farfis - modul iii

14
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMASI FISIKA MODUL III DISPERSI KOLLOIDAL DAN SIFAT SIFATNYA DISUSUN OLEH : NAMA : NURLINA OCTAVIA NIM : K100120031 KELOMPOK : A3 KOREKTOR : LABORATORIUM FARMASI FISIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Upload: nurlinaoctavia31

Post on 15-Nov-2015

751 views

Category:

Documents


43 download

DESCRIPTION

Laporan Farmasi Fisika Modul III

TRANSCRIPT

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM FARMASI FISIKA

MODUL III

DISPERSI KOLLOIDAL DAN SIFAT SIFATNYA

DISUSUN OLEH :

NAMA : NURLINA OCTAVIA

NIM

: K100120031

KELOMPOK : A3

KOREKTOR :

LABORATORIUM FARMASI FISIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013MODUL III

DISPERSI KOLLODIAL DAN SIFAT-SIFATNYA

TUJUAN

1. Mampu menjelaskan tentang definisi koloid.

2. Mampu menjelaskan klasifikasi kolid dan perbedaannya.

3. Membedakan sifat-sifat koloid dan liofobik.

DASAR TEORI

Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase terdispers, terdistribusi keseluruh medium kontinu atau medium terdispersi. Bahan-bahan yang terdispers bisa mempunyai jangkauan ukuran dari partikel-partikel berdimensi atom dan molekul sampaipartikel-partikel yang ukurannyadiukurdalammilimeter.Olehkarenaitu, cara yang paling mudah untuk penggolongan sistem terdispers adalah berdasarkan garis tengah partikel rata-rata dari bahan terdispers. Umumnya dibuat tiga golongan ukuran, yaitu dispersi molekuler, dispersi koloid, dan dispersi kasar.

Sistem koloid bisa digolongkan menjadi tiga golongan berdasarkan interaksi partikel-partikel, molekul-molekul, atau ion-ion dari fase terdispers dengan molekul-molekul dari medium disperse.

Efek Faraday-Tyndall. Bila suatu berkas cahaya yang kuat dilewatkan melalui sol koloid, akan terlihat suatu kerucut yang dihasilkan dari pemendaran cahaya oleh partikel-partikel. Hal ini disebut efek Faraday-Tyndall.

(Martin A, 2008)

Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan campuran kasar. Meskipun secara makrokopis koloid tampak homogen, tetapi koloid digolongkan ke dalam campuran heterogen. Campuran koloid pada umumnya bersifat stabl dan tidak dapat disaring. Ukuran partikel koloid terletak antara 1 nm 100 nm. Sistem koloid terdiri atas terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu.

(Keenan, 1984)

Dalam campuran homogen dan stabil yang disebut larutan, molekul, atom, ataupun ion disebarkan dalam suatu zat kedua. Dengan cara yang agak mirip, materi koloid dapat dihamburkan atau disebarkan dalam suatu medium sinambung, sehingga dihasilkan suatu disperse ( sebaran ) koloid atau sistem koloid. Selai, mayones, tinta cina, susu dan kabut merupakan contoh yang dikenal. Dalam sistem-sistem semacam itu, partikel koloid dirujuk sebagai zat terdispersi( tersebar ) dan materi kontinu dalam mana partikel itu tersebar disebut zat pendispersi atau medium pendispersi.

(Arsyad, 2001)

ALAT DAN BAHAN

ALAT :

1. Bekker glass 100 ml

2. Gelas ukur 10 ml dan 100 ml

3. Pipet ukur 10,0 ml

4. Propipet

5. Stopwatch

6. Pengaduk

7. Waterbath

8. Cawan porselin

9. Pipet tetes

BAHAN :

1. Aquadest

2. Air mendidih

3. FeCl34. Na Lauril Sulfat

5. Gelatin

6. Larutan NaCl 10%

7. Alkohol 95%

CARA KERJA SKEMATIS

A. Pembuatan larutan koloidal

Dibuat 100 ml larutn 0,25% dan 0,5% FeCl3 dalam air mendidih

Dibuat 100 ml larutan 0,5% dan 1% Na Lauril Sulfat

Dibuat 100 ml larutan 5% dan 10% gelatin

B. Efek Tyndall

Diambil 50 ml masing-masing larutan koloid ke dalam bekker glass

Disinari dengan cahaya

Diamati larutan tersebut menghamburkan cahaya atau tidak

C. Reversibilitas koloid

Diuapkan 10 ml larutan A1, A2, dan A3 hingga kering, tambahkan 10 ml air dingin

Diamati apa yang terjadi pada setiap larutan koloid tersebut

D. Viskositas koloid

Bandingkan viskositas larutan :

A 1a dan A 1b

A 2a dan A 2b

A 3a dan A 3b

Diambil 10,0 ml larutan dengan pipet ukur

Dialirkan larutan tersebut

Dicatat waktu yang diperlukan untuk mengalir dengan menggunakan stop watch

E. Pengaruh elektrolit terhadap koloid

1. Diambil 20 ml masing-masing larutan tersebut di atas

Ditambahkan 2 ml larutan 10% NaCl, diamati

Ditambahkan lagi 2 ml larutan 10% NaCl, dan seterusnya

Dicatat berapa ml NaCl 10% yang harus ditambahkan untuk membentuk endapan pada masing-masing larutan koloidal

2. Diambil 20 ml larutan 0,5% FeCl3

Dicampur dengan 5 ml larutan 10% gelatin, dilakukan percobaan seperti no.1

F. Pengaruh alkohol terhadap koloid

Dicatat berapa ml alkohol 95% yang dibutuhkan untuk mengendapkan 10 ml larutan 5% dan 10% gelatin.

