fakultas ekonomi universitas syiah kuala banda aceh, 21-22 ... · setiap anggota harus...
TRANSCRIPT
1
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, KOMITMEN ORGANISASI, PEMAHAMAN
GOOD GOVERNANCE, INTEGRITAS AUDITOR, BUDAYA ORGANISASI, DAN ETOS
KERJA TERHADAP KINERJA AUDITOR (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Big Four yang Berafiliasi di Indonesia Tahun 2011)
Oleh
Dr. H. Yuskar, S.E., M.A., Ak & Selly Devisia, S.E
(Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas)
ABSTRACT
The objective of this research is to determine and to examine the influence of independent
variables such as auditor independence, organizational commitment, good governance comprehension,
auditor integrity, organizational culture and work ethic to auditor performance as a dependent variable in
this paper (empirical study on the affiliated Big Four public accounting firms in Indonesia 2011). The
methodology used in this research is causal comparative approach that is through examination of problem
characteristics in the form of causal relationship between two variables or more. There are two types of
data that are used in this research, primary and secondary data. Primary data are collected by distributing
questionnaires to each Big Four accounting firm’s webmail where each respondent work for. Meanwhile
secondary data are obtained from library research. The population of this study is the auditors who work
for big four accounting firms that are affiliated in Indonesia in 2011. Convenience sampling and
purposive sampling are the two sampling method that are used in this research while data analysis uses
multiple regression analysis in SPSS. The results shown that some variables such as auditor
independence, organizational commitment, auditor integrity and organizational culture have significant
effect to the performance of auditors, meanwhile other variables such as good governance comprehension
and work ethics do not have direct impact to auditor performance. In this case, the writer has identified
that there are several other-factors that directly affect auditor performance such as personnel
competencies, cognitive ability and work motivation.
Keywords: auditor independence, organizational commitment, good governance comprehension,
auditor integrity, organizational culture, work ethic, auditor performance,
2
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
I. Latar Belakang Masalah
Akuntan profesional mempunyai peran penting dalam dunia bisnis dan
perkembangannya. Profesi akuntan kini menjadi salah satu profesi kunci dalam perkembangan
dan kemajuan dunia binis. Akuntan bukan hanya sekedar ahli dalam bidangnya tetapi harus dapat
melaksanakan pekerjaan profesinya dengan due professional care dan selalu menjunjung tinggi
kode etik profesinya. Kurangnya independensi auditor dan maraknya rekayasa laporan keuangan
korporat, telah menurunkan kepercayaan para pemakai laporan keuangan auditan, sehingga para
pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur mempertanyakan eksistensi akuntan
publik sebagai pihak yang independen.
Beberapa kasus terkait krisis moral dalam dunia bisnis seperti yang dikemukakan
beberapa tahun silam adalah kasus Enron Corporation, kasus mark-up laporan keuangan PT.
Kimia Farma (2001) yang overstated di mana terjadi penggelembungan laba bersih tahunan
senilai Rp 32,668 miliar, telah menyebabkan tuntutan pengadilan terhadap sebuah Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang menjadi auditor perusahaan tersebut.
Terjadinya kasus–kasus kegagalan auditor dalam mengungkapkan rekayasa dan
kecurangan pelaporan keuangan berskala besar seperti di atas, telah membuat banyak pihak
mempertanyakan dan meragukan kredibilitas dan independensi profesi akuntan publik. Menurut
hasil penelitian Trisnaningsih (2007) membuktikan bahwa independensi auditor mempengaruhi
kinerja auditor. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Alim dkk dan Cristiawan (2002)
bahwa independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
Dalam studinya, Azad (1994) menemukan bahwa kondisi yang tertekan (secara waktu),
auditor cenderung berperilaku disfungsional, misal melakukan prematur sign off. Situasi seperti
ini merupakan tantangan tersendiri bagi auditor, karena dalam kompleksitas tugas yang semakin
tinggi dan anggaran waktu yang terbatas, mereka dituntut untuk menghasilkan laporan auditor
3
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
independen yang berkualitas. Auditor yang komitmen terhadap profesinya, tetap akan loyal
terhadap profesinya seperti yang dipersepsikan oleh auditor tersebut.
Berbagai penelitian mengenai komitmen organisasi telah dilakukan, diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh Somers dan Birnbaum (1998) di mana komitmen organisasi tidak
berpengaruh terhadap kinerja. Namun tidak demikian dengan Ketchand dan Strawser (2001)
yang menguji berbagai dimensi komitmen organisasi dan menunjukkan hubungan antara
komitmen organisasi dengan kinerja.
