lapkes farfis fix,l

30
PERCOBAAN I KELARUTAN INTRINSIK OBAT DAN KONSTANTA DIELEKTRIK PELARUT CAMPUR A. TUJUAN 1. Mengetahui dan mempraktikkan metode penentuan kelarutan intrinsik obat 2. Mengetahui dan memahami cara menghitung nilai konstanta dielektrik dari suatu pelarut campur B. DASAR TEORI 1. Kelarutan intrinsik obat Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran). Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Larutan dinyatakan dalam mili liter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 ml

Upload: 1234567891234567890u

Post on 21-Dec-2015

46 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

farfis

TRANSCRIPT

Page 1: Lapkes Farfis Fix,l

PERCOBAAN I

KELARUTAN INTRINSIK OBAT DAN

KONSTANTA DIELEKTRIK PELARUT CAMPUR

A. TUJUAN

1. Mengetahui dan mempraktikkan metode penentuan kelarutan intrinsik obat

2. Mengetahui dan memahami cara menghitung nilai konstanta dielektrik dari

suatu pelarut campur

B. DASAR TEORI

1. Kelarutan intrinsik obat

Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan

jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang

berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam

cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya gelas,

pembentukan kristal campuran). Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif

sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan

secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat

untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Larutan dinyatakan dalam mili

liter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat

akan larut dalam 500 ml air. Kelarutan dapat pula dinyatakan dalam satuan

molalitas, molaritas dan persen (Tim asisten, 2008).

Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan cair yang

mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam

air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaanya, tidak

dimasukkan kedalam golongan produk lainnya. Pelepasan zat dari bentuk

sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta

formulasinya. Pada prinsipnya obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya

terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek

farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya.

Page 2: Lapkes Farfis Fix,l

Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi

maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu

pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya

melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh(Voight,1994).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:

1. pH

2. Temperatur

3. Jenis pelarut

4. Bentuk dan ukuran partikel

5. Konstanta dielektrik pelarut

6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion sejenis dan

lain-lain.

Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas pelarut yaitu oleh

momen dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionic dan zat polar lainnya.

Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol dalam segala perbandingan

dengan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi lain (Voight,1994).

Waktu kelarutan obat dalam tubuh sangat erat hubungannya dengan

efektivitas obat dalam menghilangkan rasa sakit yang diderita. Waktu kelarutan

obat pada uji disolusi dianggap sebagai waktu kelarutan obat di dalam tubuh.

Semakin cepat larut suatu obat, maka semakin efektif obat tersebut

bekerja(Henny, 2008)

Banyak bahan obat yang mempunyai kelarutan dalam air yang rendah atau

dinyatakan praktis tidak larut, umumnya mudah larut dalam cairan organik.

Senyawa-senyawa yang tidak larut seringkali menunjukkan absorbsi yang tidak

sempurna atau tidak menentu. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kelarutan suatu bahan obat, antara lain: pembentukan kompleks,

penambahan kosolven, penambahan surfaktan, manipulasi keadaan padat, dan

pembentukan prodrug. Propilenglikol atau propana-1,2-diol adalah salah satu jenis

pelarut atau kosolven yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu

Page 3: Lapkes Farfis Fix,l

obat dalam formulasi sediaan cair, semi padat dan sediaan transdermal. Dengan

penambahan kosolven dapat meningkatkan permeabilitas suatu obat untuk

melewati membran (Linda, 2009).

Proses absorbsi merupakan dasar yang penting dalam menentukan aktivitas

farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses absorbsi akan

mempengaruhi efek obat atau menyebabkan kegagalan pengobatan. Kelarutan

obat dalam lemak merupakan salah satu sifat fisik yang memengaruhi absorpsi

obat ke membran biologis. Makin besar kelarutannya dalam lemak, maka makin

tinggi pula derajat absorbsi obat ke membran biologis (Siswandono, 1995).

2. Konstanta dielektrik

Suatu zat dapat larut ke dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak

saling bercampur. Jika kelebihan cairan atau zat padat ditambahkan ke dalam

campuran dari dua cairan tidak bercampur, zat itu akan mendistribusi diri diantara

dua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh. Jika zat itu ditambahkan

kedalam pelarut tidak tercampur dalam jumlah yang tidak cukup untuk

menjenuhkan larutan, maka zat tersebut akan tetap terdistribusikan diantara kedua

lapisan dengan konsentrasi tertentu. Pelarut secara umum dibedakan atas dua

pelarut, yaitu pelarut air dan bukan air. Salah satu ciri penting dari pelarut tetapan

dielektriknya (E), yaitu gaya yang bekerja antara dua muatan itu dalam ruang

hampa dengan gaya yang bekerja pada muatan itu dalam dua pelarut. Tetapan ini

menunjukkan sampai sejauh mana tingkat kemampuan melarutkan pelarut

tersebut. Misalnya air dengan tetapan dielektriknya yang tinggi (E = 78,5) pada

suhu 25oC, merupakan pelarut yang baik untuk zat-zat yang bersifat polar, tetapi

juga merupakan pelarut yang kurang baik untuk zat-zat non polar. Sebaliknya,

pelarut yang mempunyai tetapan dielektrik yang rendah merupakan pelarut yang

baik untuk zat non polar dan merupakan pelarut yang kurang baik untuk zat

berpolar (Martin, 1993).

3. Asam salisilat

Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam

kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi karena

Page 4: Lapkes Farfis Fix,l

dapat digunakan sebagai bahan intermediet dari pembuatan bahan baku untuk

keperluan farmasi. Perkembangan konsumsi asam salisilat di Indonesia cenderung

meningkat dari tahun-ketahun. Hal ini didukung dengan adanya industri-industri

yang menggunakan asam salisilat sebagai bahan buku utama, seperti halnya

industri pembuatan aspirin, metil salisilat, salisilamide dan industri yang

berhubungan dengan pencelupan, pembuatan karet dan resin kimia (Rieko, 2007).

Asam salisilat meningkatkan penetrasinya ke dalam kulit. Tidak dapat

dikombinasi dengan mengoksida karena akan terbentuk garam seng salisilat yang

tidak aktif. Asam benzoat ini dan ester hidroksinya 0,1% berkhasiat fungistasis

dan bakteriostatis lemah. Biasanya zat ini digunakan bersamaan dengan asam

salisila (Kirana, 2007)

Asam salisilat mempunyai dua radikal fungsi dalam struktur kimianya, yaitu

radikal hidroksi feanolik dan radikal karboksil yang langsung terkait pada inti

benzena. Esterifikasi radikal hidroksi fenoliknya dengan fenol diperoleh ester

fenil salisilat yang dikenal dengan nama salol, sedangkan esterifikasi radikalnya

dengan asetilakloridadidapatkan ester asetilsalisilat yang dikenal dengan aspirin

salol dan banyak digunakan dalam bidang kedokteran karena mempunyai sifat

analgetik dan antipiretik (Damin, 2006).

Asam salisilat merupakan senyawa yang berkhasiat sebagai fungisidal dan

bakteriostatis lemah. Asam salisilat bekerja keratolitis sehingga digunakan dalam

sediaan obat luar terhadap infeksi jamur yang ringan. Asam salisilat sukar larut

dalam air (Astuti, 2007).

Struktur Molekul Asam Salisilat

(Ditjen POM, 1979 )

Page 5: Lapkes Farfis Fix,l

4. Uraian Bahan

a. Air suling

Nama resmi : Aqua destillata

Nama lain : Air suling

Pemerian         : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai  rasa.

Khasiat            : Pelarut

b. Etanol

Nama resmi    : Aethanolum

Nama lain       : Etanol, alkohol

Pemerian         : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap

Kelarutan         : Sangat mudah larut dalam air, kloroform dan dalam

eter.

c. Gliserol

Nama resmi    : Glycerolum

Nama lain     : Gliserin

Pemerian        : Cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak

berbau

Kelarutan       : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol,

Khasiat          : zat uji

d. Propilenglikol

Nama resmi     : Propylenglycolum

Nama lain        : Propilenglicol

Pemerian         : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau.

Kelarutan          : Dapat bercampur dengan air, etanol dan dengan

kloroform

Khasiat            : Zat uji

(Ditjen POM, 1979)

Page 6: Lapkes Farfis Fix,l

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Buret

b. Corong kaca

c. Erlenmeyer

d. Filter

e. Gelas kimia 50 mL

f. Pipet tetes

g. Pipet ukur 10 mL

h. Propipet

i. Rak tabung

j. Sendok tanduk

k. Statif dan klem

l. Tabung reaksi

m. Timbangan analitik

n. Vortex

2. Bahan

a. Aluminium foil

b. Aquades

c. Asam salisilat

d. Etanol 70%

e. Indikator fenolftalein

f. Kertas saring

g. Kertas timbang

h. NaOH 0,1 N

D. Prosedur Kerja

1. Dimasukkan aquades ke dalam tabung reaksi 1-4 masing-masing 5 mL

2. Ditambahkan etanol kedalam tabung reaksi 1-4 dengan keterangan sebagai

berikut:

Page 7: Lapkes Farfis Fix,l

a. Dimasukkan tabung 1 dengan 0 mL etanol

b. Dimasukkan tabung 2 dengan 2 mL etanol

c. Dimasukkan tabung 3 dengan 3 mL etanol

d. Dimasukkan tabung 4 dengan 5 mL etanol

3. Ditambahkan propilenglikol ke dalam tabung reaksi 1-4 dengan keterangan

sebagai berikut :

a. Dimasukkan tabung 1 dengan 5 mL etanol

b. Dimasukkan tabung 2 dengan 3 mL etanol

c. Dimasukkan tabung 3 dengan 2 mL etanol

d. Dimasukkan tabung 4 dengan 0 mL etanol

4. Ditambahkan asam salisilat 1 gram pada tabung 1-4

5. Divortex selama 30 menit, lalu disaring

6. Ditambahkan indikator fenolftalein masing-masing 3 tetes pada tabung 1-4

7. Dititrasi dengan NaOH O,1 N

8. Ditentukan kadar asam salisilat

9. Dihitung nilai konstanta dielektrik dari campuran pelarut

(air+etanol+propilenglikol) pada tabung 1-4

10. Ditambahkan indikator fenolftalein masing-masing 3 tetes pada tabung 1-4

11.Dititrasi dengan NaOH O,1 N

12.Ditentukan kadar asam salisilat

13.Dihitung nilai konstanta dielektrik dari campuran pelarut

(air+etanol+propilenglikol) pada tabung 1-4

Page 8: Lapkes Farfis Fix,l

E. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan

Tabung Volume (mL) Asam

Salisilat (g)

NaOH 0,1

M (mL)Aquades Etanol P.glikol

1 5 0 5 1 17,2

2 5 2 3 1 20,8

3 5 3 2 1 24,3

4 5 5 0 1 50

2. Perhitungan

a. Penentuan Kelarutan Intrinsik Asam Salisilat dalam Pelarut Campur

Molaritas NaOH

Dik : NaOH = 0,1 N

= 0,1 M

MNaOH =

0,1 =

= 4 gram

b. Kadar Asam Salisilat

1) Tabung 1

Mol NaOH = Mol As.salisilat

M1v1 =

0,1 x 17,2 =

gram = 0,237569 gram

%Kadar As. Salisilat

Page 9: Lapkes Farfis Fix,l

2,3756 %

2) Tabung 2

Mol NaOH = Mol As.salisilat

M1v1 =

0,1 x 20,8 =

gram = 0,28728 gram

%Kadar As. Salisilat

= 2,8728 %

3) Tabung 3

Mol NaOH = Mol As.salisilat

M1v1 =

0,1 x 24,3 =

gram = 0,33563 gram

%Kadar As. Salisilat

= 3,3563 %

4) Tabung 4

Mol NaOH = Mol As.salisilat

M1v1 =

0,1 x 50 =

Page 10: Lapkes Farfis Fix,l

gram = 0,69069 gram

%Kadar As. Salisilat

= 6,906 %

c. Perhitungan konstanta dielektrik

1) Tabung 1

Konstanta dielektrik air dalam pelarut campur 1

a) Air

5mL dalam 10 mL

%v/v air = x 100%

= 5%

air = 78,5

KD air dalam pelarut campur 1

= x %v/v air

= 78,5 x 50%

= 39,25

Konstanta dielektrik etanol dalam pelarut campur 1

b) Etanol

0 mL dalam 10mL

%v/v etanol = x 100%

= 0%

etanol = 25,7

KD etanol dalam pelarut campur 1

= ε x %v/v etanol

Page 11: Lapkes Farfis Fix,l

= 25,7 x 0%

= 0

Konstanta dielektrik propilen glikol dalam pelarut campur 1

c) Propilen glikol

5mL dalam 10mL

%v/v pg = x 100%

= 50%

propilen glikol = 33,0

KD propilen glikol dalam pelarut campur 1

= x %v/v pg

= 33,0 x 50%

= 16,5

Konstanta Dielektrik Pelarut Campur 1

= 39,25 + 16,5

= 55,75

2) Tabung 2

Konstanta dielektrik air dalam pelarut campur 2

a) Air

5mL dalam 10 mL

%v/v air = x 100%

= 50%

ε air = 78,5

KD air dalam pelarut campur 2

= ε x %v/v air

= 78,5 x 50%

= 39,25

Page 12: Lapkes Farfis Fix,l

Konstanta dielektrik etanol dalam pelarut campur 2

b) Etanol

2 mL dalam 10mL

%v/v etanol = x 100%

= 20%

etanol = 25,7

KD etanol dalam pelarut campur 2

= ε x %v/v etanol

= 25,7 x 20%

= 5,14

Konstanta dielektrik propilen glikol dalam pelarut campur 2

c) Propilen glikol

3mL dalam 10mL

%v/v pg = x 100%

= 30%

ε propilen glikol = 33,0

KD propilen glikol dalam pelarut campur 2

= ε x %v/v pg

= 33,0 x 30%

= 9,9

Konstanta Dielektrik Pelarut Campur 2

= 39,25 + 5,14 + 9,9

= 54,29

3) Tabung 3

Konstanta dielektrik air dalam pelarut campur 3

a) Air

Page 13: Lapkes Farfis Fix,l

5mL dalam 10 mL

%v/v air = x 100%

= 50%

ε air = 78,5

KD air dalam pelarut campur 3

= ε x %v/v air

= 78,5 x 50%

= 39,25

Konstanta dielektrik etanol dalam pelarut campur 3

b) Etanol

3mL dalam 10mL

%v/v etanol = x 100%

= 30%

etanol = 25,7

KD etanol dalam pelarut campur 3

= ε x %v/v etanol

= 25,7 x 30%

= 7,71

Konstanta dielektrik propilen glikol dalam pelarut campur 3

c) Propilen glikol

2mL dalam 10mL

%v/v pg = x 100%

= 20%

ε propilen glikol = 33,0

KD propilen glikol dalam pelarut campur 3

= ε x %v/v pg

Page 14: Lapkes Farfis Fix,l

= 33,0 x 20%

= 6,6

Konstanta Dielektrik Pelarut Campur 3

= 39,25 + 7,71 + 6,6

= 53,56

4) Tabung 4

Konstanta dielektrik air dalam pelarut campur 4

a) Air

5mL dalam 10 mL

%v/v air = x 100%

= 50%

ε air = 78,5

KD air dalam pelarut campur 4

= ε x %v/v air

= 78,5 x 50%

= 39,25

Konstanta dielektrik etanol dalam pelarut campur 4

b) Etanol

5 mL dalam 10mL

%v/v etanol = x 100%

= 50%

etanol = 25,7

KD etanol dalam pelarut campur 4

= ε x %v/v etanol

= 25,7 x 50%

= 12,85

Page 15: Lapkes Farfis Fix,l

Konstanta dielektrik propilen glikol dalam pelarut campur 4

c) Propilen glikol

0mL dalam 10mL

%v/v pg = x 100%

= 0%

ε propilen glikol = 33,0

KD propilen glikol dalam pelarut campur 4

= ε x %v/v pg

= 33,0 x 0%

= 0

Konstanta Pelarut Campur 4

= 39,25 + 12,85

= 52,1

3. Tabel Hasil Perhitungan Konstanta Dielektrik

Tabung

ke- air

Etanol

propilen

glikol

pelarut campur (ε

air + ε Etanol + ε

propilen glikol)

Kelarutan Asam

Salisilat

1 39,25 0 16,5 55,75 2,3756%

2 39,25 5,14 9,9 54,29 2,8728%

3 39,25 7,71 6,6 53,56 3,3563%

4 39,25 12,85 0 52,1 6,906%

Page 16: Lapkes Farfis Fix,l

3. Grafik Hasil Pengamatan

Keterangan :

KD : Konstanta Dielektrik

Tabung I : Aquades : Etanol : Propilenglikol

Tabung 2 : Aquades : Etanol : Propilenglikol

Tabung 3 : Aquades : Etanol : Propilenglikol

Tabung 4 : Aquades : Etanol : Propilenglikol

Page 17: Lapkes Farfis Fix,l

F. Pembahasan

Percobaan ini mengenai kelarutan intrinsik obat dan konstanta dielektrik

pelarut campur yang bertujuan untuk mengetahui dan mempraktekkan metode

penentuan kelarutan intrinsik obat serta mengetahui dan memahami cara

menghitung nilai konstanta dielektrik dari suatu pelarut campur.

Kelarutan adalah kadar solut dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang

menunjukan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solut atau solven telah terjadi

dan membentuk dispersi molekuler yang homogen. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kelarutan antara lain pH, temperatur, jenis pelarut, bentuk dan

ukuran partikel, konstanta dielektrik dan adanya zat-zat lain. Salah satu sifat fisika

yang mempengaruhi kelarutan adalah konstanta dielektrik pelarut. Konstanta

dielektrik adalah suatu besaran tanpa dimensi yang merupakan rasio antara

kapasitas elektrik medium (Cx) terhadap vakum (Cv).

Konstanta dielektrik berhubungan dengan kepolaran suatu zat. Zat yang

memiliki konstanta dielektrik dengan nilai tinggi merupakan zat yang bersifat

polar. Sebaliknya zat yang konstanta dielektriknya rendah merupakan senyawa

non polar. Kelarutan paling baik jika konstanta dielektrik pelarut sama dengan

konstanta dielektrik zat terlarut.

Percobaan ini digunakan beberapa larutan sebagai sampel diantaranya,

aquades, etanol, propylenglycol, natrium hidroksida (NaOH) dan indikator

fenolptalein. Pada suatu campuran pelarut, tetapan dielektrik campuran

merupakan hasil penjumlahan tetapan dielektrik masing-masing bahan pelarut

sesudah dikalikan dengan % volume setiap komponen pelarut. Sehingga, dari

komposisi pelarut yang digunakan dalam pelarut campur, konstanta dielektrik dari

pelarut campur dapat ditentukan. Seringkali zat terlarut lebih larut dalam

campuran pelarut dari pada dalam satu pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan

melarut bersama (cosolvency). Metode yang digunakan adalah metode titrasi asam

basa, yaitu suatu metode yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu

larutan yang belum diketahui konsentrasinya dengan menggunakan larutan

Page 18: Lapkes Farfis Fix,l

standar yang telah diketahui konsentrasinya, oleh karena itu pada percobaan

digunakan larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya yaitu 0,1 N.

Mekanisme reaksi titrasi yaitu titran yang ditambahkan tetes demi tetes ke titrat

tepat habis bereaksi yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator

menjadi ungu lembayung, keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen yaitu titik

dimana saat mol titran dan mol titrat telah seimbang karena telah habis bereaksi

ketika hal ini terjadi titrasi akan dihentikan dengan cara melihat perubahan warna

indikator yang akan menunjukan perubahan warna ketika titik ini telah dicapai

titik ini disebut titik akhir titrasi.

Kelarutan intrinsik pada senyawa obat asam salisilat  menggunakan bahan

pelarut berupa aquades, propilenglikol dan etanol. Dalam percobaan ini digunakan

empat tabung untuk menganalisis kelarutan intrinsik asam  salisilat.  Pada

keempat tabung tersebut dimasukkan campuran pelarut aquades, propilenglikol

dan  etanol dengan volume yang berbeda-beda tiap tabungnya. Untuk tabung

pertama tanpa etanol dan tabung keempat tanpa propilenglikol. Perbedaan

pemberian volume ini bertujuan  untuk melihat pengaruh kepolaran terhadap asam

salisilat. Dimana penambahan propilenglikol membuat larutan semakin nonpolar,

sedangkan etanol merupakan senyawa yang bersifat polar, sehingga penambahan

etanol menambah kepolaran larutan. Selanjutnya asam salisilat dan ketiga bahan

pelarut dihomogenkan selama 30 menit dengan divortex. Tujuannya untuk

meningkatkan kelarutan zat. Kelarutan asam salisilat yaitu larut dalam air dan

dalam etanol (95%) P. Setelah proses pengocokkan selesai larutan disaring

menggunakan kertas saring untuk memisahkan antara filtrat dan residu dari

larutan tersebut, filtrat diambil untuk dititrasi sedangkan residu dari larutan tidak

digunakan. Sebelum dititrasi filtrat ditambahkan indikator fenolftalein untuk

mengetahui titik akhir titrasi yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna

menjadi ungu lembayung, perubahan warna ini dapat terjadi karena indikator ini

merupakan suatu asam yang sangat lemah dalam keadaan tidak terionisasi namun

dalam keadaan basa fenolptalein akan terionisasi lebih banyak dan akan

memberikan warna yang lebih terang sehingga mudah diamati, indicator ini dapat

memberikan warna pada keadaan basa karena berada pada trayek pH berkisar

Page 19: Lapkes Farfis Fix,l

antara 8,3-10. Volume NaOH yang digunakan pada keempat tabung adalah 17,2

ml, 20,8 ml, 24,3 ml, dan 50 ml.

Berdasarkan konsentrasi asam salisilat yang diperoleh, dapat ditentukan

hubungan antara konsentrasi asam salisilat dengan konstanta dielektrik dari

pelarut campur. Hubungan antara konsentrasi asam salisilat dengan konstanta

dielektrik dari pelarut campur dilihat pada grafik. Dari grafik di atas terlihat

bahwa semakin rendah konstanta dielektrik pelarut campur yang digunakan,

semakin besar konsentrasi asam salisilat yang dapat larut di dalamnya. Konstanta

dielektrik etanol memiliki nilai yang rendah sehingga semakin besar jumlah etanol

dalam pelarut campur, semakin rendah konstanta dielektrik dari pelarut campuran.

Oleh sebab itu, semakin rendah konstanta dielektrik dari pelarut campur, semakin

besar kelarutan asam salisilat yaitu tabung pertama dengan kadar asam salisilat

2,3% KD nya 55,75 , tabung kedua 2,8% dengan KD 54,29, tabung ketiga 3,3%

dengan KD 53,56, tabung keempat 6,9% dengan KD paling kecil dari semua KD

pelarut campur larutan yaitu 52,1. Selain KD pelarut campur yang mempengaruhi

kadar asam salisilat, tingginya volume titran (NaOH) juga mempengaruhi

besarnya konsentrasi atau kadar zat terlarut (asam salisilat) tersebut yaitu

penggunaan paling banyak pada tabung empat dengan 50 mL NaOH kadarnya

6,9%. Jadi dapat diketahui bahwa dengan sifat asam salisilat yang memiliki sifat

non polar dapat atau mudah larut pada pelarut campur dengan KD rendah, karena

semakin rendah KD pelarut campur maka semakin non polar suatu larutan begitu

juga sebaliknya semakin tinggi maka semakin polar pelarut tersebut.

Berbagai sifat dari larutan yang telah diuraikan di atas, seperti kepolaran,

konstanta dielektrik merupakan beberapa pendukung sistem kelarutan obat. Dalam

bidang farmasi kelarutan intrinsik obat memiliki peran yang sangat penting,

karena menentukan banyaknya obat yang terabsorpsi dalam cairan tubuh, selain

itu dapat mengetahui dan dapat membantu dalam  memilih pelarut yang paling

baik untuk obat, mengatasi kesulitan tertentu yang timbul ketika pembuatan

larutan farmasetis dan dapat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan. Salah

satu contoh yaitu pada percobaan yang telah dilakukan  dapat ditentukan pelarut

Page 20: Lapkes Farfis Fix,l

mana yang paling baik untuk melarutkan senyawa asam salisilat yang merupakan

salah satu zat aktif pada sediaan farmasi.

G. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Semakin rendah nilai konstanta dielektrik pelarut campur maka semakin non

polar suatu larutan sehingga kadar asam salisilat yang terlarut dalam suatu

larutan akan semakin besar.

2. Semakin tinggi nilai konstanta dielektrik pelarut campur maka semakin

polar suatu larutan sehingga kadar asam salisilat yang terlarut dalam suatu

larutan semakin kecil.

Page 21: Lapkes Farfis Fix,l

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Ika Yuni, dkk. 2007. Pengaruh Konsentrasi Adeps Lanae dalam Dasar Salep Cold Cream Terhadap Pelepasan Asam Salisilat. Journal Pharmacy. Vol. 05 (1)

Henny, Rachdiaty, Ricson P. Hutagaol, Erna Rosdiana. 2008. Penentuan Waktu Kelarutan Parasetamol pada Uji Disolusi. Jurnal Nusa Kimia Volume 8 (1): 1-6

Ditjen POM. l979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta

Martin, A., et.all., 1993. Farmasi Fisika Edisi III Bagian II. Penerbit UI Jakarta.

R. Voight., 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi Kelima. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Rahardja, Kirana, Tan Hoan Tjay.2007. Obat-obat Penting. PT Elex Media Komputindo. Jakarta

Siswandono, Bambang Soekardjo.1995. Kimia Medisinal. Airlangga University Press. Surabaya

Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Sastra 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta

Tim asisten. 2008. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Jurusan farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar

Widyaningsih, Linda. 2009. Pengaruh Penambahan Kosolven Propilenglikol terhadap Kelarutan Asam Mefenamat. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah. Surakarta.

Page 22: Lapkes Farfis Fix,l