final materi audiensi wagub dki jkt 26 mar 2013 faj-jejaring ampl

3
MATERI AUDIENSI KEPADA WAKIL GUBERNUR OLEH FORUM AIR JAKARTA BALAIKOTA, 26 MARET 2013 A. Latar Belakang Sampai dengan akhir tahun 2012 cakupan pelayanan air minum DKI Jakarta adalah sebesar 61 % dari jumlah penduduk sebesar 9.862.705 jiwa dengan ketahahan air sebesar 3 % air baku berasal dari dalam DKI Jakarta dan 97 % berasal dari luar DKI Jakarta yang terdiri dari 81 % air baku dari Waduk Jatiluhur sedangkan sisanya 16 % dari PDAM Cisadane Tangerang. Rendahnya ketahanan air yang berasal dari dalam ini, dikarenakan kualitas yang buruk dan jaminan kontinuitas yang rendah dari sungai-sungai, situ-situ dan waduk-waduk yang berada di wilayah DKI Jakarta sehingga potensi air baku air minum tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimum. Hal ini terjadi karena masih lemahnya perangkat hukum yang berkaitan dengan pemanfaatan, peruntukan serta konservasi sumber air baku di wilayah DKI Jakarta, baik dalam bentuk regulasi maupun institusi atau badan yang menjalankan regulasi tersebut. Selain itu, kurangnya peran serta aktif masyarakat dalam upaya pelestarian sumber daya air juga dapat menjadi salah satu faktor penyebabnya. Jaminan kehadanlan pasokan air baku yang berasal dari Waduk Jatiluhur secara kualitas, kuantitas dan kontinuitas masih rendah. Hal ini terlihat dari pencapaian target pasokan air baku pada tahun 2012 hanya mencapai 90 % dari angka yang ditargetkan sedangkan di sisi lain kualitas yang dipasok belum pernah secara keseluruhan parameter memenuhi baku mutu air yang diperuntukkan bagi air baku air minum yang dipersyaratkan dalam PP 82/2001, bahkan untuk kekeruhan air pernah mencapai 20.000 NTU (tahun 2010) sementara baku mutu yang diperkenankan adalah maksimal 100 NTU. Gangguan lainnya yang pernah terjadi adalah jebolnya tanggul Saluran Tarum Barat pada tahun 2011 menyebabkan tidak adanya pasokan air baku ke wilayah bagian barat DKI Jakarta. selain itu, beberapa gangguan juga terjadi pada akhir tahun 2012 hingga awal tahun 2013 ini, antara lain kurangnya pasokan air baku pada saat air melimpah pada musim penghujan karena pembangunan Syphon Bekasi yang belum selesai, terjadi pencemaran air baku oleh solar yang berasal dari bangunan di sekitar Bendung Bekasi yang mengakibatkan berhentinya Instalasi Pengolahan Air memproduksi air dan permasalahan teknis lainnya seperti gangguan pada Pompa Air Baku Cawang, penumpukan sampah pada saluran dan pendangkalan saluran oleh sedimen. Ketidakpastian jaminan pelayanan pemenuhan kebutuhan air masyarakat DKI Jakarta melalui air perpipaan tersebut mengakibatkan masih tingginya tingkat penggunaan air sumur dalam oleh masyarakat. Hal ini sangat berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan karena menjadi faktor utama terjadinya land subsidence di wilayah DKI Jakarta. Hal-hal tersebut di atas merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh DKI Jakarta untuk mencapai target MDG’s yang telah disepakati bersama dengan dunia internasional , yaitu cakupan pelayanan air DKI Jakarta sebesar 80 % pada tahun 2015. Menurut hasil perhitungan proyeksi neraca air yang dibuat oleh PDAM DKI Jakarta, pada tahun 2015 kebutuhan air bersih DKI Jakarta sebesar 28.414 lps atau setara dengan air baku sebesar 29.835 lps sedangkan rencana pemenuhan kebutuhan air pada tahun 2015 terdiri dari

