fisiologi kornea

2
Fisiologi Kornea Fungsi dari kornea adalah sebagai membran protektif dan sebagai “jendela” yang dilewati oleh cahaya untuk sampai ke retina. Transparansi Kornea Sifat transparan dari kornea dihasilkan oleh berbagai faktor yang saling berhubungan, yaitu susunan dari lamela kornea, sifat avaskular, serta keadaan dehidrasi relatif (70%) yang dijaga oleh adanya efek barrier dari epitelium, endotelium, dan pompa bikarbonat yang bekerja secara aktif pada endotelium. Keadaan dehidrasi tersebut dihasilkan oleh evaporasi air dari laporan air mata prekorneal yang menghasilkan lapisan dengan sifat hipertonis. Dalam hal ini, endotelium memegang peranan yang lebih besar daripada epitelium. Demikian pula bila terjadi kerusakan pada endotelium, akan diperoleh dampak yang lebih besar. 1-6 Penetrasi pada kornea yang sehat atau intak oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut lemak dapat melewati epithelium dan substansi larut air dapat melewati stroma. Obat yang diharapkan untuk dapat menembus kornea harus memiliki kedua sifat tersebut. 4 Metabolisme Kornea Untuk menyokong sifat fisiologis tersebut, kornea membutuhkan energi. Adapun sumber energi kornea diperoleh melalui: Zat terlarut, misalnya glukosa, masuk ke kornea secara pasif melalui difusi sederhana maupun secara transpor aktif melalui aqueous humor, serta melalui difusi dari kapiler perilimbal. Oksigen, secara langsung diperoleh dari udara atmosfer melalui lapisan air mata. Proses ini dijalankan secara aktif melalui epitelium. Sumber energi ini kemudian diproses / dimetabolisme, terutama oleh epitelium dan endotelium. Dalam hal ini, karena epitelium jauh lebih tebal daripada endotelium, suplai energi yang dibutuhkan pun jauh lebih besar, sehingga akitivitas metabolisme tertinggi di mata dijalankan oleh kornea. 4 Kornea adalah jaringan yang braditrofik, yaitu jaringan dengan metabolisme yang lambat dan karenanya juga penyembuhan yang lambat. 5 Sebagaimana jaringan lain, epitelium dapat melangsungkan metabolisme secara aerobik maupun anaerobik. Secara aerobik, proses yang terjadi adalah glikolisis (30%) dan heksosa monofosfat (65%). Secara anaerobik, metabolisme akan menghasilkan karbon dioksida, air, dan juga asam laktat. 2-4 Kornea juga dilengkapi oleh beberapa materi antioksidan untuk menangkal radikal bebas yang dapat terjadi sebagai efek samping dari proses metabolisme. Adapun antioksidan yang terkandung dalam jumlah terbesar pada kornea adalah glutation reduktase, selain terdapat pula askorbat, superoksida dismutase, serta katalase.

Upload: dyslipidemia1

Post on 16-Nov-2015

31 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

  • Fisiologi Kornea

    Fungsi dari kornea adalah sebagai membran protektif dan sebagai jendela yang dilewati oleh

    cahaya untuk sampai ke retina.

    Transparansi Kornea

    Sifat transparan dari kornea dihasilkan oleh berbagai faktor yang saling berhubungan, yaitu

    susunan dari lamela kornea, sifat avaskular, serta keadaan dehidrasi relatif (70%) yang dijaga

    oleh adanya efek barrier dari epitelium, endotelium, dan pompa bikarbonat yang bekerja secara

    aktif pada endotelium.

    Keadaan dehidrasi tersebut dihasilkan oleh evaporasi air dari laporan air mata prekorneal yang

    menghasilkan lapisan dengan sifat hipertonis. Dalam hal ini, endotelium memegang peranan

    yang lebih besar daripada epitelium. Demikian pula bila terjadi kerusakan pada endotelium,

    akan diperoleh dampak yang lebih besar.1-6

    Penetrasi pada kornea yang sehat atau intak oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut lemak

    dapat melewati epithelium dan substansi larut air dapat melewati stroma. Obat yang diharapkan

    untuk dapat menembus kornea harus memiliki kedua sifat tersebut.4

    Metabolisme Kornea

    Untuk menyokong sifat fisiologis tersebut, kornea membutuhkan energi. Adapun sumber

    energi kornea diperoleh melalui:

    Zat terlarut, misalnya glukosa, masuk ke kornea secara pasif melalui difusi sederhana

    maupun secara transpor aktif melalui aqueous humor, serta melalui difusi dari kapiler

    perilimbal.