V. HASIL PERCOBAAN1. 0,25% FeCl3

Berat : x 100 = 0,25 g / 250 mg2. 0,5% FeCl3

Berat : x 100 = 0,5 g / 500 mg3. 0,5% Na Lauril Sulfat

Berat : x 100 = 0,5 g / 500 mg4. 1% Na Lauril Sulfat

Berat : x 100 = 1 g / 100 mg

5. 5% Gelatin

Berat : x 100 = 5 g / 500 mg6. 10% Gelatin

Berat : x 100 = 10 g / 1000 mga. Efek Tyndall

NoLarutanMenghamburkan/TidakLarutan SejatiLarutan Koloid

1.AquadestTidak menghamburkanv

2.0,25% FeCl3Menghamburkanv

3.0,5% FeCl3Menghamburkanv

4.0,5% Na Lauril SulfatMenghamburkanv

5.1% Na Lauril SulfatMenghamburkanv

6.5% GelatinMenghamburkanv

7.10% GelatinMenghamburkanv

b. Reversibilitas Koloid

NoLarutanReversibilitas

1.0,25% FeCl3reversible

2.0,5% FeCl3reversible

3.0,5% Na Lauril Sulfatreversible

4.1% Na Lauril Sulfatreversible

5.5% Gelatinreversible

6.10% Gelatinreversible

c. Viskositas Koloid

1. FeCl3NoLarutanWaktuPerbandingan Viskositas

1.0,25% FeCl314,5 detik0,25% FeCl3

2.0,5% FeCl315 detik< 0,5% FeCl3

2. Na Lauril Sulfat

NoLarutanWaktuPerbandingan Viskositas

1.0,5% Na Lauril Suflfat14 detik0,5% Na LS

2.1% Na Lauril Sulfat13,5 detik> 1% Na LS

3. Gelatin

NoLarutanWaktuPerbandingan Viskositas

1.5% Gelatin15,5 detik5% Gelatin

2.10% Gelatin18 detik< 10 % Gelatin

d. Pengaruh Elektrolit Terhadap Koloid

NoLarutanJumlah NaCl yang ditambahkan untuk mengendap

10,25% FeCl330 ml

20,5% FeCl340 ml

30,5% Na Lauril Sulfat>80 ml

41% Na Lauril Sulfat>80 ml

55% Gelatin>80 ml

610% Gelatin>80 ml

70,5% FeCl3 + 10% Gelatin>80 ml

e. Pengaruh Alkohol terhadap Koloid

NoLarutanJumlah alkohol 95% yang ditambahkan untuk mengendap

15% Gelatin5 ml - mengendap

210% Gelatin4 ml - mengendap

VI. PERHITUNGAN

1. 0,25% FeCl3

Berat : x 100 = 0,25 g / 250 mg

2. 0,5% FeCl3

Berat : x 100 = 0,5 g / 500 mg

3. 0,5% Na Lauril Sulfat

Berat : x 100 = 0,5 g / 500 mg

4. 1% Na Lauril Sulfat

Berat : x 100 = 1 g / 100 mg

5. 5% Gelatin

Berat : x 100 = 5 g / 500 mg6. 10% Gelatin

Berat : x 100 = 10 g / 1000 mg

VII. PEMBAHASAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memberikan gambaran tentang sifat sifat koloid seperti viskositas, pengaruh elektrolit (stabilitas),pengendapan dan reversibilitas. Serta membedakan antara koloid liofobik, liofilik dan amfifilik. Koloid liofilik yaitu sistem yang mengandung partikel partikel koloid yang banyak berinteraksi dengan medium dispersi (suka pelarut), Koloid Liofobik yaitu sistem yang tersusun dari bahan yang jika ada mempunyai tarik menarik kecil terhadap medium dispersi (benci pelarut), sedangkan Koloid Amfifilik atau koloid gabungan yaitu koloid yang terbentuk dari molekul molekul atau ion ion tertentu yang disebut amfifil atau zat aktif permukaan.

Larutan yang digunakan dalam percobaan Dispersi Kolloidal dan Sifat Sifatnya yaitu 0,25% FeCl3 ; 0,5% FeCl3; 0,5% Na Lauril Sulfat ; 1% Na Lauril Sulfat ; 5% Gelatin ; 10% Gelatin.

