fakultas psikologi universitas kristen satya ......ginzberg (1951) menyatakan membentuk satu teori...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA
SISWA SMK KRISTEN SALATIGA
OLEH
TITA SETIYANI
80 2012 052
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagaian Dari
Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA
SISWA SMK KRISTEN SALATIGA
Tita Setiyani
Heru Astikasari S. Murti
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
i
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti apakah terdapat hubungan antara efikasi diri
akademik dengan pengambilan keputusan karir pada siswa SMK Kristen Salatiga. Alat
ukur yang digunakan skala efikasi diri akademik dan skala pengambilan keputusan
karir. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa- siswi SMK Kristen Salatiga. Subyek
dalam penelitian 85 siswa, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling
jenuh. Analisis data yang menggunakan perhitungan korelasi Pearson Product Moment
menunjukkan bahwa besarnya korelasi antara variabel efikasi diri akademik dengan
variabel pengambilan keputusan karir adalah r = -561 dengan signifikansi 0,000 (p <
0,05). Berdasarkan hasil ini H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada hubungan negatif
signifikan antara efikasi diri akademik dengan pengambilan keputusan karir pada siswa
SMK Kristen Salatiga. Dengan demikian hipotesis yang diajukan penulis dapat
diterima.
Kata kunci: Efikasi diri akademik, Pengambilan keputusan karir.
ii
Abstract
The purpose of this study was to find out whether there is a relationship between
academic self-efficacy and career decision-making among Christian vocational students
in Salatiga. The measuring instruments used were the academic self-efficacy scale and
the career decision-making scale. Participants in the study were students of the
Christian SMK of Salatiga. Subjects in the study were 85 students, the sampling was
done with the saturated sampling technique. Data analysis using Pearson Product
Moment correlation calculations shows that the correlation between the academic self-
efficacy and the career decision-making variables is r = -561 with a significance of
0,000 (p <0.05). On this basis H0 is rejected and H1 accepted, meaning that there
exists a relationship signification negatif between academic self-efficacy and career
decision-making among Christian vocational students in Salatiga. Therefore the
hypothesis proposed by the author can be accepted.
Keywords: Academic self-efficacy, Career decision making.
1
PENDAHULUAN
Persaingan dunia kerja di era globalisasi semakin tinggi, setiap industri dalam
dunia kerja berusaha untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas kerjanya. Diantara
usaha yang dilakukan yaitu dengan melakukan penyerapan angkatan kerja baru yang
siap dalam bekerja. Para calon tenaga kerja harus mempersiapkan diri dengan
kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan di dalam dunia kerja. Diantara lembaga
pendidikan yang mempersiapkan calon tenaga kerja yang siap untuk bekerja adalah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 15
menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. SMK
dituntut mampu menghasilkan lulusan dengan kompetensi standar yang diharapkan
oleh dunia kerja. Sekolah Menengah Kejuruan atau yang lebih dikenal dengan singkatan
SMK merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan kejuruan.
Dalam peraturan pemerintah no. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah
Kejuruan pasal 3 ayat 2 “sekolah menengah kejuruan mengutamakan persiapan siswa
untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap professional”. Dalam
Utami dan Hudaniah (2013) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga
pendidikan yang bertujuan memberikan bekal dan kecakapan khusus dan
mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja. Menurut Utami dan Hudaniah (2013)
SMK memiliki tujuan untuk 1) mempersiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja
serta mengembangkan sikap profesional, 2) menyiapkan siswa agar mampu memilih
karir, dan 3) menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah dan mengisi dunia usaha.
Melihat pemahaman tentang sekolah menengah kejuruan diatas, ini menunjukkan
2
bahwa hasil akhir dari Sekolah Menengah Kejuruan selalu berorientasi pada pekerjaan,
lulusan yang siap untuk bekerja dengan sikap profesional sebagai bekal dalam
mengaplikasikan keahliannya pada lapangan pekerjaan tertentu. Akan tetapi, persaingan
untuk memasuki dunia kerja tidaklah mudah. Banyak sekali persaingan yang harus
dihadapi oleh lulusan SMK di dunia pekerjaan.
Dunia kerja membutuhkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai dengan
bidang pekerjaaannya, memiliki daya adaptasi dan daya saing tinggi. Untuk
menghasilkan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja diperlukan
lulusan dari SMK yang memiliki kesiapan dan kompetensi kerja yang bagus. SMK
diarahkan untuk membentuk siswanya siap bekerja, akan tetapi hal tersebut belum
terlaksana dengan baik. (Depnakertrans.2012. Pusat Data dan Informasi
Ketenagakerjaan), berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan Badan Pusat Statistik
yang kemudian diolah oleh Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan pada bulan Mei
tahun 2015 siswa lulusan SMK di Indonesia yang sudah bekerja berjumlah 11,80 juta
orang, sedangkan pengangguran terbuka yang berasal dari lulusan SMK berjumlah 1,17
juta orang. Berdasarkan data tersebut dapat dihitung bahwa jumlah pengangguran
terbuka 15,76% di tingkat pendidikan SMK. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat
dikatakan bahwa masih ada siswa lulusan SMK sebesar 15,76% yang belum siap untuk
bekerja. Untuk itu masih banyak siswa SMK yang belum memiliki pekerjaan dan
menjadi pengangguran. Sedangkan pekerjaan dan keputusan karir hal yang sangat
penting untuk hidup di masa depan.
Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia,
dimanapun dan kapanpun mereka berada. Seseorang akan susah dan gelisah jika tidak
memiliki karir yang jelas, apalagi jika sampai menganggur atau tidak bekerja. Demikian
3
pula banyak orang yang mengalami stress dan frustasi dalam kehidupan ini
dikarenakan masalah dalam karir. Menurut Herr dan Cramer ( dalam Isaacson, 1985)
pekerjaan memiliki peranan yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan hidup
manusia, terutama kebutuhan ekonomis, sosial dan psikologis. Secara ekonomi orang
yang bekerja akan memperoleh penghasilan atau uang untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Secara sosial orang yang bekerja akan lebih dihargai dibandingkan dengan
orang yang menganggur. Hal ini menyebabkan mereka bekerja akan memiliki status
sosial yang lebih tinggi di masyarakat dibandingkan dengan mereka yang tidak bekerja.
Sedangkan secara psikologis orang yang bekerja memiliki harga diri dan kompetensi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak bekerja, Herr dan Cramer (
dalam Isaacson, 1985). Osipow dan Fitzgerald (1996) mengatakan bahwakarir
mencakup tidak hanya peran pekerjaan, tetapi juga suatu rangkaian peran kehidupan di
wilayah-wilayah seperti studi, pekerjaan komunitas, waktu luang, dan rumah serta
pekerjaan (Punch, 2008).
Pemilihan ini melibatkan pemahaman diri dan keterampilan dalam eksplorasi
karir, perencanaan dan pembuatan keputusannya. Tahapan hidup eksplorasi, secara
umum didefinisikan sebagai kejadian antara usia 14 dan 24 tahun, di mana anak muda
akan menghadapi tugas pengembangan untuk menterjemahkan konsep kejuruan pribadi
mereka kedalam suatu identitas kejuruan (Punch, 2008).Menurut Super ( dalam Brown
& Associates, 2002), pada setiap tahap perkembangan karir, seseorang dituntut untuk
menyelesaikan berbagai tugas perkembangannya.Seseorang yang mampu
menyelesaikan tugas pada setiap tahap perkembangan karirnya akan membawanya pada
kesuksesan dalam perjalanan karirnya. Salah satu tugas perkembangan karir yang cukup
menentukan keberhasilan seseorang dalam kehidupan karir adalahkemampuannya
4
dalam membuat keputusan mengenai pilihan karir yang diinginkannya, ini semua terjadi
pada tahap eksplorasi.
Tekanan yang dirasakan dapat mempengaruhi beragam aspek kehidupan sehari-
hari, cara individu mengambil keputusan akan mempengaruhi caranya mengambil
keputusan karir di masa depan ( Gati & Saka, 2001), serta dapat mengakibatkan
konsekuensi negatifjangka panjang untuk massa depan vokasional, kesejahteraan, dan
penerimaan sosial (Mann, Harmoni, & Power, 1989). Sampai saat ini telah ditemukan
beragam variabel yang terkait dengan keraguan mengambil keputusan karir, misalnya
perfeksionisme, self-consciousness, ketakutan terhadap komitmen, kecemasan, serta
status identitas moratorium ( individu tidak bereksplorasi dan tidak berkomitmen), gaya
pengambilan keputusan karir, dan tingkatan identitas ego, interaksi positif dengan
keluarga dan teman sebaya, pengalaman dengan teman sebaya dan orang tua (Guay,
Senecal, Gauthier, & Fernet, 2003).
Conger (Yulia, 1999) menambahkan ketidakmampuan menentukan suatu identitas
pekerjaan akan mengganggu perkembangan diri remaja. Memiliki suatu pekerjaan yang
dinilai penting dan berharga oleh masyarakat dapat memperkuat kepercayaan diri dan
meningkatkan identitas diri yang stabil dan aman. Sebaliknya bila remaja tidak mampu
menemukan pekerjaan yang berarti ia akan kecewa, tidak yakin akan diri sendiri,
kehilangan kepercayaan diri kemungkinan mengalami identity confusion, bahkan
identitas diri yang negatif.
Penelitian Nauta dan Khan (2007) menunjukkan bahwa semakin tinggi
identifikasi individu pada status identitas achievement, semakin tinggi efikasi diri
keputusan karirnya. Bahwa komitmen apapun tanpa eksplorasi, akan meningkatkan
5
keyakinan individu untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan karir.
Pengambilan keputusan karir sangat penting untuk siswa SMK Kristen Salatiga
karena setelah lulus dari SMK siswa akan di tuntut untuk pengambilan keputusan
karir.Namun pada kenyataannya para siswa masih sangat ragu dengan pengambilan
keputusan karirnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi para siswa SMK Kristen
Salatiga dari hasil wawancara dengan kepala sekolahdalam pengambilan keputusan
karirnya adalah: 1) Faktor ekonomi dimana SMK Kristen termasuk dalam kategori
SMK di Salatiga yang 80% siswanya dalam kategori siswa yang memiliki tingkat
ekonomi keluarga menegah kebawah. 2) Faktor kurangnya kepedulian siswa dengan
kemampuan yang di miliki, para siswa kurang yakin akan pendidikan yang mereka
jalani, menurut para siswa pendidikan hanya formalitas dan para siswa masih sangat
bingung untuk pengambilan keputusan karir setelah lulus dari SMK Kristen Salatiga. 3)
Faktor motivasi, para siswa SMK Kristen Salatiga 50%memiliki keluarga yang tidak
utuh, ada orang tua yang sudah bercerai ataupun meninggal, menjadikan untuk urusan
sekolah dan keputusankarir kedepan siswanya kurang ada yang memotivasi,
memperhatikan serta mendukung.Ini membuat para siswa SMK Kristen Salatiga setelah
lulus memiliki keraguan dalam pengambilan keputusan karir.