Sementara itu Sunarsip (2001) mengemukakan bahwa terjadinya krisis ekonomi di
Indonesia disebabkan oleh tata kelola yang buruk (bad governance) pada sebagian besar pelaku
ekonomi (publik dan swasta). Lebih lanjut Sunarsip (2003), menyatakan bahwa peran profesi
akuntan selama ini masih belum optimal dalam mewujudkan good governance. Prinsip dasar
konsep good governance pada KAP antara lain terkait dengan fairness (keadilan), transparency
(transparansi), accountability (akuntabilitas), responsibility (pertanggungjawaban), dan
independency (objektif, tidak memihak).
Dalam menjalankan profesinya, seorang auditor hendaknya memperhatikan prinsip dasar
good governance dalam KAP tersebut. Auditor juga harus mentaati aturan etika profesi. Menurut
Satyo (2005) memahami kode etik saja tidak cukup untuk membuat perilaku karyawan dan
perusahaan menjadi lebih baik dan etis. Pemahaman good governance diimplementasikan pada
perusahaan secara tepat, terutama untuk memperoleh karakter perusahaan yang kuat dalam
menghasilkan manajemen kinerja yang unggul. Kapler dan Love (2002) menemukan adanya
hubungan antara corporate governance dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA.
Namun tidak demikian halnya dengan Trisnaningsih (2007) yang menemukan bahwa
pemahaman good governance tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Integritas merupakan kualitas yang menimbulnya kepercayaan masyarakat dan tatanan
nilai tertinggi bagi anggota profesi dalam menguji semua keputusan yang dibuatnya. Integritas
4
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
mengharuskan auditor dalam segala hal, jujur dan terus terang dalam batasan kerahasiaan objek
pemeriksaan. Menurut Mulyadi (2002) untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik,
setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab professional dengan integritas yang tinggi, serta
setiap anggota harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari pertentangan kepentingan
dalam melakukan tanggung jawab professional. Integritas terhadap profesi inilah yang paling
penting dipertahankan oleh auditor.
Selain faktor di atas, budaya organisasi dan etos kerja juga dapat mempengaruhi kinerja
auditor. Budaya organisasi merupakan sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang
berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-anggotanya. Budaya
organisasi yang baik akan menciptakan kepuasan kerja karyawan dan berdampak pada kinerja
yang lebih baik. Flamholtz dan Narasimhan (2005) meneliti tentang pengaruh perbedaan elemen
budaya terhadap kinerja keuangan dan hasilnya menyatakan bahwa beberapa elemen budaya
organisasi mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian
ini didukung oleh Henry (2006), Boon dan Arumugam (2006) dan hasilnya budaya organisasi
mempengaruhi kinerja auditor. Demikian pula dengan etos kerja merupakan topik yang hangat
diperbincangkan.
Paper yang merupakan hasil penelitian empiris ini menguraikan dan membahas berbagai
permasalahan di atas, sebagaimana dinyatakan dalam judul paper ini.
II. TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Independensi Auditor dan Kinerja Auditor
Independensi akuntan publik merupakan salah satu karakter sangat penting untuk profesi
akuntan publik. Kode Etik Akuntan Indonesia pasal 1 ayat dua menyatakan bahwa setiap anggota
harus mempertahankan integritas, objektivitas dan independensi dalam melaksanakan tugasnya.
Seorang auditor yang mempertahankan integritas, akan bertindak jujur dan tegas dalam
5
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
mempertimbangkan fakta, terlepas dari kepentingan pribadi. Auditor yang mempertahankan
objektivitas, akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan dan permintaan pihak tertentu atau
kepentingan pribadinya. Auditor yang menegakkan independensinya, tidak akan terpengaruh dan
dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan
fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan.
Hasil penelitian Trisnaningsih (2007) mengindikasikan bahwa auditor yang hanya
memahami good governance tetapi dalam pelaksanaan auditnya tidak menegakkan
independensinya maka tidak akan berpengaruh terhadap kinerjanya. Alim dkk (2007) dan
Cristiawan (2002) menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
auditor. Mawar, Siti (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kompetensi dan
independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian di atas dan hasil
penelitian sebelumnya dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H1 : Independensi auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor.
2.2 Komitmen Organisasi dan Kinerja Auditor
Komitmen organisasi merupakan kondisi di mana pegawai sangat tertarik terhadap
tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasinya. Komitmen organisasional menunjukkan suatu daya
dari seseorang dalam mengidentifikasikan keterlibatannya dalam suatu bagian organisasi
(Mowday, et al. dalam Vandenberg, 1992). Komitmen organisasional dibangun atas dasar
kepercayaan pekerja atas nilai-nilai organisasi, kerelaan pekerja membantu mewujudkan tujuan
organisasi dan loyalitas untuk tetap menjadi anggota organisasi. Oleh karena itu, komitmen
organisasi akan menimbulkan rasa ikut memiliki (sense of belonging) bagi pekerja terhadap
organisasi. Jika pekerja merasa jiwanya terikat dengan nilai-nilai organisasional yang ada maka
dia akan merasa senang dalam bekerja, sehingga kinerjanya dapat meningkat.
