filsafat pendidikan

17
1 Filsafat Pendidikan Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah I lmu Pendidikan Dosen Pengampu: Drs. Waluyo, M.Pd. Disusun oleh: Agustin Poncowati (K1513004) PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Upload: agustin-poncowati

Post on 10-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    Filsafat Pendidikan

    Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan

    Dosen Pengampu:

    Drs. Waluyo, M.Pd.

    Disusun oleh:

    Agustin Poncowati (K1513004)

    PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2013

  • 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang diperuntukan khusus

    manusia di muka bumi ini. Bahkan bisa dikatakan pendidikan dan manusia

    adalah kesatuan, karena manusia menjadi pelaku utama dalam pendidikan.

    Pendidikan berasal dari kata dasar didik yang artinya memelihara dan

    memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan

    kecerdasan pikiran. (KBBI v1.3)

    Pendidikan bersifat normatif, maka diperlukan asumsi yang bersifat

    normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif itu antara

    lain dapat bersumber dari filsafat. Landasan filosofis pendidikan yang bersifat

    preskriptif dan normatif akan memberikan petunjuk tentang apa yang

    seharusnya di dalam pendidikan atau apa yang dicita-citakan dalam

    pendidikan.

    Pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah

    yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula

    secara holistik. Adapun kajian pendidikan secara holistik dapat diwujudkan

    melalui pendekatan filosofis.

    Agar lebih memahami mengenai filsafat dan hubungannya dengan

    pendidikan serta mengenai filsafat pendidikan, maka penulis di dalam

    makalah ini membahas tentang Filsafat Pendidikan.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dan

    diungkapkan dalam makalah ini adalah :

    a. Apakah pengertian Filsafat?

    b. Apakah pengertian filsafat pendidikan?

    c. Apakah ruang lingkup filsafat pendidikan?

    d. Apakah hubungan filsafat dengan pendidikan?

    e. Filsafat pendidikan apakah yang diterapkan di Indonesia?

  • 3

    C. Batasan Masalah

    Agar masalah yang dikemukakan terarah pada sasaran maka perlu

    dibatasi, yaitu berkaitan dengan filsafat pendidikan dan filsafat pendidikan di

    Indonesia.

    D. Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :

    a. Menjelaskan pengertian Filsafat

    b. Menjelaskan pengertian filsafat pendidikan

    c. Mnjelaskan ruang lingkup filsafat pendidikan

    d. Menjelaskan hubungan filsafat dengan pendidikan

    e. Menjelaskan Filsafat pendidikan yang diterapkan di Indonesia

    E. Manfaat Penulisan

    Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai

    berikut:

    a. Menambah pengetahuan mengenai filsafat pendidikan.

    b. Menambah pengetahuan mengenai filsafat pendidikan di Indonesia

  • 4

    BAB II

    FILSAFAT PENDIDIKAN

    A. Pengertian Filsafat

    Filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia, philo yang berarti cinta dalam

    arti yang luas, yaitu ingin dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan itu;

    sophia artinya kebijakan dalam arti pandai, pengertian yang mendalam, cinta pada

    kebijakan.1

    Sedangkan menurut Harun Nasution (1987:3), filsafat berasal dari kata Yunani

    yang tersusun dari dua kata, yaitu: philein, artinya cinta dan sophos, artinya hikmat

    (wisdom). Jadi, filsafat adalah cinta kebijakan (hikmah) atau kebebasan. Senada

    dengan Harun Nasution, Tobrani (2008:2-3) mengemukan pendapat bahwa filsafat

    berarti cinta kebenaran (al-haq) dan kebijaksanaan (al hikmah). Penggunaan istilah

    cinta bukan istilah lain misalnya penemu, pemilik dan penjaga, menggambarkan

    sikap rendah hati para filosof akan keterbatasannya dalam usaha menggapai

    kebenaran dan kebijaksanaan. Walaupun telah berpikir secara sistematis, radikal dan

    universal, ia tetap belum bisa menemukan, menjangkau, memiliki, dan menguasai

    kebenaran dan kebijaksanaan dengan sesungguhnya. Ia hanya mendapatkan

    kebenaran dan kebijaksanaan secara relatif dan temporal. Sedangkan yang hakiki

    tetap tidak terjangkau. Ia milik yang Maha Mutlak, Maha Adil, Maha Bijaksana yaitu

