fisiologi dan pengukuran kerja tutorial 7 work...

Download FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 7 work …labdske-uii.com/halo/downloadfile/modul/WORK_SAMPLING_REGULE… · Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 1 Pengukuran Kerja:

If you can't read please download the document

Upload: lamhanh

Post on 30-Jan-2018

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • tutorial 7

    Prodi Teknik IndustriFakultas Teknologi IndustriUniversitas Islam IndonesiaTahun Ajaran2016/2017

    work sampling

    FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

    www.labdske-uii.com

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 1

    Pengukuran Kerja: Metode Work Sampling

    A. DESKRIPSI

    Menurut Barnes (1980), pengukuran kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk

    menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki keterampilan rata

    rata dan terlatih baik) dalam melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo

    kerja yang normal. Salah satu metode pengukuran kerja adalah metode Work Sampling.

    Sampling atau dalam bahasa asingnya sering disebut dengan Work Sampling, Ratio Delay

    Study, atau Random Observation Method adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah

    besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/ operator.

    Pengukuran kerja dengan metode sampling kerja ini diklasifikasikan sebagai pengukuran

    kerja langsung, karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus secara langsung ditempat

    kerja yang diteliti (Wignjosoebroto, 1995).

    B. TUJUAN TUTORIAL

    1. Praktikan mampu mendefinisikan jenis pekerjaan yang dapat diukur dengan

    menggunakan metode work sampling.

    2. Praktikan mampu menentukan allowance pekerja dengan menganalisa keadaan dan

    lingkungan kerja operator saat bekerja.

    3. Praktikan mampu menentukan rating factor dengan menganalisa performansi kerja

    operator.

    4. Praktikan mampu menghitung waktu normal, waktu standar, dan waktu baku suatu

    pekerjaan dengan mengidentifikasi serta mengukur elemen-elemen pekerjaannya.

    5. Praktikan dapat melakukan pengukuran dan penelitian kerja khususnya dalam upaya

    meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan produktifitas kerja

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 2

    C. INPUT DAN OUTPUT

    Input:

    a) Data jumlah kegiatan produktif

    b) Data jumlah kegiatan idle

    c) Data jumlah output

    d) Rating Factor

    e) Allowance

    Output:

    a) Waktu normal

    b) Waktu standar

    c) Waktu baku

    d) Performance Level

    D. LANDASAN TEORI

    D.1 DEFINISI PENGUKURAN WAKTU KERJA

    Pengukuran waktu kerja dapat diklasifikasikan sesuai dengan bagan dibawah ini:

    Pengukuran Waktu Kerja

    Langsung

    Work Sampling

    Stopwatch

    Tidak Langsung

    Metode Standard Data

    Metode Analisa Regresi

    Penetapan Waktu Baku dengan Data Waktu Gerakan

    Gambar 7. 1 Metode Pengukuran Kerja (Barnes, 1980)

    Pengukuran waktu kerja bertujuan untuk mendapatkan waktu standar/waktu baku

    penyelesaian pekerjaan secara wajar, tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat, oleh

    pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam suatu sistem kerja yang telah

    berjalan dengan baik (Barnes, 1980).

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 3

    Menurut Barnes (1980), secara garis besar metode sampling kerja ini dapat

    digunakan untuk:

    a) Sebagai sampel performansi kerja yakni untuk mengukur waktu kerja dan waktu

    tidak bekerja dari pekerja.

    b) Mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat yang ada di pabrik.

    c) Menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tidak langsung.

    d) Memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan dan tingkat performansi.

    E. METODE WAKTU KERJA WORK SAMPLING

    Work Sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap

    aktifitas kinerja dari mesin, proses atau pekerja/operator (Wignjosoebroto, 2003). Menurut

    Barnes (1980) metode sampling kerja dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas.

    Sampel diambil secara acak dari kelompok besar yang memiliki pola distribusi sama dari

    populasi besar. Jika ukuran sampel besar, maka karakteristik sampel akan memiliki sedikit

    perbedaan dari karakteristik kelompok.

