penyusunan rencana analisis hasil penelitian.

Page 47: Fix Burn

35

b. Pelaksanaan Penelitian

1. Rekruitmen sampel penelitian di Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED.

2. Melakukan informed consent pada subjek penelitian.

3. Melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner.

4. Subjek penelitian yang masuk ke dalam kriteria inklusi menyatakan

persetujuannya untuk menjadi subjek penelitian.

5. Memasukan data asupan kalsium yang di dapat ke dalam nutriclin

software.

6. Pengukuran nilai densitas tulang dengan alat menggunakan QUS.

7. Mencatat hasil nilai densitas tulang.

8. Merekap hasil kuesioner.

9. Menentukan nilai densitas tulang dan asupan kalsium.

10. Menghubungkan hasil kedua variabel, mencatat data dan melakukan

analisis terhadap data yang didapatkan.

11. Menyusun laporan hasil penelitian.

G. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan tiap variabel

dan hasil penelitian, kemudian dihitung frekuensi dan presentasenya. Data

disajikan dalam distribusi frekuensi untuk variabel yang diteliti yaitu

asupan kalsium harian dan nilai densitas tulang.

Page 48: Fix Burn

36

2. Analisis Bivariat

Data penelitian untuk menghubungkan antara nilai densitas tulang

dan asupan kalsium. Melakukan uji normalitas data dengan menggunakan

uji Saphiro-Wilk, karena sampel yang dipakai kurang dari 50. Distribusi

data normal untuk Skor T sedangkan untuk asupan kalsium distribusi tidak

normal sehingga perlu dilakukan transformasi data, setelah distribusi

asupan kalsium normal dipakai uji Pearson. Data penelitian diolah

menggunakan SPSS.

Page 49: Fix Burn

37

37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2013 hingga 10

Februari 2013 di Jurusan Kedokteran Umum, FKIK UNSOED

Purwokerto. Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian

analitik observasional dengan pendekatan studi cross sectional. Metode

pengambilan sampel dari penelitin ini adalah simple random sampling

pada mahasiswa laki-laki Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED angkatan

2009-2012, kemudian dilakukan pengisian kuesioner untuk mendapatkan

subyek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dan

didapatkan 37 mahasiswa laki-laki Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED

angkatan 2009-2012. Subyek penelitian diberikan food recall selama 4

hari pada hari Jum’at, Sabtu, Minggu dan Senin pada tanggal 1 Februari –

4 Februari 2013, kemudian dilakukan pemeriksaan densitas tulang pada

Minggu, 10 Februari 2013,

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan

karakteristik dari subyek penelitian. Karakteristik sampel pada

penelitian ini adalah berdasarkan usia, IMT, nilai Skor T, asupan

kalsium dapat dilihat pada Tabel 5:

Page 50: Fix Burn

38

T

abel 5. menunjukan bahwa rerata usia adalah 20 tahun, usia ini

termasuk dalam kategori usia remaja akhir yang memiliki rentang usia

17-25 tahun. Rerata IMT yang tergambarkan pada hasil penelitian ini

adalah 24.928 dimana nilai IMT dari para subyek penelitian masig

dalam batas normal yaitu 18.50 - 25.09. Rerata Skor T (nilai densitas

tulang) respoden adalah – 0.145 yang memiliki arti dalam batas

normal karena nilai tidak kurang dari -1. Asupan kalsium subyek

penelitian memiliki rerata 672.429 mg. Berada dibawah nilai asupan

kalsium yang dianjurkan pada umur 20 tahun yaitu 1000 mg.

81%

19%

0%

Gambar 6. Diagram Proporsi Skor T

Normal

Osteopenia

Osteoporosis

Tabel 5. Karakteristik Umum Subyek Penelitian (n=37)

Variabel Min Maks Mean SD

Usia (tahun) 20 23 20.7 0.618

IMT (kg/m²) 16.649 42.6083 24.928 6.232

Skor T -1.5 1.8 -0.145 0.886

Asupan

Kalsium (mg) 366 1205 672.469 208.812

Page 51: Fix Burn

39

2. Analisis Bivariat

Peneliti melakukan uji normalitas terhadap data asupan

kalsium dan Skor T menggunakan uji Shapiro-Wilk hasil uji

normalitas dari data Skor T terdistribusi normal (p > 0,05) sedangkan

uji normalitas pada asupan kalsium tidak terdistribusi normal (p <

0,05) sehingga dilakukan transformasi data, dilakukan uji normalitas

kembali pada data asupan kalsium dan hasil dari transformasi data

terdistribus normal, sehingga memenuhi persyaratan analisis bivariat

yang digunakan peneliti yaitu uji korelasi Pearson.

