filsafat pendidikan
TRANSCRIPT
-
1
Filsafat Pendidikan
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu:
Drs. Waluyo, M.Pd.
Disusun oleh:
Agustin Poncowati (K1513004)
PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
-
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang diperuntukan khusus
manusia di muka bumi ini. Bahkan bisa dikatakan pendidikan dan manusia
adalah kesatuan, karena manusia menjadi pelaku utama dalam pendidikan.
Pendidikan berasal dari kata dasar didik yang artinya memelihara dan
memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran. (KBBI v1.3)
Pendidikan bersifat normatif, maka diperlukan asumsi yang bersifat
normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif itu antara
lain dapat bersumber dari filsafat. Landasan filosofis pendidikan yang bersifat
preskriptif dan normatif akan memberikan petunjuk tentang apa yang
seharusnya di dalam pendidikan atau apa yang dicita-citakan dalam
pendidikan.
Pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah
yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula
secara holistik. Adapun kajian pendidikan secara holistik dapat diwujudkan
melalui pendekatan filosofis.
Agar lebih memahami mengenai filsafat dan hubungannya dengan
pendidikan serta mengenai filsafat pendidikan, maka penulis di dalam
makalah ini membahas tentang Filsafat Pendidikan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dan
diungkapkan dalam makalah ini adalah :
a. Apakah pengertian Filsafat?
b. Apakah pengertian filsafat pendidikan?
c. Apakah ruang lingkup filsafat pendidikan?
d. Apakah hubungan filsafat dengan pendidikan?
e. Filsafat pendidikan apakah yang diterapkan di Indonesia?
-
3
C. Batasan Masalah
Agar masalah yang dikemukakan terarah pada sasaran maka perlu
dibatasi, yaitu berkaitan dengan filsafat pendidikan dan filsafat pendidikan di
Indonesia.
D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
a. Menjelaskan pengertian Filsafat
b. Menjelaskan pengertian filsafat pendidikan
c. Mnjelaskan ruang lingkup filsafat pendidikan
d. Menjelaskan hubungan filsafat dengan pendidikan
e. Menjelaskan Filsafat pendidikan yang diterapkan di Indonesia
E. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut:
a. Menambah pengetahuan mengenai filsafat pendidikan.
b. Menambah pengetahuan mengenai filsafat pendidikan di Indonesia
-
4
BAB II
FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia, philo yang berarti cinta dalam
arti yang luas, yaitu ingin dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan itu;
sophia artinya kebijakan dalam arti pandai, pengertian yang mendalam, cinta pada
kebijakan.1
Sedangkan menurut Harun Nasution (1987:3), filsafat berasal dari kata Yunani
yang tersusun dari dua kata, yaitu: philein, artinya cinta dan sophos, artinya hikmat
(wisdom). Jadi, filsafat adalah cinta kebijakan (hikmah) atau kebebasan. Senada
dengan Harun Nasution, Tobrani (2008:2-3) mengemukan pendapat bahwa filsafat
berarti cinta kebenaran (al-haq) dan kebijaksanaan (al hikmah). Penggunaan istilah
cinta bukan istilah lain misalnya penemu, pemilik dan penjaga, menggambarkan
sikap rendah hati para filosof akan keterbatasannya dalam usaha menggapai
kebenaran dan kebijaksanaan. Walaupun telah berpikir secara sistematis, radikal dan
universal, ia tetap belum bisa menemukan, menjangkau, memiliki, dan menguasai
kebenaran dan kebijaksanaan dengan sesungguhnya. Ia hanya mendapatkan
kebenaran dan kebijaksanaan secara relatif dan temporal. Sedangkan yang hakiki
tetap tidak terjangkau. Ia milik yang Maha Mutlak, Maha Adil, Maha Bijaksana yaitu
Allah Swt. Manyadari akan keterbatasannya itu maka filosof hanya berharap, kagum,
dan cinta yang sedalam-dalamnya kepada kebenaran dan kebijaksanaan yang hakiki
itu. Perilaku inilah yang merupakan kebijaksanaan (wisdom, hikmah).2
Filsafat melahirkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan adalah sikap terhadap dunia
bahwa dirinya dan dunia ini adalah ciptaan Yang Maha Kuasa. Kesadaran ini
membawa filosof naik ke wilayah kesadaran yang lebih tinggi, tidak hanya kesadaran
1 A. Harris Hermawan, M.Ag., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementerian Agama RI,2012), hlm.4 2 Ibid.
