fisiologi otot kerangka
TRANSCRIPT
Fisiologi otot kerangka
Sel otot dapat di rangsang secara kimia, listrik dan ekanik untuk menimbulkan suatu potensi
aksiyang dihantarkan sepanjang membran sel. Sel ini mengandung protein kontraktil dan
mempunyai mekanisme yang diaktifasi oleh potensial aksi. Kira-kira 40% dari seluruh tubuh
terdiri dari otot rangka, kontraksi dapat diterapkan pada semua jenis otot.
A. Organisasi Otot Rangka
1. Otot rangka terdiri dari serabut-serabut yang tersusun dalam berkas yang disebut
fasikel. Semakin besar otot, semakin banyak jumlah serabutnya.
a. Otot biseps lengan pada lengan atas adalah otot yang besar dan tersusun dari
260.000 serabut.
b. Otot kecil, seperti stapedius dalam telinga tengah, hanya terdiri dari 1.500
serabut.
2. Lapisan jaringan ikat fibrosa membungkus setiap otot dan masuk ke bagian dalam
untuk melapisi fasikel dan serabut individual. Jaringan ini menyalurkan impuls saraf
dan pembuluh darah ke dalam otot dan secara mekanis mentransmisikan daya
kontraksi dari satu ujung otot ke ujung lainnya.
a. Epimisium adalah jaringan ikat rapat yang melapisi keseluruhan otot dan terus
berlanjut sampai ke fascia dalam.
b. Perimisium mengacu pada ekstensi epimisium yang menembus kedalam otot
untuk melapisi berkas fasikel.
c. Endomisium adalah jaringan ikat halus yang melapisi setiap serabut otot
individual.
B. Organisasi mikroskopik Serabut Otot Rangka
1. Miofibril adalah unit kontraktil yang mengalami spesialisasi, volumenya mencapai
80% volume serabut.
2. Setiap myofibril silindris terdiri dari miofilamen tebal dan miofilamen tipis
a. Miofilamen tebal terdiri terutama dari protein miosia. Molekul myosin
disusun untuk membentuk ekor berbentuk cambuk dengan dua kepala
globular, mirip dengan tongkat golf berkepala dua.
b. Miofilamen tipis tersusun dari protein aktin. Dua protein tambahan pada
filament tipis adalah tropomiosin dan troponin, melekat pada aktin.
3. Pemitaan ditentukan berdasarkan susunan miofilamen
a. Pita A yang lebih gelap (anisotropic, atau mampu mempolarisasi cahaya) yang
terdiri dari susunan vertical miofilamen tebal yang berselang-seling dengan
miofilamen tipis.
b. Pita I yang lebih terang (isotropic, atau nonpolarisasi) terbentuk dari
miofilamen aktin tipis yang memanjang ke dua arah dari garis Z ke dalam
susunan filament tebal.
c. Garis Z terbentuk dari protein penunjang yang menahan miofilamen tipis tetap
menyatu di sepanjang myofibril.
d. Zona H adalah area yang lebih terang pada pita A miofilamen myosin yang
tidak tertembus filament tipis.
e. Garis M membagi dua pusat zona H. pembagian ini merupakan kerja protein
penunjang lain yang menahan miofilamen tebal tetap bersatu dalam susunan.
f. Sarkomer adalah jarak antara garis Z ke garis Z lainnya.
C. Jenis serabut otot
Otot rangka memiliki 3 serabut otot yang berbeda dalam kecepatan berkontraksi,
resistensinya terhadap keletihan dan kemampuan untuk menghasilkan ATP, diantaranya:
1. Serabut merah kedut lambat
Serabut ini berdiameter kecil dan dikelilingi oleh banyak kapiler yang menyediakan
oksigen dan nutrisi. Serabut merah kedut lambat mengandung konsentrasi pigmen
merah pernapasan yang sangat banyak yang mengikat molekul oksigen untuk
memfasilitasi pernapasan aerob(mioglobin). Kontraksi lambat dan resisten terhadap
keletihan.
2. Serabut putih kedut cepat
Serabut putih kedut cepat tidak memiliki mioglobin, mitokondria, dan
kapilarnyalebih sedikit tetapi simpanan glikogen dan enzimnya lebih banyak
sehingga dapat meningkatkan kapasitasnya untuk melakukan glikolisis anaerob.
Serabut ini lebih tebal, mampu menghasilkan ATP dengan kecepatan tinggi tetapi
cepat letih jika simpanan glikogennya menipis serta serabut ini sesuai untuk
melakukan aktifitas muscular yang melonjak seperti berlari
3. Serabut pertengahan
Serabut ini berwarna merah, mengandung mioglobin, memiliki sifat dan resistensi
keletihan tingkat menengah dibadingan kedua serabut sebelumnya
Rasio serabut kedut cepat ke lambat yang mungkin ditentukan secara genetic
bertanggung jawab terhadap variasi kemampuan atletik seseorang.
