fiskes
DESCRIPTION
fiskesTRANSCRIPT
BIOMEKANIKA
1. PENDAHULUAN
Ada 2 (dua) bidang yang termasuk dalam fisika kedokteran yaitu : bidang
kedokteran dan bidang fisika. Oleh karena itu fisika kedokteran berperan
dalam 2 hal, meliputi :
1. Penggunaan ilmu fisika untuk menentukan fungsi tubuh meliputi
kesehatan dan penyakit. Dalam hal ini dapat pula disebut faal fisika.
2. Penggunaan fisika dalam praktek kedokteran meliputi pengetahuan
tentang benda/alat yang dipergunakan dalam bidang kedokteran yaitu alat
ultrasonik, laser, radiasi dan sebagainya.
2. PENGUKURAN
Fisika maupun disiplin ilmu lain pengukuran kwantitas merupakan dasar
utama. Dalam pengukuran ini akan dicari korelasi atau interpretasi dan sering
pula diadakan perbandingan dengan prediksi teoritis. Hal-hal yang meliputi
pengukuran kwantitas ini adalah sistem satuan Internasional atau disingkat
dengan sistem SI (System Internatioal Unit) atau Satuan Metrik.
Dasar sistem SI yang dipakai adalah panjang dinyatakan dalam meter,
massa di nyatakan dalam kilogram dan waktu dinyatakan dalam sekon (detik).
Secara praktis sering dipergunakan satuan kecil atau satuan besar misalnya
centimeter ( meter); gram (g = Kg), kadang-kadang untuk
menyatakan kwantitas dipergunakan satuan Inggris misalnya : feet, pound dan
galon.
Di Amerika Serikat, National Bureau of Standards (NBS) berlokasi dekat
dengan Washington D.C. Mempunyai peranan dalam standarisasi pengukuran
radiasi ionisasi.
Dalam bidang kedokteran sampai sekarang masih senang mempergunakan
kwantitas ukuran dalam satuan Non Standar. Sebagai contoh satuan tekanan
dinyatakan sebagai Newton per meter kwadrat, dyne per sentimeter kwadrat
1
dan pound perinci kwadrat tekanan darah dinyatakan dalam milimeter air
raksa, satuan panjang/tinggi zat cair.
Suatu contoh lain, satuan Non Standar yang telah lama dipergunakan
tetapi mempunyai arti sejarah yaitu pengukuran tentang pulse rate pada
penderita.
Sanctorium (1602) (teman kedokteran Galileo) memperkenalkan
pulsogium (suatu pendulum simpel) untuk mengukur pulse rate pada
penderita.
2.1. PROSES PENGUKURAN
Pada abad ini seiring dengan pertumbuhan ilmu kedoktera, bilangan
dan ketelitian dari pengukuran kwantitas dalam praktis klinik sangat
ditingkatkan. Hal ini oleh karena hasil pengukuran itu dapat memberikan
informasi yang sangat berharga tentang gambaran keadaan tubuh dan
hasil pengukuran itu dipakai sebagai bahan perbandingan. Dalam
pengukuran fisik dibagi dalam 2 (dua) group yaitu :
a. Proses pengukuran pengulangan
Pada proses ini biasanya melibatkan sejumlah pengulangan perdetik,
permenit, perjam dan sebagainya. Misalnya pengukuran pernafasan
diperoleh nilai pernafasan rata-rata (breathing rate) kira-kira
15/menit, denyut nadi 70/menit.
b. Proses pengukuran yang tidak ulang
Proses pengukuran ini hanya dilakukan sekali terhadap individu.
Misalnya mengukur substansi asing yang dikeluarkan lewat ginjal;
potensial aksi dari suatu sel saraf.
Pada proses pengukuran ini, perlu diperhatikan ”ketelitian (accuracy)
dan kebenaran (precision). Ketelitian dan kebenaran mempunyai arti
yang sangat berbeda dalam pengukuran. Ketelitian (accuracy)
menunjukkan yang bagaimana memberikan pendekatan untuk
memperoleh suatu standar. Suatu contoh tinggi seseorang ketika diukur
diperoleh 1,765 meter, ketelitian mungkin 0,003 (=33mm) dibandingkan
dengan patokan (standar) meter.
2
Untuk memperoleh ketelitian diperlukan suatu pengukuran berkali-kali,
kemudian di cari rata-rata akhir dari kesemuanya itu dan dicari standar
Deviasi.
Contoh : pengukuran tekanan systolik (P) sebanyak 25 kali (n) maka
tekanan rata-rata systolik :
=
Standar Deviasi
=
Sedangkan kebenaran (precision) berhubungan dengan kemampuan
pengembalian dari suatu pengukuran tanpa memperdulikan ketelitian
dalam pengukuran.
Suatu contoh, misalnya seseorang penderita yang diukur temperaturnya
dalam 10 kali diperoleh : 36,10C, 36,20C, 36,10C, 36,40C, 36,30C, 36,00C,
36,30C, 36,40C, dan 36,20C, (temperatur tubuh normal berkisar 370C).
Hasil ini menunjukkan kebenaran dalam pengukuran dengan nilai rata-
rata 36,20C dan variasi 0,20C. Apabila dibandingkan dengan termometer
standar tampak adanya ketidaksempurnaan dari termometer yang
dipakainya, selisih pembacaan 30C dibawahnya.
Dari uraian diatas tampak perbedaan yang jelas antara ketelitian dan
kebenaran ; termometer yang dipakai tidak teliti, sedangkan hasil yang
diperoleh itu betul-betul suatu kebenaran dari pengukuran.
2.2. REGISTRASI
Mencatat hasil yang diperoleh dari hasil pengukuran disebut
meregistrasi. Registrasi ini penting untuk memperoleh informasi yang
diperlukan. Kadang-kadang diperlukan registrasi kontinyu terhadap
suatu keadaan selam waktu tertentu, registrasi ini disebut registrasi
analog.
3
2.3. FALSE POSITIF DAN FALSE NEGATIF
Dari hasil pengukuran itu belum bisa menentukan apa-apa tanpa
membandingkan nilai yang ada. Suatu contoh, seorang dokter setelah
memperoleh sejarah kesakitan dari seorang penderita,memperoleh hasil
pemeriksaan fisik dan hasil pengukuran laboratorium, dapat menentukan
apakah penderita itu sakit atau tidak. Dalam hal penentuan itu bisa
terjadi false positif atau false negatif.
False positif merupakan suatu error (penyimpangan) yang terjadi di
mana penderita dinyatakan menderita suatu penyakit pada hal sama
sekali tidak. Sedangkan false negatif merupakan suatu error yang terjadi
dimana penderita dinyatakan tidak sakit pada hal penderita tersebut
menderita sesuatu penyakit.
False positif maupuan false negatif ini sangat berkaitan akan hasil test
laboratorium. Untuk menghindari atau mengurangi false positif atau
false negatif perlu memperhatikan :
a. Dalam pengambilan pengukuran
b. Pengulangan pengukuran
c. Penggunaan alat-alat yang dapat dipercayai
d. Kalibrasi sepatutnya terhadap alat-alat.
Skema dasar pengukuran.
Dari uraian diatas dapat dibuat suatu skema dasar pengukuran yaitu :
4
Proses pengukuran Ketelitian dan kebenaran
Data-data lain
False positif atau, False negatif
3. SATUAN
Dalam cabang ilmu fisika yang dikenal sebagai ilmu mekanika, kuantitas
dasar adalah panjang, massa dan waktu sedangkan satuan dasar adalah meter,
kilogram, dan detik. Seluruh kuantitas fisik yang terlibat di dalam mekanika
dapat dinyatakan dalam istilah satuandasa. Sebagai contoh gaya (Force)
dinyatakan sebagai kg m per detik.
Cabang ilmu fisika lainnya mempergunakan lebih dari 3 kuantitas dasar
dan satuan yaitu temperatur (Kelvin), arus listrik (Amper) dan intensitas
luminasi (Candela). Tahun 1954 dan 1960, seluruh kuantitas fisika dan satuan
telah dinyatakan dalam istilah satuan yang dikenal sebagai satuan
Internasional (SI) dan beberapa derivat/keturunan dari SI.
Untuk jelasnya lihat tabel di bawah ini.
Tabel Satuan Internasional
Kuantitas Satuan Singkatan
Meter
Kilogram
Detik
Ampere
Kelvin
Candela
m
Kg
sec.
A
K
cd
Tabel Turunan Satuan Internasional
Kuantitas Satuan Singkatan Dimensi
Newton
Pascal
Youle
Watt
Meter-Newton
Coloumb
N
Pa.N/m2
J.Nm
W.J/sec
r.mN
C
Kgm/sec2
Kg/m sec2
Kgm2/sec2
Kgm2/sec2
Kgm2/sec2
A sec
5
Tabel Turunan Satuan Internasional (Lanjutan)
Kuantitas Satuan Singkatan Dimensi
Volt
Ohm
Farad
Henry
Weber
Testa
Hertz
Becquerel
Gray
V,J/c
V/A
F,C/V, C2/J
H, J/A2,sec
Wb,J/A,Vsec
T,W/m2,Vsec/m2
Hz
Bq
Gy,J/Kg
Kgm2/sec3A
Kgm2/sec3A2
sec4A2/Kgm2
Kgm2/sec2A2
Kgm2/sec2A
Kg/sec2A
sec-1
sec-1
m2/sec2
Dalam bidang kedokteran sistem SI, maupun turunan sistem SI tidak semua
dipergunakankan masih banyak mempergunakan sistem non SI (lihat tabel
dibawah ini).
Tabel Non SI
Kuantitas Satuan Singkatan
Gram
Foot, centimeter
Liter
Menit
Dyne
Pound force
Kalori
Kilokalori
Kilokalori / menit
Pound/inch2
Milimeter merkuri
Sentimeter air
Atmosfir
FahrenheitCelsius
g
ft,Cm
-
min
-
Lbf
Cal
Kcal
Kcal/Min
Psi
mm hg
CmH2O
Atm
FC
6
Dibawah ini disajikan data standar manusia yang menggunakan sistem satuan
Internasional, turunan SI dan non SI
Umur 30 tahun
690 N (154 Lb)
172 cm
70 kg
1,85 m2
37,00C
34,00C
0,86 Kcal/Kg C
38 Kcal/m2 hr
260 ml/min
Tabel Sistem Satuan Internasional, Turunan SI dan Non-SI (Lanjutan)
Umur 30 tahun
208 ml/min
5,2 liter
5 liter / menit
120/80 mm Hg
70 beat / min
6 liter
4,8 liter
0,5 liter
0,15 liter
15/min
30.000 g (43 % dari massa badan)
10.000 g (14% dari massa badan)
7
4. HUKUM DASAR DALAM BIOMEKANIKA
Dalam biomekanika memakai hukum dasar yang dirumuskan oleh Isaac
Newton (1643-1727) untuk mempelajari gerakan mekanik pada manusia dan
hewan. Newton mula-mula mengembangkan hukum gerakan dan menjelaskan
gaya tarik gravitasi antara dua benda.
Lebih dari dua abad hukum gerakan Newton merupakan landasan bagi
ulmu mekanika. Namun pada abad ke XX tampaknya hukum Newton tidak
mampu menyatakan skala atom dan kecepatan cahaya (3 x 108mS-1).
Hukum Newton sangat memadai dan banyak penggunaanya di dalam
bidan astronomi, geologi, biomekanik dan tehnik. Ada 3 hukum dasar
mekanika yang dicetuskan oleh Newton yaitu :
1. Hukum Newton pertama
2. Hukum Newton kedua
3. Hukum Newton ketiga
4.1. HUKUM NEWTON PERTAMA
Hukum Newton ini disebut pula hukum inersia (=hukum
kelembaman). Ini berarti bahwa benda itu mempunyai sifat
mempertahankan keadaanya; apabila benda itu sedang bergerak maka
benda itu akan bergerak terus. Demikian pula benda itu sedang tidak
bergerak maka benda itu bersifat malas untuk mulai bergerak. Dapat
pula dikatakan bahwa semua obyek/benda akan bergerak apabila ada
gaya yang mengakibatkan pergerakan itu. Pandangan ini disimpulkan
sebagai hukum Newton yang berbunyi ”Setiap objek berlangsung dalam
keadaan istirahat, atau gerakan yang sama pada suatu garis lurus.
Kecuali benda itu dipaksa untuk berubah keadaan oleh gaya yang
bekerja padanya”.
Hukum Newton pertama ini dipakai untuk mengukur suatu pengamatan.
4.2. HUKUM NEWTON KEDUA
Apabila ada gaya yang bekerja pada suatu benda maka benda akan
mengalami suatu percepatan yang arahnya sama dengan arah gaya.
8
Percepatan (a) dan gaya (F) adalah sebanding dalam besaran. Apabila
kedua besaran ini sebanding maka salah satu adalah sama dengan hasil
perkalian bilangan konstan. Maka hubungan gaya (F) adalah sebanding
dalam besaran. Apabila kedua besaran ini sebanding maka salah satu
adalah sama dengan hasil perkalian bilangan konstan. Maka hubungan
gaya (F) dan Percepatan (a) oleh Newton dirumuskan :
F = m.a
m = massa benda atau masaa inisial
m dinyatakan 1 kg massa
a = Percepatan 1 mS-2
F = 1 Kg mS-2 = 1 N
Massa benda berlainan dengan berat benda, massa benda adalah
kuantitas skalar sedangkan berat benda adalah gaya gravitasi yang
bekerja pada benda tersebut dan merupakan kuantitas vektor (Fg = gaya
gravitasi, Fg-m.g).
4.3. HUKUM NEWTON KETIGA
Bilamana suatu benda A memberi gaya F pada suatu benda B, pada
waktu bersamaan benda B memberi gaya R pada benda A ; gaya R sama
dengan gaya F tetapi mempunyai arah yang berlawanan (lihat gambar).
5. GAYA PADA TUBUH DAN DI DALAM TUBUH
Gaya merupakan suatu konsep umum yang dapat dirasakan secara institusi
bagi fisikawan atau seorang insinyur.
Ada gaya yang bekerja pada tubuh dan ada gaya berada di dalam tubuh
kita sendri. Gaya yang bekerja pada tubuh ini dapat diketahui apabila kita
menabrak suatu objek. Sedangkan gaya yang berada dalam tubuh, sering-
sering tidak kita ketahui, padahal gaya itu ada, misalnya gaya otot yang
menyebabkan mengalirnya darah dan paru-paru yang memperoleh udara.
Newton telah membuat hukum gravitasi secara universal yang merupakan
dasar asal mula gaya yang dikenal dengan gaya gravitasi.
9
Hukum ini merupakan gaya tarik antara 2 benda, misalnya berat badan, ini
merupakan gaya tarik bumi terhadap badan kita ; terjadinya varises pada vena
merupakan gaya tarik bumi terhadap aliran darah yang mengalir secara
berlawanan.
Selain gaya gravitasi ada pula gaya listrik yaitu gaya antara elektron dan
proton pada atom hidrogen. Ada pula 2 gaya lain yang fundamental /
mendasar yaitu gaya inti kuat yang dihasilkan oleh proton dan gaya inti lemah
yang dihasilkan elektron (beta) dari inti atom.
Apabila ditinjau dari segi statis dan dinamisnya tubuh manusia maka gaya
yang bekerja pada tubuh manusia ini dibagi dalam 2 tipe yaitu :
1. Gaya pada tubuh dalam keadaan statis
2. Gaya pada tubuh dalam keadaan dinamis
5.1. GAYA PADA TUBUH DALAM KEADAAN STATIS
Tubuh dalam keadaan statis/stationer berarti objek/tubuh dalam keadaan
setimbang berarti pula jumlah gaya dalam segala arah sama dengan nol,
dan jumlah momen gaya terhadap sumbuh juga sama dengan nol dan
tulang dari tubuh manusia bekerja sebagai pengumpil.
Ada 3 macam sistem pengumpul yang bekerja dalam tubuh manusia
yaitu :
a. Klas pertama sistem pengumpil
Titik tumpuan terletak di antara gaya berat dan gaya otot
b. Klas kedua sistem pengumpil
Gaya berat diantara titik tumpuan dan gaya otot
c. Klas ketiga sistem pengumpil.
Gaya otot terletak di antara titik tumpuan dan gaya berat
MOMENTUM
Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi tabrakan, misalnya pemain
sepak bola, petinju, atau mobil. Gaya yang bekerja selama tabrakan
berlangsung sering kali sulit untuk ditentukan, walaupun penggunaan
langsung hukum Newton kedua. Apabila terjadi tabrakan antara dua objek,
10
maka penggunaan momentum sangat berhasil, oleh karena total momentum
dari kedua objek selalu tetap, walaupun momentum tiap objek akan berubah.
Momentum dari sebuah objek adalah hasil kali massa dan kecepatannya.
Perubahan momentum sesuatu objek berkaitan erat akan gaya objek itu
sendiri. Oleh sebab dalam mengukur perubahan momentum, harus dicari rata-
rata gaya yang bekerja pada objek.
Untuk mendapat gambaran yang jelas akan momentum akan disajikan
peristiwa tabrakan antara dua objek.
Momentum initial objek A adalah P1 = m1V1, dan objek B mempunyai
momentum intitial P2 = m2V2. Selama tabrakan kedua objek dalam keadaan
seimbang dan ada gaya berlawanan untuk tiap-tiap objek. Setelah terjadi
tabrakan momentum tiap-tiap objek adalah P1’=m1V1’ dan P2’ = m2V2’.
Kalau kita perhatikan hukum Newton ke II, dimana gaya sama dengan massa
kali percepatan yang dinyatakan dalam rumus :
F = m.a
= m. ( )
Maka :
F . t = m . (V’ – V)
F . t = mV’ – mV
F . t = impuls
= gaya kali waktu
Dengan demikian momentum adalah gaya kali waktu atau massa kali
percepatan. Satuan momentum menurut SI adalah kilogram meter perdetik
(Kg m S-1)
11
FLUIDA
1. PENDAHULUAN
Fluida atau zat alir meliputi zat cair dan gas. Zat cair meliputi air, darah,
asam H2SO4, air laut dan sebagainya. Zat gas meliputi udara, oksigen,
nitrogen, CO2 dan sebagainya.
Hukum-hukum yang berlaku pada air berlaku pula pada zat cair lainnya.
Walaupun zat cair dan gas tergolong dalam fluida namun terdapat perbedaan
antara kedua zat alir tersebut.
ZAT CAIR ZAT GAS
Molekul-molekul terikat
secara longgar namun tetap berdekatan
Tekanan yang terjadi oleh
karena ada gaya gravitasi bumi yang
bekerja terhadapnya.