-
5
material atau kesadaran semu. Dengan dimilikinya kebijaksanaan ini, para filosof
menjadi orang-orang yang paling mengerti dan tahu akan hakikat hidup dan
kehidupan.
Dalam KBBI juga disebutkan bahwa filsafat adalah pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yg ada, sebab, asal, dan
hukumnya.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimbulkan bahwa filsafat adalah
kecintaan manusia akan kebijaksanaan yang mendasari akan sesuatu.
Filsafat memang dimulai dari rasa ingin tahu. Keingintahuan manusia ini
kemudian melahirkan pemikiran. Manusia memikirkan apa yang ingin diketahuinya.
Pemikiran inilah yang kemudian disebut sebagai filsafat. Dengan berfilsafat manusia
kemudian jadi pandai. Pandai artinya juga tahu atau mengetahui. Dengan
kepandaiannya manusia harusnya menjadi bijaksana. Bijaksana adalah tujuan dari
mempelajari filsafat itu sendiri.
Istilah filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras. Dia mengatakan bahwa
manusia dapat dibagi menjadi tiga golongan. Pertama, manusia yang mencintai
kesenangan, kedua, manusia yang mencintai kegiatan, ketiga, manusia yang
mencintai kebijaksanaan. Pengertian ketiga dari Pythagoras tentang manusia ini yang
kemudian memberikan gambaran tentang pengertian filsafat yaitu kebijaksanaan.
Secara istilah, Filsafat artinya berpikir secara radikal, sistematis dan universal
tentang segala sesuatu. Berfilsafat adalah berpikir, tidak semua berpikir itu berfilsafat.
Berpikir yang berfilsafat adalah berpikir yang sistematis, radikal dan universal
tentang segala sesuatu. Radikal artinya mendalam. Sistematis artinya menggunakan
logika sebagai hukum berpikir dan universal artinya hasil pemikirannya menyeluruh
juga yang dipikirkannya segala-sesuatu.
Filsafat merupakan kegiatan pikiran. Pikiran manusia ini menerawang dan
menelaah segala yang ada di alam semesta. Penelaahan ini melahirkan pengertian
tentang realitas itu, tentang segala itu. Upaya mengetahui segala itu dilakukan secara
sistematis, artinya menggunakan hukum berpikir.Pikiran filosofis ini mencari hakikat
segala sesuatu itu sampai ke pengertian yang paling dasar, paling dalam.
-
6
Banyak sebenarnya cara berpikir itu. Berpikir dimaksudkan untuk menemukan
kebenaran. Berpikir untuk menemukan kebenaran itu banyak caranya. Misalnya ada
cara berpikir dialektika. Dialektika adalah cara berpikir dengan dialog yaitu cara
menemukan kebenaran dengan mempertanyakan kembali jawaban yang diperoleh.
Misalnya dimanakah ibukota Indonesia itu? Jawabannya adalah di Jakarta. Jawaban
pertama itu dipertanyakan kembali. Dimanakah Jakarta itu? dijawab di pulau Jawa
dan seterusnya.
Pemikiran filsafat bersifat spekulatif, artinya merenung, memikirkan sesuatu
sedalam-dalamnya, tanpa keharusan ada kontak langsung dg objek yang dipikirkan.