    Oksigen, secara langsung diperoleh dari udara atmosfer melalui lapisan air mata. Proses

    ini dijalankan secara aktif melalui epitelium.

    Sumber energi ini kemudian diproses / dimetabolisme, terutama oleh epitelium dan endotelium.

    Dalam hal ini, karena epitelium jauh lebih tebal daripada endotelium, suplai energi yang

    dibutuhkan pun jauh lebih besar, sehingga akitivitas metabolisme tertinggi di mata dijalankan

    oleh kornea.4 Kornea adalah jaringan yang braditrofik, yaitu jaringan dengan metabolisme yang

    lambat dan karenanya juga penyembuhan yang lambat.5

    Sebagaimana jaringan lain, epitelium dapat melangsungkan metabolisme secara aerobik

    maupun anaerobik. Secara aerobik, proses yang terjadi adalah glikolisis (30%) dan heksosa

    monofosfat (65%). Secara anaerobik, metabolisme akan menghasilkan karbon dioksida, air,

    dan juga asam laktat.2-4

    Kornea juga dilengkapi oleh beberapa materi antioksidan untuk menangkal radikal bebas yang

    dapat terjadi sebagai efek samping dari proses metabolisme. Adapun antioksidan yang

    terkandung dalam jumlah terbesar pada kornea adalah glutation reduktase, selain terdapat pula

    askorbat, superoksida dismutase, serta katalase.

  • Proteksi dan Persarafan Kornea

    Struktur ini menerima persarafan dari cabagn ophtalmik dari nervus trigeminalis. Kornea

    sendiri adalah sebuah struktur vital pada mata dan karenanya juga bersifat sangat sensitif.

    Sensasi taktil minimal telah dapat menimbulkan refleks penutupan mata. Adapun lesi pada

    kornea akan membuat ujuang saraf bebas terpajan dan sebagai akibatnya, akan timbul nyeri

    hebat diikuti refleks pengeluaran air mata beserta lisozim yang terkandung di dalamnya

    (epifora) dan penutupan mata secara involunter (blefarospasme) sebagai mekanisme

    proteksinya.5

    Resistensi Kornea terhadap Infeksi

    Epitelium kornea, dengan sifat hidrofobik dan regenerasi cepatnya, merupakan pelindung yang

    sangat baik dari masuknya mikroorganisme ke dalam kornea. Akan tetapi, bila lapisan ini

    mengalami kerusakan, lapisan stroma yang avaskular serta lapisan Bowman dapat menjadi

    tempat yang baik bagi mikroorganisme, misalnya bakteri, amuba, dan jamur.

    Faktor predisposisi yang dapat memicu inflamasi pada kornea di antaranya adalah blefaritis,

    perubahan pada epitel kornea (misalnya mata kering), penggunaan lensa kontak, lagoftalmus,

    kelainan neuroparalitik, trauma, dan penggunaan kortikosteroid. Untuk dapat menimbulkan

    infeksi, diperlukan inokulum dalam jumlah besar atau keadaan defisiensi imun.

    Di dalam kornea itu sendiri, terdapat Streptococcus pneumoniae, yang merupakan bakteri

    patogen kornea yang sesungguhnya. Salah satu bakteri oportunis yang dapat menginfeksi

    adalah Moraxella liquefaciens. Umumnya, mikroorganisme ini ditemui pada pengonsumsi

    alkohol sebagai akibat dari deplesi piridoksin. Di samping itu, ditemukan pula kelompok lain,

    misalnya Serratia marcescens, Mycobacterium fortuitum-chelonei complex, Streptococcus

    viridans, Staphylococcus epidermidis, virus, amuba, dan jamur.

    Faktor lain, yaitu defisiensi imun, dapat disebabkan oleh konsumsi kortikosteroid lokal maupun

    sistemik, sehingga organisme oportunistik dapat menyerang dan menginfeksi kornea.2