D. Mekanisme Interaksi Aktin dan Miosin
1. Hipotesis sliding filament
a. Selama kontraksi, panjang miofilamen aktin dan myosin tetap sama tetapi
saling bersilangan, sehingga memperbesar jumlah tumpang tindih antar
filament.
b. Filament aktin kemudian menyusup untuk memanjang ke dalam pita A,
mempersempit dan menghalangi pita H.
c. Panjang sarkomer (dari garis Z ke garis Z lain) memendek saat kontraksi.
d. Pemendekan sarkomer akan memperpendek serabut otot individual dan
keseluruhan otot.
2. Dasar molekul untuk kontraksi
a. Molekul myosin terbentuk dari dua rantai protein berat yang identik dan dua
pasang rantai ringan.
1) Bagian ekor rantai yang berat berpilin satu sama lain dengan dua
kepala protein globular atau crossbridge, menonjol disalah satu
ujungnya.
2) Crossbridge menghubungkan filament tebal ke filament tipis. Setiap
crossbridge memiliki sisi pengikat aktin, sisi pengikat ATP, dan
aktivitas ATPase (enzim yang menghidrolisis aktivitas ATP).
3) Beberapa ratus molekul myosin tersusun dalam setiap filament tebal
dengan ekor cambuknya yang saling bertumpang tindih dan kepala
globularnya menghadap keujungnya.
b. Molekul aktin tersusun dari tiga protein
1) F-aktin fibrosa terbentuk dari dua rantai globular G-aktin yang berpilin
satu sama lain.
2) Molekul tropomiosin membentuk filament yang memanjang melebihi
subunit aktin dan melapisi sisi yang berikatan dengan crossbridge
myosin.
3) Molekul troponin berikatan dengan molekul tropomiosin dan
menstabilkan posisi penghalang pada molekul tropomiosin. Troponin
adalah suatu kompleks yang tersusun dari:
a) Satu polipeptida yang mengikat tropomiosin.
b) Satu polipeptida yang mengikat aktin.
c) Satu polipeptida yang mengikat ion-ion kalsium.
c. Jika kalsium (Ca++) tidak ada, tropomiosin dan troponin mencegah terjadinya
ikatan antara aktin dan myosin.
d. Jika kalsium ada, maka reorginisasi troponin-tropomiosin memungkinkan
terjadinya hubungan antara aktin dan myosin.
E. Sifat Listrik otot kerangka
Kejadian listrik dan aliran ion dalam otot kerangka yang mendasarinya samadengan yang
ada di dalam saraf. Walaupun ada perbedaan kuntitatif dallam waktu dan besar. Potensial
membran istirahat 90 mv. Potensial aksi berlangsung 2-4 m/det dan dihantarkan
sepanjang sepanjang serabut oleh sekitar 5 m/det. Masa refrakter absolut selama 1-3
m/det dan polarisasi (gelombang listrik) susulan relatif memanjang. Walaupun sifat listrik
serabut sendiri di dalam suatu otot tidakcukup berbeda untuk menghasilkan suatu yang
menyerupai potensial aksi gabungan, namun ada perbedaan ringan daklam ambang
berbagai serabut.
Respon kontraktil
Walaupun suatu respon normal tidak terjadi tanpa yang lain namun sifat fisiologinya
berbeda, depolarisasi (proses netralisasi keadaan polar/kitub) membran serabut otot
normalnya dimulai pada membran akhir motorik, struktur khusus ujung saraf motorik
potensial aksi hantaran sepanjang serabut otot melalui respon kontraktil.
Potensial aksi otot
Potensial aksi dalam saraf dapat diterapkan pada serat oot rangka. Serat otot rangka
demikian besarnya sehingga potensial aksi sepanjang membran permukaannya hampir
tidak menim,bulkan aliran di dalam serat.
Untuk menimbulkan kontraksi, arus listrik ini harus menembus disekitar miofibril yang
terpisah penyebarannya sepanjang tubulus transversal (tubulus T) yang menembus
seluruh jalan melalui serat otot dari satu sisi ke sisi lain. Hal ini menyebabkan retikulum
sarkolemik segera melepaskan ion-ion kalsium ke sekitar miofibril dan ion kalsium
inimenimbulkan kontraksi.
Mekanisme umum kontraksi otot
Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan sebagai berikut:
1. Potensial aksi berjalan sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujung serat saraf.
2. Setiap ujung saraf menyekrasi substansi neurotransmiter yaitu asetil kolin dalam
jumlah sedikit.
3. Asetilkolin bekerja untuk area setempat pada membran saraf otot guna membuka
saluran asetilkolin melalui molekul-molekul protein dalam membran serat saraf.
4. Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium mengalir
kebagian dalam membran serat otot pada titik terminal saraf. Peristiwa ini
menimbulkan potensial aksi serat saraf.
5. Potensial aksi berjalan seoanjang membran saraf otot dengan cara yang sama seperti
potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf.
6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran serat otot, berjalan dlam
serat otot ketika potensial aksi menyebakan retikulum sarkolema melepas sejumlah
ion kalsium, yang disimpan dalam retikulum ke dalam miofibril.
7. Ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin yang
menyebabkan bergerak bersama-sama menghasilkan kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu detik kalsium di pompakan kembali ke dalam retikulum
sarkoplasma tempat ion-ion disimpan sampai potensial aksi otot yang b aru lagi.
F. Kontraksi Secara Kimia
1. Di awal siklus kontraksi, ATP berikatan dengan kepala myosin disisi enzim yang
menghidrolisis, ATPase.
2. ATPase memecah ATP menjadi ADP dan fosfat anorganik. Keduanya tetap melekat
di kepala myosin (ATP ADP + P +energy).
3. Energy yang dilepas melalui proses hidrolisis mengaktivasi kepala myosin kedalam
posisi yang condong, siap mengikat aktin.
4. Ion-ion kalsium, yang telah dilepas reticulum sarkoplasma berikatan dengan troponin
yang melekat pada tropomiosin dan aktin.
5. Kompleks troponin- ion kalsium mengalami perubahan susunan yang memungkinkan
tropomiosin menjauhi posisi penghalang aktinnya.
6. Sisi pengikat- myosin pada aktin kemudian terbuka untuk memungkinkan terjadinya
perlekatan pada sisi pengikat-aktin di kepala myosin.
7. Saat pengikatan, ADP dan fosfat anorganik dilepas dari kepala myosin,dan kepala
myosin bergerak dan berputar kearah yang berlawanan untuk menarik filament aktin
yang melekat menuju pita H. Peristiwa ini disebut power stroke kepala myosin.
8. Kepala myosin tetap terikat kuat pada aktin sampai sebuah molekul baru ATP
melekat padanya dan melemahkan ikatan antara aktin dan myosin.
9. Kepala myosin terlepas dari aktin,condong kembali dan siap untuk melekat pada aktin
di sisi baru, berputar dan kembali menarik untuk mengulangi siklus.
10. Siklus tersebut terjadi dalam ribuan kepala myosin selama masih ada stimulasi saraf,
dan jumlah ion kalsium serta ATP mencukupi.
11. Relaksasi otot terjadi saat stimulasi saraf berhenti dan ion kalsium tidak lagi dilepas.
Ion kalsium ditransfer kembali ke reticulum sarkoplasma dengan pompa kalsium
dalam membrane reticulum sarkoplasma.
12. Rigor mortis.ATP diperlukan untuk melepas myosin dari aktin. Penipisan ATP dalam
otot secara total dan ketidakmampuan untuk menghasilkan lebih banyak ATP, seperti
yang terjadi setelah mati, mengakibatkan terjadinya perlekatan permanen aktin dan
myosin serta rigiditas otot.
G. Sumber dan Metabolisme Tenaga untuk Kontraksi
Kontraksi otot memerlukan tenaga dan otot merupakan suatu mesin untuk
mengubah tenaga kimia menjadi mekanik. Sumber tenaga ini memerlukan turunan fosfat
organik yang kaya akan tenaga di dalam otot. Sumber akhir merupakan metabolisme
antara karbohidrat dan lipid hidrolisis ATP untuk memberikan tenaga bagi kontraksi.
ATP disintesis ulang dari ADP oleh tambahan suatu gugusan fosfat. Pada keadaan
normal, tenaga untuk reaksi endotermi (penyerapan panas) digunakan untuk pemecahan
glukosa mennjadi CO2 dan H2O. Di dalam otot terdapat senyawa fosfat yang kaya akan
tenaga lainnya dinamakan fosforil keratin yang membentuk ATP dan ADP sehingga
memungkinkan kontraksi berlanjut.
Pemecahan Karbohidrat. Banyak tenaga sintesis ulang ATP dan fosforil keratin
berasal dari pemecahan glukosa menjadi CO2 dan H2O, suatu bagian lintasan metabolik
utama. Glukosa dalam aliran darah memasuki sel melalui serangkaian reaksi kimia.
Sumber lain adalah glukosa intrasel yang berasal dari glikogen dan polimer karbohidrat
yang banyak terdapat dalam hati dan otot rangka. Bila O2 adekuat, maka piruvat
memasuki siklus asam sitrat melalui lintasan enzim pernapasan dan dinamakan glikolisis
anaerobik.
Produksi Panas dalam Otot. Secara termodinamik, tenaga yang diberikan otot
harus sama dengan tenaga yang dikeluarkan melalui kerja yang dilakukan otot, dan ikatan
fosfat kaya tenaga yang dibentuk untuk penggunaan panas.
Pembentukan Energi pada Kontraksi Otot. Bila kontraksi otot melawan beban,
maka dikatakan otot melakukan kerja. Hal ini berarti enegi dipindahkan dari otot ke
beban eksternal untuk mengangkat suatu objek ke tempat yang lebih tinggi dan
mengimbangi tahanan pada waktu melakukan gerak.