    Allah Swt. Manyadari akan keterbatasannya itu maka filosof hanya berharap, kagum,

    dan cinta yang sedalam-dalamnya kepada kebenaran dan kebijaksanaan yang hakiki

    itu. Perilaku inilah yang merupakan kebijaksanaan (wisdom, hikmah).2

    Filsafat melahirkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan adalah sikap terhadap dunia

    bahwa dirinya dan dunia ini adalah ciptaan Yang Maha Kuasa. Kesadaran ini

    membawa filosof naik ke wilayah kesadaran yang lebih tinggi, tidak hanya kesadaran

    1 A. Harris Hermawan, M.Ag., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan

    Islam Kementerian Agama RI,2012), hlm.4 2 Ibid.

  • 5

    material atau kesadaran semu. Dengan dimilikinya kebijaksanaan ini, para filosof

    menjadi orang-orang yang paling mengerti dan tahu akan hakikat hidup dan

    kehidupan.

    Dalam KBBI juga disebutkan bahwa filsafat adalah pengetahuan dan

    penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yg ada, sebab, asal, dan

    hukumnya.

    Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimbulkan bahwa filsafat adalah

    kecintaan manusia akan kebijaksanaan yang mendasari akan sesuatu.

    Filsafat memang dimulai dari rasa ingin tahu. Keingintahuan manusia ini

    kemudian melahirkan pemikiran. Manusia memikirkan apa yang ingin diketahuinya.

    Pemikiran inilah yang kemudian disebut sebagai filsafat. Dengan berfilsafat manusia

    kemudian jadi pandai. Pandai artinya juga tahu atau mengetahui. Dengan

    kepandaiannya manusia harusnya menjadi bijaksana. Bijaksana adalah tujuan dari

    mempelajari filsafat itu sendiri.

    Istilah filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras. Dia mengatakan bahwa

    manusia dapat dibagi menjadi tiga golongan. Pertama, manusia yang mencintai

    kesenangan, kedua, manusia yang mencintai kegiatan, ketiga, manusia yang

    mencintai kebijaksanaan. Pengertian ketiga dari Pythagoras tentang manusia ini yang

    kemudian memberikan gambaran tentang pengertian filsafat yaitu kebijaksanaan.

    Secara istilah, Filsafat artinya berpikir secara radikal, sistematis dan universal

    tentang segala sesuatu. Berfilsafat adalah berpikir, tidak semua berpikir itu berfilsafat.

    Berpikir yang berfilsafat adalah berpikir yang sistematis, radikal dan universal

    tentang segala sesuatu. Radikal artinya mendalam. Sistematis artinya menggunakan

    logika sebagai hukum berpikir dan universal artinya hasil pemikirannya menyeluruh

    juga yang dipikirkannya segala-sesuatu.

    Filsafat merupakan kegiatan pikiran. Pikiran manusia ini menerawang dan

    menelaah segala yang ada di alam semesta. Penelaahan ini melahirkan pengertian

    tentang realitas itu, tentang segala itu. Upaya mengetahui segala itu dilakukan secara

    sistematis, artinya menggunakan hukum berpikir.Pikiran filosofis ini mencari hakikat

    segala sesuatu itu sampai ke pengertian yang paling dasar, paling dalam.

  • 6

    Banyak sebenarnya cara berpikir itu. Berpikir dimaksudkan untuk menemukan

    kebenaran. Berpikir untuk menemukan kebenaran itu banyak caranya. Misalnya ada

    cara berpikir dialektika. Dialektika adalah cara berpikir dengan dialog yaitu cara

    menemukan kebenaran dengan mempertanyakan kembali jawaban yang diperoleh.

    Misalnya dimanakah ibukota Indonesia itu? Jawabannya adalah di Jakarta. Jawaban

    pertama itu dipertanyakan kembali. Dimanakah Jakarta itu? dijawab di pulau Jawa

    dan seterusnya.