Karena pemikiran-pemikiran yang bersifat filsafat didasarkan atas pemikiran yang
bersifat spekulatif, maka nilai-nilai kebenaran yang dihasilkannya juga tak
terhindarkan dari kebenaran spekulatif. Hasilnya sangat tergantung dari pandangan
filosof yang bersangkutan.
Mengingat dominasi penggunaan nalar manusia dalam berfilsafat, maka
kebenaran yang dihasilkannya didasarkan atas penilaian kemampuan maksimal
menurut nalar manusia. Dengan demikian kebenaran filsafat adalah kebenaran yang
relative. Artinya kebenaran itu sendiri selalu mengalami perkembangan sesuai dengan
perubahan zaman dan peradaban manusia. Bagaimanapun, penilaian tentang suatu
kebenaran yang dianggap benar itu tergantung pada ruang dan waktu.
Kesimpulan-kesimpulan filsafat manusia selalu cenderung memiliki watak
subjektivitas. Faktor inilah yang melahirkan aliran-aliran filsafat, perbedaan-
perbedaan dalam filsafat.
B. Pengertian Filsafat Pendidikan
Pendidikan dapat dipahami dan didekati dari berbagai dimensi. Pendidikan itu
merupakan proses yang tidak akan pernah selesai (never ending process). Dimanapun
dan kapanpun proses pendidikan senantiasa terjadi. Oleh karena itu seorang professor
mengatakan bahwa pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan karena
kehidupan itulah pendidikan yang sebenarnya.
-
7
Pengertian filsafat pendidikan dapat diketahui pula dengan melakukan kajian
terhadap hubungan filsafat dan pendidikan. Menurut beberapa ahli pikir adalah
sebagai berikut:
1. John Dewey memandang pendidikan sebagai proses pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir
maupun daya perasaaan, menuju ke arah tabiat manusia. Filsafat dalam
hal ini dapat disebut sebagai teori umum pendidikan. Tugas filsafat dan
pendidikan adalah seiring yaitu sama-sama memajukan hidup manusia;
2. Thomson mengatakan bahwa filsafat berarti melihat seluruh masalah
tanpa ada batas atau implikasinya. Filsafat adalah suatu bentuk
pemikiran yang konsekuen, tanpa kenal kompromi tentang hal-hal yang
harus diungkap secara menyeluruh dan bulat;
3. Van Cleve Morris menyatakan, pendidikan adalah studi filosofis, karena
itu sebenarnya bukan hanya alat sosial semata, tetapi juga menjadi agen
yang melayani hati nurani masyarakat dalam memperjuangkan hari esok
yang lebih baik (M. Arifin, 2005:4).
4. Menurut Al-Syaibany (1979 : 36), filsafat pendidikan adalah aktivitas
pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat menjadi sebagai jalan
untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.
Artinya Filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-
maklumat yang diupayakan untuk mencapainya.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang memikirkan tentang masalah
pendidikan. Filsafat pendidikan juga diartikan sebagai teori pendidikan. Filsafat
pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan dalam bidang pendidikan.
Filsafat Pendidikan Menurut Prof. Imam Barnadib pada dasarnya merupakan
penerapan suatu analisis filosofis terhadap lapangan pendidikan. Sedangkan menurut
John Dewey Filsafat merupakan teori umum dari pendidikan, landasan dari semua
pemikiran mengenai pendidikan.
-
8
Sehingga filsafat pendidikan adalah berfikir secara sistematis radikal dan
universal tentang permasalahan-permasalahan pokok pendidikan. Permasalahan-
permasalahan pokok pendidikan itu yaitu tentang hakikat pendidikan, hakikat
pendidik, hakikat kurikulum, hakikat metode, hakikat evaluasi. Dengan kata lain
permasalahan pokok pendidikan itu yaitu apa hakikat pendidikan itu, bagaimana cara
mendidik itu, dan siapa yang mendidik dan dididik itu.3
C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
Ruang lingkup filsafat adalah semua lapangan pemikiran manusia yang
komprehensif. Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar-benar ada (nyata),
baik material konkret maupun nonmaterial (abstrak). Jadi, objek filsafat itu
tidak terbatas (Muhammad Noor Syam, 1988:22).