    Banyaknya pengamatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan sampling kerja

    dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu (Barnes, 1980):

    1. Tingkat Kepercayaan

    Tingkat kepercayaan menunjukkan tingkat keterpercayaan sejauh mana statistik

    sampel dapat mengestimasi dengan benar parameter populasi. Tingkat kepercayaan

    dilambangkan dengan huruf k. Menurut Barnes (1980), terdapat tiga tingkat

    kepercayaan yang sering dipakai yaitu;

    a) Tingkat kepercayaan 68%, nilai k = 1

    b) Tingkat kepercayaan 95%, nilai k = 1.96 2

    c) Tingkat kepercayaan 99%, nilai k = 2.58 3

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 4

    Hal ini dapat digambarkan melalui kurva distribusi normal berikut ini.

    Gambar 7.2 Kurva Distribusi Normal

    Berdasarkan gambar 7.2 dapat dilihat bahwa pada tingkat kepercayaan 1 memiliki

    arti bahwa 68% data yang diperoleh melalui random sampling adalah benar (sesuai

    dengan kejadian nyata) dan akan terdapat data yang eror sebanyak 32%. Untuk

    memperoleh data yang mendekati sempurna (100% mendekati kebenaran), maka

    pengamat dianjurkan untuk menggunakan tingkat kepercayaan 3 dengan tingkat

    kepercayaan 99%.

    2. Tingkat Ketelitian

    Tingkat ketelitian (s) menunjukkan seberapa besar keyakinan pengamat bahwa hasil

    yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian. Sebagai contoh, jika tingkat ketelitian

    5% dan tingkat kepercayaan sebesar 95%, hal ini berarti bahwa sekurang-kurangnya

    95 dari 100 harga rata-rata dari data yang diukur akan memiliki penyimpangan tidak

    lebih dari 5% (Wignjosoebroto, Gunani, Pawennari, 2003).

    E.1 PELAKSANAAN PENGUKURAN METODE WORK SAMPLING

    1. Pengambilan Data

    Untuk menentukan waktu kunjungan, biasanya satu hari kerja dibagi

    kedalam satuan-satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Berdasarkan

    satu-satuan waktu inilah saat-saat kunjungan ditentukan. Waktu kunjungan peneliti

    tidak boleh melebihi 2/3 dari total jam kerja. Sebagai contoh, interval waktu

    pengamatan adalah setiap 5 menit sekali. Jika dalam 1 hari terdapat 7 jam kerja

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 5

    efektif, maka akan ada 12 observasi dalam 1 jam (

    = 12 observasi). Akan

    tetapi, peneliti hanya dapat meneliti 2/3 dari total jam kerja. Sehingga,

    Sehingga, didapat 56 kali observasi dalam 1 hari. Waktu kunjungan tidak boleh

    pada saat-saat tertentu yang kita ketahui dalam keadaan tidak bekerja misalnya

    jam-jam istirahat atau hari libur, dimana tidak ada kegiatan secara resmi (Barnes,

    1980).

    Bilangan acak dapat digunakan ntuk menentukan jam observasi. Bilangan

    acak bisa didapat dengan menggunakan Microsoft Excel atau dengan

    menggunakan tabel bilangan acak dengan cara sebagai berikut.

    a) Random no. berkisar dari batas bawah (0) dan batas atas (84).

    Rumus Excel =RANDBETWEEN(0;84)

    *Tarik cell rumus tersebut hingga data random mencukupi sejumlah data

    pengamatan sesuai hal hal yang harus diperhatikan dalam bilangan random

    b) Interval

    c) Waktu Observasi

    Tabel 7.1 Tabel Data Observasi

    No. Random no Interval Waktu Observasi

    1 1 5 7.05

    2 2 10 7.10

    3 3 15 7.15

    4 5 25 7.25

    5 6 30 7.30

    55 81 405 14.50

    56 83 415 15.00

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 6

    Untuk menentukan nilai random, terdapat hal yang harus diperhatikan, antara lain

    sebagai berikut.

    a) Nilai random yang sama pada periode yang berurut hanya dapat diambil 1.

