feminisme cerpen dua perempuan

11
Wujud feminisme tokoh Bawuk yang terdapat dalam Cerpen Bawuk karya Umar Kayam: Kajian Feminisme Oleh Rudi Umar Susanto 147835014 S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia-Daerah Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya 2014

Upload: rudi-umar-susanto

Post on 15-Feb-2016

35 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Sastra

TRANSCRIPT

Page 1: Feminisme Cerpen Dua Perempuan

Wujud feminisme tokoh Bawuk yang terdapat dalam Cerpen Bawuk karya

Umar Kayam: Kajian Feminisme

Oleh

Rudi Umar Susanto

147835014

S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia-Daerah

Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya

2014

Page 2: Feminisme Cerpen Dua Perempuan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya sastra sebagai salah satu produk sebuah kebudayaan dapat dikatakan sebagai

cerminan dari masyarakat tempat karya sastra itu lahir. Sebuah penelitian yang

membicarakan tentang maju tidaknya atau tinggi rendahnya sebuah kebudayaan tidak hanya

ditilik dari karya-karya atau tulisan ilmiah yang dihasilkannya. Tetapi, penilaian tentang hal

tersebut dapat juga dilakukan dengan melihat karya-karya sastra yang dihasilkan oleh

masyarakat yang bersangkutan.

Cerpen Bawuk karya Umar Kayam merupakan cerpen yang menceritakan kehidupan

seorang perempuan bernama Bawuk, dia tidak mau menikah dengan pria pilihan keluarganya,

dia lebih memilih pria pilihannya yaitu Hasan. Hasan merupakan anggota dari G 30 S PKI.

Cerpen Bawuk adalah sebuah cerpen yang berbingkai feminisme. Perspektif feminisme lebih

mengarah pada karya sastra yang terilhami oleh fakta sosial yang ada di tengah-tengah

masyarakat sekaligus menampilkan tokoh perempuan dengan berbagai masalahnya.

Perspektif dimaksud tidak semata-mata memandang cerpen dari kacamata estetika, tetapi

juga memfokuskan kajian pada makna dan hubungannya dengan realitas sosial dan budaya.

Cerpen Bawuk karya Umar Kayam merupakan cerpen yang menceritakan kehidupan seorang

perempuan bernama Bawuk, dia memiliki pendirian yang kuat dan tidak bisa dipatahkan oleh

orang lain termasuk keluarganya sendiri. Cerpen Bawuk karya Umar Kayam ini memiliki

kandungan ekspresi dan konsistensi fiksional untuk mengutuhkan kepribadian, kecerdasan,

dan keyakinan tokoh perempuan di dalamnya. Pengutuhan itu bukan saja terbaca dari latar

sosial tokohnya, Bawuk, tetapi juga emansipasi pemikiran dan keberaniannya untuk melawan

dominasi dan diskriminasi tokoh-tokoh antagonis yang bersifat patriarkis. Penggambaran

posisi dan sikap tokoh perempuan tersebut juga mencerminkan adanya upaya untuk

menanggapi dan mencari solusi terhadap masalah gender yang ditimbulkan oleh

ketidakadilan sosial dan budaya di sekitar tokoh itu berada.

Inilah yang kemudian melatarbelakangi peneliti untuk mengkaji Cerpen Bawuk karya Umar

Kayam dengan judul Sikap Feminis Tokoh Bawuk dalam Cerpen Bawuk karya Umar Kayam:

Kajian Feminisme Sastra.

