fakultas hukum universitas lampung bandar lampung …digilib.unila.ac.id/40105/3/skripsi tanpa bab...

68
ANALISIS PUTUSAN HAKIM YANG MENJATUHKAN PUTUSAN BERBEDA DALAM KASUS YANG SAMA (Studi Putusan Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor 450/Pid.Sus/2016/PN.GNS dan Nomor 412/Pid.Sus/2016/PN.GNS tahun 2017) (Skripsi) Dima Ridho Pratama FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

94 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

ANALISIS PUTUSAN HAKIM YANG MENJATUHKAN PUTUSAN

BERBEDA DALAM KASUS YANG SAMA

(Studi Putusan Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor

450/Pid.Sus/2016/PN.GNS dan Nomor 412/Pid.Sus/2016/PN.GNS tahun 2017)

(Skripsi)

Dima Ridho Pratama

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

i

ABSTRAK

ANALISIS PUTUSAN HAKIM YANG MENJATUHKAN PUTUSAN

BERBEDA DALAM KASUS YANG SAMA

(Studi Putusan Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor

450/Pid.Sus/2016/PN.GNS dan Nomor 412/Pid.Sus/2016/PN.GNS tahun 2017)

Oleh

DIMA RIDHO PRATAMA

Tindak pidana Narkotika secara umum merupakan perbuatan atau tindakan

melanggar hukum yang dapat mengakibaktan pemakai menjadi pecandu bahkan

mengkibatkan kematian. Ancaman pidana narkotika menurut pasal 131 Undang-

Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 dan pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 dinilai oleh hakim telah memenuhi rasa

keadilan bagi kedua belah pihak.

Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis

empiris. Metode diatas dilakukan untuk mendapatkan dari daftar pustaka literatur,

jurnal, dan internet yang melandasi kajian skripsi tentang analisis yuridis putusan

hakim dalam menjatuhkan tindak pidana narkotika yang di lakukan tersangka

pada waktu yang bersamaan dan fakta yang terjadi dalam persidangan. Fakta yang

terjadi di persidangan dapat di simpilkan oleh hakim atau juga yang disebut

dengan putusan berdasarkan minimal 2 alat bukti. Alat bukti tersebut diatur

didalam pasal 184 KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) yang

meliputi 1.Keterangan Saksi, 2.Keterangan Ahli, 3.Petunjuk, 4.Keterangan

Terdakwa

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan. Putusan pengadilan menurut pasal

1 butir 11 KUHAP, adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang

terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan

hukum dalam hal serta menurut dari acara yang di atur dalam undang-undang.

Pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan pidana pelaku narkotika sudah

dinilai objektif karena hakim melihat tentang asas keadilan. Hakim memberikan

putusan melalui beberapa tahap yaitu: 1. Tahap pertama (Hari Sidang Pertama), 2.

Tahap Kedua (Hari Sidang Kedua), 3. Pemeriksaan Barang Bukti, 4. Pemeriksaan

Terdakwa, 5. Tuntutan Terhadap Terdakwa, Pembelaan Terhadap Terdakwa, 7.

Page 3: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

ii

DIMA RIDHO PRATAMA

Putusan Majelis Hakim. Putusan hakim dirasa sudah terpenuhi karena

mengandung unsur resorative justice.

Berdasarkan simpulan di atas maka penulis menyarankan kepada penegak hukum

dalam mengkaji suatu perkara diharapkan dapat benar-benar cermat

mempertimbangkan yuridis maupun non yuridis putusan. Hakim sebaiknya terus

meningkatkan cara terbaik dalam penjatuhan putusannya dengan melihat semua

aspek berdasarkan kepastian hukum dan keadilan hukum sehingga tercapai sebuah

tujuan pemidanaan yang semata-mata bukanlah untuk melakukan suatu balas

dendam tetapi lebih ditujukan untuk mendidik terdakwa agar di kemudian hari

tidak melakukan perbuatan pidana lagi.

Kata kunci : Putusan Hakim, Narkotika, Keadilan

Page 4: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

ANALISIS PUTUSAN HAKIM YANG MENJATUHKAN PUTUSAN

BERBEDA DALAM KASUS YANG SAMA

(Studi Putusan Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor

450/Pid.Sus/2016/PN.GNS dan Nomor 412/Pid.Sus/2016/PN.GNS tahun 2017)

Oleh

Dima Ridho Pratama

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata
Page 6: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata
Page 7: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Madu pada tanggal 16

Januari 1995, merupakan putra pertama dari dua

bersaudara. Penulis merupakan putra dari pasangan

Bapak Imam Suprio Adiarso dan Ibu Noning Diyah Fajar

Anggraini S.pd.

Jenjang pendidikan formal yang penulis tempuh adalah TK abadi perkasa

diselesaikan pada Tahun 2000, Sekolah Dasar Abadi Perkasa diselesaikan pada

Tahun 2007, Smp Abadi Perkasa diselesaikan pada Tahun 2010, SMA Negeri 1

Terusan Nunyai diselesaikan pada Tahun 2013.

Pada Tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata Kuliah Kerja

Nyata (KKN) Periode I di Kecamatan Gedung Aji Baru desa Mesir Dwi Jaya

Kabupaten Tulang Bawang. kemudian pada Tahun 2018 penulis menyelesaikan

skripsi sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Page 8: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

vii

MOTO

“Tahu bahwa kita tahu apa yang kita ketahui dan tahu bahwa kita tidak tahu apa yang tidak

kita ketahui, itulah pengetahuan sejati”

(Copernicus)

“Aku selalu penuh harapan, aku tidak mau menyebut diriku optimis. Aku ingin mengatakan

bahwa aku selalu penuh dengan harapan. Aku tidak pernah kehilangan itu”

(Steven Spielberg)

Page 9: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

viii

PERSEMBAHAN

Bismillahirahmanirrahim Atas Ridho Allah SWT dan segala kerendahan hati

kupersembahkan skripsiku ini kepada:

Papaku tercinta Imam Suprio Adiarso dan Mamaku tersayang Noning Diyah Fajar Anggraini

S.pd yang selama ini telah banyak berkorban, selalu mengajarkanku kesabaran dan ketegaran,

selalu memberikan kasih sayang, selalu melindungiku dan merawatku dengan setulus hati,

dan selalu memberikan motivasi untuk maju agar dapat meraih cita-cita dan impianku, selalu

berdoa dan menantikan keberhasilanku. Aku sangat berterimakasih dan aku sangat

menyayangi dan mencintai kalian, akan kubuktikan suatu saat nanti aku akan membuat kalian

tersenyum bangga karena keberhasilanku.

Kepada adikku Dino Satrio yang selalu memberikan warna warni keceriaan dan membuatku

selalu bersemangat untuk memberikan contoh sebagai kakak yang baik buat adikku tercinta.

Almamater tercinta Universitas Lampung Tempatku memperoleh ilmu dan merancang mimpi

yang menjadi sebagian jejak langkahku menuju kesuksesan.

Page 10: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

ix

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Penegakan Hukum Yang Dilakukan

Oleh Hakim Atas Kasus Penyertaaan Dalam Tindak Pidana Narkotika (Studi

Putusan Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor 450/Pid.Sus/2016/Pn.Gns Dan

Nomor 412/Pid.Sus/2016/Pn.Gns Tahun 2017). Sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung di

bawah bimbingan dari dosen pembimbing serta bantuan dari berbagai pihak lain.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Besar Nabi

Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.

Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Prof.Dr.I.Gede AB Wiranata, S.H.,M.H selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

2. Eko Raharjo, S.H.,M.H selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

Page 11: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

x

3. Dona Raisa Monica, S.H.,M.H selaku Sekertaris Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

4. Tri Andrisman, S.H.,M.Hum selaku Pembimbing I, atas kesabaran dan

kesediaan meluangkan waktu di sela kesibukan, mencurahkan segenap

pemikirannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

5. Firganefi, S.H.,M.H selaku pembimbing II, yang telah bersedia untuk

meluangkan waktu, mencurahkan segenap pemikirannnya, memberikan

kritik, saran, dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Gunawan Jatmiko, S.H.,M.H selaku pembahas I, yang telah memberikan

kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

7. Muhammad Farid, S.H.,M.H selaku pembahas II, yang telah memberkan

kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skrisi ini.

8. Dr.Budiono, S.H.,M.H selaku pembimbing akademik penulis atas

kontribusinya membantu selama di bangku perkuliahan.

9. Seluruh dosen dan karyawan bagian hukum pidana fakultas hukum

universitas lampung yang penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang

bermanfaat bagi penulis, serta segala bantuan yang di berikan kepada penulis

selama menyelesaikan program studi.

10. Secara khusus penulis ingin mengucapkan terimakasih kapada kedua

orangtua Bapak Imam Suprio Adiarso, yang penulis banggakan dan ibu

Noning Diyah Fajar Anggraini S.pd tercinta, yang telah banyak memberikan

dukungan, motivasi dan pengorbanan baik secara moril maupun materil

sehingga penulis dapat menyelesaiakan studi dengan baik. Terimakasih atas

Page 12: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

xi

segalanya semoga kelak dapat membahagiakan, membanggakan, dan selalu

bisa membuat kalian tersenyum dalam kebahagiaan.

11. Adikku tercinta Dino Satrio terimakasih atas semua dukungan, motivasi,

kegembiraan, dan semangatnya yang di berikan untuk kakak.

12. Sahabat-sahabatku tercinta yang menemaniku selama perkuliahan : Elisabeth

Siringo Ringo,Tanto Budi, Rudi, Agil, dan masih banyak lagi yang tidak bisa

disebutkan satu persatu.

13. Sahabat SMA tercinta Orista Ombilin (Boy) yang selalu memberi semangat

menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah

diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari masih terdapat

kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan masih jauh dari kesempurnaan, akan

tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang

membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mangamalkan

ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung,17 Oktober 2018

Penulis

Dima Ridho Pratama

Page 13: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK............................................................................................. i

HALAMAN JUDUL............................................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................. v

RIWAYAT HIDUP.............................................................................. vi

MOTO................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN................................................................................ viii

SANWACANA..................................................................................... ix

DAFTAR ISI........................................................................................ xii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ................................................. 12

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian..................................................... 13

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual.................................................. 14

E. Sistematika Penulisan...................................................................... 21

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tindak Pidana................................................................ 23

B. Dasar Pertimbangan Hakim............................................................. 29

C. Putusan Pengadilan.......................................................................... 37

D. Tinjauan Tentang Keadilan.............................................................. 41

Page 14: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

viii

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan masalah......................................................................... 45

B. Sumber dan Jenis Data..................................................................... 46

C. Penentuan Narasumber..................................................................... 47

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data.................................. 48

E. Analisis Data.................................................................................... 49

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kasus................................................................... 50

B. Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Berbeda

Terhadap Peristiwa Yang Sama ....................................................... 56

C. Rasa Keadilan Dalam Putusan Nomor 450/Pid.Sus/2016/PN.GNS dan

Nomor 412/Pid.Sus/2016/PN.GNS/Tahun 2017.............................. 75

V. PENUTUP

A. Simpulan........................................................................................... 84

B. Saran................................................................................................. 85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara hukum (rechtstaats), maka setiap orang yang

melakukan tindak pidana harus mempertanggungjawabkan perbuatannya melalui

proses hukum. Hukum merupakan sarana bagi pertanggungjawaban pidana.

Pertanggungjawaban pidana mengandung makna bahwa tindak pidana adalah

suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, dimana larangan tersebut

disertai dengan ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu sebagai

pertanggungjawabannya. Dalam hal ini ada hubungannya dengan asas legalitas,

yang mana tiada suatu perbuatan dapat dipidana melainkan telah diatur dalam

undang-undang, maka bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut dan

larangan tersebut sudah diatur dalam undang-undang, maka bagi para pelaku

dapat dikenai sanksi atau hukuman, sedangkan ancaman pidananya ditujukan

kepada orang yang melakukan perbuatan tersebut.1

Setiap warga negara wajib menjunjung tinggi dan menaati hukum, namun dalam

kenyataannya sehari-hari adanya warga negara yang lalai/sengaja tidak

melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan masyarakat, dikatakan bahwa

warga negara tersebut melanggar hukum karena kewajibannya tersebut telah

1 https://id.wikipedia.org/wiki/Asas_Legalitas

Page 16: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

2

ditentukan berdasarkan hukum. Seseorang yang melanggar hukum harus

mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai dengan aturan hukum. Tindak

pidana merupakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang dan

patut dipidana sesuai dengan kesalahannya sebagaimana dirumuskan dalam

undang-undang.2

Hukum dibentuk atas keinginan dan kesadaran tiap-tiap individu di dalam

masyarakat, dengan maksud agar hukum dapat berjalan sebagaimana dicita-

citakan oleh masyarakat itu sendiri, yakni menghendaki kerukunan dan

perdamaian dalam pergaulan hidup bersama. Orang yang melakukan tindak

pidana akan mempertanggungjawabkan perbuatan tersebut dengan pidana apabila

ia mempunyai kesalahan, seseorang mempunyai kesalahan apabila pada waktu

melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat menunjukkan pandangan

normatif mengenai dilakukan suatu tindak pidana. Kesalahan dalam arti luas

memiliki pengertian yag sama dengan pertanggungjawaban dalam hukum pidana.

Kesalahan dalam arti sempit berarti kealpaan. Berkaitan dengan kesalahan bersifat

psikologis dan kesalahan yang bersifat normatif, unsur-unsur kesalahan dalam

tindak pidana:

1. Adanya kemampuan bertanggungjawab pada si pelaku, dalam arti jiwa si

pelaku dalam keadaan sehat dan normal.

2. Adanya hubungan batin antara si pelaku dengan perbuatannya, baik yang

disengaja (dolus) maupun karena kealpaan (culpa).

2 http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2016/09/pengertian-dan-unsur-pertanggungjawaban-

pidana.html

Page 17: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

3

3. Tidak hanya alasan pemaaf yang dapat menghapus kesalahan.3

Salah satu tindak pidana yang terjadi di wilayah hukum indonesia adalah

penyalahgunaan Narkotika. Secara umum permasalahan Narkotika dapat dibagi

menjadi tiga bagian yang saling terkait,yakni adanya produksi gelap

Narkotika,perdagangan gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika. Ancaman

bahaya penyalahgunaan Narkotika merupakan ancaman nasional yang perlu

ditanggulangi sedini mungkin karena merupakan ancaman peradaban manusia

yang pada akhirnya akan membahayakan stabilitas nasional bahkan mengancam

pertahanan dan keamanan negara. Ancaman penyalahgunaan obat-obatan

terlarang tersebut dapat menjadi hambatan bagi kelancaran pembangunan,

khususnya pembangunan sumber daya manusia, sehingga perlu ditanggulangi

oleh pemerintah maupun masyarakat.

Sejauh ini narkotika masih menjadi masalah yang kompleks. Disatu sisi

ketersediaan narkotika sangat diperlukan bagi kepentingan medis namun disisi

lain narkotika kini diedarkan secara bebas tanpa izin dan sering

disalahgunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Narkotika

sendiri diatur dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2009 pengganti Undang-

undang No. 22 Tahun 1997. Pasal 1 angka 1 memberikan definisi narkotika

adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis

maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,

3 http://triyadipkn.blogspot.co.id/2013/07/1pengertian-kesalahan-dalam-hukum-pidana.html?m=1

Page 18: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

4

yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam

undang-undang ini.

Kecanderungan kejahatan atau penyalahgunaan Narkotika mengalami

peningkatan karena pengaruh kemajuan teknologi, globalisasi dan derasnya arus

informasi. Selain itu adanya keinginan para pelaku untuk memperoleh keuntungan

yang besar dalam jangka waktu cepat dalam situasi ekonomi yang memburuk

seperti sekarang ini, diprediksikan akan mendorong munculnya pabrik-pabrik

gelap baru dan penyalagunaan Narkotika lain akan semakin marak dimasa

mendatang. Kondisi ini menjadi keprihatinan dan perhatian semua pihak baik

pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan seluruh lapisan

masyarakat indonesia pada umumnya untuk mencari jalan penyelesaian yang

paling baik guna untuk mengatasi permasalahan Narkotika ini sehingga tidak

sampai merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.4

Tindak pidana yang menyangkut narkotika merupakan tindak pidana khusus

yang menyebar secara Nasional dan Internasional, karena penyalahgunaannya

berdampak negatif dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Bentuk

tindak pidana narkotika yang umum dikenal antara lain :5

(1). Penyalahgunaan melebihi dosis;

(2). Pengedaran; dan

(3). Jual beli narkotika.

4 https://bnnkgarut.wordpress.com/2012/08/02/faktor-penyebab-penyalahgunaan-narkoba/

5 Moh. Taufik Makaro, dkk., Tindak Pidana Narkotika, Bogor, Ghalia, 2005, hlm. 45

Page 19: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

5

Narkotika dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila

disalahgunakan atau digunakan, tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat

dan seksama. Bahaya penyalahgunaan obat-obatan terlarang berpangkal dari

mengkonsumsi bahan atau jenis obat-obatan terlarang harus ditanggulangi. Hal ini

disebabkan karena dampak yang ditimbulkan karena penyalahgunaan obat-obatan

terlarang akan merusak mental dan fisik individu yang bersangkutan dan dapat

meningkat pada hancurnya kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam klasifikasinya narkotika digolongkan menjadi 3 golongan sebagaimana

diatur dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-undang No. 35 Tahun 2009, yaitu sebagai

berikut :

a. Narkotika golongan I

Narkotika ini hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak

digunakan dalam terapi/pengobatan serta memiliki potensi sangat tinggi untuk

mengakibatkan sindrom ketergantungan.

b. Narkotika golongan II

Narkotika ini untuk pengobatan yang digunakan sebagai pilihan terakhir dan

dapat digunakan dalam terapi/pengobatan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan

serta memiliki potensi kuat untuk mengakibatkan sindrom ketergantungan.

c. Narkotika golongan III

Narkotika ini untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi/pengobatan

atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berpotensi ringan mengakibatkan

sindrom ketergantungan.

Page 20: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

6

Kajahatan dan penyalahgunaan Narkotika di indonesia menunjukkan

perkembangan yang cukup signifikan dan telah berada pada ambang

mengkhawatirkan apabila tidak segera ditanggulangi melalui penegakkan hukum

yang tegas dan komprehensif. Penegakkan hukum terhadap pelaku

penyalahgunaan Narkotika memiliki peranan yang besar dalam menyelenggarakan

kehidupan berbangsa dan bernegara untuk menjamin kepentingan mayoritas

masyarakat atau warga negara, terjaminnya kepastian hukum sehingga berbagai

perilaku kriminal dan tindakan sewenang-wenang yang dilakukan anggota

masyarakat atas anggota masyarakat lainnya akan dapat dihindarkan. Dengan kata

lain penegakkan hukum secara ideal akan dapat mengntisipasi berbagai

penyelewengan pada anggota masyarakat dan adanya pegangan yang pasti bagi

masyarakat dalam menaati dan melaksanakan hukum. Pentingnya masalah

penegakan hukum dalam hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya tindak

pidana penyalahgunaan Narkotika.

Penegakan hukum terhadap tindak pidana penyalahgunaan Narkotika merupakan

upaya untuk menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan hukum

pada era modernisasi dan globalisasi saat ini dapat terlaksana, apabila berbagai

dimensi kehidupan hukum selalu menjaga keselarasan, keseimbangan dan

keserasian antara moralitas sipil yang didasarkan oleh nilai-nilai aktual di dalam

masyarakat beradab. Sebagai suatu proses kegiatan yang meliputi berbagai pihak

termasuk masyarakat dalam kerangka pencapaian tujuan, adalah merupakan

keharusan untuk melihat penegakkan hukum dalam suatu sistem peradilan pidana.

Page 21: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

7

Penyalahgunaan narkotika dalam hal ini perlu dilakukan upaya pencegahan dan

mengurangi tindak kejahatan penyalahgunaan narkotika tersebut, yang tidak

terlepas dari peranan hakim sebagai salah satu aparat penegak hukum yang

tugasnya mengadili tersangka atau terdakwa. Keputusan hakim dalam mengambil

suatu keputusan harus mempunyai pertimbangan yang bijak agar putusan tersebut

berdasarkan pada asas keadilan. Hakim memiliki kebebasan untuk menentukan

jenis pidana dan tinggi rendahnya pidana, hakim mempunyai kebebasan untuk

bergerak pada batas minimum dan maksimum sanksi pidana yang diatur dalam

undang-undang untuk tiap-tiap tindak pidana. Hal ini berarti bahwa masalah

pemidanaan sepenuhnya merupakan kekuasaan dari hakim.6

Perihal menjatuhkan putusan terhadap tindak pidana narkotika, hakim harus

mengetahui dan menyadari apa makna pemidanaan yang diberikan dan ia harus

juga mengetahui serta menyadari apa yang hendak dicapainya dengan

mengenakan pidana tertentu kepada pelaku tindak pidana penyalahgunaan

narkotika. Oleh karena itu, keputusan hakim tidak boleh terlepas dari serangkaian

kebijakan kriminal yang akan mempengaruhi tahap berikutnya.7

Salah satu contoh kasus tindak pidana penyalahgunaan Narkotika pada Pengadilan

Negeri kelas IIIA Gunung Sugih adalah penjatuhan pidana sebagaimana tertuang

dalam putusan pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor

450/Pid.Sus/2016/PN.Gns dan Nomor 412/Pid.sus/2016/PN.Gns Tahun 2017

Tentang Tindak Pidana Narkotika. Pengadilan yang memeriksa dan mengadili

perkara-perkara pidana biasa dalam peradilan tingkat ketiga, telah menjatuhkan

6 Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung, Alumni, 1986, hlm. 78.

7 Ibid. hlm. 100.

Page 22: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

8

putusan dalam perkara terdakwa. Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana yang tersangkut dengan tindak pidana

Narkotika. Dengan mengingat Pasal 131 Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika dan juga Pasal-Pasal lain dari Undang-Undang yang

bersangkutan maka berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor

450/Pid.Sus/2016/PN.Gns Tahun 2017:8

1. Menyatakan terdakwa YULIS NAITA ALS MAMI BINTI ADIPATI telah

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak pidana”.

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa tersebut dengan pidana penjara selama

7 (tujuh) bulan.

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh

terdakwa di kurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

4. Menetapkan agar terdakwa ditahan.

5. Menetapkan barang bukti berupa:

29 (dua piluh sembilan) bungkus plastik bening berisi narkotika jenis shabu-

shabu dengan berat netto seluruhnya 2,3400 (dua koma tiga ribu empat nol

nol (gram)

1 (satu) buah dompet kecil berwarna hitam

1 (satu) buah dompet kecil berwarna ungu motif hello kitty

1 (satu) buah kotak rokok class mild

Membebankan agar terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar

Rp.2000 (dua ribu rupiah) 8 Putusan. No. 450/Pid.Sus/2016/PN Gns hal 20

Page 23: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

9

Berkaitan dengan tindak pidana Narkotika mengingat Pasal 127 ayat (1) huruf a

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 dan Undang-Undang

Nomor: 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana serta

ketentuan hukum lain yang berkaitan dengan perkara ini maka berdasarkan

putusan Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor 412/Pid.sus/2016/PN.Gns

Tahun 2017:9

1. Menyatakan terdakwa Diantoni Bin Ahmad Nurdin, telah terbukti secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “penyalahguna Narkotika

golongan 1 bagi diri sendiri”

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa tersebut oleh karena itu dengan pidana

penjara selama 1 (satu) tahun dan 3 (tiga) bulan

3. Menetapkan masa penangkapan dan masa penahanan yang telah dijalani oleh

terdakwa di kurangkan deluruhnya dari pidana yang di jatuhkan

4. Menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan

5. Menetapkan barang bukti berupa:

Satu bungkus plastik bening berisi kristal warna putih diduga narkotika jenis

shabu sisa pakai (habis tak tersisa setelah pemeriksaan laboratories BNN

Jakarta)

1(satu) buah alat hisap shabu/bong yang terbuat dari minuman gelas grand

4(empat) buah pipet

1(satu) cotton butt

1(satu) buah jarum

1(satu) buah jarum yang terbuat dari almunium foil

9 Putusan Nomor 412/Pid.Sus/2016/PN Gns. hal22

Page 24: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

10

1(satu) buah korek api gas

Uang tunai sebesar Rp 100.000 (seratus ribu rupiah)

6. Membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp

200.000 (dua ratus ribu rupiah)

Sesuai dengan ketentuan Pasal diatas terlihat bahwa pelaku Yulis Naita dihukum

pidana kurungan sangat minimal yaitu7 (tujuh) bulan dan denda.Rp.2000 (dua

ribu rupiah) sedangkan pelaku yang bernama Diantoni dihukum kurungan yang

sangat minimal yaitu 1(satu) tahun 3(tiga) bulan dan denda Rp.100.000 (seratus

ribu rupiah). Maknanya adalah terdapat masalah dalam Putusan Pengadilan

Negeri Gunung Sugih Nomor 450/Pid.Sus/2016/PN.Gns dan Nomor

412/Pid.sus/2016/PN.Gns Tahun 2017.

Dakwaan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum kepada terdakwa YULIS

NAITA ALS MAMI BINTI ADIPATI yaitu pertama dikenakan Pasal 131

Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 sedangkan terdakwa kedua yaitu

DIANTONI BIN AHMAD NURDIN dikenakan Pasal 127 ayat (1) huruf a

Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Selanjutnya, Majelis

Hakim setelah mempertimbangkan fakta- fakta dan bukti-bukti dalam persidangan

memutuskan dakwaan yang sesuai dengan perbuatan terdakwa yaitu terhadap

terdakwa pertama dikenakan Pasal 131 sedangkan terhadap dakwaan kedua yaitu

melanggar Pasal 127 terdakwa ke dua di kenakan Pasal 127 Ayat (1) huruf (a).

Hal ini membuat sanksi pada putusan yang tertangkap tangan. Sedangkan pada

hasilnya tidak ada tes urien. Juga tidak ada rehabilitasi yang berada pada putusan

kedua hakim tersebut.

Page 25: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

11

Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, yang menyatakan

sebagai berikut:10

(1). Setiap penyalahguna :

a. Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling

lama 4 (empat) tahun.

b. Narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 2 (dua) tahun.

c. Narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 1 (satu) tahun.

Setelah dipertimbangkan oleh hakim, terdakwa diputus dengan pidana penjara 1

(satu) tahun karena terbukti melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-

undang No.35 Tahun 2009. Pidana penjara yang dijatuhkan kepada terdakwa

sudah tepat, agar memberikan efek jera kepada terdakwa dan juga kepada orang

lain/ masyarakat agar tidak melakukan perbuatan yang sama. Namun, untuk

membebaskan terdakwa dari narkotika diperlukan tindakan rehabilitasi agar

terdakwa sembuh secara fisik. Untuk itu, hakim perlu mempertimbangkan Pasal

54 Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, menyatakan bahwa “

pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial”.

10

Lampiran Negara UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Page 26: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

12

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis melakukan penelitian yang

berjudul: Inkonsistensi Penegakan Hukum Penyertaan dalam Tindak Pidana

Narkotika.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian latarbelakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan putusan

yang berbeda terhadap peristiwa yang sama?

b. Apakah putusan yang dijatuhkan oleh hakim pada perkara (nomor

450/Pid.Sus/2016/PN.Gns dan Nomor 412/Pid.sus/2016/PN.Gns Tahun 2017)

telah memenuhi rasa keadilan substantif?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup studi dalam penelitian ini adalah kajian ilmu Hukum Pidana,

khususnya yang berkaitan dengan pertanggungjawaban pidana tindak pidana

Narkotika dan dasar-dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana

terhadap pelaku tindak pidana Narkotika dalam Putusan Pengadilan Negeri

Gunung Sugih Nomor 450/Pid.Sus/2016/PN.Gns Tahun 2017 dan Nomor

412/Pid.sus/2016/PN.Gns.

Page 27: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

13

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui Mengapa hakim menjatuhkan putusan yang berbeda

terhadap peristiwa yang sama.

b. Untuk mengetahui putusan yang dijatuhkan oleh hakim pada perkara (nomor

450/Pid.Sus/2016/PN.Gns dan Nomor 412/Pid.sus/2016/PN.Gns Tahun 2017)

telah memenuhi rasa keadilan.

2. Kegunaan penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kegunaan teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

pengembangan kajian hukum pidana, khususnya yang berkaitan

pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana Narkotika dan dasar-dasar yang

menjadi pertimbangan hakim dalam Putusan Pengadilan.

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna secara positif bagi aparat penegak

hukum dalam penegakan hukum. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat

berguna bagi berbagai pihak-pihak lain yang akan melakukan penelitian mengenai

penegakan hukum pidana dimasa-masa yang akan datang.

Page 28: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

14

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah abstraksi hasil pemikiran atau kerangka acuan atau dasar

yang relevan untuk pelaksanaan penelitian hukum. Berdasarkan definisi tersebut

maka kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Teori Tugas Hakim Dalam Mengadili

Fungsi seorang hakim adalah seseorang yang diberi wewenang oleh undang-

undang untuk melakukan atau mengadili setiap perkara yang dilimpahkan kepada

pengadilan. Berdasarkan ketentuan di atas maka tugas seorang hakim adalah:

1. Menerima setiap perkara yang diajukan kepadanya;

2. Memeriksa setiap perkara yang diajukan kepadanya;

3. Mengadili serta menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya.

Sehubungan dengan tugas hakim, maka berkaitan dengan pemasyarakatan.

Sahardjo memberikan rumusan dari tujuan pidana penjara sebagai berikut :

“Di samping menimbulkan rasa derita pada terpidana karena hilangnya

kemerdekaan bergerak, membimbing terpidana agar bertobat, mendidik supaya ia

menjadi seorang anggota masyarakat sosialis Indonesia yang berguna.”11

11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Press Jakarta, 1993,

hlm 73

Page 29: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

15

Pertanggungjawaban pidana ini menuntut adanya kemampuan bertanggungjawab

pelaku. Kemampuan bertanggungjawab adalah suatu keadaan normal dan

kematangan psikis seseorang yang membawa tiga macam kemampuan yaitu untuk

memahami arti dan akibat perbuatannya sendiri, menyadari bahwa perbuatan itu

tidak dibenarkan atau dilarang oleh masyarakat; dan menentukan

kemampuan/kecakapan terhadap perbuatan tersebut. Kesalahan mempunyai ciri

sebagai hal yang dapat dicela, dan pada hakikatnya tidak mencegah kelakuan yang

melawan hukum, dengan substansi sebagai berikut :

1) Kemampuan bertanggungjawab orang yang melakukan perbuatan;

2) Hubungan batin antara si pelaku dengan perbuatan yang dilakukan yang

berbentuk kesengajaan;

3) Tidak adanya alasan yang menghapuskan pertanggungjawaban pidana terhadap

perbuatan pada pembuat pidana.