Tabel 6. Hubungan Asupan Kalsium dengan Pembentukan

Densitas Tulang

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi

Pearson menunjukkan hubungan asupan kalsium dengan pembentukan

densitas tulang, didapatkan hasil p = 0,001 (<0,05) menggambarkan

bahwa terdapat hubungan signifikan antara asupan kalsium dengan

pembentukan densitas tulang dan nilai r = 0,567 menggambarkan

hubungan korelasi lemah antara kalsium dengan pembentukan densitas

tulang.

Skor T

p r

Asupan Kalsium 0,001 0,567

Page 52: Fix Burn

40

B. PEMBAHASAN

1. Analisis Univariat

Karakteristik dasar subyek penelitian berupa usia menunjukkan

bahwa subyek penelitian paling banyak berusia 21 tahun yaitu sebanyak

23 (62,16%), selain itu sampel dengan usia 20 tahun sebanyak 13

(35,13%) dan dengan usia 23 tahun sebanyak 1 (2,7%). Berkurangnya

densitas tulang merupakan suatu keadaan yang terjadi pada pria dan

wanita, hal tersebut berkaitan dengan usia seseorang, Pembentukan massa

tulang mengalami percepatan pertumbuhan pada saat remaja akhir dan

akan mencapai puncak (peak bone mass) pada umur 30 tahun, setelah

umur 30 kepadatan tulang akan terus menurun, kekuatan tulang pada masa

ini sangat dipengaruhi oleh kepadatan tulang sebelum masa peak bone

mass. Apabila hal tersebut tidak diperhatikan sejak dini, pengeroposan

tulang dapat terjadi dan dapat menyebabkan osteoporosis. Pria memiliki

faktor dalam tubuh yang dapat mempengaruhi kecepatan penyusutan

densitas tulang diantaranya adalah kadar hormon testosterone dan gaya

hidup. Setiap dekade sejak usia 35-40 tahun densitas tulang seseorang

akan menyusut sebanyak 2-3,4 % (Rosen, 1999). Namun karena usia

subyek penelitian yang terdapat dalam penelitian memiliki rentang 20-23

tahun sehingga skor dari densitas tulang masih dapat dikatakan normal

karena hanya terdapat 6 subyek penelitian berada dalam keadaan

osteopenia diantaranya adalah 2 memiliki IMT yang tinggi yaitu 40,09 dan

41,52, sementara itu 4 lainnya memiliki IMT rendah. Rerata indeks massa

tubuh subyek penelitian penelitian 24,928 masuk dalam rentang 18,5 –

Page 53: Fix Burn

41

25,09 yang memiliki arti IMT dalam rentang normal, dengan nilai IMT

minimal 16,64 dan nilai IMT maksimal 42,60. Nilai IMT semakin kecil

maka semakin berisiko untuk mengalami penyusutan densitas tulang

sementara itu, semakin tinggi IMT maka densitas tulang semakin padat

(Groff dan Gropper, 2000).

Rerata asupan kalsium subyek penelitian penelitian adalah 672,46

mg/hari dengan asupan terendah 366,5mg/hari dan asupan kalsium

tertinggi 1205,25 mg/hari. Asupan kalsium subyek penelitian dinilai masih

dibawah nilai anjuran yaitu 1000 mg/hari bagi pria dengan usia 19-50

tahun dan memiliki batas maksimal asupan kalsium yaitu sebanyak 2500

mg/hari pada usia 19-50 tahun. Skor densitas tulang masih tetap normal

pada subyek penelitian karena usia subyek penelitian yang tergolong

masih muda yaitu 21-23 tahun, sehingga jarang menemukan subyek

penelitian dengan Skor densitas tulang yang rendah. Perbedaan nilai

asupan kalsium didapatkan karena perebedaan jenis variasi makanan yang

dikonsumsi.

Densitas tulang digambarkan melalui Skor T. Skor yang dipakai

oleh peneliti untuk mengetahui densitas tulang subyek penelitian adalah

Skor T. Skor T adalah skor nilai perbandingan kepadatan tulang pasien

dengan nilai kepadatan tulang standar subyek penelitian orang dewasa

muda normal dengan jenis kelamin yang sama. Rendahnya Skor T dapat

menunjukkan penurunan densitas tulang. Nilai Skor T pada penelitian ini

memiliki rerata -0,146 , memiliki nilai minimal -1,5 sedangkan nilai

maksimal 1,8. Dalam penelitian ini subyek penelitian memiliki Skor T

Page 54: Fix Burn

42

yang normal tetapi terdapat 7 (18,9%) orang yang memiliki Skor T < -1

(Osteopenia).

