faring edit

18
F A R I N G Oleh : Dr. LUKMAN RIVAI, SpTHT. BAGIAN ILMU KESEHATAN THT- KL FAKULTAS KEDOKTERAN MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG

Upload: bambang-irwansyah

Post on 27-Nov-2015

31 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Faring

TRANSCRIPT

Page 1: Faring Edit

F A R I N GOleh :

Dr. LUKMAN RIVAI, SpTHT.

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT- KLFAKULTAS KEDOKTERAN MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG

Page 2: Faring Edit

ABSES LEHERPotential Space ( ruang antara fasia otot )

Peritonsiller space Retrofaringial space Parafaringeal space ( fosa

faringomaksilla) Submandibuller space : - Sublingual

space - Submental space - Submaksilla space

Peritonsiller SpaceTerdiri dari jaringan ikat longgar pada

daerah superior dan lateral fosa tonssillaris

Page 3: Faring Edit

Retrofaringeal Space Letak posterior dari dinding belakan

faring, kiri dan kanan. Terdapat kelenjar limfe 2 – 5 buah,

menerima aliran limfe dari tulang sekitarnya, sinus paranasal, faring dan telinga bagian dalam

Di atas 6 tahun kelenjar limfe retrofaring atropi.

Parafaringeal SpaceDibagi 2 :

- Bagian anterior (prestiloid) Berisi : Jaringan ikat dan

beberapa kelenjar limfe

Page 4: Faring Edit

- Bagian posterior ( postiloid ), dibentuk selubung karotis.

Berisi : A. Karotis interna, V.Jugularis interna, N.Vagus, N.Hypoglosus & N.Glosofaringeus.

Submandibuller spaceTerdiri dari :

o Sublingual spaceo Submental spaceo Submaksilla space

Page 5: Faring Edit

ABSES PERITONSILLER (QUINSY) Sumber infeksi : supurasi dari tonsilitis akut. Gejala : sakit menelan, panas, otalgia, muntah,

mulut bau, hipersalivasi, suara sengau dan trismus.

PD : Trismus, palatum mole bengkak dan hiperemis, uvula bengkak, tonsil hiperemis dan terdorong ke arah tengah depan.

Pengobatan : - Antibiotika - Insisi abses ( anastesi lokal) - Tonsilektomi : a chaud (segera)

a froid, 4 – 6 minggu setelah insisi

Komplikasi : aspirasi pneumoni, abses parafaring,mediastinitis dan intrakranial (meningitis)

Page 6: Faring Edit

ABSES RETROFARING Insiden : 3 bulan – 5 tahun Sumber infeksi : - ISPA

- Trauma dinding belakang faring

- Tuberkulosis vertebra cervikalis (abses dingin)

Gejala : Nyeri dan sukar menelan, panas, leher kaku dan nyeri, sumbatan jalan nafas dan stridor.

PD : Tampak benjolan pada dinding belakang faring

Pengobatan : - Insisi pada posisi Tredelenburg - Antibiotika Komplikasi : Obstruksi jalan nafas, aspirasi

pneumonia dan mediastenitis

Page 7: Faring Edit

ABSES PARAFARING Sumber infeksi : - Langsung (anasthesi lokal

pada tonsilektomi) - Supurasi dari kelenjar limfe

leher bagian dalam, gigi, faring dan sinus paranasal

- Supurasi dari ruang peritonsil dan retrofaring

Gejala : Trismus, pembengkakan di sekitar angulus mandibulla, panas tinggi dan pembengkakan dinding lateral faring sehingga menonjol ke arah medial

Komplikasi : - Septikemia (hematogen) - Mediastenitis melalui selubung

karotis - Perdarahan (nekrosis pembluh

karotis)

Page 8: Faring Edit

Pengobatan : - Antibiotika dosis tinggi (kuman aerob dan anaerob)

- Insisi dan eksplorasi dengan narkose umum

ANGINA LUDOVICI Sumber infeksi : gigi Gejala : -Nyeri tenggorok dan leher -Pembengkakan di daerah

submandibulla -Pembengkakan dasar mulut,

lidah terdorong ke atas belakang, timbul sesak nafas

Pengobatan : - Antibiotika dosis tinggi - Insisi

Pseudo angina ludovici : Infeksi terbatas hanya pada salah 1 ruang submandibullar

Page 9: Faring Edit

TUMOR – TUMOR FARING : - Jinak- Ganas

ANGIOFIBROMA NASOFARING Secara histologi jinak Secara klinis ganas karena :