    Pemikiran filsafat bersifat spekulatif, artinya merenung, memikirkan sesuatu

    sedalam-dalamnya, tanpa keharusan ada kontak langsung dg objek yang dipikirkan.

    Karena pemikiran-pemikiran yang bersifat filsafat didasarkan atas pemikiran yang

    bersifat spekulatif, maka nilai-nilai kebenaran yang dihasilkannya juga tak

    terhindarkan dari kebenaran spekulatif. Hasilnya sangat tergantung dari pandangan

    filosof yang bersangkutan.

    Mengingat dominasi penggunaan nalar manusia dalam berfilsafat, maka

    kebenaran yang dihasilkannya didasarkan atas penilaian kemampuan maksimal

    menurut nalar manusia. Dengan demikian kebenaran filsafat adalah kebenaran yang

    relative. Artinya kebenaran itu sendiri selalu mengalami perkembangan sesuai dengan

    perubahan zaman dan peradaban manusia. Bagaimanapun, penilaian tentang suatu

    kebenaran yang dianggap benar itu tergantung pada ruang dan waktu.

    Kesimpulan-kesimpulan filsafat manusia selalu cenderung memiliki watak

    subjektivitas. Faktor inilah yang melahirkan aliran-aliran filsafat, perbedaan-

    perbedaan dalam filsafat.

    B. Pengertian Filsafat Pendidikan

    Pendidikan dapat dipahami dan didekati dari berbagai dimensi. Pendidikan itu

    merupakan proses yang tidak akan pernah selesai (never ending process). Dimanapun

    dan kapanpun proses pendidikan senantiasa terjadi. Oleh karena itu seorang professor

    mengatakan bahwa pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan karena

    kehidupan itulah pendidikan yang sebenarnya.

  • 7

    Pengertian filsafat pendidikan dapat diketahui pula dengan melakukan kajian

    terhadap hubungan filsafat dan pendidikan. Menurut beberapa ahli pikir adalah

    sebagai berikut:

    1. John Dewey memandang pendidikan sebagai proses pembentukan

    kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir

    maupun daya perasaaan, menuju ke arah tabiat manusia. Filsafat dalam

    hal ini dapat disebut sebagai teori umum pendidikan. Tugas filsafat dan

    pendidikan adalah seiring yaitu sama-sama memajukan hidup manusia;

    2. Thomson mengatakan bahwa filsafat berarti melihat seluruh masalah

    tanpa ada batas atau implikasinya. Filsafat adalah suatu bentuk

    pemikiran yang konsekuen, tanpa kenal kompromi tentang hal-hal yang

    harus diungkap secara menyeluruh dan bulat;

    3. Van Cleve Morris menyatakan, pendidikan adalah studi filosofis, karena

    itu sebenarnya bukan hanya alat sosial semata, tetapi juga menjadi agen

    yang melayani hati nurani masyarakat dalam memperjuangkan hari esok

    yang lebih baik (M. Arifin, 2005:4).

    4. Menurut Al-Syaibany (1979 : 36), filsafat pendidikan adalah aktivitas

    pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat menjadi sebagai jalan

    untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.

    Artinya Filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-

    maklumat yang diupayakan untuk mencapainya.

    Filsafat pendidikan adalah filsafat yang memikirkan tentang masalah

    pendidikan. Filsafat pendidikan juga diartikan sebagai teori pendidikan. Filsafat

    pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-

    pertanyaan dalam bidang pendidikan.

    Filsafat Pendidikan Menurut Prof. Imam Barnadib pada dasarnya merupakan

    penerapan suatu analisis filosofis terhadap lapangan pendidikan. Sedangkan menurut

    John Dewey Filsafat merupakan teori umum dari pendidikan, landasan dari semua

    pemikiran mengenai pendidikan.

  • 8

    Sehingga filsafat pendidikan adalah berfikir secara sistematis radikal dan

    universal tentang permasalahan-permasalahan pokok pendidikan. Permasalahan-

    permasalahan pokok pendidikan itu yaitu tentang hakikat pendidikan, hakikat

    pendidik, hakikat kurikulum, hakikat metode, hakikat evaluasi. Dengan kata lain

    permasalahan pokok pendidikan itu yaitu apa hakikat pendidikan itu, bagaimana cara

    mendidik itu, dan siapa yang mendidik dan dididik itu.3

    C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan

    Ruang lingkup filsafat adalah semua lapangan pemikiran manusia yang

    komprehensif. Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar-benar ada (nyata),

    baik material konkret maupun nonmaterial (abstrak). Jadi, objek filsafat itu

    tidak terbatas (Muhammad Noor Syam, 1988:22).