Keputusan hakim dalam menjatuhkan pidana dan kemudian mengenai perlunya

gagasan pemasyarakatan itu menjadi pertimbangan dalam pemberian keputusan

yang berupa pidana pencabutan kemerdekaan.12

Apakah yang sebenarnya terjadi sebelum hakim memutuskan suatu perkara?

Proses pemikiran apakah yang berlangsung pada hakim tersebut? Apakah

ketentuan yang terdapat dalam Pasal 292 HIR diikuti, maka hakim memberikan

keputusannya mengenai hal-hal sebagai berikut :

1 Keputusan mengenai peristiwanya, ialah apakah terdakwa telah melakukan

perbuatan yang dituduhkan kepadanya, dan kemudian

12

Sudarto, Op.Cit., hlm. 73-74

Page 30: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

16

2 Keputusan mengenai hukumnya, ialah apakah perbuatan yang dilakukan

terdakwa itu merupakan suatu tindak pidana dan apakah terdakwa bersalah

dan dapat dipidana, dan akhirnya

3 Keputusan mengenai pidananya, apabila terdakwa memang dapat dipidana.

Bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap seseorang harus dilalui jalan yang

panjang dan bersifat kompleks serta membutuhkan teknik-teknik tertentu yang

harus dikuasai oleh aparat penegak hukum, ialah kepolisian, kejaksaan dan

pengadilan. Jalan panjang ini membentang antara kasus dan hakim. Jalan tersebut

salah satunya surat tuduhan, surat tuduhan mengandung dua aspek yang kadang-

kadang tidak begitu jelas terpisah, dan kedua aspek itu disebut sebagai aspek apa

yang terjadi secara nyata dan aspek normatif atau yuridis. Kedua aspek itu

harus diperhatikan oleh hakim. Setelah dibuktikan dengan alat-alat bukti yang

sah dan meyakinkan, bahwa perbuatan yang dituduhkan itu merupakan

perbuatan yang diancam pidana dan ditetapkan kesalahan terdakwa, maka

diputuskan tentang pidananya.13

Mengenai pembuktian, dalam hal menjatuhkan pidana kepada terdakwa: Seorang

hakim tidak boleh menjatuhkan pidana tersebut kecuali apabila dengan sekurang-

kurangnya dua alat bukti yang sah, sehingga hakim memperoleh keyakinan bahwa

suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah

melakukannya(Pasal 183 KUHAP)14

. Alat bukti sah yang dimaksud adalah:

13

Ibid. hlm. 74-77 14 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung, PT Citra Aditya Bhakti, 1996, hlm. 112-113

Page 31: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

17

1. Keterangan saksi

2. Keterangan ahli

3. Petunjuk (alat dan surat)

4. Keterangan terdakwa

Pembuktian tersebut merupakan pertimbangan yang bersifat yuridis. Selain itu

hakim juga perlu mempertimbangkan hal-hal yang bersifat non yuridis, yakni

yang berkaitan dengan kondisi dari pelaku tersebut.

Secara kontekstual ada tiga esensi yang terkandung dalam kebebasan hakim

dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman yaitu:

1. Hakim hanya tunduk pada hukum dan keadilan

2. Tidak seorangpun termasuk pemerintah dapat mempengaruhi atau

mengarahkan putusan yang akan dijatuhkan oleh hakim;

3. Tidak ada konsekuensi terhadap pribadi hakim dalam menjalankan tugas dan

fungsi yudisialnya.15

b. Teori Keadilan

Keadilan pada dasarnya sifatnya adalah abstrak, dan hanya bisa dirasakan dengan

akal dan pikiran serta rasionalitas dari setiap individu masyarakat. Keadilan tidak

berbentuk dan tidak dapat terlihat namun pelaksanaanya dapat kita lihat dalam

prespektif pencarian keadilan. Dalam memberikan putusan terhadap suatu

perkara pidana, seharusnya putusan hakim tersebut berisi alasan-alasan dan

15 Ahmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif ,Jakarta, Sinar

Grafika, 2010, hlm. 104.

Page 32: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

18

pertimbangan-pertimbangan yang jelas. Berlakunya KUHAP menjadi pegangan

hakim dalam menciptakan keputusan-keputusan yang tepat dan harus dapat

dipertanggungjawabkan.16

Berikut ini merupakan pandangan Aristoteles tentang

keadilan.

Keadilan menurut Aristoteles dalam buku Sudikno Mertokusumo adalah

memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya.17

Keadilan dibagi

menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut:

a. Keadilan Legal

Keadilan legal yaitu perlakuan yang sama terhadap semua orang sesuai dengan

hukum yang berlaku. Ini berarti semua orang harus dilindungi dan tunduk pada

hukum yang ada secara tanpa pandang bulu. Keadilan legal menyangkut

hubungan antara individu atau kelompok masyarakat dengan negara.

b. Keadilan Komulatif

Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang yang satu dan yang lain

atau antara warga negara yang satu dengan warga negara yang lainnya. Keadilan

komulatif menyangkut hubungan horizontal antara warga yang satu dengan

warga negara yang lain. Dalam bisnis, keadilan komulatif juga disebut atau

16

Nanda Agung Dewantara, Masalah Kebebasan Hakim Dalam Menangani Suatu Perkara

Pidana, Aksara Persona Indonesia, Jakarta, 1987, hlm 50. 17 Aristoteles dalam buku Sudikno Mertokusumo. Teori Hukum. Cahaya Atma Pustaka.Jakarta.2012.hlm105

Page 33: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

19

berlaku sebagai keadilan tukar. Dengan kata lain keadilan komulatif menyangkut

pertukaran yang adil antara pihak-pihak yang terlibat.

c. Keadilan substantif

Keadilan substantif dimaknai keadilan yang diberikan sesuai dengan aturan-

aturan hukum substantif, dengan tanpa melihat kesalahan-kesalahan prosedural

yang tidak berpengaruh pada hak-hak substantif penggugat. Ini berarti bahwa apa

yang secara formal-prosedural benar bisa saja disalahkan secara materil dan

substansinya melanggar keadilan. Demikian sebaliknya, apa yang secara formal

salah bisa saja dibenarkan jika secara materil dan substansinya sudah cukup adil

(hakim dapat menoleransi pelanggaran prosedural asalkan tidak melanggar

substansi keadilan). Dengan kata lain keadilan substantif bukan berarti hakim

harus selalu mengabaikan undang- undang yang tidak memberi rasa keadilan

sekaligus menjamin kepastian hukum. Artinya hakim dituntut untuk memiliki

keberanian mengambil keputusan yang berbeda dengan ketentuan normatif

undang-undang, sehingga keadilan substansial selalu saja sulit diwujudkan

melalui putusan hakim pengadilan, karena hakim dan lembaga pengadilan hanya

akan memberikan keadilan formal.

Page 34: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

20

2. Konseptual

Konseptual adalah susunan berbagai konsep yang menjadi fokus pengamatan

dalam penelitian.18

Berdasarkan definisi tersebut, maka batasan pengertian dari

istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Analisis adalah cara pemeriksaan suatu peristiwa atau kejadian dengan

tujuan menemukan suatu unsur dasar dan hubungan antara unsur-unsur

yang bersangkutan;19

b. Pertimbangan adalah suatu tahapan dimana hakim mempertimbangkan

fakta yang terungkap yang dihubungkan dengan alat bukti dalam

menetapkan suatu putusan.

c. Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh

undang-undang untuk mengadili (Pasal 1 angka (8) KUHAP);

d. Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam

sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas

atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang

diatur dalam undang- undang ini (Pasal 1 ayat (11) KUHAP);

e. Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,

larangan mana yang disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana

tertentu bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. Tindak pidana

merupakan pelanggaran norma atau gangguan terhadap tertib hukum,

18

Soerjono Soekanto, Op.Cit., hlm. 112. 19

Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Jakarta, Pustaka Amani, 2005, hlm.

43

Page 35: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

21

yang dengan sengaja atau tidak sengaja telah dilakukan terhadap

seorang pelaku.20

f. Penyalahguna narkotika adalah setiap orang yang menggunakan

narkotika tanpa hak atau melawan hukum;21

g. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan;22

E. Sistematika Penulisan

Sistematika yang disajikan agar mempermudah dalam penulisan skripsi secara

keseluruhan maka diuraikan sebagai berikut:

I. Pendahuluan

Berisi pendahuluan penyusunan skripsi yang terdiri dari Latar Belakang,

Permasalahan dan Ruang Lingkup, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka

Teori dan Konseptual serta Sistematika Penulisan.

II. Tinjauan Pustaka

Berisi tinjauan pustaka dari berbagai konsep atau kajian yang berhubungan

dengan penyusunan skripsi yaitu pengertian Putusan, Dasar Pertimbangan Hakim,

Tindak Pidana Narkotika.

20

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta, Rineka Cipta, 1993, hlm. 54 21

Lembaran Negara Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 22

Ibid

Page 36: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

22

III. Metode Penelitian

Berisi sumber yang digunakan dalam penelitian, terdiri dari Pendekatan Masalah,

Sumber dan jenis Data, Penentuan narasumber, Prosedur Pengumpulan dan

Pengolahan Data serta Analisis Data.

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berisi deskripsi berupa penyajian dan pembahasan data yang telah didapat

penelitian, terdiri dari deskripsi dan analisis mengenai pertanggungjawaban

pidana pelaku tindak pidana Narkotika dan dasar-dasar yang menjadi

pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana pada Putusan Pengadilan Negeri

Gunung Sugih Nomor 412/pid.sus/2016/PN.GNS dan 450/pid.sus/2016/PN.GNS

2017

V. Penutup

Berisi kesimpulan umum yang didasarkan pada hasil analisis dan pembahasasn

penelitian serta berbagai saran sesuai dengan permasalahan yang ditujukan kepada

pihak-pihak yang terkait dengan penelitian.

