filsafat ilmu s2

48
POKOK-POKOK POKOK-POKOK MATERI FILSAFAT ILMU MATERI FILSAFAT ILMU Oleh : Oleh : Prof. Dr Prof. Dr . Iriyanto . Iriyanto Widisuseno, M.Hum Widisuseno, M.Hum PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Upload: ehbib-syawkani

Post on 20-Jan-2016

497 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

Apa Filsafat Ilmu, dan Kenapa seorang calon magister harus mempelajarinya?

TRANSCRIPT

Page 1: FILSAFAT ILMU S2

POKOK-POKOK POKOK-POKOK MATERI FILSAFAT ILMU MATERI FILSAFAT ILMU

Oleh :Oleh :

Prof. DrProf. Dr. Iriyanto Widisuseno, . Iriyanto Widisuseno, M.HumM.Hum

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS DIPONEGORO

Page 2: FILSAFAT ILMU S2

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PERSOALAN FILSAFAT

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PERSOALAN FILSAFAT

• Pengertian Filsafat– Terminologi :

Istilah Filsafat (IND) = Falsafah(ARAB), Philosophy (INGG), Philosophia (LATIN), Philosophie (BLD, JERMAN, PRANCIS), Semua istilah itu bersumber pada istilah Philosophia (YUNANI)

• Pengertian Filsafat– Terminologi :

Istilah Filsafat (IND) = Falsafah(ARAB), Philosophy (INGG), Philosophia (LATIN), Philosophie (BLD, JERMAN, PRANCIS), Semua istilah itu bersumber pada istilah Philosophia (YUNANI)

Page 3: FILSAFAT ILMU S2

Philosophia : Philosophia : – Philein + Sophos = mencitai hal-hal Philein + Sophos = mencitai hal-hal

yg bersifat bijaksana yg bersifat bijaksana – Philos + Sophia = teman Philos + Sophia = teman

kebijaksanaan kebijaksanaan – Philosophos = pencinta kebijaksanaan Philosophos = pencinta kebijaksanaan

Page 4: FILSAFAT ILMU S2

Sikap mencitai - paradoksal Sikap mencitai - paradoksal Memiliki X Mempersoalkan Memiliki X Mempersoalkan

(an unended quest – an unfinished (an unended quest – an unfinished

journey)journey)

Page 5: FILSAFAT ILMU S2

KesimpulanKesimpulan

– Filsafat sebagai upaya terusmenerus, Filsafat sebagai upaya terusmenerus, proses mencari kebenaran melalui sikap proses mencari kebenaran melalui sikap kritis, selalu bertanya sampai pada kritis, selalu bertanya sampai pada persoalan yg paling dasar/hakikipersoalan yg paling dasar/hakiki

Implikasi belajar Filsafat :Implikasi belajar Filsafat :– Orang semakin memahami makna segala Orang semakin memahami makna segala

sesuatu, termasuk makna kehidupan ini.sesuatu, termasuk makna kehidupan ini.

Page 6: FILSAFAT ILMU S2

BEBERAPA SEBUTAN UNTUK BEBERAPA SEBUTAN UNTUK FILSAFATFILSAFAT

Filsafat adalah sikap hidupFilsafat adalah sikap hidup

Filsafat adalah cara/metode berfikir Filsafat adalah cara/metode berfikir reflektif dan rasionalreflektif dan rasional

Filsafat adalah sekelompok persoalan:Filsafat adalah sekelompok persoalan:– Apakah hakikat sesuatu Apakah hakikat sesuatu (metavisika)(metavisika) - (mns, - (mns,

alam semesta, Tuhan, ilmu )alam semesta, Tuhan, ilmu )– Dari manakah datangnya ilmu/pengetahuan,Dari manakah datangnya ilmu/pengetahuan,– Apakah kebenaran Apakah kebenaran (epistemologi). (epistemologi).

Page 7: FILSAFAT ILMU S2

Lanjutan .......Lanjutan .......

– Apakah yang membedakan baik dan buruk ?Apakah yang membedakan baik dan buruk ?– Apakah keindahan ?Apakah keindahan ?– Apakah agama perlu memasuki kehidupan Apakah agama perlu memasuki kehidupan

manusia ?-------manusia ?-------AksiologiAksiologi

Page 8: FILSAFAT ILMU S2

DEFINISI FILSAFAT DEFINISI FILSAFAT

Philosophy is the attempt to give a Philosophy is the attempt to give a reasoned conception of the universe and reasoned conception of the universe and of man’s place itof man’s place it

(Fils adalah usaha untuk memberikan (Fils adalah usaha untuk memberikan pemahaman konsep alam semesta dan pemahaman konsep alam semesta dan tempat manusia berada)tempat manusia berada)– J.A. Leighton :fils yg lengkap mencakup alam J.A. Leighton :fils yg lengkap mencakup alam

semesta/jagat raya, alam kehidupan, doktrin-semesta/jagat raya, alam kehidupan, doktrin-doktrin, nilai, makna dan tujuan kehidupan.doktrin, nilai, makna dan tujuan kehidupan.