H. Kendali Saraf pada Kontraksi Otot Rangka
1. Setiap serabut otot menerima satu ujung neuron motorik somatik, sel saraf pada
medulla spinalis yang mentransmisi impuls ke otot rangka.
2. Ujung saraf motorik, yang disebut akson atau serabut saraf, menjalar dengan
sejumlah serabut serupa dari neuron motorik dalam sebuah saraf.
a) Serabut akson tunggal terbagi menjadi sejumlah percabangan yang membentuk
sambungan (junction) neuromuskular khusus dengan serabut otot rangka.
b) Setiap terminal akson berada dalam indentasi penuh berisi cairan (celah sinaptik)
pada sarkolema, yang kemudian membentuk lipatan.
3. Lempeng ujung motorik merupakan sambungan sebuah cabang akson saraf dan
serabut otot rangka yang tidak berdekatan.
4. Unit motorik adalah salah satu neuron motorik (dan cabang-cabangnya) serta semua
serabut otot yang terinervasi di dalamnya.
a) Satu unit mototrik dapat terdiri dari dua atau tiga serabut otot saja atau bisa lebih
dari seribu serabut dalam beberapa otot besar.
b) Semakin sedikit jumlah serabut otot yang terinervasi sebuah neuron, semakin
akurat gerakan yang dihasilkan.
Otot yang digunakan untuk menulis, sebagai contoh, memiliki serabut otot
yang lebih sedikit dalam unit motoriknya.
Otot postural besar yang menopang tubuh mungkin memiliki sekitar 800
serabut otot/unit motorik.
5. Terminal akson (terminal bouton) mengandung mitokondria dan banyak vesikel
sinaptik kecil. Jika impuls saraf mencapai terminal akson, vesikel sinaptik melepas
zat transmiter asetilkolin (ACh). ACh berdifusi menyeberangi celah sinaptik untuk
berikatan dengan reseptor pada lipatan sarkolema. Hal ini menyebabkan perubahan
yang tiba-tiba pada permeabilitas membran otot terhadap ion natrium dan kalium dan
mengakibatkan arus balik pada polarisasi (potensial listrik) membran. Aliran impuls
listrik (depolarisasi) menyebar ke dalam serabut otot karena kerja tubulus-T ke
retikulum sarkoplasma. Retikulum sarkoplasma kemudian melepas cadangan ion
kalsium ke sekitar filamen tebal dan tipis yang bertumpang tindih. Hal ini
mengakibatkan interdigitasi aktin dan miosin serta pemendekan sarkomer. Rangkaian
kejadian ini disebut rangkaian eksitasi-kontraksi.
6. Jika impuls saraf terhenti, maka depolarisasi membran selesai, ion kalsium ditangkap
kembali oleh reticulum sarkoplasma, dan proses kontraksi berhenti.
7. ACh berhubungan dengan sarkolema hanya selama beberapa milidetik. Zat ini hampir
secara langsung dipecah oleh enzim kolinesterase yang dilepas dari lipatan
sarkolema. Pemecahan ACh seperti ini penting untuk membatasi durasi kontraksi dan
memungkinkan terjadinya kontraksi berulang.
8. Otot rangka juga mengandung banyak ujung saraf sensorik.
I. Karakteristik Kontraksi Otot Rangka
1. Stimulus ambang adalah voltase listrik minimum yang menyebabkan kontraksi
serabut otot tunggal.
a) Respons all-or-none serabut otot. Jika stimulasi ambang telah tercapai, maka
serabut otot akan merespons secara maksimal atau tidak sama sekali selama
kondisi lingkungan serabut tidak berubah.
b) Dengan meningkatkan intensitas stimulus melebihi ambang batasnya tidak akan
memperbesar respons serabut otot tunggal.
2. Kedutan otot
Jika preparat otot distimulasi, maka setiap serabut otot dalam otot akan mematuhi
semua hukum all-or-none, tetapi serabut yang berbeda memiliki ambang yang
berbeda pula. Jika stimulus meningkat derajat voltasenya, maka serabut tambahan
turut merespons. Kedutan otot (kontraksi maksimum keseluruhan otot) akan terjadi
saat intensitas stimulus cukup untuk seluruh serabut. Berikut ini adalah kedutan otot
yang terekam dalam miogram:
1) Periode laten adalah waktu antara stimulus atau peristiwa kejutan dan peristiwa
mekanis kontraksi. Selama periode ini, serabut otot mengalami depolarisasi, ion
kalsium dilepas, dan reaksi kimia mualli berlangsung.
2) Periode kontraksi adalah waktu yang diperlukan otot untuk memendek.
3) Periode relaksasi adalah waktu yang diperlukan otot untuk kembali ke panjang
semula. Periode relaksasi berlangsung lebih lama dibandingkan periode kontraksi.
4) Magnitudo respons adalah tinggi gelombang.
5) Periode refratoris adalah waktu yang sangat singkat setelah stimulus pertama,
yaitu saat otot tidak responsif terhadap stimulus kedua.