    Tabel 7.2 Tabel Nilai Random dengan Nilai yang Sama

    No. Random no

    1 1

    2 1

    3 2

    4 2

    Berdasarkan kasus pada tabel di atas, maka nilai random yang digunakan

    dalam pengamatan adalah seperti pada tabel berikut.

    Tabel 7.3 Tabel Pengolahan Nilai Random dengan Nilai yang Sama

    No. Random no

    1 1

    2 2

    b) Hanya diperbolehkan menggunakan nilai random yang berurut sebanyak 3

    kali.

    Tabel 7.4 Tabel Nilai Random dengan Nilai yang Berurut

    No. Random no

    1 4

    2 5

    3 6

    4 7

    5 8

    Berdasarkan kasus pada tabel di atas, maka nilai random yang digunakan

    dalam pengamatan adalah seperti pada tabel berikut.

    Tabel 7.5 Tabel Pengolahan Nilai Random dengan Nilai yang Berurut

    No. Random no

    1 4

    2 5

    3 6

    4 8

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 7

    Untuk menentukan waktu observasi, dapat dilihat seperti contoh sebagai berikut:

    a) Waktu observasi 1 = (07.00 + (1 x 5 menit) = 07.05

    b) Waktu observasi 2 = (07.00 + (2 x 5 menit) = 07.10

    c) Waktu observasi 3 = (07.00 + (3 x 5 menit) = 07.15

    (dilanjutkan sampai waktu observasi 56)

    Tabel 7.6 Tabel Pengambilan Data

    No. Jam

    Kunjung

    Rincian

    Kerja 1

    Rincian

    Kerja 2

    Rincian

    Kerja-n

    Tally

    Produktif

    Tally Idle

    1 07.05 -

    2 07.10 -

    3 07.15 - .

    56

    Jumlah

    *Operator masuk kedalam kategori produktif apabila melakukan pekerjaan dari

    salah satu rincian kerja operator

    2. Menguji Kecukupan Data

    Uji kecukupan data dilakukan untuk mendapatkan apakah jumlah data hasil

    pengamatan cukup untuk melakukan penelitian. Untuk menghitung kecukupan data,

    diperlukan tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan. Rumus untuk mengukur

    kecukupan data adalah sebagai berikut.

    Keterangan:

    p = persentase produktif

    k = Konstanta yang besarnya tergantung tingkat kepercayaan yang diambil.

    s = Tingkat ketelitian yang dikehendaki dalam angka desimal.

    N = Jumlah pengamatan yang harus dilakukan

    Apabila dari perhitungan tersebut didapatkan nilai N N maka data dianggap cukup,

    sebaliknya apabila nilai N > N maka data dianggap tidak cukup.

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 8

    3. Menguji Keseragaman Data

    Suatu data dikatakan seragam jika semua data berada diantara dua batas kontrol,

    yaitu yaitu batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Adapun perumusan dari batas

    kontrol atas dan batas kontrol bawah adalah sebagai berikut:

    BKA = n

    ppp

    )1(3

    BKB = n

    ppp

    )1(3

    Keterangan:

    p = Prosentase kejadian yang diamati (presentase produktif) dalam angka desimal.

    n = jumlah pengamatan dilakukan pada hari ke-I

    Catatan :

    Jika harga p berada pada batas kontrol, maka semua data tersebut dapat diproses.

    Sebaliknya, jika ada harga p yang berada di luar batas kontrol, maka data

    pengamatan yang melewati batas yang bersangkutan harus dibuang, karena data

    yang seragam merupakan data yang berada dalam batas kontrol. Berikut gambar 7.3

    menunjukkan bahwa data seragam karena data-data tersebut berada di dalam batas

    kontrol, sementara Gambar 7.4 menujukkan bahwa data tidak seragam karena

    terdapat data yang diluar batas kontrol.