Page 9: FILSAFAT ILMU S2

Lanjutan....Lanjutan....

Philosophy as the endeavor to achieve a Philosophy as the endeavor to achieve a comprehensive view of life and its comprehensive view of life and its meaning, upon the basis of the results of meaning, upon the basis of the results of the various sciences. the various sciences.

(Filsafat sebagai usaha sungguh2 untuk (Filsafat sebagai usaha sungguh2 untuk mencapai pemahaman menyeluruh mencapai pemahaman menyeluruh tentang arti dan makna kehidupan, yg tentang arti dan makna kehidupan, yg berdasarkan hasil macam-macam ilmu. berdasarkan hasil macam-macam ilmu.

Page 10: FILSAFAT ILMU S2

MENGAPA KITA MEMBUTUHKAN MENGAPA KITA MEMBUTUHKAN FILSAFATFILSAFAT

Each person must make decisions and Each person must make decisions and act.act.– Kehidupan mendorong kita utk menentukan Kehidupan mendorong kita utk menentukan

jawaban atas pertanyaan2 ttg kebenaran dan jawaban atas pertanyaan2 ttg kebenaran dan kesalahan, kecantikan dan kejelekan, kesalahan, kecantikan dan kejelekan, kebaikan dan keburukan. Kita harus kebaikan dan keburukan. Kita harus menetapkan standar2 dan tujuan2nya. Fils menetapkan standar2 dan tujuan2nya. Fils dpt memberikan dasar utk tindakan2 sosial dpt memberikan dasar utk tindakan2 sosial bagi tingkah laku pribadi. bagi tingkah laku pribadi.

Page 11: FILSAFAT ILMU S2

Lanjutan.....Lanjutan.....

Our conduct is our own, and we are really Our conduct is our own, and we are really free only when we rely upon inner controls free only when we rely upon inner controls or self-chosen ends. or self-chosen ends. – Tingkah laku kita adalah milik kita, dan kita Tingkah laku kita adalah milik kita, dan kita

benar-benar bebas hanya jika kita percaya benar-benar bebas hanya jika kita percaya akan kontrol diri sendiri dan berakhir dengan akan kontrol diri sendiri dan berakhir dengan pilihan sendiripilihan sendiri

– Fils membekali pemahaman esensial, Fils membekali pemahaman esensial, komprehensif dan normatifkomprehensif dan normatif

Page 12: FILSAFAT ILMU S2

Lanjutan....Lanjutan....

Philosophy is one of the best means by Philosophy is one of the best means by which to foster the habit of reflectionwhich to foster the habit of reflection– Fils adalah salah satu cara terbaik utk Fils adalah salah satu cara terbaik utk

memelihara kebiasaan berfikir kritismemelihara kebiasaan berfikir kritis– Fils membantu orang memperluas wawasan Fils membantu orang memperluas wawasan

hidup dan cakrawala dunianya, menjadikan ia hidup dan cakrawala dunianya, menjadikan ia lebih hidup, kritis, inteligen. lebih hidup, kritis, inteligen.

Page 13: FILSAFAT ILMU S2

Lanjutan .....Lanjutan .....

We life in an age of uncertainty and We life in an age of uncertainty and change, when many of the older beleifs change, when many of the older beleifs and ways of doing things are inadequate. and ways of doing things are inadequate. – Kita senantiasa hidup dalam ketidak pastian Kita senantiasa hidup dalam ketidak pastian

dan penuh perubahan, manakala banyak dan penuh perubahan, manakala banyak kepercayaan2 kepercayaan2

– Dalam suasana seperti ini kita membutuhkan Dalam suasana seperti ini kita membutuhkan seperangkat nilai2 dan petunjuk2, seperangkat nilai2 dan petunjuk2, kesatupaduan ditengah kekacauan, integrasi kesatupaduan ditengah kekacauan, integrasi diri. diri.

Page 14: FILSAFAT ILMU S2

POSISI FILSAFAT ILMU SEBAGAI POSISI FILSAFAT ILMU SEBAGAI CABANG PENGETAHUAN FILSAFATCABANG PENGETAHUAN FILSAFAT

1. METAFISIKA 1. METAFISIKA – METAFISIKA UMUM (ONTOLOGI)METAFISIKA UMUM (ONTOLOGI)– METAFISIKA KHUSUS (PSIKOLOGI, KOSMOLOGI, METAFISIKA KHUSUS (PSIKOLOGI, KOSMOLOGI,

THEOLOGI)THEOLOGI)

2. EPISTEMOLOGI: 2. EPISTEMOLOGI: TEORI PENGETAHUAN TEORI PENGETAHUAN (Theory of knowledge)(Theory of knowledge)

TEORI PENGETAHUAN ILMIAH (Theory of Science) = TEORI PENGETAHUAN ILMIAH (Theory of Science) = FILSAFAT ILMU ( Philosophy of Science) FILSAFAT ILMU ( Philosophy of Science)