    Secara makro, apa yang menjadi objek pemikiran filsafat yaitu

    permasalahan kehidupan manusia, alam semesta, dan alam sekitarnya, juga

    merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan. Menurut Jalaludin & Idi

    (2007: 24) secara mikro yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi4:

    1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (the nature of education);

    2. Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan (the

    nature of man)

    3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama

    dan kebudayaan;

    4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan;

    5. Merumuskan hubungan antara filsafat Negara (ideologi), filsafat pendidikan

    dan politik pendidikan (sistem pendidikan);

    6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan

    tujuan pendidikan.

    3 Ibid. hal.32

    4 Iwan Dudy Gunawan. Filsafat Pendidikan.

    http://www.unpas.ac.id/fiss/cms/besan.artikel.php?article_id=14. Diakses pada 12 Desember 2013

  • 9

    Dengan demikian, dari uraian di atas diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang

    menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan

    dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri,

    yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan yang baik dan bagaimana

    tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.

    D. Hubungan Filsafat dengan Pendidikan

    Filsafat dalam hubungannya dengan pendidikan tentunya mencoba

    mempertanyakan persoalan-persoalan pokok pendidikan. Persoalan-persoalan

    pendidikan itu antara; Apa hakikat pendidikan itu? Apa tujuan pendidikan itu?

    bagaimana proses pendidikan itu dilakukan? Bagaimana dan siapa yang dididik itu?

    Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan persoalan pendidikan yang perlu dijawab oleh

    filsafat. Filsafat dengan pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat. Menurut

    Umar Tirtraharjo, keduanya merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan, filsafat

    dan pendidikan saling menunjang satu sama lain.

    Berfilsafat berarti mencari nilai-nilai ideal (cita-cita) yang lebih baik, sedangkan

    pendidikan mengaktualisasikan nilai-nilai ini dalam kehidupan manusia. Pendidikan

    bertindak mencari arah yang terbaik, dengan berbekal teori-teori pendidikan yg

    diberikan antara lain oleh pemikiran filsafat.

    Filsafat mengadakan tinjauan yang luas terhadap realita termasuk manusia, maka

    dibahaslah antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep ini

    selanjutnya menjadi dasar atau landasan penyusunan tujuan dan metodologi

    pendidikan.

    Sebaliknya pengalaman pendidik dalam realita menjadi masukan dan

    pertimbangan bagi filsafat untuk mengembangkan pemikiran pendidikan.

    Filsafat memberi dasar-dasar dan nilai-nilai yang sifatnya das Sollen (yang

    seharusnya). Sedangkan praksis pendidikan mengimplementasikan dasar-dasar

    tersebut, tetapi juga memberi masukan dari realita terhadap pemikiran ideal

    pendidikan dan manusia.

  • 10

    Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta

    didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi

    nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-

    cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam

    keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup

    kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi

    mengenai masalah-masalah pendidikan.5

    Karena masalah pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia.

    Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan

    kehidupan manusia. Dalam kontek ini, filsafat pendidikan mempunyai ruang lingkup

    yang sangat luas menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.

    Jadi, ada hubungan timbal balik yang sangat erat di antara filsafat dengan

    pendidikan.

    E. Aliran-aliran Filsafat Modern

    Berikut ini aliran-aliran dalam filsafat pendidikan modern:

    1. Aliran Progesivisme

    Aliran progesivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas

    progesivisme dalam semua realita kehidupan, agar manusia bisa survive

    menghadapi semua tantangan hidup. Dinamakan instrumentalisme, karena

    aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat

    untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadian

    manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini menyadari dan

    mempraktekkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Dan

    dinamakan environmentalisme, karena aliran ini menganggap lingkungan hidup

    itu mempengaruhi pembinaan kepribadian6

    5 Parmin. Filsafat Pendidikan. http://abumaimunah.files.wordpress.com/2012/11/filsafat-

    pendidikan.pdf. Diakses pada 12 Desember 2013.

    6 Ibid.

  • 11

    2. Aliran Essensialisme

    Menurut Alwasilah (2008: 102) deskripsi yang paling mengena bagi aliran ini

    adalah "tradisional", kembali ke khittah, atau back to basics. Tatkala kita ini

    sudah bosan, atau bahkan muak, dengan kehidupan serba modern dan

    mekanistik, kita sering bertanya pada diri sendiri, Apa sih yang kita cari?

    Aliran ini diberi label demikian karena upayanya dalam menanamkan pada

    para siswa apa yang menjadi esensi dari ilmu pengetahuan dan pembangunan

    karakter siswa. Paham ini populer pada tahun 1930an dengan pelopornya

    William Bagley (1874-1946). Pada awal abad ke-20 paham ini dikritik

    sebagai paham kaku untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia dewasa.

    Namun dengan suksesnya Uni Soviet dalam meluncurkan Sputnik pada tahun

    1957, minat pada paham ini kembali hidup.

    Lebih jauh Alwasilah (2008: 102) menyampaikan bahwa filsafat ini

    berdasarkan filsafat konservatif bahwasanya sekolah itu tidak dapat mengubah

    masyarakat secara radikal. Sekolah seharusnya mengajarkan nilai-nilai moral

    tradisional dan pengetahuan agar siswa kelak menjadi warga negara teladan.

    Ajaran yang mesti diberikan kepada siswa antara lain hormat kepada

    kekuasaan, ketabahan, taat menjalankan kewajiban, tenggang rasa kepada

    orang lain, dan menguasai hal-hal praktis. Sejalan dengan filsafat ini.

    pendidikan hendaknya menekankan pemahaman dunia lewat percobaan

    saintifik dan penguasaan ilmu-ilmu alamiah daripada ilmu-ilmu seperti filsafat

    atau agama. Mata pelajaran tradisional yang lazim dianggap penting antara

    lain matematika, IPA, sejarah, bahasa asing dan kesusastraan. Mata-mata

    Pelajaran yang bersifat vokasional atau kurang akdemik kurang berkenan bagi

    kelompok ini.

    Sementara itu Sadulloh (2007: 158) menyatakan bahwa essensialisme suatu

    filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu

    kritik terhadap trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Essensialisme,

    berpendapat bahwa kultur kita telah memiliki suatu inti pengetahuan umum

    yang harus diberikan di sekolah-sekolah dalam suatu cara yang sistematik dan

  • 12

    berdisiplin. Essensialisme menekankan pada apa yang mendukung

    pengetahuan dan keterampilan yang diyakini penting yang harus diketahui

    oleh para anggota masyarakat yang produktif. Essensialisme bukan

    merupakan suatu aliran filsafat tersendiri, yang mendirikan suatu bangunan

    filsafat, malainkan suatu gerakan dalam pendidikan yang memprotes terhadap

    pendidikan progresivisme. Essensialisme mengadakan protes tersebut tidak

    menolak atau menentang secara keseluruhan pandangan progresivisme seperti

    halnya yang dilakukan perenislisme7.

    3. Aliran Perenialisme

    Alwasilah menyampaikan bahwa Perrenial berarti everlasting, tahan lama,

    atau abadi. Dalam sejarah peradaban manusia dikenal sejumlah gagasan besar

    yang tetap menjadi rujukan sampai kapan pun juga. Aliran ini mengikuti

    paham realisme, yang sejalan dengan Aristoteles bahwa manusia itu rasional.

    Sekolah adalah lembaga yang didesain untuk menumbuhkan kecerdasan.

    Siswa seyogianya diajari gagasan besar agar mencintainya, sehingga mereka

    menjadi intelektual sejati.

    Akar filsafat ini datang dari gagasan besar Plato dan Aristoteles dan kemudian

    dari St. Thomas Aquinas yang sangat berpengaruh pada model-model sekolah

    Katolik. Lazimnya ada dikenal dua aliran besar yaitu aliran Thomas Aquinas

    dan kemudian abad ke 20 aliran Mortimer Adler dan Robert Hutchins. Seperti

    halnya filsafat esensialisme, aliran ini pun kurang fleksibel dalam

    mengembangkan kurikulum. Kaum perrenialis mendasarkan teorinya pada

    pandangan universal bahwa semua manusia memiliki sifat esensial sebagai

    makhluk rasional, jadi tidaklah baik menggiring dan mencocok hidung mereka

    ke penguasaan keterampilan vokasional. Ini semua berpotensi mengganggu

    perkembangan rasionalnya.8

    7 Iwan Dudy Gunawan. Filsafat Pendidikan.

    http://www.unpas.ac.id/fiss/cms/besan.artikel.php?article_id=14. Diakses pada 12 Desember 2013

    8 Ibid.

  • 13

    4. Aliran Rekonstruksionisme

    Aliran rekontruksionisme merupakan aliran yang berusaha merombak tata

    susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang

    bercorak modern.

    F. Filsafat Pendidikan di Indonesia

    Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    tercantum bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

    Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    Dasar pendidikan yaitu suatu aktivitas untuk mengembangkan dalam bidang

    pendidikan dan pembinaan kepribadian, tentunya pendidikan memerlukan landasan

    kerja untuk memberi arah bagi programnya. Di Indonesia, secara formal pendidikan

    mempunyai dasar atau landasan yang kuat yaitu pancasila yang merupakan dasar

    setiap laku dan kegiatan bangsa Indonesia dan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai

    sila yang pertama. Dasar pokok pendidikan itu menegaskan bahwa pendidikan itu

    adalah untuk mendidik akhlak dan jiwa mereka. Juga harus ditanamkan rasa

    keutamaan, membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi.

    Yang dimaksud dengan dasar pendidikan adalah pandangan hidup yang melandasi

    seluruh aktivitas pendidikan. Karena dasar menyangkut masalah ideal dan

    fundamental,maka diperlukan landasan pandangan hidup yang kokoh dan

    komprehensif, serta tidak mudah berubah. Hal ini karena telah diyakini bahwa nilai

    tersebut memiliki kebenaran yang telah teruji oleh sejarah. Kalau nilai-nilai sebagai

    pandangan hidup yang dijadikan dasar pendidikan itu bersifat relatif dan temporal,

    maka pendidikan akan mudah terombang-ambing oleh kepentingan dan tujuan sesaat

    yang bersifat teknis dan pragmatis.

    Dengan demikian, sebuah dasar pendidikan harus sesuatu yang bersifat filosofis.

    Begitu pentingnya pertimbangan filosofis dalam menentukan dasar pendidikan, maka,

    filsafat pendidikan adalah fundamen untuk melahirkan praksis, tanpa fundamen itu

    tidak ada pendidikan. Perbuatan pendidik yang tidak berdasar, yang tidak bertujuan,

  • 14

    yang tidak disertai dengan keyakinan mengenai kebaikan dan kebenaran, yang

    diperbuatnya itu bukanlah perbuatan pendidikan.

    Selanjutnya, untuk menentukan dasar pendidikan, diperlukan jasa filsafat

    pendidikan. Berdasarkan pertimbangan filosofis (metafisika dan aksiologi) diperoleh

    nilai-nilai yang memiliki kebenaran yang meyakinkan.

    Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memang mempunyai peranan yang

    sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa

    yang bersangkutan (UU No.2 Tahun 1989 tentang SPN 1992:23). Karena itu,

    pendidikan diusahakan dan diselenggarakan oleh pemerintah sebagai suatu sistem

    pegajaran nasional, sebagaimana yang termaktub dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 2.

    Pendidikan suatu bangsa akan mengikuti ideologi yang dianut oleh bangsa yang

    bersangkutan. Karenanya, sistem pendidikan nasional Indonesia dijiwai, didasari, dan

    mencerminkan identitas Pancasila. Sementara cita dan karsa bangsa kita, tujuan

    nasional dan hasrat luhur rakyat Indonesia tersimpul dalam pembukaan UUD 1945

    sebagai perwujudan jiwa dan nilai Pancasila. Cita dan karsa ini dilembagakan dalam

    sistem pendidikan nasional yang bertumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan dan

    pandangan hidup Pancasila.

    Oleh karena itu, sangat tidak mungkin jika Sistem Pendidikan Nasional dijiwai

    oleh sistem filsafat pendidikan lain selain Pancasila. Hal ini tercermin dalam tujun

    Pendidikan Nasional yang termuat dalam UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional, yakni : pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan

    bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

    bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

    pengetahuan, keterampian, kesehatan jasmani, kepribadian yang mantap dan mandiri,

    serta bertanggung jawab kemasyarakatan.

  • 15

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Filsafat adalah kecintaan manusia akan kebijaksanaan yang mendasari akan

    sesuatu. Filsafat pendidikan adalah berfikir secara sistematis radikal dan universal

    tentang permasalahan-permasalahan pokok pendidikan. Ruang lingkup filsafat

    pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk

    mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan

    bagaimana pelaksanaan pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan pendidikan itu

    dapat dicapai seperti yang dicita-citakan. Terdapat hubungan timbal balik yang sangat

    erat di antara filsafat dengan pendidikan. Di Indonesia, Sistem Pendidikan Nasional

    dijiwai oleh sistem filsafat pendidikan Pancasila.

    B. Saran

    Dalam melaksanakan pendidikan, pendidik perlu mengetahui filsafat

    pendidikan, agar pendidik paham mengenai profesinya, sehingga dapat

    meminimalisir kesalahan dalam mendidik.

  • 16

    DAFTAR PUSTAKA

    Rukiyati. Filsafat Pendidikan.2011. Yogyakarta

    Iwan Dudy Gunawan. Filsafat Pendidikan.

    http://www.unpas.ac.id/fiss/cms/besan.artikel.php?article_id=14. Diakses pada 12

    Desember 2013

    Harris Hermawan, M.Ag., Filsafat Pendidikan Islam. 2012. Jakarta. Direktorat

    Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

    Parmin. Filsafat Pendidikan.

    http://abumaimunah.files.wordpress.com/2012/11/filsafat-pendidikan.pdf. Diakses

    pada 12 Desember 2013.

  • 17

    LAMPIRAN

    TANYA JAWAB PRESENTASI

    1. Pertanyaan Anggita Putri Iswari (K1513012)

    Apakah maksud dari Das Sollen?

    Das sollen artinya adalah yang seharusnya. Seharusnya kita seperti apa ketika

    menghadapi suatu permasalahan. Jadi, dengan filsafat pendidikan, diharapkan

    kita dapat mengacu dari filsafat pendidikan tersebut untuk melaksanakan

    pendidikan.

    2. Pertanyaan Mochammad Sahrul Aripin (K1513052)

    Mangapa kita harus belajar filsafat pendidikan? Sebenarnya, filsafat

    pendidikan di Indonesia itu Pancasila atau UUD 1945? Sifat dari filsafat itu

    abstrak, bagaimana dengan filsafat pendidikan di Indonesia itu?

    Karena, filsafat pendidikan sendiri artinya adalah dasar dari pendidikan.

    Filsafat pendidikan mengajarkan hakikat pendidik, hakikat pendidikan, dsb.

    Sedangkan kita disini sebagai calon-calon pendidik, maka kita perlu

    memahami filsafat pendidikan agar kita dapat mempersiapkan diri kita untuk

    menjadi pendidik yang paham dengan profesi kita.

    Dasar filsafat pendidikan sama dengan dasar suatu Negara. Sehingga apabila

    dasar Negara kita adalah Pancasila, maka filsafat pendidikan kita adalah

    Filsafat Pendidikan Pancasila.

    Filsafat memang abstrak, ia memang bersifat subjektif. Setiap orang berbeda-

    beda dalam menerjemahkan sesuatu. Namun, pada dasarnya kita mempunyai

    patokan-patokan yang dapat dijadikan dasar dalam penerjemahan sesuatu.

    Dalam filsafat pendidikan sendiri, awalnya berupa pendapat-pendapat, namun

    disepakati oleh para ahli sehingga tercipta sebuah filsafat pendidikan, yang

    dalam hal ini di Indonesia, filsafat pendidikan Pancasila.