Upload: yanuarep

Post on 22-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Audiensi Wagub DKI - FAJ

TRANSCRIPT

Page 1: Final Materi Audiensi Wagub DKI Jkt 26 Mar 2013 FAJ-Jejaring AMPL

MATERI AUDIENSI KEPADA WAKIL GUBERNUR OLEH

FORUM AIR JAKARTA BALAIKOTA, 26 MARET 2013

A. Latar Belakang

Sampai dengan akhir tahun 2012 cakupan pelayanan air minum DKI Jakarta adalah sebesar

61 % dari jumlah penduduk sebesar 9.862.705 jiwa dengan ketahahan air sebesar 3 % air

baku berasal dari dalam DKI Jakarta dan 97 % berasal dari luar DKI Jakarta yang terdiri dari

81 % air baku dari Waduk Jatiluhur sedangkan sisanya 16 % dari PDAM Cisadane Tangerang.

Rendahnya ketahanan air yang berasal dari dalam ini, dikarenakan kualitas yang buruk dan

jaminan kontinuitas yang rendah dari sungai-sungai, situ-situ dan waduk-waduk yang berada

di wilayah DKI Jakarta sehingga potensi air baku air minum tersebut tidak dapat

dimanfaatkan secara optimum. Hal ini terjadi karena masih lemahnya perangkat hukum

yang berkaitan dengan pemanfaatan, peruntukan serta konservasi sumber air baku di

wilayah DKI Jakarta, baik dalam bentuk regulasi maupun institusi atau badan yang

menjalankan regulasi tersebut. Selain itu, kurangnya peran serta aktif masyarakat dalam

upaya pelestarian sumber daya air juga dapat menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Jaminan kehadanlan pasokan air baku yang berasal dari Waduk Jatiluhur secara kualitas,

kuantitas dan kontinuitas masih rendah. Hal ini terlihat dari pencapaian target pasokan air

baku pada tahun 2012 hanya mencapai 90 % dari angka yang ditargetkan sedangkan di sisi

lain kualitas yang dipasok belum pernah secara keseluruhan parameter memenuhi baku

mutu air yang diperuntukkan bagi air baku air minum yang dipersyaratkan dalam PP

82/2001, bahkan untuk kekeruhan air pernah mencapai 20.000 NTU (tahun 2010)

sementara baku mutu yang diperkenankan adalah maksimal 100 NTU. Gangguan lainnya

yang pernah terjadi adalah jebolnya tanggul Saluran Tarum Barat pada tahun 2011

menyebabkan tidak adanya pasokan air baku ke wilayah bagian barat DKI Jakarta. selain itu,

beberapa gangguan juga terjadi pada akhir tahun 2012 hingga awal tahun 2013 ini, antara

lain kurangnya pasokan air baku pada saat air melimpah pada musim penghujan karena

pembangunan Syphon Bekasi yang belum selesai, terjadi pencemaran air baku oleh solar

yang berasal dari bangunan di sekitar Bendung Bekasi yang mengakibatkan berhentinya

Instalasi Pengolahan Air memproduksi air dan permasalahan teknis lainnya seperti gangguan

pada Pompa Air Baku Cawang, penumpukan sampah pada saluran dan pendangkalan

saluran oleh sedimen.

Ketidakpastian jaminan pelayanan pemenuhan kebutuhan air masyarakat DKI Jakarta

melalui air perpipaan tersebut mengakibatkan masih tingginya tingkat penggunaan air

sumur dalam oleh masyarakat. Hal ini sangat berdampak negatif terhadap kelestarian

lingkungan karena menjadi faktor utama terjadinya land subsidence di wilayah DKI Jakarta.