AKSIOLOGI / TEORI NILAIAKSIOLOGI / TEORI NILAI(LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA, RELIGI) (LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA, RELIGI)

Page 15: FILSAFAT ILMU S2

RUANG LINGKUP PERSOALAN RUANG LINGKUP PERSOALAN

FILSAFAT ILMUFILSAFAT ILMU

ARTI FILSAFAT ILMU (Philosophy of ARTI FILSAFAT ILMU (Philosophy of science)science)– Cabang fils yang mengkaji ilmu dalam Cabang fils yang mengkaji ilmu dalam

perspektif filosofis: perspektif filosofis: Objek materi (hal yg dikaji): ilmu (Science) Objek materi (hal yg dikaji): ilmu (Science)

Objek formal (sudut pandang) : ilmu ditinjau dari Objek formal (sudut pandang) : ilmu ditinjau dari segi hakikat (ontologis), cara kerja keilmuan segi hakikat (ontologis), cara kerja keilmuan (epistemologis) dan norma2 dasar keilmuan (epistemologis) dan norma2 dasar keilmuan (aksiologis). (aksiologis).

Page 16: FILSAFAT ILMU S2

MENGAPA CALON MAGISTER-MENGAPA CALON MAGISTER-PROFESIONAL PERLU BELAJAR PROFESIONAL PERLU BELAJAR

FILSAFAT ILMUFILSAFAT ILMU AA. . Tuntutan kompetensi akademik :Tuntutan kompetensi akademik :

Lulusan program SLulusan program S22 diarahkan menjadi diarahkan menjadi ilmuwan, profesional, diharapkan mampu ilmuwan, profesional, diharapkan mampu menerapkan dan mengembangkan ilmu menerapkan dan mengembangkan ilmu (penelitian, eksperimentasi, implementasi)(penelitian, eksperimentasi, implementasi)

-- Dalam praktiknya di lapangan merekaDalam praktiknya di lapangan mereka

menghadapi permasalahan mendasar: menghadapi permasalahan mendasar:

Page 17: FILSAFAT ILMU S2

Lanjutan.........Lanjutan......... Dalam penerapan, pengembangan dan Dalam penerapan, pengembangan dan

penemuan teori/ilmu tidak cukup hanya penemuan teori/ilmu tidak cukup hanya mendasarkan pada ketrampilan pengetahuan dan mendasarkan pada ketrampilan pengetahuan dan kemampuan penguasaan konsep-konsep serta kemampuan penguasaan konsep-konsep serta teori-teori keilmuan dalam bidangnya masing-teori-teori keilmuan dalam bidangnya masing-masing, akan tetapi juga landasan pemahaman masing, akan tetapi juga landasan pemahaman mengenai hakikat ilmu (dasar ontologis), cara mengenai hakikat ilmu (dasar ontologis), cara pengembangan ilmu (dasar epistemologis), dan pengembangan ilmu (dasar epistemologis), dan kaidah-kaidah moral-etika-agama sebagai dasar kaidah-kaidah moral-etika-agama sebagai dasar pertimbangan mengenai untuk apa teori/ilmu itu pertimbangan mengenai untuk apa teori/ilmu itu dikembangkan, diterapkan, atau ditemukan dikembangkan, diterapkan, atau ditemukan (dasar aksiologis). (dasar aksiologis).

Page 18: FILSAFAT ILMU S2

Lanjutan ...........Lanjutan ...........

Seorang ilmuwan dan profesional dituntut Seorang ilmuwan dan profesional dituntut pertanggungjawaban kemampuan pertanggungjawaban kemampuan pemahaman: ontologis, epistemologis dan pemahaman: ontologis, epistemologis dan aksiologis keilmuan. aksiologis keilmuan.

Page 19: FILSAFAT ILMU S2

B.Tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan B.Tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan empiris: mengarah spesialisasi yg makin empiris: mengarah spesialisasi yg makin meruncing disertai berbagai dampaknya. meruncing disertai berbagai dampaknya.

– Dampak positif : Dampak positif : Bagi Ilmuwan: memiliki fokus dan kedalaman Bagi Ilmuwan: memiliki fokus dan kedalaman keilmuankeilmuan

Bagi masyarakat: spesialisasi keilmuan disertai Bagi masyarakat: spesialisasi keilmuan disertai temuan2 teknologinya dapat memfasilitasi temuan2 teknologinya dapat memfasilitasi kebutuhan, keperluan hidup manusia. kebutuhan, keperluan hidup manusia.

Page 20: FILSAFAT ILMU S2

Lanjutan ...........Lanjutan ...........

DAMPAK NEGATIPDAMPAK NEGATIP– SEMAKIN MERUNCINGNYA SPESIALISASI ILMU-SEMAKIN MERUNCINGNYA SPESIALISASI ILMU-

ILMU EMPIRIS, YG MEMBAWA KONSEKUENSI ILMU EMPIRIS, YG MEMBAWA KONSEKUENSI SEMAKIN RAGAM BIDANG-BIDANG KEILMUAN, SEMAKIN RAGAM BIDANG-BIDANG KEILMUAN, SEKAT2 KEILMUAN, SIKAP ILMIAH ILMUWAN SEKAT2 KEILMUAN, SIKAP ILMIAH ILMUWAN SEMAKIN FOKUS DAN INTENS DALAM SEMAKIN FOKUS DAN INTENS DALAM BIDANGNYA. IMPLIKASI YANG DITIMBULKAN, BIDANGNYA. IMPLIKASI YANG DITIMBULKAN, ILMU BERKEMBANG MENUJU OTONOMINYA, ILMU BERKEMBANG MENUJU OTONOMINYA, SIKAP APATISME, EGOISME, DAN ANARKHISME SIKAP APATISME, EGOISME, DAN ANARKHISME KEILMUANKEILMUAN..

Page 21: FILSAFAT ILMU S2

Lanjutan ...........Lanjutan ...........

– Teknologi modern yang dihasilkan spesialisasi secara Teknologi modern yang dihasilkan spesialisasi secara ekstensif telah mempengaruhi berbagai bidang ekstensif telah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan manusia, dan secara intensif mampu kehidupan manusia, dan secara intensif mampu merubah pola kehidupan manusia (pola budaya ) : merubah pola kehidupan manusia (pola budaya ) :

Kekeringan nilai-nilai : Kekeringan nilai-nilai : – Teknologi mendorong perkembangan pola pikir Teknologi mendorong perkembangan pola pikir

berorientasi praktis, rasional, empiris. Dapat berorientasi praktis, rasional, empiris. Dapat terjebak ke arah pola kehidupan yg materialis, terjebak ke arah pola kehidupan yg materialis, pragmatis, kering nilai2 etik spiritual dan nilai-pragmatis, kering nilai2 etik spiritual dan nilai-nilai kesejarahan. Gaya hidup konsumtif, nilai kesejarahan. Gaya hidup konsumtif, materialistik, hedonistik, dan demoralisasi, materialistik, hedonistik, dan demoralisasi, dehumanisasi, dll. dehumanisasi, dll.

Page 22: FILSAFAT ILMU S2

Pengembangan ilmu dan teknologi harus Pengembangan ilmu dan teknologi harus dikembalikan pada arti dan makna dikembalikan pada arti dan makna hakikinya (ontologi), prosedur, metode hakikinya (ontologi), prosedur, metode pengembangan yg tepat bagi kepentingan pengembangan yg tepat bagi kepentingan manusia (epistemologi), dan norma2 manusia (epistemologi), dan norma2 dasar imperatif yang harus ditaati untuk dasar imperatif yang harus ditaati untuk menentukan arah tujuan pengembangan menentukan arah tujuan pengembangan ilmu (aksiologi). ilmu (aksiologi).

Page 23: FILSAFAT ILMU S2

Lanjutan ......Lanjutan ......

C. C. ILMU BERSIFAT DINAMISILMU BERSIFAT DINAMIS– ILMU BUKAN SESUATU/ ENTITAS YANG ILMU BUKAN SESUATU/ ENTITAS YANG

ABADI, ILMU SEBENARNYA TIDAK PERNAH ABADI, ILMU SEBENARNYA TIDAK PERNAH SELESAI KENDATI ILMU ITU DIDASARKAN SELESAI KENDATI ILMU ITU DIDASARKAN PADA KERANGKA: OBJEKTIF, RASIONAL, PADA KERANGKA: OBJEKTIF, RASIONAL, SISTEMATIS, LOGIS DAN EMPIRIS. SISTEMATIS, LOGIS DAN EMPIRIS.

– DALAM PERKEMBANGANNYA ILMU TIDAK DALAM PERKEMBANGANNYA ILMU TIDAK MUNGKIN LEPAS DARI MEKANISME MUNGKIN LEPAS DARI MEKANISME KETERBUKAAN TERHADAP KOREKSI.KETERBUKAAN TERHADAP KOREKSI.

Page 24: FILSAFAT ILMU S2

Lanjutan.........Lanjutan.........

ITULAH SEBABNYA ILMUWAN ITULAH SEBABNYA ILMUWAN DITUNTUT MENCARI ALTERNATIF-DITUNTUT MENCARI ALTERNATIF-ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA, ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA, MELALUI KAJIAN, PENELITIAN, MELALUI KAJIAN, PENELITIAN, EKSPERIMEN BAIK MENGENAI ASPEK EKSPERIMEN BAIK MENGENAI ASPEK ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS DAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS DAN AKSIOLOGISNYA. AKSIOLOGISNYA.

Page 25: FILSAFAT ILMU S2

Lanjutan .................Lanjutan .................

KARENA ITU SETIAP PENGEMBANGAN KARENA ITU SETIAP PENGEMBANGAN ILMU / TEKNOLOGI PALING TIDAK ILMU / TEKNOLOGI PALING TIDAK VALIDITAS (VALIDITY) DAN VALIDITAS (VALIDITY) DAN RELIABILITAS (REALIBILITY) DAPAT RELIABILITAS (REALIBILITY) DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN, BAIK DIPERTANGGUNGJAWABKAN, BAIK BERDASARKAN BERDASARKAN CONTEXT OFCONTEXT OF JUSTIFICATIONJUSTIFICATION MAUPUN MAUPUN CONTEXT CONTEXT OF DISCOVERYOF DISCOVERY

Page 26: FILSAFAT ILMU S2

FILSAFAT – ILMU – PENGETAHUANFILSAFAT – ILMU – PENGETAHUAN

Filsafat (Philosophy)Filsafat (Philosophy)– Esensial/hakiki Esensial/hakiki – KomprehensifKomprehensif– NormatifNormatif

Ilmu (Science)Ilmu (Science)– EksperimentalEksperimental– SpesifikSpesifik– EmpirisEmpiris

Pengetahuan (Knowledge)Pengetahuan (Knowledge)– AktualAktual– FragmentarisFragmentaris– Pendapat umumPendapat umum

Page 27: FILSAFAT ILMU S2

KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN

ILMUILMU ABAD YUNANI KUNO (6 SM - 3 SMABAD YUNANI KUNO (6 SM - 3 SM6 SM)6 SM)MITOS MITOS LOGOS (6 SM – 3 SM)LOGOS (6 SM – 3 SM)– FILOSOFIS (6 M)FILOSOFIS (6 M)– TOKOH: SOCRATES, PLATO, ARISTOTELES, TOKOH: SOCRATES, PLATO, ARISTOTELES,

STOA, EPICURUS, PLOTINUSSTOA, EPICURUS, PLOTINUSABAD TENGAH (15 M )ABAD TENGAH (15 M )– (TEOLOGIS)(TEOLOGIS)– TOKOH:AGUSTINUS, THOMAS AQUINO TOKOH:AGUSTINUS, THOMAS AQUINO

(ANCILLA THEOLOGIA)(ANCILLA THEOLOGIA) PARA FILSFUF ISLAM—AL FARABI, PARA FILSFUF ISLAM—AL FARABI,

IBNU RUSD IBNU RUSD (GOLDEN AGES OF ISLAM)(GOLDEN AGES OF ISLAM)

Page 28: FILSAFAT ILMU S2

Lanjutan...........Lanjutan...........

ABAD MODERN (---18 M – 19 M) ABAD MODERN (---18 M – 19 M) RENAISSANCE (---18 M)RENAISSANCE (---18 M)

AUFKLARUNG ( 19 M) AUFKLARUNG ( 19 M) ILMU ILMU – MODERN: ALIRAN PEMIKIRAN FILSAFAT:MODERN: ALIRAN PEMIKIRAN FILSAFAT:

RASIONALISMERASIONALISME

EMPIRISMEEMPIRISME

KRITISISMEKRITISISME

POSITIVISMEPOSITIVISME

Page 29: FILSAFAT ILMU S2

Lanjutan .........Lanjutan .........

ABAD KONTEMPORER (---20 M-- →)ABAD KONTEMPORER (---20 M-- →)– PANDANGAN BARU ABAD KE 20 PANDANGAN BARU ABAD KE 20 – IPTEK:IPTEK:

ILMU BUKAN SEKEDAR SARANA ILMU BUKAN SEKEDAR SARANA

MENJADI SESUATU YG SUBSTANSIFMENJADI SESUATU YG SUBSTANSIF

MENYENTUH SEMUA SEGI DAN SENDI MENYENTUH SEMUA SEGI DAN SENDI

KEHIDUPAN SECARA EKSTENSIFKEHIDUPAN SECARA EKSTENSIF

MEROMBAK BUDAYA SECARA INTENSIFMEROMBAK BUDAYA SECARA INTENSIF

Page 30: FILSAFAT ILMU S2

MANFAAT FILSAFAT ILMUMANFAAT FILSAFAT ILMU

MENUMBUHKAN SIKAP KRITIS:MENUMBUHKAN SIKAP KRITIS:– KARENA DIHADAPKAN PADA BERBAGAI KARENA DIHADAPKAN PADA BERBAGAI

TEORI PENGETAHUAN ILMIAHTEORI PENGETAHUAN ILMIAH

(rasionalisme, empirisme, kritisisme, (rasionalisme, empirisme, kritisisme, rasionalisme kritis, idealisme/ rasionalisme kritis, idealisme/ spiritualisme, materialisme, kapitalisme, spiritualisme, materialisme, kapitalisme, positivisme)positivisme)

Page 31: FILSAFAT ILMU S2

Lanjutan ..........Lanjutan ..........

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN ANALISIS ILMIAH:ANALISIS ILMIAH:– KARENA SELALU DIHADAPKAN PADA KARENA SELALU DIHADAPKAN PADA

BERBAGAI METODE PENGET ILMIAHBERBAGAI METODE PENGET ILMIAH(induksi, deduksi, sintesisme, heuristika, (induksi, deduksi, sintesisme, heuristika, hermeneutika, versteighen, intuisionisme dll)hermeneutika, versteighen, intuisionisme dll)

Page 32: FILSAFAT ILMU S2

Lanjutan ..........Lanjutan ..........

BERMANFAAT PRAKTIS BAGI TUGAS BERMANFAAT PRAKTIS BAGI TUGAS PEKERJAAN:PEKERJAAN:– KARENA SELALU TERKAIT DENGAN KARENA SELALU TERKAIT DENGAN

MASALAH CARA KERJA ILMU. MASALAH CARA KERJA ILMU. – (objektif, metodologis, rasional, logis, (objektif, metodologis, rasional, logis,

sistematis)sistematis)

Page 33: FILSAFAT ILMU S2

Lanjutan ..........Lanjutan ..........

KEBUTUHAN PROFESIONAL:KEBUTUHAN PROFESIONAL:– KEMAMPUAN UNTUK MELIHAT MASALAH KEMAMPUAN UNTUK MELIHAT MASALAH

DAN MENEMUKAN SOLUSIDAN MENEMUKAN SOLUSI(sasarannya : menumbuhkan sikap kritis, (sasarannya : menumbuhkan sikap kritis, ketajaman analisis ilmiah, menumbuhkan ketajaman analisis ilmiah, menumbuhkan kesadaran tanggung jawab moral kesadaran tanggung jawab moral ilmuwan/seseorang)ilmuwan/seseorang)

Page 34: FILSAFAT ILMU S2

Lanjutan..............Lanjutan..............

MENUMBUHKEMBANGKAN MENUMBUHKEMBANGKAN KESADARAN DAN PEMAHAMAN KESADARAN DAN PEMAHAMAN TENTANG TANGGUNG JAWAB TENTANG TANGGUNG JAWAB ILMUWAN PADA MASYARAKAT.ILMUWAN PADA MASYARAKAT.– Dikembangkan etos ilmiah, diperkaya Dikembangkan etos ilmiah, diperkaya

pemahaman esensi keilmuanpemahaman esensi keilmuanILMU PENGETAHUAN TIDAK HANYA ILMU PENGETAHUAN TIDAK HANYA DIKEMBANGKAN DEMI KEPENTINGAN ILMU DIKEMBANGKAN DEMI KEPENTINGAN ILMU (PURITAN ELITIS), TTP JUGA UNTUK (PURITAN ELITIS), TTP JUGA UNTUK KEPENTINGAN UMAT MANUSIA (PRAGMATIS).KEPENTINGAN UMAT MANUSIA (PRAGMATIS).

Page 35: FILSAFAT ILMU S2

PERSOALAN POKOK FILSAFAT ILMUPERSOALAN POKOK FILSAFAT ILMU

PERSOALANBASIS–BASIS EKSISTENSI PERSOALANBASIS–BASIS EKSISTENSI ILMU.ILMU.– PERSOALAN ONTOLOGIPERSOALAN ONTOLOGI– PERSOALAN EPISTEMOLOGIPERSOALAN EPISTEMOLOGI– PERSOALAN AKSIOLOGIPERSOALAN AKSIOLOGI

Catatan:Catatan:

– Ketiga persoalan filosofis tersebut dinamakan Ketiga persoalan filosofis tersebut dinamakan pilar-pilar flosofis keilmuan.pilar-pilar flosofis keilmuan.

Penyangga, penguat bagi ekisistensi ilmuPenyangga, penguat bagi ekisistensi ilmu

Integratif dan sistemikIntegratif dan sistemik

Page 36: FILSAFAT ILMU S2

PERSOALAN ONTOLOGIPERSOALAN ONTOLOGI– Problematik tentang keberadaan (eksistensi)Problematik tentang keberadaan (eksistensi)

Aspek kuantitas dari sesuatu Aspek kuantitas dari sesuatu – Apakah yang ada itu tunggal, dual atau pluralApakah yang ada itu tunggal, dual atau plural

monisme, dualisme, pluralisme.monisme, dualisme, pluralisme.

Aspek kualitas dari sesuatu (mutu, sifat)Aspek kualitas dari sesuatu (mutu, sifat)– Bagaimana batasan, sifat, mutu dari sesuatu Bagaimana batasan, sifat, mutu dari sesuatu

mekanisme, teleologisme, vitalisme dan mekanisme, teleologisme, vitalisme dan organisme. organisme.

Page 37: FILSAFAT ILMU S2

MANFAAT ONTOLOGI BAGI DUNIA MANFAAT ONTOLOGI BAGI DUNIA KEILMUAN KEILMUAN – Dapat memberikan landasan bagi asumsi Dapat memberikan landasan bagi asumsi

keilmuan dan membantu terciptanya keilmuan dan membantu terciptanya komunikasi interdisipliner dan multidisipliner. komunikasi interdisipliner dan multidisipliner.

Membantu pemetaan kenyataan, batas-batas ilmu Membantu pemetaan kenyataan, batas-batas ilmu dan kemngkinan kombinasi antar berbagai ilmu. dan kemngkinan kombinasi antar berbagai ilmu.

– Misal masalah krisis moneter, tidak dpt hanya ditangani Misal masalah krisis moneter, tidak dpt hanya ditangani oleh ilmu ekonomi saja. Ontologi menyadarkan bahwa oleh ilmu ekonomi saja. Ontologi menyadarkan bahwa ada kenyataan lain yg tidak mampu dijangkau oleh ilmu ada kenyataan lain yg tidak mampu dijangkau oleh ilmu ekonomi, maka perlu bantuan ilmu lain seperti politik, ekonomi, maka perlu bantuan ilmu lain seperti politik, sosiologi. sosiologi.

Page 38: FILSAFAT ILMU S2

PERSOALAN EPISTEMOLOGIPERSOALAN EPISTEMOLOGISUMBER, SARANA, PROSES, METODOLOGI, SUMBER, SARANA, PROSES, METODOLOGI, EVIDENSI. EVIDENSI.

FUNGSI EPISTEMOLOGIFUNGSI EPISTEMOLOGISARANA LEGITIMASI BAGI ILMU/ MENENTUKAN SARANA LEGITIMASI BAGI ILMU/ MENENTUKAN KEABSAHAN DIDIPLIN ILMU TERTENTUKEABSAHAN DIDIPLIN ILMU TERTENTU

MEMBERI KERANGKA ACUAN METODOLOGIS MEMBERI KERANGKA ACUAN METODOLOGIS PENGEMBANGAN ILMU PENGEMBANGAN ILMU

MENGEMBANGKAN KETRAMPILAN PROSESMENGEMBANGKAN KETRAMPILAN PROSES

MENGEMBANGKAN DAYA KREATIF DAN MENGEMBANGKAN DAYA KREATIF DAN INOVATIFINOVATIF

Page 39: FILSAFAT ILMU S2

PERSOALAN AKSIOLOGIPERSOALAN AKSIOLOGI– PERTIMBANGAN NILAI (ETIS, MORAL, PERTIMBANGAN NILAI (ETIS, MORAL,

RELIGIUS) DALAM PENEMUAN, RELIGIUS) DALAM PENEMUAN, PENERAPAN / PENGEMBANGAN ILMU PENERAPAN / PENGEMBANGAN ILMU

FUNGSI AKSIOLOGIFUNGSI AKSIOLOGI– MEMBERIKAN DASAR DAN ARAH MEMBERIKAN DASAR DAN ARAH

PENGEMBANGAN ILMU PENGEMBANGAN ILMU – MENGEMBANGKAN ETOS KEILMUAN MENGEMBANGKAN ETOS KEILMUAN

SEORANG PROFESIONAL DAN ILMUWANSEORANG PROFESIONAL DAN ILMUWAN

Page 40: FILSAFAT ILMU S2

BENTUK INTEGRATIF DAN SISTEMIK:BENTUK INTEGRATIF DAN SISTEMIK:

Idealisme membawa implikasi pendekatan Idealisme membawa implikasi pendekatan iirasional. Sifat rasional. Sifat metodologi idealisme adalah metodologi idealisme adalah spekulatif. spekulatif. Norma Norma imperatifnya utopisimperatifnya utopis

Rasionalisme membawa implikasi pendekatan rasional. Rasionalisme membawa implikasi pendekatan rasional. Sifat metodologi rasionalisme adalah logis. Norma Sifat metodologi rasionalisme adalah logis. Norma imperatifnya imperatifnya

Pengetahuan yang berdsarkan realisme membawa Pengetahuan yang berdsarkan realisme membawa implikasi pendekatan empiris. Sifat metodologi realisme implikasi pendekatan empiris. Sifat metodologi realisme adalah induktif. Norma imperatifnya hedonistik.adalah induktif. Norma imperatifnya hedonistik.

Pengetahuan berdsrkan Kritisisme membawa implikasi Pengetahuan berdsrkan Kritisisme membawa implikasi

pendekatan kritis. Sifat metodologinya sintesis. Norma pendekatan kritis. Sifat metodologinya sintesis. Norma imperatifnya eudaemonistik. imperatifnya eudaemonistik.

Page 41: FILSAFAT ILMU S2

Beberapa aliran:Beberapa aliran:– Idealisme : Pengetahuan yg sungguh2 ada Idealisme : Pengetahuan yg sungguh2 ada

adalah dunia ide (Plato)adalah dunia ide (Plato)– Realisme : Pengetahuan yg sungguh2 ada Realisme : Pengetahuan yg sungguh2 ada

adalah apa yg dapat dilihat, diserap dg indera adalah apa yg dapat dilihat, diserap dg indera (Aristoteles)(Aristoteles)

– Kritisisme: Pengetahuan didasarkan pada Kritisisme: Pengetahuan didasarkan pada dunia ide dan inderawi (Immanuel Kant)dunia ide dan inderawi (Immanuel Kant)

Page 42: FILSAFAT ILMU S2

PRINSIP-PRINSIP BERFIKIR ILMIAHPRINSIP-PRINSIP BERFIKIR ILMIAH

Objektif :Objektif :– Fokus/intenFokus/inten– Cara memandang apa adanyaCara memandang apa adanya

Rasional :Rasional :– Menggunakan akal sehat dg melepaskan Menggunakan akal sehat dg melepaskan

unsur perasaan, emosi, sistem keyakinan dan unsur perasaan, emosi, sistem keyakinan dan otorita. otorita.

Logis : Logis : – runtut / konsisten, implikatif runtut / konsisten, implikatif

Page 43: FILSAFAT ILMU S2

MetodologisMetodologis– Menggunakan cara keilmuan tertentu: induksi, Menggunakan cara keilmuan tertentu: induksi,

deduksi, sintesis, intuisi.deduksi, sintesis, intuisi.

Sistematis :Sistematis :– Bagian2 yg menyusunnya saling terkait dan Bagian2 yg menyusunnya saling terkait dan

merupakan kesatuan utuhmerupakan kesatuan utuh– Memiliki tahapan langkah yang jelas dalam Memiliki tahapan langkah yang jelas dalam

mencapai tujuanmencapai tujuan

Page 44: FILSAFAT ILMU S2

TEORI KEBENARAN ILMIAHTEORI KEBENARAN ILMIAH

COHERRENCE THEORYCOHERRENCE THEORY– Kebenaran terukur dari adanya keterkaitan Kebenaran terukur dari adanya keterkaitan

logis di antara pernyataan2/proposisi yang logis di antara pernyataan2/proposisi yang menyusunnya.Mendasarkan prinsip menyusunnya.Mendasarkan prinsip keterkaitan logis.keterkaitan logis.

CORRESPONDENCE THEORYCORRESPONDENCE THEORY– Kebenaran terukur dari adanya alat bukti Kebenaran terukur dari adanya alat bukti

yang mendukungnya. Mendasarkan prinsip yang mendukungnya. Mendasarkan prinsip kesesuaian empiriskesesuaian empiris

Page 45: FILSAFAT ILMU S2

PRAGMATIC THEORYPRAGMATIC THEORY– Kebenaran terukur dari adanya unsur Kebenaran terukur dari adanya unsur

manfaat, kegunaan.manfaat, kegunaan.– Benar jika bermanfaat Benar jika bermanfaat

Page 46: FILSAFAT ILMU S2

SARANA BERFIKIR ILMIAHSARANA BERFIKIR ILMIAH

Bahasa Bahasa – Lugas: tidak multi tafsir, bahasa baku/standarLugas: tidak multi tafsir, bahasa baku/standar– Gramatikal : sesuai kaidah bahasa yg baik Gramatikal : sesuai kaidah bahasa yg baik

dan benardan benar

Matematika/StatistikaMatematika/Statistika

Logika:prinsip2 berfikir runtut (konsisten)Logika:prinsip2 berfikir runtut (konsisten)

Page 47: FILSAFAT ILMU S2

PROBLEM ETIKPROBLEM ETIKAA DALAM PENGEMBANGAN IPTEKDALAM PENGEMBANGAN IPTEK

Perkembangan IPTEK tak dpt Perkembangan IPTEK tak dpt dihindari,atau dihentikan, dihindari,atau dihentikan, IPTEK selalu membawa dampaknya, baik IPTEK selalu membawa dampaknya, baik positif maupun negatifpositif maupun negatifIPTEK hanya memberi manfaat bagi IPTEK hanya memberi manfaat bagi kehidupan mns jika dikendalikan oleh kehidupan mns jika dikendalikan oleh sistem nilai etik – moral - agama. sistem nilai etik – moral - agama. Di luar kendali nilai, IPTEK hanya akan Di luar kendali nilai, IPTEK hanya akan merugikan kehidupan mns. merugikan kehidupan mns.

Page 48: FILSAFAT ILMU S2

SOLUSI SOLUSI PPERSOALANERSOALAN DALAM PENGEMBANGAN IPTEKDALAM PENGEMBANGAN IPTEK

Iptek harus kembali pada dasar ontologis, Iptek harus kembali pada dasar ontologis, epistemologis dan aksiologisnya. epistemologis dan aksiologisnya.