2. Analisis Bivariat.

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi Pearson

menunjukkan hubungan signifikan antara asupan kalsium dengan

pembentukan densitas tulang. Hubungan antara asupan kalsium dengan

pembentukan densitas tulang didapatkan hasil p = 0,001 (<0,05) yang

berarti terdapat hubungan yang signifikan antara asupan kalsium dengan

pembentukan densitas tulang dengan nilai korelasi r = 0,567 yang

memiliki arti korelasi agak lemah antara jumlah asupan kalsium dengan

pembentukan densitas tulang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Belanda,

subyek penelitian penelitian tersebut merupakan remaja laki laki sebanyak

205 orang, dengan p = 0,001 dinyatakan bahwa terdapat hubungan positif

terhadap pemberian asupan kalsium yang adekuat terhadap pembentukan

densitas tulang (Boot, 2002). Selama 25 tahun terakhir terdapat sekitar 52

studi tentang asupan kalsium terhadap pembentukan densitas tulang.

Diantaranya 37 pada orang dewasa, 14 studi mengenai anak dan remaja

dan 1 studi membandingkan antara orang dewasa dan anak. Dari penelitian

penelitian tersebut didapatkan bahwa konsumsi kalsium yang baik dapat

mencegah pengeroposan tulang (Heaney, 2000). Studi pada 77 orang pria

denga RCT menggunakan kelompok kontrol yaitu pria dengan konsumsi

kalsium sebanyak 1159 mg/hari membuktikan bahwa konsumsi kalsium

Page 55: Fix Burn

43

sesuai anjuran dapat mencegah pengeroposan tulang dan mencegah fraktur

akibat osteoporosis (Orwoll, 2000).

Pembentukan densitas tulang sangat dipengaruhi oleh kalsium

sebagai pembentuk matriks tulang dalam proses remodeling tulang. Proses

remodeling tulang bertujuan untuk memperbaiki struktur tulang. Proses

remodeling tersebut diatur oleh Bone Remodeling Unit (BRU). BRU

terdiri dari osteoklas, osteoblas, pembuluh vaskular, jaringan ikat dan

sistem saraf. Proses Remodeling tulang melewati lima tahapan. Tahap

pertama adalah quiescence, merupakan fase tenang atau fase dimana

tulang belum melakukan proses remodeling. Tahap kedua adalah aktivasi,

terjadi ketika osteoklas melakukan diferensiasi, teraktivasi dan bergerak

menuju arah rangsang tubuh. Tahap ketiga adalah resorbsi, fase ketika

osteoklas berada pada permukaan tulang dan menyerap bagian permukaan

tulang, melarutkan kalsium, membuat lubang (resorption pit). Tahapan

empat adalah reversal merupakan fase terjadi perekrutan, deferensiasi dan

aktivasi dari osteoblas untuk membentuk tulang baru dengan meproduksi

matriks tulang yang terdiri dari kalsium. Tahap yang terakhir adalah

Mineralisasi, merupakan fase dimana proses remodeling telah terbentuk.

Proses remodeling tersebut sangat berpengaruh terhadap jumlah kalsium

dalam tubuh (Compston, 2001).

Jumlah kalsium dalam tubuh adalah 25000 mmol, 99% disimpan

dalam tulang dan sebagian kecil berada di luar tulang yaitu sebanyak 31,5

mmol. Dalam keadaan normal perpindahan kalsium dari tulang ke dalam

plasma darah yaitu sekitar 500 mmol/24 jam sedangkan, proses deposit

Page 56: Fix Burn

44

kalsium dalam tulang 7,5 mmol/24jam. Kalsium difiltrasi kembali dari

tubulus ginjal ke dalam plasma darah sebanyak 240 mmol/24jam dan di

ekskresikan oleh tubuh sebanyak 5 mmol/24jam melalui urin dan feses,

apabila asupan kalsium yang dikonsumsi tidak cukup, akan terjadi proses

pengambilan mineral kalsium dari tulang yang berkelanjutan sehingga

dapat menyebabkan pengeroposan tulang dan pada akhirnya dapat

menyebabkan osteoporosis (Compston, 2001).

Mekanisme metabolisme kalsium dalam tubuh memiliki tiga tahap,

yaitu digesti, absorpsi, dan transportasi. Proses digesti merupakan proses

pertama dimana makanan atau minuman yang memiliki kandungan

kalsium dikonsumsi oleh tubuh. Kalsium merupakan mineral yang sulit

dilarutkan, tetapi dapat dilarutkan dengan pH rendah (asam) yang berada

dalam lambung, kalsium yang terlarut tidak sepenuhnya dapat

meningkatkan absorpsinya sebab kalsium dapat berikatan dengan zat lain

sesuai dengan bioavabilitasnya. Proses absorpsi proses dimana kalsium

diserap dari dalam lumen usus ke dalam pembuluh darah. Proses ini

memiliki 2 mekanisme yaitu dengan menggunakan transport aktif dan

pasif. Transport aktif pada mekanisme ini adalah terdapat di duodenum

dan jejunum, pada mekanisme ini kalsium diikat oleh kalbindin untuk

dapat melewati dinding usus untuk masuk dalam pembuluh darah,

sedangkan proses pasif terjadi pada jejunum dan ileum. Proses pasif

tersebut dilakukan dengan cara difusi yang disebabkan oleh pebedaan

konsentrasi antara lumen usus dan dinding usus. Mekanisme yang ketiga

adalah transportasi dimana kalsium dalam darah terdiri dari 3 bentuk yaitu:

Page 57: Fix Burn

45

terikat oleh protein (albumin dan prealbumin), terikat oleh mineral lain

(sulfat, fosfor, sitrat) dan dalam keadaan bebas (ion). Kalsium dapat

membentuk tulang dipengaruhi oleh osteoblas dimana osteoblas dalam

tulang akan melepaskan protein dan komponen organik lain (Osteoid).

Osteoblas akan meningkatkan konsentrasi dari kalsium fosfat hingga

akhirnya kalsium fosfat dapat mengendap dan melekat pada osteoid untuk

membentuk tulang (Groff dan Gropper, 2000).

Page 58: Fix Burn

46

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak menggunakan

DEXA (baku emas) dalam pemeriksaan densitas tulang, peneliti tidak

meneliti asupan zat gizi lain seperti vitamin D dan phospat. Peneliti

mengeksklusi ada atau tidaknya riwayat penyakit genetik atau penyakit lain

yang termasuk dalam kriteria eksklusi hanya dengan kuesioner dan tidak

menggunakan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis yang lebih valid.

Page 59: Fix Burn

47

47

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Jumlah rerata asupan kalsium pada mahasiswa laki-laki Jurusan

Kedokteran FKIK UNSOED adalah 672,46 mg/hari, kurang dari nilai

anjuran yaitu 1000 mg/hari bagi pria dengan usia 19-50 tahun..

2. Nilai rerata densitas tulang pada mahasiswa laki-laki Jurusan Kedokteran

FKIK UNSOED adalah normal dengan Skor T - 0,146.

3. Terdapat hubungan signifikan antara asupan kalsium dengan pembentukan

densitas tulang pada mahasiswa Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED

B. Saran

1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui korelasi asupan zat gizi lain

seperti Fosfor, Vitamin C dan Vitamin D dengan pembentukan densitas

tulang.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode

penelitian yang lebih baik seperti kohort atau RCT.

3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui korelasi status gizi dengan

pembentukan densitas tulang.

4. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor lain yang

mempengaruhi pembentukan densitas tulang

Page 60: Fix Burn

48

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, S. F, Elmantaser M. 2009. Secondary osteoporosis. Endocrine

Development. (16):170-90

Barrere F, Clemens AB, Klaas DG. 2006. Bone regeneration : molecular and

cellular interactions with calcium phosphate ceramics. International

Journal Nanomedicine (3): 317-332

Baxter, J.2011. Bone mineral accrual from 8 to 30 years of age: an estimation of

peak bone mass. Pubmed. available from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21520276

Boot, A. M. 2002. Bone Mineral Density in Children and Adolescents: Relation to

Puberty, Calcium Intake, and Physical Activity. The Journal of Clinical

Endocrinology and Metabolism. Vol 82 no. 1: 57-62.

Clarke, B. 2008. Normal Bone Anatomy and Physiology. Clinical Journal of

American Society of Nephrology (3) : 131

Compston JE. 2001. Sex Steroid and Bone. Physiological reviews. The American

Physiology Society: p. 419-46

Dahlan, S. 2009. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Uji Komparatif

Variabel Numerik Dua Kelompok. Jakarta: Salemba Medika

Deng, H. W, Liu YZ. 2005. Bone Health in Children and Adolescents.Current

Topics in Bone Biology. Singapura: World Scientific Publishing

Direktorat Gizi Depkes Republik Indonesia. 1995. Daftar komposisi bahan

makanan. Jakarta: Bharata

Eroschenko, V. P. 2004. Tulang Rawan dan Tulang Atlas Histologi di Fiore.

Jakarta: EGC

Fikawati S, Syafiq A, Puspasari P. 2005. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan

asupan kalsium pada remaja di kota bandung. Jurusan Gizi Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Groff J.L. and Gropper S.S. 2000. Advanced Nutrition and Human Metabolism.

United State: Wadsworth Thomson Leaming : 526 - 53 1.

Hardinsyah. 2008. Hubungan Konsumsi Susu dan Kalsium dengan Densitas

Tulang dan Tinggi Badan Remaja.Jurnal Gizi dan Pangan Institut

Pertanian Bogor.