Secara makro, apa yang menjadi objek pemikiran filsafat yaitu
permasalahan kehidupan manusia, alam semesta, dan alam sekitarnya, juga
merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan. Menurut Jalaludin & Idi
(2007: 24) secara mikro yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi4:
1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (the nature of education);
2. Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan (the
nature of man)
3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama
dan kebudayaan;
4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan;
5. Merumuskan hubungan antara filsafat Negara (ideologi), filsafat pendidikan
dan politik pendidikan (sistem pendidikan);
6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan
tujuan pendidikan.
3 Ibid. hal.32
4 Iwan Dudy Gunawan. Filsafat Pendidikan.
http://www.unpas.ac.id/fiss/cms/besan.artikel.php?article_id=14. Diakses pada 12 Desember 2013
-
9
Dengan demikian, dari uraian di atas diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang
menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan
dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri,
yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan yang baik dan bagaimana
tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.
D. Hubungan Filsafat dengan Pendidikan
Filsafat dalam hubungannya dengan pendidikan tentunya mencoba
mempertanyakan persoalan-persoalan pokok pendidikan. Persoalan-persoalan
pendidikan itu antara; Apa hakikat pendidikan itu? Apa tujuan pendidikan itu?
bagaimana proses pendidikan itu dilakukan? Bagaimana dan siapa yang dididik itu?
Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan persoalan pendidikan yang perlu dijawab oleh
filsafat. Filsafat dengan pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat. Menurut
Umar Tirtraharjo, keduanya merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan, filsafat
dan pendidikan saling menunjang satu sama lain.
Berfilsafat berarti mencari nilai-nilai ideal (cita-cita) yang lebih baik, sedangkan
pendidikan mengaktualisasikan nilai-nilai ini dalam kehidupan manusia. Pendidikan
bertindak mencari arah yang terbaik, dengan berbekal teori-teori pendidikan yg
diberikan antara lain oleh pemikiran filsafat.
Filsafat mengadakan tinjauan yang luas terhadap realita termasuk manusia, maka
dibahaslah antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep ini
selanjutnya menjadi dasar atau landasan penyusunan tujuan dan metodologi
pendidikan.
Sebaliknya pengalaman pendidik dalam realita menjadi masukan dan
pertimbangan bagi filsafat untuk mengembangkan pemikiran pendidikan.
Filsafat memberi dasar-dasar dan nilai-nilai yang sifatnya das Sollen (yang
seharusnya). Sedangkan praksis pendidikan mengimplementasikan dasar-dasar
tersebut, tetapi juga memberi masukan dari realita terhadap pemikiran ideal
pendidikan dan manusia.
-
10
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta
didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi
nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-
cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi
mengenai masalah-masalah pendidikan.5
Karena masalah pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia.
Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan
kehidupan manusia. Dalam kontek ini, filsafat pendidikan mempunyai ruang lingkup
yang sangat luas menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.
Jadi, ada hubungan timbal balik yang sangat erat di antara filsafat dengan
pendidikan.
E. Aliran-aliran Filsafat Modern
Berikut ini aliran-aliran dalam filsafat pendidikan modern:
1. Aliran Progesivisme
Aliran progesivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas
progesivisme dalam semua realita kehidupan, agar manusia bisa survive
menghadapi semua tantangan hidup. Dinamakan instrumentalisme, karena
aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat
untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadian
manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini menyadari dan
mempraktekkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Dan
dinamakan environmentalisme, karena aliran ini menganggap lingkungan hidup
itu mempengaruhi pembinaan kepribadian6
5 Parmin. Filsafat Pendidikan. http://abumaimunah.files.wordpress.com/2012/11/filsafat-
pendidikan.pdf. Diakses pada 12 Desember 2013.
