farmakodinamika

14
FARMAKODINAMIKA Farmakodinamika adalah ilmu yang mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia serta mekanisme kerja obat. Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam farmakodinamika adalah : 1. Mekanisme kerja obat, 2. Hubungan antara struktur dan aktivitas, 3. Hubungan antara dosis dengan respon k. Mekanisme kerja Obat Efek obat muncul bila terjadi interaksi antara obat dengan komponen makromolekul fungsional dari organisme. Tempat terjadinya interaksi obat dengan bagian fungsional dari sel organisme disebut zat penerima (receptive substance) atau reseptor. Hal – hal yang perlu diketahui tentang reseptor obat : Reseptor obat merupakan komponen makromolekul sel tubuh atau organisme tempat terjadinya interaksi kimia dengan obat atau zat kimia Reseptor bersifat spesifik, dimana setiap obat mempunyai reseptor sendiri – sendiri. Jumlah reseptor yang dicapai atau jumlah reseptor yang telah berintegrasi dengan obat/ bahan kimia obat setara dengan intensitas efek yang ditimbulkannya. Letak reseptor biasanya pada membran sel dan

Upload: rezki-adidarma

Post on 26-Dec-2015

58 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

farmakologi

TRANSCRIPT

Page 1: FARMAKODINAMIKA

FARMAKODINAMIKA

Farmakodinamika adalah ilmu yang mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan

biokimia serta mekanisme kerja obat.

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam farmakodinamika adalah :

1. Mekanisme kerja obat,

2. Hubungan antara struktur dan aktivitas,

3. Hubungan antara dosis dengan respon k.

Mekanisme kerja Obat

Efek obat muncul bila terjadi interaksi antara obat dengan komponen makromolekul

fungsional dari organisme. Tempat terjadinya interaksi obat dengan bagian fungsional dari sel

organisme disebut zat penerima (receptive substance) atau reseptor.

Hal – hal yang perlu diketahui tentang reseptor obat :

Reseptor obat merupakan komponen makromolekul sel tubuh atau organisme tempat

terjadinya interaksi kimia dengan obat atau zat kimia

Reseptor bersifat spesifik, dimana setiap obat mempunyai reseptor sendiri – sendiri.

Jumlah reseptor yang dicapai atau jumlah reseptor yang telah berintegrasi dengan obat/

bahan kimia obat setara dengan intensitas efek yang ditimbulkannya. Letak reseptor

biasanya pada membran sel dan dapat pula pada intra atau ekstra sel. Reseptor dapat

berupa protein, enzim metabolic atau asam nukleat.

Klasifikasi reseptor obat didasari oleh efeknya dan potensi relatif agonis serta antagonis

selektif.

Mula kerja dimulai pada waktu obat memasuki plasma dan berakhir sampai mencapai

konsentrasi efektif minimum (MEC = minimum effective concentration) Puncak kerja terjadi

pada saat obat mencapai konsentrasi tertinggi dalam darah atau plasma.

Page 2: FARMAKODINAMIKA

Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efek farmakologis.

Interaksi obat dengan reseptor

Formulasi AJ Clark , 1920

k1

D + R DR Efek

k2

Intensitas efek obat berbanding lurus dengan fraksi reseptor yang diduduki atau diikatnya.

Intensitas efek obat mencapai maksimal bila seluruh reseptor diduduki oleh reseptor

Persamaan Michaclis – Menten

E = E max X ( D)

KD + (D)

E : Intensitas efek obat

E max : Intensitas efek maksimal

(D) : Kadar obat bebas

KD : k2/ k1 : konstanta disosiasi komplek obat

- reseptor

Antagonisme farmakodinamik

Antagonis fisiologik

Terjadi pada organ yang sama tetapi pada sistem reseptor yang berlainan.

e x : efek bronkokontriksi histamin pada bronkus lewat reseptor histamin, dapat dilawan dengan

pemberian adrenalin.

Page 3: FARMAKODINAMIKA

antagonisme pada reseptor

Agonis : Obat yang bila menduduki reseptor menimbulkan efek farmakologi secara instrinsik.

Antagonis: Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu menimbulkan efek

farmakologi secara instrinsik.

Antagonis menghalangi ikatan reseptor dgn agonisnya sehingga kerja obat terhambat. Antagonis

disebut antagonis receptor bloker.

Kerja obat yang tidak diperantarai reseptor.

Dalam menimbulkan efek, obat tertentu tidak berikatan dengan reseptor, obat ini mungkin:

Mengubah sifat cairan tubuh

Berinteraksi dengan ion/ molekul kecil

Masuk ke kompartemen sel

Perubahan sifat osmotik

Diuretik osmotik ( urea, manitol)

Meningkatkan osmolaritas filtrat glomerulus, sehingga mengurangi reabsorbsi air di

tubuli ginjal

Terjadi efek diuresis

Perubahan sifat asam/ basa

Antacida : menetralkan asam lambung

NH4Cl : Mengasamkan urin

NaHCO3 : membasakan urin

Page 4: FARMAKODINAMIKA

Perubahan kecil pada molekul obat mengakibatkan perubahan farmakologis yang besar.

Perubahan konfigurasi kimia belum tentu mengubah seluruh efek obat, maka dapat dibuat derivat

baru dengan terapeutik indek yang lebih baik.

Hubungan antara dosis obat dengan respon klien

Potensi suatu obat

Hal ini dipengaruhi oleh absorbsi, distribusi, biotransformasi, metabolisme, ekskresi,

kemampuan bergabung dengan reseptor dan sistem efektor.

Potensi suatu obat dinyatakan dengan dosis absolut, misal : 25 mcg, 1 juta IU, 10 mg/kg BB.

Untuk membandingkan potensi suatu obat dengan obat tertentu digunakan potensi relatif yg

dinyatakan dosis efektif : seperti : 5 X, 10 X dll

Variasi biologik/ varian

Perbedaan respon diantara individu dalam suatu populasi yang diberi obat dalam dosis yang

sama.

Ada beberapa istilah dalam variasi biologik:

Hiperaktif/ hipersensitif adalah apabila individu menunjukkan efek yang biasa pada dosis

obat yang sangat rendah.

Supersensitif adalah peningkatan sensitivitas hasil dari denervasi saraf.

Hiporeaktif adalah bila obat hanya menghasilkan efek yang biasa pada dosis yang tinggi.

Toleran adalah penurunan sensitivitas terhadap efek obat pada individu.

Takifilaksis adalah toleran terjadi dengan cepat sekali, setelah hanya pemakaian beberapa

dosis saja.

Imunitas adalah bila toleran terjadi karena pembentukan antibodi.

Idiosinkrasi adalah efek obat lain dari biasanya, intensitas efeknya tidak tentu, besar

efeknya tidak tergantung pada besar dosis yang diberikan. Hal ini bisa dikarenakan akibat

alergi obat, atau kelainan genetik.

Page 5: FARMAKODINAMIKA

Mekanisme kerja obat

Dikenal beberapa mekanisme kerja obat yang dapat digolongkan sebagai berikut:

Secara fisika, contohnya anestetik terbang, laksansia dan diuretik osmotis.

Secara Kimia , misalnya antasida lambung dan zat-zat khelasi (zat-zat yang dapat

mengikat logam berat)

Proses metabolisme, misalnya antibiotika mengganggu pembentukan dinding sel kuman,

sintesis protein, dan metabolisme asam nucleat.

Secara kompetisi atau saingan, dalam hal ini dapat dibedakan dua jenis kompetisi yaitu

untuk reseptor spesifik dan enzym-enzym.

Efek terapi.

Tidak semua obat bersifat betul-betul menyembuhkan penyakit, banyak diantaranya

hanya meniadakan atau meringankan gejala-gejalanya. Oleh karena itu dapat dibedakan tiga jenis

pengobatan, yaitu :

Terapi kausal, yaitu pengobatan dengan meniadakan atau memusnahkan penyebab

penyakitnya, misalnya sulfonamid, antibiotika, obat malaria dan sebagainya.

Terapi simptomatis, yaitu pengobatan untuk menghilangkan atau meringankan gejala

penyakit, sedangkan penyebabnya yang lebih mendalam tidak dipengaruhi, misalnya

pemberian analgetik pada reumatik atau sakit kepala.

Terapi substitusi, yaitu pengobatan dengan cara menggantikan zat-zat yang seharusnya

dibuat oleh organ tubuh yang sakit , misalnya insulin pada penderita diabetes dan tiroksin

pada penderita hipotiroid.

Untuk menghindari pemakaian obat yang terlalu sering saat ini industri farmasi telah

mengembangkan dan memasarkan tablet-tablet dengan efek jangka panjang melalui prinsip

delayed action atau sustained release, sehingga dosis yang diperlukan cukup satu atau maksimal

dua kali sehari. Sedangkan untuk injeksi efek obat dapat diperpanjang dengan prinsip

memperlambat resorpsinya dengan cara, antara lain:

Page 6: FARMAKODINAMIKA

Menggunakan minyak sebagai zat pelarut untuk zat lipofil , misalnya hormon kelamin,

penisilin dan sebagainya.

Memperkecil daya larut obat dengan menggabungkannya dengan zat-zat lipofil.

Menggunakan kristal yang lebih kasar.

Menambah vasokonstriktor (menciutkan pembuluh), agar penyebaran obat diperlambat.

Plasebo.

Salah satu factor penting dalam penyembuhan penyakit adalah kepercayaan akan dokter

dan obat yang diminumnya. Berdasarkan kepercayaan ini dibuatlah plasebo yang dalam bahasa

latin berarti saya ingin menyenangkan. Tujuan dari plasebo adalah :

Pengobatan sugesti, kadangkala memberikan efek yang mengagumkan pada pasien yang

kecanduan maupun obat-obat narkotika dan psikotropika lainnya maupun pada penderita kanker

stadium akhir.

Uji klinis, digunakan pada tahap akhir dalam rangkaian penelitian suatu obat baru yang

akan dinilai efek farmakologisnya.

Pelengkap dan penggenap pil KB, bertujuan agar pasien tidak terlupa menelan pil KB

tersebut pada saat menstruasi.

Efek yang tidak diinginkan

Efek samping, adalah segala pengaruh obat yang tidak diinginkan pada tujuan terapi

yang dimaksud, pada dosis normal (WHO 1970).

Idiosinkrasi, adalah peristiwa dimana suatu obat memberikan efek yang sama sekali

berlainan dari efek normalnya.

Alergi, adalah peristiwa hipersensitif akibat pelepasan histamin di dalam tubuh atau

terjadinya reaksi khusus antara antigen-antibodi.Gejala-gejala alergi yang terpenting dan

sering terjadi adalah pada kulit yaitu urtikaria (gatal dan bentol-bentol), kemerah-

merahan dan sebagainya. Pada alergi yang lebih hebat dapat berupa demam, serangan

asma, anafilaksis shock dan lain-lain.

Fotosensitasi, adalah kepekaan berlebihan terhadap cahaya akibat penggunaan obat.

Seringkali terjadi pada penggunaan kosmetik yang tidak cocok.

Page 7: FARMAKODINAMIKA

Efek toksis

Setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat menunjukkan efek toksis. Sdecara

umum, hebatnya reaksi toksis berhubungan langsung dengan tingginya dosis. Dengan

mengurangi dosis, efek dapat dikurangi pula. Salah satu efek toksis yang terkenal yaitu efek

teratogen yaitu obat yang pada dosis terapeutik untuk ibu, mengakibatkan cacat pada janin. Yang

terkenal adalah kasus Thalidomide .

Dengan SK MENKES RI No 682/Ph/63/6 berlaku sejak 1 Januari 1963, maka obat-obat yang

mengandung thalidomide, meklizin, dan fenmotrazin dilarang penggunaannya di Indonesia.

Toleransi, habituasi dan adiksi.

Toleransi adalah peristiwa dimana dosis obat harus dinaikkan terus menerus untuk

mencapai efek terapeutik yang sama.

Macam-macam toleransi yaitu:

Toleransi primer (bawaan), terdapat pada sebagian orang dan binatang tertentu misalnya

kelinci sangat toleran untuk atropin.

Toleransi sekunder, yang bisa timbul setelah menggunakan suatu obat selama beberapa

waktu. Organisme menjadi kurang peka terhadap obat tersebut. Hal ini disebut habituasi

atau kebiasaan.

Toleransi silang, dapat terjadi antara zat-zat dengan struktur kimia serupa (fenobarbital

dan butobarbital), atau kadang-kadang antara zat-zat yang berlainan misalnya alkohol dan

barbital.

Tachyphylaxis, adalah toleransi yang timbul dengan pesat sekali, bila obat diulangi dalam

waktu singkat .

Habituasi atau kebiasaan adalah kebiasaan dalam mengkomsumsi suatu obat. Habituasi

dapat terjadi melalui beberapa cara yaitu dengan: induksi enzym, reseptor sekunder, dan

penghambatan resorpsi .

Page 8: FARMAKODINAMIKA

Dengan meningkatkan dosis obat terus menerus pasien dapat menderita keracunan, karena efek

sampingnya menjadi lebih kuat pula. Habituasi dapat diatasi dengan menghentikan pemberian

obat dan pada umumnya tidak menimbulkan gejala-gejala penghentian (abstinensi) seperti

halnya pada adiksi. Adiksi atau ketagihan berbeda dengan habituasi dalam dua hal yakni adanya

ketergantungan jasmaniah dan rohaniah dan bila pengobatan dihentikan dapat menimbulkan efek

hebat secara fisik dan mental.

Resistensi bakteri

Adalah suatu keadaan dimana bakteri telah menjadi kebal terhadap obat karena memiliki

daya tahan yang lebih kuat . Resistensi dapat dihindari dengan menggunakan dosis obat yang

lebih tinggi dibanding dengan dosis minimal dalam waktu pendek dan menggunakan kombinasi

dari dua macam obat atau lebih.

Dosis

Dosis yang diberikan pada pasien untuk menghasilkan efek yang diinginkan tergantung

dari banyak faktor antara lain: usia, berat badan dan sebagainya. Takaran pemakaian suatu obat

umumnya tercantum dalam setiap Farmakope. Sebenarnya yang umum dipakai sekarang adalah

dosis pemakaian (usual doses) atau dosis lazim. Anak-anak kecil terutama bayi yang baru lahir.,

menunjukkan kepekaan yang lebih besar terhadap obat, karena fungsi hati, ginjal serta enzym-

enzymnya belum lengkap perkembangannya.Demikian juga untuk orang tua diatas usia 65 tahun.

Waktu menelan obat

Bagi kebanyakan obat waktu di telannya tidak begitu penting, yaitu sebelum atau sesudah

makan. Tetapi ada pula obat dengan sifat atau maksud pengobatan khusus guna menghasilkan

efek maksimal atau menghindarkan efek samping tertentu. Sebenarnya resorpsi obat dari

lambung yang kosong berlangsung paling cepat karena tidak dihalangi oleh isi usus, contoh :

Page 9: FARMAKODINAMIKA

Obat-obat yang diharapkan memberikan efek yang cepat sebaiknya ditelan sebelum

makan, misalnya analgetika (kecuali asetosal).

Obat yang sebaiknya diberikan pada lambung kosong yakni 1 jam sebelum atau 2 jam

setelah makan adalah Penisilin, Sefalosporin, Eritromysin, Rovamysin, Linkomisin, dan

Klindamisin, Rifampisin dan Tetrasiklin.

Obat lain yang bersifat merangsang mukosa lambung harus digunakan pada waktu atau

setelah makan, meskipun resorpsinya menjadi terhambat.misalnya kortikosteroid dan

obat-obat rematik, antidiabetik oral, garam-garam besi, obat cacing dan sebagainya.

Indeks terapi.

Hampir semua obat pada dosis yang cukup besar menimbulkan efek toksik dan pada

akhirnya dapat mengakibatkan kematian.(dosis toksik = TD, dosis letal = LD, dan dosis

terapeutik atau efective dose = ED ). Untuk menilai keamanan dan efek suatu obat , dilakukan

dengan menggunakan binatang-binatang percobaan. Yang ditentukan adalah khusus ED50 yaitu

dosis yang menghasilkan efek pad 50% dari jumlah binatang percobaan dan LD50 yaitu dosis

yang mematikan 50% binatang percobaan. Perbandingan antara kedua dosis ini dinamakan

Indeks terapi. Semakin besar indeks ini semakin aman penggunaan obat tersebut. Luas terapi

adalah jarak antara LD50 dan ED50, juga disebut jarak keamanan atau Safety margin.

Kombinasi obat

Dua obat yang digunakan pada waktu yang besamaan dapat saling mempengaruhi

kerjanya masing-masing,yaitu :

Antagonisme, dimana kegiatan obat pertama dikurangi atau ditiadakan sama sekali oleh

obat kedua.

Sinergisme, dimana kekuatan obat pertama diperkuat oleh obat kedua. Ada dua jenis :

Page 10: FARMAKODINAMIKA

1. Adisi atau sumasi adalah kekuatan kombinasi kedua obat adalah sama dengan

jumlah masing-masing kekuatan obat tersebut.

2. Potensiasi adalah kekuatan kombinasi kedua obat lebih besar dari jumlah kedua

obat tersebut.

Keuntungan kombinasi obat:

Menambah kerja terapeutik tanpa menambah efek buruk dan mengurangi toksisitas

masing-masing obat, misalnya Trisulfa.

Menghambat terjadinya resistensi, misalnya Rifampisin dan isoniasid.

Memperoleh potensiasi misalnya kotrimoksazol.

Kerugian obat kombinasi.

Pemborosan

Takaran masing-masing obat belum tentu sesuai dengan kebutuhan, sedangkan takaran

obat tidak dapat diubah tanpa mengubah pula dosis obat lainnya

Manfaat tidak memenuhi syarat.

Mempermudah terjadinya resistensi terhadap beberapa spesies kuman.

Interaksi Obat

Bila seorang pasien harus menggunakan dua atau lebih obat dalam waktu dekat atau

bersamaan , kemungkinan besar akan terjadi interaksi antara obat-obat tersebut dalam tubuh

Interaksi yang terpenting diantaranya : kimia, fisika dan farmakologi.