Heaney, P. R. 2000. Calcium, Dairy Products and Osteoporosis. J Am Coll Nutr

April 2000 vol. 19 no. suppl 2 83S-99S

Page 61: Fix Burn

49

Hermastuti, Arofani. 2012. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Massa Lemak Tubuh,

Asupan Kalsium, Akrivitas Fisik dan Kepadatan Tulang Pada Wanita

Dewasa Muda. Journal of Nutrition College. Nomor 1, Halaman 435-450.

Houtkooper L, Farell VA. 2011. Calcium supplement guidelines. The University

of Arizona Cooperative Extension

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Berdiri Tegak, Bicara

Lantang, Kalahkan Osteoporosis. Available from

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/404-berdiri-

tegak-bicara-lantang-kalahkan-osteoporosis.pdf diakses pada 23 Okrober

2012

Kosmin DJ. 2012. Osteoporosis. Medscape Reference. Diakses dari :

http://emedicine.medscape.com/article/330598-overview#showall

diakses pada tanggal 7 Oktober 2012

Kosnayani, AS. 2007. Hubungan Asupan Kalsium, Aktivitas Fisik, Paritas, Indeks

Masa Tubuh dan Kepadatan Tulang Pada Wanita Pascamenopouse.

Diakses dari :

http://eprints.undip.ac.id/16311/1/AI_SRI_KOSNAYANI.pdf diakses

pada tanggal 10 Januari 2013

Kronenberg HM. 2003. Developmental regulation of the growth plate. Nature

423: 332-336

Lewllyn, J. D. 1991. Osteoporosis. Dalam: Burger H, Bolet M. A portrait of the

menopause. New Jersey (NJ): Parthenon publishing: p. 83-103

Lodish H, Berk A, Zipursky SL, et al. 2000. Collagen: The Fibrous Proteins of the

Matrix. Molekular Cell Biology 4th Edition. New York: W. H Freeman

Madeddu P. 2005.Therapeutic angiogenesis and vasculogenesis for tissue

regeneration. Exp Physiol. 90:315-326

Madiyono, B. 2011. Perkiraan Besar Sampel. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian

Klinis. Pemilihan Subyek Penelitian. Jakarta: Sagung Seto

Marshall, W. 2008. Calcium, Phospate, and Magnesum. Clinical Chemistry.

Elsevier Health Sciences

Martini, F. H dan Nath, J. L. 2009. Fundamental of Anatomyand physiology,

Eight Edition. United State of America: Pearson Education, Inc

Murray, R. 2009. Mikronutrien: Vitamin dan Mineral. Biokimia Harper.Jakarta:

EGC

Page 62: Fix Burn

50

National Institute Child Health and Human Development. 2011. Good Sources of

Calsium Available from

http://www.nichd.nih.gov/health/topics/calcium.cfm diakses pada 23

Oktober 2012

National Osteoporosis Foundation. Clinician's Guide to Prevention and Treatment

of Osteoporosis. Available at http://www.nof.org/professionals/clinical-

guidelines diakses pada 23 Oktober 2012

National Institute of Health. 2012. Dietary Supplement Fact Sheet: Calcium.

Diakses dari : http://ods.od.nih.gov/factsheets/Calcium-

HealthProfessional/. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2012.

Orwoll E. S, Oviatt S. K, McClung M. R, Deftos L. J, Sexton G. 2000. The Rate

of Bone Mineral Loss in normal men and the effects of Calcium and

Cholecalciferol supplementation.

Petre, B. 2011. Osteology. Medscape Reference. Diakses dari:

http://emedicine.medscape.com/article/1948532-overview#showall.

Diakses pada tanggal 3 Oktober 2012

Pranoto, A. 2009. Osteoporosis Secara Umum. Diabetes and Nutrition Center, Dr

Soetomo Hospital-Airlangga University available from

http://penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_Osteoporosis%20secara%20u

mum_3415_1962 diakses pada 18 Oktober 2012

Soeatmadji, D. W. 2002. Kendali hormonal metabolisme calsium dan skeletal. In:

Kursus dasar metabolisme kalsium dan penyakit tulang. PERKENI:

Malang. (IV) 1-17

Rosen C. J,Glowacki J, Bilezikian JP. 1999. The Aging Skeleton. Academic Press

: California

Wasserman. 2004. Vitamin D and the Dual Processes of Intestinal Calcium

Absorption. American Society for Nutritional Science (134): 3137-3139

World Health Organization.2004. WHO scientific group on the assessment of

osteoporosis at primary health care level: summary meeting report.

Diakses dari http://www.who.int/chp/topics/Osteoporosis.pdf. Diakses

pada tanggal 15 Oktober 2012

Page 63: Fix Burn

51

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERAN

Kampus Unsoed RSUD Margono Soekarjo Jl. DR Gumbreg No.1

Purwokerto 53123 Telp. (0281) 641522 Fax (0281) 631208

Lampiran 1

LEMBAR INFORMASI DAN KESEDIAAN

Saya, Nugroho Rizki dari Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-

ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Saya ingin mengajak

Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian kami yang berjudul “HUBUNGAN

ASUPAN KALSIUM DENGAN PEMBENTUKAN DENSITAS TULANG

PADA MAHASISWA JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS

KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

JENDRAL SOEDIRMAN” yang akan dilaksanakan oleh tim peneliti yang

beranggotakan:

1. Nugroho Rizki P

dibawah supervisi :

1. dr. Diah Krisnansari MSi

2. Agus Prastowo, SST. M.kes

1. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui hubungan asupan kalsium dengan densitas tulang pada

mahasiswa jurusan kedokteran FKIK.

2. Keikutsertaan sukarela

Partisipasi Anda dalam penelitian ini adalah sukarela tanpa paksaan.Anda

berhak untuk menolak keikutsertaan dan berhak pula untuk mengundurkan diri

dari penelitian ini, meskipun Anda sudah menyatakan kesediaan untuk

berpartisipasi. Tidak akan ada kerugian atau sanksi apa pun (termasuk

kehilangan perawatan kesehatan maupun terapi yang seharusnya Anda terima)

yang akan Anda alami akibat penolakan atau pengunduran diri Anda. Jika

Anda memutuskan untuk tidak berpartisipasi atau mengundurkan diri dari

penelitian ini, Anda dapat melakukannya kapan pun.

3. Durasi (lama) penelitian, prosedur penelitian, dan tanggungjawab

partisipan

Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengisian

identitas lengkap, kuesioner, lembar pengisian food recall kemudian

mengikuti pemeriksaan densitas tulang. Pemeriksaan ini akan memakan waktu

kurang lebih selama 5 menit. Jika pada saat pemeriksaan terdapat

ketidaknyamanan, Anda dapat memberitahukan langung kepada pemeriksa.

Page 64: Fix Burn

52

4. Manfaat penelitian

Partisipasi Anda dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk

Anda/orang lain berupa:

1. Bagi responden

Memberikan informasi bahwa puncak dalam pembentukan masa tulang

terdapat pada umur 18 – 20 tahun, sehingga para remaja dan dewasa muda

dapat memanfaatkannya dengan baik serta menghindari sejumlah bahan

pangan atau jajanan yang mengurangi penyerapan kalsium kedalam tubuh.

2. Bagi Ilmu pengetahuan

Memberikan informasi ilmiah mengenai efek kalsium terhadap densitas

tulang.

5. Kerahasiaan

Kami menjamin kerahasiaan seluruh data dan tidak akan mengeluarkan atau

mempublikasikan informasi tentang data diri Anda tanpa ijin langsung dari

Anda sebagai partisipan. Data penelitian hanya bisa diakses oleh kami selaku

tim peneliti.

6. Klarifikasi

Jika Anda memiliki pertanyaan apapun terkait prosedur penelitian, atau

membutuhkan klarifikasi serta tambahan informasi tentang penelitian ini,

Anda dapat menghubungi:

Peneliti:

Nugroho Rizki P

Jurusan Kedokteran

Kampus Unsoed RSUD Margono

Soekarjo Jl. Dr. Gumbreg No. 1

Purwokerto 53123

Telp. 085624731929

Penanggung Jawab:

dr. Diah Krisnansari MSi

Jurusan Kedokteran

Kampus Unsoed RSUD Margono

Soekarjo Jl. Dr. Gumbreg No. 1

Purwokerto 53123

Telp. 083863356928

Page 65: Fix Burn

53

7. Kesediaan

Jika Anda bersedia untuk berpartisipasi maka Anda akan mendapatkan satu

salinan dari lembar informasi dan kesediaan ini. Tandatangan Anda pada

lembar ini menunjukkan kesediaan Anda untuk menjadi partisipan dalam

penelitian.

Tanggal: ……………………………..

Tandatangan Partisipan

Yang menyampaikan informasi:

Nugroho Rizki P

NIM: G1A009114

Page 66: Fix Burn

54

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERAN

Kampus Unsoed RSUD Margono Soekarjo Jl. DR Gumbreg No.1

Purwokerto 53123 Telp. (0281) 641522 Fax (0281) 631208

Lampiran 2

Kuesioner untuk responden

1. Konsumsi Alkohol

- Apakah anda mengkonsumsi alkohol?

a. Ya b. Tidak

2. Konsumsi Rokok

- Apakah anda merokok?

a. Ya b. Tidak

3. Konsumsi Kopi

- Apakah anda mengkonsumsi kopi lebih dari 3 gelas perharinya?

a. Ya b. Tidak

4. Perilaku Vegetarian

- Apakah anda seorang vegetarian?

a. Ya b.Tidak

5. Riwayat Konsumsi Obat

- Apakah anda sedang mengkonsumsi obat obatan seperti (Steroid, obat

antikejang, obat maag) ?

a.Ya b. Tidak

6. Riwayat Konsumsi Suplemen

- Apakah anda mengkonsumsi suplemen setiap harinya?

a. Ya b. Tidak

- Apabila ya, suplemen apa yang anda konsumsi?

Jawab:…………………………………………….

7. Riwayat Olah Raga

- Apakah anda melakukan olah raga secara teratur?

a. Ya b. Tidak

8. Riwayat Penyakit Gastritis

- Apakah anda memiliki riwayat gastiritis (maag)?

a. Ya b.Tidak

9. Riwayat Penyakit Diabetes Mellitus

- Apakah anda sering terbangun dimalam hari untuk buang air kecil?

a. Ya b. Tidak

- Apakah anda mudah merasa lapar dan frekuensi makan meningkat?

a. Ya b. Tidak

- Apakah anda mudah merasakan haus

a.Ya b. Tidak

Page 67: Fix Burn

55

10. Riwayat Diare Kronik

- Apakah anda mengalami keluhan diare secara berkepanjangan?

a. Ya b. Tidak

11. Penyakit Ginjal

- Apakah anda pernah mengalami keluhan nyeri pada pinggang bagian

bawah disertai bengkak pada mata atau pada kaki?

a. Ya b. Tidak

- Apakah anda sering mengalami gangguan pada saat buang air kecil? Baik

secara volume urine yang keluar ataupun warna urine seperti berbuih?

a. Ya b. Tidak

- Apakah anda, orang tua anda atau saudara sekandung anda pernah ada yang

didiagnosa oleh dokter mengalami penyakit atau gangguan pada ginjal?

a. Ya b. Tidak

Page 68: Fix Burn

56

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERAN

Kampus Unsoed RSUD Margono Soekarjo Jl. DR Gumbreg No.1

Purwokerto 53123 Telp. (0281) 641522 Fax (0281) 631208

Lampiran 3

FORMULIR FOOD RECALL

Tanggal wawancara :

Enumerator :

Nama :

Umur :

Alamat :

Hari ke :

Waktu makan Nama

Masakan

Jenis Bahan Jumlah yang dikonsumsi

URT Gram

Pagi

Selingan pagi

Siang

Selingan siang

Malam

Selingan

malam

Keterangan :

Bila snack atau cemilan tuliskan nama, merk dan beratnya (gram)

Page 69: Fix Burn

57

Lampiran 4

DATA PENELITIAN

Lampiran 5

HASIL SPSS

Frequencies

Nama USIA(Th) IMT( Asupan Kalsium(mg) Skor T

responden 1 21 22.04 690.5 0.6

responden 2 21 25.46 366.5 -0.6

responden 3 21 25.31 732.75 0.5

responden 4 21 23.99 707 0.9

responden 5 21 25.65 1038.75 1.0

responden 6 21 21.37 610.5 -1.5

responden 7 21 23.38 779.75 0.9

responden 8 20 23.44 530.5 0.0

responden 9 20 24.69 558.75 -1.5

responden 10 21 41.52 547.5 -1.1

responden 11 20 25.35 1205.25 1.2

responden 12 21 19.84 660.75 0.1

responden 13 20 21.30 581.5 0.7

responden 14 21 18.13 453 -0.3

responden 15 21 27.55 731.25 -0.9

responden 16 20 18.08 580.75 -1.4

responden 17 20 25.51 611 -1.0

responden 18 20 27.55 594.25 1.8

responden 19 20 20.20 888 -0.8

responden 20 20 18.52 453 -1.1

responden 21 20 22.86 571 -0.9

responden 22 21 25.35 479.5 -0.4

responden 23 21 40.09 387.5 -1.3

responden 24 21 25.06 800 -0.2

responden 25 23 28.33 602.5 -0.9

responden 26 21 20.76 1133.75 0.2

responden 27 21 25.34 690.375 1.2

responden 28 20 18.00 549.25 -0.6

responden 29 20 20.20 930.75 0.5

responden 30 21 22.91 557 -0.1

responden 31 21 24.98 452.5 -0.6

responden 32 21 42.61 727.25 0.3

responden 33 21 29.38 1041.75 1.0

responden 34 21 35.86 889.5 0.5

responden 35 20 25.40 450.25 -0.6

responden 36 21 19.72 838.75 0.1

responden 37 21 16.65 458.5 -1.1

Page 70: Fix Burn

58

Frequency Table

Statistics

37 37

0 0

20.70 24.928967

21.00 24.691358

21 25.3515a

.618 6.2329336

20 16.6493

23 42.6083

Valid

Missing

N

Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Usia IMT

Multiple modes exist. The smallest value is showna.