6 Ibid.
-
11
2. Aliran Essensialisme
Menurut Alwasilah (2008: 102) deskripsi yang paling mengena bagi aliran ini
adalah "tradisional", kembali ke khittah, atau back to basics. Tatkala kita ini
sudah bosan, atau bahkan muak, dengan kehidupan serba modern dan
mekanistik, kita sering bertanya pada diri sendiri, Apa sih yang kita cari?
Aliran ini diberi label demikian karena upayanya dalam menanamkan pada
para siswa apa yang menjadi esensi dari ilmu pengetahuan dan pembangunan
karakter siswa. Paham ini populer pada tahun 1930an dengan pelopornya
William Bagley (1874-1946). Pada awal abad ke-20 paham ini dikritik
sebagai paham kaku untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia dewasa.
Namun dengan suksesnya Uni Soviet dalam meluncurkan Sputnik pada tahun
1957, minat pada paham ini kembali hidup.
Lebih jauh Alwasilah (2008: 102) menyampaikan bahwa filsafat ini
berdasarkan filsafat konservatif bahwasanya sekolah itu tidak dapat mengubah
masyarakat secara radikal. Sekolah seharusnya mengajarkan nilai-nilai moral
tradisional dan pengetahuan agar siswa kelak menjadi warga negara teladan.
Ajaran yang mesti diberikan kepada siswa antara lain hormat kepada
kekuasaan, ketabahan, taat menjalankan kewajiban, tenggang rasa kepada
orang lain, dan menguasai hal-hal praktis. Sejalan dengan filsafat ini.
pendidikan hendaknya menekankan pemahaman dunia lewat percobaan
saintifik dan penguasaan ilmu-ilmu alamiah daripada ilmu-ilmu seperti filsafat
atau agama. Mata pelajaran tradisional yang lazim dianggap penting antara
lain matematika, IPA, sejarah, bahasa asing dan kesusastraan. Mata-mata
Pelajaran yang bersifat vokasional atau kurang akdemik kurang berkenan bagi
kelompok ini.
Sementara itu Sadulloh (2007: 158) menyatakan bahwa essensialisme suatu
filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu
kritik terhadap trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Essensialisme,
berpendapat bahwa kultur kita telah memiliki suatu inti pengetahuan umum
yang harus diberikan di sekolah-sekolah dalam suatu cara yang sistematik dan
-
12
berdisiplin. Essensialisme menekankan pada apa yang mendukung
pengetahuan dan keterampilan yang diyakini penting yang harus diketahui
oleh para anggota masyarakat yang produktif. Essensialisme bukan
merupakan suatu aliran filsafat tersendiri, yang mendirikan suatu bangunan
filsafat, malainkan suatu gerakan dalam pendidikan yang memprotes terhadap
pendidikan progresivisme. Essensialisme mengadakan protes tersebut tidak
menolak atau menentang secara keseluruhan pandangan progresivisme seperti
halnya yang dilakukan perenislisme7.
3. Aliran Perenialisme
Alwasilah menyampaikan bahwa Perrenial berarti everlasting, tahan lama,
atau abadi. Dalam sejarah peradaban manusia dikenal sejumlah gagasan besar
yang tetap menjadi rujukan sampai kapan pun juga. Aliran ini mengikuti
paham realisme, yang sejalan dengan Aristoteles bahwa manusia itu rasional.
Sekolah adalah lembaga yang didesain untuk menumbuhkan kecerdasan.
Siswa seyogianya diajari gagasan besar agar mencintainya, sehingga mereka
menjadi intelektual sejati.
