fh uii pelaksanaan asuransi jasa raharja terhadap korban 2
TRANSCRIPT
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
1/19
Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban
Kecelakaan Lalu Lintas Di Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
(Strata-1) pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta
Oleh :
Moh Dendrawi
No. Mahasiswa : 05410397
Program Studi : Ilmu Hukum
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS HUKUM
YOGYAKARTA
2009
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
2/19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia sudah mengalami perkembangan yang begitu signifikan
dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran
Yunani kuno yang dipimpin oleh Alexander the Great. Hingga pada abad ke-201
Hal ini ditandai adanya beberapa istilah dan karakter perasuransian yang timbul di
Indonesia.
Dalam bidang transportasi, asuransi sangatlah diperlukan. Karena
transportasi adalah suatu kebutuhan dimana setiap orang pasti mengawali
aktifitasnya dari transportasi. Sehingga menyebabkan setiap orang pasti melalui
tahapan transportasi sebelum menjalankan aktifitas lainnya. Terlepas dari berbagai
resikonya, mau tidak mau mereka tetap menjalaninya. Baik itu resiko yang berasal
dari diri sendiri maupun yang disebabkan oleh orang lain.
Aktifitas transportasi yang ada di seluruh wilayah Indonesia relatif padat,
khususnya di kota Yogyakarta. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk
yang sangat tinggi. Mayoritas penduduk Yogyakarta adalah pendatang, baik itu
pekerja maupun pelajar. Dengan demikian terjadi sebuah peningkatan
perekonomian dan kesejahteraan, sehingga tingkat mobilitas akan meningkat pula,
baik orang maupun barang.
1 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
1999, hlm 1
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
3/19
2
Pengguna kendaraan bermotor sudah selayaknya mendapat perlindungan,
salah satunya ialah melalui asuransi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu
asuransi Jasa Raharja. Pemerintah memang melindungi masyarakat dari kerugian
akibat kecelakaan lalu lintas, melalui PT Jasa Raharja (Persero) santunan
dibayarkan kepada anggota masyarakat yang mengalami kecelakaan atau musibah
saat menggunakan kendaraan bermotor. Masyarakat berhak mendapat santunan
jika terjadi kecelakaan saat perjalanan.2
UUD 1945 Pasal 34 ayat 2 yang memberi amanat kepada negara agar
mengembangkan sistem jamsos bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Asuransi kecelakaan lalu lintas yang diwajibkan Undang-Undang tersebut
merupakan asuransi tanggung wajib yang diberikan pemerintah kepada
masyarakat. Dengan demikian pemerintah harus melaksanakannya.
Menurut Peter F Drucker, pada dasarnya suatu perusahaaan itu tidak
dirumuskan nama, anggran dasar atau anggaran rumah tangga perusahaan
tersebut, tetapi dirumuskan oleh keinginan pelanggan yang dipuaskan pada waktu
ia membeli produk atau jasa dari perusahaan termaksud. Pelanggan dalam hal ini
adalah konsumen, yaitu pemakai terakhir dari produk atau jasa.3
Perusahaan asuransi sebagai perusahaan jasa, menjual jasa kepada
pelanggan pada satu sisi, sedangkan pada sisi yang lain perusahaan asuransi
2 http://www1.surya.co.id/v2/?p=7731 , 18 april 2009 3 Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi & Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta,
1992, hlm 8
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
4/19
3
adalah sebagai investor dari tabungan masyarakat kepada investasi yang
produktif.4
Salah satu upaya untuk melindungi warga negara khususnya dari risiko
kecelakaan lalu lintas jalan adalah memberikan santunan kepada korban
kecelakaan lalu lintas jalan atau kepada ahli warisnya. Dana untuk keperluan itu
dipungut dari pemilik kendaraan bermotor sebagaimana ditetapkan dalam
Undang-undang nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas
Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 tentang Ketentuan-
ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, serta menunjuk PT
(Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja sebagai Badan Penyelenggara.