Dapat destruksi tulangDapat meluas ke SPN, pipi dan mata. Tumor berasal dari atap nasofaring,

meluas ke bawah membentuk masa di koana,meluas ke depan mengisi rongga hidung. Perluasan ke arah lateral akan merusak dinding sinus maksilla, menimbulkan benjolan di pipi. Bila mendorong kedua bola mata timbul muka kodok

Dapat terjadi perdarahan hebat dan sulit dihentikan

Page 10: Faring Edit

Etiologi belum jelas, mungkin disebabkan ketidak

seimbangan hormonal ( - androgen atau + estrogen)

Banyak ditemukan pada laki-laki pada saat pubertas sehingga disebut Juvenil nasofaringeal angiofibroma

Diagnosa berdasarkan : o Gejala kliniso Foto SPN (Waters dan AP)o CT scan o Arteriografi, arteri karotis

interna,o Tampak vaskularisasi tumor.o Biopsi kontra indikasi

Page 11: Faring Edit

o Gejala klinis : hidung tersumbat, epistaksis b’ulang, rinore kronis, anosmia dan ketulian. Rinoskopi posterior tampak tumor.

Pengobatan :

Operatif, resiko perdarahan yang hebat. Teknik : transpalatal atau rinotomi

lateral. Hormonal : dietilstilbestrol 5 – 15 mg/hari Selama 1 bulan dapat mengecilkan tumor

dan mengurangi resiko perdarahan

Radioterapi diberikan untuk lesi yang telah meluas ke intrakranial

Page 12: Faring Edit

Nasofaring : - Epistaksis - Hidung tersumbat

Telinga (gejala dini) : - Tinitus -

Penurunan pendengaran - Otalgia Mata dan syaraf :

Melalui foramen lacerum ke intra kranial ( N.III,IVdan VI), timbul diplopia. Melalui foramen jugulare (N. IX, X, XI dan XII).

Leher : Timbul benjolan di leher

Page 13: Faring Edit

KARSINOMA NASOFARING

Tumor ganas terbanyak dari kepala dan leher (60%)

Termasuk 5 besar tumor ganas manusia

Terbanyak ras Mongoloid Etiologi :

Virus Epstein - Barr Faktor lingkungan : iritasi bahan

kimia Faktor genetik Sosial ekonomi rendah

Gejala : Nasofaring Telinga Mata dan syaraf Leher

Page 14: Faring Edit

Diagnosa : Dini sulit, karena

nasofaring tersembunyi Berdasarkan gejala CT scan Biopsi

Pengobatan : Radioterapi Kemoterapi

Page 15: Faring Edit

TUMOR HIDUNG DAN SINUS PARANASAL Jinak Ganas

Inverted papilomaTumor jinak yang paling sering

ditemukanBiasanya unilateral, sering ditemukan

pada laki- laki usia tuaBersifat sangat invasifSering residif dan sering jadi ganasPengobatan operatif (rinotomi

lateral), diikuti dengan penyinaran

Page 16: Faring Edit

Tumor ganas hidung dan sinus paranasal• Sulit untuk menentukan asal tumor secara

dini, apakah dari rongga hidung atau sinus paranasal

• Etiologi yang pasti belum diketahui, mungkin karena faktor iritasi kronis dari debu kayu serta nikel, gas mustard atau ion radium. Sinusitis maksillaris kronis memegang peranan penting.

Sakai, dkk : Penderita sinusitis maksillaris kronis 36 x kemungkinan menderita keganasan dari pada orang normal

Page 17: Faring Edit

Gejala : Hidung tersumbat, epistaksis. Perluasan tumor ke orbita dapat

menimbulkan diplopia dan penonjolan bola mata.

Perluasan tumor ke rongga mulut dapat menimbulkan ulkus pada palatum, gigi goyah dan lepas.

Perluasan tumbor ke arah depan dapat menyebabkan penonjolan pada pipi.

Perluasan tumor ke arah intrakranial dapat menyebabkan gejala intrakranial

Page 18: Faring Edit

¤ Diagnosa : Berdasarkan gejala klinik, foto SPN, CT scan dan biopsi.

¤ Pengobatan : Kombinasi operasi dan radasi. Bila in operabel dilakukan penyinaran saja.

¤ Prognosa : Ohngren membuat bidang imaginer dari kantus medius dan angulus mandibulla, sehingga rahang atas dibagi 2 yaitu supero posterior

(supra struktur) dan infero anterior (infra struktur).

¤ Tumor di supra strukur mempunyai prognosa lebih jelek.