fathu makah

8
D. Fathu Makah Fathu Makah adalah peristiwa pembebasan kota Mekah oleh kaum Muslimin. Kaum muslimin datang dengan 10.000 orang untuk menunaikan ibadah haji. Peristiwa tersebut dilakukan oleh kaum muslimin setelah terjadi pengkhianatan kaum kafir Quraisy terhadap perjanjian Hudaibiyah. Menurut catatan sejarah, di antara Bani Khuza’ah dengan Bani Bakar sudah lama timbul permusuhan yang baru reda setelah ada perjanjian Hudaibiyah. Masing-masing kabilah menggabungkan diri dengan pihak yang mengadakan perdamaian. Dalam perdamaian Hudaibiyah antara lain sudah ditentukan bahwa siapa saja boleh masuk ke dalam persekutuan Muhammad, dan siapa saja juga boleh masuk ke dalam persekutuan dengan pihak Quraisy. Ternyata Bani Bakar dibantu kafir Quraisy menyerang Bani Khuza’ah. Bani Khuza’ah kemudian meminta bantuan kepada Rasulullah. Rombongan kaum muslim sem[pat berhenti di hulu kota Mekah. Di tempat itu, Rasulullah saw membangun sebuah kubah (kemah lengkung), tidak jauh dari makam Abu Thalib dan Khadijah. Kemudian beliau masuk ke dalam kemah lengkung itu dan beristirahat dengan hati penuh rasa syukur kepada Allah swt, karena bisa langsung kembali dengan terhormat ke kota Mekah. Tidak lama tinggal dalam kemah itu, beliau segera keluar untuk menunggangi untanya yang diberi nama Qashwa. Beliau meneruskan perjalanan ke Ka’bah untuk berthawaf di Ka’bah sebanyak tujuh kali dal menyentuh hajar aswad dengan sebatang tongkat di tangan. Selesai melakukan thawaf, Rasulullah berdiri di depan pintu Ka’bah dan berkhotbah di hadapan semua orang. Kemudian beliau bertanya kepada orang-orang Quraisy, “Wahai orang- orang Quraisy, menurut pendapat kalian, apa yang akan kuperbuat terhadap kalian sekarang?” Mereka menjawab, “Yang

Upload: wahyu-sugito

Post on 24-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

D. Fathu MakahFathu Makah adalah peristiwa pembebasan kota Mekah oleh kaum Muslimin. Kaum muslimin datang dengan 10.000 orang untuk menunaikan ibadah haji. Peristiwa tersebut dilakukan oleh kaum muslimin setelah terjadi pengkhianatan kaum kafir Quraisy terhadap perjanjian Hudaibiyah.Menurut catatan sejarah, di antara Bani Khuzaah dengan Bani Bakar sudah lama timbul permusuhan yang baru reda setelah ada perjanjian Hudaibiyah. Masing-masing kabilah menggabungkan diri dengan pihak yang mengadakan perdamaian. Dalam perdamaian Hudaibiyah antara lain sudah ditentukan bahwa siapa saja boleh masuk ke dalam persekutuan Muhammad, dan siapa saja juga boleh masuk ke dalam persekutuan dengan pihak Quraisy. Ternyata Bani Bakar dibantu kafir Quraisy menyerang Bani Khuzaah. Bani Khuzaah kemudian meminta bantuan kepada Rasulullah.Rombongan kaum muslim sem[pat berhenti di hulu kota Mekah. Di tempat itu, Rasulullah saw membangun sebuah kubah (kemah lengkung), tidak jauh dari makam Abu Thalib dan Khadijah. Kemudian beliau masuk ke dalam kemah lengkung itu dan beristirahat dengan hati penuh rasa syukur kepada Allah swt, karena bisa langsung kembali dengan terhormat ke kota Mekah. Tidak lama tinggal dalam kemah itu, beliau segera keluar untuk menunggangi untanya yang diberi nama Qashwa. Beliau meneruskan perjalanan ke Kabah untuk berthawaf di Kabah sebanyak tujuh kali dal menyentuh hajar aswad dengan sebatang tongkat di tangan.Selesai melakukan thawaf, Rasulullah berdiri di depan pintu Kabah dan berkhotbah di hadapan semua orang. Kemudian beliau bertanya kepada orang-orang Quraisy, Wahai orang-orang Quraisy, menurut pendapat kalian, apa yang akan kuperbuat terhadap kalian sekarang? Mereka menjawab, Yang baik-baik wahai saudara yang pemurah dan sepupu yang pemurah. Lantas Rasulullah bersabda, Pergilah kalian! Kalian sekarang sudah bebas.Dengan ucapan itu, berarti orang Quraisy dan seluruh penduduk Mekah telah diberi ampunan oleh baginda Rasul. Alangkah indahnya pengampunan itu dikala beliau mampu untuk membinasakan mereka semua. Alangkah besarnya jiwa beliau, jiwa yang telah melampaui segala jiwa besar, melampaui segala rasa dengki dan dendam di hati, jiwa yang dapat menjauhi segala perasaan duniawi, telah mencapai di atas kemampuan insani.Hal ini membuktikan bahwa Nabi Muhammad saw merupakan utusan Allah yang tidak mengenal permusuhan. Beliau bukanlah seorang tiran, bukan mau menunjukkan sebagai orang yang berkuasa. Tuhan telah memberi kebesaran hati dan akhlak yang mulia kepadanya dalam menghadapi musuh dan memberi pengampunan kepada mereka. Dengan sikap seperti ini berarti beliau memberikan contoh kepada kaum muslimin untuk bersifat baik dan bersifat lapang dada kepada siapapun.

