fisiologi persalinan

10
FISIOLOGI PERSALINAN Persalinan merupakan proses saat janin dan plasenta serta membrannya keluar dari uterus ke dunia luar. Kontraksi uterus yang teratur yang menyebabkan penipisan dan dilatasi serviks sehingga hasil konsepsi dapat keluar dari uterus. Proses kunci persalinan: 1. Perubahan aktivitas miometrium pola kontraksi iregular yang lama dengan frekuensi rendah yang disebut “kontraktur” menjadi pola yang regular, sering, dan berintensitas tinggi yang disebut “kontraksi” 2. Perlunakan dan dilatasi serviks 3. Pecahnya membran janin Pada akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih peka sampai akhirnya timbul kontraksi kuat secara ritmis sehingga bayi dilahirkan peningkatan eksitabilitas uterus menjelang aterm Penyebab peningkatan eksitabilitas uterus terdiri dari dua faktor, yaitu faktor hormonal dan faktor mekanik. Faktor Hormonal 1. Rasio Estrogen terhadap Progesteron Estrogen meningkatkan derajat kontraktilitas uterus karena estrogen meningkatkan jumlah taut celah (gap junction) antar sel otot polos uterus yg berdekatan

Upload: anisa-eka-putri

Post on 08-Nov-2015

34 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

FISIOLOGI PERSALINAN

TRANSCRIPT

FISIOLOGI PERSALINAN

Persalinan merupakan proses saat janin dan plasenta serta membrannya keluar dari uterus ke dunia luar. Kontraksi uterus yang teratur yang menyebabkan penipisan dan dilatasi serviks sehingga hasil konsepsi dapat keluar dari uterus.Proses kunci persalinan:1. Perubahan aktivitas miometrium pola kontraksi iregular yang lama dengan frekuensi rendah yang disebut kontraktur menjadi pola yang regular, sering, dan berintensitas tinggi yang disebut kontraksi2. Perlunakan dan dilatasi serviks3. Pecahnya membran janinPada akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih peka sampai akhirnya timbul kontraksi kuat secara ritmis sehingga bayi dilahirkan peningkatan eksitabilitas uterus menjelang atermPenyebab peningkatan eksitabilitas uterus terdiri dari dua faktor, yaitu faktor hormonal dan faktor mekanik.Faktor Hormonal1. Rasio Estrogen terhadap ProgesteronEstrogen meningkatkan derajat kontraktilitas uterus karena estrogen meningkatkan jumlah taut celah (gap junction) antar sel otot polos uterus yg berdekatan

2. Pengaruh Oksitosin pada Uterus Oksitosin hormon yang disekresikan oleh neurohipofisis yang secara khusus menyebabkan kontraksi uterus Responsivitas uterus terhadap oksitosin pada aterm adalah 100x dibanding wanita yang tidak hamil meningkatnya konsentrasi reseptor oksitosin miometrium3. Pengaruh hormon fetus pada uterus Kelenjar hipofisis fetus menyekresikan oksitosin Plasenta menghasilkan CRH (corticotropin-releasing hormone) pada akhirnya juga akan memicu kontraksi uterus Melepaskan prostaglandin dlm konsentrasi tinggi saat persalinan

Faktor Mekanik1. Regangan otot-otot uterusRegangan sederhana organ-organ berotot polos biasanya akan meningkatkan kontraktilitas otot-otot tersebut contoh: pada bayi kembar biasanya akan lahir 19 hari lebih awal dari bayi yang tidak kembar karena regangan yang ditimbulkan lebih besar dalam menyebabkan kontraksi uterus

2. Regangan atau iritasi serviksMeregangkan atau mengiritasi serviks uteri khususnya penting dalam menimbulkan kontraksi uterus contoh: ahli obstetri sering menginduksi persalinan dengan memecahkan ketuban sehingga kepala bayi lebih meregang serviks

Inisiasi dan Perkembangan KehamilanRiset-riset teraklir telah memberi gambaran baru tentang mekanisme yang mungkin berperan. Bukti mengisyaratkan bahwa corticotropin-releasing hormone (CRH) yang dikeluarkan oleh plasenta bagian janin ke dalam sirkulasi ibu dan janin tidak saja mendorong pembentukan estrogen plasenta, sehingga akhirnya menenrukan saar dimulainya persalinan, tetapi juga mendorong perubahan-perubahan di paru janin yang dibutuhkan untuk menghirup udara.