    Gambar 7.3 Data Seragam

    0,3

    0,4

    0,5

    0,6

    0,7

    0,8

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

    Pre

    sen

    tase

    tally

    pro

    du

    ktif

    Pengamatan hari ke-n

    Uji Keseragaman Data

    BKA Operator BKB

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 9

    Gambar 7.4 Data Tidak Seragam

    4. Menghitung Tingkat Produktivitas

    Performance level adalah pendekatan yang digunakan untuk mengukur produktivitas

    pekerja/mesin dalam metode work sampling. Performance level dapat ditentukan

    dengan cara sebagai berikut.

    5. Menghitung Rating Factor

    Salah satu metode tertua dalam menentukan performance rating adalah metode yang

    dikembangkan oleh Westinghouse Electric Corporation. Sistem rating Westinghouse

    menguraikan enam kelas yang mereprentasikan kemahiran yang ada dalam evaluasi

    (Niebel, 1999). Bila pengamat berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal,

    maka nilai rating factor akan lebih dari 1. Sedangkan, bila pengamat berpendapat

    bahwa operator bekerja di bawah normal, maka nilai rating factor akan kurang dari

    1. Dengan demikian, nilai 1 dalam rating factor menunjukkan bahwa operator

    bekerja secara wajar/normal (Rating normal).

    0,3

    0,4

    0,5

    0,6

    0,7

    0,8

    0,9

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

    Pre

    sen

    tase

    tally

    pro

    du

    ktif

    Pengamatan hari ke-n

    Uji Keseragaman Data

    BKA Operator BKB

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 10

    Tabel 7.7 Tabel Westinghouse

    SKILL

    EFFORT

    +0,15 A1

    Superskill +0,13 A1

    Superskill +0,13 A2 +0,12 A2

    +0,11 B1

    Excellent +0,10 B1

    Excellent +0,08 B2 +0,08 B2

    +0,06 C1

    Good +0,05 C1

    Good +0,03 C2 +0,02 C2

    0,00 D Average 0,00 D Average

    -0,05 E1

    Fair -0,04 E1

    Fair -0,10 E2 -0,08 E2

    -0,16 F1

    Poor -0,12 F1

    Poor -0,22 F2 -0,17 F2

    CONDITION

    CONSISTENCY

    +0,06 A Ideal +0,04 A Ideal

    +0,04 B Excellent +0,03 B Excellent

    +0,02 C Good +0,01 C Good

    0,00 D Average 0,00 D Average

    -0,03 E Fair -0,02 E Fair

    -0,07 F Poor -0,04 F Poor

    Sebagai contoh, apabila diketahui rating performance operator adalah

    memenuhi klasifikasi berikut:

    - Excellent Skill (B2) : + 0,08

    - Good Effort (C2) : + 0,02

    - Good Condition (C) : + 0,01

    - Good Consistency (C) : + 0,01 +

    Pi : + 0.13

    Maka, nilai rating factor seorang pekerja tersebut adalah

    P = Rating normal operator + Rating Performance

    = Po + Pi

    = 1 + 0.13 = 1.13

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 11

    Adapun kriteria pada setiap rating performance diatas adalah terlampir dalam dalam

    lampiran.

    6. Menghitung Kelonggaran (Allowance)

    Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi (kelonggaran

    pribadi), menghilangkan rasa fatique, dan hambatan hambatan yang tidak dapat

    dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal yang secara nyata dibutuhkan oleh

    pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat, ataupun

    dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal,

    kelonggaran perlu ditambahkan (Barnes, 1980).

    Kelonggaran pribadi dan kelonggaran untuk menghilangkan fatigue ini

    diberikan untuk mengurangi ketegangan atau kejenuhan dalam bekerja. Ketegangan

    atau kejenuhan tersebut biasanya terjadi karena kondisi umum dari lingkungan kerja,

    misalnya beban kerja yang berat, temperatur ruangan yang tinggi, sistem

    pencahayaan yang kurang baik, pekerjaan yang monoton atau berulang-ulang, dan

    lain-lain, yang pada akhirnya dapat menurunkan performansi kerja (Wahyuni,

    Helianty, & Wadhany, 2008).