E. Haji WadaSetelah peristiwa Fathu Makah, pada tanggal 5 Dzulhijjah tahun 10 H / 622 M, Nabi Muhammad saw melaksanakan ibadah haji yang disebut sebagai haji wada, yang berarti haji perpisahan. Disebut demikian karena haji tersebut merupakan haji yang pertama dan terakhir dilaksanakan Rasulullah saw. Rombongan tersebut mengenakan pakaian ihram dan sepanjang jalan mendengungkan kalimat.

Lalu Rasulullah melakukan thawaf mengelilingi Kabah, mencium hajar aswad, salat sunah di depan maqam Ibrahim, meminum air zam-zam, dan diakhiri dengan pelaksanaan sai di antara bukit Sahfa dan Marwah. Pada tanggal 9 Dzulhijjah, Rasulullah berangkat ke padang Arafah untuk melaksanakan wuquf. Setelah itu beliau melanjutkan pelaksanaan ibadah haji, yaitu pergi ke Mina melalui Muzdalifah dengan bermalam di sana, mengumpulkan batu-batuan yang akan dipergunakan untuk melempar tiga jumrah di Mina.Setibanya di Mina pada pagi hari, Rasulullah melontar jumrah aqabah, mencukur rambut dan memotong hewan-hewan kurban. Pada hari kesebelas dan kedua belas dari bulan Dzulhijjah, Nabi kembali melontar tiga jumrah yaitu jumrah aqabah, wustha dan sughra. Setelah itu, kembeli ke kota Mekah untuk melaksanakan thawaf ifadhah. Dengan rangkaian amalan ini, maka berakhirlah rangkaian pelaksanaan ibadah haji.Ketika Rasulullah melaksanakan wuquf di padang Arafah, beliau memberikan khutbah yang disebut khutbah wada, artinya khutbah perpisahan. Selesai menyampaikan khuthbah, Rasulullah saw turun dari untanya. Beliau masih di tempat itu sampai pada waktu salat Zhuhur dan Ashar. Kemudian menaiki kembali utanya menuju Shakharat. Pada waktu itulah Nabi membacakan firman Allah saw kepada mereka :

Artinya : Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu (QS. Al-Maidah (5):3)