CRH dalam keadaan normal dikeluarkan oleh hipotalamus dan mengatur pengeiuaran ACTH oleh hipofisis anterior. Sebaliknya, ACTH merangsang pembentukan kortisol dan DHEA oleh korteks adrenal. Pada janin, banyak CRH yang berasal dari plasenta dan bukan semata-mata dari hipotalamus janin. Sekresi kortisol tambahan yang dirangsang oleh CRH mendorong pematangan paru janin. Secara spesifik, kortisol merangsang sintesis surfaktan paru, yang mempermudah ekspansi paru dan mengurangi kerja bernapas. Peningkatan Iaju sekresi DHEA oleh korteks adrenal sebagai respons terhadap CRH plasenta menyebabkan peningkatan kadar sekresi esrrogen plasenta. Ingatlah bahwa plasenta mengubah DHEA dari kelenjar adrenal .ianin menjadi estrogen, yang kemudian masuk ke dalam aliran darah ibu. Jika sudah cukup tinggi, estrogen ini mengaktifkan proses-proses yang memulai persalinan. Karena itu, durasi kehamilan dan persalinan ditentukan terutama oleh kecepatan produksi CRH plasenta. Seiring dengan kemajuan kehamilan, kadar CRH dalam plasma ibu meningkat. para peneliti dapat secara akurat memperkirakan waktu persalinan dengan mengukur kadar CRH plasma ibu bahkan sejak akhir trimester perrama. Kadar yang lebih tinggi daripada normal dilaporkan berkaitan dengan persalinan premarur, sedangkan kadar yang lebih rendah daripada normal mengisyaratkan persalinan melewati jadwal. Hal ini dan data lain menunjukkan bahwa persalinan dimulai ketika kadar kritis CRH plasenta tercapai. Kadar kritis CRH ini memastikan bahwa ketika persalinan dimulai, bayi telah siap hidup di luar rahim. Hal ini dicapai melalui peningatan secara bersamaan kortisol janin yang diperlukan untuk pematangan paru dan estrogen yang diperlukan untuk menimbulkan perubahanperubahan pada uterus untuk memulai persalinan. Riset-riset terakhir menunjukkan bahwa peradangan berperan sentral dalam proses persalinan, baik pada awitan persalinan aterm maupun persalinan prematur. Kunci pada respons peradangan ini adalah pengaktifan nuclear factor rB (NF-rcB) di uterus. NF-rcB mendorong pembentukan sitokin-sitokin peradangan misalnya interleukin-g (lL-8) dan prostaglandin yang rneningkatkan kepekaan uterus terhadap berbagai pembawa pesan kimiawi pemicu kontraksi dan membantu melunakkan serviks.Berbagai faktor yang berkaitan dengan awitan persalinan aterm dan persalinan premarur dapat menyebabkan lonjakan NF-rB. Faktor-faktor tersebut mencakup peregangan oror urerus dan adanya protein surfaktan paru SP-A di cairan amnion. SP-A mendorong migrasi makrofag janin ke uterus. Makrofag ini, selanjutnya, menghasilkan sitokin peradangan interleukin 1B QL-lp) yang mengaktifkan NF-rB. Dengan cara ini, pematangan paru janin ikut serta memulai persalinan.Persalinan premarur dapat dipicu oleh infeksi bakteri dan reaksi alergik yang mengaktifkan NF-tcB. Demikian juga, kehamilan multijanin berisiko mengalami persalinan premarur, mungkin karena peningkatan peregangan uterus memicu pengaktifan dini NF-rcB.

Tahap Persalinan

Tahap Pertama Dilatasi Serviks Selama tahap ini, serviks dipaksa melebar untuk mengakomodasi garis tengah kepala bayi maksimal 10 cm Merupakan tahap paling lama dari beberapa jam sampai 24 jam pada kehamilan pertama dan berlangsung beberapa menit pada kehamilan yang sudah berkali-kali Jika bayi mendekati jalan lahir dengan kaki terlebih dahulu kaki tidak dapat melebarkan serviks cukup lebar untuk dilalui kepala kepala bayi akan tersangkut di belakang lubang serviks yang sempit

Tahap Kedua Pengeluaran Bayi Dimulai setelah dilatasi (pembukaan) serviks lengkap Ketika bayi mulai bergerak melewati serviks dan vagina reseptor regang di vagina mengaktifkan suatu refleks saraf yang memicu kontraksi dinding abdomen secara sinkron dengan kontraksi uterus Ibu dapat membantu mengeluarkan bayinya dengan secara sengaja mengontraksikan otot-otot abdomennya bersamaa dengan kontraksi uterus mengejan Tahap ini jauh lebih singkat 30 90 menit

Tahap Ketiga Pelahiran Plasenta Segera setelah bayi lahir rangkaian kontraksi uterus kedua yang memisahkan plasenta dari miometrium dan mengeluarkannya melalui vagina Pelahiran plasenta atau afterbirth, merupakan tahap paling singkat 15-30 menit setelah bayi lahir Setelah plasenta di keluarkan, kontraksi miometrium menyebabkan PD uterus yang mengalir ke tempat perlekatan plasenta terjepit untuk mencegah perdarahan

Involusi Uterus Involusi uterus menciut ke ukuran pragestasi 4-6 minggu Selama involusi, jaringan endometrium yang tertinggal dan tidak dikeluarkan bersama plasenta secara bertahap mengalami disintegrasi dan terlepas menghasilkan duh vagina lokia keluar selama 3-6 minggu setelah persalinan Involusi penurunan tajam estrogen dan progesteron (karena plasenta sudah tidak ada) dan pelepasan oksitosin akibat rangsang hisapan puting payudara Involusi pada ibu menyusui 4 minggu; pada ibu yang tidak menyusui 6 minggu

Referensi:Fisiologi SherwoodFisiologi GuytonAt a Glance Sistem Reproduksi