Usia

13 35.1 35.1 35.1

23 62.2 62.2 97.3

1 2.7 2.7 100.0

37 100.0 100.0

20

21

23

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 71: Fix Burn

59

IMT

1 2.7 2.7 2.7

1 2.7 2.7 5.4

1 2.7 2.7 8.1

1 2.7 2.7 10.8

1 2.7 2.7 13.5

1 2.7 2.7 16.2

1 2.7 2.7 18.9

1 2.7 2.7 21.6

1 2.7 2.7 24.3

1 2.7 2.7 27.0

1 2.7 2.7 29.7

1 2.7 2.7 32.4

1 2.7 2.7 35.1

1 2.7 2.7 37.8

1 2.7 2.7 40.5

1 2.7 2.7 43.2

1 2.7 2.7 45.9

1 2.7 2.7 48.6

1 2.7 2.7 51.4

1 2.7 2.7 54.1

1 2.7 2.7 56.8

1 2.7 2.7 59.5

1 2.7 2.7 62.2

2 5.4 5.4 67.6

1 2.7 2.7 70.3

1 2.7 2.7 73.0

1 2.7 2.7 75.7

1 2.7 2.7 78.4

2 5.4 5.4 83.8

1 2.7 2.7 86.5

1 2.7 2.7 89.2

1 2.7 2.7 91.9

1 2.7 2.7 94.6

1 2.7 2.7 97.3

1 2.7 2.7 100.0

37 100.0 100.0

16.6493

17.9982

18.0785

18.1320

18.5185

19.7210

19.8352

20.1956

20.2020

20.7612

21.3039

21.3669

22.0386

22.8571

22.9130

23.3844

23.4375

23.9869

24.6914

24.9770

25.0593

25.3069

25.3444

25.3515

25.4028

25.4581

25.5102

25.6489

27.5482

28.3266

29.3848

35.8564

40.0949

41.5225

42.6083

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 72: Fix Burn

60

Uji Normalitas

Descriptives

-.146 .1457

-.442

.150

-.164

-.200

.786

.8865

-1.5

1.8

3.3

1.5

.248 .388

-.957 .759

672.4696 34.32862

602.8479

742.0913

661.1580

610.5000

43602.805

208.81285

366.50

1205.25

838.75

250.88

.870 .388

.225 .759

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

T score

Rate

Statistic Std. Error

Tests of Normality

.128 37 .130 .959 37 .186

.156 37 .023 .932 37 .025

T score

Rate

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Lilliefors Significance Correctiona.

Page 73: Fix Burn

61

Uji Normalitas

ditransformasi akar yang tidak normal menjadi normal

Descriptives

-.146 .1457

-.442

.150

-.164

-.200

.786

.8865

-1.5

1.8

3.3

1.5

.248 .388

-.957 .759

25.6455 .64071

24.3461

26.9449

25.5156

24.7083

15.189

3.89727

19.14

34.72

15.57

4.89

.571 .388

-.237 .759

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

T score

Rate_trans

Statistic Std. Error

Tests of Normality

.128 37 .130 .959 37 .186

.135 37 .089 .960 37 .200

T score

Rate_trans

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Lilliefors Significance Correctiona.

Page 74: Fix Burn

62

Correlations

Correlations

1 .567**

.000

37 37

.567** 1

.000

37 37

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

T score

Rate_trans

T score Rate_trans

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Page 75: Fix Burn

63

Lampiran 6

DOKUMENTASI

Page 76: Fix Burn

64

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Nugroho Rizki Pratomo

Nomor Induk Mahasiswa : G1A009114

Tempat, Tanggal lahir : Bandung, 21 Juni 1991

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat Lengkap : Jl.Gantole No.15 Arcamanik Bandung

No Telepon / email : 085624731929/[email protected]

Nama Orang Tua

Ayah : Junaedi

Ibu : Sri Rahayu

Judul penelitian : Hubungan Asupan Kalsium dengan Pembentukan

Densitas Tulang Pada Mahasiswa Jurusan

Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu

Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Page 77: Fix Burn

65

Riwayat Pendidikan

1. TK Bunda Asuh Nanda, Bandung : 1995-1997

2. SD Salman Al Farisi, Bandung : 1997-2003

3. SMP Salman Al Farisi, Bandung : 2003-2006

4. SMA Taruna Nusantara, Magelang : 2006-2009

5. Pendidikan Dokter : 2009- sekarang

Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Riwayat Organisasi

1. Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) : 2009-2011

bidang Advokasi dan Kajian Strategis

2. Anggota Tim Bantuan Medis (TBM) :2010-2011