PT. Asuransi Jasa Raharja (Persero) adalah merupakan suatu perusahaan
asuransi dimana salah satu produk asuransi pada Asuransi Jasa Raharja yang
ditawarkan kepada masyarakat adalah produk asuransi kerugian Jasa Raharja,
sejalan dengan diterbitkan UU No.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian,
yang antara lain mengharuskan bahwa Perusahaan Asuransi yang telah
menyelenggarakan program asuransi sosial dilarang menjalankan asuransi lain
selain program asuransi sosial, maka terhitung mulai tanggal 1 Januari 1994 Jasa
Raharja melepaskan usaha non wajib dan surety bond dan kembali menjalankan
program asuransi sosial yaitu mengelola pelaksanaan UU. No.33 tahun 1964 dan
UU. No.34 tahun 1964.
Asuransi Jasa Raharja ini dimaksudkan untuk mengutamakan
penyelenggaraan program Asuransi Sosial dan Asuransi Wajib sejalan dengan
4 Ibid, hlm 8-9
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
5/19
4
kebutuhan masyarakat. Tujuan dari Asuransi Jasa Raharja dapat dilihat pada
Catur Bakti Ekakarsa Jasa Raharja sebagai misi perusahaan, antara lain yaitu :
1.
Bakti kepada Masyarakat, dengan mengutamakan perlindungan dasar
dan pelayanan prima sejalan dengan kebutuhan masyarakat.
2.
Bakti kepada Negara, dengan mewujudkan kinerja terbaik sebagai
penyelenggara Program Asuransi Sosial dan Asuransi Wajib, serta
Badan Usaha Milik Negara.
3.
Bakti kepada Perusahaan, dengan mewujudkan keseimbangan
kepentingan agar produktivitas dapat tercapai secara optimal demi
kesinambungan perusahaan.
4.
Bakti kepada Lingkungan, dengan memberdayakan potensi sumber
daya bagi keseimbangan dan kelestarian lingkungan.
Pembayaran Premi dalam program asuransi kecelakaan pada PT Jasa
Raharja dikenal dengan 2 (dua) bentuk yaitu Iuran Wajib (IW) dan Sumbangan
Wajib (SW). Pengutipan iuran wajib dilaksanakan pada setiap penumpang yang
akan menggunakan alat transportasi umum membayarkan iuran wajib yang
disatukan dengan ongkos angkut pada saat membeli karcis atau membayar tarif
angkutan dan pengutipan ini dilakukan oleh masing-masing operator (pengelola)
alat transportasi tersebut, sedangkan pengutipan pada sumbangan wajib diambil
pada saat pembayaran sumbangan wajib dilakukan secara periodik (setiap tahun)
di kantor Samsat pada saat pendaftaran atau perpanjangan STNK. Asuransi
Kerugian ini memiliki beberapa faedah atau manfaat diantaranya adalah pertama,
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
6/19
5
santunan berupa penggantian biaya rawatan dan pengobatan ( sesuai ketentuan).
Kedua, santunan kematian. Ketiga, santunan cacat tetap.
Dalam hal korban kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Yogyakarta itu
sendiri, korban kecelakaan menanggung kerugian yang sangat besar sekali, bisa
materi bahkan jasmani yang seharusnya mendapatkan pembayaran dari pihak PT
Asuransi Jasa Raharja. Berdasarkan PP No. 8 Tahun 1965, bahwa setiap orang
yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas berhak atas pembayaran dana
kecelakaan lalu lintas. Pembayaran dana akan diberikan dalam kondisi sebagai
berikut :
1.
Meninggal dunia;
2.
Cacat tetap;
3.
Biaya perawatan;
4.
Biaya penguburan.
Namun dalam kenyataannya, sering terjadi kekecewaan para korban
kecelakaan terhadap perusahaan asuransi yang dianggap bekerja tidak profesional
dalam menangani klaim. Perusahaan asuransi jasa Raharja hanya dianggap
mengumbar janji-janji manis tetapi belum dapat mewujudkannya. Pengajuan
klaim oleh korban kecelakaan sering di persulit oleh pihak asuransi. Pihak
asuransi meminta berbagai macam persyaratan yang harus dipenuhi oleh para
korban. Setelah di penuhi, pihak asuransi malah meminta persyaratan yang lain.
Hal ini tentu saja menyulitkan para korban karena harus memenuhi persyaratan
lain yang diajukan oleh pihak asuransi. Walaupun semua persyaratan yang
diajukan sudah dipenuhi, pemegang polis tetap saja harus menunggu klaim
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
7/19
6
dibayarkan. Dan kinerja perusahaan asuransi Jasa Raharja pada saat ini dapat
dikatakan umumnya belum menggembirakan, yang mana dari pihak pengelola
usaha asuransi belum memberikan pelayanan yang baik, bahkan sering kali
muncul kesan dipersulit ketika akan menggugat hak, baik dalam asuransi jiwa
maupun dalam asuransi kerugian sehingga mengakibatkan pada saat tertanggung
mengajukan klaim dipenuhi dengan persyaratan yang terkesan berbelit-belit.
Untuk itu penulis merasa tertarik menulis skripsi tentang pelaksanaan asuransi
Jasa Raharja terhadap korban kecelakaan lalu lintas di Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang diatas maka kita dapat melihat
permasalahan yang ada yaitu sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah pelaksanaan asuransi Jasa Raharja terhadap korban
kecelakaan lalu lintas ?
2.
Bagaimanakah penyelesaian hukum perselisihan klaim antara korban
dengan pihak asuransi Jasa Raharja ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan sebagaimana yang kita ketahui setiap
penelitian pasti ada tujuannya, begitu juga dengan penelitian ini yang mempunyai
tujuan sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui gambaran secara nyata tentang pelaksanaan
perlindungan hukum yang diberikan terhadap pihak yang menjadi
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
8/19
7
korban dalam kecelakaan lalu lintas jalan di PT. (Persero) Asuransi
Jasa Raharja cabang Yogyakarta.
2.
Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian hukum perselisihan
klaim antara korban dengan pihak PT. (Persero) Asuransi Jasa
Raharja cabang Yogyakarta.
3.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
D. Tinjauan Pustaka
Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu
perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang
tertanggung dengan menerima suatu premi untuk memberikan pengantian
kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkinkan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak
tertentu.
Asuransi haruslah mencakup baik perhimpunan dana atau pun pemindahan
resiko, tetapi tidak mesti keduanya. Asuransi itu sendiri dapat didefinisikan
sebagai alat sosial untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan unit-unit
exposures yang cukup jumlahnya untuk membuat kerugian-kerugian individual
mereka secara bersamaan dapat diramalkan.5
5 A Hasymi Ali, Pengantar Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hlm 29-30
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
9/19
8
Dari pengertian Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tersebut
dapat disimpulkan ada beberapa unsur yang terlibat dalam asuransi, yaitu:
1.
Pihak-pihak;
2.
Status pihak-pihak;
3.
Objek asuransi;
4.
Peristiwa asuransi;
5. Hubungan asuransi.6
sedangkan asuransi menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992
adalah sebagai berikut :
“Asuransi atau Pertanggungan adalah perjaniian antara dua pihak
atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akandiderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak
pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkanatas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.
Dalam pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa asuransi atau
pertanggungan itu terjadi karena suatu perjanjian antara dua orang atau lebih.
Sehingga pertanggungan itu sah apabila memenuhi syarat sahnya perjanjian yang
telah diatur didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Adapun syarat sah
perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata yaitu sebagai berikut :
1.
Sepakat untuk mengikatkan diri.
2.
Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
3.
Suatu hal tertentu.
6 Abdulkadir Muhammad, op.it , hlm 8-9
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
10/19
9
4.
Suatu sebab yang halal.
Disamping keempat syarat tersebut diatas terdapat pula syarat-syarat yang
lain yang harus dipenuhi yaitu bebas dari kekhilafan, paksaan dan adanya
penipuan, sedangkan untuk syarat khusus bagi perjanjian asuransi harus
memenuhi ketentuan-ketentuan dalam buku 1 Bab IX KUH Dagang,ialah :
1.