    Untuk menentukan besarnya kelongaran pribadi dan kelongaran untuk

    menghilangkan fatigue ini dapat dilihat pada tabel kelonggaran yang

    direkomendasikan oleh ILO (Niebel Benjamin & Freivalds, Andris, 1999).

    7. Menghitung Waktu Normal, Waktu Standar dan Waktu Baku

    a) Waktu Normal

    Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata

    menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja

    menyelesaikan pekerjaan pada tempo kerja yang normal (Wignjosoebroto, 2000).

    *

    b) Waktu Standar

    Waktu standar adalah waktu yang digunakan oleh operator untuk menyelesaikan

    pekerjaan pada 1 unit dengan melibatkan kelonggaran (allowance).

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 12

    c) Total Waktu Baku

    Waktu baku adalah waktu sebenarnya yang digunakan oleh operator untuk

    menyelesaikan 1 siklus pekerjaan dengan melibatkan kelonggaran (allowance).

    E.2 APLIKASI SAMPLING KERJA DALAM INDUSTRI

    Adapun aplikasi work sampling yang dapat diterapkan dalam dunia kerja adalah

    sebagai berikut.

    1. Untuk merencanakan kebutuhan tenaga kerja.

    2. Untuk menentukan standar biaya dalam mempersiapkan anggaran.

    3. Untuk menentukan pemanfaatan mesin, jumlah mesin yang dapat dioperasikan

    seorang operator dan membantu dalam menyeimbangkan lintasan produksi

    berdasarkan ratio delay activity dari pemakaian mesin maupun kerja operator.

    4. Mengukur tingkat kinerja (performance level) dan pendayagunaan dari sebuah aset

    (pekerja atau mesin).

    5. Perencanaan sistem pemberian bonus dan intensif bagi karyawan.

    6. Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 13

    Studi Kasus

    Pengamatan dengan menggunakan sampling kerja dilakukan selama 10 hari (jam kerja

    = 8 jam/hari) kemudian didapatkan hasil sebagai berikut;

    Total Tally Produktif 400

    Total Tally Idle 200

    Total Produksi 350

    Kelonggaran yang diberikan adalah 12%

    Performansi Kerja Operator adalah 0.95

    Jawab :

    1) Performance Level

    2) Waktu Normal

    3) Waktu Standar

    4) Total Waktu Baku

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 14

    REFERENSI

    Barnes, R. M. 1980. Motion and Time Study. Design and Measurement of Work. Wiley.

    Meyers, F. E. 1999. Motion and Time Study. Pretince-Hall.

    Niebel, B. W., Freivalds, A. 1999. Methods, Standards, and Work Design. Singapore:

    McGraw-Hill.

    Purnomo, H. 2004. Pengantar Teknik Industri. Edisi Kedua. Yogyakarta: Graha Ilmu.

    Purnomo, H. 2014. Metode Pengukuran Kerja. Yogyakarta: CV Sigma.

    Salvendy, G. Ed. 2001. Handbook of Industrial Engineering: Technology and Operations

    Management, third edition, John Wiley & Sons, Hoboken, NJ.

    Wahyuni, C., Helianty, Y., & Wadhany, A. 2008. Penentuan Lamanya Istirahat Kerja

    untuk Meminimasi Beban Fisiologis Bekerja.

    Wignjosoebroto, S. 1995. Ergonomi, Studi Gerakan dan Waktu. Surabaya: PT Guna

    Widya.

    Wignjosoebroto, S., Gunani, S., Pawennari, A. 2003. Analisis Ergonomi Terhadap

    Rancangan Fasilitas Kerja Pada Stasiun Kerja Dibagian Skiving Dengan

    Antropometri Orang Indonesia. Surabaya.

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 15

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Tabel Rating Factor

    Tabel 1. Westinghouse Table

    SKILL EFFORT

    +0,15 A1 Super skill +0,13 A1 Excessive +0,13 A2 +0,12 A2 +0,11 B1 Excellent +0,10 B1 Excellent +0,08 B2 +0,08 B2 +0,06 C1 Good +0,05 C1 Good +0,03 C2 +0,02 C2 0,00 D Average 0,00 D Average

    -0,05 E1 Fair -0,04 E1 Fair -0,10 E2 -0,08 E2 -0,16 F1 Poor -0,12 F Poor -0,22 F2 -0,17 F2

    CONDITION CONSISTENCY

    +0,06 A Idea

    l

    +0,04 A Ideal +0,04 B Excellent +0,03 B Excellent +0,02 C Good +0,01 C Good 0,00 D Average 0,00 D Average

    -0,03 E Fair -0,02 E Fair -0,07 F Poor -0,04 F Poor

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 16

    Skill

    Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri ciri dari

    setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini:

    SUPER SKILL : 1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.

    2. Bekerja dengan sempurna

    3. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik

    4. Gerakan gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga

    sulit untuk diikuti.

    5. Kadang kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan

    gerakan mesin.

    6. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya

    tidak terlampau terlihat karena lancarnya.

    7. Tidak terkesan adanya gerakan gerakan berpikir dan

    merencanakan dan merencanakan tentang apa yang

    dikerjakan (sudah sangat otomatis)

    8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerjaan

    bersangkutan adalah pekerjaan yang baik.

    EXELLENT SKILL : 1. Percaya pada diri sendiri

    2. Tampak cocok dengan pekerjaannya.

    3. Terlihat telah terlatih baik.

    4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan

    pengukuranpengukuran atau pemeriksaanpemeriksaan.

    5. Gerakangerakan kerja beserta urutanurutannya dijalankan

    tanpa kesalahan.

    6. Menggunakan peralatan dengan baik.

    7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu.

    8. Bekerjanya cepat tetapi halus.

    9. Bekerja berirama dan terkoordinasi.

    GOOD SKILL : 1. Kwalitas hasil baik.

    2. Bekerjanya tampak lebih baik dari pada kebanyakan

    pekerjaan pada umumnya.

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 17

    3. Dapat memberikann petunjuk petunjuk pada pekerja lain

    yang keterampilannya lebih rendah.

    4. Tampak jelas sebagai kerja yang cakap .

    5. Tidak memerlukan banyak pengawasan.

    6. Tiada keragu - raguan

    7. Bekerjanya stabil

    8. Gerakannya gerakannya terkoordinasi dengan baik.

    9. Gerakan gerakannya cepat.

    AVERAGE SKILL : 1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri.

    2. Gerakannya cepat tetapi tidak lambat.

    3. Terlihatnya ada pekerjaan pekerjaan yang perencana.

    4. Tampak sebagai pekerja yang cakap.

    5. Gerakan gerakannya cukup menunjukan tidak adanya

    keragu raguan.

    6. Mengkoordinasikan tangan dan pikiran dengan cukup baik.

    7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk

    beluk pekerjaannya.

    8. Bekerjanya cukup teliti.

    9. Secara keseluruhan cukup memuaskan.

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 18

    FAIR SKILL : 1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.

    2. Mengenal peralatan dan lingkuan secukupnya.

    3. Terlihat adanya perencanaan perencanaan sebelum

    melakukan gerakan.

    4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.

    5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi

    telah ditempatkan dipekerjaan itu sejak lama.

    6. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi

    tampak selalu tidak yakin.

    7. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan kesalahan

    sendiri.

    8. Jika tidak bekerja sungguh sungguh outputnya akan

    sangat rendah

    9. Biasanya tidak ragu ragu dalam menjalankan gerakan

    gerakanya.

    POOR SKILL : 1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran.

    2. Gerakan gerakannya kaku.

    3. Kelihatan ketidak yakinannya pada urutan urutan gerakan.

    4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang

    bersangkutan.

    5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya.

    6. Ragu ragu dalam menjalankan gerakan gerakan kerja.

    7. Sering melakukan kesalahan kesalahan

    8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri.

    9. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.

    Untuk usaha atau Effort cara Westinghouse membagi juga kedalam kelas kelas dengan ciri

    masing - masing. Yang dimaksud dengan usaha disini adalah kesungguhan yang ditunjukan

    atau diberikan operator ketikan melakukan pekerjaannya. Berikut ini ada enam kelas usaha

    dengan ciri cirinya.

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 19

    Effort

    EXCESSIVE EFFORT : 1. Kecepatan sangat berlebihan.

    2. Usahanya sangat besungguh sungguh tetapi dapat

    membahayakan kesehatannya.

    3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan

    sepanjang hari kerja.

    EXELLENT EFFORT : 1. Jelas terlihat kecepatan kerjannya yang tinggi

    2. Gerakan gerakan lebih ekonomis daripada operator

    operator biasa.

    3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.

    4. Banyak memberi saran - saran.

    5. Menerima saran saran dan petunjuk dengan senang.

    6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.

    7. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari.

    8. Bangga atas kelebihannya.

    9. Gerakan gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali.

    10. Bekerja sitematis.

    11. Karena lancarnya, perpindahan dari satu element keelemen

    lainnya tidak terlihat.

    GOOD EFFORT : 1. Bekerja berirama

    2. Saat saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang

    kadang tidak ada.

    3. Penuh perhatian pada pekerjaan.

    4. Senang pada pekerjaannya

    5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari.

    6. Percaya pada kebaikan maksut pengukuran waktu.

    7. Menerima saran saran dan petunjuk petunjuk dengan

    senang.

    8. Dapat memberikan saran saran untuk perbaikan kerja.

    9. Tempat kerjanya diatur dengan baik dan rapi.

    10. Menggunakan alat alat yang tepat dengan baik.

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 20

    11. memelihara dengan baik kondisi peralatan.

    AVERAGE EFFORT : 1. Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor.

    2. Bekerja dengan Stabil.

    3. Menerima saran saran tetapi tidak melaksanakannya.

    4. Set Up dilakukan dengan baik.

    5. Melakukan kegiatan kegiatan perencanaan.

    FAIR EFFORT : 1. Saran saran yang baik diterima dengan kesal.

    2. Kadang kadang perhatian tidak ditujukan pada

    pekerjaanya.

    3. Kurang sungguh sungguh.

    4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.

    5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku.

    6. Alat alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik.

    7. Terlihatadanyakecenderungan kurang perhatian pada

    pekerjaanya.

    8. Terlampau hati hati.

    9. Sitematika kerjanya sedang sedang aja.

    10. Gerakan gerakan tidak terencana.

    POOR EFFORT 1. Banyak membuang buang waktu.

    2. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja.

    3. Tidak mau menerima saran saran.

    4. Tampak malas dan lambat bekerja.

    5. Melakukan gerakan gerakan yang tidak perlu untuk

    mengambil alat alat dan bahan bahan.

    6. Tempat kerjanya tidak diatur rapi.

    7. Tidak perduli pada cocok/ baik tidaknya peralatan yang

    dipakai.

