fisiologi reproduksi
TRANSCRIPT
FISIOLOGI REPRODUKSI
dr Yusuf Hermawan
Reproduksi Seksual
Reproduksi seksual adalah pembentukan individu baru setelah penyatuan dua gamet
Kedua gamet tersebut membutuhkan : motilitas untuk dapat saling bertemu nutrisi yang cukup untuk memberi makan
embrio yang berkembang
Sistem Reproduksi Pria
Sistem Reproduksi Pria
Sistem reproduksi pria memiliki dua fungsi utama : produksi sperma pengiriman sperma ke saluran reproduksi wanita
Produksi sperma (spermatogenesis) berlangsung di testis
Masing – masing testis mengandung tubulus seminiferus (total panjang ± 20 meter) tempat terjadinya spermatogenesis
Anatomi
Spermatogenesis
Dinding tubulus seminiferus mengandung sel spermatogonia (diploid) sel induk yang merupakan prekursor dari sperma
Sel spermatogonia memiliki 2 pasang kromosom yang sama (diploid)
Sel spermatogonia memiliki sifat yang hampir sama dengan stem cell
Spermatogenesis
Sel spermatogonia membelah secara mitosis menjadi sel spermatogonia baru atau berdifferensiasi menjadi spermatosit primer
Sel spermatogonia baru hasil pembelahan memiliki kromosom yang sama dengan sel spermatogonia induknya (diploid)
Spermatogenesis
Spermatosit primer membelah secara meiosis menghasilkan 4 spermatid (haploid)
Proses pembelahan meiosis ini membutuhkan waktu selama ± 3 minggu
Kemudian spermatid berdiferensiasi menjadi spermatozoa dimana pada proses ini spermatid kehilangan sebagian besar sitoplasmanya
Sperma
Sel sperma/spermatozoa merupakan sel berinti dan memiliki flagella
Sperma terdiri dari Kepala terdapat akrosom pada ujungnya dan
berisi satu pasang kromosom haploid, dalam keadaan inaktif
Bagian tengah berisi mitokondria Ekor
Seorang pria dewasa memproduksi sel sperma lebih dari 100 juta setiap hari
Sel sperma akan berpindah secara bertahap ke epididimis dan mengalami mengalami pematangan lebih lanjut
Lingkungan asam di epididimis tetap menjaga sperma yang telah matang tetap inaktif
Sperma
Hormon Testosteron
Selain memproduksi sperma testis merupakan kelenjar endokrin
Hormon utama yang diproduksi testis adalah testosteron bertanggung jawab untuk pengembangan karakteristik seks sekunder pria
Testosteron juga penting dalam produksi sperma
Testosteron dibuat di dalam sel-sel interstisial yang terletak antara tubulus seminiferus testis dibawah rangsang hormon ICSH dari hipofisis
Semen (cairan seminalis)
Merupakan cairan yang disekresi oleh vesikula seminalis, prostat dan kelenjar bulbo-urethra
Mengandung sperma/spermatozoa Berfungsi sebagai nutrisi
sperma/spermatozoa
Pergerakan Sperma
Tubulus seminiferus (dalam testis) epididimis duktus deferens ditambahkan cairan vesikula seminalis duktus ejakulatorius urethra ditambahkan cairan prostat dan bulbo-urethra penis
Semen beserta sperma yang dikeluarkan dalam satu kali ejakulasi disebut ejakulat
Tiap ejakulat mengandung ± 300 juta spermatozoa hanya satu yang dibutuhkan dalam fertilisasi ovum
Sistem Reproduksi Wanita
Sistem Reproduksi Wanita
Dalam proses reproduksi, wanita memiliki peran yang lebih besar dari pada pria
Sistem reproduksi wanita berfungsi : Memproduksi sel telur Sebagai tempat terjadinya fertilisasi dan
implantasi Sebagai tempat berkembangya janin
Oogenesis
Proses pembentukan sel telur (oogenesis) terjadi di ovarium
Berbeda dengan pria, tahap awal oogenesis terjadi saat janin masih dalam kandungan sel induk diploid (oogonia) membelah secara mitosis untuk menghasilkan lebih banyak oogonia serta oosit primer
Saat janin berusia 20 minggu, proses tersebut mencapai puncaknya dan semua oosit primer telah terbentuk (± 4 juta)
Pada saat lahir jumlah oosit primer tinggal 1 - 2 juta masing-masing sel akan memulai tahap I dari pembelahan meiosis (meiosis I) dan kemudian proses berhenti
Oogenesis
Perkembangan proses oogenesis akan berhenti hingga masa pubertas setelah memasuki masa pubertas oosit primer akan mengalami perkembangan, biasanya satu per satu dan sekali sebulan (siklus menstruasi)
Oosit primer akan mengalami pembelahan secara meiosis (meiosis I) menghasilkan oosit sekunder dan 1 sel badan polar sel badan polar tidak akan mengalami pembelahan lebih lanjut, sedangkan oosit sekunder akan mengalami proses pembelahan secara meiosis (meiosis II)