Page 37: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tindak Pidana

Ada beberapa macam istilah tindak pidana yang dipergunakan dalam buku-buku

yang dikarang oleh para pakar hukum pidana Indonesia sejak zaman dahulu

hingga sekarang. Pada dasarnya semua istilah itu merupakan terjemahan dari

bahasa Belanda: “strafbaar feit”, sebagai berikut23

:

1. Delik (delict)

2. Peristiwa pidana (E. Utrecht)

3. Perbuatan pidana (Moeljatno)

4. Perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum

5. Hal yang diancam dengan hokum

6. Perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hokum

7. Tindak pidana (Sudarto dan diikuti sampai sekarang)

23

Tri Andrisman, Hukum Pidana, Bandar Lampung, Universitas Lampung, 2011, hlm. 69

Page 38: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

24

Mengenai pengertian tindak pidana (strafbaar feit) beberapa sarjana

memberikan pengertian yang berbeda sebagai berikut24

:

a. Simons

Tindak pidana adalah “kelakuan/handeling yang diancam dengan pidana, yang

bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dana yang

dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab”.

b. Pompe

Memberikan pengertian tindak pidana menjadi 2 (dua) definisi, yaitu:

1. Definisi menurut teori adalah suatu pelanggaran terhadap norma, yang

dilakukan karena kesalahan si pelanggar dan diancam dengan pidana untuk

mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan hukum;

2. Definisi menurut hukum positif adalah suatu kejadian/feit yang oleh

peraturan undang-undang dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum.

c. Vos

Tindak pidana adalah “Suatu kelakukan manusia diancam pidana oleh peraturan

undang-undang, jadi suatu kelakuan yang pada umumnya dilarang dengan

ancaman pidana.”

24

Ibid. hlm. 70-71

Page 39: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

25

d. Van Hamel

Tindak pidana adalah “kelakuan orang yang dirumuskan dalam wet (undang-

undang-pen), yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana, dan dilakukan

dengan kesalahan.”

e. Wirjono Prodjodikoro

Tindak pidana adalah “Suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukum

pidana.”

f. Moeljatno

Pengertian tindak pidana menurut Moeljatno yaitu Perbuatan pidana (tindak

pidana-pen.) adalah “perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan

dan disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa

melanggar larangan tersebut."25

Moeljatno merumuskan unsur-unsur perbuatan pidana/tindak pidana sebagai

berikut:

1. Perbuatan (manusia);

2. Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang (ini merupakan syarat formil);

3. Bersifat melawan hukum (ini merupakan syarat materiil).26

Pengertian Narkotika berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, bahwa yang dimaksud dengan

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,

baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau 25

Ibid. hlm. 70 26

Ibid. hlm. 72

Page 40: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

26

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa

nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika yang terkenal di

Indonesia sekarang ini berasal dari kata Narkoties, yang sama artinya dengan kata

narcosis yang berarti membius. Dulu di Indonesia dikenal dengan sebutan madat.

Penjelasan umum dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika mempunyai cakupan yang lebih luas baik dari segi norma, ruang

lingkup materi maupun ancaman pidana yang diperberat. Cakupan yang lebih

luas tersebut selain didasarkan pada faktor-faktor diatas juga karena

perkembangan kebutuhan dan kenyataan bahwa nilai dan norma dalam ketentuan

yang berlaku tidak memadai lagi sebagai sarana efektif untuk mencegah dan

memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Salah satu materi

baru dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dibagi

menjadi 3 (tiga) golongan, mengenai bagaimana penggolongan dimaksud dari

masing-masing golongan telah dirumuskan dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-

Undang Narkotika.

Sehubungan dengan adanya penggolongan tentang jenis-jenis narkotika

sebagaimana dimaksud dalam rumusan Pasal 6 ayat (1) ditetapkan dalam

penjelasan umum Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

seperti terurai di bawah ini.

a) Narkotika Golongan I

Dalam ketentuan ini yang dimaksud narkotika golongan I adalah narkotika yang

hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak

Page 41: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

27

digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan

ketergantungan.

b) Narkotika Golongan II

Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan narkotika golongan II adalah

narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat

digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

c) Narkotika Golongan III

Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan narkotika golongan III adalah

narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau

untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan.

Tindak pidana narkotika merupakan tindak pidana khusus. Sebagaimana tindak

pidana khusus, hakim diperbolehkan untuk menghukum dua pidana pokok

sekaligus, pada umumnya hukuman badan dan pidana denda. Hukuman badan

berupa pidana mati, pidana seumur hidup, atau pidana penjara. Tujuannya agar

pemidanaan itu memberatkan pelakunya supaya kejahatan dapat ditanggulangi

di masyarakat, karena tindak pidana narkotika sangat membahayakan

kepentingan bangsa dan negara.27

Tindak pidana narkotika diatur dalam Bab XV Pasal 111 sampai dengan Pasal

148 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang

27

Gatot Supramono, Hukum Narkoba Indonesia, Jakarta, Djambatan, 2004, hlm. 93.

Page 42: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

28

merupakan ketentuan khusus, walaupun tidak disebutkan dengan tegas dalam

undang-undang narkotika bahwa tindak pidana yang diatur didalamnya adalah

tindak kejahatan, akan tetapi tidak perlu disanksikan lagi bahwa semua tindak

pidana didalam undang-undang tersebut merupakan kejahatan. Alasannya, kalau

narkotika hanya untuk pengobatan dan kepentingan ilmu pengetahuan, maka

apabila ada perbuatan diluar kepentingan-kepentingan tersebut sudah merupakan

kejahatan mengingat besarnya akibat yang ditimbulkan dari pemakaian

narkotika secara tidak sah sangat membahayakan bagi jiwa manusia.28

Penggunaan narkotika secara legal hanya bagi kepetingan-kepentingan

pengobatan atau tujuan ilmu pengetahuan. Menteri kesehatan dapat memberi ijin

lembaga pengetahuan dan menyimpan untuk memiliki atau untuk persediaan

ataupun menguasai tanaman papaver, koka dan ganja.29

Penanggulangan

terhadap tindak pidana narkotika dapat dilakukan dengan cara preventif,

moralistik, abolisionistik dan juga kerjasama internasional. Penanggulangan

secara preventif maksudnya usaha sebelum terjadinya tindak pidana narkotika,

misalnya dalam keluarga, orang tua, sekolah, guru dengan memberikan

penjelasan tentang bahaya narkotika. Selain itu juga dapat dengan cara

mengobati korban, mengasingkan korban narkotika dalam masa pengobatan dan

mengadakan pengawasan terhadap eks pecandu narkotika.

28

Ibid., hlm 87 29

Soedjono Dirjosisworo. Hukum Narkotika di Indonesia, Bandung .PT. Citra Aditya Bakti, 1990,

hlm 78

Page 43: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

29

B. Dasar Pertimbangan Hakim

Hakim adalah pejabat pengadilan negara yang diberi wewenang oleh undang-

undang untuk mengadili (Pasal 1 angka (8) KUHAP). Oleh karena itu, fungsi

seorang hakim adalah seseorang yang diberi wewenang oleh undang-undang

untuk melakukan atau mengadili setiap perkara yang dilimpahkan kepada

pengadilan. Berdasarkan ketentuan di atas maka tugas seorang hakim adalah:

1. Menerima setiap perkara yang diajukan kepadanya;

2. Memeriksa setiap perkara yang diajukan kepadanya;

3. Mengadili serta menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya.

Seorang hakim dalam sistem kehidupan masyarakat dewasa ini berkedudukan

sebagai penyelesaian setiap konflik yang timbul sepanjang konflik itu diatur

dalam peraturan perundang-undangan. Melalui hakim, kehidupan manusia yang

bermasyarakat hendak dibangun atas nilai-nilai kemanusiaan. Oleh sebab itu,

dalam melakukan tugasnya seorang hakim tidak boleh berpihak kecuali kepada

kebenaran serta keadilan, serta nilai-nilai kemanusiaan.30

Praktik peradilan pidana pada putusan hakim sebelum pertimbangan-

pertimbangan yuridis dibuktikan, maka hakim terlebih dahulu akan menarik fakta-

fakta dalam persidangan yang timbul dan merupakan konklusi komulatif dari

keterangan para saksi, keterangan terdakwa, dan barang bukti yang diajukan dan

diperiksa di persidangan. Sistem yaang dianut di Indonesia, pemeriksaan di

sidang pengadilan yang dipimpin oleh hakim, hakim itu harus aktif bertanya dan

memberi kesempatan kepada pihak terdakwa yang diwakili oleh penasihat

30

Wahyu Affandi, Hakim dan Penegakan Hukum, Bandung, Alumni, 1984, hlm. 35

Page 44: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

30

hukumnya untuk bertanya kepada saksi-saksi, begitu pula kepada penuntut umum.

Semua itu dengan maksud menemukan kebenaran materiil. Hakimlah yang

bertanggung jawab atas segala yang diputuskannya.31

Pihak pengadilan dalam rangka penegak hukum pidana, hakim dapat menjatuhkan

pidana tidak boleh lepas dari serangkaian politik kriminal dan anti keseluruhannya

yaitu perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Pidana

yang dijatuhkan oleh hakim mempunyai dua tujuan yaitu pertama untuk menakut-

nakuti orang lain, agar supaya mereka tidak melakukan kejahatan, dan kedua

untuk memberikan pelajaran kepada si terhukum agar tidak melakukan kejahatan

lagi.32

Pedoman pemberian pidana akan memudahkan hakim dalam menetapkan

pemidanaannya, setelah terbukti bahwa tertuduh telah melakukan perbuatan

yang dituduhkan kepadanya. Dalam daftar tersebut dimuat hal-hal bersifat

subjektif yang menyangkut hal-hal yang diluar pembuat. Dengan memperhatikan

butir-butir tersebut diharapkan penjatuhan pidana lebih proporsional dan lebih

dipahami mengapa pidananya seperti yang dijatuhkan itu.33

Kebebasan hakim menjatuhkan putusan dalam proses peradilan pidana terdapat

dalam Pasal 3 ayat (1) dan (2) UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Asas

Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan:

Ayat (1): Dalam menjatuhkan tugas dan fungsinya, hakim konstitusi wajib

menjaga kemandirian peradilan.