Akar filsafat ini datang dari gagasan besar Plato dan Aristoteles dan kemudian
dari St. Thomas Aquinas yang sangat berpengaruh pada model-model sekolah
Katolik. Lazimnya ada dikenal dua aliran besar yaitu aliran Thomas Aquinas
dan kemudian abad ke 20 aliran Mortimer Adler dan Robert Hutchins. Seperti
halnya filsafat esensialisme, aliran ini pun kurang fleksibel dalam
mengembangkan kurikulum. Kaum perrenialis mendasarkan teorinya pada
pandangan universal bahwa semua manusia memiliki sifat esensial sebagai
makhluk rasional, jadi tidaklah baik menggiring dan mencocok hidung mereka
ke penguasaan keterampilan vokasional. Ini semua berpotensi mengganggu
perkembangan rasionalnya.8
7 Iwan Dudy Gunawan. Filsafat Pendidikan.
http://www.unpas.ac.id/fiss/cms/besan.artikel.php?article_id=14. Diakses pada 12 Desember 2013
8 Ibid.
-
13
4. Aliran Rekonstruksionisme
Aliran rekontruksionisme merupakan aliran yang berusaha merombak tata
susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
bercorak modern.
F. Filsafat Pendidikan di Indonesia
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
tercantum bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dasar pendidikan yaitu suatu aktivitas untuk mengembangkan dalam bidang
pendidikan dan pembinaan kepribadian, tentunya pendidikan memerlukan landasan
kerja untuk memberi arah bagi programnya. Di Indonesia, secara formal pendidikan
mempunyai dasar atau landasan yang kuat yaitu pancasila yang merupakan dasar
setiap laku dan kegiatan bangsa Indonesia dan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai
sila yang pertama. Dasar pokok pendidikan itu menegaskan bahwa pendidikan itu
adalah untuk mendidik akhlak dan jiwa mereka. Juga harus ditanamkan rasa
keutamaan, membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi.
Yang dimaksud dengan dasar pendidikan adalah pandangan hidup yang melandasi
seluruh aktivitas pendidikan. Karena dasar menyangkut masalah ideal dan
fundamental,maka diperlukan landasan pandangan hidup yang kokoh dan
komprehensif, serta tidak mudah berubah. Hal ini karena telah diyakini bahwa nilai
tersebut memiliki kebenaran yang telah teruji oleh sejarah. Kalau nilai-nilai sebagai
pandangan hidup yang dijadikan dasar pendidikan itu bersifat relatif dan temporal,
maka pendidikan akan mudah terombang-ambing oleh kepentingan dan tujuan sesaat
yang bersifat teknis dan pragmatis.
Dengan demikian, sebuah dasar pendidikan harus sesuatu yang bersifat filosofis.
Begitu pentingnya pertimbangan filosofis dalam menentukan dasar pendidikan, maka,
filsafat pendidikan adalah fundamen untuk melahirkan praksis, tanpa fundamen itu
tidak ada pendidikan. Perbuatan pendidik yang tidak berdasar, yang tidak bertujuan,
-
14
yang tidak disertai dengan keyakinan mengenai kebaikan dan kebenaran, yang
diperbuatnya itu bukanlah perbuatan pendidikan.
Selanjutnya, untuk menentukan dasar pendidikan, diperlukan jasa filsafat
pendidikan. Berdasarkan pertimbangan filosofis (metafisika dan aksiologi) diperoleh
nilai-nilai yang memiliki kebenaran yang meyakinkan.
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memang mempunyai peranan yang
sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa
yang bersangkutan (UU No.2 Tahun 1989 tentang SPN 1992:23). Karena itu,
pendidikan diusahakan dan diselenggarakan oleh pemerintah sebagai suatu sistem
pegajaran nasional, sebagaimana yang termaktub dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 2.
Pendidikan suatu bangsa akan mengikuti ideologi yang dianut oleh bangsa yang
bersangkutan. Karenanya, sistem pendidikan nasional Indonesia dijiwai, didasari, dan
mencerminkan identitas Pancasila. Sementara cita dan karsa bangsa kita, tujuan
nasional dan hasrat luhur rakyat Indonesia tersimpul dalam pembukaan UUD 1945
sebagai perwujudan jiwa dan nilai Pancasila. Cita dan karsa ini dilembagakan dalam
sistem pendidikan nasional yang bertumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan dan
pandangan hidup Pancasila.