6
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Yousef (2000) telah meneliti tentang komitmen organisasional sebagai mediasi hubungan
antara gaya kepemimpinan dengan kinerja, dengan menggunakan 430 pekerja individu di United
Arab Emerates. Hasil analisisnya menyatakan bahwa komitmen organisasional terbukti
memediasi hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja karyawan. Sementara hasil
penelitian Ketchand dan Strawser (2001) juga telah menguji berbagai dimensi dari komitmen
organisasi dan menemukan bahwa adanya hubungan antara komitmen organisasi dengan kinerja.
Studi Siders et al. (2001), dan Fernando et al. (2005) dari hasil penelitiannya, juga memberikan
kesimpulan yang sama bahwa komitmen organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap
kinerja. Hasil yang demikian, lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa komitmen yang tepat akan
memberikan motivasi yang tinggi dan memberikan dampak yang positif terhadap kinerja
sesorang atas pekerjaan. Berdasarkan uraian di atas dan beberapa hasil penelitian sebelumnya,
dirumuskan hipotesis seperti berikut:
H2 : Komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor.
2.3 Pemahaman Good Governance dan Kinerja Auditor
Dengan melaksanakan good governance dapat menciptakan proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih
meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. Kapler dan Love (2002) menemukan adanya
hubungan antara corporate governance dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan Return
On Assets (ROA). Penemuan penting lainnya dari penelitian mereka adalah bahwa penerapan
good governance di tingkat perusahaan lebih memiliki arti dalam negara berkembang
dibandingkan negara maju. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan good
governance akan memperoleh manfaat lebih besar di negara yang lingkungan penegakan
hukumnya kurang baik, sedangkan Trisnaningsih (2007) dalam penelitiannya bahwa pemahaman
good governance berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor tidak terbukti.Berdasarkan
uraian di atas dan penelitian sebelumnya, di indikasikan bahwa seorang auditor yang memahami
7
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
good governance, kinerjanya akan menjadi lebih baik. Dengan demikian dapat dirumuskan
hipotesis seperti berikut:
H3: Pemahaman good governance berpengaruh terhadap kinerja auditor.
2.4 Integritas Auditor dan Kinerja Auditor
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan
patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang
auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan audit. Alim dkk (2007) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor
memiliki kompetensi serta integritas yang baik. Kinerja auditor ditunjukkan dengan kualitas
laporan audit yang dapat diandalkan berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Dengan
integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kinerja serta kualitas hasil
pemeriksaannya. Penelitian tentang integritas auditor ini, pernah dilakukan oleh Ika Sukriah
(2009), dalam penelitiannya meneliti pengaruh pengalaman kerja, independensi, obyektifitas,
integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan dan hasilnya menyatakan
integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Ketidaksignifikan
hasil disebabkan karena penggunaan beberapa pertanyaan yang sensitif yang melibatkan keadaan
pribadi individu,serta target responden yang terbatas yakni auditor internal inspektorat sepulau
Lombok. Berdasarkan uraian di atas dan penelitian sebelumnya, dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut :
H4 : Integritas berpengaruh terhadap kinerja auditor.
2.5 Budaya Organisasi dan Kinerja Auditor
Budaya organisasi merupakan pola pemikiran, perasaan dan tindakan dari suatu
kelompok sosial yang membedakan dengan kelompok sosial yang lain. Budaya organisasi juga
merupakan salah satu variabel penting bagi seorang pemimpin, karena budaya organisasi
mencerminkan nilai-nilai yang diakui dan menjadi pedoman bagi pelaku anggota organisasi.
8
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Kreitner dan Kinicki (2000) mendefinisikan budaya organisasi sebagai perekat
perusahaan melalui nilai-nilai yang ditaati, peralatan simbolik dan cita-cita sosial yang ingin
dicapai. Flamholtz dan Narasimhan (2005) meneliti tentang pengaruh perbedaan elemen-elemen
budaya terhadap kinerja keuangan, dengan menggunakan 702 responden pada perusahaan
industri di US. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa beberapa elemen budaya organisasi
mempunyai pengaruh yang berbeda pada kinerja keuangan perusahaan. Henri (2006)
mengadakan penelitian tentang budaya organisasional dan sistem pengukuran kinerja.
Temuannya menyatakan bahwa sistem pengukuran kinerja memfokuskan pada organisasi,
mendukung strategi pembuatan keputusan serta melegitimasi kekuasaan top manager.
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian tersebut di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian:
H5 : Budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor.
