farmakokimia ctm

5
Tugas Farmakokimia Chlorpheniramin Maleas ( CTM ) Kelas : Farmasi A Nama Anggota : Tubagus Gita Permana 3311131007 Fitriani 3311131028 Nurul Aini 3311131037 Christine Nathania 3311131042 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

Upload: nungee

Post on 19-Feb-2016

59 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

absorbsi, distribusi, mekanisme, ekskresi

TRANSCRIPT

Page 1: Farmakokimia CTM

Tugas FarmakokimiaChlorpheniramin Maleas ( CTM )

Kelas : Farmasi A

Nama Anggota :

Tubagus Gita Permana 3311131007Fitriani 3311131028Nurul Aini 3311131037Christine Nathania 3311131042

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

2015 016

Page 2: Farmakokimia CTM

Chlorpheniramine maleate termasuk dalam kategori agen antialergi, yaitu

histamin ( H1-receptor antagonist ). Chlorpheniramine maleate memiliki nama

kimia 2 -Pyridinepropanamine, b-(4-chlorophenyl) -N,N - dimethyl. Obat ini biasa

digunakan untuk meredakan bersin, gatal, hidung atau tenggorokan yang gatal,

dan pilek yang disebabkan oleh hay fever (rinitis alergi) atau alergi pernapasan

lainnya. Obat golongan ini memiliki efek penenang yang relatif lemah

dibandingkan dengan antihistamin generasi pertama. Chlorphenamine sering

dikombinasikan dengan fenilpropanolamin untuk membentuk suatu obat alergi

dengan antihistamin dan dekongestan. CTM memiliki indeks terapetik ( batas

keamanan ) cukup besar dengan efek samping dan toksisitas relatif rendah. Untuk

itu sangat perlu diketahui mekanisme dari CTM sehingga dapat menimbulkan

efek antihistamin dalam tubuh manusia.

1. Adsorbsi

Bioavailabilitas

Diserap dengan baik setelah pemberian oral, tetapi hanya 25 - 45% ( tablet

konvensional ) atau 35 – 60 % ( larutan ) dari dosis tunggal yang mencapai

sirkulasi sistemik sebagai obat tidak berubah. Bio availabilitas sediaan extended-

release berkurang dibandingkan dengan tablet konvensional atau larutan oral.

Konsentrasi plasma puncak umumnya terjadi dalam waktu 2 – 6 jam setelah

pemberian tablet oral konvensional atau larutan oral.

Onset

Efek antihistamin jelas dalam waktu 6 jam setelah dosis tunggal.

Durasi

Efek antihistamin dapat bertahan selama ≥ 24 jam.

2. Metabolisme

Metabolisme sering disebut sebagai biotransformasi dan merupakan suatu

istilah yang menggambarkan metabolisme obat. Pada azasnya tiap obat

merupakan zat asing yang tidak diinginkan dari badan dan badan berusaha

merombak zat tersebut menjadi metabolit yang bersifat hidrofil agar lebih lancar

diekskresikan melalui ginjal, jadi reaksi biotransformasi merupakan peristiwa

detoksikasi metabolisme. CTM mengalami metabolisme substansial dalam

Page 3: Farmakokimia CTM

mukosa GI selama penyerapan dan efek lintas pertama melalui hati lalu

dimetabolisme cepat dan ekstensif terutama menjadi minimal 2.

3. Distribusi

Distribusi Chlorpheniramine maleat pada jaringan dan cairan tubuh manusia

belum dapat terkarakterisasi secara lengkap. Pada pemakaian inteavena pada

kelinci, konsentrasi tertinggi obat ini terdapat di paru-paru, jantung, ginjal, otak,

usus halus, dan limpa, sedangkan konsentrasi terendah dijumpai pada usus besar,

otot, lambung, kelenjar lemak, hati dam mesentry ( McEvoy, 2002). Pada manusia

pemakaian secara intravena menunjukan Chlorpheniramine maleat terdistribusi

secara cepat dan luas. Keadaan steady state pada apperent volume distribusi

pemakaian obat secara intravena berada pada rentang 2,5 - 3,2 L/kg pada orabg

dewasa dan 3,8 L/kg pada anak-anak. CTM terdistribusi pada saliva dan sejumlah

kecil obat maupun metabolitnya terdistribusi ke empedu. Secara invitro, CTM

kira-kira terikat pada protein plasma besar 69-72 % (McEvoy, 2002)

4. Ekskresi

Eliminasi Terminal paruh chlorpheniramine adalah sekitar 12-43 jam. Organ

terpenting untuk ekskresi obat CTM adalah ginjal. Chlorpheniramin Maleas

( CTM ) diekskresikan melalui ginjal dalam bentuk urin. CTM diekskresikan

melalui ginjal dalam bentuk utuh atau dalam bentuk metabolitnya. Ekskresi

melalui ginjal melibatkan 3 proses, yaitu filtrasi glomerulus, sekresi aktif di

tubulus proksimal dan reabsorpsi pasif disepanjang tubulus. Filtrasi glomerulus

menghasilkan ultrafiltrat. Obat CTM akan keluar dalam ultrafiltrat sedangkan

yang terikat protein akan tetap tinggal dalam darah. Sekresi aktif dari dalam darah

ke tubulus proksimal melalui transporter membran glikoprotein yang terdapat di

membran sel epitel. Reabsorpsi pasif terjadi disepanjang tubulus untuk

membentuk obat yang tidak terionisasi yang larut lemak. Ditubulus distal juga

terdapat protein transporter yang berfungsi untuk reabsorpsi aktif fari lumen

tubulus kembali ke dalam darah (untuk obat-obat dan sat-sat endogen tertentu).

Obat CTM yang telah mengalami filtrasi ini akan dikeluarkan dari tubuh melalui

air urine. Obat CTM juga di ekskresi melalui ASI meskipun sedikit, hal ini sangat

Page 4: Farmakokimia CTM

karena dapat menimbulkan efek samping pada bayi yang menyusui pada ibunya.

Yang diekskresikan melalui ASI kebanyakan obat-obat yang bersifat basa dan

sedikit yang bersifat asam.