6) Kedutan otot diinduksi dalam kondisi laboratorium dan biasanya tidak terjadi
dalam tubuh. Kontraksi otot ocular (kedipan mata) dengan waktu kontraksi 10
milidetik adalah contoh yang paling mendekati respons kedutan.
3. Respons otot tergradasi. Kedutan otot merupakan praktik kecil dalam gerakan
tubuh, yang memerlukan pengendalian kontraksi otot dengan kekuatan bervariasi,
bergantung pada kebutuhan. Keseluruhan otot merespons dalam gaya yang bergradasi
terhadap frekuensi dan intensitas impuls saraf ke unit motorik.
a. Sumasi gelombang adalah gabungan kedutan akibat stimulasi berulang. Jika
stimulus diberikan secara berturut-turut dengan cepat sehingga kontraksi kedua
pada otot dimulai sebelum kontraksi pertama selesai, maka kedua kontraksi
dipadukan untuk menghasilkan kontraksi yang lebih besar dan lama.
1) Kontraksi tetanik. Jika frekuensi stimulus meningkat melebihi batas
relaksasi otot, maka kontraksi akan bergabung menjadi kontraksi yang
panjang dan kuat. Kontraksi tetanik penting dan sering terjadi dalam gerakan
otot yang biasa.
2) Di laboratorium, stimulus berlanjut yang diberikan pada otot dalam keadaan
tetani akan mengakibatkan keletihan otot dan ketidakmampuan untuk
mempertahankan kontraksi.
3) Keletihan otot yang sebenarnya jarang terjadi dalam aktivitas otot sehari-hari.
b. Sumasi unit motorik ganda terjadi jika unti-unit motorik yang berbeda dalam
suatu otot, di mana setiap unit merespons pada stimulus ambang yang berbeda,
telah teraktivasi. Semakin banyak unit motorik yang merespons, semakin besar
kekuatan total kontraksi.
c. Aktivitas otot dalam tubuh bergradasi, akibat pemberian frekuensi yang berbeda
pada unit-unit saraf motorik dan penggunaan kedua jenis sumasi tersebut.
4. Tonus. Otot rangka dalam tubuh selalu dalam keadaan berkontraksi sebagian yang
disebut tonus otot. Impuls saraf dari medulla spinalis menjalar ke serabut otot untuk
mempertahankan keadaan kontraksi tetanik pada sekitar 10% serabut otot dengan
dasar yang tetap berotasi.
a. Derajat tonus otot bergantung pada informasi yang didapat dari reseptor otot yang
disebut spindel otot, yang merasakan jumlah kekuatan kontraksi dan
menghantarkan informasi ke medulla spinalis.
b. Tonus otot sangat penting pada otot postural (penopang tubuh). Tonus juga
menghasilkan panas tubuh.
5. Treppe. Jika otot yang beristirahat diberikan stimulus tingkat menengah, maka
kekuatan awal kontraksi akan jauh lebih lemah dibandingkan kontraksi yang terus-
menerus dan hasil miogram akan tampak seperti tangga.
a. Penyebab treppe tidak diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan peningkatan
konsentrasi, atau mungkin keefektifan, dari ion-ion kalsium di sekitar miofibril.
b. Fenomena treppe inilah yang menyebabkan semua aktivitas otot harus didahului
dengan masa pemanasan, yaitu “menggerakkan” otot yang terlibat.
6. Kontraksi isometrik dan isotonik
a. Kontraksi isometrik adalah kontraksi yang terjadi saat otot membentuk daya atau
tegangan tanpa harus memendek untuk memindahkan suatu beban.
1) Aktivasi crossbridge berlangsung, tetapi miofilamen tidak bergeser saat
kontraksi isometrik berlangsung.
2) Tegangan yang terbentuk dalam otot-otot postural berfungsi untuk
mempertahankan kepala tetap tegak dan tubuh tetap berdiri merupakan contoh
kontraksi isometrik.
b. Kontraksi isotonik adalah kontraksi yang terjadi saat otot memendek untuk
mengangkat atau memindahkan suatu beban (melakukan pekerjaan).
c. Otot-otot dalam tubuh dapat berkontraksi secara isometrik atau secara isotonik.
Sebagian besar kontraksi merupakan kombinasi kedua jenis kontraksi tersebut.
Berjalan atau berlari, misalnya, memakai keduanya.
7. Produksi panas oleh otot. Karena otot rangka mencapai setengah dari seluruh berat
tubuh, maka panas yang dihasilkan dari reaksi kimia pada kontraksi merupakan
sumber utama panas tubuh dan untuk mempertahankan suhu tubuh.
8. Hubunngan panjang-tegangan dalam otot. Setiap otot dalam tubuh memiliki
panjang optimum sehingga daya kontraksi maksimal dapat dilakukan. Kontraksi otot
yang paling efisien berlangsung saat tubuh dalam keadaan relaks.
a. Mekanisme sliding filamen pada kontraksi otot menggambarkan hubungan
panjang-tegangan dalam otot. Tegangan maksimum dapat terbentuk saat filamen
aktin tipis mulai bertumpanng tindih dengan filamen miosin tebal, sehingga
pergeseran dapat terjadi di sepanjang filamen aktin.
b. Jika otot meregang melebihi panjang optimumnya, maka filamen tipis tidak dapat
bertumpang tindih dengan filamen tebal, sehingga hanya ada sedikit miofilamen
untuk interdigitasi aktin-miosin.
c. Jika sebuah sel otot ternyata lebih pendek dibandingkan panjang optimumnya
sebelum kontraksi, maka tegangan yang terbentukakan berkurang. Filamen aktin
kemudian bertumpang tindih secara maksimal, sehingga ruang yang tertinggal
untuk berinteraksi sedikit. Filamen miosin tertekan ke garis Z.
J. Hubungan antara kecepatan kontraksi dan beban
Sebuah otot akan berkontraksi sangat cepat bila berkontraksi tanpa m,elawan beban dan
mencapai keadaan kontraksi penuh kira-kira dalam 0,1 detik untuk otot rata-rata.
Bila diberi beban, kecepatan kontraksi akan menurun secara progresif seiring dengan
penambahan beban. Bila beban meningkat sampai sama dengankekuatan maksimum yang
dilakukan otot tersebut, kecepatan kontraksi menjadi nol dan tidak terjadi kontraksi sama
sekali walaupun terjadi aktivitas serat otot.
Penurunan kecepatan otot dengan beban ini karena beban pada otot yang berkontraksi
kekuatannya berlawanan arah melawan kontraksi. Akibat kontraksi otot kekuatan otot
netto yang tersedi menimbulkan kecepatan pemendekan akan berkurang secara seimbang.
K. Pembentuk energy pada kontraksi otot
Bila suatu otot berkontraksi melawan suatu beban dikatakan otot itu melakukan kerja.
Hal ini berarti ada energy yang dipindahkan dari otot ke beban eksternal. Misalnya untuk
mengangkat suatu objek ke tempat yang lebih tinggi atau untuk mengimbangi tahanan
pada waktu melakukan gerak, dalam perhitungan
W = L X D
W = Hasil kerja
L = Beban
D = Jarak gerakan terhadap beban
Energy yang dibutuhkan untuk melakukan kerja berasal dari reaksi kimia dalam sel otot
selama kontraksi.
L. Jenis kontraksi
Kontraksi otot melibatkan pemendekan unsur otot kontraktil. Tetapi karena otot
mempunyai unsur elastis dan kental dalam rangkaian dengan mekanisme kontraktil, maka
kontraksi timbul tanpa suatu penurunan yang layak dalam panjang keseluruhan otot.
Kontraksi yang demikian disebut isometric (panjang ukuran sama). Kontraksi melawan
beban tetap dengan pendekatan ujung otot dinamakan isotonic (tegangan sama).
Kontraksi otot yang kuat dan lama mengakibatkan kelelahan otot. Sebagian besar
kelelahan akibat dari ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolic serat otot untuk
terus memberi hasil kerja yang sama dan akan menurun setelah aktivitas otot mengurangi
kontraksi otot lebih lanjut. Hambatan aliran darah menuju ke otot yang sedang
berkontraksi mengakibatkan kelelahan hampir sempurna karena kehilangan suplai
makanan terutama kehilangan oksigen.
M. System pengangkat tubuh
Otot-otot bekerja dengan menggunakan tegangan pada tempat-tempat insersi di dalam
tulang dan tulang kemudian membentuk berbagai jenis system pengungkit yang
diaktifkan oleh biseps untuk mengangkat lengan bawah. Suatu analisis mengenai system
pengungkit tubuh bergantung pada :
a. Pengetahuan tentang tempat insersi otot
b. Jaraknya dari pengungkit
c. Panjang lengan pengungkit
d. Posisi pengungkit
Tubuh banyak membutuhkan jenis pergerakan di antaranya membutuhkan kekuatan
yang besar dan jarak pergerakan yang jauh. Beberapa otot ukurannya panjang dan
berkontraksi lama dan yang lain berukuran pendek, mempunyai luas penampang
lintang yang besar serta menghasilkan kekuatan kontraksi yang ekstrem pada jarak
yang pendek.
N. Sumber dan Metabolisme Tenaga
Kontraksi otot memerlukan tenaga. Otot merupakan suatu mesin untuk mengubah tenaga
kimia ke mekanik. Sumber cepat tenaga ini merupakan metabolism antara karbohidrat
dan lipid hidrolisis ATP untuk memberikan tenaga bagi kontraksi.
ATP disintesis ulang dari ADP oleh tambahan suatu gugusan fosfat pada keadaan normal
tenaga untuk reaksi endotermi diberikan oleh pemecahan glukosa ke CO2 dan H2O. di
dalam otot ada senyawa fosfat yang kaya tenaga lainnya dinamakan fosforilkreatin yang
membentuk ATP dari ADP sehingga memungkinkan sehingga kontraksi berlanjut.
a) Pemecahan karbohidrat
Banyak tenaga bagi sintesis ulang ATP dan fosforilkreatin berasal dari pemecahan
menjadi glukosa menjadi CO2 dan H2O suatu bagian lintasan metabolic utama.
Glukosa dalam aliran darah memasuki sel melalui serangkaian reaksi kimia ke
piruvat sumber lain bagi glukosa intrasel berasal dari glikogen, polimer
karbohidrat yang sangat banyak dalam hati dan otot kerangka. Bila ada O2 yang
adekuat maka piruvat memasuki siklus asam sitrat dan dimetabolisme melalui
siklus lintasan enzim pernapasan, dinamakan glikolisis anaerobic.
b) Produksi panas dalam otot
Secara termodinamik tenaga yang diberikan ke otot harus sama dengan
pengeluaran tenaga dalam kerja yang dilakukan otot. Efisiensi mekanik
keseluruhan kerja otot rangka mengeluarkan tenaga sampai 50%, sementara
mengangkat beban selama berkontraksi isotonik pada hakekatnya 0%. Selama
berkontraksi isometrik, simpanan tenaga dalam ikatan fosfat merupakan faktor
kecil dan panas yang dihasilkan dalam otot dapat diukur secara tepat dengan
termokopel yang cocok.
Panas istirahat merupakan manifestasi luar proses metabolic basal. Panas yang
dihasilkan dalam kelebihan panas istirahat selama kontraksi dinamakan panas
awal yang membentuk panas aktivasi. Setelah berkontraksi produksi panas
melebihi panas istirahat kontinu selama 30 menit. Selanjutnya akan terjadi
pemulihan panas karena panas dilepas oleh proses metabolisme. Pelepasan panas
ketika pemulihan otot pada keadaan sebelum otot berkontraksi kira-kira sama
dengan panas awal yang dihasilkan selama pemulihan.
c) Pembentukan energi pada kontraksi otot
Bila suatu otot berkontraksi melawan beban, dikatakan otot ini melakukan kerja.
Artinya energi yang dipindahkan dari otot ke beban eksternal untuk mengangkat
suatu objek ke tempat yang lebih tinggi atau mengimbangi tahanan pada waktu
melakukan gerak, dibutuhkan energi untuk melakukan kerja dalam sel otot selama
berkontraksi. Sebagian besar energi ini dibutuhkan untuk menjalankan
mekanisme untuk memompakan kalsium dari sarkoplasma ke dalam reticulum
sarkoplasmik. Dan setelah kontraksi berakhir, memompakan ion-ion natrium dan
kalium melalui membrane serat otot mempertahankan lingkungan yang cocok
untuk pembentukan potensial aksi.
O. Sifat otot dalam organisme utuh
a) Efek denervasi
Dalam tubuh manusia yang utuh, otot rangka yang sehat tidak berkontraksi
kecuali dalam respons terhadap perangsangan persarafan motoriknya. Kerusakan
persarafan ini menyebabkan atrofi otot dan menyebabkan eksibilitas (daya dapat
dirangsang) abnormal pada otot dan peningkatan sensitivitas terhadap asetilkolin.
Akibatnya muncul kontraksi halus tak teratur pada serabut tersendiri (fibrilasi –
kontraksi serat otot yang sangat cepat).
b) Elektromiografi
Aktivitas unit motorik dapat diteliti dengan elektromiografi dengan proses
perekaman aktivitas listrik otot pada osiloskop sinar katoda. Bisa dilakukan pada
manusia yang tidak dianastesi dengan menggunakan cakram logam kecil pada
kulit diatas otot sebagai elektroda penangkap atau dengan menggunakan elektroda
jarum hipodermik. Rekaman yang didapat dengan elektroda demikian merupakan
elektromiogram (EMG). Dengan elektroda jarum, biasanya mungkin menangkap
aktivitas serabut otot tunggal.
P. Kekuatan otot rangka
Otot rangka manusia dapat menimbulkan 3-4 kg tegangan per sentimeter persegi
penampang melintang. Gambaran ini kira-kira sama seperti yang didapat di dalam
berbagai hewan percobaan dan tampaknya konstan bagi semua spesies mamalia.
Q. Perubahan bentuk otot
Semua otot tubuh secara terus-menerus dibentuk kembali untuk menyesuaikan
fungsi-fungsi yang dibutuhkan olehnya. Diameter diubah, panjang diubah,
kekuatan diubah, suplai pembuluh darah diubah, bahkan tipe serat otot diubah.
Proses perubahan bentuk ini seringkali berlangsung cepat dalam waktu beberapa
minggu.
a) Hipertrofi
Bila massa suatu otot menjadi besar akibat dari peningkatan jumlah filament aktin
dan myosin dalam setiap serat otot, peristiwa ini terjadi sebagai respons terhadap
kontraksi otot yang berlangsung pada kekuatan maksimal. Hipertrofi yang sangat
luas dapat terjadi bila selama proses kontraksi otot-otot diregang secara simultan,
selama maksimum dalam waktu 6-10 minggu. Kalau kontraksi sangat kuat,
jumlah filament aktin dan myosin bertambah banyak secara progresif di dalam
myofibril. Myofibril akan pecah di setiap otot untuk membentuk myofibril yang
baru.
b) Atrofi otot
Bila massa otot menurun karena otot tidak dipergunakan dalam jangka waktu
yang lama, kecepatan penghancuran protein kontraktil dan jumlah myofibril yang
timbul akan berlangsung lebih cepat daripada kecepatan penggantinya. Akibatnya
otot mengecil melebihi normal, dapat menyebabkan atrofi. Peristiwa ini
menyebabkan bertambahnya sarkomer baru pada ujung serat otot tempat otot
melekat pada tendo. Bila suatu otot tetap memendek secara terus menerus kurang
dari panjang normal, sarkomer-sarkomer pada ujung otot akan menghilang
hamper sama cepatnya. Melalui proses ini otot secara terus menerus dibentuk
kembali untuk memiliki panjang yang sesuai bagi otot tertentu.
c) Rigor mortis
Beberapa jam setelah kematian, semua otot tubuh masuk dalam keadaan
kontraktur yang disebut rigor mortis yaitu otot berkontraksi dan menjadi kaku
walaupun tidak terdapat potensial aksi. Kekakuan ini disebabkan hilangnya semua
ATP yang dibutuhkan untuk menyebabkan pemisahan jembatan penyeberangan
dari filament aktin selama proses relaksasi.
Otot dalam keadaan kaku karena protein-protein otot dihancurkan. Biasanya
disebabkan oleh proses autolisis akibat enzim dikeluarkan dari hormone 15-25
jam kemudian. Ini berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi.
FISIOLOGI OTOT POLOS
Memiliki sifat kimia dan mekanis yang sama dengan otot rangka tetapi terdapat
karakteristik yang khas pada otot polos diantaranya:
1. Miofilamen
Filamen miosin tebal, lebih panjang dibandingkan filamen myosin tebal pada otot
rangka
Miofilamen aktin tipis tidak memiliki troponin dan tropomiosin
Terdapat miofilamen berukuran sedang tetapi miofilamen ini tidak terlibat dalam
proses kontraktil dan berfungsi sebagai kerangka kerja sitoskeletal untuk penopang
sel
2. Kontraksi
Kontraksi sel-sel otot polos bergantung pada fosforilasi myosin yaitu gugus fosfat
berikatan dengan myosin
Terdapat peningkatan konsentrasi ion kalsium yang berikatan dengan kalmodulin
(protein yang strukturnya mirip dengan troponin). Kalsium/ komplek kalmodulin
mengaktivasi myosin kinase( protein intraselular lain yang memfosforilasi
myosin)
Ion Kalsium sebagian dilepas dari reticulum sarkoplasma, tetapi sebagian besar ion
kalsium masuk melalui saluran ion kalsium yang terbuka pada membrane plasma
Saat ion kalsium ditranspor balik menuju reticulum sarkoplasma dan keluar
menyeberangi membrane plasma, myosin terdefosforilasi dan otot menjadi rilaks
3. Jenis otot polos berdasarkan serabut otot distimulasi untuk berkontraksi, diantaranya:
Otot polos unit ganda
Terdapat pada dinding pembuluh darah besar, pada jalan udara besar traktus
respiratorik, pada otot mata yang mengfokuskan lensadan menyesuiakan ukuran
pupil dan pada otot elector pili rambut. Otot ini bersifat neurogenik yaitu
membutuhkan stimulus saraf untuk memicu kontraksi. Kontraksi otot polos ganda
dapat dipengaruhi oleh hormone dan obat-obat tertentu serta tidak memiliki
sambungan neuromuscular, cairan neurotransmitter hanya dialirkan ke dalam
cairan ekstraseluler yang mengelilingi sel-sel otot polos.
Otot polos unit tunggal(visceral)
Terdapat pada lapisan dinding organ berongga atau visceral serta semua serabut
dalam lapisan mampu berkontraksi sebagai satu unit tunggal. Otot polos visceral
adalah otot yang dapat bereksitasi sendiri atau miogenik dan tidak memerlukan
stimulasi saraf eksternal untuk berkontraksi. Pembentukan potensi aksi mandiri
tersebut merupakan hasil dari aktivitas listrik spontan. Akibat dari daya listrik, sel-
sel otot polosdalam lapisan disatukan melalui sambungan celah (gap junction)
komunikasi yang dengan cepat menyebarkan potensial aksi ke seluruh sel yang
saling berhubungan. Faktor yang mempengaruhi kontraksi dari otot polos visceral
adalah dapat dipengaruhi oleh lebih dari satu jenis neurotransmitter ,hormon-
hormon tertentu, metabolic local tingkat menengah yang diproduksi disekitar otot,
peregangan mekanis, serta beberapa jenis obat
Daftar Pustaka
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika.