faq bp redd+

7
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) SEPUTAR BADAN PENGELOLA REDD+ Tentang Konsep REDD+ 1. Apakah itu REDD+? REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation atau Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan) adalah sebuah mekanisme pengelolaan hutan berkelanjutan untuk memelihara dan meningkatkan tutupan hutan, memastikan sumber daya termanfaatkan dan terbarukan, serta terjadinya konservasi nilai aset hutan (salah satunya dalam bentuk karbon). REDD+ juga berarti mewujudkan kesehatan lingkungan bagi generasi kini dan mendatang, menjaga keseimbangan ekologi dan keanekaragaman hayati, terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan, serta tercapainya kesejahteraan sosial melalui pertumbuhan ekonomi hijau. Ini berarti, REDD+ adalah strategi yang ditujukan untuk menangani permasalahan deforestasi dan degradasi hutan secara menyeluruh, meliputi peran konservasi, pemeliharaan sumber mata pencaharian, manajemen kehutanan yang berkelanjutan dan upaya peningkatan cadangan karbon untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. 2. Seperti apa REDD+ di Indonesia? REDD+ di Indonesia adalah perwujudan komitmen Presiden untuk menurunkan emisi pada tahun 2020 sebesar 26 persen dari skenario pembangunan Business as Usual (BAU) dengan dana sendiri, atau 41 persen jika mendapatkan bantuan internasional, sebagai alat untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan pada akhirnya kesejahteraan sosial yang berkeadilan. Oleh sebab itu REDD+ di Indonesia dikembangkan dalam kerangka pembangunan dengan wawasan ekonomi hijau untuk memastikan bahwa penggunaan lahan dilakukan sejalan dengan kebijakan dan kebutuhan pembangunan berkelanjutan Indonesia dengan memahami kebutuhan setiap wilayah. Pada saat yang bersamaan dilaksanakan tanpa mengorbankan pembangunan di sektor lain, sejalan dengan upaya memacu pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen per tahun. REDD+ di Indonesia lebih daripada sekedar karbon dan hutan. REDD+ juga berarti mewujudkan kesehatan lingkungan bagi generasi kini dan mendatang, menjaga keseimbangan ekologi dan keanekaragaman hayati, terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan, serta tercapainya kesejahteraan sosial melalui pertumbuhan ekonomi hijau. 3. Apa manfaat skema REDD+ bagi Indonesia? Sebagai salah satu anggota komunitas internasional, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam upaya mengatasi perubahan iklim, salah satunya melalui skema REDD+ untuk meminimalisasi kerusakan hutan. Ini juga merupakan kepentingan nasional, yang menjadi kewajiban seluruh komponen bangsa. REDD+ dapat mendukung upaya reformasi baik yang telah atau sedang dilakukan di sektor kehutanan Indonesia, baik melalui dukungan dana, peningkatan kapasitas maupun transfer teknologi. 4. Bagaimana strategi nasional REDD+ di Indonesia?

Upload: septianm

Post on 21-Jun-2015

130 views

Category:

Government & Nonprofit


0 download

DESCRIPTION

Faq bp redd+

TRANSCRIPT

Page 1: Faq bp redd+

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ)SEPUTAR BADAN PENGELOLA REDD+

Tentang Konsep REDD+

1. Apakah itu REDD+?

REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation atau Reduksi Emisi dariDeforestasi dan Degradasi Hutan) adalah sebuah mekanisme pengelolaan hutan berkelanjutan untukmemelihara dan meningkatkan tutupan hutan, memastikan sumber daya termanfaatkan dan terbarukan,serta terjadinya konservasi nilai aset hutan (salah satunya dalam bentuk karbon).

REDD+ juga berarti mewujudkan kesehatan lingkungan bagi generasi kini dan mendatang, menjagakeseimbangan ekologi dan keanekaragaman hayati, terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan danberkeadilan, serta tercapainya kesejahteraan sosial melalui pertumbuhan ekonomi hijau.

Ini berarti, REDD+ adalah strategi yang ditujukan untuk menangani permasalahan deforestasi dandegradasi hutan secara menyeluruh, meliputi peran konservasi, pemeliharaan sumber mata pencaharian,manajemen kehutanan yang berkelanjutan dan upaya peningkatan cadangan karbon untuk mengurangiemisi gas rumah kaca.

2. Seperti apa REDD+ di Indonesia?

REDD+ di Indonesia adalah perwujudan komitmen Presiden untuk menurunkan emisi pada tahun 2020sebesar 26 persen dari skenario pembangunan Business as Usual (BAU) dengan dana sendiri, atau 41persen jika mendapatkan bantuan internasional, sebagai alat untuk mewujudkan pembangunan yangberkelanjutan dan pada akhirnya kesejahteraan sosial yang berkeadilan.

Oleh sebab itu REDD+ di Indonesia dikembangkan dalam kerangka pembangunan dengan wawasanekonomi hijau untuk memastikan bahwa penggunaan lahan dilakukan sejalan dengan kebijakan dankebutuhan pembangunan berkelanjutan Indonesia dengan memahami kebutuhan setiap wilayah. Padasaat yang bersamaan dilaksanakan tanpa mengorbankan pembangunan di sektor lain, sejalan denganupaya memacu pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen per tahun.

REDD+ di Indonesia lebih daripada sekedar karbon dan hutan. REDD+ juga berarti mewujudkan kesehatanlingkungan bagi generasi kini dan mendatang, menjaga keseimbangan ekologi dan keanekaragamanhayati, terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan, serta tercapainya kesejahteraansosial melalui pertumbuhan ekonomi hijau.

3. Apa manfaat skema REDD+ bagi Indonesia?

Sebagai salah satu anggota komunitas internasional, Indonesia memiliki tanggung jawab untukberpartisipasi dalam upaya mengatasi perubahan iklim, salah satunya melalui skema REDD+ untukmeminimalisasi kerusakan hutan. Ini juga merupakan kepentingan nasional, yang menjadi kewajibanseluruh komponen bangsa.

REDD+ dapat mendukung upaya reformasi baik yang telah atau sedang dilakukan di sektor kehutananIndonesia, baik melalui dukungan dana, peningkatan kapasitas maupun transfer teknologi.

4. Bagaimana strategi nasional REDD+ di Indonesia?

Page 2: Faq bp redd+

Kami memastikan bahwa mekanisme REDD+ - baik di tingkat global maupun nasional – dapatditerjemahkan menjadi aksi di tingkat tapak untuk menjawab tantangan deforestasi. Hanya dengan carademikian, kita dapat menjalankan mekanisme REDD+ dengan efektif. Hal ini mensyaratkan pendekatanyang komprehensif, yang menyentuh siklus yang berbeda-beda, meliputi siklus produk, siklus uang,manusia dan teknologi.

Pada aspek produk, Indonesia memproduksi berbagai produk turunan dari minyak kelapa sawit; olahanmaupun mentah, dan biogas. Pada aspek keuangan, Indonesia membuka investasi luas dan memilikiberbagai insentif. Pada aspek manusia, Indonesia memiliki para ahli dan pekerja berpengalaman, danterutama yang terpenting, memiliki masyarakat dan komunitas. Terkait dengan ini semua adalah alirahteknologi dan ilmu pengetahuan atau pun cara-cara dalam melakukan hal.

Di tengah aspek-aspek tersebut, kita perlu sejumlah strategi;- Melibatkan diri di berbagai tingkat, secara paralel dengan desentralisasi, melalui Strategi Nasional

REDD+, SRAP, Indonesia 11, 5 Pra-syarat dan 10 Aksi Imperatif- Menjalankan strategi integrasi tematik; berbagai kementerian dan lembaga berkolaborasi untuk

merancang dan mendorong Moratorium Hutan, Satu Peta dan pencatatan / pendokumentasian lahan,pendekatan multi-door bagi penegakkan hukum serta implementasi MK 35.

- Kolaborasi antar pemangku kepentingan: Kemitraan antara publik dan swasta (misalnya inisiatif Indonesia Sustainable Palm Oil) Kemitraan antara pemerintah dan LSM (misalnya AMAN dan JKPP menyerahkan peta yang

menggambarkan lebih dari 2,4 juta hektar lahan adat kepada Lembaga Informasi Geospasial. Petaini disusun dengan metode partisipatoris)

Keterlibatan institusi riset / akademis (misalnya inisiatif yang diambil oleh IPB dalam kolaborasinyadengan para pemangku kepentingan lainnya di Jawa Barat. Teknologi prakiraan cuaca dapatmembantu para petani dalam mengantisipasi cuaca ekstrem. Sekolah-sekolah iklim didirikandengan tujuan untuk mendidik para petani dalam menghubungkan informasi prakiraan cuacadengan proses pengambil keputusan mereka, terutama yang terkait manajemen panen.

5. Siapa yang memperoleh keuntungan dari REDD+?

Skema REDD+ memberi keuntungan luas bagi masyarakat, industri, pelestari lingkungan dan lain-lain,karena praktek yang diterapkan akan tetap memberikan akses pada pembangunan ekonomi untukmengentaskan kemiskinan melalui pengelolaan hutan lestari. Inisiatif penghijauan di kawasan hutan yanggundul dan terdegradasi juga dipertimbangkan dalam skema REDD+.

Lebih banyak negara yang akan mendukung atau meratifikasi REDD+ sebagai bagian dari kesepakatanperubahan iklim di masa yang akan datang.Namun perlu diperhatikan bahwa skema REDD+ memerlukan kerangka kerja yang lebih komprehensifuntuk mengakomodasi seluruh aspek yang dapat mendorong terjadinya transaksi penyimpanan karbonlebih banyak dan implementasi yang lebih luas.

6. Bagaimana hak masyarakat dalam REDD+?

Prinsip skema REDD+ menekankan manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat dan perbaikanlingkungan.

Skema REDD+ merupakan pilihan, dan bukan kewajiban bagi masyarakat. Peranan penduduk asli danmasyarakat tradisional dalam skema REDD+ sangat penting.

Page 3: Faq bp redd+

Mereka harus dilibatkan lebih banyak lagi dalam proses pengambilan keputusan dan upaya-upaya untukmembawa keuntungan sosial dan ekonomi, seperti pendistribusian insentif dan jaminan bahwa lahan danhak mereka terhadap sumber daya hutan diakui.

7. Bagaimana menyepakati definisi ekonomi hijau?

Pendekatan ekonomi hijau oleh United Nations Environment Programme (UNEP) didefinisikan sebagaiekonomi yang rendah karbon, efisien dalam sumberdaya dan inklusif secara sosial.

Prinsip ekonomi hijau adalah meningkatkan kesejahteraan manusia dan modal sosial, namun di saat yangbersamaan mengurangi risiko terhadap lingkungan dan melindungi kerentanan ekologi.

8. Apa saja kemajuan yang berhasil dicapai oleh REDD+ di Indonesia hingga hari ini?

Indonesia terjalin dengan Pemerintah Norwegia dalam salah satu skema pembayaran berbasisperforma untuk REDD+ terbesar dunia. Nota Kesepakatan kerjasama ini ditandatangani di bulan Mei2010 dan Norwegia telah berkomitmen atas USD 1 milyar nilai bagi hasil yang berbasis peforma danbagi hasil-hasil lainnya.

Strategi Nasional REDD+ Indonesia disahkan pada September 2012, menjadi salah satu strategi nasionalREDD+ pertama di dunia. Strategi ini mencakup 5 pilar yang menjadi panduan implementasi, jugatermasuk penguatan institusi, kerangka peraturan dan hukum serta program strategis, strategi bagiperubahan hingga budaya dan paradigma kerja, hingga keterlibatan para pemangku kepentingan.

Indonesia adalah negara pertama di dunia yang membentuk badan REDD+ khusus. Prioritas kami saatini adalah memperkuat lembaga sehingga badan ini dapat mengusung mandat dan menjadi tulangpunggung bagi transisi Indonesia menuju pertumbuhan yang rendah karbon.

Kita sudah melampaui Fase 1 (Fase Persiapan) dan saat ini memasuki Fase 2 (Fase Transisi). Pencapaianpenting di akhir Fase 1 adalah berdirinya BP REDD+ untuk membantu Presiden dalam semua hal terkaitkoordinasi, mengatur dan memonitor pelaksanaan REDD+ di Indonesia.

Kami melibatkan diri di berbagai tingkat, secara paralel dengan desentralisasi, melalui Strategi NasionalREDD+, SRAP, Indonesia 11, 5 Pra-syarat dan 10 Aksi Imperatif.

Kami menjalankan strategi integrasi tematik; berbagai kementerian dan lembaga berkolaborasi untukmerancang dan mendorong Moratorium Hutan, Satu Peta dan pencatatan / pendokumentasian lahan,pendekatan multi-door bagi penegakkan hukum serta implementasi MK 35.

Kami melakukan kolaborasi antar pemangku kepentingan: Kemitraan antara publik dan swasta (misalnya inisiatif Indonesia Sustainable Palm Oil) Kemitraan antara pemerintah dan LSM (misalnya AMAN dan JKPP menyerahkan peta yang

menggambarkan lebih dari 2,4 juta hektar lahan adat kepada Lembaga Informasi Geospasial. Petaini disusun dengan metode partisipatoris)

Keterlibatan institusi riset / akademis (misalnya inisiatif yang diambil oleh IPB dalam kolaborasinyadengan para pemangku kepentingan lainnya di Jawa Barat. Teknologi prakiraan cuaca dapatmembantu para petani dalam mengantisipasi cuaca ekstrem. Sekolah-sekolah iklim didirikan dengantujuan untuk mendidik para petani dalam menghubungkan informasi prakiraan cuaca dengan prosespengambil keputusan mereka, terutama yang terkait manajemen panen.

Satu hal yang terus menjadi tantangan utama bagi keberhasilan transisi menuju manajemen sumberdaya alam yang berkelanjutan terletak di tata kelolanya. Tidak ada jawaban jitu terkait hal ini, dimanatantangan-tantangan yang ada, yang diasosiasikan dengan tata kelola hutan berakar pada institusipolitik dan ekonomi, di berbagai tingkatan.

Meski demikian, beberapa kemajuan berhasil dicapai : Inisiatif Satu Peta

Page 4: Faq bp redd+

Moratorium Hutan Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 35/2012 : peraturan tentang lahan yang membuka jalan bagi

pemenuhan hak hutan adat dan masyarakat adat, dan tidak kepada Negara. Keputusan inimerupakan implikasi yang sangat signifikan bagi hak asasi manusia dan keadilan sosial, demikianpula bagi manajemen sumber daya alam yang berkelanjutan.

Kami juga mencatat kemajuan di sistem keuangan (FREDDI), PRISAI dan MRV.

9. Bagaimana menyeimbangkan upaya mitigasi perubahan iklim dengan pertumbuhan ekonomi nasional?

Indonesia terus mencatat pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Pendapatan domestik bruto per-kapita secara nasional meningkat secara stabil mulai USD2.200 di tahun 2000 menjadi USD3.563 ditahun 2012. Dalam hal stabilitas makro ekonomi, Indonesia telah berhasil memenuhi banyak targetfiskalnya, termasuk penurunan rasio hutang terhadap PDB secara signifikan dari 61% di tahun 2003menjadi 24% di tahun 2012.

Di tahun 2009, Indonesia menjadi negara berkembang pertama yang dengan sukarela menargetkanpenurunan emisi sebesar 26%-41% di tahun 2020. Target ini ingin dicapai dengan tetapmempertahankan pertumbuhan ekonomi yang kuat sebesar 7%, di bawah kerangka pro-job, pro-growth,pro-environment dan pro-poor yang disusun dalam rencana pembangunan jangka panjang Indonesia.

Tekad ini merupakan tonggak, tidak hanya bagi kebijakan nasional, namun juga bagi kebaikanlingkungan dan kesejahteraan umat manusia dalam skala global.

Indonesia menggunakan REDD+ sebagai fondasi untuk menghijaukan ekonomi Indonesia; untuk menujujalan pembangunan rendah karbon yang lebih Lestari.

Tentang Badan Pengelola REDD+

1. Apakah itu BP REDD+?

Badan Pengelola REDD+ adalah sebuah lembaga setingkat kementerian yang dibentuk melalui KeputusanPresiden No. 62 Tahun 2013 untuk mengemban tugas dalam mengawal turunnya laju deforestasi,memperbaharui tata kelola dan transparansi pengelolaan sumber daya alam Indonesia.

BP REDD+ bertugas membantu Presiden dalam koordinasi, sinkronisasi, perencanaan, fasilitasi,pengelolaan, pemantauan, pengawasan serta pengendalian REDD+ di Indonesia.

BP REDD+ bekerja secara sinergis dengan seluruh pemangku kepentingan hutan dan lingkungan,melakukan pendekatan secara holistik untuk membenahi tata kelola hutan.

2. Mengapa Indonesia perlu BP REDD+?

BP REDD+ dibentuk untuk melakukan koordinasi, sinkronisasi, perencanaan, fasilitasi, pengelolaan,pemantauan, pengawasan serta pengendalian REDD+ di Indonesia.

BP REDD+ berkoordinasi dan bekerja secara sinergis dengan seluruh pemangku kepentingan hutan danlingkungannya, melakukan pendekatan secara holistik untuk membenahi tata kelola hutan mulai darihukum dan regulasi, pengaturan tata ruang dan manajemen pendataan, manajemen konservasi,manajemen konversi, manajemen pemanfaatan sumber daya hutan (moratorium penebangan hutan),transparansi dan akuntabilitas, hingga upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan seterusnya.

Page 5: Faq bp redd+

Perencanaan dan implementasi program yang rapi ini akan membantu efisiensi biaya, waktu kerja danoptimalisasi hasil serta menghindari tumpang tindihnya pekerjaan. Misalnya, sebelumnya Kementerianatau lembaga yang membutuhkan peta akan membeli citra satelitnya sendiri, tetapi sekarang pembeliancitra dilakukan oleh LAPAN dan dapat digunakan secara kolektif. Demikian pula berbagai peraturan yangberkaitan dengan pengelolaan hutan dapat ditinjau secara terpusat agar tidak ada yang salingbertentangan dan menjadi kontraproduktif bagi kelestarian hutan.

BP REDD+ merupakan lembaga yang aktif dan diposisikan strategis untuk dapat melapor langsung padaPresiden.

3. Bagaimana BP REDD+ bekerja?

BP REDD+ membangun landasan bagi pembangunan negara yang berkelanjutan dan kompetitif daritingkat tapak.

Peran BP REDD+ antara lain mengakses kebutuhan pelatihan, memonitor dan mengevaluasiperkembangan rencana REDD, mengidentifikasi keahlian, pendanaan, dan sumber daya lainnya,mengembangkan rekomendasi kebijakan, mengumpulkan informasi, mengatur dan mengkoordinasikankonsultasi antar para pihak terkait.

Menghadapi segala tantangan, BP REDD+ bekerjasama dengan pemerintah kabupaten dan provinsi dalammembenahi isu-isu yang ada seperti melakukan kajian terhadap izin dan peraturan, penegakkan hukum,perbaikan lahan gambut dan memberdayakan komunitas serta merencanakan pembangunan yang lebihbaik (melalui Strategi Nasional, SRAP, peta data terpadu, rencana tata ruang dan wilayah, Desa Hijau danSekolah Hijau).

Di saat yang bersamaan, BP REDD+ menghubungkan seluruh aksi-aksi pembangunan tersebt denganupaya-upaya penurunan tingkat emisi (termasuk dengan menetapkan mekanisme REL & MRV, memastikantransparansi informasi, serta mengacu pada standard an proses internasional). Kami melakukannyamelalui kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan – Kementerian dan Lembaga Pemerintah,kalangan ahli, LSM, dunia usaha / pihak swasta, komunitas dengan hak-hak adat.

4. Apa tantangan dan peluang BP REDD+?

Tidak jelasnya pengaturan hak tenurial hutan dan tanah; tidak ada kesepakatan atas siapa yangmempunyai hak untuk memiliki, mengakses atau mengontrol hutan Indonesia.- Proses pemetaan dan penetapan kawasan hutan; dimana 12 Kementerian / Badan yang dipimpin

oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menandatangani Perjanjian Kerjasama pada bulanMaret 2013 untuk mempercepat proses pengukuhan kawasan hutan.

- Inisiatif pembuatan Satu Peta untuk meningkatkan transparansi dan efektifitas tata kelola hutandan perencanaan spasial.

- Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/2012 yang mengembalikan pengelolaan hutan adat kepadamasyarakat adat, dan bukan kepada negara.

Lemahnya penegakkan hukum;- Pembalakan liar.- Korupsi; kecenderungan untuk berpihak pada pola insentif keuangan terkait kegiatan-kegiatan

hukum yang dapat menuai keuntungan dari kegiatan hutan – dan lemahnya disinsentif – sehinggahal ini dipandang sebagai lemahnya penegakkan hukum di Indonesia.

Tingginya biaya untuk menjalankan inisiatif-inisiatif konservasi hutan; perlunya insentif positif dansituasi yang kondusif – yang diciptakan oleh Pemerintah.

Page 6: Faq bp redd+

Saat ini BP REDD+ telah memiliki sebuah strategi nasional yang kemudian diturunkan menjadi rencanaaksi untuk dapat diimplementasikan di tingkat provinsi.

Untuk melaksanakan program dan menjalankan upaya-upaya pengurangan pengrusakan hutan danlahan gambut, kita tentu perlu biaya. Selama 3 tahun terakhir telah mengembangkan suatu sistem yangkomprehensif untuk menjawab kebutuhan pendanaan ini. Kerangka sistem ini dirancang sedemikian rupauntuk dapat mengelola sumber dana secara professional, efektif, transparan dan akuntabel.

Di sisi lain, juga terdapat mekanisme untuk mengukur REDD+ (tingkat penyerapan karbon dantransaksinya untuk mendapatkan insentif bagi negara), memverifikasi dan melaporkan detil penguranganemisi. Meski mekanisme ini dirancang di tingkat global, namun BP REDD+ berhasil mengembangkannyasecara khas untuk dapat diaplikasikan di Indonesia.

5. Bagaimana posisi BP REDD+ sebagai mitra kerja Kementerian dan Lembaga lainnya di Indonesia?

BP REDD+ bekerja secara sinergis dengan seluruh pemangku kepentingan hutan dan lingkungannya,melakukan pendekatan secara holistik untuk membenahi tata kelola hutan.

Program pengurangan deforestasi melibatkan kementerian lintas sektoral seperti KementerianKehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan SumberDaya Mineral, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Badan Pertanahan Nasional, BadanPenanggulangan Bencana Nasional, Badan Informasi Geospatial, Komisi Pemberantasan Korupsi danlainnya.

6. Apakah itu pendekatan lansekap yang menyeluruh, yang dilakukan oleh BP REDD+?

Pendekatan lansekap adalah awal dari pembangunan yang berkelanjutan, terutama setelahmemperhatikan dampak dari perubahan iklim. Perspektif lansekap harus dipahami sebagai satu kesatuansejumlah elemen yang tidak terpisahkan dalam suatu pembangunan yang berkelanjutan, meliputi alirandana, aliran komoditas, aliran atau perpindahan penduduk dan transfer teknologi, pengetahuan sertakeahlian.

Berbagai pihak perlu bekerjasama untuk mengupayakan dan memastikan bahwa aliran-aliran tersebutterjadi baik dalam skala nasional maupun internasional dan memberikan manfaat yang meningkatkankesejahteraan secara berkeadilan.

Pendekatan lansekap yang memperhatikan aliran-aliran tersebut pada dasarnya adalah menggunakanpendekatan ekonomi hijau yang oleh United Nations Environment Programme (UNEP) didefinisikansebagai ekonomi yang rendah karbon, efisien dalam sumberdaya dan inklusif secara sosial.

7. Bagaimana menjelaskan pendekatan vertikal integratif program-program BP REDD+?

BP REDD+ mendorong komitmen pemerintah pada berbagai tingkatan; pusat, provinsi, kabupaten hinggadesa secara bersama-sama untuk mengintegrasikan kebijakan, program dan menjalankan inisiatifREDD+. Pengembangan kelembagaan mungkin saja menjadi jurisdiksi provinsi, namun inovasi programdapat dilakukan oleh kabupaten hingga desa.

Program-program yang dilakukan di tingkat sub-nasional ini secara bertahap akan bergerak menuju keprogram insentif positif berbasis kinerja jika penurunan kadar emisi berhasil dicapai, seperti yangditawarkan oleh mekanisme REDD+.

Page 7: Faq bp redd+

8. Bagaimana kerjasama BP REDD+ dengan Pemerintah Daerah?

Terkait implementasi REDD+, BP REDD+ berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi, yang kemudian akanberkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten untuk menentukan Kabupaten mana saja yang akanmengampu program-program REDD+ dan terlibat dalam penandatanganan MoU.

REDD+ hanya akan sukses di tingkat implementasi jika ada komitmen politik yang sama dan sejalanantara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten untuk menjalankan REDD+. BP REDD+ menghormatiUU Otonomi Daerah dimana kewenangan pemerintahan dan pembangunan terdistribusi dengan baik ditingkat pusat, provinsi dan kabupaten. Oleh sebab itu sangatlah penting untuk mengarusutamakanREDD+ ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

Selanjutnya, terkait pengendalian, monitoring dan evaluasi, juga harus ada pembagian tanggung jawabyang sesuai kewenangan di masing-masing tingkatan pemerintahan. Gubernur misalnya, perlumemastikan bahwa pelaksanaan di tingkat provinsi berjalan baik, ada koordinasi dengan pemerintahkabupaten-kabupaten, termasuk juga dengan DPRD dan stakeholders lokal lain jika diperlukan.

9. Apa case study BP REDD+ yang dapat dipromosikan kepada publik?

INDONESIA 11: Indonesia 11 adalah sebuah program yang khusus dirancang untuk mengarusutamakanREDD+ secara vertikal integratif di 11 provinsi pilot Indonesia yaitu; Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi,Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Papuadan Papua Barat.

Desain ini diejawantahkan melalui 10 Imperative Actions atau 10 Aksi Imperatif (10 I) yang mencakupmonitoring moratorium (INPRES 6 / 2013), peninjauan terhadap izin atau pengukuhan kawasan hutan,dukungan dalam penegakan hukum, pemetaan dan pelaksanaan program hutan adat serta peningkatankapasitas, pengendalian kebakaran hutan dan lahan, desa hijau, sekolah hijau, dukungan untukpenyelesaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), dukungan untuk resolusi konflik, serta programstrategis penyelamatan Taman Nasional dan Hutan Lindung.