Proses meiosis II pada oosit sekunder hanya akan terjadi sampai tahap metafase dan kemudian berhenti jika terjadi fertilisasi oleh sperma proses meiosis II akan dilanjutkan dan dihasilkan sel ovum dan 1 sel badan polar sehingga ovum dapat dibuahi
Regulasi Hormon dalam Siklus Ovarium Hari 1 :
Meningkatnya kadar hormon GnRH merangsang pelepasan FSH & produksi LH oleh hipofisis anterior FSH merangsang proliferasi sel granulosa dan pertumbuhan folikel sel-sel granulosa menghasilkan hormon estrogen
Hari 6 – 8 : Peningkatan kadar estrogen menyebabkan penurunan pelepasan GnRH
dan FSH, kadar estrogen yang tinggi akan merangsang produksi & pelepasan LH (umpan balik positif) LH mempercepat pertumbuhan & pematangan folikel (menghasilkan 1 ovum dominan)
Hari 12 – 14 : Ketika folikel bermigrasi ke permukaan ovarium, peningkatan kadar
estrogen yang meningkat tajam menyebabkan peningkatan LH tiba-tiba (LH surge) ruptur 1 folikel dan ovum dilepaskan (ovulasi) folikel lainnya akan degenerasi kadar estrogen menurun
Hari 15 : Kadar LH meningkat selama 2 hari menyebabkan sel folikel untuk terisi
lipid dan pigmen kuning (luteinized) membentuk korpus luteum corpus luteum mengeluarkan progesteron dan estrogen yang menghambat produksi GnRH di hipotalamus penurunan kadar FSH & LH
Hari 26 : Jika tidak terjadi kehamilan corpus luteum berdegenerasi dan
membentuk corpus albicans penurunan kadar progesteron dan estrogen merangsang kembali produksi GnRH
Hipothalamus-Hipofisis-Ovarium
Siklus Menstruasi
Fase Menstruasi Fase Proliferasi Fase Sekresi
Fase Menstruasi (hari 1 – 4)
Menstruasi rata-rata berlangsung setiap 28 hari, dimana darah dan hasil disintegrasi lapisan dalam rahim/uterus (endometrium) dikeluarkan tersisa stratum basalis endometrium
Pada saat ini satu folikel baru akan mulai berkembang di salah satu ovarium
Setelah menstruasi berhenti, folikel akan terus berkembang peningkatan kadar estrogen
Fase Proliferasi (hari 5 – 14)
Meningkatnya kadar estrogen menyebabkan penebalan endometrium dan kaya dengan pembuluh darah dan kelenjar siap untuk implantasi ovum yang telah dibuahi
Meningkatnya kadar LH menyebabkan folikel di ovarium menyelesaikan pembelahan meiosis pertama (meiosis I) sehingga terbentuk oosit sekunder
Setelah sekitar dua minggu (hari ke 14) terjadi peningkatan tiba-tiba dalam produksi LH (LH surge) memicu ovulasi pelepasan oosit sekunder ke dalam tuba fallopi
Fase Sekresi (hari 15 – 26)
Akibat pengaruh hormon LH folikel yang telah pecah berkembang menjadi korpus luteum korpus luteum mengeluarkan progesteron yang berfungsi mempertahankan kondisi endometrium (bila terjadi kehamilan), menghambat kontraksi uterus dan menghambat perkembangan folikel baru
Hari 26 – 28 : Jika tidak terjadi fertilisasi peningkatan kadar
progesteron akan menghambat pelepasan GnRH (umpan balik negatif) menghambat produksi progesteron lebih lanjut penurunan kadar progesteron degenerasi korpus luteum dan endometrium menstruasi dan kontraksi uterus
Variasi Lama Siklus Menstruasi
Fertilisasi dan Implantasi
Kehamilan Ektopik
Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin)
Selama kehamilan kadar prolaktin meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi
Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan terjadi sekresi ASI
Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan yaitu : Refleks prolaktin Refleks aliran (let down reflek)
Refleks Prolaktin
Hisapan bayi akan merangsang puting susu, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin merangsang hipofise anterior mengeluarkan prolaktin merangsang sel-sel alveoli untuk memproduksi air susu
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi namun pengeluaran air susu tetap berlangsung
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 – 3
Refleks Aliran (Let Down Reflek) Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh
hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) dikeluarkan oksitosin melalui aliran darah menuju sel kelenjar mamae kontraksi sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi
Faktor-faktor yang meningkatkan refleks adalah : melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayiFaktor-faktor yang menghambat refleks adalah stress seperti : bingung/pikiran kacau, takut dan cemas
Terima Kasih