2.6 Etos Kerja dan Kinerja Auditor
Setiap organisasi yang selalu ingin maju dan mencapai apa yang menjadi tujuan
perusahaan tersebut, hal ini harus melibatkan anggotanya untuk meningkatkan mutu kinerjanya,
diantaranya setiap organisasi harus memiliki etos kerja. Beberapa penelitian riset mendukung
asumsi bahwa etos kerja merupakan faktor penting yang menentukan pelaksanaan pekerjaan
yang lebih baik dan bertambahnya kepuasan. Ford menyatakan bahwa 17-18 percobaan di
sebuah organisasi memperlihatkan peningkatan yang positif sesudah adanya etos kerja.
Penelitian tersebut menyatakan bahwa etos kerja memberikan prestasi yang lebih baik dan
kinerja yang lebih baik pula. Chaplin ( 2001 ) mengatakan bahwa etos kerja adalah watak atau
karakter suatu kelompok nasional atau kelompok rasial tertentu. Maksudnya adalah etos kerja dalam suatu
perusahaan tidak akan muncul begitu saja, akan tetapi harus diupayakan dengan sungguh-sungguh
melalui proses yang terkendali dengan melibatkan semua sumber daya manusia dalam seperangkat sistem
dan alat-alat pendukung yang ada dalam perusahaan tersebut.Berdasarkan dari asumsi tersebut, maka
dalam penelitian ini dapat disimpulkan hipotesis :
H6 : Etos kerja berpengaruh terhadap kinerja auditor.
9
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
III. METODE PENELITIAN
3.1 Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode non probability sampling dengan teknik purposive
sampling. Purposive sampling atau pengambilan sampel bertujuan dilakukan dengan mengambil
sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh auditor di KAP Big Four yang berafiliasi di Indonesia, dimana tiap sampel masing-
masing KAP Big Four terdiri dari EY sebanyak 6 responden, PWC sebanyak 12 responden,
KPMG sebanyak 5 responden, Deloitte sebanyak 9 responden. Peneliti mulai menyebarkan
kuesioner ke lapangan dari tanggal 26 Januari sampai 4 Maret 2011.
3.2. Pengukuran Variabel
Komponen yang digunakan untuk penilaian dalam penelitian ini menggunakan
instrument yang dikembangkan oleh Mautz dan Sharaf 1961 (dalam Triasningsih, 2007) yaitu
independensi penyusunan program, independensi investigative dan independensi pelaporan yang
terdiri dari 10 item. Variabel komitmen organisasi ini diukur dengan menggunakan instumen
yang dikembangkan oleh Meyer dan Allen (1984) dan telah direplikasi oleh Triasningsih (2003).
Instrumen terdiri dari 9 item pertanyaan. Instrumen pemahaman good governance diukur dengan
menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Indonesian Institute of Corporate Governance
dalam Triasningsih (2007), diukur dengan empat indikator variabel yaitu : prinsip keadilan,
transparansi, akuntabilitas dan pertanggungjawaban yang terdiri dari 8 item. Instrumen integritas
auditor diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Ika Sukriah (2009),
diukur dengan empat indikator variabel yaitu : kejujuran, keberanian, sikap bijaksana auditor
serta tanggung jawab auditor yang terdiri dari 9 item. Variabel budaya organisasi dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Hofstede (1990).
Instrumen terdiri dari 5 elemen budaya organisasi yang berorientasi pada orang dan 6 elemen
budaya organisasi yang berorientasi pada pekerjaan. Variabel etos kerja dalam penelitian ini
10
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Tasmara (2002) dengan empat
indikator yang terdiri dari 8 item menghargai waktu, tangguh dan pantang menyerah, keinginan
untuk mandiri dan penyesuaian. Variabel kinerja auditor dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Larkin (1990) dan telah direplikasi oleh
Trisnaningsih (2004) dan Hian Ayu (2009) yaitu antara lain : kemampuan, komitmen profesi,
motivasi, dan kepuasan kerja yang terdiri dari 10 item.Pengukuran masing-masing skor variable
menggunakan skala likert 1-5 mulai dari sangat tidak setuju (1) sampai sangat setuju (5).
3.3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Pengujian
validitas dilakukan dengan mengkorelasikan setiap item pertanyaan dengan total nilai setiap
variabel. Korelasi setiap pertanyaan dengan total nilai variabel dilakukan dengan uji korelasi
pearson (Nurchasanah,2003). Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi data dalam
jangka waktu tertentu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengukuran yang digunakan dapat
dipercaya/diandalkan. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode Cronbach Alpha (). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai lebih
besar dari 0,60 (Sujarweni,2007).
3.4 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik menggunakan uji normalitas, auto korelasi, multi kolinearitas
dan heterokedastisitas. Pengujian normalitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi variabel dependen dan independen atau keduanya memiliki distribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas dalam penelitian ini dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov test.
Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi
antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya (Sujarweni,2007).
Pengujian ini dilakukan untuk mencari ada tidaknya auto korelasi dengan melakukan uji Durbin
Watson (DW).
11
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen
yang memiliki kemiripan antar variabel independen dalam suatu model. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali,2006). Pengujian
multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan Variance Inflation Factor (VIF).
Heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan varians dari residual pada suatu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Suatu model penelitian yang baik jika tidak terdapat
heteroskedastisitas.
3.5 Pengujian regresi Berganda
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji T dan uji F. Uji T digunakan untuk menguji
koefisien regresi secara parsial dari variabel independennya. Untuk menentukan nilai t tabel,
ditentukan tingkat signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = (N-k) dimana N adalah jumlah
observasi dan k adalah jumlah variabel termasuk intersep.
Uji F merupakan alat uji hipotesis yang digunakan untuk mengetahui signifikan atau
tidaknya pengaruh variabel independen secara bersama atau simultan terhadap variabel
dependen. Apabila Fhit > Ft , maka terdapat hubungan yang signifikan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
IV Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah dilakukan analisis data dan pengujian hipotesis, diperoleh hasil bahwa penelitian
ini secara empiris membuktikan bahwa variabel independensi auditor berpengaruh terhadap
kinerja auditor. Seorang auditor dengan tingkat independensi yang tinggi memiliki
kecenderungan yang tidak mudah terpengaruh dan tidak mudah dikendalikan oleh pihak lain
dalam mempertimbangkan fakta temuannya.
12
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Alim
dkk (2007) dan Cristiawan (2002), yang menemukan bahwa independensi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja auditor. Siti (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
independensi auditor mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Demikian juga
penelitian yang dilakukan Trisnaningsih (2007) dan Hian Ayu (2009) juga mendukung hasil
penelitian ini.
Dengan demikian, dalam hal ini KAP Big Four yang berafiliasi di Indonesia, memiliki
unjuk kinerja yang dipengaruhi secara langsung oleh sikap independensi yang dimiliki oleh para
auditor nya. Berdasarkan hasil analisa data, diperoleh kesimpulan bahwa tingkat independensi
auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor. Dengan demikian, agar
perusahaan dapat tetap kompetitif dan mempertahankan kinerjanya ke depan maka perusahaan
perlu mengutamakan faktor independensi baik dalam tata kelola perusahaan maupun unsur
pembinaan dan manajemen kinerja para auditornya.
Semakin tinggi komitmen seorang auditor terhadap organisasi tempat auditor tersebut
bekerja maka kinerja yang dihasilkan akan semakin baik. Seorang auditor yang memiliki
komitmen yang tinggi terhadap organisasi akan memberikan kontribusi dan unjuk kerja yang
optimal. Hasil penelitian komitmen organisasi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ketchand dan Strawser (2001) yang menguji berbagai dimensi dari komitmen organisasi
menunjukkan adanya hubungan antara komitmen organisasi dengan kinerja. Studi Siders et al.
(2001), dan Fernando et al. (2005) memberikan kesimpulan yang sama bahwa komitmen
organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja.
Dengan mengkaitkan hasil penelitian ini terhadap objek penelitian, yaitu KAP Big Four
yang berafiliasi di Indonesia, yang merupakan perusahaan multinasional dengan wilayah kerja
mencakup berbagai negara, organisasi ini telah memiliki pengalaman yang sangat memadai dan
memiliki sistem tata kelola yang mengutamakan nilai-nilai profesionalisme yang berbasis kerja-
13
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
tim (teamwork) dan berbagai kebijakan internal yang mencakup kompensasi baik yang bersifat
materil maupun non-materil untuk meningkatkan kinerja sumber daya manusianya. Dengan
adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat komitmen organisasi terhadap kinerja auditor,
maka perusahaan perlu mengutamakan upaya-upaya untuk meningkatkan komitmen organisasi
para auditornya agar dapat mempertahankan kinerjanya dan tetap kompetitif di masa mendatang.
Penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel pemahaman Good Governance tidak
berpengaruh secara langsung terhadap kinerja auditor. Pembuktian tersebut memberikan
kesimpulan bahwa seorang auditor yang memiliki pemahaman good governance yang baik
belum tentu dapat menjamin unjuk kinerja yang baik, demikian juga sebaliknya. Temuan ini
mengindikasikan bahwa auditor yang hanya memahami good governance tetapi dalam tahapan
auditnya tidak menegakkan independensinya maka tidak akan berpengaruh terhadap kinerjanya.
Secara implisit pemahaman good governance dapat meningkatkan kinerja auditor jika auditor
tersebut selama tahapan audit menegakkan independensi auditor. Pada prinsipnya, good
governance memang memegang peranan penting dalam tata kelola organisasi dan individu,
namun kinerja auditor tidak sebatas dipengaruhi oleh pemahaman seorang auditor terhadap good
governance. Dalam hal ini, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi secara langsung
kinerja seorang auditor seperti kompetensi dan tingkat kognitif seorang auditor, motivasi kerja,
sikap independen, integritas yang tinggi.
Penelitian menunjukkan hasil bahwa seorang auditor yang mampu menjaga integritasnya
dengan baik cenderung akan berdampak terhadap kinerjanya yang semakin baik. Setiap orang
akan menghadapi perbedaan kondisi antara teori dan praktek lapangan. Pada situasi ini, seorang
individu ada kemungkinan berhadapan dengan conflict of interest, dimana terkadang auditor
dihadapkan pada pilihan sulit yang mampu menggoyahkan integritasnya sebagai seorang auditor.
Pada kondisi ini, auditor perlu secara tegas menggunakan wewenangnya dan tetap berpegang
teguh pada kode etik profesionalnya dalam menyelesaikan persoalan conflict of interest tersebut.
14
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Kode etik ini seperti sikap independensi, objektivitas dan mampu mempertahankan kerahasiaan
klien.
Dengan mempertimbangkan jenis pekerjaannya sebagai profesi auditor, kepercayaan
publik merupakan salah satu faktor terpenting yang perlu dipertahankan oleh Perusahaan
Akuntan Publik Big Four. Dalam hal ini agar tetap dapat dipercaya publik dan agar tetap dapat
mempertahankan kinerjanya di masa mendatang KAP Big Four. perlu berupaya untuk mengasah
integritas sumber daya manusianya, dimana hal ini dapat dilakukan dengan internalisasi nilai-
nilai perusahaan dan kebijakan organisasi serta kode etik profesi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sebuah organisasi yang memiliki budaya
organisasi yang baik, maka cenderung menciptakan perasaan nyaman bagi karyawan sehingga
karyawan akan mampu berkinerja dengan baik. Budaya organisasi yang tertanam kuat dalam diri
karyawan akan memberikan sugesti kepada karyawan untuk berperilaku positif untuk mencapai
visi dan misi perusahaan yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan pada karyawan itu
sendiri. Karyawan akan memiliki kepercayaan pada diri sendiri, kemandirian dan mengagumi
dirinya sendiri. Sifat-sifat ini akan dapat meningkatkan harapan karyawan agar kinerjanya
semakin meningkat. Menurut Gudykunst dan Kim tiap individu dapat menjadi manusia
antarbudaya yakni manusia yang memiliki kepekaan budaya, menghormati semua budaya,
memahami apa yang orang lain pikirkan, rasakan dan percayai, serta menghargai perbedaan antar
budaya atau dengan kata lain disebut kecakapan antarbudaya (intercultural competence). Hal
tersebut menyebabkan pentingnya suatu strategi komunikasi dalam penyesuaian budaya,
terutama pada perusahaan multi company yakni strategi komunikasi lintas budaya. Adanya
perusahaan yang anggotanya terdiri dari dua budaya yang sangat berbeda, atau didirikan di
lingkungan yang berbeda dengan budaya organisasi tersebut menjadikan strategi komunikasi
lintas budaya merupakan hal yang vital bagi kelangsungan perusahaan. Efektifitas dan
kelancaran suatu komunikasi di dalam sebuah perusahaan akan sangat mempengaruhi kinerja
15
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
perusahaan, seperti efisiensi waktu, hubungan kerja antar karyawan, menghindari konflik yang
destruktif, suasana kerja yang nyaman, mampu meningkatkan produktifitas karyawan dalam
melaksanakan pekerjaannya. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
Henri (2006) yang mengadakan penelitian tentang budaya organisasional dan sistem pengukuran
kinerja, dan penelitian yang dilakukan Boon dan Arumugam (2006) yang menunjukkan bahwa 4
dimensi budaya organisasi seperti kerja tim, komunikasi, penghargaan dan pengakuan, serta
pelatihan dan pengembangan memiliki hubungan positif dengan komitmen pegawai yang
nantinya akan mempengaruhi kinerja karyawan itu sendiri.