Asas Indemnitas/ principle of indemnity.
2.
Asas kepentingan/ principle of insurable interest.
3.
Asas kejujuran yang sempurna/at most good faith.
4.
Asas subrogasi pada kepentingan.7
Menurut Prof. Emmy Pangaribuan perjanjian asuransi itu mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
1.
Perjanjian asuransi atau pertanggungan pada dasarnya adalah suatu
perjanjian penggantian kerugian (shcadeverzekering atau
indemtniteits contract ). Penanggung mengikatkan diri untuk
menggantikan kerugian karena pihak tertanggung menderita kerugian
dan yang diganti itu adalah seimbang dengan kerugian yang sungguh-
sungguh diderita.
2.
Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian bersyarat.
Kewajiban mengganti rugi dari dari penanggung hanya dilaksanakan
kalau peristiwa yang tidak tertentu atas nama diadakan pertanggungan
itu terjadi.
7 Sri Rejeki Hartono,op.cit, hlm 97-98
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
11/19
10
3.
Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian timbal balik.
Kewajiban penanggung mengganti rugi diharapkan dengan kewajiban
tertanggung membayar premi.
4.
Kerugian yang diderita adalah sebagai akibat dari peristiwa yang tidak
tertentu atas mana diadakan pertanggungan.
Pelaksanaan Asuransi Sosial Kecelakaan Lalu Lintas merupakan suatu
upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan jaminan sosial kepada
masyarakat khususnya korban kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas juga
merupakan suatu pelanggaran terhadap peraturan dan perundang-undangan
tentang lalu lintas,yang mana maksudnya adalah kecelakaan lalu lintas tersebut
sifatnya dapat merugikan orang lain maupun diri sendiri yang luka maupun
meninggal dunia.
Pihak Jasa Raharja juga tetap memberikan dana santunan kepada korban
kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh alat angkutan lalu lintas yang lalai
membayar sumbangan wajib, yang kemudian Pihak Jasa Raharja dapat menuntut
balik kepada pemilik kendaraan penyebab kecelakaan yang lalai dalam
pembayaran sumbangan wajib untuk membayar semua penggantian kerugian yang
telah dikeluarkan oleh pihak Jasa Raharja.
Mungkin banyak masyarakat yang tidak mengetahui berapa jumlah
Sumbangan Wajib Dana Pertanggungan Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
(SWDKLLJ ) yang akan diterimanya. Menurut Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 36/PMK.010/2008 Tentang Besar Santunan dan sumbangan Wajib Dana
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Menteri Keuangan Republik Indonesia telah
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
12/19
11
menaikkan besaran santunan kepada korban kecelakaan bagi penumpang
angkutan umum maupun korban kecelakaan akibat tertabrak kendaraan bermotor.
Menurut Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal 3 besaran santunan tersebut adalah sebagai
berikut8 :
Pasal 2 Ayat ( 1 ) berbunyi :
a.
Ahli waris dari korban yang meninggal dunia berhak memperoleh
santunan sebesar Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
b.
Korban yang mengalami cacat tetap berhak memperoleh santunan
yang besarnya dihitung berdasarkan angka prosentase sebagaimana
ditetapkan dalam Pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 1965 dari besar santunan meninggal dunia sebagaimana
dimaksud dalam huruf (a).
c.
Korban yang memerlukan perawatan dan pengobatan berhak
memperoleh santunan berupa penggantian biaya perawatan dan
pengobatan dokter paling besar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah) .
Pasal 3 berbunyi :
Dalam hal korban meninggal dunia akibat kecelakaan alat angkutan
lalu lintas jalan tidak mempunyai ahli waris, kepada pihak yang
menyelenggarakan penguburan diberikan penggantian biaya
penguburan sebesar Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).
8 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36/PMK.010/2008 Tentang Besar Santunan dansumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Menteri Keuangan Republik Indonesia
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
13/19
12
Perjanjian asuransi merupakan perjanjian antara dua pihak, yaitu antara
penanggung (perusahaan asuransi) dengan tertanggung atau pemegang polis. Para
pihak didalam Asuransi Kecelakan Lalu Lintas ini diatur didalam ketentuan
Undang-Undang Nomor 34 tahun 1964, tiga pihak yang terlibat dalam Asuransi
Kecelakaan (Askel), yaitu:
1.
Pihak pemilik/penguasaha kendaraan bermotor, yang dapat
menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas.
2.
Pihak pengguna jalan raya bukan penumpang, yang dapat
menjadi korban kecelakaan lalu lintas.
3.
Pihak penguasa dana, yaitu pemerintah yang didelegasikan
kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)9.
Masing-masing pihak mempunyai kewajiban dan hak yang harus
dipenuhinya. Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 5 Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Lalu
Lintas, mengatur hal-hal sebagai berikut :
Pasal 3 Ayat (1) :
a)
Tiap penumpang yang sah dari kendaraan bermotor
umum, kereta-api, pesawat terbang, perusahaan
penerbangan nasional dan kapal perusahaan
perkapalan/pelayaran nasional, wajib membayar
iuran melalui pengusaha/pemilik yang bersangkutan
untuk menutup akibat keuangan disebabkan
kecelakaan penumpang dalam perjalanan.
b)
Penumpang kendaraan bermotor umum di dalam
kota dibebaskan dari pembayaran iuran wajib.
c)
Iuran wajib tersebut pada sub a diatas digunakan
untuk mengganti kerugian berhubung dengan:I.
9 Abdulkadir Muhammad, op.it , hlm 186
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
14/19
13
kematian, danII. cacat tetap, akibat dari kecelakaan
penumpang
Namun di dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana
Pertanggungan Wajib Kecelakaan Lalu Lintas mengatur sebagai berikut :
1.
Kewajiban pengusaha/pemilik angkutan lalu lintas jalan
(termasuk kereta api) untuk memberikan Sumbangan Wajib
setiap tahun untuk dana kecelakaan lalu lintas jalan, yang
dibayarkan paling lambat setiap bulan Juni (Pasal 2 dan Pasal
3);
2.
Setiap korban yang menjadi korban mati atau cacat tetap
akibat kecelakaan lalu lintas jalan (termasuk kereta api) akan
diberikan santunan yang besarnya diatur oleh PP (Pasal 4);
3.
Pengurusan dana kecelakaan lalu lintas jalan dilakukan oleh
perusahaan negara yang ditunjuk oleh Menteri Khusus untuk
itu (Pasal 5).
Berdasarkan ketentuan diatas maka dibentuklah PT Asuransi Jasa Raharja
yang bertanggung jawab menyantuni korban kecelakaan lalu lintas. Adapun
kewajiban dan tanggung jawab pengemudi serta pemilik kendaraan yang terlibat
kecelakaan lalu lintas adalah sebagai berikut :
1.
Kewajiban pengemudi yang terlibat kecelakaan yang diatur
dalam Pasal 27 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992
tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, setiap pengemudi
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
15/19
14
kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas wajib
:
a.
Menghentikan kendaraan (kewajiban ini dapat
tidak dilaksanakan apabila keadaan memaksa
misalnya pengemudi tersebut terancam
keselamatannya);
b.
Menolong orang korban kecelakaan (kewajiban
ini dapat tidak dilaksanakan apabila keadaan
memaksa misalnya pengemudi tersebut
terancam keselamatannya);
c.
Melaporkan kecelakaan kepada kantor polisi
terdekat.
2.
Tanggung jawab perdata pengemudi pihak yang dirugikan
diatur dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1992 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan yaitu
pengemudi kendraan bermotor yang terlibat kecelakan lalu
lintas bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh
penumpang dan atau pemilik barang atau pihak ketiga, yang
timbul karena kelalaiannya atau kesalahan pengemudi dalam
mengemudikan kendaraan bermotor.
3.
Keadaan yang dapat meniadakan tanggung jawab pengemudi
diatur dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
16/19
15
1992 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, yaitu sebagai
berikut :
a.
Adanya keadaan memaksa yang tidak dapat
dielakkan atau diluar kemampuan;
b.
Disebabkan oleh perilaku korban atau pihak
ketiga;
c.
Disebabkan oleh gerakan orang atau hewan
walaupun telah diambil tindakan pencegahan;
d.
Pengemudi kendaraan bermotor yang terlibat
kecelakan lalu lintas bertanggung jawab atas
kerugian yang diderita oleh penumpang dan atau
pemilik barang atau pihak ketiga, yang timbul
karena kelalaiannya atau kesalahan pengemudi
dalam mengemudikan kendaraan bermotor.
Perjanjian asuransi yang bertujuan memberikan perlindungan dan ganti
kerugian pada hakikatnya terdapat kesenjangan waktu antara prestasi pihak
pertama atau penanggung dengan prestasi pihak kedua atau tertanggung.10
Kesenjangan waktu tersebut terjadi karena walaupun pihak tertanggung telah
memenuhi prestasi dengan membayar premi namun pihak penanggung tidak
secara langsung melaksanakan prestasi sebagaimana mestinya.
Kesenjangan yang terjadi biasanya adalah ketika pelaksanaan layanan dan
komunikasi eksternal antara penanggung dengan tertanggung, dimana
10 Sri Rejeki Hartono, op. cit, hlm 91.
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
17/19
16
kesenjangan yang terjadi yakni mengenai mekanisme pembayaran. Dalam hal ini,
apakah asuransi sosial yang diwajibkan oleh UU tersebut dibiayai oleh negara apa
tidak, yang dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hal itu dan
bagaimanakah cara menanggulangi permasalahan tersebut.
E. Metode Penelitian
1. Objek Penelitian
Pelaksanaan Asuransi PT. Jasa Raharja (persero) Terhadap Korban
Kecelakaan Lalu Lintas di Yogyakarta.
2. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah :
a. Direktur PT. Jasa Raharja Yogyakarta.
b. Kasat Lantas Yogyakarta.
c. Korban kecelakaan.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Yaitu berupa keterangan atau informasi yang diperoleh langsung
dari subjek penelitian.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan tertulis, yang terdiri
dari :
1)
Bahan hukum primer, yaitu berupa peraturan perundang-undangan
yaitu :
a.
Kitab Undang – Undang Hukum Perdata.
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
18/19
17
b.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
c.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1964 Tentang Dana
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.
d.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha
Perasurasian.
e.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Undang-
Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
f.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36/PMK.010/2008
Tentang Besar Santunan dan sumbangan Wajib Dana
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Menteri Keuangan Republik
Indonesia .
2) Bahan hukum sekunder, yaitu berupa buku-buku literatur, jurnal,
artikel yang berkaitan dengan obyek penelitian.
3) Bahan hukum tersier, yaitu berupa kamus dan ensiklopedi.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari buku-buku dan literatur yang berkaitan
dengan materi yang diteliti.
b. Studi Lapangan
Untuk pengumpulan data digunakan metode wawancara, yaitu
mengumpulkan data dengan mengadakan tanya jawab langsung
-
8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2
19/19
18
dengan responden. Pedoman wawancara ini dipakai pada saat
melakukan pengumpulan data berupa daftar pertanyaan yang masih
bersifat terbuka dan hanya meliputi garis besar pertanyaan,
sehingga terbuka kemungkinan untuk mengembangkan lebih lanjut.
5. Metode Pendekatan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan secara
yuridis normatif, yaitu data dan fakta yang diteliti, dikaji dan
dikembangkan berdasarkan pada hukum.
6. Analisis Data
Data-data yang diperoleh baik dari studi kepustakaan maupun
penelitian lapangan akan dianalisa dengan metode deskriptif kualitatif,
yaitu dengan menguraikan data-data yang diperoleh dihubungkan dengan
masalah yang diteliti, menganalisa dan menggambarkan kenyataan-
kenyataan yang terjadi dalam objek penelitian sehingga akan diperoleh
kesimpulan dan pemecahan dari permasalahan tersebut.