Page 3: Feminisme Cerpen Dua Perempuan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Bagaimanakah perwujudan feminisme tokoh Bawuk yang terdapat dalam Cerpen Bawuk

karya Umar Kayam?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan perwujudan feminisme

tokoh Bawuk yang terdapat dalam Cerpen Bawuk karya Umar Kayam.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Tokoh

Tokoh menurut Abrams (Nurgiantoro, 2010: 165) orang yaang ditampilkan dalam suatu

karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan

kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan

dalam tindakan. Pendapat Abrams ini sebenarnya kurang tepat. Menurut Atmazaki (1990: 61)

tokoh tidak mesti selalu manusia. Binatang dan tumbuh-tumbuhan pun sering dijadikan tokoh

lain. Tumbuh-tumbuhan pun sering dijadikan tokoh. Tokoh sering dikenal dengan istilah

karakter, sedangkan penokohan dengan istilah karakterisasi. Parrine (Kasiyun, 2004: 31)

menyatakan bahwa karakter adalah representasi sifat kemanusiaan penulis, khususnya

kualitas diri yang menentukan seseorang bereaksi pada kondisi yang bermacam-macam, atau

mencoba untuk membentuk lingkungannya.

Menurut Adi (2011: 47) sebuah cerita terbentuk karena terdapat pelaku atau tokoh dalam

cerita tersebut. seluruh pengalaman yang diceritakan dalam cerita cerita berdasarkan pada

tingkah laku dan pengalaman yang dijalani oleh para pelakunya, melalui pelaku cerita inilah

pembaca mengikuti jalan seluruh cerita, karena pembaca ikut mengalami hal-hal yang

dialami pelakunya.

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan di dalam

berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1988: 16). Jadi, tokoh merupakan orang yang

memainkan peran dalam karya sastra (Zaidan, 2007: 2006). Sebagai subjek yang

menggerakkan peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita, tokoh tentu saja dilengkapi dengan

Page 4: Feminisme Cerpen Dua Perempuan

watak atau karakteristik tertentu. Watak adalah kualitas tokoh yang meliputi kualitas nalar

dan jiwa yang membedakkannya dengan tokoh cerita yang lain (Sudjiman, 1988: 23). Watak

itulah yang menggerakkan tokoh untuk melakukan perbuatan tertentu sehingga cerita bisa

menjadi hidup. Tokoh menurut Aminuddin (2002: 79) adalah pelaku yang mengemban

peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita. Berdasarkan

fungsinya, tokoh dibedakan menjadi tokoh sentral atau tokoh utama dan tokoh nawahan atau

tokoh tambahan. Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama bukan frekuensi

kemunculan tokoh itu di dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh dalam

peristiwa yang membangun cerita (Sudjiman, 1988: 17—18).

B. Teori Feminisme Sastra

Sastra adalah salah satu dari berbagai bentuk representasi budaya yang menggambarkan

relasi dan rutinitas jender. Selain itu, teks sastra juga dapat memperkuat dan membuat

stereotipe jender baru yang lebih merepresentasikan kebebasan jender. Oleh karena itu, kritik

sastra feminis membantu membangun studi jender yang direpresentasikan dalam sastra

(Goodman, 2001: 2). Kajian sastra feminisme secara sederhana dapat di artikan sebagai

kajian yang memandang sastra dengan kesadaran khusus,kesadaran bahwa ada jenis kelamin

yang banyak berhubungan dengan budaya,sastra,dan kehidupan kita.Jenis kelamin inilah

yang membuat perbedaan di antara semuanya yang juga membuat perbedaan pada diri

pengarang, pembaca, perwatakan, dan pada faktor luar yang mempengaruhi situasi karang

mengarang (Sugihastuti, 2005: 5).

Dalam arti leksikal, feminisme adalah gerakan wanita yang menuntut persamaan hak

sepenuhnya antara kaum wanita dan pria (KBBI, 1996: 241). Feminisme ialah teori tentang

persamaan antara laki-laki dan wanita di bidang politik, ekonomi, dan sosial; atau kegiatan

terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan wanita (Goefe, 1986: 837).

Kritik sastra feminis di Indonesia diperkenalkan antara lain oleh Soenardjati Djajanegara.

Kritik ini digunakan untuk menyebut disiplin ilmu kritik sastra yang lahir sebagai respon atas

berkembangluasnya feminisme di dunia. Kritik sastra feminis muncul ketika citra perempuan

di dalam karya sastra hampir selalu ditempatkan sebagai korban, bersifat sentimentalis, dan

memiliki kepekaan spiritualitas di tengah kekuasaan laki-laki yang mengungkung.