Oleh karena itu, sangat tidak mungkin jika Sistem Pendidikan Nasional dijiwai
oleh sistem filsafat pendidikan lain selain Pancasila. Hal ini tercermin dalam tujun
Pendidikan Nasional yang termuat dalam UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yakni : pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan, keterampian, kesehatan jasmani, kepribadian yang mantap dan mandiri,
serta bertanggung jawab kemasyarakatan.
-
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat adalah kecintaan manusia akan kebijaksanaan yang mendasari akan
sesuatu. Filsafat pendidikan adalah berfikir secara sistematis radikal dan universal
tentang permasalahan-permasalahan pokok pendidikan. Ruang lingkup filsafat
pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk
mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan
bagaimana pelaksanaan pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan pendidikan itu
dapat dicapai seperti yang dicita-citakan. Terdapat hubungan timbal balik yang sangat
erat di antara filsafat dengan pendidikan. Di Indonesia, Sistem Pendidikan Nasional
dijiwai oleh sistem filsafat pendidikan Pancasila.
B. Saran
Dalam melaksanakan pendidikan, pendidik perlu mengetahui filsafat
pendidikan, agar pendidik paham mengenai profesinya, sehingga dapat
meminimalisir kesalahan dalam mendidik.
-
16
DAFTAR PUSTAKA
Rukiyati. Filsafat Pendidikan.2011. Yogyakarta
Iwan Dudy Gunawan. Filsafat Pendidikan.
http://www.unpas.ac.id/fiss/cms/besan.artikel.php?article_id=14. Diakses pada 12
Desember 2013
Harris Hermawan, M.Ag., Filsafat Pendidikan Islam. 2012. Jakarta. Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Parmin. Filsafat Pendidikan.
http://abumaimunah.files.wordpress.com/2012/11/filsafat-pendidikan.pdf. Diakses
pada 12 Desember 2013.
-
17
LAMPIRAN
TANYA JAWAB PRESENTASI
1. Pertanyaan Anggita Putri Iswari (K1513012)
Apakah maksud dari Das Sollen?
Das sollen artinya adalah yang seharusnya. Seharusnya kita seperti apa ketika
menghadapi suatu permasalahan. Jadi, dengan filsafat pendidikan, diharapkan
kita dapat mengacu dari filsafat pendidikan tersebut untuk melaksanakan
pendidikan.
2. Pertanyaan Mochammad Sahrul Aripin (K1513052)
Mangapa kita harus belajar filsafat pendidikan? Sebenarnya, filsafat
pendidikan di Indonesia itu Pancasila atau UUD 1945? Sifat dari filsafat itu
abstrak, bagaimana dengan filsafat pendidikan di Indonesia itu?
Karena, filsafat pendidikan sendiri artinya adalah dasar dari pendidikan.
Filsafat pendidikan mengajarkan hakikat pendidik, hakikat pendidikan, dsb.
Sedangkan kita disini sebagai calon-calon pendidik, maka kita perlu
memahami filsafat pendidikan agar kita dapat mempersiapkan diri kita untuk
menjadi pendidik yang paham dengan profesi kita.
Dasar filsafat pendidikan sama dengan dasar suatu Negara. Sehingga apabila
dasar Negara kita adalah Pancasila, maka filsafat pendidikan kita adalah
Filsafat Pendidikan Pancasila.
Filsafat memang abstrak, ia memang bersifat subjektif. Setiap orang berbeda-
beda dalam menerjemahkan sesuatu. Namun, pada dasarnya kita mempunyai
patokan-patokan yang dapat dijadikan dasar dalam penerjemahan sesuatu.
Dalam filsafat pendidikan sendiri, awalnya berupa pendapat-pendapat, namun
disepakati oleh para ahli sehingga tercipta sebuah filsafat pendidikan, yang
dalam hal ini di Indonesia, filsafat pendidikan Pancasila.