31

Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta, Rineka Cipta, 2001, hlm. 97 32

Barda Nawawi Arief, Op.Cit. hlm. 2 33

Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, 1998,

hlm 67

Page 45: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

31

Ayat (2): Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain luar

kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-hal sebagaimana dimaksud

dalam UUD Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.

Isi Pasal tersebut dipertegas lagi dalam Pasal 5 ayat (1) UU No. 48 Tahun

2009 tentang Asas Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan:

“Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti dan memahami

nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.

Tugas hakim secara normatif diatur dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun

2009 yaitu:

1. Mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang (Pasal 4

ayat (1));

2. Membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan

dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan

biaya ringan (Pasal 4 ayat (2));

3. Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum

dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat (Pasal 5 ayat (1));

4. Perihal mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib

memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa (Pasal 8 ayat

(2)).

5. Tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu

perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang

jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya (Pasal 10 ayat

(1));

Page 46: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

32

6. Memberi keterangan, pertimbangan, dan nasihat masalah hukum kepada

lembaga negara dan lembaga pemerintahan apabila diminta (Pasal 22 ayat

(1));

Sistem peradilan pidana di Indonesia, hakim sangat penting peranannya dalam

penegakan hukum apalagi dihubungkan dengan penjatuhan hukuman pidana

terhadap seseorang harus selalu didasarkan kepada keadilan yang berlandaskan

atas hukum. Seperti yang dijelaskan dalam Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa

segala putusan peradilan selain memuat alasan dan dasar putusan tersebut,

memuat pula Pasal tertentu dalam dari Peraturan Perundang-undangan yang

bersangkutan atau sumber hukum yang tertulis yang dijadikan dasar untuk

mengadili.

Selain itu di dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009

tentang Kekuasaan Kehakiman disebutkan bahwa hakim wajib menggali,

mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilaan yang hidup

dalam masyarakat. Sampai saat ini belum ada pedoman bagi hakim untuk

menjatuhkan pidana kepada seseorang baik yang diatur dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana maupun Undang-Undang yang mengatur tentang

narkotika.

Hakim dalam mengadili dapat mengacu pada ketentuan-ketentuan yang mengatur

masalah jenis-jenis pidana, batas maksimun dan minimum lamanya pemidanaan.

Walaupun demikian bukan berarti kebebasan hakim dalam menentukan batas

maksimum dan minimum tersebut bebas mutlak melainkan juga harus melihat

Page 47: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

33

pada hasil pemeriksaan di sidang pengadilan dan tindak pidana apa yang

dilakukan seseorang serta keadaan-keadaan atau faktor-faktor apa saja yang

meliputi perbuatannya tersebut.34

Hakim dalam kedudukannya yang bebas diharuskan untuk tidak memihak

(impartial judge) sebagai hakim yang tidak memihak dalam menjalankan profesi,

mengandung makna hakim harus selalu menjamin pemenuhan perlakuan sesuai

hak-hak asasi manusia khususnya bagi tersangka atau terdakwa. Hal demikian

telah menjadi kewajiban hakim untuk mewujudkan persamaan kedudukan

didepan hukum bagi setiap warga negara (equality before the law).

Suatu putusan pidana sedapat mungkin harus bersifat futuristic. Artinya

menggambarkan apa yang diperoleh darinya. Keputusan pidana selain

merupakan pemidanaan tetapi juga menjadi dasar untuk memasyarakatkan

kembali si terpidana agar dapat diharapkan baginya untuk tidak melakukan

kejahatan lagi di kemudian hari sehingga bahaya terhadap masyarakat dapat

dihindari. Salah satu dasar pertimbangan dalam menentukan berat atau ringannya

pidana yang diberikan kepada seseorang terdakwa selalu didasarkan kepada asas

keseimbangan antara kesalahan dengan perbuatan melawan hukum. Dalam

putusan hakim harus disebutkan juga alasan bahwa pidana yang dijatuhkan

adalah sesuai dengan sifat dari perbuatan, keadaan meliputi perbuatan itu,

keadaan pribadi terdakwa. Dengan demikian putusan pidana tersebut dapat

mencerminkan sifat futuristik dari pemidanaan itu.35

34

Soedjono, Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia, Jakarta, Rineka Cipta, 1995, hlm. 40 35

Ibid. hlm. 41

Page 48: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

34

Sebelum hakim memutuskan perkara terlebih dahulu ada serangkaian putusan

yang harus dilakukan, yaitu:36

a. Keputusan mengenai perkaranya yaitu apakah perbuatan terdakwa telah

melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya;

b. Keputusan mengenai hukumnya, yaitu apakah perbuatan yang dilakukan

terdakwa itu merupakan tindak pidana dan apakah terdakwa tersebut

bersalah dan dapat dipidana;

c. keputusan mengenai adanya pidananya apabila terdakwa memang dapat

dipidana.

Untuk menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan

narkotika, hakim membuat pertimbangan-pertimbangan. Dalam menjatuhkan

pidana terhadap pelaku tindak pidana narkotika cenderung lebih banyak

menggunakan pertimbangan yang bersifat yudiris dibandingkan yang bersifat

non-yudiris.

1. Pertimbangan yang Bersifat Yuridis

Pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan hakim yang didasarkan

pada faktor-faktor yang terungkap di dalam persidangan dan oleh undang-undang

telah ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat di dalam putusan. Pertimbangan

yang bersifat yuridis di antaranya:

a. Dakwaan jaksa penuntut umum;

b. Keterangan saksi;

c. Keterangan terdakwa;

36

Sudarto, Op.Cit. hlm. 78

Page 49: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

35

d. Barang-barang bukti;

e. Pasal-Pasal dalam Undang-Undang Narkotika.

2. Pertimbangan yang bersifat non yuridis

Selain pertimbangan yang bersifat yuridis hakim dalam menjatuhkan putusan

membuat pertimbangan yang bersifat non yuridis. Pertimbangan yang bersifat

non yuridis yaitu:

a. Akibat perbuatan terdakwa;

b. Kondisi diri terdakwa.37

Suatu putusan hakim akan bermutu, hal ini tergantung pada tujuh hal, yakni:38

1. Pengetahuan hakim yang mencakup tentang pemahaman konsep keadilan

dan kebenaran;

2. Integritas hakim yang meliputi nilai-nilai kejujuran dan harus dapat dipercaya;

3. Independensi kekuasaan kehakiman yang bebas dari pengaruh dari pihak-

pihak berperkara maupun tekanan publik;

4. Tatanan politik, tatanan sosial, hukum sebagai alat kekuasaan maka hukum

sebagai persyaratan tatanan politik dan hukum mempunyai kekuatan moral;

5. Fasilitas di lingkungan badan peradilan;

6. Sistem kerja yang berkaitan dengan sistem manajemen lainnya termasuk

fungsi pengawasan dari masyarakat untuk menghindari hilangnya kepercayaan

masyarakat terhadap lembaga peradilan di daerah;

37

Lilik Mulyadi, Kekuasaan Kehakiman, Surabaya, Bina Ilmu, 2007, hlm. 63 38

Wahyu Affandi, Op.Cit, hlm. 89

Page 50: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

36

7. Kondisi aturan hukum di dalam aturan hukum formil dan materiil masih

mengandung kelemahan.

Teori dasar pertimbangan hakim, yaitu putusan hakim yang baik, mumpuni,

dan sempurna hendaknya putusan tersebut dapat diuji dengan empat kriteria

dasar pertanyaan (the way test) berupa:39

1. Benarkah putusanku ini?;

2. Jujurkah aku dalam mengambil putusan ini?;

3. Adilkah bagi pihak-pihak terkait dalam putusan ini?;

4. Bermanfaatkah putusanku ini?;

Praktiknya walaupun telah bertitik tolak dari sifat/sikap seseorang hakim yang

baik, kerangka landasan berfikir/bertindak dan melalui empat buah titik

pertanyaan tersebut di atas, maka hakim ternyata seorang manusia biasa yang

tidak luput dari kelalaian, kekeliruan, kekhilafan (rechterlijk dwaling), rasa

rutinitas, kekuranghati-hatian, dan kesalahan. Dalam praktik peradilan, ada saja

aspek-aspek tertentu yang luput dan kerap tidak diperhatikan hakim dalam

membuat keputusan.40

C. Putusan Pengadilan

Putusan adalah hasil atau kesimpulan dari sesuatu yang telah dipertimbangkan

dan dinilai semasak-masaknya yang dapat berbentuk tertulis ataupun lisan. Suatu

proses pemeriksaan perkara terakhir dengan putusan akhir atau vonis, Dalam

putusan itu hakim menyatakan pendapatnya tentang apa yang telah

39

Lilik Mulyadi, Op.Cit. hlm. 136 40

Soerjono Soekanto, Op.Cit. hlm. 125.

Page 51: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

37

dipertimbangkan dan putusannya. Putusan pengadilan menurut Pasal 1 butir 11

KUHAP, adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang terbuka, yang

dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam

hal serta menurut acara yang diatur dalam undang-undang.41

Berdasarkan perumusan tersebut maka pengertian “Pernyataan hakim”

mengandung arti bahwa hakim telah menemukan hukumnya yang menjadi dasar

pemidanaan, bebas, atau lepas dari segala tuntutan. Jadi ini putusan adalah

perwujudan dari telah ditemukan hukumnya oleh hakim.42

Sebelum sampai pada

putusan, beberapa tahap yang harus dilalui dalam persidangan yaitu sebagai

berikut:43

1. Tahap Pertama (Hari Sidang Pertama)

Tahap pertama persidangan hakim menyatakan kebenaran identitas terdakwa,

dan kondisi kesehatan terdakwa. Selanjutnya akan dilakukan pembacaan

dakwaan oleh jaksa penuntut umum. Setelah pembacaan dakwaan, hakim

menanyakan kepada terdakwa atau kuasa hukumnya, apakah akan mengajukan

eksepsi.

2. Tahap Kedua (Hari Sidang Kedua)

Tahap kedua persidangan yaitu melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi

yang berkaitan dengan suatu perkara.

41

Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Jakarta, Sinar Grafika, 2011, hlm. 129 42

Kadri Husin & Budi Rizki, Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia, Bandar Lampung, Lembaga

Penelitian Universitas Lampung, 2012, hlm. 127 43

Hartono, Penyidikan & Penegakan Hukum Pidana, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 196-203

Page 52: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

38

3. Pemeriksaan Barang Bukti

Persidangan dengan agenda pemeriksaan barang bukti ini, terdakwa maupun

kuasa hukum atau pembelanya harus benar-benar jeli dan mengerti informasi

yang harus diberikan secar jujur oleh terdakwa terhadap kebenaran barang bukti

tersebut.