Page 5: Feminisme Cerpen Dua Perempuan

Menurut Djajanegara (2003:27) Kemunculan kritik sastra ini berawal dari hasrat pertama

yang mendorong munculnya gerakan feminisme dalam sastra adalah adanya kesadaran dari

kaum perempuan bahwa dalam sastra pun perempuan masih tampak sebagai pihak yang

tersubordinasi. Sedangkan menurut Sugihastuti (2005:29), kritik sastra feminis yang

mempunyai definisi sebagai kajian sastra yang mengarahkan pada fokus analisis perempuan

muncul dari adanya kenyataan bahwa di dalam karya sastra terdapat permasalahan gender.

Kolodny menjelaskan bahwa kritik sastra feminis membeberkan wanita menurut stereotipe

seksual, baik dalam kesusastraan maupun dalam kritik sastra kita, dan juga menunjukkan

bahwa aliran-aliran serta cara-cara yang tidak memadai telah digunakan untuk mengkaji

tulisan wanita secara tidak adil dan tidak peka. Menurutnya, mereka yang menekuni bidang

sastra pasti menyadari bahwa biasanya karya sastra, yang pada umumnya hasil tulisan laki-

laki menampilkan stereotipe wanita sebagai istri dan ibu yang setia dan berbakti, wanita

manja, pelacur, dan wanita dominan. Citra-citra wanita seperti itu ditentukan oleh aliran-

aliran sastra dan pendekatan-pendekatan tradisional yang tidak cocok dengan keadaan karena

penilaian demikian tentang wanita tidak adil dan tidak teliti. Padahal wanita memiliki

perasaan-perasaan yang sangat pribadi, seperti penderitaan, kekecewaan atau rasa tidak aman

yang hanya bisa diungkapkan secara tepat oleh wanita itu sendiri.

Teori feminis muncul seiring dengan bangkitnya kesadaran bahwa sebagai manusia,

perempuan juga selayaknya memiliki hak-hak yang sama dengan laki-laki. John Stuart Mill

dan Harriet Taylor menyatakan bahwa untuk memaksimalkan kegunaan yang total

(kebahagiaan/kenikmatan) adalah dengan membiarkan setiap individu mengejar apa yang

mereka inginkan, selama mereka tidak saling membatasi atau menghalangi di dalam proses

pencapaian tersebut. Mill dan Taylor yakin bahwa jika masyarakat ingin mencapai kesetaraan

seksual atau keadilan gender, maka masyarakat harus memberi perempuan hak politik dan

kesempatan, serta pendidikan yang sama dengan yang dinikmati oleh laki-laki (Tong, 1998 :

23).

Fokus pembicaraan yang menyangkut masalah eksistensi kewanitaan dalam kritik sastra,

terkait erat dengan lima pokok masalah (Selden, 1991).

1. Biologis: dari sudut pandang lelaki, wanita adalah “Tofa Mulier in Utero” „perempuan

tidak lain adalah sebuah kandungan‟. Jadi, dilihat dari peranan tubuh wanita, ia adalah

tempat penerus keturunan. Dari pihak feminis, sebaliknya berpendapat atribut biologis

wanita lebih merupakan sumber keunggulan dari pada kerendahan (inferioritas).

Page 6: Feminisme Cerpen Dua Perempuan

2. Pengalaman: ada perbedaan yang jelas dari segi persepsi dan emosi wanita dan laki-

laki dalam hal penting dan yang tidak penting.

3. Wacana: Foucaut berpendapat bahwa apa yang “benar” tergantung pada siapa yang

menguasai wacana. Maka, adalah wajar kalau terjadi dominasai laki-laki dalam

“kebenaran” yang terkandung dalam karya sastra yang yang ditulis kaum laki-laki.

Ada dugaan (Robin Lakoff=sosiolinguis) bahwa bahasa wanita terkesan agak rendah,

mempunyai ketidakpastian, dangkal, sembrono, tidak serius, dan penuh perasaan.

Agar wanita lebih dominan, maka harus berusaha merebut wacana dari pria.

4. Ketaksadaran: Teori psikoanalitik Lacan dan Krisfeva berbicara tentang hal ini.

Seksualitas wanita bersifat revolusioner, subversive, beragam dan terbuka. Sebab itu

ada upaya menolak untuk mendefinisikan seksualitas wanita.

5. Kondisi sosial dan ekonomi: kaum wanita berupaya membuat perimbangan perubahan

kondisi sosial dan ekonomi dalam interaksi wanita dan laki- laki.

Dalam penelitian perlu diangkat masalah-masalah di atas sebagai fokus penelitian

melihat peranan dan karakter tokoh (perwatakan tokoh) wanita. Kita dapat mengkaji

bagaimana peranan dan karakter tokoh-tokoh wanita dalam novel-novel Indonesia

dari periode ke periode. Salah satu fokus, atau dua, bahkan tiga fokus di atas dapat

dijadikan pusat kajian.

Terutama dalam mengkaji karya-karya yang ditulis penulis wanita. Kalau kita lihat dalam

bidang yang lebih luas ada beberapa masalah yang bisa dikaji dengan kritik feminis. Pada

umumnya semua karya sastra yang menampilkan tokoh wanita, baik dalam ragam fiksi

maupun puisi (sajak) dapat dikaji dengan pendekatan feminis. Yang dikaji dalam

hubungannya dengan tokoh wanita adalah :

a. Peranan tokoh wanita dalam karya sastra itu baik sebagai tokoh protagonis ataupun

tokoh antagonis, atau tokoh bawahan.

b. Hubungan tokoh wanita dengan tokoh-tokoh lain yaitu tokoh laki-laki dan tokoh

wanita lain.

c. Perwatakan tokoh wanita, cita-citanya, tingkah lakunya, perkataannya (tutur

bahasanya), dan pandangannya tentang dunia dan kehidupan.

d. Sikap penulis ( pengarang ) wanita dan pengarang laki-laki terhadap tokoh wanita.

Berdasarkan uraian di atas, pada hakikatnya kritik feminis dapat dipakai untuk

mengkaji karya sastra hasil penulis laki-laki dan wanita. Pengeritik feminis (pembaca

Page 7: Feminisme Cerpen Dua Perempuan

feminis) dapat melihat bagaimana penampilan tokoh wanita dalam karya sastra

pengarang laki-laki dan dalam karya sastra wanita.

BAB III

PEMBAHASAN

Tokoh Bawuk merupakan tokoh sentral dalam cerpen ini. Dia memang perempuan

tetapi dia dapat menjadikan dirinya layaknya seorang lak-laki. Mengapa demikian, karena

tokoh Bawuk melakukan hal yang tidak dilakukan oleh seorang perempuan. Sempat suatu

ketika Bawuk dimarahi oleh orang tuanya karena melakukan pekerjaan yang diboleh

dilakukan oleh seorang perempuan. Adapun kutipannya sebagi berikut:

Tetapi tiap kali ayah-ibunya berusaha menegur Bawuk tentang hal ini, selalu

saja dengan cara yang khas Bawuk. Bawuk berhasil menyakinkan orang

tuanya bahwa apa yang dikerjakannya itu tidak apa-apa. Dan anehnya,

ayahnya yang bisa begitu keras terhadap bawahannya bahkan juga terhadap

kakak-kakak Bawuk, seringkali harus banyak mengalah kepada anak-anak

yang bungsu ini. (Kayam, 1975: 87)

Berdasarkan kutipan di atas, tokoh Bawuk telah melakukan suatu pekerjaan yang

layaknya dilakukan oleh orang lain, lebih tepatnya pantas dilakukan oleh seorang laki-laki.

Bahkan ayah dan ibunya pernah menegur Bawuk akan aktivitas yang dilakukan oleh Bawuk,

namun dengan cara yang digunakannya, Bawuk berhasil menyakinkan orang tuanya bahwa

apa yang dilakukan Bawuk itu merupakan hal yang wajar dan Bawuk bisa melakukan hal

tersebut. Dan anehnya ayahnya yang biasa keras kepada bawahannya bahkan kepada kakak-

kakak Bawuk, sering kali kalah dengan anak bungsunya yaitu si Bawuk.

Tidak hanya di situ saja, walaupun tokoh Bawuk telah menjadi seorang istri, namun

tokoh Bawauk tetap saja melakukan hal yang tidak selayaknya dilakukan oleh seorang

perempuan. Akan tetapi tokoh Bawuk merubah paradigma tersebut menjadi sebuah

kewajaran. Adapun kutipannya sebagai berikut:

Di T Bawuk melihat, meraba dan merasakan dari jarak yang jauh lebih dekat

lagi daripada sebelumnya apa yang selama ini dipertaruhkan suaminya.

Sesuatu yang menempel pada diri suaminya itu telah menjadi semacam setan

kecil yang sepenuhnya telah menguasai suaminya (Kayam, 1975: 104)

Page 8: Feminisme Cerpen Dua Perempuan

Berdasarkan data kutipan cerpen di atas, ketika tokoh Bawuk pindah daerah T, dia

bisa melihat, meraba serta merasakan lebih dekat apa yang dilakukan oleh suaminya yaitu

gerakan revolusi yang dilakukan PKI. Tokoh Bawuk ikut andil dalam aktivitas tersebut,

padahal tokoh Bawuk merupakan sosok perempuan, namun walaupun dia seorang

perempuan, dia tidak mau kalah dengan tokoh laki-laki pada umumnya. Dia lebih senang

berperan aktif dalam gerakan tersebut melalui jaringan yang dibuat oleh suaminya yaitu

tokoh Hassan. Ada beberapa kutipan lagi yang dapat menunjukkan sikap penyetaraan gender

yang dimiliki oleh tokoh Bawuk. Adapun kutipannya sebagi berikut:

Tiap kali Bawuk bersama kawan-kawannya berdiskusi dengan kaum ibu, para

isteri birokrat desa dan isteri petani-petani. Bawuk melihat kilatan-kilatan mata

mereka itu yang jauh berbeda dari stereotip petani-petani yang selama ini

digambarkan sebagai redup dan membosankan. Kilatan mata mereka

mengikuti mata suami-suami mereka. Keras, tegang dan penuh dengan

ketetapan hati. (Kayam, 1975: 104-105)

Berdasarkan data kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Bawuk bersama teman-temannya yang

merupakan para istri birokrat desa dan istri para petani. Mereka tengah melakukan diskusi

untuk mengatur siasat guna gerakan revolusi PKI. Mereka berbeda dengan persepsi

masyarakat awam tentang ibu-ibu birokrat desa serta ibu-ibu petani. Mereka semua telah

memiliki mata yang tajam, hidup yang keras, ketegangan, serta penuh ketetapan hati yang

telah mereka ikuti dari suaminya. Di bawah ini juga ada kutipan yang menunjukkan sikap

penyetaraan gender yang dilakukan oleh tokoh Bawuk. Adapun kutipannya sebagai berikut:

Pada saat-saat itu, bila malam telah larut, anak-anaknya telah tidur dan diskusi-

diskusi telah selesai Bawuk sering memikirkan tentang perjalanannya bersama

Hassan yang penuh dengan busa ideologi, kegairahan untuk mereguk

kehidupan hingga dasarnya bersama dengan keyakinannya itu. (Kayam, 1975:

106)

Berdasarkan data kutipan cerpen di atas, tokoh Bawuk telah diajarkan tentang apa itu

kehidupan. Ketika menjelang larut malam dan semua anak-anaknya telah tidur, dia

memikirkan tentang kehidupannya, tokoh Bawuk yang telah berbusa akan ideologi revolusi

dan tidak selayaknya dia dijejali dengan ideologi karena tokoh Bawuk merupakan sosok

perempuan, namun semuanya berkebalikan, dia tidak menghiraukan bahwa dia adalah sosok

Page 9: Feminisme Cerpen Dua Perempuan

perempuan yang seharusnya merawat dan membesarkan anak-anaknya dengan kasih sayang.