Tekanan terjadi secara tegak
lurus pada bidang
Molekul
bergerak bebas dan saling
bertumbukan
Tekanan gas
bersumber pada perubahan
momentum yang
disebabkan tumbukan
molekul gas pada dinding
Tekanan terjadi
tidak tegak lurus pada
bidang
2. HIDRODINAMIKA
Penelitian mengenai zat cair yang mengalir disebut ”Hidrodinamika”;
penelitian ini sangat rumit, meliputi tekanan, kecepatan aliran, lapisan-lapisan
zat cair yang melakukan gesekan dan sebagainya
12
Untuk melakukan penelitian perlu suatu pendekatan. Bernoulli telah
berhasil menurunkan rumus dengan meletakkan persyaratan-persyaratan atau
pendekatan khusus yaitu :
1. Zat cair tanpa adanya geseran dalam (cairan tidak viskous)
2. Zat cair mengalir secara stasioner (tidak berubah) dalam hal kecepatan,
arah maupun besarnya (selalu konstan).
3. Zat cair mengalir secara steady yaitu mengalir melalui lintasan tertentu.
4. Zat cair tidak termampatkan (incompresible) melalui sebuah pembuluh
dan mengalir sejumlah cairan yang sama besarnya (continuitas)
Berdasarkan persyaratan di atas dan berdasarkan hukum kinetis diperoleh
rumus :
½ V2 + P + gh = konstan
= massa jenis zat cair
P = tekanan volume
V = volume
Dengan mempergunakan rumus ini dapat menghitung kecepatan aliran zat
cair; alat yang dipakai adalah ”Venturimeter”. Kecepatan gerak benda dalam
zat cair dapat pula ditentukan dengan mempergunakan ”Tabung pitot” dan
dapat pula menghitung gerakan udara.
2.1. ALIRAN ZAT CAIR MELALUI PEMBULUH
Apabila sebuah lempengan kaca diletakkan diatas permukaan zat
cair kemudian digerakkan dengan kecepatan V, maka molekul
dibawahnya akan mengikuti kecepatan yang besarnya sama dengan V.
Hal ini disebabkan oleh adhesi lapisan zat cair pada permukaan kaca
bagian dibawahnya. Lapisan zat cair dibawahnya lagi akan berusaha
mengerem kecepatan tersebut, demikian seterusnya sehingga pada
akhirnya zat cair yang paling bawah mempunyai kecepatan sama dengan
nol.
13
Makin ke tengah kecepatan mengalir makin besar; dengan adanya
gaya (F) yang bekerja pada penampang A (P= ) maka kecepatan aliran
berbentuk parabola.
Apabila volume zat cair yang mengalir melalui penampang tiap detiknya
disebut debit.
(V) = maka menurut Poiseuille
V =
V = jumlah zat cair yang mengalir perdetik (flow rate)
= viskousitas. Satuan pascal :
untuk air : 10-3 pas pada 200C
darah : 3 – 4 x 103 pas tergantung kepada
prosentase sel darah merah dalam darah
(hematokrit)
r = jari-jari pembuluh (meter)
L = panjang dalam meter
P1, P2 = tekanan
Hukum Poiseuille menyatakan bahwa cairan yang mengalir suatu pipa
akan berbanding langsung dengan penurunan tekanan sepanjang pipia
dan pangkat empat jari pipa.
Jadi rumus di atas dapat dinyatakan :
Flow rate = atau :
Volume =
Detik
Hukum Poiseuille sangat berguna untuk menjelaskan mengapa pada
penderita usia lanjut mengalami pingsan (akibat tekanan darah
meningkat); mengapa daerah akral/ujung suhunya dingin. Namun
14
demikian hukum Poiseuille ini hanya bisa berlaku apabila aliran zat cair
itu laminer dan harga Re (Reynold) = 2.000.
Apabila hukum Poiseuille ditulis dalam bentuk :
P1 – P2 = V
Maka tampak ada persamaan dengan hukum Ohm :
E = I . R
E = tegangan = P1 – P2
I = aliran = V
R = tahanan = = tahanan Poieseuille dalam satuan :
2.2. TAHANAN TERHADAP DEBIT ZAT CAIR
Dari perubahan diatas diperoleh rumus :
V =
Kalau dikaji lebih lanjut terhadap rumus diatas bahwa tahanan
tergantung akan :
a. Panjang pembuluh
b. Diameter pembuluh
c. Viskous / kekentalan zat cair
d. Tekanan
2.2.a. Efek Panjang Pembuluh Terhadap Debit
Makin panjang pembuluh, sedangkan diameter pembuluh
sama, zat cair yang mengalir lewat pembuluh tersebut akan
memperoleh tahanan semakin besar dan konsekwensi terhadap
besar tahanan tersebut, debit zat cair akan lebih besar pada
pembuluh yang lebih pendek.
2.2.b. Efek Diameter Pembuluh Terhadap Debit
Zat cair yang melewati pembuluh akan dihambat oleh
dinding pembuluh. Dengan alasan ini kecepatan aliran zat cair
makin cepat pada pembuluh dengan diameter semakin besar, dan
15
aliran tengah semakin tidak dipengaruhi oleh zat cair yang berada
di tepi dekat dinding pembuluh.
2.2.c. Efek Kekentalan Terhadap Debit
Dengan semakin kentalnya zat cair yang melewati
pembuluh, semakin besar gesekan terhadap dinding pembuluh
dan sebagai konsekwensinya, diperoleh tahanan semakin besar.
Kekentalan ini penting untuk mengetahui konsentrasi sel darah
merah. Pada darah normal, kekentalan sebesar 3,5 kali air.
Apabila konsentrasi darah 1 ½ dari darah normal, kekentalan
menjadi dua kali air dan apabila konsentrasi darah meningkat
mencapai 70 kali di atas normal maka kekentalan darah mencapai
20 kali air. Dengan alasan demikian, aliran darah pada penderita
anemia adalah cepat oleh karena konsentrasi sel darah merah
sangat rendah. Sebaliknya pada penderita polycythemia (kadar
sel darah merah meningkat) aliran darha sangat lamban.
2.2.d. Efek Tekanan Terhadap Debit
Apabila tekanan zat cair/darah pada salah satu ujung
pembuluh lebih tinggi dari ujung lainnya, maka zat cair/darah
akan mengalir dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah.
Dengan demikian aliran zat cair/darah berbanding langsung
terhadap perbedaan tekanan.
2.3. LAJU ENDAP DAN GAYA BOUYANSI/APUNG
Apabila dua buah kerikil dengan massa yang sama dimasukkan ke
dalam dua buah tabung yang masing-masing berisi air dan minyak, maka
akan terlihat kedua kerikil itu mencapai dasar tabung dalam waktu yang
berbeda. Hal ini disebabkan perbedaan massa jenis air dengan massa
jenis minyak. Gerak jatuh inipun dipengaruhi oleh gaya graviasi maka
diperoleh :
Gaya jatuh = G = π r3 g
= massa jenis benda
16
g = gravitasi
r = jari-jari
Benda yang jatuh dalam zat cair mendapat gaya ke atas (Bouyant force)
sebesar:
Gke atas = π r3 O g
O = massa jenis zat cair
Dari hasil penelitian Stokes (1845) sebuah objek dengan jari-jari r
mendapat gaya hambatan (retarding force) sebesar :Ghambat= 6 r v
v = kecepatan
r = jari-jari
= viskous dalam poise
Gaya hambatan (retarding force) sama dengan selisih gaya gravitasi
dengan gaya ke atas; dengan demikian :
6 r v = π r3 g - π r3 O g
v = g ( - O)
r = jari-jari sel darah merah
v = kecepatan endap/sedimentasi
= massa jenis sel darah
= massa jenis plasma
g = gravitasi
= viskousitas (koefisien gesekan dalam)
Penentuan kecepatan sedimentasi ini sangat penting oleh karena pada
beberapa penyakit :
17
a. Rheumatic
b. Rheumatic fever
c. Rheumatic heart disease
d. Gout
Sel darah merah cenderung berkumpul/ bergerombol bersama dan
jari-jari efektif meningkat sehingga pada waktu pengetesan kecepatan
sedimentasi akan tampak meningkat.
Pada penderita dengan hemolytic jaundice (pemecahan hemoglobin
berlebihan) dan sickle sel anemia, sel darah merah berubah menjadi
ceper/shape dan pecah sehingga radius sel darah merah berkurang, rate
dari sedimentasi sel darah akan menurun dari normal.
Menentukan kecepatan sedimentasi ini di klinik atau dirumah-rumah
sakit dikenal dengan nama BBS (=Bloed Bezinking Snelheid), BSR (=
Basal Sedimentasi Rate), laju endapan darah (LED) atau KPD (=
Kecepatan Pengendapan Darah).
Untuk menghitung/mengetahui BBS di rumah sakit/klinik biasa
dikerjakan dengan cara mengambil darah yang sudah dicampurkan
dengan Na-Citrat, kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergen.
Pipet dibiarkan tegak lurus selama 1 ½ jam berikutnya. Kecepatan
pengendapan erythrocit/eritrosit kemudian dilihat. Keadaan normal
untuk laki-laki 2 – 7 mm/½ jam dan wanita 3 – 10 mm/½ jam.
Secara artifisial untuk peningkatan/akselerasi gravitasi dikerjakan
dengan cara sentrifugir, dimana akan diperoleh :
Gefektif = 4 2 f2 r
f = rotasi rate
r = jari-jari tabung yang dipergunakan untuk rotasi.
Dengan cara sentrifugir selama 30 menit pada 3.000 rpm dengan jari-
jari (r) = 22 cm, diperoleh hematokrit : 40 – 60 (% sel darah merah di
dalam darah) kurang dari 40 menunjukkan anemia ; sedangkan nilainya
lebih besar dari 60 menunjukkan polycythemiavera.
18
Untuk suatu research (penelitian), biasanya dikerjakan suatu
ultrasentrifugir. Tujuan dari ultrasentrifugir adalah untuk menentukan
berat molekul dari molekul-molekul yang besar. Ultrasentrifugir
dilaksanakan dengan kecepatan 40.000 sampai dengan 100.000 rpm,
sehingga diperoleh Gefektif sebesar 300.000 g.
2.4. ALIRAN LAMINER DAN TURBULENSI
Aliran air sungai kadang-kadang terlihat secara perlahan-lahan
tenang, tetapi kadang-kadang terjadi pula aliran secara cepat bahkan
terjadi turbulensi/gerak putaran.demikian pula aliran darah, biasanya
mengalir secara laminer/stream line, tetapi pada beberapa tempat terjadi
trubulensi, misalnya pada valvula jantung (katup jantung).
Apabila aliran darah hanya secara laminer saja, tidak mungkin bisa
memperoleh informasi tentang keadaan jantung dengan mempergunakan
Stetoskop yang diletakkan pada arteri brachialis. Tetapi dengan bantuan
sphygmomanometer (alat pengukur tekanan darah) dimana kita
menggunakan pressure cuff, sehingga aliran darah akan dibuat turbulensi
dan menghasilkan fibrasi sehingga bunyi jantung dapat didengar dengan
menggunakan stetoskop. Secara teoritis, aliran laminer bisa diubah
menjadi aliran turbulensi apabila tabung/pembuluh secara berangsur-
angsur diciutkan jari-jarinya dan kecepatan aliran secara bertahap
ditingkatkan sehingga mencapai kecepatan yang kritis (Vc).
Osborne Reynolds (1883) telah menentukan kecepatan kritis (vc)
berbanding langsung dengan kekentalan (viskous = ) dan berbanding
terbalik terhadap massa jenis () dan jari-jari (r) tabung :
Vc ( = berbanding )
Catatan : darah selalu tetap agar terpenuhi hukum Bernoulli
Vc dan R
Maka :
Vc = K
19
Dimana :
Vc = kecepatan kritis
K = konstanta Reynolds
1.000 atau 2.000 (untuk air atau darah)
= viskous (pas)
= massa jenis
Jika pembuluh darah tertutup atau terikat, nilai Reynolds menjadi sangat
kecil.
Contoh :
Jari-jari aorta orang dewasa 1 cm ;
= 4 x 10-3 pas. Darah = 103 Kg/m3, K = 1.000
Kecepatan kritis Vc :
Vc = K
= 1.000
= 0,4 m/sec
Dari hasil eksperimen diperoleh kecepatan darah di dalam aorta berkisar
0 – 0,5 m/sec; dan turbulensi terjadi pada saat systolik.
Kalau ditinjau dari segi debit dan tekanan maka diperoleh bahwa aliran
laminasi lebih efisien dari pada aliran turbulensi.
3. BUNYI JANTUNG
Melalui pendengaran yang baik banyak informasi dapat diperoleh dari
suara jantung. Suara jantung dapat didengar melalui stetoskop oleh karena ada
vibrasi pada jantung dan pembuluh darah besar. Biasanya buka tutupnya
valvula/katub jantung akan terdengar suara, demikian pula dapat didengar
aliran turbulensi pada saat-saat tertentu.
4. TEKANAN DARAH
20
Dalam mempelajari sirkulasi/aliran darah, kita bertolak dari hukum
Poiseuille dan Bernoulli. Dalam hukum itu tertera hubungan antara tekanan,
kekuatan aliran dan tahanan (tahanan Poiseuille) yang berlaku dalam susunan
pembuluh darah. Darah mengalir ke arah turunnya tekanan yang berlaku
sepanjang pembuluh darah tersebut.
Tekanan darah vena yang rendah dan tekanan darah pada sistem paru-paru
yang relatif rendah. Jumlah darah pada orang dewasa 4,5 liter. Setiap
kontraksi jantung akan terpompa 80 ml darah dan setiap satu menit, sel darah
merah telah beredar komplit satu siklus dalam tubuh. Pada setiap 80% darah
berada dalam sirkulasi sistemik 20% dalam sistem sirkulasi paru-paru.
Darah dalam sirkulasi sistemik ini 20% berada di arteri, 10% dalam
kapiler dan 70% di dalam vena.
Pada sirkulasi paru-paru 7% berada di dalam kapiler paru-paru sedangkan
93% berada antara arteri paru-paru dan pembuluh vena paru-paru
Untuk mengetahui/mengukur tekanan darah, Rev Stephen Hales (1733
Great Britain) mula-mula menggunakan pipa gelas yang panjangnya 9 ft
dihubungkan langsung ke pembuluh arteri kuda dengan pengantara trackea
angsa.
Para ahli bedah sering pula mengukur pembuluh darah dengan memasang
kateter secara langsung pada pembuluh darah, yang sebelumnya salah satu
ujung kateter dihubungkan dengan transduser tekanan. Pengukuran secara
Stephen maupun para ahli bedah ini sangat tidak praktis sehingga akhirnya
diciptanya Sfigmomanometer yang terdiri dari manometer air raksa, pressure
cuff dan stetoskop.
Pressur cuff dipasang pada lengan kemudian dipompa perlahan-lahan
dengan tujuan aliran darah dapat distop, tampak air raksa dalam tabung naik
pada skala tertentu, kemudian pressure cuff dilepas secara perlahan-lahan.
Stetoskop diletakkan pada lengan daerah volar tepat di atas arteri
brakhialis, melalui stetoskop akan terdengar suara vibrasi turbulensi darah
yang disebut bunyi Korotkoff (suara K). K ini adalah tekanan sistolik.
21
Tekanan diturunkan terus sehingga pada suatu saat bunyi K ini adalah
kedengarannya, saat ini menunjukkan tekanan diastolik.
4.1. TEKANAN DARAH SISTEMIK
Tekanan darah rata-rata bukannya tekanan sistolik ditambah tekanan
diastolik kemudian dibagi dua, melainkan diperoleh secara matematis.
4.2. TEKANAN ARTERI PARU-PARU
4.3. TEKANAN RATA-RATA
Nilai tekanan rata-rata yang diperoleh dari tekanan rata-rata sistolik dan
tekanan rata-rata diastolik secara matematis tidak sama dengan tekanan
rata-rata dalam satu siklus waktu jantung.
Secara matematik bisa diperoleh tekanan rata-rata:
Prata-rata = t P (t) dt
0
Arti tekanan rata-rata ini penting oleh karena sangat menentukan bagi
banyaknya darah yang mengalir melalui setiap satuan waktu .
V ( ) =
P (t) = tekanan (yang berubah) dalam aorta
Pv = tekanan pada susunan vena
V = debit
V =
V = rata-rata
5. ALAT UNTUK MENGUKUR TEKANAN ZAT CAIR
Alat-alat yang dipergunakan dalam pengukuran tekanan zat cair :
1. Tonometer
2. Sistometer
5.1. TONOMETER
22
Alat ini dipakai untuk mengukur tekanan intraokuler apakah sipenderita
menderita glaukoma atau tidak. Satuan tonometer adalah Hg atau Torr.
Harga normal tekanan intraokuler 12 – 23 mm Hg.
5.2. SISTOMETER
Alat yang dipakai untuk mengukur tekanan kandung kencing disebut
sistometer; alat sistometer terdiri dari pipa kapiler yang mengandung
skala dalam cm H2O. Pipa kapiler ini dihubungkan dengan jarum melalui
pipa karet.
Tehnik ini memberi informasi mengenai tekanan kandung kencing dan
keadaan sfingter uretra, sedang pengukuran tekanan kandung kencing
dapat dilakukan secara langsung yaitu kateter dimasukkan ke dalam
uretra melalui lubang uretra.
Pada orang dewasa kandung kencing terisi penuh pada 500 ml. Pada saat
ini tekanan mencapai 30 cm H2O dan terjadi pengeluaran kencing secara
refleks. Akibat kotraksi otot, tekanan kandung kencing akan meningkat
mencapai 150 cm H2O. Pada penderita prostat hipertrofi (pembesaran
prostat) akan terjadi obstruksi, sehingga tekanan kandung kencing
mencapai 100 cm H2O baru terjadi pengeluaran kencing.
6. GAS
Gas merupakan bagian dari zat alir; yang akan dibahas disini adalah udara,
oleh karena udara sangat diperlukan dalam kehidupan makhluk.
6.1. KOMPONEN UDARA
Udara terdiri dari gas N2, O2, H2O; udara yang dihirup/pada waktu
inspirasi kira-kira 80% N2, 19% O2 dan 0,04% CO2 (kadar CO2 ini bisa
diabaikan), sedangkan pada waktu ekspirasi/udara yang dikeluarkan
lewat pernafasan 80% N2, 16% O2 dan 4% CO2. Setiap hari udara yang
dihirup sebanyak 10 Kg (22 lb), sedangkan absorpsi O2 lewat paru-paru
sebanyak 400 liter (# 0,5 Kg) dan sedikit CO2. Telah kita ketahui pula
22,4 liter udara terkandung 6 x 102 3 molekul (bilangan Avogadro),
23
sedangkan setiap pernafasan ada sejumlah 102 2 molekul udara yang
masuk ke dalam paru-paru.