Dari percobaan diperoleh data larutan 0,25% FeCl3 ; 0,5% FeCl3; 0,5% Na Lauril Sulfat ; 1% Na Lauril Sulfat ; 5% Gelatin ; 10% Gelatin merupakan larutan koloid karena memiliki efek Tyndall yaitu jika seberkas cahaya diarahkan pada dispersi koloidal makan cahaya tersebut akan dipancarkan, dan suatu berkas sinar atau kerucut sinar akan terlihat. Dari percobaan dilihat bahwa saat sinar dipancarkan ke larutan larutan tersebut, terdapat sinar atau cahaya yang menghambur. Larutan yang digunakan sebagai pembanding dispersi koloidal dengan larutan sejati yaitu aquadest. Aquadest merupakan larutan sejati, tidak dapat memancarkan cahaya yang diakibatkan partikel partikel kecil yang terdispersi di dalam nya begitu kecil sehingga tidak menimbulkan efek tersebut.

Dari percobaan dapat dilihat bahwa larutan 0,25% FeCl3 ; 0,5% FeCl3; 0,5% Na Lauril Sulfat ; 1% Na Lauril Sulfat ; 5% Gelatin ; 10% Gelatin memiliki sifat reversible (reaksi balik lagi) yaitu koloid yang dapat berubah menjadi tak koloid dan kemudian koloid lagi. Dapat dilihat setelah larutan dipanaskan sampai kering kemudian ditambahkan aquadest 10 mllarutan kembali seperti semula sebelum dipanaskan.

Viskositas adalah tahanan untuk mengalir, maka untuk mengetahui viskositasnya dihitug waktu alirnya. Makin kental suatu cairan maka makin besar tahanan untuk mengalirnya. Koloid FeCl3adalah koloid Hidrofobik, koloid Gelatin merupakan koloid Hidrofilik dan koloid Na Lauril Sulfat merupakan koloid Amfifilik. Secara teori, pada koloid hidrofilik partikel fase dispersinya tersolvatasi dengan molekul solven maka dengan adanya kenaikan kadar akan menyebabkan kenaikan viskositas secara nyarta sehingga waktu alirnya bertambah besar. Lain halnya pada koloid Hidrofobik dimana fase dispersnya tidak tersolvatasi oleh molekul solven sehingga kadar tidak mempengaruhi viskositasnya.

Pada percobaan, waktu alir koloid FeCl3tidak jauh berbeda pada tiap kadarnya, hanya selisih 0,5 detik mungkin disebabkan karena kurang tepatnya memencet stopwatch. Untuk itu, masih bisa dianggap bahwa percobaan waktu alir menentukan viskositas koloid FeCl3sesuai dengan teori bahwa pada koloid Hidrofobik, peningkatan kadar tidak mempengaruhi viskositas sehingga tidak mempengaruhi waktu alirnya. Sedangkan pada larutan Gelatin peningkatan kadar dari 5% ke 10% menyebabkan adanya peningkatan waktu alir sebesar 2,5 detik, hal ini jelas menunjukan adanya peningkatan viskositas larutan Gelatin seiring meningkatnya kadar. Percobaan ini juga sesuai teori bahwa pada koloid Hidrofobil peningkatan kadar akan menyebabkan peningkatan viskositas koloid karena fase dispers tersolvatasi dengan solven. Jadi semakin banyak molekul yang tersolvatasi semakin tinggi pula kadar nya dan semkin kental juga koloid tersebut.

Pengaruh penambahan elektrolit terhadap koloid. Larutan yang diuji ditambahkan NaCl 10%. Reaksi yang terjadi yaitu adanya endapan yang ditandai dengan adanya awan pada masing masing larutan koloid tersebut.

FeCl3merupakan koloid Hidrofobik yang fase dispersnya tidak dilindungi mediun dispers sehingga muatanya mudah diendapkan. Gelatin termasuk koloid hidrofilik yang sulit diendapkan karena fase dispers gelatin dilindungi medium dispersnya.

Penambahan alkohol pada gelatin menyebabkan kompetisi antara alkohol dan gelatin untuk berikatan dengan air. Bila gelatin terdesak oleh alkohol akan terjadi endapan. Larutan dengan konsentrasi tinggi lebih mudah mengendap karena lebih banyak gelatin yang didesak keluar. Jumlah alkohol untuk mengendpkan gelatin 5% lebih tinggi daripada jumlah alkohol untuk mengendapkan gelatin 10%. Percobaan ini sesuai teori bahwa semakin tinggi kadar gelatin maka semakinsedikit alkohol yang diperlukan untuk mengendapkannya karena kadar tinggu berarti lebih banyak gelatin yang terdesak.

VIII. KESIMPULAN

Larutan 0,25% FeCl3 ; 0,5% FeCl3 ; 0,5% Na Lauril Sulfat ; 1% Na Lauril Sulfat ; 5% Gelatin ; 10% Gelatin merupakan larutan koloid karena memiliki efek Tyndall

Larutan Na Lauril Sulfat merupakan koloid Amfifilik (Koloid Gabungan)

Sifat koloid, konsentrasi larutan, dan volume elektrolit mempengaruhi kecepatan sedimentasi koloid.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Keenan, dkk. 1984. Kimia Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.

Martin, A. 1993. Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

Syukri, S. 1990. Kimia Dasar 2. ITB. Bandung