Tidak hanya sampai di situ saja, terdapat kutipan yang menunjukkan sikap yang dimiliki

tokoh Bawuk. Adapun kutipannya sebagai berikut:

Dari Pak Jogo, Bawuk mendapat tugas menjadi kurir dan mengamati gerak-

gerik mahasiswa. Menurut Pak Jogo, Bawuk mempunyai potongan yang tepat

untuk melaksanakan tugas itu. Dia tidak pernah menonjol selama ini di S.

Tidak terlalu banyak orang S yang mengenalnya sebagai isteri Hassan, tidak

pernah ikut menonjol dalam berbagai rapat atau seminar terbuka yang

diorganisir oleh PKI, Lekra atau anak organisasi yang lainnya, dan yang lebih

penting kata Pak Jogo, Bawuk memiliki kecerdasan serta kesabaran yang

diperlukan buat itu semua. (Kayam, 1975: 109)

Berdasarkan data kutipan di atas, tokoh Bawuk telah mengenal jaringan yang ada di

S. Tokoh Bawuk bertemu dengan tokoh Pak Jogo, Bawuk mendapatkan tugas sebagai kurir

padahal tugas tersebut tidak selayaknya dijalani oleh seorang perempuan. Namun dengan

tekad yang kuat tokoh Bawuk siap menerima tugas tersebut karena dia yakin bahwa dia bisa.

Mengapa tokoh Pak Jogo memberikan tugas kepada tokoh Bawuk? Bawuk mempunyai

potongan yang tepat untuk melaksanakan tugas itu. Dia tidak pernah menonjol selama ini di

S. Tidak terlalu banyak orang S yang mengenalnya sebagai isteri Hassan, tidak pernah ikut

menonjol dalam berbagai rapat atau seminar terbuka yang diorganisir oleh PKI, Lekra atau

anak organisasi yang lainnya, dan yang lebih penting kata Pak Jogo, Bawuk memiliki

kecerdasan serta kesabaran yang diperlukan buat itu semua. Itulah yang menjadikan tokoh

Bawuk menjadi luar biasa.

Tidak hanya data kutipan di atas, tokoh Bawuk juga sempat menjadi mata-mata untuk

mengawasi gerak-gerik para tentara dalam mengintai gerakan revolusi PKI. Adapun

kutipannya sebagai berikut:

....Karenanya Bawuk harus lebih meningkatkan kewaspadaannya serta lebih

mempertajam lagi pancainderanya di dalam menilai gerak-gerik tentara.

(Kayam, 1975: 104)

Berdasarkan data kutipan di atas, tokoh Bawuk harus meningkatkan kewaspadaanya

dalam tugas pengintaian gerak-gerik para tentara tersebut. Sebenarnya tugas memata-matai

tentara ini amatlah berat terlebih tokoh Bawuk seorang perempuan dan memiliki dua orang

buah hati. Akan tetapi semua itu dikesampingkan demi bertemu dengan sang pujaan hati

Page 10: Feminisme Cerpen Dua Perempuan

yaitu tokoh Hassan. Dan kutipan yang terakhir menunjukkan bahwa tokoh Bawuk pun

memiliki pilihan yang bisa dia argumentasikan kepada saudaranya. Adapun kutipannya

sebagai berikut:

“Kalau begitu, kenapa tidak disini saja menunggu suamimu itu. Kau bisa

menemani ibu, menunggui anak-anakmu. Aku bisa mengusahakan

perlindungan dan surat-surat yang kauperlukan.”

“Aku condong untuk tetap memilih menunggu di M, Mas Sun.”

“Kalau begitu kau tidak hanya menunggu di M. Kau pasti ada tugas

tertentu, Wuk, dari kawan-kawan Hassan.”

“Tunggu. Tunggu, Mas Sun. Biar ganti saya yang tanya.”

“Wah, ini namanya kena interogasi. Baiklah, Mas Tok.” (Kayam, 1975:

115)

Tapi mas-mas, mbak-mbak, mammie-pappie, itulah dunia pilihanku.