Hal-hal tersebut di atas merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh DKI Jakarta untuk mencapai target MDG’s yang telah disepakati bersama dengan dunia internasional, yaitu cakupan pelayanan air DKI Jakarta sebesar 80 % pada tahun 2015. Menurut hasil perhitungan proyeksi neraca air yang dibuat oleh PDAM DKI Jakarta, pada tahun 2015 kebutuhan air bersih DKI Jakarta sebesar 28.414 lps atau setara dengan air baku sebesar 29.835 lps sedangkan rencana pemenuhan kebutuhan air pada tahun 2015 terdiri dari

Page 2: Final Materi Audiensi Wagub DKI Jkt 26 Mar 2013 FAJ-Jejaring AMPL

MATERI AUDIENSI KEPADA WAKIL GUBERNUR OLEH

FORUM AIR JAKARTA BALAIKOTA, 26 MARET 2013

pasokan air eksisting sebesar 18.025 lps, rencana penambahan pasokan air dari dalam DKI Jakarta sebesar 2.900 lps dan rencana penambahan pasokan air curah olahan oleh Kementerian PU sebesar 4.000 lps. Sehingga secara perhitungan pada tahun 2015 DKI Jakarta masih kekurangan pasokan air sebesar 3.489 lps setara dengan cakupan pelayanan sebesar 71 %. B. Usulan Strategi dan Rekomendasi

Untuk menghadapi tantangan-tantangan yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka Forum

Air Jakarta melakukan suatu diskusi dan bahasan yang menghasilkan beberapa usulan

strategi yang saat ini kami rekomendasikan kepada Pemerintah DKI Jakarta. Rekomendasi

tersebut antara lain :

1. Implementasi PP 16/2005 Pasal 8 mengenai kewajiban Pemerintah Pusat dan Daerah

dalam penyediaan air baku dengan membentuk suatu Badan khsusus yang bertanggung

jawab kepada Gubernur DKI Jakarta untuk menjamin kehadanlan air baku DKI Jakarta

secara kualitas, kuantitas dan kontinuitas.

2. Memperkuat perangkat hukum yang berkaitan dengan pemanfaatan, peruntukan serta

konservasi sumber air baku di wilayah DKI Jakarta baik secara regulasi maupun aparat

penegak hukumnya.

3. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi antara pemerintah DKI Jakarta dengan instansi

terkait seperti Kementerian PU, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi

Banten untuk bersinergi menjamin kehandalan air DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara

Kesatuan Republik Indonesia terutama mengenai keberlangsungan pasokan air baku dari

Waduk Jatiluhur dan kepastian penambahan pasokan air curah olahan oleh Kementerian

PU.

4. Meningkatkan ketahahan air internal wilayah DKI Jakarta melalui program revitalisasi

sungai-sungai, situ-situ dan waduk-waduk sebagai sumber air baku DKI Jakarta serta

pengelolaan air buangan kota DKI Jakarta yang terintegrasi sebagai potensi air baku.

5. Memberikan dukungan terhadap rencana pembangunan IPA, pemasangan pipa transmisi

serta perluasan jaringan pipa distribusi baik secara perijinan mapun pendanaan.

6. Meningkatkan efisiensi pengelolaan dan pemakaian air di wilayah DKI Jakarta

7. Perbaikan sistem pengelolaan sumur dalam sehingga dapat mencegah kerusakan

lingkungan (land subsidence).

8. Mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam melestarikan sumber daya air di

wilayah DKI Jakarta misalnya dengan membentuk Rencana Aksi Komunitas Hijau (RAKH)

di wilayah Rukun Warga.

Demikian usulan strategi yang direkomedasikan Forum Air Jakarta kepada Pemerintah DKI

Jakarta selaku salah satu pemangku kepentingan air baku DKI Jakarta. Atas perhatian Bapak

kami ucapkan terima kasih.

Page 3: Final Materi Audiensi Wagub DKI Jkt 26 Mar 2013 FAJ-Jejaring AMPL

MATERI AUDIENSI KEPADA WAKIL GUBERNUR OLEH

FORUM AIR JAKARTA BALAIKOTA, 26 MARET 2013