7. MEKANIK PARU-PARU
Paru-paru diliputi selaput yang disebut pleura viseralis yang tumbuh
menjadi satu dengan jaringan paru-paru. Di luar pleura viseralis terdapat
selaput pleura parietalis. Ruang antara pleura visceralis dan parietalis disebut
ruang intraplueral. Ruang ini berisi lapisan cairan yang tipis.
Apabila ruang dada berkembang (pada waktu tarik nafas) ikut berkembang
pula pleura parietalis dan pleura viseralis. Pada penyakit paru-paru yang
menyebabkan kekakuan paru-paru, pleura viseralis tidak ikut berkembang
sehingga akan mengakibatkan penurunan yang tajam tekanan intrapleura. Hal
ini dapat disamakan dengan suatu pengisap dimana lapisan itu terikat dengan
pir yang kaku, sedangkan yang lain bergerak bebas.
Apabila piston ditarik, ruang antara pleura viseralis dan pleura parietalis
akan bertambah besar, dengan demikian volume antara kedua pleura akan
meningkat, sedangkan tekanan dalam ruangan tersebut akan mengalami
penurunan secara drastis. Kalau digambar P – V diagaram akan terlihat jenis
hubungan volume dan tekanan.
Kalau pernya lemah maka ketika piston ditarik, plat A akan tertarik juga,
sehingga tampak penambahan volume (V) hanya sedikit saja dan terjadi
penurunan tekanan sangat kecil sekali ini merupakan keikutsertaan paru-
paru yang disebut kompliansi.
Pada penyakit paru-paru misalnya fibrosis paru-paru (pembentukan
jaringan pada paru-paru) maka kompliansi akan tampak mengecil. Jadi
kompliansi merupakan suatu perubahan yang kecil dari tekanan.
Nilai kompliansi ini tergantung dan penyakit paru-paru; pada usia lanjut
kompliansi rendah. Penderita usia muda nilai kompliansi sangat berarti. Oelh
karena itu nilai kompliansi itu dibagi dengan volume paru-paru yaitu K
(kapasitas) residu (R) dan F (fungsional), yaitu volume paru-paru yang
24
mengeluarkan nafas secara normal. Di klinik nilai kompliansi dinyatakan
dalam liter per cm H2O.
Pada orang dewasa kompliansi mempunyai nilai antara 0,18–0,27 liter/cm
H2O. Secara umum pada laki-laki umur di atas 60 tahun, 25% lebih tinggi bila
dibandingkan dengan anak muda dan hanya sedikit sekali ada perubahan pad
awanita serta berkaitan dengan umur.
Pada penyakit paru-paru yang mempunyai kompliansi yang rendah dimana
terlihat sedikit sekali perubahan volume untuk perubahan tekanan yang besar,
misalnya fibrosis paru-paru. Penyakit paru-paru dengan kompliansi yang
tinggi yaitu perubahan volume yang besar untuk terjadi suatu perubahan
tekanan yang kecil, misalnya :
a. Respiratory distress syndrom (RDS)
b. Emfisema pulmonum.
8. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU DALAM PERNAFASAN
1. Hukum Dalton, mengenai tekanan partial
2. Hukum Boyle, PV = konstan
3. Hukum Laplace
8.1. HUKUM DALTON
Hukum ini menyatakan bahwa suatu campuran dari beberapa gas, tiap-
tiap membentuk kontribusi tekanan total seakan-akan gas itu berada
sendiri. Misalnya dalam suatu ruangan terdapat udara dengan tekanan 1
atmosfir (760 mm Hg). Jika kita O2 mempunyai tekanan 20 x 760 mm Hg
= 150 mm Hg. Demikian pula N2 = 610 mm Hg (80% dari 760 mm Hg).
Tetapi tekanan partial uap air tergantung pada kelembaban. Suatu contoh
udara ruangan mempunyai tekanan parsial 15 – 20 mm Hg. Sedangkan di
dalam paru-paru mempunyai tekanan 47 mm Hg pada temperatur 370C
dengan 100% kelembaban. Dengan mempergunakan tekanan parsial dari
hukum Dalton bisa dibuat daftar dibawah ini :
Tabel % dan tekanan parsial O2 dan CO2 pada insipirasi, alveolus dan
ekspirasi di mana tekanan parsial paru-paru pH2O = 47 mm Hg\
25
Pada waktu ekspirasi terakhir di dalam paru-paru selalu terdapat 30%
volume udara ini, disebut ”Fungsional Residual Capasity”.
8.2. HUKUM BOYLE
Membahas gas ideal, dimana gas bermassa m pada temperatur konstan
dapat disimpulkan bahwa hubungan P – V = konstan. Apabila terjadi
peningkatan volume akan diikuti dengan penurunan tekanan, demikian
sebaliknya.
Pada saat inspirasi (menarik nafas) volume paru-paru meningkat,
sedangkan tekanan intrapleura mengalami penurunan.
Pada saat inspirasi, jumlah volume udara dalam paru-paru meningkat;
pada waktu ekspirasi jumlah volume udara paru-paru akan menurun.
Volume paru-paru bertambah pada waktu tarik nafas sedangkan pada
waktu ekspirasi voume udara paru-paru akan menurun. Pada waktu
inspirasi/menarik nafas akan terlihat flow rate meningkat sedangkan
tekanan intrapleura menurun. Sedangkan pada waktu ekspirasi, terjadi
peningkatan tekanan sedangkan flow rate menurun.
8.3. HUKUM LAPLACE
Laplace mengatakan bahwa tekanan pada gelembung alveoli berbanding
terbali terhadap radius dan berbanding lurus terhadap tegangan
permukaan .
P =
P = tekanan. R = jari-jari (cm)
= tegangan permukaan (dyne/cm)
Katub dalam keadaan tubuhnya, tekanan terbesar terdapat pula pada
gelembung yang kecil. Ketiak katub dibuka udara yang berada dalam
gelembung yang kecil (P2) akan masuk ke dalam gelembung P1 sehingga
gelembung yang besar akan tampak membesar dan menjadi keadaan
(P3), sedangkan gelembung kecil akan tampak sferis dengan radius yang
sama yaitu dari bentuk P2 menjadi (P4).
26
Walaupun alveoli tidak sama persis dengan gelembung sabun (P2) yang
mengalami kollaps, tetapi apabila terjadi demikian maka disebut
Atelectasis. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya kollaps alveolus
disebabkan adanya surface active agent (surfactant), oleh karena itu
surface ative agent ini memegang peranan penting dalam fungsi paru-
paru. Tegangan permukaan alveoli menurun dengan adanya surface
active agent.
Apabila bayi yang baru lahir tanpa surface active agent di dalam paru-
paru (sebab yang belum diketahui) akan timbul suatu keadaan yang
disebut ”Respiratory Distres Syndrome”.
9. PENGARUH KETINGGIAN TERHADAP TEKANAN BAROMETRIK
Banyak prinsip fisika yang dipakai dalam pernafasan terutama bagi
penerbangan dan penyelaman. Pada atmosfir yang tinggi, dengan temperatur
200 sampai 500C atau dibawah 00C dan pada kedalaman di bawah permukaan
air laut, tekanan yang terjadi di luar tubuh kadang-kadang dapat menyebabkan
penderita masuk dalam keadaan kollaps. Untuk menghindari bahaya-bahaya
yang timbul perlu diketahui tekanan barometrik terhadap tekanan O2 dan
saturasi tekanan oksigen dalam arteri.
9.1. EFEK TEKANAN BAROMETRIK TERHADAP
OKSIGEN
Pada suatu ketinggian di atas permukaan air laut maka tekanan
berometrik akan menurun. Penurunan tekanan barometrik diikuti dengan
penurunan tekanan O2 dalam udara. Untuk jelasnya lihat tabel yang
disajikan di bawah ini.
Tabel : Efek penurunan tekanan atmosfir terhadap tekanan parsial oksigen
dalam udara dan dalam udara pernafasan.
Ketinggian(feet)
Tekanan barometrik (mm
Hg)
PO2
dalam udara
Udara Pernafasan
PO2 dalam Alveoli
(mm Hg)
Satuan oksigen
dalam darah arteri (%)
27
0(Pada permukaan air laut)10.00020.00030.00040.00050.000
760-
52334922614187
150
11073472918
104
67402181
97
90702051
9.2. EFEK TEKANAN BAROMETRIK TERHADAP UDARA.
Sama halnya tekanan barometrik terhadap oksigen, yaitu dengan
menurunnya tekanan barometrik akan tampak penurunan tekanan partial
N2 – CO2.
Tabel di bawah ini dapat dilihat dengan jelas pengaruh tekanan
barometrik terhadap tekanan partial tersebut.
Ketinggian
(feet)
Tekanan
Barometrik (mm
Hg)
Tekanan partial gas pada
Alveoli (mm Hg)
Permukaan air laut 760 PN2 = 569
PO2 = 104
PCO2 = 40
PH2O = 47
20.000 349 PN2 = 238
PO2 = 40
PCO2 = 24
PH2O = 47
Ketinggian
(feet)
Tekanan
Barometrik (mm
Hg)
Tekanan partial gas pada
Alveoli (mm Hg)
50.000 87 PN2 = 15
PO2 = 1
PCO2 = 24
PH2O = 47
28
9.3. EFEK TEKANAN BAROMETRIK TERHADAP
KESEHATAN
Efek yang ditimbulkan oleh perubahan barometrik akan lebih luas
dibahas dalam mata kuliah faal. Disini hanya disinggung sepintas kilas.
Pada suatu ketinggian, tekanan barometrik akan rendah dan diikuti
penurunan tekanan partial O2. Pada ketinggian 23.000 feet hanya
sebagian hemoglobin saturasi/jenuh dengan oksigen, menyebabkan
transport oksigen ke jaringan mencapai 50% dengan akibat jaringan
mengalami anoksia / kekurangan O2.
Pada ketinggian 20.000 feet, penderita belum masuk koma (tidak
sadarkan diri) tetapi setelah 10 menit berlangsung atau lebih penderita
akan mengalami kollaps seperti lemah mental hariness.
Pada 20.000 sampai 24.000 feet ketinggian penderita akan masuk ke
dalam keadaan kritis. Pada ketinggian diatas 30.000 feet dalam tempo
satu menit seseorang normal akan jatuh dalam koma.
10. ALAT UKUR VOLUME PARU-PARU
Alat pengukur paru-paru antara lain :
1. Spirometer
2. Peak flow rate
10.1. SPIROMETER
Alat ini dipakai untuk mengukur aliran udara yang masuk dan ke luar
dan dicatat dalam grafik volume per waktu.
Pada waktu istirahat menunjukkan volume udara paru-paru 500 mL.
Keadaan ini disebut tidal volume. Pada permulaan dan akhir pernafasan
terdapat keadaan reserve; akhir dari suatu inspirasi dengan suatu usaha
agar mengisi paru-paru dengan udara, udara tambahan ini disebut
inspiratory reserve volume, jumlahnya sebanyak 3.000 ml. Demikian
pula akhir dari suatu ekspirasi, usaha dengan tenaga untuk mengeluarkan
udara dari paru-paru, udara ini disebut expiratory reserve volume yang
29
jumlahnya kira-kira 1.100 ml. Udara yang tertinggal setelah ekspirasi
secara normal disebut fungtional residual capacity (FRC). Seorang yang
bernafas dalam keadaan baik inspirasi maupun ekspirasi, kedua keadaan
yang ekstrim ini disebut Vital Capacity.
Dalam keadaan normal vital capacity sebanyak 4.500 ml. Dalam
keadaan apapun paru-paru tetap mengandung udara, maka udara ini
disebut residual volume (kira-kira 1.000 ml) untuk orang dewasa.
Untuk membuktikan adanya residual volume, penderita (subjek) disuruh
bernafas dengan mencampuri udara dengan helium, kemudian dilakukan
pengukuran fraksi helium pada waktu ekspirasi. Di klinik biasanya
mempergunakan spirometer. Penderita disuruh bernafas dalam satu
menit yang disebut respiratory minute volume. Maksimum volume udara
yang dapat dihirup selama 15 menit disebut Maximum Voluntary
Ventilation. Maksimum ekspirasi setelah maksimum inspirasi sangat
bergunauntuk mengetest penderita emphysema dan penyakit obstruksi
jalan pernafasan. Penderita normal dapat mengeluarkan udara kira-kira
70% dari vital capacity dalam 0,5 detik; 85% dalam satu detik; 94 %
dalam 2 detik; 97% dalam 3 detik. Normal peak flow rate 350 – 500
liter/menit.
10.2. PEAK FLOW RATE
Penderita disuruh meniup dengan sekuat-kuatnya. Udara akan
mendorong piston A dan kemudian dapat membaca skala yang ditunjuk
oleh piston tersebut. Alat peak flow meter ini dipergunakan untuk
mengetahui udara ekspirasi maksimum (liter/menit). Hasil studi Ian
Gregg A.J. Nunn (Brithish Medical Journal 1973, 3282) menunjukkan
flow rate sangat tergantung akan usia dan jenis kelamin. Usia berkisar 25
– 45 tahun menunjukkan flow rate yang tinggi sedangkan kurang dari 25
tahun dan lebih dari 50 tahun menunjukkan flow rate yang rendah.
Demikian pula antara laki-laki dan wanita sangat berbeda. Wanita
berkisar 380 – 480 liter/menit sedangkan laki-laki 520 – 650 liter/menit.
30
BIOAKUSTIK
1. BUNYI
1.1. PENDAHULUAN
Suatu perubahan mekanik terhadap zat gas, zat cair atau zat pada
sering menimbulkan gelombang bunyi. Gelombang bunyi ini merupakan
vibrasi/ getaran dari molekul-molekul zat dan saling beradu satu sama
lain namun demikian zat tersebut terkoordinasi menghasilkan gelombang
serta mentransmisikan energi bahkan tidak pernah terjadi pemindahan
partikel.
Berbicara, tergantung pada substansi yang menjala apabila suara
mencapai tapal batas maka suara tersebut akan terbagi dua yaitu
sebagian energi ditransmisikan/diteruskan dengan sebagian direfleksikan
(dipantulkan).
Suatu penelitian mengenai terjadinya penjalaran bunyi, mendeteksi
dan penggunaan bunyi sangat penting untuk mengetahui lebih lanjut
akan pengalihan energi mekanik.
Binatang mempergunakan suara untuk memperoleh perubahan
informasi dan untuk mendeteksi lokasi dari suatu objek. Misalnya ikan
lumba-lumba, kelelawar, mempergunakan suara untuk mengemudi dan
menentukan lokasi makanan, apabila cahaya tidak cukup untuk
pengamatan. Manusia berusaha menggunakan suara sebagai pengganti
cahaya bahkan sinar X. Gema dipergunakan pengemudi kedalaman air
31
dan pengamatan sedangkan ultrasonik atau frekwensi tinggi bunyi
dipergunakan untuk diagnosis dan pengobatan. Bunyi yang berfrekwensi
rendah dipergunakan dalam penelitian geofisik.
1.2. GELOMBANG BUNYI DAN KECEPATAN
Gelombang bunyi timbul akibat terjadi perubahan mekanik pada
gas, zat cair atau gas yang merambat ke depan dengan kecepatan
tertentu. Gelombang bunyi ini menjalar secara transversal atau
longitudinal, lain dengan cahaya hanya menjalar secara transversal saja.
Pada suatu percobaan, apabila terjadi vibrasi dari suatu bunyi maka
akan terjadi suatu peningkatan tekanan dan penurunan tekanan pada
tekanan atmosfir, peningkatan tekanan ini disebut kompresi sedangkan
penurunan tekanan disebut rarefaksi (peregangan).
Bunyi mempunyai hubungan antara frekwensi vibrasi (f) bunyi,
panjang gelombang (λ) dan kecepatan V, secara matematis hubungan itu
dapat dinyatakan dalam rumus :
Pada penelitian lebih lanjut diperoleh bahwa bunyi yang melewati
berbagai zat mempunyai kecepatan tersendiri seperti terlihat pada daftar
dibawah ini.
Tempe
ratur
200C
Material Masa jenis
()
Kg/M3
Kecepatan
V
(cm/detik)
Z ( = v)
Kg/m2 sec.
Udara
CO2 (00C)
H2 (00C)
Alkohol
Benzine
Air
Alumunium
Tembaga
Glas
Besi
1,29
1,98
8,99 x 10-2
794
810
1.000
2.700
8.200
2.500
7.900
331
258
1.270
1.210
1.166
1.480
5.100
3.560
5.600
5.130
430
32
Darah (370C)
Otak
Otot
Lemak
Tulang
1.056
1.020
1.040
920
1.900
1.570
1.530
1.580
1.450
4.040
1,56 x106
1,64 x106
1,33 x106
7,68 x106
1.3. SUMBER BUNYI
Banyak sekali fenomena menghasilkan bunyi. Misalnya
pembakaran minyak dalam suatu mesin, selalu menghasilkan bunyi.
Bunyi yang dihasilkan instrumen musik, gerakan dahan, pohon atau
daun juga menghasilkan bunyi. Ruang mulut dan ruang hidung manusia
merupakan struktur resonansi untuk menghasilkan vibrasi melalui pita
suara ; demikian pula garputala yang digetarkan akan menghasilkan
contoh di atas dapat disimpulkan bunyi itu bisa berasal dari alam, dan
bisa berasal dari perbuatan manusia.
1.4. MENDETEKSI BUNYI
Untuk mendeteksi bunyi perlu mengkonversikan gelombang bunyi
bentuk vibrasi sehingga dapat dianalisa frekwensi dan intensitasnya.
Untuk perubahan ini diperlukan alat mikrofon dan telinga manusia. Alat
mikrofon merupakan transduser yang memberi respon terhadap tekanan
bunyi (sound pressure) dan menghasilkan isyarat/signal listrik. Mikrofon
yang banyak digunakan adalah mikrofon kondensor. Pemilihan mikrofon
ini sangat penting oleh karena berguna untuk mendeteksi kebisingan
lingkungan perusahaan (merupakan medan difus segala arah atau medan
bebas) disamping itu perlu diperhatikan faktor kecepatan angin, cuaca,
oleh karena sangat mempengaruhi pada mikrofon.
1.5. PEMBAGIAN FREKWENSI BUNYI
33
Berdasarkan frekwensi maka bunyi dibedakan dalam 3 daerah frekwensi
yaitu :
a. 0 – 16 Hz (20 Hz) : Daerah infrasonik, yang termasuk disini
adalah getaran tanah, gempa bumi
b. 16 –20.000 Hz : Daerah sonik, yaitu daerah yagn termasuk
frekwensi yang dapat didengar.
(audiofrekwensi)
c. Diatas 20.000 Hz : Daerah ultrasonik
ARTI DARI PEMBAGIAN FREKWENSI BUNYI
Pembagian frekwensi bunyi mempunyai arti dalam hal pengobatan,
diagnosis, nyeri yang ditimbulkan dan sebagainya. Untuk mengetahui
lebih jelas akan diutarakan sebagai berikut :
a. Frekuensi bunyi antara 0 – 16 Hz (infrasound)
Frekuensi 0 – 16 Hz ini biasanya ditimbulkan oleh getaran tanah,
getaran bangunan maupun truk mobil. Vibrasi yang ditimbulkan oleh
truk mobil biasanya mempunya frekuensi sekitar 1 – 16 Hz.
Frekuensi lebih kecil dari 16 Hz akan mengakibatkan perasaan yang
kurang nyaman (discomfort), kelesuan (fatique) kadang-kadang
menimbulkan perubahan pada penglihatan.
Apabila vibrasi bunyi dengan frekwensi infra yang mengenai tubuh
akan menyebabkan resonansi dan akan terasa sakit pada beberapa
bagian tubuh.
b. Frekuensi antara 16 – 20.000 Hz (frekuensi pendengaran)
Dari hasil percobaan diperoleh kepekaan telinga terhadap frekuensi
bunyi antara 16 – 4.000 Hz.
Nilai ambang rata-rata secara internasional terletak di daerah 1.000
Hz.
Arti dari nilai ambang yaitu frekuensi yang berkaitan dengan
nineau bunyi (dB) yang dapat didengar, misalnya pada frekuensi 30
Hz nineau bunyi harus 60 dB (yaitu 106 x 10-2 W/m2); untuk
34
mendengar bunyi tersebut (60dB) berarti telinga seseorang harus
106x lebih kuat pada nada 1.000 Hz baru dapat mendengar bunyi
tersebut dan berarti pula tekanan bunyinya harus 103 x lebih besar.
Pada usia lanjut misalnya 60 tahun, nilai ambang pendengaran bagi
4.000 Hz terletak ± 40 dB lebih tinggi dari pada usia muda (20
tahun). Gejala naiknya nilai ambang karena usia tua tersebut
dinamakan prebikusis (kurang pendengaran oleh karena umur
semakin tua).
c. Frekuensi diatas 20.000 Hz
Frekuensi di atas 20.000 Hz disebut ultrasonik/bunyi ultra. Frekuensi
ini dalam bidang kedokteran dipergunakan dalam 3 hal yaitu
pengobatan, destruktif/penghancuran dan diagnosis
Hal ini dapat terjadi oleh karena frekuensi yang tinggi mempunyai
daya tembus jaringan cukup besar.
1.6. INTENSITAS BUNYI
Untuk menghitung intensitas bunyi perlu mengetahui energi yagn
dibawa oleh gelombang bunyi. Energi gelombang bunyi ada 2 : energi
potensial dan energi kinetik. Intensitas gelombang bunyi (I) yaitu energi
yang melewati medium 1 m2/detik atau watt/m2. Apabila dinyatakan
dalam rumus maka :
I = ½ v A2 (2 π f)2 = ½ Z (A)2
= massa jenis medium (Kg/m3)
v = kecepatan bunyi (m/detik)
v = Z = impedansi Akustik
A = maksimum amplitudo atom-atom/molekul
f = frekuensi
W = 2 π f = frekuensi sudut Po2
Intensitas (I) dapat pula dinyatakan sebagai berikut :
I =
35
Po = perubahan tekanan maksimum (N/m2)
1.7. SKALA DESIBEL (NINEAU BUNYI)
Alexander Graham Bell (1847 – 1922) guru besar fisiologi di
Boston, adalah penemu telpon tahun 1876, melakukan penelitian
terhadap suara dan pendengaran, beliau mengatakan satu bell (nineau
suara) = 1 0 log IIo. Apabila diperoleh intensitas bunyi adalah 10 kali
intensitas yang lainnya maka IIo = 10.
Intensitas yang lainnya maka = 10
Oleh karena itu bell merupakan unit yang besar sehingga dipakai
desibel (dB). Hubungan bell dengan desibel dinyatakan 1 bell = 10 dB.
Telah diketahui bahwa intensitas (I) berbanding langsung depan P2 maka
perbandingan antara tekanan dari dua bunyi dapat dinyatakan sebagai
berikut :
101 0 Log = 201 0 Log
Rumus ini menunjukkan nilai desibel (dB) yang dipergunakan
membandingkan dua tekanan bunyi dalam medium yang sama.
Contoh :
Dua bunyi dengan perbandingan tekanan ( ) adalah 2 maka :
201 0 Log = 201 0 Log 2 = 20 (0,301) 6 dB
Untuk test pendengaran biasanya memakai bahan pembanding intensitas
bunyi atau tekanan bunyi dasar yaitu Io dan Po
Io = 10-6 W/cm2 (10-1 2 W/m2)
Po = 2 x 10-4 dyne/cm2
Daftar intensitas dan dB pada berbagai bunyi
Bunyi Intesitas W/m2 dB
Suara bisik
Kantor sibuk
10-10
10-7
20
50
36
Bicara jarak 1 meter
Kesibukan lalu lintas
Mobil
Suara yang menghasilkan nyeri
Pesawat jet
Roket tinggal landas
10-6
10-5
10-3
10-0
10-1
10-5
60
70
90
120
130
170
1.8. KEKERASAN BUNYI/NYARING BUNYI
Kekerasan bunyi/nyaring bunyi merupakan bagian dari ukuran
bunyi yang merupakan perbandingan kasar dari logaritma intensitas
efektifnya jarak penekanan bunyi yang mengakibatkan respon
pendengaran.
Kenyaringan bunyi tidak berkaitan dengan frekuensi; kenyataan 30 Hz
mempunya kekerasan sama dengan 4.000 Hz bahkan mempunyai
perbedaan intensitas dengan faktor 1.000.000 atau 60 dB.
1.9. SIFAT GELOMBANG BUNYI
Gelombang bunyi mempunyai sifat memantul, diteruskan dan
diserap oleh benda. Apabila gelombang suara mengenai tubuh manusia
(dinding) maka bagian dari gelombang akan dipantulkan dan bagian lain
akan diteruskan/ditransmisi ke dalam tubuh.
Mula-mula gelombang bunyi dengan amplitudo tertentu mengenai
dinding, gelombang bunyi tersebut dipantulkan (R). Pantulan tersebut
tergantung akan impedansi akustik. Pernyataan itu ditulis sebagai berikut
:
Z1,2 = impedansi akustik (V) dari kedua media
Telah dikatakan bahwa gelombang bunyi sebagian akan diteruskan
(T);besarnya T dapat dihitung dengan mempergunakan rumus :
37
Pada hukum geometri diketahui bahwa cahaya bisa refleksi (pantul) dan
refraksi (patah). Demikian pula pada gelombang bunyi dapat dipatah
(direfraksi); dan gelombang bunyi yang masuk ke dalam jaringan akan
menyebabkan efek friction (friksi). Penyerapan energi bunyi ini akan
mengakibatkan berkurangnya amplitudo gelombang bunyi.
Nilai amplitudo bunyi yang menetap pada jaringan dinyatakan dalam
rumus :
A = Ao– x
A = amplitudo bunyi yang menetap pada jaringan yang tebal
X cm.
Ao = amplitudo bunyi mula-mula
= koefisien absorpsi jaringan (cm-1)
x = tebal jaringan (cm)
hal yang sama pula dapat diketahui berupa nilai intensitas bunyi yang
menetap pada jaringan yaitu :
I = Io e-2 x
Io = intensitas mula-mula
I = intensitas bunyi yang menetap pada jaringan
= koefisien absorpsi
Dengan demikian mempergunakan rumus-rumus dapat menghitung nilai
absorpsi jaringan terhadap gelombang bunyi (lihat daftar).
Tabel : Koefisien absorpsi dan nilai paruh ketebalan jaringan.
Bahan Frekuensi
(cm-1)
Nilai paru ketebalan
jaringan (cm)
Otot
Lemak
Otak
Tulang
1
0,8
1
0,6
0,13
0,05
0,11
0,4
2,7
6,9
1,2
6,95
38
Air 1 2,5 x 104 14 x 103
Nilai paruh ketebalan (Half – value thickness) jaringan adalah ketebalan
jaringan yagn diperlukan untuk menurunkan intensitas mula-mula (Io)
menjadi ½ Io
1.10. AZAS DOPPLER
Pada tahun 1800 ahli fisika telah membuktikan bahwa sumber
bunyi berfrekuensi fo mempunyai derajat tinggi apabila sumber bunyi
bergerak emndekati pendengaran; apabila sumber bunyi bergerak
menjauhi pendengar akan terdapat frekuensi dengan derajat rendah.
Demikian pula apabila pendengar mendekati sumber bunyi akan
memperoleh frekuensi bunyi dengan derajat tinggi. Percobaan frekuensi
ini disebut Doppler Shift. Sedangkan efek yang timbul akibat
bergeraknya sumber bunyi atau bergeraknya pendengar disebut Efek
Doppler.
Efek Doppler ini dipergunakan untuk mengukur bergeraknya zat
cair di dalam tubuh misalnya darah. Berkas ultrasonik/bunyi ultra yang
mengenai darah (darah begerak menjauhi bunyi) darah akan
memantulkan bunyi ekho dan diterima oleh detektor. Apabila diketahui
fo = frekuensi mula-mula, sudut dari arah sumber bunyi dan perubahan
frekuensi (fd) maka :
fd = cos
V = kecepatan darah
V = kecepatan suara
2. ULTRASONIK DALAM BIDANG KEDOKTERAN
2.1. PENDAHULUAN
39
Ultrasonik/bunyi ultra dihasilkan oleh magnet listrik dan :kristal piezo
electric” dengan frekuensi di atas 20.000 Hz.
2.1.1. Magnet Listrik
Batang ferromagnet diletakkan pada medan magnet listrik maka
akan timbul gelombang bunyi ultra pada ujung batang
ferromagnet. Demikian pula apabila batan ferromagnet dilingkari
dengan kawat dialiri listrik akan timbul gelombang ultrasonik
pada ujung batang ferromagnet.
2.1.2. Piezo Electric
Kristal piezo electric ditemukan oleh Piere Curie dan Jacques
pada tahun sekitar 1880; tebal krisal 2,85 mm. Apabila kristal
piezo electric dialiri tegangan listrik melalui lempengan kristal
akan mengalami vibrasi sehingga timbul frekuensi ultra;
demikian pula vibrasi kristal akan menimbulkan listrik.
Berdasarkan sifat itu maka kristal piezo electric dipakai sebagai
transduser pada ultrasonografi.
2.2. DAYA ULTRASONIK
Frekuensi dan daya ultrasonik yang dipakai dalam bidang kedokteran
menurut kebutuhan; apabila ultrasonik yang digunakan untuk diagnostik
maka frekuensi yang digunaakn sebesar 1 MHz sampai 5 MHz dengan
daya 0,01 W/cm2. Apabila daya ultrasonik ditingkatkan sampai 1 W/cm2
akan dipakai sebagai pengobatan, sedangkan untuk merusakkan jaringan
kanker dipakai daya 103 W/cm2.
2.3. PRINSIP PENGGUNAAN ULTRASONIK
Efek Doppler merupakan dasar penggunaan ultrasonik yaitu terjadi
perubahan frekuensi akibat adanya pergerakan pendengar atau
sebaliknya; dan getaran bunyi yang dikirim ke tempat tertentu ( keobjek)
akan direfleksi oleh objek itu sendiri.
Efek gelombang ultrasonik
Ultrasonik sama dengan gelombang bunyi hanya saja frekuensi yang
sangat tinggi dan mempunyai efek :
40
a. Mekanik
Yaitu membentuk emulsi asap/awan dan disintegrasi beberapa benda
padat, dipakai untuk menentukan lokasi batu empedu.
b. Panas
Nelson Heerich dan Krusen, menunjukkan bahwa sebagian
ultrasonik mengalami refleksi pada titik yang bersangkutan,
sedangkan sebagian lagi pada titik tersebut mengalami perubahan
panas. Pada jaringan bisa terjadi pembentukan rongga dengan
intensitas yang tinggi.
c. Kimia
Gelombang ultrasonik menyebabkan proses oksidasi dan terjadi
hidrolisis pada ikatan polyester.
d. Efek biologis
Efek yang ditimbulkan ultrasonik ini merupakan gabungan dari
berbagai efek misalnya akibat pemanasan menimbulkan pelebaran
pembuluh darah. Selain itu ultrasonik menyebabkan peningkatan
permeabilitas membran sel dan kapiler serta merangsang aktifitas sel.
Sesuai hukum Van’t Hoff ( menimbulkan panas) otot mengalami
paralyse dan sel-sel hancur; bacteri, virus dapat mengalami
kehancuran. Selain itu menyebabkan keletihan pada tubuh manusia
apabila daya ultrasonik ditingkatkan.
2.4. PENGGUNAAN DALAM BIDANG KEDOKTERAN
Berkaitan dengan efek yang ditimbulkan gelombang ultrasonik dan sifat
gelombang bunyi ultra maka gelombang ultrasonik dipergunakan
sebagai diagnosis dan pengobatan.
2.4.1. Ultrasonik Sebagai Pelengkap Diagnosis
Kristal piezo electric yang bertindak sebagai transduser mengirim
gelombang ultrasonik mencapai pada dinding berlawanan,
kemudian gelombang bunyi dipantulkan dan diterima oleh
transduser tersebut pula. Transducer yang menerima gelombang
41
balik akan diteruskan ke amplifier berupa gelombang listrik
kemudian gelombang tersebut ditangkap oleh CRT (Ossiloskop).
Gambaran yang diperoleh CRT tergantung tehnik yang
dipergunakan. Ada 3 macam metoda dalam memperoleh
gambaran yaitu :
1) A Skanning
2) B Skanning
3) M Skanning
1. A Skanning
Di sini yang akan dicari adalah besar amplitudo sehingga
disebut A Skanning.
Bunyi yang akan dihasilkan oleh piezo electric melalui
transducer akan mencpai dinding b kemudian dipantulkan ke
dinding a dan diterima oleh transduser (T)
2. B Skanning
B Skanning ini disebut pula Bright scanning. Metode
skanning ini banyak dipakai di klinik oleh karena metoda ini
bisa memperoeh pandangan/ gambaran dua dimensi dari
bagian tubuh. Prinsip B skanning sama dengan A skanning,
hanya saja pada B skanning transdusernya digerakkan
(moving) sedangkan pada A skanning transdusernya tidak
digerakkan.
Gerakan transducer mula-mula akan menghasilkan echo
dapat dilihat adanya dot (dot ini disimpan pada CRT)
kemudian transducer digerakkan ke arah lain menghasilkan
echo pula sehingga kemudian tercipta suatu gambaran dua
dimensi.
Skematik B skanning
Pada B skanning ini, operator boleh memilih 2 mode kontrol
pada alat elektronik; untuk mencapai nilai ambang agar
42
memperoleh gambaran yang dikehendakinya maka dipakai
alat kontrol leading-edge display.
Untuk mengatur cahaya benderang pada layar TV (=CRT =
Tabung sinar katode) yang sebanding dengan besarnya
echo/gema yang dihasilkan oleh transducer ultrasonik maka
dipakai alat gray-scale display.
3. M Skanning
M Skanning atau modulation scanning ini merupakan dua
metoda yang digunakan dalam kaitan untuk memperoleh
informasi gerakan alat-alat dengan mempergunakan
ultrasonik. Misalnya dalam hal mempelajari gerakan jangtung
dan gerakan vulva, atau tehnik Doppler yang dipergunakan
untuk mengukur aliran darah.
Pada M Skanning dimana A akan dalam keadaan stasioner
sedangkan echo yang terjadi berupa dot dari B skan.
2.4.2. Hal-hal Yang Didiagnosis Dengan Ultrasonik
Sesuai dengan metode skanning yang dipakai maka ultasonik
dapat dipergunakan untuk diagnosis :
1) A Skanning
Mendiagnosis tumor otak (echo encephalo graphy), memberi
informasi tentang penyakit-penyakit mata, daerah/lokasi yang
dalam dari bola mata, menentukan apakah cornea atau lensa
yang opaque atau ada tumor-tumor retina.
2) B Skanning
a. Untuk memperoleh informasi struktur dalam dari tubuh
manusia.misalnya hati, lambung, usus, mata mamma,
jantung janin.
b. Untuk mendeteksi kehamilan sekitar 6 minggu, kelainan
dari uterus/kandung peranakan dan kasus-kasus
perdarahan yang abnormal, serta treatened abortus
(abortus yang sedang berlangsung)
43
c. Lebih banyak memberi informasi dari pada X-ray dan
sedikit resiko yang terjadi. Misalnya X-ray hanya dapat
mendeteksi kista yang radioopaque sedangkan B
skanning lebih banyak memberi petunjuk tentang tipe
berbagai kita.
3) M Skanning
a. Memberi informasi tentang jantung, valvula jantung,
percardial effusion (timbunan zat cair dalam kantong
jantung)
44
b. M Skanning mempunyai kelebihan yaitu dapat dikerjakan
sembari pengobatan berlangsung untuk menunjukkan
kemajuan dalam pengobatan.
2.4.3. Penggunaan Ultrasonik Dalam Pengobatan
Sebagaimana telah diketahui bahwa ultrasonik mempunyai efek
kimia dan biologi maka ultrasonik dapat dipergunakan dalam
pengobatan. Ultrasonik memberi efek kenaikan temperatur dan
peningkatan tekanan; efek ini timbul karena jaringan
mengabsorpsi energi bunyi dengan demikian ultrasonik dipakai
sebagai diatermi/pemanasan. Daya ultrasonik yang dipakai
sebesar beberapa W/cm2 dilakukan dalam 3 – 10 menit, dua kali
sehari, seminggu dilakukan 3 kali. Gelombang ultrasonik berbeda
dengan gelombang elektromagnetik dan panas yang ditimbulkan
oleh ultrasonik sangat berbeda dengan microwave diathermi. Hal
ini dapat ditunjukkan melalu grafik.
Ultrasonik sebagai diatermi, intensitas yang dipakai 1 – 10
W/cm2 dengan frekuensi sebesar 1 MHz pemindahan amplitudo
sebesar 10 W/cm2 ke dalam jaringan 10-6 cm, maksimum
tekanan 5 atm. Tekanan mula-mula maksimum, berubah menjadi
minimum dengan panjang gelombang ½ ; untuk 1 MHz
gelombang ke dalam jaringan sebesar ½ = 0,7 mm.
Selain itu ultrasonik dapat dipakai untuk menghancurkan
jaringan ganas (kanker). Sel-sel ganas akan hancur pada beberapa
bagian sedangkan di daerah lain kadang-kadang menunjukkan
rangsangan pertumbuhan; masih diselidiki lebih lanjut.
Pada penderita parkinson, penggunaan ultrasonik dalam
pengobatan sangat berhasil namun sangat disayangkan untuk
mengfokuskan bunyi ke arah otak sangat sulit. Sedangkan pada
penyakit maniere (maniere’s disease) di mana keadaan penderita
kehilangan pendengaran dan kesetimbangan, apabila diobati
dengan ultrasonik dikatakan 95 % berhasil baik ; ultrasonik
menghancurkan jaringan dekat telinga tengah
45
PANAS
1. HUKUM-HUKUM TERMODINAMIKA DAN METABOLISME
Termodinamika berasal dari dua kata yaitu thermal (yang berkenaan
dengan panas) dan dinamika (yang berkenaan dengan pergerakan). Jadi
termodinamika adalah ilmu mengenai fenomena-fenomena tentang energi
yang berubah-ubah karena pengaliran panas dan usaha yang dilakukan.
Misalnya satu benda dinaikkan suhuhnya maka timbul pemuaian atau
penyusutan; pada termo elemen akan membangkitkan gaya gerak listrik. Pada
proses ini terdapat suatu pemindahan panas dan juga bekerja sesuatu gaya
mengalami perpindahan yang mengakibatkan terlaksanannya suatu usaha.
1.1. TERMOMETRIK
Mengetahui panas dinginnya suatu zat dengan mempergunakan
indra peraba merupakan penilaian yang subjektif serta tidak ilmiah.
Pengamatan secara itu disebut pengamatan yang kwalitatif yang justru
dapat menyesatkan. Misalnya seseorang mencelup tangannya ke dalam
air suam akan menilai air itu hangat, apabila orang tersebut sebelumnya
telah mencelupkan tangannya ke dalam aira dingin. Sebaliknya akan
terasa dingin apabila sebelumnya tangannya telah dicelupkan ke dalam
air yang lebih hangat. Untuk menghindari penilaian yang subjektif perlu
ada penilaian yang kwantitatif. Justru ini perlu adanya alat ukur serta
satuan dasar. Alat yang dipakai untuk pengukuran suhu tersebut disebut
Termometer; prinsip dasar dari alat ukur ini ialah fenomena pemuaian
yang merupakan indeks temperatur. Contoh : termometer air raks dan
termometer alkohol.
Air raksa mempunyai batas muai dan titik uap tertentu yaitu pada –
400C air raksa akan membeku dan titik uap berkisar di atas 3600C
sehingga perlu ada metoda lain/alat lain untuk mengukur suhu suatu
benda.
46
Macam-macam termometer :
a. Termometer air raksa / alkohol
b. Termometer tahanan (termistor termometer)
c. Termometer elemen (termocouple)
d. Pyrometer optik
e. Termometer gas yang bervolume tetap.
Dalam bidang kedokteran penggunaan termometer air raksa/ alkohol
sangat populer.
1.2. SKALA TEMPERATUR
Di Amerika banyak mempergunakan skala Fahrenheit (00F). Dalam
pembuatan skala itu dicari titik referensi, yang disebut titik tetap
kemudian dibuat skala sekehendak kita. Sebelum tahun 1954 ditentukan
dua titik sebagai titik acuan baku yaitu titik es dan titik uap.
Titik es yaitu suatu titik dimana terdapat campuran air yang jenuh
udara dengan es yang bertekanan 1 atmosfir. Titik uap ialah suhu dimana
terdapat air mendidih pada tekanan 1 atmosfir.
Fahrenheit pada tahun 1724 telah menentukan skala temperatur
dimana pada 320F adalah titik es, pada 2120F merupakan titik uap serta
temperatur rectal berkisar 98,60 F. Dalam bidang kedokteran banyak
menggunakan skala Celsius, titik es di beri harga 00C suhu pada titik uap
diberi 1000C. Untuk keperluan bidang ilmu pengetahuan diperlukan
skala lain yaitu skala Kelvin.
1.3. HUKUM TERMODINAMIKA
Termodinamika adalah suatu pengetahuan tentang transformasi energi ke
dalam usaha. Walaupun kerja/usaha dapat ditransformasi secara komplit
ke dalam energi dalam, namun energi dalam tidak dapat
ditransformasikan secara komplit kedalam usaha. Hal ini disebabkan
adanya hukum termodinamika kedua yang membatasinya. Dalam
mempelajari termodinamika ini dikenal ada 4 hukum termodinamika
yaitu :
47
a. Hukum ke nol termodinamika (oleh R.H. Flower)
b. Hukum pertama termodinamika
c. Hukum kedua termodinamika
d. Hukum ketiga termodinamika
1.4. METABOLISME SEBAGAI KONVERSI ENERSI
Metabolisme berarti ”change” ialah kata yang dipakai untuk
mengidentifikasi perubahan yang terjadi dalam kehidupan organisme
yang bernyawa.
Dalam arti luas metabolisme sinonim dengan jumlah total reaksi
kimia atau fisika yang diperlukan untuk kehidupan. Metabolisme juga
dipakai dalam batasan untuk menunjukkan serangkaian reaksi dari tipe-
tipe makanan (flood stuff) atau derivatnya. Turunannya metabolisme
karbohidrat misalnya metabolisme karbohidrat atau beberapa kompound
partikel seperti metabolisme glukosa. Kadang-kadang menyatakan suatu
objek seperti ”Water metabolisme” dimana substansi masuk ke dalam
badan, bergerak ke berbagai bagian tubuh dan meninggalkan ginjal, kulit
atau melalui route yang lain. Ada dua kata yang terkandung dalam
metabolisme yaitu anabolisme dan kata bolisme. Anabolisme
dipergunakan untuk menunjukkan reaksi sintetis menjurus ke tempat
penyimpanan enersi di dalam tubuh. Katabolisme menggambarkan
kerusakan jaringan dan penggunaan dari sumber enersi. Kedua kata itu
luas dalam pemakaian tetapi sering sulit diartikan dan sering pula
tercampur dalam pengertian. Suatu contoh : sintetis dan penyimpanan
lemak tubuh. Ketika lemak dibentuk dari karbohidrat dan disimpan
dalam jaringan lemak tampak dalam proses ini pengertian anabolisme,
katabolisme dapat terjadi pada saat yang sama dalam proses penggunaan
enersi dalam sintesis.
Tetapi jelas dalam proses reaksi metabolisme akan tampak panas.
Tubuh walaupun bukan mesin panas, yang dapat membakar makanan
seperti api yang membakar makanan namun energi yang dihasilkan
merupakan suatu substansi yang dioksidasi di dalam badan serupa
48
dengan material yang dibakar di luar tubuh. Berdasarkan hal ini para ahli
telah mengkonstruksikan ”bom kalori meter” (oleh Richard dan Barry)
untuk mencari beberapa kalori apabila suatu bahan dibakar.
Hasil pembakaran dengan kalorimeter pada bahan-bahan hewan :
a) Untuk karbohidrat :
Sukrose menghasilkan 3,94 Kcal/gram.
Glukose menghasilkan 3,74 Kcal/gram
Glikogen menghasilkan 4,19 Kcal/gram
Tepung menghasilkan 4,18 Kcal/gram
b) Untuk lemak :
Rata-rata menghasilkan 9,3 Kcal/gram
c) Untuk protein :
Rata-rata menghasilkan 5,6 Kcal/gram
Untuk manusia diperoleh nilai :
a) Protein dan karbohidrat masing-masing 4,1 Kcal/gram
b) Lemak : 9,3 Kcal/gram.
Berdasarkan hukum termodinamika I, total energi dalam suatu sistem
berhubungan erat dengan pertukaran energi :
Food intake = head loss + work output + energi storage
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa metabolisme
merupakan konversi energi.
2. PENGATURAN SUHU TUBUH
2.1. KESETIMBANGAN PANAS
Pengaturan temperatur atau regulasi termal ialah suatu pengaturan
secara kompleks dari suatu proses fisiologis dimana terjadi
kesetimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas sehingga
suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan.
Burung atau mamalia secara fisiologis digolongkan dalam ”Worm-
Blooded” atau Homotermal. Organisme homotermal ini secara umum
dapat dikatakan temperatur tubuh tetap konstan walaupun suhu
49
lingkungan berubah. Hal ini oleh karena ada interaksi secara berantai
antara heat produksi (pembentukan panas) dan heat loss (kehilangan
panas). Kedua proses ini dalam keadaan tertentu aktifitasnya diatur oleh
susunan syaraf pusat yang mana mengatur keadaan metabolisme,
sirkulasi (peredaran darah), perspirasi (penguapan) dan pekerjaan otot-
otot skeletal; sebagai contoh kontraksi otot banyak menghasilkan panas,
rumusnya dapat ditulis :
K =
K = efisiensi
H = energi total (dalam kalori) pada waktu kerja
W = usaha dinyatakan dalam kg M.
2.2. TOPOGRAFI TEMPERATUR BADAN DAN KULIT
Temperatur 370C diterima sebagai temperatur normal tubuh
manusia. Untuk mengukur rata-rata temperatur badan dan kulit terdapat
banyak kesukaran. Di klinik sering dipakai lokasi pengukuran
temperatur pada ketiak (aksila), sub lingual (di bawah lidah) atau rektal
(dubur). Temperatur liang dubur (rektal) 0,3 sampai dengan 0,50C lebih
tinggi dari pada temperatur aksila. Daerah tubuh maupun kepala
mempunyai temperatur kulit lebih tinggi dari pada anggota badan. Untuk
mengetahui rata-rata temperatur kulit banyak metoda yang dipergunakan
untuk menghitungnya. Tetapi metoda yang lazim dipakai untuk
menghitung temperatur kulit rata-rata ialah :0,07 Tkepala + 0,14 Tlengan + 0,05 Ttangan+0,07 Tkaki+0,13 Tbetis + 0,09 Tpaha + 0,35 Tbatang tubuh
Dengan mengetahui temperatur kulit rata-rata tersebut dapat menghitung
temperatur tubuh rata-rata : Mean body temperature = (0,69 x temp.
Rektal + (0,33 x temp.kulit rata-rata)
Kwantitas ini berkaitan dengan panas yang tertampung di dalam tubuh
manusia (Heat storage). Untuk menghitung banyaknya panas yang
tertampung di dalam tubuh harus menghitung perubahan temperatur
50
tubuh rata-rata dikalikan dengan panas spesifik dan massa badan maka
diperoleh persamaan :
Heat storage = temp. change x spesifik heat x massa
Nilai spesifik heat/panas spesifik diperoleh dari hasil eksperimen sebesar
0,83 g kalori gram/0C. Dengan mengetahui persamaan temperatur kulit
rata-rata dapat kita menghitung variabel yang lain yaitu heat
conductance/konduksi panas. Heat conductance ialah ratio antara rata-
rata transfer panas (rate of heat transfer)/rata-rata alih panas dengan
perbedaan temperatur internal/rektal dengan temperatur kulit rata-rata
sehingga diperoleh :
Heat = rate of heat transfer Conductance rectal temp – mean skin temp.
2.3. PENGATURAN TEMPERATUR TANPA UMPAN BALIK
DAN DENGAN UMPAN BALIK
a. Pengaturan temperatur tanpa umpan balik
Yang dimaksud dengan pengaturan temperatur berarti mengatur heat
loss dan heat produksi. Untuk manusia hal ini dapat terjadi tetapi
bagi benda-benda mati tidak, oleh karena benda mati tidak produksi
panas sehingga umpan balik tidak pernah terjadi. Misalnya : sebuah
logam dipanaskan berarti temperatur akan meninggi dengan
demikian logam tersebut akan memuai sesuai dengan persamaan :
Lt = Lo [I + (t1 – to)]
Lo = panjang mula-mula pada to
Lt = panjang pada t1
= angka mulai panjang
Pada temperatur tinggi ini logam akan memancarkan radiasi (heat
loss). Apabila logam tersebut diletakkan pada tempat yang dingin,
logam tersebut akan dingin perlahan-lahan dan tidak mungkin dapat
memanaskan diri sendiri, sehingga dapat kita katakan bahwa pada
benda mati tidak akan terjadi umpan balik akibat perbedaan
temperatur.
51
b. Pengaturan temperatur dengan umpan balik.
Tubuh selalu berikhtiar agar temperatur tetap konstan walaupun
lingkungan ada perubahan temperatur. Pengaturan fisik panas secara
implisit adalah sejumlah total dari proses fisiologis dimana terjadi
peningkatan dan penurunan panas dari tubuh kita. Panas dapat hilang
dan masuk ke dalam lingkungan dengan cara konveksi, radiasi dan
evaporasi; konduski tidak pernah terjadi. Kehilangan panas melalui
radiasi dapat terjadi apabila temperatur udara berhubungan langsung
dengan tubuh dan temperatur sekeliling objek tersebut sangat rendah.
Kehilangan panas melalui konveksi apabila temperatur sekeliling
objek lebih rendah daripada suhu tubuh. Kehilangan panas akibat
evaporasi adalah hubungan antara output dari evaporasi kulit dan
pernafasan dari paru-paru. Pada temperatur 15 – 200C sekitar 0,4 –
0,5 liter penguapan melalui kulit disebut perspirasi insensibilis.
Dikatakan penguapan 0,7 – 1liter cairan seimbang dengan
kehilangan panas sekitar 400 – 600 kalori besar. Pada temperatur
100C 70 – 80% panas akan hilang melalui proses konveksi dan
radiasi.
Peristiwa konveksi, radiasi dam evaporasi ini semuanya dikontrol
oleh susunan syaraf ”Mesmer’s Corpuscle” mengatur temperatur
panas dan dingin. Melalui syaraf motor somatis dan syaraf visero
motoris via hipofise anterior dan kelenjar endokrin maka produksi
panas dan pelapasan panas dapat diatur. Di kulit ada ”Counter
current” dimaan terjadi pembesaran pembuluh darah pada satu
bagian sedangkan pada bagian lain terjadi konstruksi penguncupan
dan ini pula diatur oleh susunan syaraf pusat.
Pada keadaan kritis misalnya panas atau dingin yang menyengat,
keadaan ini langsung mempengaruhi fisiologis termostat yaitu
hipothalamus dan preoptik. Hipothalamus posterior mengatur suhu
dingin yang kritis.
52
Untuk mengetahui mekanisme pengaturan suhu tubuh dengan umpan
balik, lihat daftar dibawah ini.
Mekanisme aktifitas oleh dingin :
Menggigil
Kelaparan Peningkatan
Peningkatan aktifitas otot bergaris Produksi
Peningkatan sekresi norefeneprin Panas
Dan efeneprin
Penyempitan pembuluh darah kutaneus Penurunan
Kulit mengkerut Kehilangan panas
Mekanisme aktifitas oleh panas :
Pelebaran pembuluh darah kulit Peningkatan
Berkeringat kehilangan
Peningkatan pernafasan panas
Nafsu makan berkurang Penurunan
Lesu dan lembam produksi panas
2.4. TRANSFER PANAS (AHLI PANAS)
Sesuai dengan seluruh reaksi kimia, rata-rata reaksi kimia di dalam
tubuh tergantung pada temperatur. Menurutnya reaksi kimia tubuh,
seiring dengan menurunnya temperatur (hukum Vantt Hoff).
Apabila ular dimasukkan ke dalam mesin pendingin maka ia akan
memberi respon normal walaupun dalam keadaan dingin. Tetapi dalam
keadaan dingin yang ekstrim mekanisme pengaturan suhu (Homeostatic
mekanisme) terganggu bahkan sama sekali tidak dapat bekerja sehingga
tampak suhu tubuh turun secara drastis, diklinik dikenal dengan nama
hipotermia. Keadaan hipotermia digunakan pada operasi jantung sebagai
proteksi metabolisme agar dapat mencegah keadaan anoksia /
53
kekurangan oksigen, aliran darah dapat berhenti pada waktu singkat
yang tidak membahayakan jaringan, oleh karena jaringan hipotermia
membutuhkan oksigen sangat rendah. Fungsi pengaturan suhu terutama
terletak pada reaksi biokimia dari organisme itu sendiri. Si panas dan
hasil metabolisme serta heat loss melalui lingkungan.
Energi panas yang hilang atau masuk ke dalam tubuh melalui kulit
ada empat cara :
a. Konduksi (conduction)
b. Konveksi (convection)
c. Radiasi (radiation)
d. Evaporasi (evaporation)
a. Konduksi
Konduksi ialah pemaparan panas dari suatu objek yang suhunya
lebih tinggi ke objek lain dengan jalan kontak langsung.
Berdasarkan teori kinetis dimana energi dihantarkan dari satu
molekul ke molekul yang lain dengan jalan tabrak sehingga
terbentuk panas. Berdasarkan teori ini dicarikan persamaan hantaran
panas melalui konduksi.
Misalkan ada sebuah batang logam dimana T1 > T2 mengalir panas
perdetik melalui luas penampang dalam cm2. perbedaan temperatur
T = T1 – T2
Andaikan pemaparan panas dinyatakan :
Jq = kalori /cm2 detik, maka :
Jq = – K
Tanda (-) menyatakan aliran panas dari temperatur tinggi ke
temperatur rendah.
K = koefisien konduktivitas termal
L = panjang batang
T = perbedaan temperatur
54
Kecepatan pemaparan panas secara konduksi tergantung kepada
besar perbedaan temperatur dan konduktivitas termal dari bahan.
Beberapa material seperti logam merupakan konduktor / penghantar
yang baik, sedangkan yang lain seperti udara merupakan penghantar
yang jelek. Konduktivitas termal bervariasi dengan temperatur;
setiap peningkatan 10C dari 00C maka konduktivitas termal udara
akan meningkat sekitar 0,28 prosen.
Persamaan diatas merupakan konduksi panas dari hukum Fourier,
dan berlaku bagi material yang homogen.
Ahli-ahli faal sangat tertarik mengenai aliran panas melalui dua
material yang berbeda. Misalnya panas mengalir dari kulit ke udara.
Pada jarak X (dari dalam sampai permukaan kulit) mempunyai
temperatur sebesar T1 dan pada jarak yang sama di udara
temperaturnya T2, diantara kedua permukaan temperatur T1. Aliran
panas melalui kulit harus sama dengan udara sekitarnya maka asumsi
kita :
Dipermukaan kulit Jq = (Ti – T1)
di udara Jq = – (T2 – T1)
Jadi : Jq = – (T1 – T1) = – (T2 – Ti)
Jq = – .
ks = koefisien konduktivitas kulit
ka = koefisien konduktivitas udara
T2 – Ti = perbedaan suhu antara udara dan kulit
b. Konveksi (Convection)
Apabila seceret kopi diletakkan di atas kompor listrik yang panas
maka energi di dalam ceret akan meningkat yang disebabkan oleh
55
konduksi. Bila seceret kopi panas diletakkan di atas meja maka
tampak ada peningkatan energi di daerah yang ditempatkan seceret
kopi tersebut.
Transfer pansa ini disebut konveksi yang sangat berbeda dengan
konduksi. Aliran konveksi dapat terjadi dikarenakan massa jenis
udara panas sangat ringan dibandingkan udara dingin. Konveksi
secara alam dapat terjadi oleh karena pemanasan yang asymetris.
Gaya konveksi bisa terjadi apabila angin secukupnya mengalir
melewati tubuh. Pertukaran panas dan gaya konveksi adalah
berbanding lurus perbedaan temperatur antara kulit dan udara dan
kecepatan udara.
Aliran panas yang terjadi antara kulit dan lingkungan secara
konveksi dapat di tulis persamaan seperti :
Jq (konveksi) = 8,3 V 0.5 (Ts – Ta)
V = kecepatan angin (m/s)
8,3 = konstanta dimana seorang berdiri berhadapan
dengan tiupan udara
Ta = temperatur udara
Ts = temperatur kulit
Persamaan ini diperoleh secara empiris dan dikenal sebagai hukum
Newton mengenai konveksi.
c. Radiasi (Radiation)
Umumnya teori kwantum membawa pengertian tentang
menyusutnya radioaktif, bom atom dan lain-lain manifesatsi yang
dramatis. Ada beberapa pandangan mengenai fenomena atomyang
memberi pengertian tentang energi radiasi. Sebuah permukaan objek
akan memberi energi dalam bentuk radiasi elektromagnetis dan
radiasi yang dipancarkan dalam bentuk pake kwantum oleh karena
distribusi energi sangat khas dari tiap-tiap objek. Radiasi adalah
suatu transfer energi panas dari sesuatu permukaan objek ke objek
yang lain tanpa mengalami kontak dari kedua objek tersebut.
56
Oleh Planck dikatakan radiasi mempunyai energi dan energi suatu
radiasi itu sama dengan konstanta dikalikan dengan frekuensi radiasi.
E(energi) = n h f
E = energi radiasi
n = suatu bilangan bulat
h = konstanta Planck, 6,62 x 10-27 erg/det
f = frekwensi
Pada tahun 1900 Planck telah bekerja keras menentukan radiasi
panas. Secara empiris Stefan telah mendapatkan total energi yang
mengalir dari seluruh tubuhpada temperatur T, dan Boltzman (1884)
telah meletakkan dasar perhitungan termodinamika sehingga
sekarang dikenal dengan hukum Stefan Boltzman :
Jq (radiasi) = e σ T4
σ = konstanta Stefan – Boltzman, sebesar 5,67 x 10-5
erg/cm2 sec deg4
e = emissivity dari permukaan
Benda hitam merupakan penyerap radiasi yang baik sehingga disebut
radiator. Di bidang ilmu faal dikatakan bahwa panas tubuh yang
melakukan radiasi ke dalam udara dimana sebelumnya telah
memperoleh panas dari lingkungan. Dengan demikian maka
persamaa radiasi dituliskan :
Jq = e σ Ar (Tw4 – Ts4)
e = emissivity dari manusia
σ = konstanta Stefan – Boltzman
A = luas permukaan tubuh (1,8 m2 untuk seorang laki-laki)
r = perbandingan permukaan radiasi efektif oleh Du Bois, 0,
78 untuk seseorang yang berdiri tegak sedangkan pada
orang yang bergerak 0,85.
Tw = temperatur dinding dalam derajat absolut
Ts = temperatur kulit dalam derajat absolut
d. Evaporasi (Evaporation)
57
Evaporasi adalah peralihan panas dari bentuk cairan menjadi uap.
Manusia kehilangan sekitar 9 x 103 kalori/gram melalui penguapan
paru-paru. Dengan suatu latihan yang berat atau lingkungan panas
seseorang akan minum 4 liter/jam, ini merupakan suatu proses
pertukaran energi termal.
Kehilangan panas lewat evaporasi dapat terjadi apabila :
a) Perbedaan tekanan uap air antara keringat pada kulit dan udara
ambien.
b) Temperatur lingkungan rendah dari normal sehingga evaporasi
dari keringan dapat terjadi dan dapat menghilangkan panas dari
tubuh; dan itu dapat terjadi apabila temperatur basah kering di
bawah temperatur kulis.
c) Adanya gerakan angin
d) Adanya kelembaban
Dengan demikian kehilangan panas melalui evaporasi melewati kulit
dapat ditulis dengan rumus ::
Jq maksimum = 13,7 – V0,5 (Pkulit – Pudara)
Jq = dalam watt/m2
V = kecepatan angin m/sPkulit = tekanan uap air pada kulit dalam milibarPudara = tekanan uap air pada udara dalam milibar
Jika udara kering maka evaporasi perspirasi adalah sedang dan rata-
rata seimbang yang besarnya :
Jq (evaporasi) = 580 JH2O cal/log
(= 245 x 106 J/kg)JH2O dalam gram H2O / cm2 sec. keringat.
Jika udara lembab evaporasi tidak terjadi dan rata-rata proporsinya
berbeda dalam tekanan uap pada permukaan tubuh dan tekanan
ambien udara. Du Bois dan Haris telah melakukan eksperimen di
laboratorium pada temperatur 70 – 800F kehilangan panas akibat
58
radiasi sebesar 60 – 65% dari total kehilangan panas dan evaporasi
berkisar antara 20 – 30% dari total kehilangan panas.
e. Transfer panas seluruh tubuh
Ahli fisiologi menghendkai rumus yang dapat menyatakan tentang
transfer panas tubuh.
Rumus tersebut dinyatakan sebagai berikut :
Ta4 – Ts4 = (Ta2 – Ts2) (Ta2 + Ts2)
= (Ta + Ts) (Tas – Ts) (Ta2 + Ts2)
Ta = temperatur udara
Ts = temperatur kulit
Bentuk temperatur mutlak ini sukar untuk mengatakan suhu udara
oleh karena sangat berbeda bagi suhu tubuh.
Hal ini oleh karena (Ta – Ts) di mana Ta sangat kecil perubahannya
sehingga perlu satu persamaan yang mendekati :
Jq radiasi = e σ Ar (Tw4 – Ts4)
Ar tergantung kepada temperatur Ta dimana perubahan itu sangat
sedikit dengan perubahan Ta. Apabila rumus radiasi dikombinasikan
dengan hukum Newton mengenai konveksi maka dapat menyatakan
total kehilangan panas dari tubuh :Jtotal = Jq konveksi – Ktotal (Ta4 – Ts4)Ktotal = e σ Ar
Disini tak dapat dihubungkan dengan hukum Fourier oleh karena
tidak pernah terjadi proses konduksi dari tubuh ke dalam udara.
3. ENERGI PANAS DALAM BIDANG KEDOKTERAN
Sejak beribu-ibu tahun, energi panas telah banyak digunakan dalam bidang
kedokteran.
Romans (600 tahun Masehi) memakai minyak panas untuk memijat.
Tahun 1774 Tuan Faure mempergunakan ”hotsbrichs” dalam pengobatan
nyeri yang disebabkan oleh rheumatik.
Roebereiner (1816) membicarakan pemakaian sinar dalam bidang pengobatan.
59
Seabad kemudian tepatnya 1913 penggunaan sinar ungu ultra oleh Reyn
dalam irradiasi tubuh manusia.
Dan sejak diketemukan piezo elektrik generator oleh Langevin pada tahun
1917 mulailah para klinisi mempergunakan ultrasonik dalam pengobatan.
Sepuluh tahun kemudian Schliepluke melaporkan hasil pengobatan dengan
mempergunakan short wave diathermy.
Dan hingga kini masih banyak orang bahkan di klinik masih mempergunakan
air panas atau dingin sebagai bahan kompres.
3.1. EFEK PANAS
Sukar dikatakan secara pasti efisiensi panas apabila ada energi
panas mengenai salah satu bagian tubuh.
Tetapi jelas apabila energi panas mengenai salah satu bagian tubuh akan
menaikkan temperatur daerah tersebut.
Efek panas dapat dibagi tiga group :
a. Fisik
Panas menyebabkan zat cair, pada dan gas mengalami pemuaian
segala arah. Sebuah logam berbentuk kubus mengalami pemuaian
isi.
b. Kimia
Kecepatan reaksi kimia akan meningkat dengan peningkatan
temperatur. Hal ini terlihat pada reaksi oksidasi. Pada reaksi oksidasi
akan meningkat dengan peningkatan suhu, ini sesuai dengan hukum
Vant Hoff.
Permeabilitas membran sel akan meningkat sesuai dengan
peningkatan suhu, pada jaringan akan terjadi peningkatan
metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran antara zat kimia
tubuh dengan cairan tubuh.
c. Biologis
Efek panas terhadap biologis merupakan sumasi dari efek panas
terhadap fisik dan kimia. Adanya peningkatan sel darah putih secara
60
total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi
(pelebaran) pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan
sirkulasi (peredaran) darah serta peningkatan tekanan kapiler.
Tekanan O2 dan CO2 di dalam darah akan meningkat sedangkan pH
darah akan mengalami penurunan.
3.2. PENGGUNAAN ENERGI PANAS DALAM PENGOBATAN
Telah dibicarakan bahwa hamparan energi panas dapat melalui
konduksi, konveksi dan evaporasi.
Dengan mengetahui sifat hamparan energi panas ini diusahakan agar
dengan cara apa saja dapat mentransferkan panas tersebut serta
bagaimanakah agar energi panas tersebut dapat mencapai tubuh. Energi
panas mula-mula akan penetrasi ke dalam jaringan kulit dalam bentuk
berkas cahaya (dalam bentuk radiasi atau konduksi). Kemudian akan
menghilang di daerah jaringan yang lebih dalam berupa panas. Panas
tersebut kemudian di angkat ke jaringan lain dengan cara konveksi yaitu
diangkut ke jaringan seluruh tubuh melalui cairan tubuh.
Metoda-metoda yang dipakai dalam pengobatan :
a. Metoda konduksi :
Metoda ini merupakan dasar dari sifat fisik kedua benda. Apabila
terdapat perbedaan temperatur antara kedua benda maka panas akan
ditransfer secara konduksi yaitu dari benda yang lebih panas ke
benda yang lebih dingin.
Pemindahan energi panas total tergantung kepada :
Luas daerah kontrak
Perbedaan temperatur
Lama melakukan kontak
Material konduksi panas.
Melalui metoda konduksi ini dapat berupa :
1. Kantong air panas / botol air panas.
61
Cara ini sangat efisien dalam pengobatan penderitaan nyeri.
Misalnya nyeri daerah abdomen (perut).
2. Handuk panas.
Cara ini sangat berhasil apabila pengobatan dilakukan pada
daerah otot yang sakit. Misalnya spame otot, fase akut
poliomyelitis/
3. Turkish batsh (mandi uap).
Mandi uap ini sangat populer dalam masyarakat. Tetapi manfaat
dari metode ini belum diketahui dengan pasti. Hanya dikataan
sebagai penyegar atau dikatakan mempunya efek relakasasi otot.
4. Mud packs (lumpur panas).
Lumpur panas dapat mengkonduksi panas ke dalam jaringan
serta dapat pula mencegah kehilangan panas tubuh (heat loss).
5. Wax bath (parafin bath).
Dengan cara ini sangat efisien untuk mentransfer panas pada
tungkai bawah terutama pada orang tua.
Cara wax bath :
Wax diletakkan di dalam bak dan dipanaskan sampai temperatu
1150 sampai 1200F. Lama merendam kaki berkisar antara 30
menit sampai 1 jam.
6. Electric pads.
Caranya dengan melingkari kawat elemen panas yang dibungkus
asbes atau plastik. Untuk amannya dilengkapi dengan termostat.
Output berkisar antara 8 – 10 Watt/foot.
Dikatakan dengan metode konduks (1 s/d 6) ini dapat melakukan
pengobatan terhadap penyakit :
Neuritis
Sprains
Strains
Contusio
Siausitis
62
Low back pain.
b. Metode radiasi
Metode ini dipergunakan untuk pemanasan permukaan tubuh serupa
dengan pemanasan dengan sinar matahari atau nyala api :
1) Electric fire, ada dua tipe :
a) Old type fire.
Mempunyai daya 750 Watt dengan range radiasi antara
merah dan mendekati infra red serta panjang gelombang lebih
pendek dari 15.000 A0. Ini sering dipergunakan pada home
treatment.
b) Pensil bar tipe
Ini mempergunakan reflektor rektangular dan “shape like
acoustic type”.
2) Infra merah.
Untuk mendapat infra red maka dipakai lampu pijar berkisar
antara 250 W s/d 1.000 W serta diberi filter merah.
Gelombang infra red yang dipergunakan antara 800 s/d 40.000
nm (1nm – 10-9m). Penetrasi energi/gelombang pada kulit 3
mm dan meningkat di permukaan kulit. Bila kita pergunakan
large lamp maka radiasi yang diperoleh mendekati infra red,
tetapi kualitas emisi gelombang panjang radiasi lebih dari pada
radient infra red heat lamp.
Lampu radient infra red berkisar antara 7.500 s/d 12.000 A0
tetapi kenyataan maksimal 40.000 A0. Kalau memakai silikon
yang mengandung chlorium resistant element di dalamnya maka
benda ini memproduksi cahaya serupa dengan sinar tampak.
Metoda radiasi dengan infra merah ini (radient infra red) secara
umum serupa dengan metode konduksi panas, namun lebih
efektif bila dibandingkan dengan metode konduksi. Oleh karena
penetrasi energi panas ke jaringan lebih dalam.
c. Metoda elektromagnetis.
63
Ada dua metoda yang dipakai untuk transfer panas ke dalam jaringan
tubuh:
1. Short wave diathermy (Diatermi gelombang pendek)
2. Micro wave diathermy (Diatermi gelombang mikro)
c.1. Short wave diathermy.
Agar supaya energi panas dapat ditransfer ke dalam tubuh
maka dapat dilakukan 2 cara :
1) Tehnik kondensor (Conductor technique)
Bagian tubuh sebelah menyebelah diletakkan dua metal
plate like electrode. Pada permukaan elektrode diberikan
larutan elektrolit. Dengan adanya aliran bolak balik (AC)
molekul-molekul tubuh menjadi agitasi dengan akibat
kenaikan temperatur. Hal ini sesuai dengan hukum Joule :
H =
H = energi panas dalam kalori
V = tegangan dalam voltage
I = arus dalam amper
T = waktu dalam detik
J = ekivalen Joule (1 Joule = 0,239 kalori =
0,738 ft/lb)
2) Inductiothermy (Diatermi metode induksi)
Bagian tubuh yang akan dipanasi dililitkan dengan kabel
kemudian dialiri listrik, dengan cara ini jaringan tubuh
tidak berada dalam sirkuit tetapi terletak dalam medan
magnet dari sutau koil.
Aliran bolak balik di dalam koil akan menimbulkan medan
magnet yang bolak-balik di dalam jaringan. Sebagai
konsekwensinya timbul arus Eddy yang memproduksi
panas di daerah bersangkutan.
64
Frekwensi yang digunakan pada short wave diathermy 1
MHz sudah cukup untuk memanas jaringan. Kegunaan
short wave diathermy pada keadaan kram otot (muscle
spasm), nyeri pada intervertebraldisk, penyakit
degenerative pada persendian dan bursitis (radang bursa).
c.2. Micro wave
diathermy.
Penggunaan micro wave diathermy lebih mudah dari pada short
wave diathermy. Micro wave diathermy termasuk gelombang
radio dengan ossilasi pada frekwensi yang sangat tinggi.
Energinya terletak antara short wave diathermy dan infra
merah.
Pada tahun 1940, frekwensi ossilasi yang dipakai 2.450 MHz.
Ternyata pada penelitian selanjutnya frekwensi 900 MHz lebih
efektif. Untuk memperoleh frekwensi 900 MHz dipakai
magnetron. Penyakit-penyakit yang memerlukan pengobatan
dan micro wave diathermy :
Patah tulang (fracture)
Sprains dan strains
Bursitis
Radang tendon
Arthritis
Ada pula metode lain yang dipergunakan untuk memperoleh
energi panas yaitu : gelombang ultrasonik.
d. Gelombang ultrasonik
Gelombang ultrasonik ini sangat berbeda dengan gelombang elektro
magnetis. Gelombang ultrasonik diperoleh dari gelombang bunyi
(Audible sound) dengan frekwensi mendekati 1 MHz.
Pada waktu penggunaan ultrasonik maka piezo electric transduser
diletakkan langsung pada jaringan yang akan diobati. Intensitas yang
dipergunakan sekitar 5 Watt/cm2. Penggunaan ultrasonik lebih
65
efektif pada tulang dibandingkan pada soft tissue oleh karena tulang
lebih banyak menyerap panas.
Ultrasonik selain dipergunakan untuk terapi (pengobatan) juga
dipergunakan untuk diagnostik.
4. ENERGI DINGIN (COLD ENERGY) DALAM KEDOKTERAN
Kriogenik adalah pengetahuan dan teknologi yang menghasilkan dan
menggunakan suhu yang sangat rendah. Dalam mempelajari efek suhu rendah
pada bidang biologi dan kedokteran, ilmu ini disebut Kriobologi. Pada
kriobologi akan timbul efek fatologis pada jaringanyang terkena temperatur di
bawah titik beku. Efek patologis yang dimaksud :
a. Krioadhesia (menghasilkan adhesi)
b. Krionekrosis (merusakkan jaringan)
Melalui :
Pecahnya membran sel
Dehidrasi intraseluler
Denaturasi protein
Hipometabolisme seluler
Iskemik lokal
Respon imunologik
c. Efek hemostasis
d. Efek anastesia
Penggunaan temperatur rendah sudah dikenal sejak 2.500 tahun
sebelum masehi. Pada tahun 1840 John Gorrie telah berhasil
mendinginkan udara yang dipakai sebagai ”air conditioning” bagi
penderita malaria. Beliau telah berhasil membuat es dengan menggunakan
efek pendinginan udara serta berhasil mencairkan udara (-1960C) pada
tahun 1877 dan pada tahun 1908 mencairkan Helium pada temperatur -
2690C.
James Dewar (1892) telah berhasil membuat termos untuk
penyimpanan material dalam keadaan panas atau dingin. Tetapi
66
penggunaan temperatur rendah untuk operasi (Cryosurgery) mulai
berkembang pada abad XX tepatnya pada tahun 1961 yaitu mula-mula
dilakukan Cooper (putra Amerika ahli bedah syaraf) yang mempergunakan
dasar kriobiologik untuk mengontrol gerakan-gerakan pada penderita
parkinson. Penggunaan temperatur rendah pada bidang kedokteran :
1. Penyimpanan darah (Bank Darah)
2. Penyimpanan sperma (Bank sperma)
3. Penyimpanan bone marrow (sumsum tulang)
4. Penyimpanan jaringan tubuh lainnya
5. Penyimpanan obat-obatan.
6. Pengobatan edema yang diakibatkan rudapaksa mendadak (trauma
akut) dan sakit kepala. Untuk ini biasanya dipakai ice bag/kantong es.
7. Pengobatan nyeri dan bengkak yang lokal, biasanya dipakai kompres
dingin.
8. Operasi jaringan kanker.
Dalam hal penyimpanan jaringan perlu dipikirkan sistem mana yang
dipakai serta survival life/kemampuan hidup dari suatu jaringan. Untuk
memperpanjang kemampuan hidup dari suatu jaringan biasanya dipakai
cairan Nitrogen dengan titik didih -1960C daripada CO2 padat (-790C).
Untuk memperoleh suhu rendah bisa juga memakai :
N2O (-89,50C)
Freon 22 (-410C)
Tetapi dalam hal pengobatan kanker, oleh karena diperlukan
merusak jaringan kanker yang sangat luas maka pilihan cairan Nitrogen
adalah sangat cepat. Untuk beberapa macam sel dapat dibantu gliserol atau
dimethil sulfonat dengan tujuan sebagai proteksi agent. Cara konvensional
non kriogenik method dalam penyimpanan darah adalah campuran antara
wholeblood dengan anti koagulant dan disimpan pada suhu 40C. Dengan
metode ini kira-kira 1 % sel darah akan mengalami hemolysa setiap hari
sehingga dalam waktu 25 hari darah itu tidak dapat dipergunakan lagi.
Agar supaya penyimpanan darah dapat bertahan lama dipakai 2 tehnik :
67
a. Thin walled container / wadah berdinding tipis
Wadah dibuat / dikonstruksi dari metal tipis yang terdiri dari dua
dinding sehingga volume darah terletak diantara dua dinding tersebut.
Setelah darah dimasukkan dengan segera masukkan Liquid Nitrogen,
sehingga terbentuk darah Frozen/darah beku. Darah ini kemudian
disimpan pada Nitrogen cair (-1960C)
b. Blood sand method
Darah disemprot pada permukaan cairan Nitrogen sehingga terbentuk
butir-butir. Butir-butir darah ini kemudian dikumpulkan lalu disimpan
diwadah khusus.
Perlu diketahui pekerjaan untuk pembentukan Bank kulit, tulang, otot dan
organ-organ lain sangat sulit bila dibandingkan dengan Bank darah.
5. TERMOGRAFI
5.1. DASAR TERMOGRAFI
A. Slonim telah melukiskan distribusi temperatur permukaan kuli
darisatu titik ke titik yang lain berbeda-beda. Variasi ini tergantung pada
faktor fisik luar dan metabolik internal serta proses sirkulasi yang dekat
denan kulit.
Telah diketahui pula bahwa setiap objek akan memancarkan
radiasi. Besar kecilnya radiasi tergantung kepada perbedaan temperatur
yang ada.
Max Planck (1901) telah meletakkan basis mengenai besarnya radiasi
tubuh manusia. Pada T = 300 K (270C) akan memberikan spektra radiasi
L ( T) dan panjang gelombang infra red berkisar antara 0,8 um < < 1
mm.
5.2. PENGGUNAAN TERMOGRAFI UNTUK DIAGNOSIS
Berdasarkan setiap benda memancarkan radiasi (W = e σ T4) maka pada
tahun 1950 telah ada usaha untuk membuat termogram dari infra red
68
radiasi permukaan tubuh manusia. Dan tehnik ini banyak dipergunakan
dalam bidang klinik.
Hal-hal yang dapat didiagnosis dengan mempergunakan tehnik
termografi antara lain :
a. Carcinoma mammia (kanker mamma)
b. Vascular disease (penyakit pembuluh darah)
c. Untuk follow up pada penderita post operatif oleh karena diabetes
(penyakit kencing manis).
d. Untuk cerebral vascular disease
e. Arthritis acuta
f. Patello (femoral pain (nyeri pada persendian lutut).
g. Primary erythemalgia.
5.3. SKEMA SISTEM TERMOGRAFI
Radiasi dari suatu daerah yang kecil (=5 mm) melewati susunan cermin
kemudian melewati chopper ke detektor yang biasa dilengkapi dngan
pendingin untuk memperoleh sensitivitas.
Fungsi chopper adalah mengubah radiasi yang kontinyu menjadi sinyal
AC sehingga mudah diamplifikasi. Penggunaan filter transparan infra
red untuk menghilangkan visible light (sinar tampak) dan detektor
mengubah IR radiasi dari panas tubuh menjadi sinyal listrik dan
disesuaika proporsi temperatur tubuh yang memancarkan radiasi. Agar
supaya dapat memberi gambaran dari seluruh permukaan tubuh maka
cermin tersebut dapat diatur secara mekanis. Posisi dan pembesaran
radiasi dari tiap-tiap bagian tubuh pasien akan tampak pada
displai/CRT/osiloskop.
Terangnya bayangan ditentukan oleh temperatur; dan posisi dari screen
(layar) disesuaikan dengan areal tubuh yang akan diskanning. Pada CRT
(display) daerah panas akan ditunjukkan sebagai bayangan hitam atau
69
putih. Syarat yang perlu diperhatikan pada waktu akan melakukan
termografi :
a. Pakaian penderita harus dilepaskan sebelum melakukan termografi
b. Penderita sebelumnya harus ditempatkan dalam ruangan yang
suhunya 210C selama 20 menit, dengan tujuan agar penderita
adaptasi terlebih dahulu sehingga pada waktu melakukan termografi
akan tampak kontras yang jelas.
Untuk memperoleh gambaran termografi yang jelas tidak cukup
dengan termografi yang monokomatis sebaiknya pakai color
termografi/termografi yang berwarna
BIOLISTRIK
1. PENDAHULUAN
70
Kelistrikan memegang peranan penting dalam bidang kedokteran. Ada dua
aspek kelistrikan dan magnetis dalam bidang kedokteran yaitu listrik dan
magnet yang timbul dalam tubuh manusia, serta penggunaan listrik dan
magnet pada permukaan tubuh manusia.
Pada tahun 1856 Caldani menunjukkan kelistrikan pada otot katak yang
telah mati. Luigi Galvani (1780) mulai mempelajari kelistrikan pada tubuh
hewan kemudian pada tahun 1786 Luigi Galvani melaporkan hasil
eksperimennya bahwa kedua kaki katak terangkat ketika diberikan aliran
listrik lewat suatu konduktor.
Arons (1892) merasakan ada aliran frekwensi tinggi melalui beliau sendiri
serta pembantunya/asistennya. Pada tahun 1899 Van Seynek melakukan
pengamatan tentang terjadinya panas pada jaringan yang disebabkan oleh
aliran frekwensi tinggi. Schliephake (1928) melaporkan tentang pengobatan
penderita dengan mempergunakan ”Short wave”
2. RUMUS/HUKUM DALAM BIOLISTRIK
Ada beberapa rumus atau hukum yang berkaitan dengan biolistrik antara lain :
hukum Ohm dan hukum Joule.
Hukum Ohm :
Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding langsung dengan arus
yang melewati, berbanding terbalik dengan tahanan dari konduktor.
Hukum Ohm ini dapat dinyatakan dalam rumus :
R =
R = dalam Ohm ()
I = amper (A)
V = tegangan (Volt)
Hukum Joule :
71
Arus listrik yang melewati konduktor dengan perbedaan tegangan (V) dalam
waktu tertentu akan menimbulkan panas.
Hal ini dinyatakan dalam rumus :
V = tegangan dalam voltage
H1(kalori) = I = arus dalam Amper
t = waktu dalam detik
j = Joule = 0,239 Kal.
3. MACAM-MACAM GELOMBANG ARUS LISTRIK
Pengetahuan tentang gelombang arus listrik ini penting artinya oleh karena
dalam banyak hal berkaitan erat dengan penggunaan arus listrik untuk
merangsang syaraf motoris atau syaraf sensoris.
4. KELISTRIKAN DAN KEMAGNETAN YANG TIMBUL DALAM
TUBUH
4.1. SISTEM SYARAF DAN NEURON
Sistem saraf dibagi dalam dua bagian yaitu sistem saraf pusat dan sistem
saraf otonom.
Sistem saraf pusat :
Terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf perifer
ini adalah serat saraf yang mengirim informasi sensoris ke otak atau ke
medulla spinalis disebut saraf afferen sedangkan serat saraf yang
menghantarkan informasi dari otak atau medulla spinalis ke otot serta
kelenjar disebut saraf efferen.
Sistem saraf otonom :
Serat saraf ini mengatur organ dalam tubuh. Misalnya jantung,
usus dan kelenjar-kelenjar. Pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar.
Otak berhubungan langsung dengan medula spinalis; keduanya diliputi
cairan serebro spinalis dan dilindungi tulang tengkorak serta tulang
72
vertebralis (columna vertebralis). Berat otak 1.500 gram dan hanya 50
gram yang efektif.
Struktur dasar dari sistem saraf disebut neuron/sel saraf. Suatu sel
saraf mempunyai fungsi menerima, interpretasi dan menghantarkan
aliran listrik.
4.2. KONSENTRASI ION DI DALAM DAN DI LUAR SEL
4.3. KELISTRIKAN SARAF
Dalam bidang Neuroanatomi akan dibicarakan kecepatan impuls
saraf; serat saraf yang berdiameter besar mempunyai kemampuan
menghantar impuls lebih cepat daripada serat saraf yang berdiameter
kecil. Kalau ditinjau besar kecilnya serta saraf maka serat saraf dapat
dibagi dalam tiga bagian yaitu serta saraf tipe A, B dan C. Dengan
mempergunakan mikroskop elektron, serat saraf dibagi dalam dua tipe :
serta saraf bermyelin dan serat saraf tanpa myelin.
Serat saraf bermyelin : banyak terdapat pada manusia. Mielin
merupakan suatu insulator (isolasi) yang baik dan kemampuan mengaliri
listrik sangat rendah. Potensial aksi makin menurun apabila melewati
serat saraf yang bermielin.
Kecepatan aliran listrik pada serat saraf yang berdiameter yang
sama dan panjang yang sama sangat tergantung kepada lapisan mielin
ini. Akson tanpa mielin (diameter 1 mm) mempunyai kecepatan 20 – 50
m/detik. Serat saraf bermielin pada diameter 10 m mempunyai
kecepatan 100 m/detik. Pada serat saraf bermielin aliran sinyal dapta
meloncat dari satu simpul ke simpul yang lain.
Telah diketahui bahwa sel mempunyai lapisan yang disebut
membran sel, di dalam sel ini terdapat ion Na, K, Cl dan protein (A -). Sel
mempunyai kemampuan memindahkan ion dari satu sisi ke sisi yang
lain, kemampuan sel ini disebut aktifitas kelistrikan sel.
Dalam keadaan bisa konsentrasi ion Na+ lebih besar di luar sel dari
pada di dalam sel.
73
Pada keadaan demikian potensial di dalam sel relatif negatif
dibandingkan dengan potensial di luar sel, dalam keadaan demikian
disebut potensial membran negatif. Jika konsentrasi ion Na+ terdapat
banyak di dalamsel dari pada di luar sel, berpebdaan potensial listrik di
dalam sel lebih positif daripada di luar sel keadaan ini disebut potensial
membran positif.
Suatu saraf atau membran otot pada keadaan istirahat (tidak adanya
proses konduksi impuls listrik), konsentrasi ion Na+ lebih banyak di luar
sel dari pada di dalam sel, di dalam sel akan lebih negatif dibandingkan
dengan di luar sel. Apabila perbedaan potensial diukur dengan
galvanometer akan mencapai -90m Volt, membran sel ini disebut dalam
keadaan polarisasi, dengan suatu potensial membran istirahat -90m Volt.
Apabila suatu rangsangan terhadap membran dengan
mempergunakan listrik, mekanik atau zat kimia, butir-butir membran
akan berubah dan beberapa ion Na+ akan masuk dari luar sel ke dalam
sel. Di dalam sel akan menjadi kurang negatif dari pada di luar sel dan
potensial membran akan meningkat. Keadaan membran ini dikatakan
menjadi depolarisasi.
Suatu rangsangan yang cukup kuat mencapai titik tertentu sehingga
dapat menimbulkan depolarisasi membran, titik tertentu ini disebut nilai
ambang, dan proses depolarisasi akan berkelanjutan serta irreversible,
ion-ion Na+ akan mengalir ke dalam sel secara cepat dan dalam jumlah
yang banyak.
Pada keadaan ini potensia membran akan naik dengan cepat
mencapai overshoot +40 m Volt. Terjadinya depolarisasi sel membran
secara tiba-tiba disebut potensial aksi, yang berlangsung kurang dari 1 m
detik.
Potensial aksi merupakan fenomena keseluruhan atau tidak sama
sekali (all or none) yang berarti bahwa segitu nilai ambang tercapai,
peningkatan waktu dan amplitudo dari potensial aksi akan selalu sama,
tidak perduli macam apapun intensitas dari rangsangan. Segera setelah
74
potensial aksi mencapai puncak mekanisme pengangkutan di dalam sel
membran dengan cepat mengembalikan ion Na+ keluar sehingga
mencapai potensial membran istirahat (-90 mV). Proses ini disebut
polarisasi dan berakhir.
Mulai dengan suatu rangsangan sampai mencapai nilai ambang
timbul potensial aksi kemudian mencapai repolarisasi dan berakhir
dengan potensial membrane istirahat, keseluruhan siklus ini mencapai 3
m detik.
4.4. PERAMBATAN POTENSIAL AKSI
Potensial aksi bisa terjadi apabila suatu daerah membran saraf atau otot
mendapat rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri
mempunyai kemampuan untuk merangsang daerah sekitar sel membran
untuk mencapai nilai ambang. Dengan demikian dapat terjadi
perambatan potensial aksi ke segala jurusan sel membran keadaan ini
disebut perambatan potensial aksi atau gelombang depolarisasi.
Setelah timbul potensial aksi, sel membran akan mengalami repolarisasi.
Proses repolarisasi sel membran disebut suatu tingkat refrakter. Tingkat
refrakter ada dua fase yaitu periode refrakter absolut dan periode
refrakter relatif.
Periode refrakter absolut
Selama periode ini tidak ada rangsangan, tidak ada unsur kekuatan untuk
menghasilkan potensial aksi yang lain.
Periode refrakter relatif
Setelah sel membran mendekati repolarisasi seluruhnya maka dari
periode refrakter absolut akan menjadi refrakter relatif, dan apabila ada
stimulus/rangsangan yang kuat secara normal akan menghasilkan
potensial aksi yang baru
Sel membran setelah mencapai potensial membran istirahat, sel membran
tersebut telah siap untuk menghantarkan impuls yang lain.
75
Gelombang depolarisasi setelah mencapai ujung dari saraf atau setelah
terjadi depolarisasi seluruhnya, gelombang tersebut akan berhenti dan
tidak pernah terjadi aliran balik ke arah mulainya datang dari rangsangan.
4.5. KELISTRIKAN OTOT JANTUNG
Sel membran otot jantung (miokardium) sangat berbeda dengan saraf dan
otot bergaris. Pada saraf maupun otot bergaris dalam keadaan potensial
membran istirahat dilakukan rangsangan maka ion-ion Na+ akan masuk
ke dalam sel dan setelah tercapai nilai ambang akan timbul depolarisasi.
Sedangkan pada sel otot jantung, ion Na+ mudah bocor sehingga segera
setelah terjadi repolarisasi komplit. Ion Na+ perlahan-lahan akan masuk
kembali ke dalam sel dengan akibat terjadi gejala depolarisasi secara
spontan smapai mencapai nilai ambang dan terjadi potensial aksi tanpa
memerlukan rangsangan dari luar.
Untuk menentukan natural rate dari berbagai sel otot jantung yaitu waktu
antara terhitung mulai depolarisasi spontan sampai mencapai nilai
ambang setelah terjadinya repolarisasi. Interval waktu ini bisa bervariasi
oleh karena perubahan dalam hal :
1. Potensial membran istirahat
2. Tingkat dari nilai ambang
3. Slope dari depolarisasi spontan terhadap nilai ambang
Perubahan ketiga parameter itu sangat mempengaruhi mekanisme kontrol
fisiologis terhadap frekuensi jantung. Jika daerah sekitar miokardium
belum mencapai nilai ambang sedangkan bagian lain telah menghasilkan
potensial aksi, bagian ini akan dengan segera menyebabkan bagian lain
mencapai nilai ambang dan menghasilkan potensial aksi, demikian
seterusnya sehingga menghasilkan gelombang depolarisasi untuk seluruh
otot miokardium.
Pada miokardium ada sekumpulan sel utama secara spontan
menghasilkan potensial aksi yang merupakan sumber gelombang
depolarisasi yang akan dengan cepat mendepolarisasi sel otot
miokardium yang sedang mengalami istirahat, sekumpulan sel utama
76
tersebut disebut Pace Maker/perintis jantung dan “Natural rate”nya
sangat menentukan frekuensi jantung.
4.6. MACAM-MACAM GELOMBANG POTENSIAL AKSI
5. MAGNETIC BLOOD FLOW METER
Alat pengukur aliran darah magnetis berdasarkan atas prinsip induksi
magnetis. Apabila suatu konduktor listrik digerakkan dalam medan magnet
akan menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan gerakan
(hukum Faraday). Prinsip yang sama pula dipergunakan di sini yaitu apabila
konduktor bukan suatu kawan melainkan pipa konduksi yang ditempati pada
medan magnet dan dilewati zat alir.
Apabila darah melewati pipa konduksi tersebut, dengan rata-rata kecepatan V
melewati medan magnet B maka tegangan yang dihasilkan antara elektroda
dinyatakan :
V = B dv
V = tegangan (Volt)
B = kuat medan magnet (Gauss)
d = diameter pembuluh darah
v = kecepatan (m/sec)
Jumlah zat cair/darah yang mengalir dapat pula dihitung yaitu :
Q = x
Q = kecepatan x luas penampang
Oscilator (OSC) = meningkatkan magnetis dan mengontrol isyarat gate (pintu)
dan beroperasi pada frekwensi antara 60 – 400 Hz
6. SYOK LISTRIK
6.1. PENDAHULUAN
Syok listrik atau kejutan listrik adalah suatu nyeri pada saraf
sensoris yang diakibatkan aliran listrik yang mengalir secara tiba-tiba
melalui tubuh.
77
Kejadian syok listrik merupakan kejadian yang timbul secara
kebetulan. Tidak mengherankan dengan meluasnya listrik di rumah
tangga dan industri kejadian syok listrik akan meningkat. Tambahan
pula dengan kemajuan instrumentasi elektronik rumah sakit ada
kecendrungan meningkatnya kejadian syok listrik.
Permulaan tahun 1969 telah dilaporkan bahwa beberapa penderita
yang sedang menjalankan kateterisasi atau pemasangan pace maker lead
dapat terbunuh dengan aliran listrik di bawah normal.
Pada tahun 1970 Carl Walter dan tahun 1971 Ralph Nader telah
memperkirakan atas meninggalnya 1.200 orang Amerika setiap tahunnya
yang diakibatkan arus listrik pada waktu melakukan diagnostik dan
pengobatan.
Bahaya syok listrik sangat besar; tubuh penderita akan mengalami
ventricular fibrillation, kemudian diikuti dengan kematian. Oleh karena
itu perlu diketahui perubahan-perubahan yang timbul akibat syok listrik,
metoda pengamanan sehingga bahaya syok listrik dapat dihindari.
6.2. PEMBAGIAN SYOK LISTRIK
Penggunaan instrumentasi elektronik pada waktu melakukan
pengobatan dan diagnostik tanpa memperhatikan persyaratan yang ada
akan timbul bahaya syok.
Dalam bidang kedokteran ada dua macam syok listrik, yaitu syok yang
dibuat dengan tujuan tertentu dan syok yang timbul tanpa tujuan tertentu.
a. Syok dengan tujuan tertentu
Syok listrik ini dilakukan atas dasar indikasi medis. Dalam bidang
psikiatri dikenal dengan nama ”electric syok/electro convultion
therapy”.
Beberapa penderita psikosis (gangguan jiwa) sengaja dilakukan syok
dengan tujuan terapi di mana di antara temporalis kanan dan kiri
penderita dialiri arus listrik dalam orde 0,5 sampai 1,5 Amper
dengan tegangan sebesar 80 sampai 110 volt dalam waktu 1/10
sampai 1/5 detik.
78
b. Syok tanpa tujuan tertentu
Timbulnya syok ini akibat dari suatu kecelakaan. Faktor-faktor
yang menyokong sehingga timbulnya syok listrik antara lain :
Peralatan :
Petunjuk penggunaan alat-alat yang kurang jelas
Prosedur testing secara teratur tidak atau kurang dilakukan
Peralatan ECG yang lama tanpa menggunakan transformer.
Perorangan :
Petugas-petugas yang kurang latihan
Kurang pengertian akan kelistrikan maupun bahaya-bahaya yang
ditimbulkan
Kurang pengertian tentang cara-cara proteksi bagi petugas sendiri
maupun penderita
Syok yang timbul dari suatu kecelakaan ini dikenal dengan Earth
Syok.
Seseorang memperoleh syok apabila salah satu bagian tubuh
menyentuh kawat fasa sedangkan bagian tubuh lain menyentuh
kawat netral. Walaupun petugas telah memakai sepatu dengan alas
karet, syok dapat pula terjadi.
Berdasarkan besar kecilnya tegangan maka earth shock dapat dibagi
dalam low tension shock dan high tension shock.
1) Low tension shock (syok tegangan rendah)
Syok yang terjadi disini bertalian dengan pemakaian generator
yang menghasilkan arus listrik dengan tegangan rendah atau
bertalian dengan pemakaian lampu panas radient atau lampu
sinar ultra ungu.
2) High tension shock (syok tegangan tinggi)
Syok yang terjadi disini bertalian dengan pemakaian generator
tegangan tinggi, generator gelombang pendek atau step up
transformer. Penderita yang mengalami syok, kulit badannya
akan mengelupas seluruhnya.
79
Pada beberapa buku fisika membagi earth shock menjadi mikro
syok dan makro syok.
Pembagian ini mempunyai arti diagnostik yaitu dapat meramal
sebelumnya apakah penderita yang mengalami syok ini suatu
mikro syok atau makro syok, dengan mengingat kriteria-kriteria
sebagai berikut :
Mikro syok :
Terjadinya mikro syok oleh karena adanya aliran listrik
langsung mengikuti arteri ke jantung. Hal ini memungkinkan oleh
karena penggunaan kateter untuk pencatatan EKG; liquid filed
catteter untuk menyuntikkan pewarnaan bagi radiografi atau
mengukur tekanan darah jantung (internal blood presure) dan
pemasangan elektroda-elektroda pada alat pacu jantung.
Oleh karena beberapa kateter terbuat dari kawat yang
merupakan baha konduksi listrik yang baik dan cairan bersifat
konduktor listrik sehingga arus listrik dalam orde mikro ampere
saja telah dapat menyebabkan mikro syok.
Diduga aliran listrik sekitar 20mA dapat menyebabkan
fibrilasi ventrikel. Selain itu apabila ada kebocoran arus pada alat
yang sedang bekerja arus tidak dapat mengalir secara langsung ke
bumi tetapi akan melewati alat pacu jantung yang dipasang pada
tubuh penderita kemudian ke bumi. Pada mikro syok akan terjadi
dengan fibrilasi ventrikel kemudian diikuti dengan kematian.
Tambahan pula apabila ada dua sirkuit terpisah yang dipergunakan
sehingga memungkinkan penderita berhubungan dengan dua
ground timbullah tegangan di antara kedua permukaan konduktif di
mana salah satu permukaan mengarah kontak dengan jantung
sedangkan permukaan lainnya kontak dengan permukaan tubuh
sehingga mikro syok dapat terjadi.
80
Makro syok :
Kejadian makro syok kebanyakan mengenai petugas dari
pada penderita sendiri oleh karena kecerobohan petugas sendiri.
Salah satu elektroda menyentuh tangan sedangkan elektroda lain
menyentuh kuli bagian lain sehingga terjadi aliran listrik melalui
permukaan tubuh (kulit) dan timbullah makro syok. Tahanan kulit
berkisar 1 kilo Ohm s/d 1 M Ohm tidak mampu membendung
aliran listrik. Apabila di tempat kontak elektroda diberikan pasta,
pada watku melakukan tes EKG dapat menurunkan tahanan dan
memudahkan arus listrik yang mengalir, sehingga dapat
menimbulkan makro syok.
6.3. PARAMETER-PARAMETER YANG MEMPENGARUHI SYOK
LISTRIK
Syok semakin serius, apabila arus yang melewati tubuh semakin
besar.
Menurut hukum Ohm intensitas arus listrik tergantung kepada tegangan
dan tahanan yang ada.
(I= ) berati tegangan penting dalam menentukan berapa arus yang
dapat dilewati oleh tahanan yang diberikan oleh tubuh. Disamping itu
ada pula parameter-parameter lain yang turut berperan mempengaruhi
tingkat syok.
Dari sudut arus.
1. Seseorang akan menderita syok lebih serius pada tegangan 220 Volt
daripada tegangan 80 Volt ; oleh karena kuat arus pada tegangan 220
Volt lebih besar dari pada tegangan 80 Volt. Oleh karena nilai R
sama.
2. Basah tidaknya kulit penderita.
Kulit penderita yang berkeringat/basah akan memudahkan arus
listrik melewati kulit penderita. Ini dapat dimengerti oleh karena
81
kulit yang basah/berkeringat tahanan jauh lebih kecil bila
dibandingkan dengan kulit yang kering.
3. Basah tidaknya lantai
Lantai yang basah merupakan konduktor yang baik sehingga lebih
besar arus yang dapat melewati tubuh ke ground.
Dari sudut parameter-parameter lain
1. Jenis kelamin
Tahun 1973 Dalziel melakukan penelitian tentang nilai ambang
persepsi (arus minimum yang dapat dideteksi) dan letgo current (arus
yang dapat menyebabkan tarikan tangan kembali) yang ditunjukkan
dengan distribusi Gausian menyatakan :
a. Rata-rata threshold of perception untuk laki-laki : 1,1 mA, untuk
wanita 0,7 mA. Minimum nilai ambang persepsi : 500 A
b. Rata-rata let go current untuk laki-laki : 16 mA, untuk wanita :
10,5 mA
Minimum let go current untuk laki-laki : 9,5 mA, untuk wanita :
6 mA
2. Frekuensi AC
Hasil penelitian Dalziel ternyata frekuensi 50 – 60 Hz merupakan
minimum let go current. Dibawah 10 Hz let go current akan
meningkat dan otot-otot akan terjadi relaksasi sebagian dan di atas
beberapa ratus Hz let go current akan meningkat pula, dan otot-otot
mengalami stenght duration trade off serta refrakter jaringan yang
telah mengalami eksitasi.
3. Duration
LA Geddes dari Institute of Electrical and Electronics (1973)
melakukan penelitian terhadap binatang pony dan anjing ternyata
nilai ambang fibrilasi akan meningkat bila waktu semakin kecil
4. Berat Badan
Dari hasil penelitian terhadap binatang oleh Ferris (1936), Kiselev
1963 menunjukkan nilai ambang fibrilasi akan meningkat dengan
82
meningkatnya berat badan. Hal ini diramalkan berlaku pula bagi
manusia.
5. Jalan yang ditempuh harus
Apabila jalan yang ditempuh arus melewati jantung dan otak akan
timbul bahaya syok semakin serius.
6.4. PENGARUH SYOK LISTRIK TERHADAP ORGAN TUBUH
Di depan telah dibahas mengenai pembagian syok listrik antara lain
mikro syok dan makro syok. Perbedaan prinsip dari kedua macam syok
ini adalah besarnya arus listrik yang melewati tubuh.
Pada mikro syok tidak diperlukan arus listrik yang besar, cukup dengan
mikro Amper saja (oleh Roy 1976 limit mirko syok 10 mikro Amper):
menyebabkan fibrilasi ventrikel. Hal ini dimungkinkan oleh karena
tahanan dalam tubuh sangat kecil. Ditambah pula adanya kateter
merupakan konduktor yang bagi bagi arus listrik, maka apabila ada arus
listrik yang melewati kulit kemudian masuk ke dalam jaringan tubuh
akan terlihat jelas perubahan-perubahan/pengaruh terhadap organ tubuh
(makro syok
Tabel Effect of 60 Hz current on an average human A.C current
through intackt skin into body trunk.
Current(1 second contact)
Effect
Voltage requred to produce the current eith assumed bady
resistance10.000 Ohm 1.000 Ohm
Safe 1 mA,Current or less values1 – 8 mA
Causes no sensation not felt is at threshold perception.
Sensation of shock. Not painfull. Individual can let go at will as muscular control is not last (5 mA is accespted as maximum harmless current intencity
10 V
10 – 8 V
1 V
1 – 8 V
83
Tabel Effect of 60 Hz current on an average human A.C
current through intackt skin into body trunk (lanjutan)
Current(1 second contact)
Effect
Voltage requred to produce the current eith assumed bady
resistance10.000 Ohm 1.000 Ohm
Unsafe 8 – 15 mA
15 – 20 mA
20 – 50 mA
100 – 300 mA
G amper.
Painfull shock. Individual can let go at will beginning of sustained involuntary muscular control is not last
Painfull shock, muscular control of adjacent muscles lost. Can not let gp.
Painfull, severe muscular contraction. Breading is difficult
Ventricular fibrillation fatal if continued. Respiratory function cintinues.
Sustained ventricular contraction followed by normal heart rhythem (defribrillator). Temporary respiratory paralysis dan possibly burnsSustained ventricular contraction followed by normal heart rhythem (defribrillator). Temporary respiratory paralysis dan possibly burns
80 – 150 V
150 – 200 V
200 – 500 V
60.000 V
8 – 15 V
15 – 20 V
20 – 50 V
6.000 V
84
Pada tabel di atas terlihat besar arus berhubungan dengan tegangan
dan tahan kulit serta perubahan yang diakibatkan arus AC pada 60 Hz.
Pada arus 1 mA penderita hanya merasakan geli; ini merupakan nilai
ambang persepsi bagi pria dewasa (50%), untuk wanita kurang lebih 1/3
dari 1 mA.
Apabila arus listrik sampai 8 mA akan terjadi sensasi syok, dimana
kontraksi otot masih baik dan nyeri-nyeri belum terjadi. Arus listrik
diperbesar sekitar 8 – 15 mA terjadi rangsangan saraf dan otot sedemikian
rupa sehingga terjadi nyeri dan letih. Ini dikenal dengan syok tersiksa,
penderita saat ini sukar/tidak dapat menarik tangan kembali dan terjadi
kontraksi otot otak sadar yang menetap. Dalziel (1973) melakukan
observasi pada penderita dengan arus 18 – 22 mA akan terjadi pernapasan
tertahan apabila arus berlangsung terus.
Arus antara 20 – 50 mA otot-otot mengalami kontraksi sangat kuat,
pernafasan tampaknya sangat sulit. Pada peningkatan arus mendekati 100
mA bagian arus yang melewati jantung cukup untuk menyebabkan
fibrilasi ventrikel (nilai ambang fibrilasi rata-rata berkisar 70 – 400 mA)
dan akan mengalami kematian apabila tidak dilakukan koreksi. Apabila
arus listrik cukup tinggi 1- 6 Ampere akan terjadi kontraski miocard yang
menetap dan terjadi paralyse pernapasan/kelumpuhan pernapasan dan bila
arus listrik diberhentikan seara tiba-tiba akan defibrilisasi ventrikel.
Arus listrik 10 Ampere dengan short duration/waktu sekejap akan
menyebabkan kebakaran pada kulit; otak dan jaringan saraf akan
kehilangan fungsi eksistansi/eksitasi/kejutan apabila ada arus yang
melewatinya.
6.5. PENGOBATAN TERHADAP SYOK LISTRIK
Apabila terjadi syok listrik, AC switching segera di
”off”kan/dipadamkan dan semua elektroda harus dijauhi dari penderita.
Penderita dipindahkan dengan mempergunakan bahan-bahan isolator
agar petugas dapat terhindar dari bahaya syok. Pengobatan terhadap
syok tergantung berat ringannya syok.
85
Ringan :
Penderita diistirahatkan
Diberi minum dengan air dingin dengan tujuan agar tidak
menyebabkan vasodilatasi/pelebaran pembuluh darah dan
berkeringat banyak yang dapat menyebabkan penurunan tekanan
darah.
Berat :
Penderita ditelentangkan sedemikian rupa agar mudah bernafas.
Pakaian dibuka/dilonggarkan agar mendapat udara yang cukup,
hindari ruang yang panas/pengap yang dapat menyebabkan
vasodilatasi dan berkeringat banyak yang dapat menyebabkan
penurunan tekanan darah
Apabila kesadaran menurun dan kegagalan pernafasan dapat
dilakukan pernafasan buatan melalui ”mouth to mouth”, ”mouth to
nose atau memberi oksigen melalui kantong udara atau masker.
Kalau terjadi jantung berhenti berdenyut, lakukan mesase jantung.
6.6. PENCEGAHAN TERHADAP SYOK
Oleh karena bahaya syok sangat besar, dapat mengakibatkan
kematian sehingga dipandang perlu untuk melakukan tindakan
pencegahan meliputi alat-alat yang dipergunakan penderita, ruangan dan
petugas.
Terhadap alat listrik yang dipergunakan :
Segala alat listrik harus mempergunakan three wire cord/kabel tiga
urat dan dihubungkan ke ground seadequat mungkin
Segala tombol dan tahanan harus berada pada live (kawat fasa).
Seluruh tombol harus ”turn off” dalam posisi mati apabila tidak
dipergunakan dan sterker harus dicabut dari sumber arus apabila
tidak dipergunakan dalam jangka waktu lama
Alat pacu jantung atau kateter harus diisolasi dan hindari dari
sentuhan logam
Lakukan prosedur tes secara teratur
86
Alat-alat listrik, pipa radiator diletakkan sedemikian rupa sehingga
terhindar dari pegangan penderita.
Terhadap penderita :
Penderita diisolasikan dari ground. Hal ini agak sulit dikerjakan
oleh karena pada EKG monitor kaki kanan penderita selalu dihubungkan
ke ground. Untuk menghindari hal tersebut dapat dipergunakan
transformer.
Terhadap ruangan :
Lantai ruangan terbuat dari bahan tanpa penghantar listrik atau
dipasang karpet karet
Ruangan harus sekering mungkin
Terhadap petugas :
Diberi pendidikan keterampilan tentang penggunaan alat-alat listrik
Pendidikan terhadap bahaya syok dan tehnik proteksi yang baik
6.7. RINGKASAN
Pengaruh syok listrik terhadap organ tubuh tergantung arus yang
melewatinya serta jalan yang ditempuh. Pada makro syok, arus 8 – 15
mA telah menyebabkan kontraksi otot-otot involunter menetap dan arus
di atas 100 mA dapat menyebabkan fibrilasi ventriel dan diikuti dengan
kematian.
Apabila penderita dipasang kateter jantung atau alat pacu jantung
ke jantung penderita dengan arus 20 A telah menyebabkan fibrilasi
ventrikel ; Penderita demikian dikatakan mikro syok sensitive.
Pada penderita yang mengalami syok, ditelentangkan dan diberi
minum air dingin, lakukan pernapasan buatan masase jantung. Untuk
menghindari dari bahaya syok segala alat digroundkan, isolasi penderita
dari ground, hindari alat-alat yang berdekatan dengan penderita dan
lakukan regular testing procedur.
87