fero mon
TRANSCRIPT
TUGAS FISIOLOGI SERANGGA
FEROMON
OLEH:
NAMA : SISKA RATNA DEWI
BP : 1110422010
DOSEN :
Dr. RESTI RAHAYU
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014
FEROMON
Ratu menghasilkan hormon yang disebut feromon dan memiliki bau yang khas. Feromon
seluruh anggota koloni tetap bekerja sama dan saling melindungi serta saling mengenali anggota
koloninya. Feromon juga digunakan pekerja untuk menandai jalur pencarian makanan sehingga
mudah diikuti pekerja yang lain (Gotwald, 1982). Setiap koloni memiliki bau yang berbeda
dengan koloni lain dan semua anggota dari koloni yang sama memiliki bau yang sama.
Ada feromon yang mampu menarik serangga jenis kelamin lain pada jarak yang cukup jauh, ada
pula yang bekerja pada jarak dekat dan penerima menanggapinya dengan serangkaian perilaku
"courtship" atau mencari pasangan. Feromon seperti ini tidak diproduksi terus menerus, tetapi
hanya ketika serangga telah mencapai usia cukup dewasa untuk kawin, dan bahkan itu pun pada
saat tertentu saja. Telah cukup banyak jenis feromon seks yang dipelajari para peneliti, terutama
karena mengubah perilaku kawin merupakan strategi yang cukup dapat diandalkan dalam rangka
pengelolaan hama. Penelitian seperti ini pada mulanya berangkat dari usaha menemukan dan
menjelaskan molekul feromonnya secara deskriptif, dan ketika jenis dan jumlah molekul yang
diperoleh semakin banyak, penelitiannya bergeser ke arah analisis rinci dan kejelasan mekanisme
kerja feromon (Winoto, 2009).
Menurut Suhara (2009), semut mampu mengindera lingkungannya yang kompleks untuk
mencari makanan dan kemudian kembali ke sarangnya dengan meninggalkan zat feromon pada
jalur-jalur yang mereka lalui. Feromon adalah zat kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan
digunakan oleh makhluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan
untuk membantu proses reproduksi. Berbeda dengan hormon, feromon menyebar ke luar tubuh
dan hanya dapat mempengaruhi dan dikenali oleh individu lain yang sejenis (satu spesies).
Proses peninggalan feromon ini dikenal sebagai stigmergy, sebuah proses memodifikasi
lingkungan yang tidak hanya bertujuan untuk mengingat jalan pulang ke sarang, tetapi juga
memungkinkan para semut berkomunikasi dengan koloninya. Seiring waktu, bagaimanapun juga
jejak feromon akan menguap dan akan mengurangi kekuatan daya tariknya. Lebih lama seekor
semut pulang pergi melalui jalur tersebut, lebih lama jugalah feromon menguap. Agar semut
mendapatkan jalur optimal, diperlukan beberapa proses:
1. Pada awalnya, semut berkeliling secara acak, hingga menemukan makanan.
2. Ketika menemukan makanan mereka kembali ke koloninya sambil memberikan tanda dengan
jejak feromon.
3. Jika semut-semut lain menemukan jalur tersebut, mereka tidak akan bepergian dengan acak
lagi, melainkan akan mengikuti jejak tersebut.
4. Kembali dan menguatkannya jika pada akhirnya mereka pun menemukan makanan.
5. Seekor semut yang secara tidak sengaja menemukan jalur optimal akan menempuh jalur ini
lebih cepat dari rekan-rekannya, melakukan round-trip lebih sering, dan dengan sendirinya
meninggalkan feromon lebih banyak dari jalur-jalur yang lebih lambat ditempuh.
6. Feromon yang berkonsentrasi tinggi pada akhirnya akan menarik semut semut lain untuk
berpindah jalur, menuju jalur paling optimal, sedangkan jalur lainnya akan ditinggalkan.
7. Pada akhirnya semua semut yang tadinya menempuh jalur yang berbedabeda akan beralih ke
sebuah jalur tunggal yang ternyata paling optimal dari sarang menuju ke tempat makanan.
Feromon adalah zat kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh makhluk
hidup untuk mengenali sesame jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses
reproduksi. Feromon merupakan senyawa yang dilepas oleh salah satu jenis serangga yang dapat
mempengaruhi serangga lain yang sejenis dengan adanya tanggapan fisiologi tertentu. Berbeda
dengan hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan hanya dapat mempengaruhi dan dikenali
oleh individu lain yang sejenis (satu spesies). Istilah feromon (pheromone) berasal dari bahasa
Yunani, yaitu phero yang artinya “pembawa” dan mone “sensasi”. Sifat senyawa feromon adalah
tidak dapat dilihat oleh mata, volatil (mudah menguap), tidak dapat diukur, tetapi ada dan dapat
dirasakan. Secara umum, proses perkawinan serangga dipengaruhi oleh feromon seks yang
diproduksi oleh serangga betina untuk menarik serangga jantan (Allison dan Carde 2007).
Hasil penelitian pada beberapa spesies Lepidoptera di Jepang menunjukkan, feromon
seks merupakan hasil proses biosintesis (pheromone biosynthesis activating neroupeptida) pada
subeosuphageal ganglion dan digunakan serangga betina untuk menarik jantan (Kawai et al.
2007). Mekanisme dalam feromon seks berbeda di antara spesies (Wang 2008).
Referensi :
Allison, D.J. and T.R. Carde. 2007. Male pheromone blend preperence function measured in choice and no-choice wind tunnel trials with almonds moths, Cadra cautella. Anim. Behaviour 75: 259−266.
Gotwald, W. H. 1982. “Army Ants”.http://antbase.org/ants/ publications/11022/ 11022.pdf. 18 Januari 2007.
Kawai, T., A. Ohnishi, G.M. Suzuki, T. Fuji, K. Matsuoka, A. Kato, S. Matsumoto, and T. Ando. 2007. Identification of a unique pheromonotropic neuropeptide including double FXPRL motifs from a geometrid spesies, Ascotis selenaria cretacea, which produces an epoxialkenil sex pheromone. J. Insect Biochem. Mol. Biol. 37: 330−337.
Suhara. 2009. Semut Rangrang (Oecophylla smaradigna). Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Pendidikan Indonesia.
Wang. 2008. Genetic basis of sex pheromone blend difference between Helicoverpa armigera (Hubner) and Helicoverpa assulta (Guenee) (Lepidoptera : Noctuidae). J. Insect Physiol. 54: 813−817.
Winoto. 2009. Feromon, Allomon, Kairomon: Sistem Komunikasi Serangga, Konsep Dasar, Elektroantenogram (Eag), Olfaktometer Dan Uji Biologis Lainnya. 11 Juni 2009.