fisiologi reproduksi

41
FISIOLOGI REPRODUKSI dr Yusuf Hermawan

Upload: yo2laxana

Post on 28-Jun-2015

829 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

Page 1: fisiologi reproduksi

FISIOLOGI REPRODUKSI

dr Yusuf Hermawan

Page 2: fisiologi reproduksi

Reproduksi Seksual

Reproduksi seksual adalah pembentukan individu baru setelah penyatuan dua gamet

Kedua gamet tersebut membutuhkan : motilitas untuk dapat saling bertemu nutrisi yang cukup untuk memberi makan

embrio yang berkembang

Page 3: fisiologi reproduksi

Sistem Reproduksi Pria

Page 4: fisiologi reproduksi

Sistem Reproduksi Pria

Sistem reproduksi pria memiliki dua fungsi utama : produksi sperma pengiriman sperma ke saluran reproduksi wanita

Produksi sperma (spermatogenesis) berlangsung di testis

Masing – masing testis mengandung tubulus seminiferus (total panjang ± 20 meter) tempat terjadinya spermatogenesis

Page 5: fisiologi reproduksi

Anatomi

Page 6: fisiologi reproduksi

Spermatogenesis

Dinding tubulus seminiferus mengandung sel spermatogonia (diploid) sel induk yang merupakan prekursor dari sperma

Sel spermatogonia memiliki 2 pasang kromosom yang sama (diploid)

Sel spermatogonia memiliki sifat yang hampir sama dengan stem cell

Page 7: fisiologi reproduksi
Page 8: fisiologi reproduksi

Spermatogenesis

Sel spermatogonia membelah secara mitosis menjadi sel spermatogonia baru atau berdifferensiasi menjadi spermatosit primer

Sel spermatogonia baru hasil pembelahan memiliki kromosom yang sama dengan sel spermatogonia induknya (diploid)

Page 9: fisiologi reproduksi
Page 10: fisiologi reproduksi

Spermatogenesis

Spermatosit primer membelah secara meiosis menghasilkan 4 spermatid (haploid)

Proses pembelahan meiosis ini membutuhkan waktu selama ± 3 minggu

Kemudian spermatid berdiferensiasi menjadi spermatozoa dimana pada proses ini spermatid kehilangan sebagian besar sitoplasmanya

Page 11: fisiologi reproduksi

Sperma

Sel sperma/spermatozoa merupakan sel berinti dan memiliki flagella

Sperma terdiri dari Kepala terdapat akrosom pada ujungnya dan

berisi satu pasang kromosom haploid, dalam keadaan inaktif

Bagian tengah berisi mitokondria Ekor

Seorang pria dewasa memproduksi sel sperma lebih dari 100 juta setiap hari

Sel sperma akan berpindah secara bertahap ke epididimis dan mengalami mengalami pematangan lebih lanjut

Lingkungan asam di epididimis tetap menjaga sperma yang telah matang tetap inaktif

Page 12: fisiologi reproduksi

Sperma

Page 13: fisiologi reproduksi

Hormon Testosteron

Selain memproduksi sperma testis merupakan kelenjar endokrin

Hormon utama yang diproduksi testis adalah testosteron bertanggung jawab untuk pengembangan karakteristik seks sekunder pria

Testosteron juga penting dalam produksi sperma

Testosteron dibuat di dalam sel-sel interstisial yang terletak antara tubulus seminiferus testis dibawah rangsang hormon ICSH dari hipofisis

Page 14: fisiologi reproduksi

Semen (cairan seminalis)

Merupakan cairan yang disekresi oleh vesikula seminalis, prostat dan kelenjar bulbo-urethra

Mengandung sperma/spermatozoa Berfungsi sebagai nutrisi

sperma/spermatozoa

Page 15: fisiologi reproduksi

Pergerakan Sperma

Tubulus seminiferus (dalam testis) epididimis duktus deferens ditambahkan cairan vesikula seminalis duktus ejakulatorius urethra ditambahkan cairan prostat dan bulbo-urethra penis

Semen beserta sperma yang dikeluarkan dalam satu kali ejakulasi disebut ejakulat

Tiap ejakulat mengandung ± 300 juta spermatozoa hanya satu yang dibutuhkan dalam fertilisasi ovum

Page 16: fisiologi reproduksi
Page 17: fisiologi reproduksi

Sistem Reproduksi Wanita

Page 18: fisiologi reproduksi

Sistem Reproduksi Wanita

Dalam proses reproduksi, wanita memiliki peran yang lebih besar dari pada pria

Sistem reproduksi wanita berfungsi : Memproduksi sel telur Sebagai tempat terjadinya fertilisasi dan

implantasi Sebagai tempat berkembangya janin

Page 19: fisiologi reproduksi

Oogenesis

Proses pembentukan sel telur (oogenesis) terjadi di ovarium

Berbeda dengan pria, tahap awal oogenesis terjadi saat janin masih dalam kandungan sel induk diploid (oogonia) membelah secara mitosis untuk menghasilkan lebih banyak oogonia serta oosit primer

Saat janin berusia 20 minggu, proses tersebut mencapai puncaknya dan semua oosit primer telah terbentuk (± 4 juta)

Pada saat lahir jumlah oosit primer tinggal 1 - 2 juta masing-masing sel akan memulai tahap I dari pembelahan meiosis (meiosis I) dan kemudian proses berhenti

Page 20: fisiologi reproduksi

Oogenesis

Perkembangan proses oogenesis akan berhenti hingga masa pubertas setelah memasuki masa pubertas oosit primer akan mengalami perkembangan, biasanya satu per satu dan sekali sebulan (siklus menstruasi)