Abu Bakar langsung menangis ketika mendengarkan ayat itu. Ia merasa bahwa risalah Nabi sudah selesai dan sudah dekat pula saatnya Nabi hendak menghadap Allah swt. Setelah meninggalkan Arafah malam itu, Nabi saw bermalam di Muzdalifah. Pagi-pagi beliau bangun dan turun ke Masyaril Haram. Kemudian beliau pergi ke Mina dan dalam perjalanan itu melemparkan batu-batu kerikil. Ketika sudah sampai di kemah, beliau menyembelih 63 ekor unta, setiap seekor unta untuk satu tahun umurnya. Adapun unta yang akan dipotong pada hari itu sejumlah 100 ekor. Dan 37 ekor lainnya disembelih oleh Ali. Kemudian Nabi mencukur rambut dan menyelesaikan ibadah hajinya.Selesai menunaikan ibadah haji perpisahan, belum lama kaum muslimin tinggal di Madinah, Rasulullah mengeluarkan perintah supaya menyiapkan sebuah pasukan besar ke daerah Syam, dengan menyertakan kaum Muhajirin, termasuk Abu Bakar dan Umar. Pasukan ini dipimpin oleh Usamah bin Zaid. Usia Usamah waktu itu masih muda sekali, belum mencapai 20 tahun. Ditunjuknya Usamah dimaksudkan untuk menumbuhkan semangat para pemuda dan juga untuk mendidik mereka membiasakan diri memikul beban dan tanggung jawab yang besar dan berat. Kalau tidak karena terbawa oleh kepercayaan yang teguh kepada Rasulullah, kepemimpinan Usamah atas orang-orang yang lebih tua dan atas kaum Muhajirin serta para sahabat, tentu akan sangat mengejutkan mereka. Tetapi, ketika mereka sedang bersiap-siap berangkat, tiba-tiba Rasulullah jatuh sakit, dan sakitnya semakin parah sehingga keberangkatan mereka terpaksa ditunda.Pada malam pertama Rasulullah sakit, beliau tidak dapat tidur. Malam itu Rasulullah keluar rumah dengan ditemani oleh Abu Muwayhiba. Beliau pergi ke Baqi Al-Gharaqad, perkuburan umat Islam dekat Madinah. Sesampainya di perkuburan itu, beliau berbicara kepada penghuni kubur, Salam sejahtera bagimu, wahai penghuni kubur! Semoga kamu selamat dari apa yang terjadi atas dirimu, seperti atas diri orang lain.Meskipun rasa sakitnya cukup berat, Rasulullah tetap tersenyum dan mendatangi istri-istrinya. Sempat sakit Rasulullah sedikit berkurang, tetapi kemudian menjadi parah kembali. Ketika sedang berada di rumah Maimunah, beliau sudah tidak dapat lagi menahan rasa sakit dan perlu mendapat perawatan. Beliau memanggil semua istrinya ke rumah Maimunah untuk meminta izin kepada mereka agar dirawat di rumah Aisyah. Mereka mengizinkan permintaan beliau. Dengan diikat kepalanya, beliau keluar sambil dibopong Ali bin Thalib dan Abbas yang tidak lain paman beliau. Sesampai di rumah Aisyah, kondisi Rasulullah saw sangat lemah. Demam beliau sangat tinggi seolah-olah seperti dibakar. Walau demikian, ketika demamnya menurun, beliau sempat pergi ke masjid untuk memimpin salat selama beberapa hari.Pada saat Rasulullah pergi ke Masjid untuk berkhutbah, beliau bersabda, Allah telah memberi pilihan kepada hamba-Nya antara dunia dan akhirat dengan apa yang ada pada-Nya, maka ia memilih yang ada di sisi Tuhan. Rasulullah diam lagi, dan orang-orang juga diam tidak bergerak. Tetapi Abu Bakar sangat mengerti bahwa yang dimaksud Rasulullah saw adalah kata-kata terakhir. Ketika Rasulullah turun dari mimbar, sedianya akan kembali pulang ke rumah Aisyah, beliau menoleh kepada umatnya dan kemudian bersabda, Saudara-saudara Muhajirin, jagalah kaum Anshar secara baik, karena mereka adalah orang-orang yang menjadi tempatku menyimpan rahasiaku dan yang telah memberi perlindungan kepadaku. Jendaklah kamu berbuat baik atas budi baik mereka dan maafkanlah kesalahan mereka. Keesokan harinya beliau berusaha bangun memimpin salat seperti biasa, namun ternyata sudah tidak kuat lagi. Ketika itulah beliau bersabda, Mintalah Abu Bakar memimpin orang-orang menunaikan salat.Sebagian orang di kemudian hari menduga bahwa Rasulullah saw menghendaki Abu Bakar sebagai penggantinya kemudian, karena memimpin orang-orang untuk salat sudah merupakan tanda pertama untuk menggantikan kedudukan Rasulullah. Tatkalah sakitnya sudah makin keras, panas demamnya makin memuncak, maka istri-istri dan tamu-tamu sebanyak yang datang menjenguknya. Jika diletakkan tangan di atas selimut yang dipakainya, dapat dirasakan panas demam yang sangat tinggi.Fathimah putrinya, setiap hari datang menengok. Beliau sangat mencintai putrinya, sebagai ungkapan cinta seorang ayah kepada anak yang hanya tinggal satu-satunya. Apabila ia datang menemui Nabi, maka beliau menyambut Fatimah dan menciumnya. Tetapi setelah sakitnya semakin parah, Fathimah yang mencium ayahnya. Pada suatu hari, ketika Fathimah menjenguk sang ayah, ada kata-kata yang dibisikkan Rasulullah kepada Fathimah sehingga dia pun menangis. Kemudian dibisikkan kata-kata lain yang membuat Fathimah tersenyum. Setelah Rasulullah wafat, Fathimah mengatakan bahwa kata-kata yang dibisikkan kepadanya pada waktu itu bahwa Rasulullah akan segera meninggal pada sakitnya kali ini. Itu sebabnya Fathimah menangis. Kemudian dibisikkannya lagi, bahwa putrinya itulah dari kalangan keluarga beliau yang pertama kali akan menyusulnya. Itulah sebabnya ia pun tertawa.Pada pagi hari terdengar kabar Rasulullah saw wafat, Umat bin Khattab menanggapinya dengan sangat emosional. Sambil menghunus pedang, Umar meneriakkan, Siapa yang menyatakan Rasulullah wafat? Abu Bakar saat itu sedang dirumah istrinya di dusun Bani Harits. Beliau segera meluncur menuju rumah Aisyah untuk memastikan kondisi beliau. Abu Bakar mengusap wajah Rasulullah dan memeluknya. Lalu terdengarlah isakan suara, Rasulullah telah tiada. Abu Bakar setelah ia menuju ke masjid dan berkhutbah, Barang siapa menyembah Muhammad, kini Muhammad telah tiada. Namun barang siapa menyembah Allah, sesungguhnya Allah tidak akan mati. Khutbah Abu bakar inilah yang berhasil membuat Umar kembali menyerungkan pedangnya. Jenazah Rasulullah dimandikan Ali bin Abi Thalib, disalatkan, lalu dimakamkan di kamar Aisyah yang sekarang ini berada dalam Masjid Nabawi di kota Madinah.

F. Periode Al0Khulafaur RasyidunSepeninggal Rasulullah saw, tampuk kepemimpinan di Madinah beralih pada masa Al-Khulafaur Rasyidun. Mereka inilah para sahabat Rasulullah saw yang dipilih oleh para sahabat untuk memimpin komunitas kehidupan mereka. Khalifah pertama sepeninggal Rasulullah adalah Abu Bakar ash-Shiddiq. Masa pemerintahan Abu Bakar tergolong pendek. Beliau hanya menjabat pada rentang waktu 11 13 H / 632 634 M dan setelah itu harus menyusul Rasulullah saw untuk menghadap Allah swt.Khalifah berikutnya adalah Umar bin Khaththab Al Faruq. Pada masa kekhilafahannya selama 10 tahun, beliau tidak hanya berhasil memperluas wilayah kekuasaan Islam, tetapi sekaligus berhasil mengatur wilayah yang luas tersebut dengan memperkenalkan sebuah sistem administrasi pemerintahan. Ia merupakan administrator besar sepanjang sejarah Islam. Beliau memimpin kekhilafahannya pada tahun 13 24 H / 634 644 M.Sepeninggal Umar, khalifah yang menggantikannya adalah Utsman bin Affan. Beliau memerintah pada tahun 24 H 36 H / 644 M 656 M. Beliau memiliki gelar Dzum-Nurain yang berarti pemilik dua cahaya. Gelar ini didapatkan karena beliau pernah menikah dengan dua putri Rasulullah saw. Sementara khalifah yang terakhir adalah Ali bin Abi Thalib. Beliau memerintah pada tahun 36 H 41 H / 656 M -661 M. Ketika kepempinpinan beliau berakhir, dunia Islam tidak lagi dalam periode Al-Khulafaur Rasyidun, melainkan dipimpin di bawah daulah-daulah, diantaranya Daulah Umayyah yang kemudian digantikan dengan Daulah Abbasiyyah. Bahkan setelah itu, terjadi periode disintegrasi dengan munculnya berbagai dinasti kecil dalam sejarah Islam.