fix burn
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN PEMBENTUKAN DENSITAS TULANG
PADA MAHASISWA JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
Oleh:
Nugroho Rizki Pratomo
G1A009114
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2013
ii
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN PEMBENTUKAN DENSITAS TULANG
PADA MAHASISWA JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
Oleh:
NUGROHO RIZKI PRATOMO
G1A009114
SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
Disetujui
Pada tanggal, April 2013
Pembimbing I
dr. Diah Krisnansari, M.Si
NIP. 19770202.200501.2.001
Pembimbing II
Agus Prastowo, SST. M.kes
NIP. 19730805199503.1.002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Ilmu Kesehatan
dr. Hj. Retno Widiastuti, MS
NIP 19481015.197602.2.001
Ketua Jurusan Kedokteran
dr. Joko Setyono, M.Sc.
NIP 19720719.200012.1.001
iii
HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN PEMBENTUKAN DENSITAS TULANG
PADA MAHASISWA JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
ABSTRAK
Latar Belakang: Kalsium merupakan komponen nutrisi yang penting bagi
pembentukan densitas tulang. Kurangnya konsumsi kalsium dapat menyebabkan
pengeroposan tulang yang berujung dengan Osteoporosis. Remaja akhir
merupakan usia dimana terjadi percepatan pembentukan densitas tulang hingga
peak bone mass.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan asupan kalsium dengan densitas tulang
pada mahasiswa Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Ilmu
Kesehatan.
Metode: Studi observasional analitik cross sectional ini dilakukan pada tanggal 1
sampai 10 Februari 2013 pada 37 mahasiswa laki-laki Jurusan Kedokteran FKIK
UNSOED angkatan 2009-2012. Jumlah asupan Kalsium dinilai menggunakan
kuesioner food recall 4x24 jam pada hari Jumat, Sabtu, Minggu dan Senin.
Pengukuran densitas tulang dengan menggunakan Ultrasound Bone Densitometri
dilaksanakan pada tanggal 10 Februari. Uji normalitas data menggunakan
Shapiro-Wilk. Analisis data menggunakan analisis univariat menggunakan tabel
distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji Pearson.
Hasil: Rerata asupan Kalsium mahasiswa laki-laki Jurusan Kedokteran FKIK
UNSOED angkatan 2009-2012 adalah 672.469 mg/hari kurang dari nilai anjuran
dan rerata densitas tulang normal sebesar -0.145. Terdapat hubungan signifikan
antara asupan kalsium dengan pembentukan densitas tulang (p = 0,001 dan r =
0,567).
Kesimpulan: konsumsi kalsium sesuai anjuran dapat mencegah pengeroposan
tulang dan mencegah fraktur akibat osteoporosis.
Kata kunci : asupan Kalsium, densitas tulang, mahasiswa
iv
THE ASSOCIATION BETWEEN CALCIUM INTAKE AND BONE DENSITY
FORMATION IN MEDICAL STUDENTS OF
JENDERAL SOEDIRMAN UNIVERSITY
ABSTRACT
Background: Calcium is an important nutrient component for the bone density
formation. The lack of calcium intake can cause bone loss that leads to
osteoporosis. Late adolescence is an age where there is an acceleration of the
formation of bone density to the peak bone mass.
Objective: The aim of this study to determine the association between calcium
intake with bone density in medical students of Faculty of Medicine and Health
Sciences.
Methods: This is an observational analytic study with cross sectional design. This
study was conducted on 1 to February 10, 2013 on 37 male medical students 2009
to 2012 class. Calcium intake was assessed using a 4x24 hours food recall on
Friday, Saturday, Sunday and Monday. The measurement of bone density used
Ultrasound Bone Densitometry that held on February 10. Statistical analysis used
here was Pearson test.
Results: The mean of calcium intake in male medical students of Jenderal
Soedirman University 2009-2012 class is 672,46 mg/day and the mean of bone
density is -0,145. There was a significant relationship between calcium intake and
bone density formation(p=0,001 and r=0,567).
Conclusion: Higher calcium intake produced better bone density formation.
Keywords: Calcium intake; Bone density; Student
v
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Asupan
Kalsium dengan Pembentukan Densitas Tulang pada Mahasiswa Jurusan
Kedoteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal
Soedirman”. Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat dan
pengikutnya yang setia hingga akhir jaman.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat kelulusan dalam menempuh
pendidikan Sarjana Kedokteran di Universitas Jenderal Soedirman. Dalam
penyusunan skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah terlibat, antara lain:
1. dr. Hj.Retno Widiastuti, M.S selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu –
Ilmu Kesehatan, yang telah mengarahkan, membimbing, mendukung penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan usul skripsi ini.
2. dr. Joko Setyono, M.Sc selaku Ketua Jurusan Kedokteran FKIK Universitas
Jenderal Soedirman.
3. dr. Diah Krisnansari, M.Si selaku pembimbing I, yang telah memberikan ide,
mengarahkan, membimbing, mendukung dan meluangkan banyak waktunya
untuk konsultasi sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Agus Prastowo, SST. M.Kes selaku pembimbing II, yang telah mencurahkan
waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
vi
5. dr. Madya Ardi Wicaksono, M.Si selaku penelaah, yang telah mecurahkan
waktunya untuk membimbing penulis hingga skripsi ini dapat selesai.
6. dr. Ismiralda Oke P, Sp.KK selaku wakil tim komisi skripsi, yang telah
mencurahkan waktunya untuk mengarahkan penulis sehingga akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Kedua orang tua tercinta Junaedi dan Sri Rahayu yang merupakan sumber
inspirasi terbesar dalam hidup penulis, yang tak henti-hentinya memberikan
doa, kasih sayang, dukungan, nasehat, dan arahan kepada penulis.
8. Kedua adik tercinta Tyo dan Tyan yang selalu memberikan dukungan,
perhatian, dan doa kepada penulis.
9. Chyntia Putriasni Kurnia yang selalu memberikan doa, semangat, bantuan,
perhatian dan dorongan nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
10. Sahabat-sahabat yang hebat Fajrul, Zuldi, Gugi, Afif, dan Benza yang selalu
menemani penulis disaat melepas penat, terima kasih untuk semua canda
tawa, motivasi, dan doa dari kalian.
11. Seluruh keluarga besar angkatan 2009 Kedokteran Unsoed yang telah
memberi semangat, dukungan, motivasi dan kenangan indah.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Purwokerto, Maret 2013
Penulis
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. ix
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. x
DAFTAR SINGKATAN……………………………………….…………... xi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………...………………..
xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………. 1
B. Perumusan Masalah……………………………………………….. 4
C. Tujuan Penelitian………………………………………………….. 4
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tulang................………………………………………………….... 6
1. Anatomi Tulang............................................................................. 6
2. Fisiologi dan Histologi Tulang...................................................... 9
3. Proses Osifikasi Tulang …………………………........................ 11
4. Proses Remodeling Tulang............…………………………….. 13
B. Kalsium………………………………….......................................... 15
1. Definisi dan Fungsi Kalsium..………………………................... 15
2. Asupan Kalsium...................…………………………………….. 17
3. Penyerapan kalsium………………………................................... 19
4. Faktor-faktor Penyerapan Kalsium................................................ 20
C. Osteoporosis………………………………………………………... 22
D. Alat Pengukuran Densitas Tulang…………………………………. 25
E. Kerangka Teori…………………………………………………… 26
F. Kerangka Konsep…………………………………………………... 27
G. Hipotesis…………………………………………………………… 27
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian…………………………………………………. 28
B. Populasi dan Sampel…………………………………………….... 28
C. Variabel penelitian……………………………………………....... 31
D. Definisi Operasional…………………………………………......... 31
E Pengumpulan Data…………………………………………..……. 32
F. Tata Urutan Kerja……………………………………….......…….. 33
G. Analisis Data……………………………………………………… 35
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil………………………………………………………………... 37
B. Pembahasan………………………………………………………... 40
viii
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………………… 47
B. Saran……………………………………………………………….. 47
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 48
LAMPIRAN…………………………………………………………………... 51
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Angka Kecukupan Kalsium per-hari.................................................. 18
Tabel 2. Nilai Kalsium Bahan Pangan............................................................. 19
Tabel 3. Jumlah Kalsium yang Terkandung dalam Bahan Pangan.................. 20
Tabel 4. Kalsifikasi BMD menurut WHO....................................................... 26
Tabel 5. Karakteristik Umum Subyek Penelitian ............................................ 38
Tabel 6. Hubungan Asupan Kalsium dengan Pembentukan Densitas Tulang 39
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar Bagian-Bagian Tulang Panjang................................... 9
Gambar 2. Histologi Tulang........................................................................ 11
Gambar 3. Proses Osifikasi Tulang............................................................. 12
Gambar 4. Grafik Perubahan Densitas Tulang………………………….. 14
Gambar 5. Proses Remodeling pada Tulang………………………........... 15
Gambar 6. Diagram Proporsi Skor T……………………………………... 38
xi
DAFTAR SINGKATAN
BFGF : basic fibroblast growth factor
BMD : bone mineral density
BRU : bone remodeling unit
DXA : dual-energy X-ray absorptiometry HGF : hepatocyte growth factor
IGF : insulin-like growth factor
MCSF : makrofag stimulating factor
MRI : magnetic resonance imaging
NGF : neurotropin
PTH : parathyroid hormone
QUS : quantitative ultrasound
QCT : quantitative computed tomography
RANKL : nuclear factor kappa-B ligand
VEGF : Vascular Endothelial Growth Factor
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Inform Consent …………………………………………. 51
Lampiran 2. Kuesioner Responden………..............................………………… 54
Lampiran 3. Lembar Pengisian Food Recall …………………………………. 56
Lampiran 4. Data Penelitian………………………………………………….... 57
Lampiran 5. Hasil SPSS……………………………………………………….. 58
Lampiran 6. Dokumentasi……………………………………………………… 63
Lampiran 7. Riwayat Hidup……………………………………………………. 64
1
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang disebabkan oleh kurangnya densitas
tulang adalah Osteoporosis. Osteoporosis merupakan suatu penyakit tulang
sistemik, yang disebabkan oleh rendahnya densitas tulang atau karena
penyakit yang menyebabkan kerusakan jaringan tulang, hal tersebut tidak
akan menjadi suatu keluhan sebelum terjadinya fraktur (Kosmin, 2012).
Hasil penelitian menurut National Osteoporosis Foundation (NOF), 10
juta penduduk Amerika menderita osteoporosis, 34 juta diantaranya
memiliki densitas tulang yang buruk, yang merupakan faktor risiko
terjadinya osteoporosis. Setiap tahunnya terdapat 1.5 juta pasien
osteoporosis baru di Amerika. Diperkirakan 200 juta manusia di dunia
menderita osteoporosis, dari data tersebut 1 dari 2 orang wanita dan 1 dari
5 orang pria Amerika yang berumur lebih dari 50 tahun memiliki
pengalaman fraktur osteoporosis. Menurut hasil studi diperkirakan pada
tahun 2050 angka kejadian fraktur panggul meningkat 240 % pada wanita
dan 310 % pada pria (NOF, 2011).
Menurut hasil analisa risiko osteoporosis oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Gizi Departemen Kesehatan Indonesia bekerja sama
dengan Fonterra Brands Indonesia pada tahun 2006, menyatakan bahwa 2
dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko menderita osteoporosis. Angka
ini melebihi dari angka prevalensi di dunia dimana 1 dari 3 orang
2
menderita osteoporosis. Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi)
tahun 2007 dalam Indonesian White Paper mendukung pernyataan di atas
bahwa, presentasi wanita berusia lebih dari 50 tahun yang menderita
osteoporosis mencapai 32,3% sedangkan pada pria berusia lebih dari 50
tahun yang menderita osteoporosis mencapai 28,8%. Diperkirakan
menurut International Osteoporosis Foundation (IOF) pada tahun 2050
sebanyak 50% penduduk mengalami fraktur tulang panggul (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Indonesia memiliki risiko
peningkatan jumlah penderita osteoporosis, terbukti pada penelitian
terdahulu yaitu beberapa wilayah di Indonesia yang memiliki risiko
osteoporosis yaitu Propinsi Sumatera Selatan (27,7 %), Jawa Tengah
(24,02 %), Yogyakarta (23,5 %), Sumatera Utara (22,82 %), Jawa Timur
(21,42 %) dan Kalimantan Timur (10,5 %) (Pranoto, 2009). Densitas
tulang dibentuk dari berbagai zat gizi diantaranya adalah kalsium, fosfat,
vitamin D, serat kolagen. Densitas tulang terbentuk bukan hanya dari
asupan zat gizi tersebut tetapi genetik, kebiasaan dalam hidup, kebiasaan
berolahraga juga merupakan faktor yang mempengaruhi pembentukan
densitas tulang (Hardinsyah, 2008).
Kalsium merupakan zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan
dan pertumbuhan tulang. Angka kebutuhan kalsium perhari adalah 1000-
1300 mg atau setara dengan 3 gelas susu. Bahan pangan lainnya yang
mengandung kalsium adalah teri kering, udang kering, ayam, telur ayam,
daging sapi, tahu, tempe, kacang-kacangan, atau sayuran hijau (National
Institute Child Health and Human Development, 2011). Puncak kepesatan
3
pertumbuhan masa tulang diperoleh manusia pada 18 tahun untuk wanita
dan 20 tahun untuk pria. Cadangan kalsium dibutuhkan sejak usia dini,
karena densitas tulang di masa tua dipengaruhi juga oleh asupan kalsium
sejak usia dini (Baxter, 2011). Pengaruh pembentukan densitas tulang
bukan hanya ditentukan oleh asupan kalsium yang adekuat saja melainkan
dibutuhkan pula vitamin D, faktor genetik, ras, aktivitas fisik dan olahraga.
Meskipun Propinsi Jawa Tengah yang terletak pada Pulau Jawa yang
dikategorikan sebagai pulau yang lebih maju dibandingkan dengan yang
lain, ternyata memiliki risiko osteoporosis yang tinggi.
Kualitas kesehatan suatu bangsa dapat diukur dari kualitas sumber
daya kesehatan yang baik. Mahasiswa kesehatan adalah suatu aset bagi
bangsa. Maka kualitas kesahatan dari mahasiswa harus diperhatikan untuk
mengemban misi Indonesia sehat, salah satu bagian kesehatan yang perlu
diperhatikan adalah kesehatan tulang atau kualitas tulang, hal tersebut
perlu diperhatikan karena kualitas tulang sering terlupakan oleh
mahasiswa karena tidak mengalami keluhan yang jelas, oleh karena itu
perlu dilakukan pemeriksaan sejak dini pada mahasiswa, khususnya
mahasiswa jurusan kedokteran UNSOED, untuk terciptanya Mahasiswa
Jurusan Kedokteran UNSOED yang mempunyai kriteria tinggi, selain hal
tersebut peneliti memilih mahasiswa jurusan kedokteran FKIK UNSOED
bertujuan untuk menyeragamkan perilaku, aktivitas, pola asupan kalsium
pada subjek penelitian dan tidak dipengaruhi oleh sistem hormonal yang
dapat mempengaruhi metabolisme dalam tubuh.
4
B. Perumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara asupan kalsium dengan pembentukan
densitas tulang pada mahasiswa Jurusan Kedokteran FKIK ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui hubungan asupan kalsium dengan pembentukan
densitas tulang pada mahasiswa Jurusan Kedokteran FKIK.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui asupan kalsium pada mahasiswa Jurusan Kedokteran
FKIK.
b. Mengetahui densitas tulang mahasiswa Jurusan Kedokteran FKIK.
c. Menganalisa hubungan asupan kalsium dengan pembentukan
densitas tulang pada mahasiswa Jurusan Kedokteran FKIK.
D. Manfaat Penelitian
1.Manfaat Teoritik
Untuk menambah khasanah keilmuan di bidang Ilmu Kesehatan
Masyarakat (IKM ) cabang Ilmu Gizi kedokteran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya
mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung kalsium secara
cukup untuk membentuk densitas tulang yang kuat sehingga
terhindar dari risiko osteoporosis.
5
b. Bagi Orang Tua
Memberikan informasi kepada orang tua agar memberikan asupan
kalsium yang cukup terhadap keluarganya dan memberikan asupan
tambahan seperti susu atau suplemen kalsium atau memberikan
asupan kalsium non-susu.
c. Bagi Remaja dan Dewasa Muda
Memberikan informasi bahwa puncak dalam pembentukan masa
tulang terdapat pada umur 18 – 20 tahun, sehingga para remaja dan
dewasa muda dapat memanfaatkannya dengan baik serta
menghindari sejumlah bahan pangan atau jajanan yang mengurangi
penyerapan kalsium ke dalam tubuh.
6
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tulang
1. Anatomi tulang
Jumlah tulang dalam tubuh manusia adalah 213 tulang, terdiri
dari tulang apendikular sebanyak 126 tulang, tulang axial sebanyak 74,
dan tulang pendengaran sebanyak enam tulang (Clarke, 2008). Tulang
merupakan suatu jaringan dalam tubuh yang terbentuk dari mineral dan
struktur organik yang memiliki banyak fungsi bagi tubuh manusia.
Fungsi dari tulang adalah sebagai pendukung dari tubuh, untuk
menyimpan cadangan zat mineral dan zat lemak, sebagai tempat
pembentukan dari sel darah, sebagai pelindung bagi organ tubuh dan
dapat berfungsi sebagai penentu arah dari medan gaya yang dihasilkan
oleh otot.
Secara umum tulang dapat dibagi menjadi beberapa kelompok
besar yaitu (Martini, 2009) :
a. Tulang panjang merupakan tulang yang mengalami perkembangan
dan pemanjangan pada bagian epiphisis. Jenis tulang ini relatif lebih
panjang dan memiliki ruang tempat dari sumsum tulang. Letak dari
tulang panjang terdapat pada bagian femur, humerus, dll.
b. Tulang pipih meimiliki karakteristik tulang yang memiliki
karakteristik pipih dan kasar. Jenis tulang ini terdapat pada cranium,
Os. Sternum, Os. Scapula dan tulang pinggul. Fungsi dari tulang
jenis ini adalah melindungi jaringan lunak yang ada di dalamnya.
7
c. Sutura merupakan bentuk tulang yang lebih kecil, pipih, bentuknya
yang tidak rata merupakan tulang yang berada diantara tulang pipih
pada cranium.
d. Tulang irregular merupakan tulang dengan bentuk pendek, pipih,
bertingkat dan berada di vertebra, pelvis dan sebagian tulang pada
cranium.
e. Tulang Short merupakan tulang yang memiliki karakteristik pendek
seperti os. Carpal dan os. Tarsal.
f. Tulang Sesamoid secara umum berbentuk kecil, pipih dengan bentuk
menyerupai biji wijen. Tulang ini berada di dalam tendon dan
umumnya bertempat di sendi seperti lutut, tangan dan kaki. Tulang
jenis ini diperkirakan dalam tubuh manusia berada di 26 lokasi yang
berbeda.
Tulang panjang memiliki beberapa bagian (gambar 1) yang
terdiri dari (Petre, 2011):
1) Epiphisis adalah merupakan bagian tulang yang terdapat pada
perujungan dari tulang dan kebanyakan berhubungan dengan
persendian, bentuknya tipis dan kuat karena merupakan tulang
kompak yang memiliki banyak trabekula, memiliki fungsi
sebagai pertahanan tulang terhadap guncangan. Epiphysis juga
berfungsi sebagai tempat dari kapsul persendian, tempat
melekatnya ligamen dan tendon, tetapi bagian Epiphysis
merupakan bagian yang kaku dari tulang.
8
2) Phisis merupakan bagian yang sangat penting bagi tulang karena,
bagian ini merupakan tempat pertumbuhan tulang. Bagian tulang
ini terdapat lapisan kartilago, yang akan distimulasi agar terus
melakukan proses proliferasi, kemudian sel tersebut akan mati
dan mengalami kalsifikasi, pada akhirnya akan membentuk
tulang baru. Bagian ini dapat tumbuh melebar dengan proses
pembentukan tulang yang disokong oleh periosteum. Proses ini
terus berulang seumur hidup manusia.
3) Metaphisis adalah zona tulang yang memisahkan antara
epiphysis dan diaphysis. Zona tulang tersebut terdiri dari
sebagian dinding tipis korteks serta bagian trabekula di
dalamnya. Zona ini merupakan tempat bagi perlekatan ligamen.
4) Diaphisis merupakan bagian terpanjang dari bagian tulang. Pada
bagian diaphisis terdapat lapisan korteks yang kuat. Bagian
tulang panjang ini memiliki fungsi struktural, yaitu membangun
tubuh agar tetap tegak, tinggi, dan memberikan ruang bagi
pergerakan otot.
9
Gambar 1. Gambar bagian-bagian pada tulang panjang
(Sumber: Petre, 2011)
2. Fisiologi dan histologi tulang
Tulang tersusun dari beberapa mineral yaitu kalsium fosfat (Ca3
(PO4)) yang bersatu dengan kalsium hidroksida (Ca (OH)2)membentuk
suatu kristal hydroxyapatite (Ca10(PO4)6(OH)2). Terdapat 2/3 susunan
tulang terdiri dari kalsium fosfat. Kristal Kalsium fosfat dalam tulang
bersifat sangat kuat tetapi mempunyai kekurangan karena sifatnya yang
kaku dan tidak fleksibel. Tulang dapat menahan beban tetapi akan rusak
apabila mendapat suatu gaya putar atau mendapat tekanan secara tiba-
tiba (Martini, 2009).
Kalsium fosfat dan serat kolagen terdapat dalam tulang
berfungsi untuk menahan tarikan dengan kekuatan sebesar 700-1400
kg/cm2 dan dapat menahan tekanan sebesar 1400-2100 kg/cm2 dari
data tersebut didapatkan bahwa kekuatan tulang untuk menahan gaya
tarik dan tekanan mendekati kekuatan dari almunium dan besi, tetapi
tulang hanya dapat menahan 420-700 kg/cm2 apabila diberikan tekanan
yang tiba-tiba (Barrere et al., 2006).
10
Tubuh manusia terdapat 16 tipe jenis serat kolagen tetapi 80-
90% jenis serat kolagen yang ada dalam tubuh manusia adalah tipe I, II,
III. Menurut penelitan terdahulu mengatakan bahwa serat kolagen tipe
I, II, III terdapat dalam susunan tulang manusia. Tetapi diantara ketiga
tipe tersebut, tipe I merupakan penyusun utama dari tulang. Molekul
serat kolagen tipe ini memiliki panjang 300 nm. Selain tulang serat
kolagen tipe I ini juga menyusun kulit, tulang, ligamen, lapisan dentin
gigi dan jaringan intersitial (Lodish, 2000).
Terdapat beberapa mineral yang terkandung dalam tulang
seperti kalsium karbonat (CaCO3), magnesium, fluoride, protein non-
kolagen, seperti alkalin fosfat, osteonektin, gamma-karboksiglutamat,
osteopontin dan sebagian kecil proteoglikan. Jumlah total dari sel yang
terdapat dalam tulang hanya dua persen dari sebuah tulang. Sel-sel
pembentuk tulang diantaranya adalah osteoblas yang merupakan sel
tulang yang immature, berbentuk kuboid sampai kolumner dan sel ini
berasal dari sel mesenkim. Osteoblas terus berkembang mengalami
proliferasi secara terus menerus membelah sehingga menjadi hipertrofi
lalu dalam proses selanjutnya sel osteoblas akan mengalami kalsifikasi
dan membentuk osteosit (Eroschenko, 2003).
Osteosit dikelilingi sebuah struktur yang dinamakan lakuna dan
dihubungkan oleh kanalikuli. Osteoklas bertugas menjaga metabolisme
kalsium di dalam tubuh dengan cara melakukan penyerapan kalsium
dari tulang. Sel-sel tersebut mendapat nutrisi dari saluran havers yang
dihubungkan oleh saluran volkman (Eroschenko, 2003).
11
Gambar 2. Histologi Tulang (Sumber: http://apbrwww5.apsu.edu)
3. Proses osifikasi tulang
Proses osifikasi pada tulang melalui dua proses penting yaitu
osifikasi intramembran dan endochordal. Kedua proses ini dimulai dari
tempat dimana sistem vaskular dapat menembus ke zona pertumbuhan
(mesenchymal zone). Pembentukan sistem vaskular (neoangiogenesis)
dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah Vascular
Endothelial Growth Factor (VEGF), Basic Fibroblast Growth Factor
(BFGF), Transforming Growth Factor β (TGF-β), Angiopoietins (Ang-
1), Hepatocyte Growth Factor (HGF), Platelete Derived Growth
Factor (PDGF-BB), Insulin-like Growth Factor (IGF-1, IGF-2) dan
Neurotropin (NGF) (Madeddu, 2005). Sistem vaskularisasi penting bagi
proses osifikasi tulang karena darah membawa material pembentukan
tulang seperti growth factor, hormon, sitokin, kemokin, dll. Sel-sel
masenkim yang terdapat pada zona pertumbuhan berdiferensiasi
menjadi osteoblas matur, selanjutnya osteoblas matur tersusun dalam
matrik tulang dan menstimulasi pembentukan spikula, kumpulan dari
spikula membentuk trabekula, yaitu struktur penyusun tulang spons
12
yang berbentuk seperti lempengan. Trabekula tumbuh, saling berkaitan
satu sama lain dan membentuk menjadi lapisan tulang muda (struktur
lemah yang tersusun dari banyak osteosit). Osteosit pada daerah
tersebut mengalami proliferasi lebih, mengakibatkan osteosit menjadi
hipertrofi dan mengalami apoptosis. Tahap terakhir merupakan proses
kalsifikasi dan membentuk kompleks matriks tulang yang matur
(Kronenberg, 2003).
Gambar 3. Proses osifikasi pada tulang (Sumber: Kronenberg, 2003)
Proses osifikasi endochordal dimulai dari tahap (A) sel-sel
masenkim (B) berdiferensiasi menjadi susunan avaskular dari kartilago.
(C) Tepat di tengah kartilago, kondrosit secara simultan berploriferasi
dan menyebabkan kondrosit menjadi hipertrofi. (D) Lapisan kartilago
hipertrofi membentuk matriks tulang dan melepaskan faktor angiogenik
yang berfungsi untuk menstimulasi pembentukan pembuluh darah dan
mempercepat terjadinya proses apoptosis. (E) Kompleks osteoblas dan
13
sistem vaskular membentuk lapisan spongiosa primer. Kondrosit terus
melakukan proliferasi bersama dengan sistem vaskular akan tumbuh
menjadi lebih panjang. Osteoblas yang terdapat pada lapisan terluar
membentuk lapisan korteks. Sementara itu, osteoblas yang berada pada
lapisan spongiosa primer membentuk trabekula. (F) Pada siklus
osifikasi kedua, terjadi hal yang sama dengan siklus pertama. Siklus ini
terus terjadi dan pada akhirnya, masuknya sel stroma dan sumsum
tulang menempati rongga yang berada di tengah tulang (Kronenberg,
2003).
4. Proses remodeling tulang
Proses remodeling tulang bertujuan untuk memperbaiki lapisan
tulang yang sudah rusak akibat berbagai sebab seperti trauma, penuaan,
dll. Proses tersebut diatur oleh suatu struktur yaitu Bone Remodeling
Unit (BRU). BRU dapat ditemukan dalam lapisan korteks tulang dan
pada trabekula. BRU terdiri dari osteoklas, osteoblas, pembuluh
vaskular, jaringan ikat dan sistem persarafan. Jumlah struktur aktif pada
orang dewasa sekitar satu juta unit (Compston, 2001).
14
Gambar 4. Grafik perubahan densitas tulang
(Sumber: Compston, 2001)
Pembentukan densitas tulang ini terus meningkat, kecepatan
peningkatan densitas tulang terjadi pada masa remaja. Pertumbuhan
tulang trabekula meningkat hingga 20-30 persen pertahun, pada korteks
terjadi pertumbuhan 3- 10 persen pertahun. Gambar 2.4 menjelaskan
bahwa masa tulang tertinggi pada umur 35-40 tahun dan pada umur 40-
45 tahun, densitas tulang atau masa tulang akan terus berkurang.
Penyusutan masa tulang terjadi dalam 2 lapisan tulang yaitu
pada trabekula dan korteks. Trabekula tulang usia 40-50 tahun, masa
tulang yang hilang adalah 0,5-1 % pertahun, pada usia 50-60 tahun
massa tulang yang hilang adalah 3,0-5 % pertahun, pada usia diatas 60
tahun massa tulang akan menghilang 5-10 % pertahun. Tulang korteks
masa tulang yang hilang diperkirakan 0,5-1 % per tahun (Lawllyn
1991;compston, 2001; Soeatmadji, 2002).
15
Terdapat 5 fase dalam remodeling tulang yaitu (Compston,
2001):
a. Quiescence, merupakan fase tenang atau fase dimana tulang belum
melakukan proses remodeling.
b. Aktivasi, terjadi ketika osteoklas melakukan diferensiasi, teraktivasi
dan bergerak menuju arah rangsang tubuh.
c. Resorbsi, fase ketika osteoklas berada pada permukaan tulang dan
menyerap bagian permukaan tulang, melarutkan mineral, membuat
lubang (resorption pit).
d. Reversal merupakan fase terjadi perekrutan, deferensiasi dan aktivasi
dari osteoblas untuk membentuk tulang baru dengan meproduksi
matriks tulang.
e. Mineralisasi merupakan fase dimana proses remodeling telah
terbentuk.
Gambar 5. Proses remodeling pada tulang
(Sumber: Compston, 2001)
16
B. Kalsium
1. Definisi dan fungsi kalsium
Kalsium merupakan merupakan suatu mineral yang disusun oleh
atom dan mempunyai nomer atom 20. Kalsium yang terdapat dalam
tubuh manusia dewasa berkisar hinggal 25000 mmol (1kg) dan 99 %
diantaranya tersimpan dalam tulang. Sebagian kecil kalsium terdapat
dalam di luar sel hanya terdapat 22.5 mmol dan 9 mmol dari kalsium
tedapat dalam plasma darah. Proses perpindahan kalsium dari tulang ke
plasma darah akan berkisar 500 mmol/24 jam dan terjadi penambahan
masa tulang setiap harinya berkisar 7,5 mmol/24 jam. Proses filtrasi
kalsium dari tubulus ginjal ke dalam plasma darah sebanyak 240
mmol/24jam dan di ekskresikan oleh tubuh sebanyak 5 mmol/24 jam
melalui urin dan feses (Marshall, 2008).
Fungsi kalsium dalam tubuh sangat penting, selain penting bagi
kesehatan tulang kalsium juga memiliki peranan dalam sistem
neuromuskular, oleh karena itu kadar kalsium dalam tubuh harus
seimbang, sehingga tubuh harus melakukan proses hemostasis kalsium
guna mempertahankan kadar kalsium dalam tubuh. Proses regulasi
kalsium dalam darah dipengaruhi oleh hormon paratiroid (PTH),
vitamin D, dan kalsitonin, penjelasannya yaitu (Deng, 2005) :
a. PTH merupakan hormon yang berfungsi untuk mengatur kadar
kalsium yang terdapat dalam darah. Kadar kalsium dalam darah
turun, chief cell yang berada di kelanjar paratiroid akan terstimulasi
untuk memproduksi PTH. Hormon tersebut memiliki dua
17
mekanisme dalam meregulasi kalsium dalam darah. Mekanisme
yang pertama adalah dengan meningkatkan permeabilitas dari
ginjal yang akan menstimulasi pembentukan vitamin D aktif.
Mekanisme yang kedua adalah dengan cara menstimulasi osteoblas
untuk mengaktifkan reseptor dari nuclear faktor kappa-B ligand
(RANKL) dan makrofag stimulating factor (MCSF) yang berfungsi
untuk mengaktivasi osteoklas dalam pemecahan kalsium dalam
tulang.
b. Vitamin D diperoleh dari usus dan kulit. Vitamin D mengalami
beberapa kali perubahan bentuk sebelum menjadi aktif yaitu di hati
(25-hydroxyvitamin-D) dan di dalam ginjal (1,25-hydroxyvitamin-
D). Dalam bentuk aktif vitamin D berfungsi menghambat ekskresi
dari kalsium di ginjal maupun dalam usus.
c. Kalsitonin berfungsi sebagai penghambat dari hormon PTH.
Apabila kadar kalsium dalam darah terpenuhi, maka kalsitonin
akan menekan fungsi dari osteoklas dan menghentikan absorbsi
kalsium dari tulang.
2. Asupan kalsium
Menurut beberapa penelitian asupan kalsium yang optimal
terbukti akan meningkatkan masa tulang sebesar 5-10% dengan standar
deviasi 0,5-1,0 dan pada masa tua akan mengurangi risiko dari fraktur
pada tulang pinggul sebesat 25-10%. Ungkapan dari penelitian
terdahulu tersebut membuktikan bahwa asupan kalsium yang adekuat
18
per harinya dapat meningkatkan masa tulang dan dapat mencegah
terjadinya risiko osteoporosis (Deng, 2005).
Tabel 1. Angka Kecukupan Kalsium Harian.
Usia Pria Wanita Hamil Menyusui
0-6 bulan 200 m
g
200 m
g
7-12 bulan 260 m
g
260 m
g
1-3 tahun 700 m
g
700 m
g
4-8 tahun 1,000 mg 1,000 mg
9-13 tahun 1,300 mg 1,300 mg
14-18 tahun 1,300 mg 1,300 mg 1,300 mg 1,300 mg
19-50 tahun 1,000 mg 1,000 mg 1,000 mg 1,000 mg
51-70 tahun 1,000 mg 1,200 mg
71+ /tahun 1,200 mg 1,200 mg
(Sumber : National Institute of Health, 2012)
Menurut bagian gizi dari National Institute of Health kebutuhan
kalsium yang dibutuhkan oleh tubuh setiap harinya pada umur 19- 50
tahun adalah 1000 mg (NIH, 2012). Di Indonesia, angka kecukupan gizi
(AKG) bagi orang yang berumur 13-19 tahun adalah 1000 mg
(Fikawati, 2005). Jenis bahan pangan yang memiliki kandungan
kalsium menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dapat
dilihat pada tabel 2.
19
Tabel 2. Nilai Kalsium bahan pangan (mg/100gram)
(Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1995)
Sumber makanan yang memiliki kandungan kalsium bisa
terdapat dalam susu, olahan susu, sayur-mayur (Brokoli, bok choi, petai
cina, bayam), kacang-kacangan. Beberapa macam sayur seperti bayam,
memiliki bioavailabitas yang rendah dalam tubuh, sehingga pemberian
asupan kalsium dari jenis pangan ini kurang adekuat. Jenis bahan
pangan yang memiliki kandungan kalsium National Institute Of Health
terdapat dalam tabel 3.
Bahan Makanan mg Bahan Makanan mg
Tepung susu 904 Kacang Kedelai kering 227
Keju 777 Tempe kedelai murni 129
Susu sapi segar 143 Tahu 124
Yogurt 120 Kacang merah 80
Udang kering 1209 Kacang tanah 58
Teri kering 1200 Oncom 96
Sarden (kaleng) 354 Tepung kacang kedelai 195
Telur bebek 56 Bayam 265
Telur ayam 54 Sawi 220
Ayam 14 Daun melinjo 219
Daging sapi 11 Katuk 204
Susu kental manis 275 Selada air 182
Teri nasi 1000 Daun singkong 165
Teri segar 500 Ketela pohon 33
Belut air tawar 390 Kentang 11
20
Tabel 3. Jumlah Kalsium yang terkandung dalam bahan
pangan.
Jenis bahan pangan miligram(mg) nilai harian
yogurt polos ,rendah lemah 8 ons 415 42
Jus jeruk yang diperkaya kalsium 6 ons 375 38
yogurt buah, rendah lemak 8 ons 299 30
Keju mozarella 1.5 ons 293 29
Sarden kaleng 3ons 282-350 28-35
Keju Cheddar 8 ons 276 28
Susu tanpa lemak 8ons 253 25
susu rendah lemak 8ons 131 18
Susu berlemak 8 ons 138 14
Tahu (setengah) 138 14
minuman sarapan instan berbagai rasa
8ons 105-250 25-10
yogurt beku, rasa vanilla setengah
gelas 103 10
Sereal siap saji 1 gelas 100-1000 10-100
Lobak 99 10
Kubis segar 1 gelas 94 9
Kubis mentah 1 gelas 90 9
ES krim, vanilla setengah gelas 84 8
Susu Kedelai 8ons 80-500 50
Bok choi 1 gelas 74 7
Roti 1 lapis 73 7
puding coklat dingin 4 ons 55 5
Roti gandum 1 lapis 30 3
Brocoli mentah setengah gelas 21 2
Krim Keju 1 sendok makan 14 1
(Sumber : National Institute of Health, 2012)
3. Penyerapan kalsium
Kalsium diabsorbsi melalui mukosa usus melalui dua
mekanisme yaitu transport aktif dan secara pasif melalui difusi. Dalam
mekanisme penyerapan kalsium pada umumnya dipengaruhi dari
konsentrasi dari vitamin D yang berguna untuk menginduksi protein
pengikat kalsium yaitu kalbindin, karena kalsium dalam bentuk kation
Ca2+
sulit untuk diabsorbsi ke dalam mukosa usus. Mekanisme difusi
21
dalam beberapa penelitian menyatakan, proses difusi dalam penyerapan
kalsium dilakukan tanpa pengaruh dari vitamin D. Proses penyerapan
kalsium dalam usus dipengaruhi oleh tiga komponen dasar yaitu epitel
channels kalsium (CaT1 dan ECaC), Kalbindin sebagai suatu protein
yang mempengaruhi permeabilitas membrane mukosa terhadap
kalsium, dan membran pompa kalsium yang berfungsi sebagai transport
kalsium dari cairan ekstraselular ke lamina propria (Wasserman, 2004).
4. Faktor-faktor yang Meningkatkan dan Menghambat Penyerapan
Kalsium
Faktor–faktor yang dapat meningkatkan absorbsi kalsium adalah
(Murray, 2009):
a. Vitamin D
Vitamin D dalam bentuk aktif dapat membantu meningkatkan
absorbsi kalsium di dalam usus. Vitamin D dalam bentuk aktif
mengaktifkan kalbindin, yang mempengaruhi permeabilitas
mukosa usus terhadap penyerapan kalsium.
b. Laktosa
Laktosa dapat meningkatkan penyerapan kalsium pada ileum
dengan cara meningkatkan potensial transmembran pada mukosa,
bagian lumen usus memiliki keadaan lebih positif, sehingga dapat
memudahkan kalsium melewati brush border.
22
c. Asam Lambung
Kalsium karbonat memerlukan keadaan asam untuk dapat diserap
dari usus ke dalam darah.
d. Estrogen
Hormon tersebut dapat meningkatkan penyerapan kalsium, setelah
menopause, kadar estrogen dalam tubuh berkurang yang
mengakibatkan berkurangnya absorbsi dari kalsium sehingga bagi
wanita yang sudah menopause disarankan untuk menjalankan
terapi hormon ini agar absorbsi kalsium dapat meningkat.
e. Asupan Kalsium
Jumlah asupan kalsium perhari adalah 1000 mg, lebih baik jika
tidak diberikan dalam satu waktu. Kalsium terserap baik dalam
jumlah 500 mg untuk memenuhi kebutuhan kalsium per-harinya
disarankan agar diberikan selang waktu sekitar 4 sampai 6 jam.
Selain itu terdapat pula faktor-faktor yang dapat menurunkan
absorbsi dari kalsium yaitu (Houtkooper, 2011):
a. Asam Oksalat
Asam oksalat adalah suatu substansi yang dapat mengikat kalsium
sehingga kalsium absorbsi kalsium dapat berkurang. Jenis bahan
pangan yang mengandung asam oksalat bseperti bayam, kacang
kedelai dan coklat.
23
b. Serat
Walaupun memiliki efek yang kurang berarti kandungan serat yang
terkandung dalam makanan seperti gandum dapat mengikat
kalsium dan menurunkan absorbsinya.
c. Magnesium dan Fosfat
Kedua zat tersebut membutuhkan vitamin D untuk proses absorbsi
kedalam tubuh, sehingga apabila rasio perbandingan dari zat
tersebut melebihi dari kalsium. Vitamin D akan kurang efektif
untuk dapat membantu penyerapan kalsium.
d. Teh
Teh mengandung tannin sehingga dapat mengikat kalsium di usus
dan mengakibatkan absorbsi dari kalium menurun.
e. Medikasi
Penggunaan obat-obatan dalam jangka panjang seperti laksatif,
kortikosteroid dan anti kejang karena menurunkan absorbsi dari
kalsium. Laksatif dapat menurunkan absorbsi kalsium karena
menyebabkan waktu yang dibutuhkan bagi tubuh untuk menyerap
kalsium tidak cukup.
C. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai
oleh rendahnya masa tulang dan keroposnya susunan mikroarsitektur
pada jaringan yang terdapat pada tulang, dua hal tersebut menyebabkan
24
tulang menjadi rapuh. Penyakit ini akan menimbulkan gejala klinis,
hingga terjadinya fraktur (Ahmed dan Elmentaser, 2009).
Osteoporosis primer terdiri dari dua tipe yaitu juvenile
ostoporosis dan idiopatik osteoporosis. Karakteristik dari juvenile
osteoporosis antara lain terjadi pada anak dan dewasa muda laki-laki
dan perempuan pada usia 8 -14 tahun, memiliki fungsi gonad yang
normal, juga memiliki karakteristik hallmark yaitu nyeri pada tulang
secara tiba-tiba dan fraktur pada tulang yang didahului oleh trauma.
Idiopatik osteoporosis terdiri dari osteoporosis postmenopause
(osteoporosis tipe I) dengan karakteristik terjadi pada umur 50-65
tahun, meningkatnya kekeroposan tulang pada bagian trabekula, fraktur
pada bagian distal dari tulang lengan bawah atau pada tulang vertebrae
dan osteoporosis senilis (tipe II osteoporosis) yang memiliki
karakteristik terjadi pada pria maupun wanita di usia lebih dari 70
tahun, masa tulang yang hilang disebabkan oleh proses penuaan, fraktur
yang terjadi pada bagian korteks dan trabekula tulang, terjadi fraktur
pada bagian pergelangan tangan, vertebrae, dan pada tulang panggul
(Kosmin, 2012).
25
Faktor risiko osteoporosis pada dasarnya adalah usia lanjut dan
penurunan bone mineral density (BMD) yang merupakan penyebab
langsung dan memiliki hubungan kuat dengan insidensi terjadinya
fraktur pada tulang, selain itu osteoporosis memiliki beberapa faktor
risiko lain yaitu :
a. Usia lanjut (>50 tahun)
b. Wanita
c. Ras Asia
d. Faktor genetik
e. Amenore
f. Late menarche
g. Early menopause
h. Postmenopause
i. Kurang aktivitas
j. Penggunaan obat seperti anti-kejang, steroid sistemik, suplemen
tiroid, heparin, kemoterapi dan insulin.
k. Pecandu alkohol dan tembakau
l. Defisiensi androgen dan esterogen
m. Defisiensi kalsium
Definisi osteoporosis menurut World Health Organization
(WHO) berdasarkan pengukuran BMD akan dijelaskan pada tabel 2.4.
Hasil pemeriksaan BMD adalah angka densitas tulang (dalam satuan
gram per sentimeter persegi), angka skor T, angka skor Z. Skor T
adalah suatu nilai dimana angka BMD dibandingkan dengan angka rata-
26
rata dari kontrol,angka tersebut digunakan untuk mendiagnosis
osteoporosis. Skor Z merupakan perbandingan nilai BMD kelompok
kontrol dengan usia dan jenis kelamin, maka didapatkan gambaran
derajat kehilangan massa tulang pada penderita dibandingkan dengan
rata-rata kelompok kontrol yang seusia. (Kosmin, 2012).
Tabel 4. Klasifikasi BMD menurut WHO
Definisi Skor T
Normal Skor T ≥ -1
Osteopenia (BMD rendah) Skor T antara -1 dan -2,5
Osteoporosis Skor T ≤ -2,5
Osteoporosis Berat Skor T ≤ -2,5 (dengan
fraktur)
(Sumber : WHO, 2004)
D. Alat pengukuran densitas tulang
Pengukuran BMD memiliki beberapa metode yaitu SXA (single
energy X-ray absorptiometry), DXA (Dual energy X-ray absorptiometry),
QUS (quantitative ultrasound), QCT (quantitative computed tomography),
Radiography, dan MRI (magnetic resonance imaging). Baku emas untuk
pemeriksaan BMD menurut WHO adalah menggunakan DXA, tetapi
pemeriksaan DXA memerlukan biaya yang mahal dan jarang ditemui.
QUS merupakan salah satu alat dalam pemeriksaan BMD (Kosmin, 2012).
27
E. Kerangka Teori
Gambar 2.6. Kerangka Teori Penelitian
Keterangan :
: hubungan kausatif
: memberi efek penghambatan
Kalsitriol Asupan Kalsium
Vitamin D
Estrogen Kalsitonin
Laksatif Pemakaian
obat-obatan
jangka panjang Kortikosteroi
d Penyerapan Kalsium
Hormon
PTH Antasida
Anti
kejang
Densitas tulang Usia Jenis
Kelamin
Konsums
i Teh Berat Badan
Kafein Merokok Minuman
berakohol
28
F. Kerangka Konsep
Gambar 2.7. Kerangka Konsep Penelitian
G. Hipotesis
Asupan kalsium berhubungan dengan densitas tulang pada Mahasiswa
Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED.
Kepadatan Tulang Asupan Kalsium
Variabel Luar :
a. Alkohol
b. Rokok
c. Kafein
d. Obat-obatan
(steroid,
fenobarbital,
fenitoin, antasid)
e. Riwayat penyakit
tulang geneti,
Ginjal, Hati,
Diare Kronik,
Diabetes Mellitus
29
29
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan
pendekatan Cross Sectional Study. Penelitian ini bersifat komparatif dan
melihat kenyataan dari responden yaitu variabel bebas pola asupan kalsium
serta variabel terikat yaitu nilai densitas tulang di jurusan kedokteran FKIK
UNSOED angkatan 2009-2012. Kedua variabel tersebut diamati dan diukur
pada waktu yang berbeda, penelitian dimulai dengan pengumpulan pola
asupan kalsium dengan cara food recall 4X24 jam. Kemudian dilanjutkan
dengan penilaian angka densitas tulang.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
a. Populasi Target
Seluruh Mahasiswa Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED.
b. Populasi Terjangkau
Mahasiswa Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED angkatan 2009-2012.
2. Sampel
a. Kriteria inklusi
1) Mahasiswa laki-laki jurusan kedokteran FKIK UNSOED angkatan
2009-2012 dengan usia 20-23 tahun.
2) Bersedia mengikuti penelitian ini dengan menandatangani inform
consent.
30
b. Kriteria eksklusi
1) Mengkonsumsi alkohol
2) Mengkonsumsi rokok
3) Mengkonsumsi kopi
4) Mengkonsumsi obat obatan seperti steroid, fenobarbital, fenitoin.
5) Mengkonsumsi suplemen atau multivitamin
6) Vegetarian
7) Olah raga secara teratur (fitnes)
8) Riwayat penyakit ginjal
9) Riwayat penyakit gastritis
10) Riwayat penyakit hati
11) Riwayat penyakit diare kronik
12) Riwayat penyakit diabetes mellitus
c. Metode pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang akan dipakai adalah
probabilty sampling dengan pendekatan simple random sampling
dimana semua subyek dalam populasi dipilih secara acak sehingga
setiap unit dalam populasi memiliki kesempatan sebagai sampel dari
penelitian dan menghindarkan faktor subjektifitas dari peneliti
(Madiyono, 2011).
31
d. Besar sampel
Menurut Sastroasmoro (2011), besar sampel minimal pada
rumus untuk koefisien korelasi :
𝑁 = 𝑍𝛼 + 𝑍𝛽
0,5𝐼𝑛 1 + 𝑟1 − 𝑟
2
+ 3
N = 1,96 + 1,282 2
0, 5ln (1+ 0,53 / 1- 0,53)
N = 3,242 2
0,5In(3,255)
N = (5,495)2
+ 3
N = 33
Pada perhitungan didapatkan sampel minimal 33 orang, kemudian
ditambah 10% sehingga sampel minimal didapatkan 37 orang.
Keterangan :
Zα : deviat baku alfa = 1,96
Zβ : deviat baku beta = 1,282
r : korelasi yang didapatkan dari kepustakaan sebelumnya = 0,53
(Kosnayani, 2007).
+ 3
+ 3
32
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Asupan kalsium harian dengan skala rasio (mg/hari).
2. Variabel terikat
Nilai densitas tulang (g/cm2) dengan skala rasio.
D. Definisi Operasional
1. Asupan Kalsium
a. Asupan kalsium merupakan jumlah kalsium yang dikonsumsi oleh
subjek setiap hari baik lewat makanan atau minuman yang dikonsumsi,
sesuai dengan angka kecukuipan kalsium sebesar 1000 mg/hari.
b. Alat ukur form food recall 4X24 jam (hari Jumat, Sabtu, Minggu dan
Senin) dan nutriclin software. Nutriclin software digunakan untuk
menganalisa jumlah kalsium yang terdapat dari food recall.
c. Skala : Rasio
2. Densitas Tulang
a. Densitas tulang atau kepadatan tulang diukur melalui alat yang
bernama Quantitative Ultrasound Densitometry (QUS). Hasil
pengukuran dari alat berupa angka kepadatan tulang dengan satuan
(g/cm2). QUS memiliki akurasi sebesar 20% dan memiliki nilai presisi
2-4 % (Kosnayani, 2007). WHO menjelaskan tentang densitas tulang
berkaitan dengan risiko fraktur. Dengan hasil Skor T ≥-1 normal,
diantara -1 hingga -2,5 osteopenia (BMD rendah), ≤-2,5 Osteoporosis.
(WHO, 2004).
33
b. Alat ukur : Quantitative Ultrasound Densitometry
c. Skala : Rasio
E. Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
a. Variabel independen diukur menggunakan jenis data primer: Food
Recall 4x24 jam didapat dari perhitungan estimasi jumlah hari untuk
menentukan pola asupan kalsium per hari yang dapat menggambarkan
pola asupan kalsium seumur hidup dan nutriclin software untuk
menghitung kandungan kalsium dalam makanan yang dikonsumsi.
b. Variabel dependen diukur menggunakan jenis data primer: digunakan
Quantitative Ultrasound Densitometry. Pengukuran densitas tulang
dilakukan dalam beberapa tahap. Tahapan pertama dimulai dengan
memposisikan responden untuk duduk dengan tenang pada kursi yang
telah disediakan, tahap selanjutnya bagian telapak kaki responden
dibersihkan, lalu diletakan secara perlahan pada permukaan alat
tersebut, hasil dari pemeriksaan densitas tulang akan terbaca pada
lembaran kertas yang keluar dari Ultrasound Densitometry. Estimasi
waktu yang diperlukan untuk satu pemeriksaan 5menit. Nilai densitas
tulang akan disajikan dalam bentuk Skor T
34
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan informed
consent pada peserta yang memenuhi kriteria sebanyak 37. Memakai
kuesioner food recall untuk menilai asupan kalsium harian. Hasil yang
didapat diolah dalam nutriclin. Data variabel terikat didapatkan dari hasil
penilaian densitas tulang menggunakan Quantitative Ultrasound
Densitometry, walaupun tidak seakurat pemeriksaan DXA, QUS memiliki
bebeapa kelebihan diantranya adalah murah, tidak menimbulkan efek
radiasi, dan dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining (Kosmin,
2012).
Hasil dari pengukuran densitas tulang dihubungkan dengan nilai
asupan kalsium untuk mendapatkan nilai korelasi antara kedua variable
tersebut.
F. Tata Urutan Kerja
a. Persiapan Penelitian
1. Melakukan studi pendahuluan di Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED.
2. Penyusunan rencana penelitian meliputi :
a) penetapan variabel;
b) penetapan jumlah sampel;
c) penetapan definisi operasional variabel;
d) penyusunan rencana analisis hasil penelitian.
35
b. Pelaksanaan Penelitian
1. Rekruitmen sampel penelitian di Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED.
2. Melakukan informed consent pada subjek penelitian.
3. Melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner.
4. Subjek penelitian yang masuk ke dalam kriteria inklusi menyatakan
persetujuannya untuk menjadi subjek penelitian.
5. Memasukan data asupan kalsium yang di dapat ke dalam nutriclin
software.
6. Pengukuran nilai densitas tulang dengan alat menggunakan QUS.
7. Mencatat hasil nilai densitas tulang.
8. Merekap hasil kuesioner.
9. Menentukan nilai densitas tulang dan asupan kalsium.
10. Menghubungkan hasil kedua variabel, mencatat data dan melakukan
analisis terhadap data yang didapatkan.
11. Menyusun laporan hasil penelitian.
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan tiap variabel
dan hasil penelitian, kemudian dihitung frekuensi dan presentasenya. Data
disajikan dalam distribusi frekuensi untuk variabel yang diteliti yaitu
asupan kalsium harian dan nilai densitas tulang.
36
2. Analisis Bivariat
Data penelitian untuk menghubungkan antara nilai densitas tulang
dan asupan kalsium. Melakukan uji normalitas data dengan menggunakan
uji Saphiro-Wilk, karena sampel yang dipakai kurang dari 50. Distribusi
data normal untuk Skor T sedangkan untuk asupan kalsium distribusi tidak
normal sehingga perlu dilakukan transformasi data, setelah distribusi
asupan kalsium normal dipakai uji Pearson. Data penelitian diolah
menggunakan SPSS.
37
37
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2013 hingga 10
Februari 2013 di Jurusan Kedokteran Umum, FKIK UNSOED
Purwokerto. Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian
analitik observasional dengan pendekatan studi cross sectional. Metode
pengambilan sampel dari penelitin ini adalah simple random sampling
pada mahasiswa laki-laki Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED angkatan
2009-2012, kemudian dilakukan pengisian kuesioner untuk mendapatkan
subyek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dan
didapatkan 37 mahasiswa laki-laki Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED
angkatan 2009-2012. Subyek penelitian diberikan food recall selama 4
hari pada hari Jum’at, Sabtu, Minggu dan Senin pada tanggal 1 Februari –
4 Februari 2013, kemudian dilakukan pemeriksaan densitas tulang pada
Minggu, 10 Februari 2013,
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan
karakteristik dari subyek penelitian. Karakteristik sampel pada
penelitian ini adalah berdasarkan usia, IMT, nilai Skor T, asupan
kalsium dapat dilihat pada Tabel 5:
38
T
abel 5. menunjukan bahwa rerata usia adalah 20 tahun, usia ini
termasuk dalam kategori usia remaja akhir yang memiliki rentang usia
17-25 tahun. Rerata IMT yang tergambarkan pada hasil penelitian ini
adalah 24.928 dimana nilai IMT dari para subyek penelitian masig
dalam batas normal yaitu 18.50 - 25.09. Rerata Skor T (nilai densitas
tulang) respoden adalah – 0.145 yang memiliki arti dalam batas
normal karena nilai tidak kurang dari -1. Asupan kalsium subyek
penelitian memiliki rerata 672.429 mg. Berada dibawah nilai asupan
kalsium yang dianjurkan pada umur 20 tahun yaitu 1000 mg.
81%
19%
0%
Gambar 6. Diagram Proporsi Skor T
Normal
Osteopenia
Osteoporosis
Tabel 5. Karakteristik Umum Subyek Penelitian (n=37)
Variabel Min Maks Mean SD
Usia (tahun) 20 23 20.7 0.618
IMT (kg/m²) 16.649 42.6083 24.928 6.232
Skor T -1.5 1.8 -0.145 0.886
Asupan
Kalsium (mg) 366 1205 672.469 208.812
39
2. Analisis Bivariat
Peneliti melakukan uji normalitas terhadap data asupan
kalsium dan Skor T menggunakan uji Shapiro-Wilk hasil uji
normalitas dari data Skor T terdistribusi normal (p > 0,05) sedangkan
uji normalitas pada asupan kalsium tidak terdistribusi normal (p <
0,05) sehingga dilakukan transformasi data, dilakukan uji normalitas
kembali pada data asupan kalsium dan hasil dari transformasi data
terdistribus normal, sehingga memenuhi persyaratan analisis bivariat
yang digunakan peneliti yaitu uji korelasi Pearson.
Tabel 6. Hubungan Asupan Kalsium dengan Pembentukan
Densitas Tulang
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi
Pearson menunjukkan hubungan asupan kalsium dengan pembentukan
densitas tulang, didapatkan hasil p = 0,001 (<0,05) menggambarkan
bahwa terdapat hubungan signifikan antara asupan kalsium dengan
pembentukan densitas tulang dan nilai r = 0,567 menggambarkan
hubungan korelasi lemah antara kalsium dengan pembentukan densitas
tulang.
Skor T
p r
Asupan Kalsium 0,001 0,567
40
B. PEMBAHASAN
1. Analisis Univariat
Karakteristik dasar subyek penelitian berupa usia menunjukkan
bahwa subyek penelitian paling banyak berusia 21 tahun yaitu sebanyak
23 (62,16%), selain itu sampel dengan usia 20 tahun sebanyak 13
(35,13%) dan dengan usia 23 tahun sebanyak 1 (2,7%). Berkurangnya
densitas tulang merupakan suatu keadaan yang terjadi pada pria dan
wanita, hal tersebut berkaitan dengan usia seseorang, Pembentukan massa
tulang mengalami percepatan pertumbuhan pada saat remaja akhir dan
akan mencapai puncak (peak bone mass) pada umur 30 tahun, setelah
umur 30 kepadatan tulang akan terus menurun, kekuatan tulang pada masa
ini sangat dipengaruhi oleh kepadatan tulang sebelum masa peak bone
mass. Apabila hal tersebut tidak diperhatikan sejak dini, pengeroposan
tulang dapat terjadi dan dapat menyebabkan osteoporosis. Pria memiliki
faktor dalam tubuh yang dapat mempengaruhi kecepatan penyusutan
densitas tulang diantaranya adalah kadar hormon testosterone dan gaya
hidup. Setiap dekade sejak usia 35-40 tahun densitas tulang seseorang
akan menyusut sebanyak 2-3,4 % (Rosen, 1999). Namun karena usia
subyek penelitian yang terdapat dalam penelitian memiliki rentang 20-23
tahun sehingga skor dari densitas tulang masih dapat dikatakan normal
karena hanya terdapat 6 subyek penelitian berada dalam keadaan
osteopenia diantaranya adalah 2 memiliki IMT yang tinggi yaitu 40,09 dan
41,52, sementara itu 4 lainnya memiliki IMT rendah. Rerata indeks massa
tubuh subyek penelitian penelitian 24,928 masuk dalam rentang 18,5 –
41
25,09 yang memiliki arti IMT dalam rentang normal, dengan nilai IMT
minimal 16,64 dan nilai IMT maksimal 42,60. Nilai IMT semakin kecil
maka semakin berisiko untuk mengalami penyusutan densitas tulang
sementara itu, semakin tinggi IMT maka densitas tulang semakin padat
(Groff dan Gropper, 2000).
Rerata asupan kalsium subyek penelitian penelitian adalah 672,46
mg/hari dengan asupan terendah 366,5mg/hari dan asupan kalsium
tertinggi 1205,25 mg/hari. Asupan kalsium subyek penelitian dinilai masih
dibawah nilai anjuran yaitu 1000 mg/hari bagi pria dengan usia 19-50
tahun dan memiliki batas maksimal asupan kalsium yaitu sebanyak 2500
mg/hari pada usia 19-50 tahun. Skor densitas tulang masih tetap normal
pada subyek penelitian karena usia subyek penelitian yang tergolong
masih muda yaitu 21-23 tahun, sehingga jarang menemukan subyek
penelitian dengan Skor densitas tulang yang rendah. Perbedaan nilai
asupan kalsium didapatkan karena perebedaan jenis variasi makanan yang
dikonsumsi.
Densitas tulang digambarkan melalui Skor T. Skor yang dipakai
oleh peneliti untuk mengetahui densitas tulang subyek penelitian adalah
Skor T. Skor T adalah skor nilai perbandingan kepadatan tulang pasien
dengan nilai kepadatan tulang standar subyek penelitian orang dewasa
muda normal dengan jenis kelamin yang sama. Rendahnya Skor T dapat
menunjukkan penurunan densitas tulang. Nilai Skor T pada penelitian ini
memiliki rerata -0,146 , memiliki nilai minimal -1,5 sedangkan nilai
maksimal 1,8. Dalam penelitian ini subyek penelitian memiliki Skor T
42
yang normal tetapi terdapat 7 (18,9%) orang yang memiliki Skor T < -1
(Osteopenia).
2. Analisis Bivariat.
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi Pearson
menunjukkan hubungan signifikan antara asupan kalsium dengan
pembentukan densitas tulang. Hubungan antara asupan kalsium dengan
pembentukan densitas tulang didapatkan hasil p = 0,001 (<0,05) yang
berarti terdapat hubungan yang signifikan antara asupan kalsium dengan
pembentukan densitas tulang dengan nilai korelasi r = 0,567 yang
memiliki arti korelasi agak lemah antara jumlah asupan kalsium dengan
pembentukan densitas tulang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Belanda,
subyek penelitian penelitian tersebut merupakan remaja laki laki sebanyak
205 orang, dengan p = 0,001 dinyatakan bahwa terdapat hubungan positif
terhadap pemberian asupan kalsium yang adekuat terhadap pembentukan
densitas tulang (Boot, 2002). Selama 25 tahun terakhir terdapat sekitar 52
studi tentang asupan kalsium terhadap pembentukan densitas tulang.
Diantaranya 37 pada orang dewasa, 14 studi mengenai anak dan remaja
dan 1 studi membandingkan antara orang dewasa dan anak. Dari penelitian
penelitian tersebut didapatkan bahwa konsumsi kalsium yang baik dapat
mencegah pengeroposan tulang (Heaney, 2000). Studi pada 77 orang pria
denga RCT menggunakan kelompok kontrol yaitu pria dengan konsumsi
kalsium sebanyak 1159 mg/hari membuktikan bahwa konsumsi kalsium
43
sesuai anjuran dapat mencegah pengeroposan tulang dan mencegah fraktur
akibat osteoporosis (Orwoll, 2000).
Pembentukan densitas tulang sangat dipengaruhi oleh kalsium
sebagai pembentuk matriks tulang dalam proses remodeling tulang. Proses
remodeling tulang bertujuan untuk memperbaiki struktur tulang. Proses
remodeling tersebut diatur oleh Bone Remodeling Unit (BRU). BRU
terdiri dari osteoklas, osteoblas, pembuluh vaskular, jaringan ikat dan
sistem saraf. Proses Remodeling tulang melewati lima tahapan. Tahap
pertama adalah quiescence, merupakan fase tenang atau fase dimana
tulang belum melakukan proses remodeling. Tahap kedua adalah aktivasi,
terjadi ketika osteoklas melakukan diferensiasi, teraktivasi dan bergerak
menuju arah rangsang tubuh. Tahap ketiga adalah resorbsi, fase ketika
osteoklas berada pada permukaan tulang dan menyerap bagian permukaan
tulang, melarutkan kalsium, membuat lubang (resorption pit). Tahapan
empat adalah reversal merupakan fase terjadi perekrutan, deferensiasi dan
aktivasi dari osteoblas untuk membentuk tulang baru dengan meproduksi
matriks tulang yang terdiri dari kalsium. Tahap yang terakhir adalah
Mineralisasi, merupakan fase dimana proses remodeling telah terbentuk.
Proses remodeling tersebut sangat berpengaruh terhadap jumlah kalsium
dalam tubuh (Compston, 2001).
Jumlah kalsium dalam tubuh adalah 25000 mmol, 99% disimpan
dalam tulang dan sebagian kecil berada di luar tulang yaitu sebanyak 31,5
mmol. Dalam keadaan normal perpindahan kalsium dari tulang ke dalam
plasma darah yaitu sekitar 500 mmol/24 jam sedangkan, proses deposit
44
kalsium dalam tulang 7,5 mmol/24jam. Kalsium difiltrasi kembali dari
tubulus ginjal ke dalam plasma darah sebanyak 240 mmol/24jam dan di
ekskresikan oleh tubuh sebanyak 5 mmol/24jam melalui urin dan feses,
apabila asupan kalsium yang dikonsumsi tidak cukup, akan terjadi proses
pengambilan mineral kalsium dari tulang yang berkelanjutan sehingga
dapat menyebabkan pengeroposan tulang dan pada akhirnya dapat
menyebabkan osteoporosis (Compston, 2001).
Mekanisme metabolisme kalsium dalam tubuh memiliki tiga tahap,
yaitu digesti, absorpsi, dan transportasi. Proses digesti merupakan proses
pertama dimana makanan atau minuman yang memiliki kandungan
kalsium dikonsumsi oleh tubuh. Kalsium merupakan mineral yang sulit
dilarutkan, tetapi dapat dilarutkan dengan pH rendah (asam) yang berada
dalam lambung, kalsium yang terlarut tidak sepenuhnya dapat
meningkatkan absorpsinya sebab kalsium dapat berikatan dengan zat lain
sesuai dengan bioavabilitasnya. Proses absorpsi proses dimana kalsium
diserap dari dalam lumen usus ke dalam pembuluh darah. Proses ini
memiliki 2 mekanisme yaitu dengan menggunakan transport aktif dan
pasif. Transport aktif pada mekanisme ini adalah terdapat di duodenum
dan jejunum, pada mekanisme ini kalsium diikat oleh kalbindin untuk
dapat melewati dinding usus untuk masuk dalam pembuluh darah,
sedangkan proses pasif terjadi pada jejunum dan ileum. Proses pasif
tersebut dilakukan dengan cara difusi yang disebabkan oleh pebedaan
konsentrasi antara lumen usus dan dinding usus. Mekanisme yang ketiga
adalah transportasi dimana kalsium dalam darah terdiri dari 3 bentuk yaitu:
45
terikat oleh protein (albumin dan prealbumin), terikat oleh mineral lain
(sulfat, fosfor, sitrat) dan dalam keadaan bebas (ion). Kalsium dapat
membentuk tulang dipengaruhi oleh osteoblas dimana osteoblas dalam
tulang akan melepaskan protein dan komponen organik lain (Osteoid).
Osteoblas akan meningkatkan konsentrasi dari kalsium fosfat hingga
akhirnya kalsium fosfat dapat mengendap dan melekat pada osteoid untuk
membentuk tulang (Groff dan Gropper, 2000).
46
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak menggunakan
DEXA (baku emas) dalam pemeriksaan densitas tulang, peneliti tidak
meneliti asupan zat gizi lain seperti vitamin D dan phospat. Peneliti
mengeksklusi ada atau tidaknya riwayat penyakit genetik atau penyakit lain
yang termasuk dalam kriteria eksklusi hanya dengan kuesioner dan tidak
menggunakan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis yang lebih valid.
47
47
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Jumlah rerata asupan kalsium pada mahasiswa laki-laki Jurusan
Kedokteran FKIK UNSOED adalah 672,46 mg/hari, kurang dari nilai
anjuran yaitu 1000 mg/hari bagi pria dengan usia 19-50 tahun..
2. Nilai rerata densitas tulang pada mahasiswa laki-laki Jurusan Kedokteran
FKIK UNSOED adalah normal dengan Skor T - 0,146.
3. Terdapat hubungan signifikan antara asupan kalsium dengan pembentukan
densitas tulang pada mahasiswa Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED
B. Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui korelasi asupan zat gizi lain
seperti Fosfor, Vitamin C dan Vitamin D dengan pembentukan densitas
tulang.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode
penelitian yang lebih baik seperti kohort atau RCT.
3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui korelasi status gizi dengan
pembentukan densitas tulang.
4. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pembentukan densitas tulang
48
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, S. F, Elmantaser M. 2009. Secondary osteoporosis. Endocrine
Development. (16):170-90
Barrere F, Clemens AB, Klaas DG. 2006. Bone regeneration : molecular and
cellular interactions with calcium phosphate ceramics. International
Journal Nanomedicine (3): 317-332
Baxter, J.2011. Bone mineral accrual from 8 to 30 years of age: an estimation of
peak bone mass. Pubmed. available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21520276
Boot, A. M. 2002. Bone Mineral Density in Children and Adolescents: Relation to
Puberty, Calcium Intake, and Physical Activity. The Journal of Clinical
Endocrinology and Metabolism. Vol 82 no. 1: 57-62.
Clarke, B. 2008. Normal Bone Anatomy and Physiology. Clinical Journal of
American Society of Nephrology (3) : 131
Compston JE. 2001. Sex Steroid and Bone. Physiological reviews. The American
Physiology Society: p. 419-46
Dahlan, S. 2009. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Uji Komparatif
Variabel Numerik Dua Kelompok. Jakarta: Salemba Medika
Deng, H. W, Liu YZ. 2005. Bone Health in Children and Adolescents.Current
Topics in Bone Biology. Singapura: World Scientific Publishing
Direktorat Gizi Depkes Republik Indonesia. 1995. Daftar komposisi bahan
makanan. Jakarta: Bharata
Eroschenko, V. P. 2004. Tulang Rawan dan Tulang Atlas Histologi di Fiore.
Jakarta: EGC
Fikawati S, Syafiq A, Puspasari P. 2005. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan
asupan kalsium pada remaja di kota bandung. Jurusan Gizi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Groff J.L. and Gropper S.S. 2000. Advanced Nutrition and Human Metabolism.
United State: Wadsworth Thomson Leaming : 526 - 53 1.
Hardinsyah. 2008. Hubungan Konsumsi Susu dan Kalsium dengan Densitas
Tulang dan Tinggi Badan Remaja.Jurnal Gizi dan Pangan Institut
Pertanian Bogor.
Heaney, P. R. 2000. Calcium, Dairy Products and Osteoporosis. J Am Coll Nutr
April 2000 vol. 19 no. suppl 2 83S-99S
49
Hermastuti, Arofani. 2012. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Massa Lemak Tubuh,
Asupan Kalsium, Akrivitas Fisik dan Kepadatan Tulang Pada Wanita
Dewasa Muda. Journal of Nutrition College. Nomor 1, Halaman 435-450.
Houtkooper L, Farell VA. 2011. Calcium supplement guidelines. The University
of Arizona Cooperative Extension
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Berdiri Tegak, Bicara
Lantang, Kalahkan Osteoporosis. Available from
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/404-berdiri-
tegak-bicara-lantang-kalahkan-osteoporosis.pdf diakses pada 23 Okrober
2012
Kosmin DJ. 2012. Osteoporosis. Medscape Reference. Diakses dari :
http://emedicine.medscape.com/article/330598-overview#showall
diakses pada tanggal 7 Oktober 2012
Kosnayani, AS. 2007. Hubungan Asupan Kalsium, Aktivitas Fisik, Paritas, Indeks
Masa Tubuh dan Kepadatan Tulang Pada Wanita Pascamenopouse.
Diakses dari :
http://eprints.undip.ac.id/16311/1/AI_SRI_KOSNAYANI.pdf diakses
pada tanggal 10 Januari 2013
Kronenberg HM. 2003. Developmental regulation of the growth plate. Nature
423: 332-336
Lewllyn, J. D. 1991. Osteoporosis. Dalam: Burger H, Bolet M. A portrait of the
menopause. New Jersey (NJ): Parthenon publishing: p. 83-103
Lodish H, Berk A, Zipursky SL, et al. 2000. Collagen: The Fibrous Proteins of the
Matrix. Molekular Cell Biology 4th Edition. New York: W. H Freeman
Madeddu P. 2005.Therapeutic angiogenesis and vasculogenesis for tissue
regeneration. Exp Physiol. 90:315-326
Madiyono, B. 2011. Perkiraan Besar Sampel. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Pemilihan Subyek Penelitian. Jakarta: Sagung Seto
Marshall, W. 2008. Calcium, Phospate, and Magnesum. Clinical Chemistry.
Elsevier Health Sciences
Martini, F. H dan Nath, J. L. 2009. Fundamental of Anatomyand physiology,
Eight Edition. United State of America: Pearson Education, Inc
Murray, R. 2009. Mikronutrien: Vitamin dan Mineral. Biokimia Harper.Jakarta:
EGC
50
National Institute Child Health and Human Development. 2011. Good Sources of
Calsium Available from
http://www.nichd.nih.gov/health/topics/calcium.cfm diakses pada 23
Oktober 2012
National Osteoporosis Foundation. Clinician's Guide to Prevention and Treatment
of Osteoporosis. Available at http://www.nof.org/professionals/clinical-
guidelines diakses pada 23 Oktober 2012
National Institute of Health. 2012. Dietary Supplement Fact Sheet: Calcium.
Diakses dari : http://ods.od.nih.gov/factsheets/Calcium-
HealthProfessional/. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2012.
Orwoll E. S, Oviatt S. K, McClung M. R, Deftos L. J, Sexton G. 2000. The Rate
of Bone Mineral Loss in normal men and the effects of Calcium and
Cholecalciferol supplementation.
Petre, B. 2011. Osteology. Medscape Reference. Diakses dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1948532-overview#showall.
Diakses pada tanggal 3 Oktober 2012
Pranoto, A. 2009. Osteoporosis Secara Umum. Diabetes and Nutrition Center, Dr
Soetomo Hospital-Airlangga University available from
http://penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_Osteoporosis%20secara%20u
mum_3415_1962 diakses pada 18 Oktober 2012
Soeatmadji, D. W. 2002. Kendali hormonal metabolisme calsium dan skeletal. In:
Kursus dasar metabolisme kalsium dan penyakit tulang. PERKENI:
Malang. (IV) 1-17
Rosen C. J,Glowacki J, Bilezikian JP. 1999. The Aging Skeleton. Academic Press
: California
Wasserman. 2004. Vitamin D and the Dual Processes of Intestinal Calcium
Absorption. American Society for Nutritional Science (134): 3137-3139
World Health Organization.2004. WHO scientific group on the assessment of
osteoporosis at primary health care level: summary meeting report.
Diakses dari http://www.who.int/chp/topics/Osteoporosis.pdf. Diakses
pada tanggal 15 Oktober 2012
51
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
Kampus Unsoed RSUD Margono Soekarjo Jl. DR Gumbreg No.1
Purwokerto 53123 Telp. (0281) 641522 Fax (0281) 631208
Lampiran 1
LEMBAR INFORMASI DAN KESEDIAAN
Saya, Nugroho Rizki dari Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-
ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Saya ingin mengajak
Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian kami yang berjudul “HUBUNGAN
ASUPAN KALSIUM DENGAN PEMBENTUKAN DENSITAS TULANG
PADA MAHASISWA JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
JENDRAL SOEDIRMAN” yang akan dilaksanakan oleh tim peneliti yang
beranggotakan:
1. Nugroho Rizki P
dibawah supervisi :
1. dr. Diah Krisnansari MSi
2. Agus Prastowo, SST. M.kes
1. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui hubungan asupan kalsium dengan densitas tulang pada
mahasiswa jurusan kedokteran FKIK.
2. Keikutsertaan sukarela
Partisipasi Anda dalam penelitian ini adalah sukarela tanpa paksaan.Anda
berhak untuk menolak keikutsertaan dan berhak pula untuk mengundurkan diri
dari penelitian ini, meskipun Anda sudah menyatakan kesediaan untuk
berpartisipasi. Tidak akan ada kerugian atau sanksi apa pun (termasuk
kehilangan perawatan kesehatan maupun terapi yang seharusnya Anda terima)
yang akan Anda alami akibat penolakan atau pengunduran diri Anda. Jika
Anda memutuskan untuk tidak berpartisipasi atau mengundurkan diri dari
penelitian ini, Anda dapat melakukannya kapan pun.
3. Durasi (lama) penelitian, prosedur penelitian, dan tanggungjawab
partisipan
Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengisian
identitas lengkap, kuesioner, lembar pengisian food recall kemudian
mengikuti pemeriksaan densitas tulang. Pemeriksaan ini akan memakan waktu
kurang lebih selama 5 menit. Jika pada saat pemeriksaan terdapat
ketidaknyamanan, Anda dapat memberitahukan langung kepada pemeriksa.
52
4. Manfaat penelitian
Partisipasi Anda dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk
Anda/orang lain berupa:
1. Bagi responden
Memberikan informasi bahwa puncak dalam pembentukan masa tulang
terdapat pada umur 18 – 20 tahun, sehingga para remaja dan dewasa muda
dapat memanfaatkannya dengan baik serta menghindari sejumlah bahan
pangan atau jajanan yang mengurangi penyerapan kalsium kedalam tubuh.
2. Bagi Ilmu pengetahuan
Memberikan informasi ilmiah mengenai efek kalsium terhadap densitas
tulang.
5. Kerahasiaan
Kami menjamin kerahasiaan seluruh data dan tidak akan mengeluarkan atau
mempublikasikan informasi tentang data diri Anda tanpa ijin langsung dari
Anda sebagai partisipan. Data penelitian hanya bisa diakses oleh kami selaku
tim peneliti.
6. Klarifikasi
Jika Anda memiliki pertanyaan apapun terkait prosedur penelitian, atau
membutuhkan klarifikasi serta tambahan informasi tentang penelitian ini,
Anda dapat menghubungi:
Peneliti:
Nugroho Rizki P
Jurusan Kedokteran
Kampus Unsoed RSUD Margono
Soekarjo Jl. Dr. Gumbreg No. 1
Purwokerto 53123
Telp. 085624731929
Penanggung Jawab:
dr. Diah Krisnansari MSi
Jurusan Kedokteran
Kampus Unsoed RSUD Margono
Soekarjo Jl. Dr. Gumbreg No. 1
Purwokerto 53123
Telp. 083863356928
53
7. Kesediaan
Jika Anda bersedia untuk berpartisipasi maka Anda akan mendapatkan satu
salinan dari lembar informasi dan kesediaan ini. Tandatangan Anda pada
lembar ini menunjukkan kesediaan Anda untuk menjadi partisipan dalam
penelitian.
Tanggal: ……………………………..
Tandatangan Partisipan
Yang menyampaikan informasi:
Nugroho Rizki P
NIM: G1A009114
54
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
Kampus Unsoed RSUD Margono Soekarjo Jl. DR Gumbreg No.1
Purwokerto 53123 Telp. (0281) 641522 Fax (0281) 631208
Lampiran 2
Kuesioner untuk responden
1. Konsumsi Alkohol
- Apakah anda mengkonsumsi alkohol?
a. Ya b. Tidak
2. Konsumsi Rokok
- Apakah anda merokok?
a. Ya b. Tidak
3. Konsumsi Kopi
- Apakah anda mengkonsumsi kopi lebih dari 3 gelas perharinya?
a. Ya b. Tidak
4. Perilaku Vegetarian
- Apakah anda seorang vegetarian?
a. Ya b.Tidak
5. Riwayat Konsumsi Obat
- Apakah anda sedang mengkonsumsi obat obatan seperti (Steroid, obat
antikejang, obat maag) ?
a.Ya b. Tidak
6. Riwayat Konsumsi Suplemen
- Apakah anda mengkonsumsi suplemen setiap harinya?
a. Ya b. Tidak
- Apabila ya, suplemen apa yang anda konsumsi?
Jawab:…………………………………………….
7. Riwayat Olah Raga
- Apakah anda melakukan olah raga secara teratur?
a. Ya b. Tidak
8. Riwayat Penyakit Gastritis
- Apakah anda memiliki riwayat gastiritis (maag)?
a. Ya b.Tidak
9. Riwayat Penyakit Diabetes Mellitus
- Apakah anda sering terbangun dimalam hari untuk buang air kecil?
a. Ya b. Tidak
- Apakah anda mudah merasa lapar dan frekuensi makan meningkat?
a. Ya b. Tidak
- Apakah anda mudah merasakan haus
a.Ya b. Tidak
55
10. Riwayat Diare Kronik
- Apakah anda mengalami keluhan diare secara berkepanjangan?
a. Ya b. Tidak
11. Penyakit Ginjal
- Apakah anda pernah mengalami keluhan nyeri pada pinggang bagian
bawah disertai bengkak pada mata atau pada kaki?
a. Ya b. Tidak
- Apakah anda sering mengalami gangguan pada saat buang air kecil? Baik
secara volume urine yang keluar ataupun warna urine seperti berbuih?
a. Ya b. Tidak
- Apakah anda, orang tua anda atau saudara sekandung anda pernah ada yang
didiagnosa oleh dokter mengalami penyakit atau gangguan pada ginjal?
a. Ya b. Tidak
56
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
Kampus Unsoed RSUD Margono Soekarjo Jl. DR Gumbreg No.1
Purwokerto 53123 Telp. (0281) 641522 Fax (0281) 631208
Lampiran 3
FORMULIR FOOD RECALL
Tanggal wawancara :
Enumerator :
Nama :
Umur :
Alamat :
Hari ke :
Waktu makan Nama
Masakan
Jenis Bahan Jumlah yang dikonsumsi
URT Gram
Pagi
Selingan pagi
Siang
Selingan siang
Malam
Selingan
malam
Keterangan :
Bila snack atau cemilan tuliskan nama, merk dan beratnya (gram)
57
Lampiran 4
DATA PENELITIAN
Lampiran 5
HASIL SPSS
Frequencies
Nama USIA(Th) IMT( Asupan Kalsium(mg) Skor T
responden 1 21 22.04 690.5 0.6
responden 2 21 25.46 366.5 -0.6
responden 3 21 25.31 732.75 0.5
responden 4 21 23.99 707 0.9
responden 5 21 25.65 1038.75 1.0
responden 6 21 21.37 610.5 -1.5
responden 7 21 23.38 779.75 0.9
responden 8 20 23.44 530.5 0.0
responden 9 20 24.69 558.75 -1.5
responden 10 21 41.52 547.5 -1.1
responden 11 20 25.35 1205.25 1.2
responden 12 21 19.84 660.75 0.1
responden 13 20 21.30 581.5 0.7
responden 14 21 18.13 453 -0.3
responden 15 21 27.55 731.25 -0.9
responden 16 20 18.08 580.75 -1.4
responden 17 20 25.51 611 -1.0
responden 18 20 27.55 594.25 1.8
responden 19 20 20.20 888 -0.8
responden 20 20 18.52 453 -1.1
responden 21 20 22.86 571 -0.9
responden 22 21 25.35 479.5 -0.4
responden 23 21 40.09 387.5 -1.3
responden 24 21 25.06 800 -0.2
responden 25 23 28.33 602.5 -0.9
responden 26 21 20.76 1133.75 0.2
responden 27 21 25.34 690.375 1.2
responden 28 20 18.00 549.25 -0.6
responden 29 20 20.20 930.75 0.5
responden 30 21 22.91 557 -0.1
responden 31 21 24.98 452.5 -0.6
responden 32 21 42.61 727.25 0.3
responden 33 21 29.38 1041.75 1.0
responden 34 21 35.86 889.5 0.5
responden 35 20 25.40 450.25 -0.6
responden 36 21 19.72 838.75 0.1
responden 37 21 16.65 458.5 -1.1
58
Frequency Table
Statistics
37 37
0 0
20.70 24.928967
21.00 24.691358
21 25.3515a
.618 6.2329336
20 16.6493
23 42.6083
Valid
Missing
N
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Usia IMT
Multiple modes exist. The smallest value is showna.
Usia
13 35.1 35.1 35.1
23 62.2 62.2 97.3
1 2.7 2.7 100.0
37 100.0 100.0
20
21
23
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
59
IMT
1 2.7 2.7 2.7
1 2.7 2.7 5.4
1 2.7 2.7 8.1
1 2.7 2.7 10.8
1 2.7 2.7 13.5
1 2.7 2.7 16.2
1 2.7 2.7 18.9
1 2.7 2.7 21.6
1 2.7 2.7 24.3
1 2.7 2.7 27.0
1 2.7 2.7 29.7
1 2.7 2.7 32.4
1 2.7 2.7 35.1
1 2.7 2.7 37.8
1 2.7 2.7 40.5
1 2.7 2.7 43.2
1 2.7 2.7 45.9
1 2.7 2.7 48.6
1 2.7 2.7 51.4
1 2.7 2.7 54.1
1 2.7 2.7 56.8
1 2.7 2.7 59.5
1 2.7 2.7 62.2
2 5.4 5.4 67.6
1 2.7 2.7 70.3
1 2.7 2.7 73.0
1 2.7 2.7 75.7
1 2.7 2.7 78.4
2 5.4 5.4 83.8
1 2.7 2.7 86.5
1 2.7 2.7 89.2
1 2.7 2.7 91.9
1 2.7 2.7 94.6
1 2.7 2.7 97.3
1 2.7 2.7 100.0
37 100.0 100.0
16.6493
17.9982
18.0785
18.1320
18.5185
19.7210
19.8352
20.1956
20.2020
20.7612
21.3039
21.3669
22.0386
22.8571
22.9130
23.3844
23.4375
23.9869
24.6914
24.9770
25.0593
25.3069
25.3444
25.3515
25.4028
25.4581
25.5102
25.6489
27.5482
28.3266
29.3848
35.8564
40.0949
41.5225
42.6083
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
60
Uji Normalitas
Descriptives
-.146 .1457
-.442
.150
-.164
-.200
.786
.8865
-1.5
1.8
3.3
1.5
.248 .388
-.957 .759
672.4696 34.32862
602.8479
742.0913
661.1580
610.5000
43602.805
208.81285
366.50
1205.25
838.75
250.88
.870 .388
.225 .759
Mean
Lower Bound
Upper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Mean
Lower Bound
Upper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
T score
Rate
Statistic Std. Error
Tests of Normality
.128 37 .130 .959 37 .186
.156 37 .023 .932 37 .025
T score
Rate
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Lilliefors Significance Correctiona.
61
Uji Normalitas
ditransformasi akar yang tidak normal menjadi normal
Descriptives
-.146 .1457
-.442
.150
-.164
-.200
.786
.8865
-1.5
1.8
3.3
1.5
.248 .388
-.957 .759
25.6455 .64071
24.3461
26.9449
25.5156
24.7083
15.189
3.89727
19.14
34.72
15.57
4.89
.571 .388
-.237 .759
Mean
Lower Bound
Upper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Mean
Lower Bound
Upper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
T score
Rate_trans
Statistic Std. Error
Tests of Normality
.128 37 .130 .959 37 .186
.135 37 .089 .960 37 .200
T score
Rate_trans
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Lilliefors Significance Correctiona.
62
Correlations
Correlations
1 .567**
.000
37 37
.567** 1
.000
37 37
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
T score
Rate_trans
T score Rate_trans
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
63
Lampiran 6
DOKUMENTASI
64
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap : Nugroho Rizki Pratomo
Nomor Induk Mahasiswa : G1A009114
Tempat, Tanggal lahir : Bandung, 21 Juni 1991
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat Lengkap : Jl.Gantole No.15 Arcamanik Bandung
No Telepon / email : 085624731929/[email protected]
Nama Orang Tua
Ayah : Junaedi
Ibu : Sri Rahayu
Judul penelitian : Hubungan Asupan Kalsium dengan Pembentukan
Densitas Tulang Pada Mahasiswa Jurusan
Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu
Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman
65
Riwayat Pendidikan
1. TK Bunda Asuh Nanda, Bandung : 1995-1997
2. SD Salman Al Farisi, Bandung : 1997-2003
3. SMP Salman Al Farisi, Bandung : 2003-2006
4. SMA Taruna Nusantara, Magelang : 2006-2009
5. Pendidikan Dokter : 2009- sekarang
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
Riwayat Organisasi
1. Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) : 2009-2011
bidang Advokasi dan Kajian Strategis
2. Anggota Tim Bantuan Medis (TBM) :2010-2011