Dunia abangan yang bukan priyayi, dunia yang selalu resah dan gelisah, dunia

yang penuh illusi yang memang seringkali bisa indah tiap kali. (Kayam, 1975:

122)

Berdasarkan data kutipan di atas, tokoh Bawuk dapat mempertahankan pilihannya,

walaupun saudara laki-lakinya terus mendesaknya namun tokoh Bawuk tetap akan pergi

menunggu suaminya yang tidak tahu rimbanya. Sebenarnya saudaranya telah tahu keputusan

dari tokoh Bawuk akan tetapi tokoh Bawuk selalu dan selalu diinterogasi bagaikan

narapidana. Dari pendeskripsian mulai dari awal sampai akhir, telah jelas bahwa bagaimana

bentuk feminisme yang dimiliki tokoh Bawuk.

BAB IV

PENUTUP

1. Simpulan

Bertolak dari hasil analisis data dapat ditarik simpulan bahwa perwujudan pandangan

feminisme yang terdapat dalam Cerpen Bawuk Karya Umar Kayam tampak dalam sikap dan hidup

yang dimiliki oleh tokoh utama wanita, yakni Bawuk. Melalui Bawuk perempuan seharusnya

menyadari hak dan kewajiban yang dimilikinya. Perempuan tidak boleh disamakan dengan laki-laki

karena sosok perempuan juga memiliki hak untuk memilih apa yang dianggap layak.

Terkadang orang lain terutama sosok laki-laki menanggap sosok perempuan tidak bisa apa-

apa dalam kata lain perempuan itu lemah. Tetapi sosok perempuan itu kuat dalam segala hal namun

terkadang perasaan perempuan terlebih dahulu muncul dari pada logikanya. Perjuangan serta usaha

feminisme untuk mencapai tujuan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu

Page 11: Feminisme Cerpen Dua Perempuan

caranya adalah berusaha mendapatkan hak dan kewajiban yang sejajar dengan kaum laki-laki.

Oleh karena itu, kemudian muncul istilah equal right's movement (gerakan persamaan hak).

Cara lainnya adalah membebaskan perempuan dari ikatan lingkungan domestik atau

lingkungan keluarga dan rumah tangga, dinamakan dengan women's liberation

movement yaitu sebuah gerakan pembebasan wanita. Pada akhirnya, wanita dapat

menunjukkan tokoh-tokoh citra wanita yang kuat dan mendukung nilai-nilai feminisme.

2. Saran

Saran peneliti kepada peneliti lain, setelah penelitian ini diharapkan lebih kreatif dalam

meneliti dan menelaah kajian sastra berperspektif gender dengan menggunakan pendekatan sosiologi

sastra. Inovasi-inovasi lain pun diharapkan akan hadir untuk melengkapi penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. 2001. Seks, Gender & Reproduksi Kekuasaan. Tarawang, Yogyakarta.

Cavallaro, Dani. 2004. Critical and Cultural Theory, terj. Laily Rahmawati. Yogyakarta:

Niagara.

Eagleton, Terry. 2006. Teori Sastra : Sebuah Pengantar Komprehensif, terj.Harfiyah

Widiawati dan Evi Setyarini. Yogyakarta : Jalasutra.

Kayam, Umar. 1975. Sri Sumarah dan Bawuk. Jakarta: Pustaka Jaya

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Selden, Raman. 1985. Panduan Membaca Teori Sastra Masa Kini, terj. Rachmat Djoko

Pradopo. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Tong, Rosemarie Putnam. 1998. Feminist Thought : Pengantar paling Komprehensif kepada

Aliran Utama Pemikiran Feminis, terj. Aquarini Priyatna Prabasmoro. Yogyakarta:

Jalasutra.

Suwondo S.H, Nani. 1981. Kedudukan Wanita Indonesia.Jakarta Ghalia Indonesia.

Sofia, Adib. 2009. Aplikasi Kritik Sastra feminis. Yogyakarta: Citra Pustaka.

Welleck, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan, terj. Melani Budianta. Jakarta:

Gramedia.