    8. Mengubah ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.

    9. Set Up kerjanya terlihat tidak baik.

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 21

    Lampiran 2. Tabel Allowance ILO

    Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%)

    A. Tenaga yang dikeluarkan

    Ekivalen Beban

    Pria

    Wanita

    1. Dapat diabaikan. Bekerja dimeja, duduk. Tanpa beban 0,0 - 6,0 0,0 - 6,0

    2. Sangat ringan. Bekerja di meja, berdiri. 0,00 - 2,25 kg 6,0 - 7,5 6,0 - 7,5

    3. Ringan. Menyekop, ringan. 2,25 - 9,00 kg 7,5 - 12,0 7,5 - 16,0

    4.Sedang. Mencangkul. 9,00 - 18,00 kg 12,0 - 19,0 16,0 - 30,0

    5. Berat. Mengayun palu yang berat. 19,00 - 27,00 kg 19,0 - 30,0

    6. Sangat Berat. Memanggul beban. 27,00 - 50,00 kg 30,0 - 50,0

    7. Luar biasa berat. Memanggul karung berat. diatas 50 kg

    B. Sikap Bekerja

    1. Duduk. Bekerja duduk, ringan. 0,0 - 1,0

    2. Berdiri diatas dua kaki. Badan tegak, ditumpu dua kaki. 1,0 - 2,5

    3. Berdiri diatas satu kaki. Satu kaki mengerjakan alat kontrol. 2,5 - 4,0

    4. Berbaring. Pada bagian sisi, belakang atau depan badan. 2,5 - 4,0

    5. Membungkuk. Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki. 4,0 - 10

    C. Gerakan kerja

    1. Normal. Ayunan bebas dari palu. 0

    2. Agak terbatas. Ayunan terbatas dari palu. 0 - 5

    3. Sulit. Membawa beban berat dengan satu tangan. 0 - 5

    4. Pada anggota-anggota badan terbatas. Bekerja dengan tangan diatas kepala. 5 - 10

    5. Seluruh anggota badan terbatas. Bekerja dilorong pertambangan yang sempit. 10 - 15

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 22

    Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%)

    D. Kelelahan Mata ) Pencahayaan baik Buruk

    1. Pandangan yang terputus-putus. Membawa alat ukur. 0,0 - 6,0 0,0 - 6,0 2. Pandangan yang hampir terus-menerus. Pekerjaan-pekerjaan yang teliti. 6,0 - 7,5 6,0 - 7,5 3. Pandangan terus menerus dengan fokus berubah-ubah. Memeriksa cacat-cacat pada kain. 7,5 - 12,0 7,5 - 16,0 4. Pandangan terus menerus dengan fokus tetap. Pemeriksaan yang sangat teliti. 12,0 - 19,0 16,0 - 30,0

    E. Keadaan Temperatur Tempat Kerja ) Temperatur (0C) Kelemahan Normal Berlebihan

    1. Beku. Dibawah 0 Diatas 10 Diatas 12 2. Rendah. 0 - 13 10 - 0 12 - 5 3. Sedang. 13 - 22 5 - 0 8 - 0 4. Normal. 22 - 28 0 - 5 0 - 8 5. Tinggi. 28 - 38 5 - 40 8 - 100 6. Sangat tinggi. Diatas 38 Diatas 40 Diatas 100

    F. Keadaan Atmosfir )

    1. Baik. Ruang yang berventilasi baik, udara segar . 0 2. Cukup. Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan 0 - 5 (tidak berbahaya).

    3. Kurang baik. Ada debu-debu beracun, atau tidak beracun 5 - 10 tetapi banyak.

    4. Buruk. Adanya bau-bauan berbahaya yang mengharuskan 10 - 20 menggunakan alat-alat pernapasan.

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 23

    Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%)

    G. Keadaaan Lingkungan Yang Baik

    1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah. 0 2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5 10 detik. 0 - 1 3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0 5 detik. 1 - 3 4. Sangat bising. 0 - 5 5. Jika faktor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas. 0 - 5 6. Terasa adanya getaran lantai. 5 - 10 7. keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dll). 5 - 15

    ) Kontras antara warna hendaknya diperhatikan.

    ) Tergantung juga pada keadaan ventilasi.

    ) Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim.

    Catatan pelengkap : Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi : Pria = 0 - 2,5%

    Wanita = 2 - 5,0%

  • Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016

    Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 24

  • www.labdske-uii.com

    Say: Ya Rabb, increase me in knowledge

    QS. Thaha: 114