Oosit primer akan mengalami pembelahan secara meiosis (meiosis I) menghasilkan oosit sekunder dan 1 sel badan polar sel badan polar tidak akan mengalami pembelahan lebih lanjut, sedangkan oosit sekunder akan mengalami proses pembelahan secara meiosis (meiosis II)

Proses meiosis II pada oosit sekunder hanya akan terjadi sampai tahap metafase dan kemudian berhenti jika terjadi fertilisasi oleh sperma proses meiosis II akan dilanjutkan dan dihasilkan sel ovum dan 1 sel badan polar sehingga ovum dapat dibuahi

Page 21: fisiologi reproduksi
Page 22: fisiologi reproduksi
Page 23: fisiologi reproduksi
Page 24: fisiologi reproduksi

Regulasi Hormon dalam Siklus Ovarium Hari 1 :

Meningkatnya kadar hormon GnRH merangsang pelepasan FSH & produksi LH oleh hipofisis anterior FSH merangsang proliferasi sel granulosa dan pertumbuhan folikel sel-sel granulosa menghasilkan hormon estrogen

Hari 6 – 8 : Peningkatan kadar estrogen menyebabkan penurunan pelepasan GnRH

dan FSH, kadar estrogen yang tinggi akan merangsang produksi & pelepasan LH (umpan balik positif) LH mempercepat pertumbuhan & pematangan folikel (menghasilkan 1 ovum dominan)

Hari 12 – 14 : Ketika folikel bermigrasi ke permukaan ovarium, peningkatan kadar

estrogen yang meningkat tajam menyebabkan peningkatan LH tiba-tiba (LH surge) ruptur 1 folikel dan ovum dilepaskan (ovulasi) folikel lainnya akan degenerasi kadar estrogen menurun

Hari 15 : Kadar LH meningkat selama 2 hari menyebabkan sel folikel untuk terisi

lipid dan pigmen kuning (luteinized) membentuk korpus luteum corpus luteum mengeluarkan progesteron dan estrogen yang menghambat produksi GnRH di hipotalamus penurunan kadar FSH & LH

Hari 26 : Jika tidak terjadi kehamilan corpus luteum berdegenerasi dan

membentuk corpus albicans penurunan kadar progesteron dan estrogen merangsang kembali produksi GnRH

Page 25: fisiologi reproduksi

Hipothalamus-Hipofisis-Ovarium

Page 26: fisiologi reproduksi
Page 27: fisiologi reproduksi
Page 28: fisiologi reproduksi

Siklus Menstruasi

Fase Menstruasi Fase Proliferasi Fase Sekresi

Page 29: fisiologi reproduksi
Page 30: fisiologi reproduksi

Fase Menstruasi (hari 1 – 4)

Menstruasi rata-rata berlangsung setiap 28 hari, dimana darah dan hasil disintegrasi lapisan dalam rahim/uterus (endometrium) dikeluarkan tersisa stratum basalis endometrium

Pada saat ini satu folikel baru akan mulai berkembang di salah satu ovarium

Setelah menstruasi berhenti, folikel akan terus berkembang peningkatan kadar estrogen

Page 31: fisiologi reproduksi

Fase Proliferasi (hari 5 – 14)

Meningkatnya kadar estrogen menyebabkan penebalan endometrium dan kaya dengan pembuluh darah dan kelenjar siap untuk implantasi ovum yang telah dibuahi

Meningkatnya kadar LH menyebabkan folikel di ovarium menyelesaikan pembelahan meiosis pertama (meiosis I) sehingga terbentuk oosit sekunder

Setelah sekitar dua minggu (hari ke 14) terjadi peningkatan tiba-tiba dalam produksi LH (LH surge) memicu ovulasi pelepasan oosit sekunder ke dalam tuba fallopi

Page 32: fisiologi reproduksi

Fase Sekresi (hari 15 – 26)

Akibat pengaruh hormon LH folikel yang telah pecah berkembang menjadi korpus luteum korpus luteum mengeluarkan progesteron yang berfungsi mempertahankan kondisi endometrium (bila terjadi kehamilan), menghambat kontraksi uterus dan menghambat perkembangan folikel baru

Hari 26 – 28 : Jika tidak terjadi fertilisasi peningkatan kadar

progesteron akan menghambat pelepasan GnRH (umpan balik negatif) menghambat produksi progesteron lebih lanjut penurunan kadar progesteron degenerasi korpus luteum dan endometrium menstruasi dan kontraksi uterus

Page 33: fisiologi reproduksi

Variasi Lama Siklus Menstruasi

Page 34: fisiologi reproduksi

Fertilisasi dan Implantasi

Page 35: fisiologi reproduksi

Kehamilan Ektopik

Page 36: fisiologi reproduksi
Page 37: fisiologi reproduksi

Laktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin)

Selama kehamilan kadar prolaktin meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi

Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan terjadi sekresi ASI

Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan yaitu : Refleks prolaktin Refleks aliran (let down reflek)

Page 38: fisiologi reproduksi

Refleks Prolaktin

Hisapan bayi akan merangsang puting susu, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin merangsang hipofise anterior mengeluarkan prolaktin merangsang sel-sel alveoli untuk memproduksi air susu

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi namun pengeluaran air susu tetap berlangsung

Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 – 3

Page 39: fisiologi reproduksi

Refleks Aliran (Let Down Reflek) Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh

hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) dikeluarkan oksitosin melalui aliran darah menuju sel kelenjar mamae kontraksi sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi

Faktor-faktor yang meningkatkan refleks adalah : melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayiFaktor-faktor yang menghambat refleks adalah stress seperti : bingung/pikiran kacau, takut dan cemas

Page 40: fisiologi reproduksi
Page 41: fisiologi reproduksi

Terima Kasih