Dari penulis juga melakukan wawancara kepada perwakilan siswa kelas 3 (tiga) di
tiap jurusan di SMK Kristen Salatiga berjumlah 12 orang, saat ditanya tentang rencana
setelah mereka lulus, dan para menjawab dengan “tidak tahu, bingung mau melanjutkan
kuliah atau tidak, belum siap bekerja juga, belum ada gambaran nanti bekerja seperti
apa”. Dari penulis juga melakukan wawancara dengan guru Bimbingan Konseling di
SMK Kristen beliau menyampaikan bahwa para siswa masih ragu dan kurang percaya
6
diri untuk mengambil keputusan setelah lulus, masih takut bekerja karena merasa belum
mampu dan tidak tahu nanti mau bekerja apa. Walaupun sebenarnya dari pihak sekolah
sudah berusaha semaksimal mungkin untuk para siswa mau maju dan berkembang
untuk karir kedepannya, pihak sekolah berusaha memfasilitasi para sisiwa untuk
mengikuti bursa kerja yang biasanya diadakan pemerintah kota Salatiga. Namun pihak
sekolah tidak pantang menyerah untuk berusaha memberikan pelayanan yang terbaik
untuk para siswanya.
Keraguan mengambil keputusan karir tidak saja dikaitkan dengan beragam
anteseden sebagaimana disebutkan di atas, Lewis (1981), dalam Gati & Saka, 2001)
berusaha meninjau dari kapabilitas remaja dalam mengambil keputusan. Hal ini terjadi
karena kurang meningkatnya kebutuhan untuk mengambil keputusan signifikan selama
remaja, maka dari itu para siswa perlu memiliki efikasi diri akademik.
Pengambilan keputusan karir berasal dari teori sosial kognitif Bandura, Bandura
(1995) mendefinisikan efikasi diri sebagai persepsi seseorang mengenai kemampuannya
untuk sukses dalam memenuhi tugas atau perilaku tertentu (Luzzo, 1996). Pengambilan
keputusan karirtidak dapat berdiri sendiri melainkan harus dikaitkan dengan keyakinan
terhadap suatu domain perilaku tertentu, sehingga pada hal ini dikaitkan dengan
pengambilan keputusan (Hacket, 1995). Taylor dan Betz (1983) mendefinisikandiri
pengambilan keputusan karir sebagai keyakinan seseorang akan kemampuannya dalam
membuat keputusan dalam bidang karir.
Conger(Yulia,1999) menambahkan ketidakmampuan menentukan suatu identitas
pekerjaanakan mengganggu perkembangan diri remaja.Memiliki suatu pekerjaan yang
dinilai penting dan berharga oleh masyarakat dapat memperkuat kepercayaan diri dan
meningkatkan identitas diri yang stabil dan aman. Sebaliknya bila remaja tidak mampu
7
menemukan pekerjaan yang berarti ia akan kecewa, tidak yakin akan diri sendiri,
kehilangan kepercayaan diri kemungkinan mengalami identity confusion. Bahkan
identitas diri yang negative.Menurut Conger (Yulia 1999) aspek-aspek pengambilan
keputusan karir yaitu: (a) Pengetahuan mengenai karir, sejauh mana pengetahuan
seseorang tentang dunia kerja dan berbagai tugas yang ada dalam pekerjaan.
Pengetahuan dalam dunia kerja meliputi juga pengetahuan mengenai tren dunia kerja,
sikap maupun kesempatan kerja. (b) Pemahaman diri, kemampuan seseorang tersebut
dalam menilai kekuatan dan kelemahan yang ada dalam dirinya untuk mencapai
pengambilan keputusan karir.(c) Kecocokan pilihan karir dengan diri, kemampuan
seseorang dalam membuat pilihan pekerjaan yang paling sesuai dan terbaik bagi
dirinya.(d) Minat,pengambilan keputusan keinginan dalam memilih karir untuk
mengembangkan hidup di masa depan.(e) Proses membuat keputusan, perubahan yang
diambil untuk menghasilkan dan menentukan pengambilankeputusan karir.(d) Masalah
interpersonal, seseorang harus memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan karir
yang dalam hal ini adalah pekerjaan.
Ginzberg (1951) menyatakan membentuk satu teori yang meninjau faktor-faktor
yang mempengaruhi pemilihan karir. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa
terdapat empat faktor utamayang mempengaruhi pemilihan suatu pekerjaan, yaitu:
1. Faktor realitas pemilihan suatu pekerjaan adalah akibat dari tekanan lingkungan.
2. Faktor proses pendidikan bidang karir ditentukan oleh kualitas dan kuantitas
pendidikan.
3. Faktor emosi pemilihan karir tergantung pada aspek kepribadian seseorang.
8
4. Faktor nilai pribadi faktor yang menentukan jenis pekerjaan yang akan dipilih oleh
seseorang.
Menurut teori Bandura (1986), efikasi diri didefinisikan sebagai keyakinan
seseorang tentang kemampuan mereka untuk mengatur dan melaksanakan program
tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. Bandura juga menyatakan
bahwa efikasi diri membantu seseorang dalam menentukan pilihan, usaha mereka untuk
maju, kegigihan dan ketekunan yang mereka tunjukkan dalam menghadapi kesulitan
dan derajat kecemasan atau ketenangan yang mereka alami saat mereka
mempertahankan tugas-tugas yang mencakupi kehidupan mereka. Berkaitan dengan
bidang akademik dalam teori yang dikemukakan oleh Baron dan Byrne (2003)
menyatakan bahwa efikasi diri akademik merupakan keyakinan diri seseorang bahwa
dirinya mampu untuk melakukan tugas akademik yang diberikan dan menandakan level
kemampuan dirinya.
Bandura (1986) menjelaskan bahwa individu yang memiliki efikasi diri akademik
tinggi cenderung memilih terlibat langsung dalam mengerjakan suatu tugas, sedangkan
individu yang memiiliki efikasi diri akademik rendah cenderung mengerjakan suatu
tugas tertentu meskipun tugas-tugas tersebut dirasa sulit. Mereka yang gagal dalam
melaksanakan sesuatu, biasanya cepat mendapatkan kembali efikasi diri akademik
setelah mengalami kegagalan tersebut.
Bandura (1986) juga menyatakan bahwa individu yang memiliki efikasi diri
akademik tinggi menganggap kegagalan sebagai akibat dari kurangnya usaha keras,
pengetahuan dan ketrampilan. Namun pada invidu yang memiliki efikasi diri akademik
rendah akan menjauhi tugas-tugas yang sulit kerena tugas tersebut dipandang sebagai
ancaman bagi mereka. Individu tersebut memliki aspirasi yang rendah serta komitmen
9
yang rendah dalam mencapai suatu tujuan yang mereka pilih atau mereka tetapkan dan
individu tidak berpikir bagaimana cara yang baik dalam menghadapi tugas-tugas yang
sulit. Selain itu individu cenderung lamban dalam membenahi kembali efikasi diri
akademik ketika mereka menghadapi kegagalan.
Dari penyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri individu yang
memiliki efikasi diri akademik tinggi memiliki ciri-ciri cenderung memilih terlibat
langsung dalam mengerjakan suatu tugas, cenderung mengerjakan tugas tertentu,
sekaligus tugas yang dirasa sulit, menganggap kegagalan sebagai akibat kurangnya
usaha, pengetahuan dan ketrampilan, gigih dalam berusaha, percaya pada kemampuan
diri yang dimiliki, hanya sedikit menampakkan keragu-raguan, suka mencari situasi
baru. Sedangkan individu yang memiliki efikasi diri akademik rendah cenderung
menghindari tugas, ragu-ragu akan kemampuannya, tugas yang sulit dipandang sebagai
ancaman, lamban dalam membenahi diri ketika mendapat kegagalan, aspirasi dan
komitmen pada tugas lemah, tidak berfikir bagaimana cara menghadapi masalah, tidak
suka mencari situasi yang baru.
Efikasi diri akademik yang dimiliki seseorang berbeda-beda, dapat dilihat
berdasarkan aspek yang mempunyai implikasi penting pada perilaku. Bandura (1986),
mengemukakan ada tiga aspek dalam efikasi diri, yaitu :
1. Magnitude (tingkat kesulitan tugas), yaitu tingkat masalah berkaitan dengan derajat
kesulitan tugas siswa. Komponen ini berimplikasi pada pemilihan perilaku yang akan
dicoba siswa berdasar ekspetasi efikasi pada tingkat kesulitan tugas. Siswa akan
berusaha melakukan tugas tertentu yang siswa persepsikan dapat dilaksanakannya
dan siswa akan menghindari situasi dan perilaku yang siswa persepsikan di luar batas
kemampuannya.
10
2. Strength (kekuatan keyakinan), yaitu komponen yang berkaitan dengan kekuatan
keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang kuat dan mantap pada
individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai tujuan walaupun
mungkin belum memiliki pengalaman-pengalaman yang menunjang. Sebaliknya,
pengharapan yang lemah dan ragu-ragu akan kemampuan diri akan mudah
digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang.
3. Generality (generalitas), yaitu hal yang berkaitan dengan luas cakupan tingkah laku
diyakini oleh individu mampu dilaksanakan. Keyakinan individu terhadap
kemampuan dirinya bergantung pada pemahaman kemampuan dirinya, baik yang
terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu maupun pada serangkaian aktivitas
dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.