4. Pemeriksaan Terdakwa

Pemeriksaan terhadap terdakwa adalah rangkaian pemeriksaan yang menandai

akan segera selesainya proses persidangan di tingkat pertama untuk menentukan

salah dan tidaknya terdakwa, atau menandai segera akan diputuskannya perkara

dugaan tindak pidana itu. Hal ini masih dalam rangkaian pemeriksaan untuk

mencari pembuktian yang dibutuhkan, apakah benar peristiwa pidana itu telah

terjadi dan telah betul-betul memenuhi syarat untuk dinyatakan sebagai orang

yang bertanggung jawab atau suatu kesalahan.

5. Tuntutan Terhadap Terdakwa

Setelah pemeriksaan terhadap saksi dan barang bukti yang dianggap terkait erat

dengan dugaan tindak pidana dinyatakan selesai, selanjutnya jaksa penuntut

umum untuk mengajukan tuntutan terhadap terdakwa kepada majelis hakim yang

menyidangkan perkara itu.

6. Pembelaan Terhadap Terdakwa

Pembelaan terhadap terdakwa biasanya dilakukan oleh kuasa hukumnya, dapat

juga dilakukan sendiri oleh terdakwa karena terdakwa tidak menggunakan jasa

seorang pengacara.

Page 53: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

39

7. Putusan Majelis Hakim

Putusan majelis hakim dalam perkara pidana ini ada 2 macam diantaranya:

a. Dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

b. Dinyatakan tidak cukup bukti bersalah

8. Banding

Setelah persidangan tahap pertama selesai, terdakwa dapat mengajukan banding

atas putusan hakim yang diberikan kepadanya apabila terdakwa tidak puas

terhadap putusan tersebut.

Putusan hakim harus berdasarkan kepada surat dakwaan dan segala sesuatu yang

terbukti dalam sidang pengadilan. Oleh karena itu, dalam merumuskan

keputusannya hakim harus mengadakan musyawarah terlebih dahulu, dalam hal

pemeriksaan dilakukan dengan hakim majelis, maka musyawarah tersebut harus

pula berdasarkan apa yang didakwakan dan apa yang telah dapat dibuktikan. Jadi

bukan musyawarah untuk mufakat sekedar untuk mencapai tujuan tertentu,

melainkan didasarkan pada alasan-alasan hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan dalam putusannya. Dan juga harus dipenuhi beberapa

syarat formalitas dari suatu putusan hakim.44

Yurisprudensi adalah putusan hakim atau putusan pengadilan. Pengadilan adalah

lembaga yang melaksanakan atau menegakkan hukum secara konkrit berkenaan

dengan adanya tuntutan hak. Berarti, putusan pengadilan merupakan produk

yudikatif yang menurut Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 ditentukan sebagai 44

Ibid

Page 54: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

40

pelaksanaan kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Dengan

demikian putusan hakim atau putusan pengadilan adalah hukum yang bersifat

mengikat dan dapat dipaksakan secara phisik.45

Yurisprudensi dibedakan menjadi dua, yaitu:46

a. Yurisprudensi tetap, keputusan hakim yang digunakan sebagai dasar oleh

hakim lain yang merupakan rangkaian keputusan yang serupa;

b. Yurisprudensi tidak tetap, keputusan hakim yang digunakan oleh hakim

lain sebagai pedoman karena sependapat.

Putusan hakim (vonis) didalamnya terdapat dua bagian, yaitu:47

i. ratio decidendi, yaitu alasan-alasan yang berkaitan langsung atau yuridis

relevant yang dijadikan dasar pertimbangan hakim dalam memberikan

putusan. Di dalam hal ini, hakim menguraikan fakta-fakta material (material

facts) yang terungkap atau terbukti di persidangan, sehingga hakim

menggunakannya sebagai alasan atau pertimbangan hukum (yuridis) untuk

memutus.

ii. obiter dictum, yaitu suatu ucapan atau sesuatu yang dikemukakan secara

sepintas dan tidak berkaitan langsung atau yuridis irrelevant. Dengan

demikian, tidak memiliki dasar dan kekuatan mengikat untuk

dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

45

Wahyu Sasongko, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Bandar Lampung, Universitas Lampung, 2011,

hlm.32 46

Ibid. 47

Ibid. hlm. 33

Page 55: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

41

Jadi dasar pembenaran adanya pidana menurut teori ini adalah terletak pada

tujuannya. Memang, hakikatnya teori pemidanaan tersebut ditransformasikan

melalui kebijakan pidana (criminal policy) pada kebijakan legislatif.48

D. Tinjauan Tentang Keadilan

Keadilan secara umum diartikan sebagai perbuatan atau perlakuan yang adil.

Sementara adil adalah tidak berat sebelah, tidak memihak dan berpihak kepada

yang benar. Itu berarti semua orang harus dilindungi dan tunduk pada

hukum yang ada secara tanpa pandang bulu.

Keadilan dalam konteks hukum menyangkut hubungan antara individu atau

kelompok masyarakat dengan negara. Intinya adalah semua orang atau kelompok

masyarakat diperlakukan secara sama oleh negara berdasarkan hukum yang

berlaku. Semua pihak dijamin untuk mendapatkan perlakuan yang sama sesuai

dengan hukum yang berlaku.

Keadilan menurut Barda Nawawi Arief adalah perlakuan yang adil, tidak berat

sebelah, tidak memihak dan berpihak kepada yang benar.51

Keadilan menurut

kajian filsafat adalah apabila dipenuhi dua prinsip, yaitu: pertama tidak merugikan

seseorang dan kedua, perlakuan kepada tiap-tiap manusia apa yang menjadi

haknya. Jika kedua prinsip ini dapat dipenuhi maka hal itu dikatakan adil. Pada

praktiknya, pemaknaan keadilan dalam penanganan sengketa-sengketa hukum

ternyata masih dapat diperdebatkan.

48

Barda Nawawi Arief, Op.Cit, hlm. 128

Page 56: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

42

Keadilan substantif dimaknai keadilan yang diberikan sesuai dengan aturan-

aturan hukum substantif, dengan tanpa melihat kesalahan-kesalahan prosedural

yang tidak berpengaruh pada hak-hak substantif penggugat. Ini berarti bahwa apa

yang secara formal-prosedural benar bisa saja disalahkan secara materil dan

substansinya melanggar keadilan. Demikian sebaliknya, apa yang secara formal

salah bisa saja dibenarkan jika secara materil dan substansinya sudah cukup adil

(hakim dapat menoleransi pelanggaran prosedural asalkan tidak melanggar

substansi keadilan). Dengan kata lain keadilan substantif bukan berarti hakim

harus selalu mengabaikan undang-undang yang tidak memberi rasa keadilan

sekaligus menjamin kepastian hukum.

Artinya hakim dituntut untuk memiliki keberanian mengambil keputusan yang

berbeda dengan ketentuan normatif undang-undang, sehingga keadilan

substansial selalu saja sulit diwujudkan melalui putusan hakim pengadilan,

karena hakim dan lembaga pengadilan hanya akan memberikan keadilan

formal.52

Banyak pihak merasakandan menilai bahwa lembaga pengadilan kurang adil

karena terlalu syarat dengan prosedur, kaku, dan lamban dalam memberikan

putusan terhadap suatu sengketa. Faktor tersebut tidak lepas dari cara pandang

hakim terhadap hukum yang kaku dan normatif-prosedural dalam melakukan

konkretisasi hukum.53

Keadilan sebagai suatu perbuatan dikatakan adil apabila telah didasarkan pada

perjanjian yang telah disepakati, dalam keadaan tidak berat sebelah dan

sepatutnya tidak sewenang-wenang. Keadilan adalah suatu perbuatan mengambil

Page 57: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

43

hak dari orang yang wajib memberikannya dan memberikannya kepada

orang yang berhak menerima keadilan tersebut.54

Keadilan mengatur hubungan

yang adil antara orang yang satu dan yang lain atau antara warga negara yang satu

dengan warga negara lainnya. Dengan demikian peranan keadilan dan nilai-nilai

di dalam masyarakat harus dipertahankan untuk menetapkan kaedah hukum

apabila diharapkan kaedah hukum yang diciptakan itu dapat berlaku efektif.

Berhasil atau gagalnya suatu proses pembaharuan hukum, baik pada masyarakat

yang sederhana maupun yang kompleks sedikit banyak ditentukan oleh

pelembagaan hukum di dalam masyarakat. Jelas bahwa usaha ini memerlukan

perencanaan yang matang, biaya yang cukup besar dan kemampuan

memproyeksikan secara baik. Di dalam masyarakat seperti Indonesia yang

sedang mengalami masa peralihan menuju masyarakat modern tentunya nilai-

nilai yang ada mengalami proses perubahan pula.

Masyarakat yang melaksanakan pembangunan, proses perubahan tidak hanya

mengenai hal-hal yang bersifat fisik, tetapi juga pada nilai-nilai dalam

masyarakat yang mereka anut. Nilai-nilai yang dianut itu selalu terkait dengan

sifat dan sikap orang-orang yang terlibat di dalam masyarakat yang

membangun.55

Ide keadilan mengandung banyak aspek dan dimensi yaitu keadilan hukum,

keadilan ekonomi, keadilan politik dan bahkan keadilan sosial. Memang benar

bahwa keadilan sosial tidak identik dengan keadilan ekonomi ataupun keadilan

hukum. Bahkan keadilan sosial juga tidak sama dengan nilai-nilai keadilan yang

diimpikan dalam falsafah kehidupan yang bisa dikembangkan oleh para filosof.

Page 58: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

44

Ujung dari pemikiran dan impian-impian tentang keadilan itu adalah keadilan

aktual dalam kehidupan nyata yang tercermin dalam struktur kolektif

masyarakat. Artinya ujung dari semua ide tentang keadilan hukum dan

keadilan ekonomi adalah keadilan sosial yang nyata. Karena itu dapat dikatakan

bahwa keadilan sosial itu merupakan simpul dari semua dimensi dan aspek dari

ide kemanusiaan tentang keadilan.

Istilah keadilan sosial itu terkait dengan pembentukan struktur kehidupan

masyarakat yang didasarkan atas prinsip-prinsip persamaan (equality) dan

solidaritas. Dalam konsep keadilan sosial terkandung pengakuan akan

martabat manusia yang memiliki hak-hak yang sama yang bersifat asasi.56

Page 59: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis

normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif dilakukan untuk

memahami persoalan dengan tetap berada atau bersandarkan pada lapangan atau

kajian ilmu hukum, sedangkan pendekatan yuridis empiris dilakukan untuk

memperoleh kejelasan dan pemahaman dari permasalahan penelitian berdasarkan

realitas yang ada.53

Berdasarkan pengertian tersebut, pendekatan yuridis normatif

dan yuridis empiris digunakan untuk memahami persoalan mengenai dasar

pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku penyalahguna

narkotika dengan berdasarkan pada studi kasus terhadap Putusan Pengadilan

Negeri Gunung Sugih Nomor 450/pid.sus/2016/PN.GNS dan Nomor

412/Pid.Sus/2016/PN.GNS).

53

Soerjano Soekanto, Op.Cit. hlm. 41

Page 60: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

46

B Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data utama yang langsung dari lapangan penelitian dengan

cara melakukan wawancara dengan responden, untuk mendapatkan data yang

diperlukan dalam penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber hukum

yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Data sekunder dalam

penelitian ini, terdiri dari:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer bersumber dari:

(1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo Undang-Undang Nomor 73 Tahun

1958 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

(2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP).

(3) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

(4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Page 61: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

47

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder dapat bersumber dari bahan-bahan hukum yang

melengkapi hukum primer dan peraturan perundang-undangan lain yang sesuai

dengan masalah dalam penelitian ini. Selain itu bahan hukum sekunder berasal

dari Putusan Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor: 450/pid.sus/2016/PN.GNS

dan Nomor 412/Pid.Sus/2016/PN.GNS.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier dapat bersumber dari berbagai bahan seperti teori/pendapat

para ahli dalam berbagai literatur/buku hukum, dokumentasi, media masa, kamus

hukum dan sumber dari internet.

C. Penentuan Narasumber

Narasumber adalah orang yang dapat memberi informasi yang dibutuhkan oleh

peneliti, dengan demikian maka dalam penelitian ini penentuan narasumber

yang akan diwawancarai sangat penting guna mendapatkan informasi terkait yang

diteliti. Sebagaimana tersebut diatas maka narasumber dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Hakim pada Pengadilan Negeri Gunung Sugih = 2 orang

2) Dosen bagian hukum pidana Fakultas Hukum Unila = 1 orang

Jumlah = 3 orang

Page 62: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

48

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah prosedur yang dilakukan dengan serangkaian kegiatan

seperti membaca, menelaah dan mengutip dari buku-buku literatur serta

melakukan pengkajian terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan terkait

dengan permasalahan.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan adalah prosedur yang dilakukan dengan kegiatan wawancara

(interview) kepada responden penelitian sebagai usaha mengumpulkan

berbagai data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan

yang dibahas dalam penelitian.

2. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk mempermudah analisis data yang telah

diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Pengolahan data dilakukan

dengan tahapan sebagai berikut:

a. Seleksi data, adalah kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui kelengkapan data

selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan yang diteliti dalam

penelitian ini.

Page 63: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

49

b. Klasifikasi data, adalah kegiatan penempatan data menurut kelompok-

kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-

benar diperlukan dan akurat untuk dianalisis lebih lanjut.

c. Sistematisasi, adalah kegiatan menyusun data yang saling berhubungan dan

merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada sub pokok pembahasan

sehingga mempermudah interpretasi data.

E. Analisis Data

Analisis data merupakan langkah lanjut setelah melakukan penelitian. Menurut

Soerjono Soekanto, analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat

yang tersusun secara sistematis, jelas, dan terperinci yang kemudian

diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Analisis data yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan penarikan

kesimpulan dilakukan dengan metode induktif, yaitu menguraikan hal-hal

yang bersifat khusus ke hal-hal yang bersifat umum sesuai dengan permasalahan

yang dibahas dalam penelitian ini.54

54

Ibid. hlm. 121

Page 64: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

V. PENUTUP

A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku

tindak pidana penyalahgunaan narkotika golongan I sebagaimana yang

dimaksud dalam putusan hakim dalam perkara nomor:

450/Pid.Sus/2016/PN.Gns dan Nomor 412/Pid.sus/2016/PN.Gns Tahun 2017.

yaitu majelis hakim mempertimbangkan hal-hal yuridis dan non yuridis.

Pertimbangan hakim yang bersifat yuridis adalah unsur delik pada Pasal 127

ayat (1) huruf (a), alat bukti yang berupa keterangan saksi-saksi, keterangan

ahli, barang bukti serta keterangan terdakwa dan fakta-fakta hukum yang

terungkap di persidangan. Pertimbangan hakim yang bersifat non yuridis

adalah hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan terdakwa.

Rasa keadilan dirasa kurang memenuhi rasa keadilan karena hakim hanya

melihat seperti motif terdakwa lalu tujuan terdakwa melakukan hal tersebut.

Berdasarkan hukum seharusnya hakim memberikan keadilan berdasarkan

ketentuan Undang-Undang narkotika masing-masing. Putusan hakim berupa

Page 65: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

85

pidana penjara ringan, ini artinya terdakwa akan diberikan kesempatan untuk

memperbaiki hidupnya dan untuk melanjutkan menjadi pribadi yang lebih

baik lagi.

2. Putusan Hakim menjatuhkan putusan yang berbeda terhadap peristiwa yang

sama atau bisa disebut dengan koorporatif hakim bagi pelaku Penyalahgunaan

Narkotika yang tertangkap tangan pada putusan No.

450/Pid.Sus/2016/PN.Gns dan Nomor 412/Pid.sus/2016/PN.Gns Tahun 2017

yaitu:

Bahwa terdakwa pada putusan No. 450/Pid.Sus/2016/PN.Gns dan Nomor

412/Pid.sus/2016/PN.Gns Tahun 2017 saudara YULIS NAITA ALS MAMI

BINTI ADIPATI terbukti secara sah meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana dan melanggar Pasal 131 Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika “dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak pidana”.

Dengan pidana penjara 7 (tujuh) bulan. Sedangkan saudara DIANTONI Bin

AHMAD NURDIN terbukti secara sah meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor35

Tahun 2009 tentang Narkotika dan Undang-Undang Nomor: 8 tahun 1981

tentang kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana serta ketentuan hukum

lain yang berkaitan dengan perkara ini “Penyalahguna Narkotika Golongan I

Bagi Diri Sendiri. Dengan pidana penjara selama 1 satu tahun 3 tiga bulan.

Dari keterangan hakim menyatakan bahwa hal ini dapat disebabkan dengan

perbedaan pendapat berdasarkan dari keyakinan hakim itu sendiri. Bahwa

hakim diperbolehkan menjatuhkan hukuman berdasarkan keyakinan dan hati

nurani.

Page 66: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

86

B. Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada majelis hakim untuk lebih mempertimbangkan aspek

rehabilitasi bagi para pengguna (bukan pengedar) narkotika agar pengguna

tersebut setelah direhabilitasi akan dapat kembali dan diterima dalam

kehidupan masyarakat secara baik serta tidak mengulangi perbuatannya di

kemudian hari.

2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika adalah produk

undang-undang yang baik dalam menangani masalah penyalahgunaan

narkotika, namun melihat Pasal-Pasal didalamnya beberapa menimbulkan

ketidakpastian. Dibutuhkan aturan turunan dari Pasal yang dianggap penting

dalam pelaksanaan penegakan hukum tindak pidana penyalahgunaan

narkotika.

Page 67: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

Daftar Pustaka

Buku

Arief, Barda Nawawi. 1996, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung, PT Citra Aditya Bhakti,

Supramono, Gatot. 2004, Hukum Narkoba Indonesia, Jakarta, Djambatan,

Hamzah, Andi. 2001, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta, Rineka Cipta,

Hamzah. Andi, 2009, Termologi Hukum Pidana, Jakarta, Sinar Grafika

Hartono, 2007, Penyidikan & Penegakan Hukum Pidana, Jakarta, Sinar Grafika

Husin Kadri dan Budi Rizki, 2012, Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia,

Bandar Lampung, Lembaga Penelitian Universitas Lampung,

H.M. Agus Santoso, 2012, Hukum, Moral, dan Keadilan, Jakarta Kencana

Marpaung, Laden. 2011, Proses Penanganan Perkara Pidana, Jakarta, Sinar

Grafika,

Mertokusumo, Sudikno. 2012 dalam buku Teguh Prasetyo, Hukum Pidana,

Jakarta: PT. Raja Grafindo,

Mulyadi, Lilik. 2007, Kekuasaan Kehakiman, Surabaya, Bina Ilmu.

Moeljatno, 1993, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta, Rineka Cipta,

Moh. Taufik Makaro, dkk., 2005, Tindak Pidana Narkotika, Bogor, Ghalia,

Muhammad Ali, 2005, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Jakarta,

Pustaka Amani,

Mulyadi dan Barda Nawawi Arief, 1998, Teori-teori dan Kebijakan Pidana,

Alumni, Bandung, Sinar Grafika

Rifai,Ahmad. 2010, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif ,Jakarta, Sinar Grafika,

Page 68: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/40105/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan mata

Soedjono Dirjosisworo, 1990, Hukum Narkotika di Indonesia, Bandung.PT. Citra

Aditya Bakti,

Soerjono Soekanto, 1993, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia,

Press Jakarta,

Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada,

Sudarto, 1986, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung, Alumni,

Tri Andrisman, 2011, Hukum Pidana, Bandar Lampung, Universitas Lampung

Wahyu Affandi, 1984, Hakim dan Penegakan Hukum, Bandung, Alumni,

Media

https://id.wikipedia.org/wiki/Asas_Legalitas

http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2016/09/pengertian-dan-unsur-

pertanggungjawaban-pidana.html

https://bnnkgarut.wordpress.com/2012/08/02/faktor-penyebab-penyalahgunaan-

narkoba

Putusan. No. 450/Pid.Sus/2016/PN Gns

Putusan Nomor 412/Pid.Sus/2016/PN Gns

Lampiran Negara UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Lembaran Negara Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika