fikih kelas x semester ii

17
FIKIH KELAS X semester II BAB 9

Upload: vinaidamatusilmi

Post on 16-Feb-2017

487 views

Category:

Presentations & Public Speaking


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fikih kelas x semester ii

FIKIH KELAS X semester II

BAB 9

Page 2: Fikih kelas x semester ii

wakalah

1. Pengertian dan Hukum Wakalah Secara bahasa wakalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat. Sedang secara istilah syarak, wakalah artinya menyerahkan sesuatu kepada orang lain untuk dikerjakan dalam hidupnya.

Page 3: Fikih kelas x semester ii

2. Rukun wakalah

• Rukun wakil adalah sebagai berikut.• a. Ada yang berwakil dan wakil. Anak kecil

yang sudah dapat membedakan baik buruk dapat mewakilkan, seperti untuk menerima hibah, sedekah atau wasiat.

• b. Ada pekerjaan yang diserahkan.• c. Ada lafal yang menunjukkan rida yang

berwakil.

Page 4: Fikih kelas x semester ii

3. syarat-syarat wakalah

• Syarat-syarat wakalah adalah sebagai berikut. a. Orang yang mewakilkan adalah orang yang sah menurut hukum.

• b. Pekerjaan yang diwakilkan harus jelas.• c. Tidak boleh mewakilkan dalam hal ibadah

karena ibadah menuntut dikerjakan secara badaniah dan dilakukan sendiri (ibadah mahdah).

Page 5: Fikih kelas x semester ii

4. hal- hal yang boleh diwakilkan

• Hal-Hal yang Boleh Diwakilkan Hal-hal yang boleh diwakilkan dalam hal ibadah yaitu, menyembelih binatang kurban, membagi zakat, perniagaan (jual beli).

Page 6: Fikih kelas x semester ii

5. Waktu berakirnya wakalah• Berakhirnya Akad Wakalah Akad wakalah akan berakhir

apabila ada hal-hal berikut ini. a. Salah seorang yang berakad gila.

• b. Dihentikan pekerjaan yang dimaksud.• c. Matinya salah seorang yang berakad.• d. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan terhadap

wakil, sekalipun wakil belum mengetahui (pendapat Syafi'i dan Hambali).

• e. Wakil memutuskan sendiri.• f. Keluarnya orang yang mewakilkan dari status pemilikan

Page 7: Fikih kelas x semester ii

6. Hikmah wakalah• Hikmah Wakalah Hikmah yang didapat dari adanya wakalah

adalah berikut ini. a. Mendidik kepada manusia tentang prinsip tolong-menolong antara sesama manusia untuk tujuan kebaikan, bukan untuk hal-hal yang melanggar agama.

• b. Mendidik manusia bahwa tidak mungkin kita dapat menyelesaikan segala urusan hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Untuk itulah kita terkadang perlu mewakilkan suatu pekerjaan kepada orang lain untuk menyelesaikannya.

• c. Memberikan kesempatan kepada orang lain untuk melakukan pekerjaan kita sehingga kita memberikan pekerjaan pada orang lain dengan kata lain mengurangi pengangguran.

Page 8: Fikih kelas x semester ii

SULHU• 1. pengertian sulhu:• As-sulhu menurut bahasa Arab bermakna memutus

pertengkaran, perselisihan, atau perdamaian. Sulhu menurut Hasbi Ash-Shiddiqie dalam bukunya Pengantar Fiqh Muamalah adalah:

• Artinya: “Akad yang disepakati dua orang yang bertengkar dalam hak untuk melaksanakan sesuatu dengan akad itu bisa dapat hilang perselisihan.”

• Berdasarkan pengertian tersebut, dapat kita pahami bahwa sulhu adalah akad yang bertujuan untuk mengakhiri perselisihan atau persengketaan

Page 9: Fikih kelas x semester ii

2. Rukun sulhu• Rukun sulhu (perjanjian damai), yaitu ijab, kabul, dan lafal

sulhu. Ketiga rukun itu merupakan ketentuan yang harus ada dalam suatu perjanjian sulhu. Tanpa ijab, kabul, dan lafal secara formal tidak dapat diketahui terciptanya suatu perdamaian. Dengan adanya ikatan perdamaian, masing-masing pihak yang bersengketa berkewajiban melaksanakan semua isi perjanjian atau tidak boleh mengingkari isi perjanjian. Apabila salah satu pihak berkhianat, konsekuensinya dapat dituntut ke pengadilan. Akad perdamaian tidak dapat dibatalkan dengan begitu saja oleh satu pihak, melainkan harus ada persetujuan antara kedua belah pihak. Apabila hanya sepihak, pembatalan itu tidak sah atau pihak yang dirugikan dapat melakukan tuntutan.

Page 10: Fikih kelas x semester ii

3. Syarat sulhu

• Syarat sulhu diklasifikasikan dalam dua hal, yaitu yang menyangkut subjek (pihak-pihak yang mengadakan perjanjian) dan objek perdamaian. a. Menyangkut subjek (pihak-pihak yang mengadakan perjanjian). Haruslah orang yang cakap bertindak menurut hukum (orang dewasa) dan memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk melepaskan hak-hak yang dimaksud dalam perdamaian tersebut. b. Menyangkut objek perdamaian

Page 11: Fikih kelas x semester ii

• . Objek perdamaian harus memenuhi ketentuan, antara lain sebagai berikut.

• 1) Berbentuk harta; harta di sini dapat berbentuk benda berwujud atau benda tidak berwujud yang dapat dinilai dan dihargai atau dapat diserahterimakan dan dimanfaatkan.

• 2) Dapat diketahui dengan jelas sehingga tidak menimbulkan kesamaran dan ketidakjelasan

Page 12: Fikih kelas x semester ii

4. macam-macam perdamaian (sulhu)

• a. Perdamaian pembebasan tanggung jawab. Perdamaian permintaan pembebasan tanggung jawab dapat dicontohkan dengan perkataan, “Saya bebaskan hutangmu yang seribu rupiah itu dengan lima ratus rupiah.” Ini adalah pembebasan sebagian hutang dengan kata damai. Sementara itu, perdamaian dengan cara permintaan ganti rugi atas barang yang disengketakan dapat dicontohkan bahwa, “ada dua orang yang bersengketa atas sebuah rumah, lalu satu pihak mengajak berdamai dengan meminta sebidang tanah sebagai ganti rugi atas sebidang tanah yang disengketakan tersebut.” Perdamaian semacam ini dapat digolongkan dengan masalah jual beli.

• b. Perdamaian dengan permintaan ganti rugi. Perdamaian dapat pula terjadi atas barang yang dipakai oleh salah satu pihak yang bersengketa, seperti terjadinya kerusakan pada kendaraan yang dipinjam seseorang. Contoh, perdamaian atas kendaraan yang rusak karena dipakai oleh pihak kedua, lalu pihak pertama mengajak berdamai dengan meminta ganti rugi atas manfaat kendaraan yang dipakai oleh pihak kedua. Perdamaian semacam ini dapat digolongkan dalam hal sewa-menyewa

Page 13: Fikih kelas x semester ii

DAMAN

• 1. pengertian daman• Daman adalah menanggung utang orang yang berutang.

Misalnya, Ahmad mempunyai piutang kepada Fahmi dan ingin memintanya, kemudian Hasan yang dibenarkan bertindak berkata, “Hutang tersebut berada dalam tanggunganku dan aku yang menanggungya.” Dengan cara seperti itu Hasan menjadi damin (penanggung) dan Ahmad berhak meminta piutangnya pada Hasan. Jika Hasan tidak menepati janjinya, Ahmad meminta Fahmi membayar utangnya.

Page 14: Fikih kelas x semester ii

1. Rukun daman• Untuk terselenggaranya daman dengan baik, maka harus

dipenuhi rukunnya sebagai berikut:• a. Yang menanggung disyaratkan sudah balig, berakal, tidak

dicegah membelanjakan hartanya (mahjur) dan dengan kehendaknya sendiri.

• b. Yang berpiutang (madmun lah) disyaratkan diketahui oleh yang menanggung.

• c. Yang berutang (madmun 'anhu).• d. Utang barang disyaratkan diketahui dan tetap keadaannya.• e. Lafal disyaratkan berupa jaminan dan tidak perlu ada kabul.

Page 15: Fikih kelas x semester ii

2. syarat-syarat daman• Di antara syarat-syarat daman adalah sebagai berikut:• a. Penanggung harus mengenal orang yang ditanggung sebab setiap orang

berbeda-beda di mata orang yang menanggung. Mereka juga memiliki tujuan yang tidak sama. Apabila belum mengenalnya berarti penipuan.

• b. Jumlah utang yang ditanggung harus sudah resmi dan tetap. Sehubungan dengan hal itu, tidaklah sah menanggung jatah makan seorang istri untuk besok pagi sebab jumlahnya belum pasti dan ketentuannya juga belum tetap (belum wajib).

• c. Jumlah yang ditanggung sudah diketahui. Apabila belum diketahui, tanggungan itu batal dan tidak sah, seperti dalam pernyataan, “Saya tanggung segala kewajibanmu terhadap si Fulan,” adalah tidak sah karena belum diketahui jumlahnya.

• d. Penanggung diisyaratkan harus orang yang ahli dalam penggunaan uang atau harta. Anak kecil, orang gila, dan anak yang bodoh tidaklah sah menanggung orang lain

Page 16: Fikih kelas x semester ii

KAFALAH

• Pengertian dan Dasar Hukum Kafalah Kafalah termasuk jenis daman (tanggungan), tetapi lebih khusus pada tanggungan badan. Jadi, kafalah adalah orang yang diperbolehkan bertindak (berakal sehat) berfungsi menunaikan hak yang wajib ditunaikan orang lain atau berjanji menghadirkan hak tersebut di pengadilan

Page 17: Fikih kelas x semester ii

• Allah SWT berfirman yang artinya: “Dia (Yakub) berkata, ‘Aku tidak akan melepaskannya (pergi) bersama kamu, sebelum kamu bersumpah kepadaku atas (nama) Allah, bahwa kamu pasti akan membawakan kepadaku kembali, kecuali jika kamu dikepung (musuh).’ Setelah mereka mengucapkan sumpah, dia (Yakub) berkata, "Allah adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan.” (Q.S. Yusuf/12: 66)

• Berdasarkan ayat di atas terdapat pengertian tentang keharusan bertanggung jawab atas seseorang hingga kembali ke rumah.