Untuk mencapai itu semua diperlukan efikasi akademik yang tinggi, karena
semakin tinggi prestasi akademiknya maka semakin tinggi prestasi akademik seseorang
(Ferla, Vacke, & Cai 2007). Beberapa indikatoryang dapat melemahkan efikasi diri
akademik, diantaranya keraguan dalam mengerjakan tugas dan rendahnya motivasi
belajar karena kurang adanya dukungan dari keluarga membuat siswa mencapai prestasi
akademik yang kurang memuaskan. Untuk itu siswa diharapkan memiliki efikasi diri
akademik yang tinggi supaya para siswa.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan dan fenomena diatas, penulis tertarik untuk
mengadakanpenelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
efikasi diri akademik dengan pengambilan keputusan kariri pada siswa SMK Kristen
Salatiga. Sehingga hipotesis yang diajukan dalampenelitian ini yaitu H0: Tidak ada
hubungan antara efikasi diri akademik dengan pengambilan keputusankarir pada siswa
11
SMK Kristen Salatiga dan H1: Ada hubungan signifikan antara efikasi diri akademik
dengan pengambilan keputusan karir padasiswa SMK Kristen Salatiga.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, maka dari itu dalam
menganalisis data yang terkumpul, penulis menggunakan metode statistik. Tujuan
analisis ini adalahmenyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan (Singarimbun).Pengujian hubunganvariable bebasdengan variable
tergantung dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi pearson product
moment.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III (tiga) laki-laki dan perempuan
di SMK Kristen Salatiga sebanyak 85 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah
teknik sampling jenuh. Teknik sampling jenuh adalah sensus teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan menjadi sampel.
Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
angket atau skala pengukuran psikologi. Angket atau skala merupakan kumpulan dari
pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang diajukan secara tertulis kepada
responden untuk menjawabnya (Sugiyono, 2012).
Data penelitian diperoleh dari dua skala yang masing-masing mengukur variable
pengambilan keputusan karir dan variabel efikasi diri akademik. Kedua alat ukur
tersebut adalah pengambilan keputusan karir dari Conger (Yulia 1999) dan Skala efikasi
12
diri akademik dari Bandura (Arianto 2014) yang disusun dan telah dimodifikasi oleh
peneliti sesuai dengan tujuan penelitian.
1. Skala Pengambilan Keputusan Karir.
Skala ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang
dikemukakan oleh Conger(Yulia 1999) yang terdiri dari beberapa aspek,
yaitu: (1) pengetahuan mengenai karir, (2) pemahaman diri, (3)
kecocokan pilihan karir dengan diri, (4) minat, (5) proses membuat
keputusan, dan (6) masalah interpersonal.
Dalam teknik penilaian atauscoring, digunakan skala Likert dengan empat
alternative jawaban yang berkisar dari sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai,
dan sangat tidak sesuai. Skala pengambilan keputusan karir berjumlah
36item yang terdiri atas 20 itemfavorabel dan 16item unfavorabel. Nilai
item favorabel akan memiliki skor 4 untuk jawaban sangat sesuai (SS), 3
untuk jawaban sesuai (S), 2 untuk jawaban tidak sesuai (TS), dan 1 untuk
jawaban sangat tidak sesuai (STS). Begitupun sebaliknya, untuk nilai
unfavorabel akan memiliki skor 1 untuk jawaban sangat sesuai (SS), 2
atas jawaban sesuai (S), 3 atas jawaban tidak sesuai (TS), dan 4 atas
jawaban sangat tidak sesuai (STS). Semakin tinggi skor yang didapat
akan menujukan semakin tinggi pulapengambilan keputusan karir yang
terdapat pada siswa. Begitupun sebaliknya, semakin rendah skor yang
didapat, maka hal tersebut menunjukan semakin rendah pulapengambilan
keputusan karir yang terdapat pada siswa.
13
Berdasarkan skala variabel Pengambilan keputusan karir dengan jumlah
item soal 36 yang terdiri dari 20 itemFavorabledan 16Unfavorable
didapatkan hasil uji validitas terdapat 14 item yang dinyatakan gugur/
tidak valid karena nilai r hitung lebih kecil dari r tabel 0, 213 pada taraf
signifikansi 5% pada populasi 85. Item yang dinyatakan gugur yaitu
nomer1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 16, 17, 19, 24, 30, 33 sedangkan 22 item
dinyatakan valid karena r hitung lebih besar dari r tabel 0, 213 pada taraf
signifikansi 5% pada populasi 85. Skala ini dinyatakan reliabel dengan
nilai r hitung 0, 781 lebih besar dari r tabel.
2. Skala Efikasi Diri Akademik
Untuk mengukur variabel ini, digunakan skala berdasarkan konsep efikasi
diri menurut Bandura (Arianto 2014) dankemudian dimodifikasi kembali oleh
penulis sesuai tujuan penelitian.Komponen efikasi diri akademik adalah
(a)Magnitude,(b)Strength,(c) Generality.
Skala psikologi ini mengungkap 2 dimensi, terdiri dari 38 item, yang terbagi
menjadi dua jenis,yaitu 19 itemfavorable dan 19 item unfavorable, menggunakan 4
tingkat penilaian (Skala Likert) yaitu nilai 1 sampai 4. Respon subjek diberikan
bobot masing-masing. Untuk jenis pernyataan favorable subjek akan mendapat
skor 4 untuk jawaban Sangat sesuai (SS), skor 3 untuk jawaban Sesuai (S), skor 2
untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai
(STS). Untuk jenis pertanyaan unfavorable subjek akan mendapakan skor 1 untuk
jawaban Sangat Sesuai (SS), skor 2 untuk jawaban Sesuai (S), skor 3 untuk
jawaban Tidak Sesuai (TS), dan skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai.
14
Berdasarkan skala variabel efikasi diri akademik dengan jumlah
item soal 38 yang terdiri dari 19 itemFavorebledan 19 Unfavorable
didapatkan hasil uji validitas terdapat 14 item yang dinyatakan gugur / tidak
valid karena nilai r hitung lebih kecil dari r tabel 0, 213 pada taraf
signifikansi 5% pada populasi 85. Item yang dinyatakan gugur yaitu
nomer1, 3, 5, 6, 9, 13, 15, 19, 21, 30, 31, 32, 33, 36sedangkan 24 item
dinyatakan valid karena r hitung lebih besar dari r tabel 0, 213 pada taraf
signifikansi 5% pada populasi 85. Skala ini dinyatakan reliabel dengan nilai
r hitung 0, 694 lebih besar dari r tabel.
HASIL PENELITIAN
1. Hasil Analisis Deskriptif
a. Pengambilan Keputusan Karir
Variabel Pengambilan keputusan karir memiliki 22 item valid dengan
jenjang skor antara 1 sampai dengan 4. Pembagian skor tertinggi dan
terendah adalah sebagai berikut:
Skor tertinggi : 4 x 22 = 88
Skor terendah : 1 x 22 = 22
Pembagian interval dilakukan menjadi lima kategori, yaitu
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Pembagian
interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan
jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah jumlah kategori.
15
i = 13,2
Berdasarkan hasil pembagian interval tersebut, maka didapati
data efikasi diri akademik sebagai berikut :
Tabel 1.3
Kriteria Skor Pengambilan Keputusan Karir
No. Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar
Deviasi
1. 74, 8 ≤ x ≤ 88 Sangat
Tinggi
31 36,47 %
2. 61, 6 ≤ x ≤ 74,8 Tinggi 33 38,82 % 71,20 9,55
3. 48,4 ≤ x ≤ 61,6 Sedang 21 24,71%
4. 35, 2 ≤ x ≤ 48,4 Rendah 0 0
5. 2,2 ≤ x ≤ 35,2 Sangat
Rendah
0 0
Data di atas menunjukkan tingkat pengambilan keputusan karir.
Pada kategori sangat rendah didapati prosentase sebesar 0%, kategori
rendah 0%, kategori sedang 24,71%, kategori tinggi sebesar 38,82%
dan kategori sangat tinggi sebesar 36,47%. Mean atau rata-rata yang
diperoleh adalah 71, 20 dengan standar deviasi sebesar9, 55. Yang
berarti bahwa rerata pengambilan keputusan karir siswa SMK Kristen
Salatiga ini berada pada kategori yang tinggi.
b. Efikasi Diri Akademik
Variabel efikasi diri akademik memiliki 24 item valid dengan
jenjang skor antara 1 sampai dengan 4. Pembagian skor tertinggi dan
terendah adalah sebagai berikut:
16
Skor tertinggi : 4 x 24 = 96
Skor terendah : 1 x 24 = 24
Pembagian interval dilakukan menjadi lima kategori, yaitu
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Pembagian
interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan
jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah jumlah kategori.
i = 14,4
Berdasarkan hasil pembagian interval tersebut, maka efikasi diri
akademik sebagai berikut.
Tabel 1.4
Kriteria Skor Efikasi Diri Akademik
No. Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar
Deviasi
1. 81,6 ≤ x ≤ 96 Sangat
Tinggi.
2 2,36 %
2. 67, 2 ≤ x ≤ 81,6 Tinggi. 34 40,0 %
3. 52, 8 ≤ x ≤ 67,2 Sedang. 49 57,64 % 65,32 8,30
4. 38, 4 ≤ x ≤ 52,8 Rendah 0 0
5. 24 ≤ x ≤ 38,4 Sangat
Rendah
0 0
Data di atas menunjukkan tingkat efikasi diri akademik dari 85
subjek yang berbeda-beda, mulai dari tingkat sangat rendah hingga
tinggi. Pada kategori sangat rendah didapati prosentase sebesar 0%
kategori rendah, sangat rendah 0%, kategori sedang 57,64% , kategori
17
tinggi sebesar 40,0 % dan kategori sangat tinggi sebesar 2,36%. Mean
atau rata-rata yang diperoleh adalah 65, 32 dengan standar deviasi
sebesar 8, 30. Yang berarti bahwa rerata efikasi diri akademik siswa
SMK Kristen Salatiga ini berada pada kategori sedang.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov
Smirnov.Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai p < 0, 05
yang didapat dari hasil analisa menggunakan program SPSS 16.0. Hasil uji
normalitas adalah sebagai berikut :
Tabel 1.5
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
EFIKASI_DIRI_A
KADEMIK
PENGAMBILAN_KEPUTUSA
N_KARIR
N 85 85
Normal Parametersa Mean 65.33 71.20
Std. Deviation 8.301 9.553
Most Extreme Differences Absolute .264 .243
Positive .211 .243
Negative -.264 -.233
Kolmogorov-Smirnov Z 2.431 2.240
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000
a. Test distribution is Normal.
Hasil uji normalitas pada Tabel 1.5 menunjukkan bahwa variabel efikasi diri
akademikmemiliki koefisien Kolmogorov-Smirnov Test sebesar 2,431 dengan
probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,000, sedangkan pengambilan keputusan karir
memiiki koefisien Kolmogorov-Smirnov Test sebesar 2,240 dengan probabilitas (p) atau
signifikansi sebesar 0,000, dengan demikian variabel efikasi diri akademik dengan
18
pengambilan keputusan karir memiliki data yang tidak berdistribusi normal karena p >
0,05.
3. Uji Linearitas
Pengujian linearitas diperlukan untuk mengetahui apakah dua
variable yang sudah ditetapkan, dalam hal ini satu variabel independen, dan
satu variabel dependen memiliki hubungan yang linear atau tidak secara
signifikan. Kedua variabel dapat dikatakan linier bila memiliki nilai
signifikansi <0,05. Pengujian liniaritas kedua variabel tertera pada tabel di
bawah ini.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa efikasi
diri akademik dan pengambilan keputusan karir adalah tidak linearitas,karena hasil uji
linearitas diperoleh F beda = 2,419 dan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Tabel 1.6
ANOVA Table
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
EFIKASI_DIRI_AKA
DEMIK *
PENGAMBILAN_KE
PUTUSAN_KARIR
Between
Groups
(Combined) 5770.348 8 721.293 2.975E3 .000
Linearity 1664.100 1 1664.100 6.863E3 .000
Deviation from
Linearity 4106.248 7 586.607 2.419E3 .000
Within Groups 18.429 76 .242
Total 5788.776 84
4. Uji Korelasi
Berdasarkan uji korelasi yang di lakukan pada variabel efikasi diri
akademik terhadap pengambilan keputusan karir dengan mengunakan
pengujian menggunakanSpearman,maka didapatkan hasil sebagai berikut:
19
Tabel 1.7
Correlations variabel
Correlations
VAR00001 VAR00002
Spearman's rho VAR00001 Correlation Coefficient 1.000 -.561**
Sig. (2-tailed) . .000
N 85 85
VAR00002 Correlation Coefficient -.561** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 85 85
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Besarnya hubungan antara variabel efikasi diri akademik dengan pengambilan
keputusan karir r = -561 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa ada korelasi signifikan antara efikasi diri akademik dengan pengambilan
keputusan karir.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui r = -561 (p < 0,05), hal ini berarti
hipotesis diterima yaitu terdapat korelasi yang signifikan antara efikasi diri akademik
dengan pengambilan keputusan karir. Jadi penelitian menunjukkan semakin tinggi
tingkat efikasi diri akademik siswa semakin rendah tingkat pengambilan keputusan karir
pada siswa, dan sebaliknya semakin rendah tingkat efikasi diri akademik siswa semakin
tinggi tingkat keputusan karir pada siswa.
Adanya hubungan negatif signifikan antara efikasi diri akademik hal ini
dikarenakan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya mengorganisasikan dan
melaksanakan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai performansi tertentu.
Dimana setiap individu mempunyai mekanisme yang dapat membantu pola perilaku
dalam membuat keputusan yaitu efikasi diri.
20
Bandura 1997 menjelaskan efikasi diri merupakan persepsi individu akan
keyakinan kemampuannya untuk melakukan tindakan yang diharapkan. Individu
dengan efikasi diri tinggi akan memilih melakukan usaha lebih besar dan lebih pantang
menyerah. Efikasi diri mempunyai peran penting pada pengaturan motivasi seseorang.
Seseorang percaya akan kemampuannya memiliki motivasi tinggi dan berusaha untuk
sukses. Beragam variabel yang terkait dengan keraguan mengambil keputusan karir,
misalnya perfeksionisme, self-consciousness, ketakutan terhadap komitmen, kecemasan,
serta status identitas moratorium ( individu tidak bereksplorasi dan tidak berkomitmen),
gaya pengambilan keputusan karir, dan tingkatan identitas ego, interaksi positif dengan
keluarga dan teman sebaya, pengalaman dengan teman sebaya dan orang tua (Guay,
Senecal, Gauthier, & Fernet, 2003)
Seperti penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Sawitri (2008), pada
mahasiswa tahun pertama (angkatan 2008) di Universitas Diponegoro Semarang
menunjukkan adanya pengaruh status identitas dan efikasi diri keputusan karir terhadap
keraguan mengambil keputusan karir.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif signifikan
antara efikasi diri akademik dengan pengambilan keputusan karir pada siswa SMK
Kristen Salatiga. Hal tersebut dikarenakan keyakinan seseorang terhadap
kemampuannya mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk mencapai performansi tertentu. Dimana setiap individu mempunyai
mekanisme yang dapat membantu pola perilaku dalam membuat keputusan yaitu efikasi
diri.
21
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan maka didapatkan hasil yaitu efikasi diri
akademik dengan pengambilan keputusan karir ada korelasi negatif siignifikan.Jadi
semakin tinggi tingkat efikasi diri akademik siswa semakin rendah tingkat pengambilan
keputusan karir pada siswa, dan sebaliknya semakin rendah tingkat efikasi diri
akademik siswa semakin tinggi tingkat keputusan karir pada siswa. Hasil penelitian ini
juga menunjukkan diterimanya hipotesis Hi ada hubungan negatif signifikan antara
efikasi diri akademik dengan pengambilan keputusan karir pada siswa SMK Kristen
Salatiga.
Saran
Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian, penelitian ini memberikan saran kepada sekolah
untuk lebih memberikan bimbingan dan lebih memfasilitasi dan memberikan program-
program yang dapat meningkatkan efikasi diri akademik siswa yaitu dengan adanya
pembinaan yang berkesinambungan mengenai pentingnya memikirkan pengambilan
keputusan karir. Sehingga siswa memilki penilaian yang positif terhadap dirinya sendiri
tentang karir setelah lulus di SMK Kristen Salatiga.
Siswa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan karir berada
pada kategori tinggi. Para siswa disarankan dapat mempertahankan bahkan bisa
mengembangkan lagi karirnya saat ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan pengambilan keputusan karir siswa, yaitu dengan cara meningkatkan
efikasi diri akademik, pengambilan keputusan karir pada diri masing-masing siswa,
seperti siswa disarankan untuk memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuannya
22
untuk menyelesaikan tugasnya yang berkaitan dengan proses investigasi, memilih dan
mengimplementasikan suatu pilihan pekerjaan.
Peneliti Selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran bagi peneliti selanjutnya
untuk meneliti faktor lain yang dapat meningkatkan munculnya pengambilan keputusan
karir dan efikasi diri akademik.Peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut penelitian
ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain yang dapat digunakan, sehingga
terungkap faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir siswa
SMKKristen Salatiga seperti usia, jenis kelamin, status ekonomi sosial, bahan
pengajaran, perbedaan ras dan budaya, peran penting pekerjaan (work salience). Selain
itu, penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini terdapat kelemahan dari penelitian
yang dilakukan oleh penulis seperti tekhnik penentuan sampel, sehingga untuk
penelitian berikutnya disarankan dapat menentukan sampel yang lebih baik.
23
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
2006
AriantoA.H.(2014). Hubungan antara efikasi diri akademik dengan prokrastinasi
mengerjakan tugas pada mahasiswa fakultas psikologi uksw.Salatiga: Fakultas
Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana
Bandura,(1977). Self-efficacy: Toward Unifying Theory of Behavioral Change.
Psychological
________. (1995). Self-efficacy:Chaning in Society. United States of
America:Cambridge University Press. Review, 84 (2), 191-215.
Bandura, A. (1977). Self Efficacy : The Exercise of Control. New York : W. H. Freeman
and Company (a)
___________ (1977). Self-efficacy : Toward a Unifying Theory of Behavioral Change.
Psychological Review, 2.191-215. (b)
Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward Unifying Theory of Behavioral Change.
Psychological. Review, 84 (2), 191-215.
Bandura, A. (1986). Social Foundation of Thought and Action: A Social Cognitive
Theory. New York: Prentice Hall
Bandura, A. (1997). Self-efficacy. The exercise of control. New York: Freeman
Brown, D., & Associates. (2002). Career choice & Development (4th
ed). San Fransisco:
Jossey-Bass A Willey Company.
Baron, R.H & Byne, D.(2005).Psikologi Sosial ed 10 jilid 2. Jakarta : Erlangga
Bungin, B. (2011). Metodologi Penelitian Kuantitatif edisi 2. Jakarta: Kencana Prenada
Media
Betz, N.E., & Luzzo, D.A. (1996). Career assessment and the career decision-making
self-efficacy scale. Journal of Career Assessment, 4, 413-428.
Darmawan, D.(2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Depdikbud. 2003. Undang-Undang Nomer 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta:Depdikbud
Depnakertrans.2012. Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan. Diakses
darihttp://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id/, tanggal 5 September 2015,
jam 02.00 WIB
E. L Herr dan S. H. Cramer, Career Guidance and Counseling Through the Life-Span :
Systematic Approaches edisi ke-5 (1996, hlm. 208)
Guay, F., Senecal. C., Gauthier, L., & Fernet, C. (2003). Predicting career indecision: A
self determination theory perspective. Journal of Counseling Psychology, 50 (2),
166-177
24
Gati, I., Krausz, M., & Saka, N. (2001). High school student’ career-related decision
making difficulties. Jaurnal of Counseling and Development, 79(3), 331-340.
Luzzo, D. A. (1996). A psychometric evaluation of the career decision making self.
Journal of Counseling and Development, 7, 3, 276.
Nauta, M.M & Khan, J.H. (2007). Identity status, consistency and differentiation of
interests, and career decision self-efficacy. Journal of Career Assessment, 15,
55-65.
Punch, R. (2008). Career development of deaf and hard of hearing adolescent: Career
decision-making, career maturity and perceived career barriers. Australia:
UDM
Sarwono, S.W. (2005). Psikologi remaja. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Sawitri, D.R. (2008). Pengaruh Status Identitas dan Efikasi Diri Kepuasan Karir
terhadap Keraguan Mengambil Keputusan Karir pada Siswa SMA Kelas
12.Tesis: tidak diterbitkan.
Seligman, L. (1994). Development career counseling and assement 2nd ed. California
Thousand Oaks : Sage
Walsh, W. B., & Osipow, S. H., (1988) Career decision-making. New Jersey: Laurence
Erbaum Associates.
Yulia, M (1999, Juni) “Dukungan Orang Tua Terhadap Keputusan Karir Remaja dan
Status Keputusan Karir Remaja.” Phronesis Vol.1 No. 1, hal 17-21