Penelitian ini secara empiris memberikan bukti bahwa variabel etos kerja tidak
berpengaruh secara langsung terhadap kinerja auditor. Pembuktian tersebut memberikan
kesimpulan bahwa seorang auditor yang memiliki etos kerja yang tinggi belum tentu dapat
memberikan prestasi kinerja yang baik, demikian juga sebaliknya. Dalam hal ini, terdapat
beberapa faktor lain yang mempengaruhi secara langsung kinerja seorang auditor seperti
kompetensi dan tingkat kognitif seorang auditor, motivasi kerja, sikap independen, gaya
kepemimpinan, serta komitmen organisasi. Hal ini disebabkan karena profesi akuntan merupakan
profesi yang membutuhkan keahlian khusus, sehingga etos kerja yang tinggi saja tidak cukup
untuk dapat meningkatkan kinerja auditor. Perlu adanya pribadi-pribadi dengan kemampuan dan
ketrampilan tinggi yang dipandang sebagai unsur penentu dalam meraih kesuksesan di berbagai
bidang. Pribadi yang kompeten diharapkan selalu produktif dan memberi manfaat bagi orang-
orang yang berinteraksi dengannya. Dengan adanya era globalisasi,dimana persaingan dan arus
informasi mengalir dengan cepat, masuknya berbagai perusahaan besar dan tenaga kerja
profesional dari mancanegara serta timbulnya persaingan usaha yang sangat ketat maka
organisasi harus bersikap proaktif dalam menetapkan strategi, antara lain dengan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, terutama terkait dengan kemampuan dan ketrampilan karyawan,
serta memperkuat motivasi dan gairah kerja.
16
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Etos kerja yang baik harus dipadu dengan kompetensi yang memadai, terutama
mengingat akuntan sebagai profesi berkeahlian khusus. Kompetensi dan karakter harus saling
mendukung, artinya keduanya harus dikembangkan secara optimal dan seimbang. Dalam hal ini
etos kerja yang baik tanpa kompetensi tinggi menggambarkan pribadi saleh tetapi kurang
berdaya dan berjaya, sebaliknya pribadi dengan kompetensi tinggi tetapi memiliki etos kerja
rendah adalah orang pintar beretos kerja rendah.
Fisher (2001) dalam penelitiannya berpendapat bahwa KAP dapat meningkatkan job
performance dan job satisfaction auditor dengan mengurangi tekanan di lingkungan kerja
profesional. Penelitian lainnya dilakukan oleh Frederick P. Morgeson, Kelly Delaney-Klinger
dan Monica A. Hemingway (2005). Penelitian yang dilakukan oleh Morgeson et al menemukan
bahwa otonomi kerja, kemampuan kognitif dan ketrampilan dalam bekerja berhubungan positif
dengan kinerja. Jadi,dapat disimpulkan bahwa tidak hanya karakter pribadi yang mempengaruhi
tindakan seseorang, tetapi kinerja juga dipengaruhi oleh keadaan eksternal pekerja.
V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terdahulu, dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Bahwa independensi auditor, komitmen organisasi, integritas auditor, dan budaya
organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa semakin independen seorang auditor, semakin komit ia terhadap
organiasi&profesinya, semakin tinggi integritas yang dimilikinya, dan semakin baik &
tinggi nilai budaya organisasi tempat ia melaksanakan tugas profesinya, maka semakin
baik tinggi pula kinerja yang dapat dicapai oleh seorang auditor independen.
2. Bahwa good governanace secara persendirian tidak berpengaruh secara langsung
terhadap kinerja auditor sehingga baik atau kurangnya pemahaman auditor tentang good
17
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
governance tidak akan mempengaruhi secara langsung kinerja auditor pada perusahaan
tersebut. Sebaliknya pemahaman good governance secara tidak langsung dan bersama-
sama dengan penegakan independensi, komitmen organiasi dan integritas yang dimiliki
auditor akan berpengaruh kuat terhadap pencapaian kinerja yang baik dan tinggi dari
seorang auditor yang independen.
3. Sama halnya dengan good governance, etos kerja secara langsung juga tidak berpengaruh
terhadap kinerja auditor. Sebaliknya realitas etos kerja secara tidak langsung dan
bersama-sama dengan penegakan independensi, komitmen organiasi dan integritas yang
dimiliki auditor akan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja yang baik dan tinggi dari
seorang auditor yang independen. Kesimpulan ini didukung oleh hasil analisis yang
dilkakukan atas hipotesis ketujuh, di mana secara simultan/bersama-sama independensi
auditor, komitmen organisasi, pemahaman good governance, integritas auditor, budaya
organisasi, dan etos kerja berpengaruh terhadap kinerja auditor.
===
Referensi
Alim, M. Nizarul. Trisni Hapsari dan Lilik Purwanti. 2007. Jurnal. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi
Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. SNA X. Makassar.
Ayu,Hian. (2009). Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen organisasi, Gaya Kepemimpinan Pemahaman Good
Governance terhadap Kinerja Auditor. Skripsi Universitas Islam Indonesia.
Azad, Ali N. 1994. Time Budget Pressure and Filtering of Time Practices in Internal Auditing : A Survey.
Managerial Auditing Journal. Vol.9, No.6 : 17-25
Boon, Ooi Keng. & Veeri Arumugam., 2006. The Influence of Corporate Culture on Organizational Commitment:
Case Sudy of Semiconductor Organizations in Malaysia. Sunway Academic Journal 3: p. 99 – 115
Chaplin, J.P. 2001. Kamus Psikologi. ( Terjemahan: Kartono, K ). Pionir Jaya.Bandung.
Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Jurnal. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian
Empiris. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol.4, No. 2, November, 79 - 92.
18
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Fernando, J., Mulki, J.P., dan Marshall, G.W. 2005. A Meta-Analysis of The Relationship Between Organizational
Commitment and Salesperson Job Performance. Jounal of Business Research, (58) : 705-714
Fisher, R.T. (2001). “Role Stress, the Tipe A Behavior Pattern, and External Auditor Job Satisfaction and
Performance”. Behavioral Research In Accounting. Vol. 13. 143
Flamholtz, E., dan Narasimhan, R.K. 2005. Differential Impact of Cultural Elements on Financial Performance.
European Management Journal, (23) : 50-64.
Ghozali, Imam.2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro. Semarang.
Gibson James. L, Ivancevich John M dan Donnely James H, Jr. 1996. Organisasi: Perilaku, Struktur dan Proses.
Terjemahan. Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta.
Goleman, Daniel. 2000. Leadership That Gets Results. Havard Business Review. USA. March – April.
Gudykunst, W.B. & Kim, Y.Y. (1997). Communicating with strangers: An approach to intercultural communication
(3rd ed.). New York: McGraw-Hill.
Henri, J. Francois. 2006. Organizational Culture and Performance Measurement Systems. Accounting Organizations
and Society, (31): 77-103.
Hofstede, G., Bram, N., Denise, D.O. and Geert, S. 1990. Measuring Organizational Culture: A Qualitative and
Quantitative Study across Twenty Cases. Administrative Science Quarterly. (35) : 286-316.
Kalbers, Lawrence P., dan Fogarty, Timothy J. 1995. Professionalism Its Consequences: A Study of Internal
Auditors. Auditing: A Journal of Practice. Vol. 14. No. 1: 64-86.
Kapler, Leora F. dan Love. 2002. Corporate governance, investor protection, and performance in emerging markets.
World Bank Working Paper. http://ssrn.com.
Ketchand, A.A. dan Strawser, J.R., 2001. Multiple Dimensions of Organizational Commitment: Implications for
Future Accounting Research. Behavioral Researchin Accounting, Vol. 13: p. 221 – 251.
Kreitner dan Kinichi. 1998. Organization Behavior. Irwin. McGraw-Hill, Boston.
Kusnan, Ahmad 2004. Analisis Sikap Iklim Organisasi, Etos Kerja Dan Disiplin Kerja Dalam Menentukan
Efektifitas Kinerja Organisasi di Garnizun Tetap III Surabaya; Laporan Penelitian;
http://www.damandiri.or.id/index.php [online : Monday, October 16, 2006, 6:03:24 PM].
Larkin, Joseph M. 1990. Does Gender Affect Internal auditors’ Performance ? The Women CPA, Spring : 20 – 24.
19
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Ludigdo, Unti. 2006. Strukturasi Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik: Sebuah Studi Interpretif. Simposium
Nasional Akuntansi IX. Universitas Andalas, Padang.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Cetakan Pertama. Refika Aditama, Bandung.
Mautz, R.K. dan Sharaf, H.A. 1961. The Philosophy of Auditing. American Accounting Association.
Mawar, Siti. 2010. Pengaruh Kompetensi dan Independensi auditor terhadap kualitas audit Refleksi Hasil Penelitian
Empiris. Skripsi.
Mayangsari,Sekar.2003. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah
Kuasieksperimen. Jurnal Riset AKuntansi Indonesia. Vol.6 no 1: Hal 1-22.
Morgeson, F.P., K. Delaney-Klinger and M. Hemingway, (2005). “The importance of job autonomy, cognitive
ability, and job-related skill for predicting role breadth and job performance” Journal of Applied
Psychology, 90:2, 399-406.
Mowday, R., Steers, R., and Porter, L. (1979). The measurement of organizational commitment. Journal of
Vocational Behavior, 14, 224-247.
Mulyadi. 2002. Auditing edisi ke 6. Salemba Empat. Jakarta.
Nurchasanah dan WiwinRahmanti. 2003. Analisis Faktor-Faktor Penentu KualitasAudit. Jurnal Akuntansi dan
Manajemen STIE YKPN. Edisi Agustus : Hal 47- 60.
Priyanti, Ana Siswardhani.2007. Pengaruh Keahlian dan Independensi Auditor terhadap kualitas audit di KAP
Yogyakarta. Skripsi tidak ditebitkan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Robbins SP, dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi. Salemba Empat. Jakarta.
Rosmiani. 1996. Etos Kerja Nelayan Muslim Di Desa Paluh Sebaji Deli Serdang Sumatera Utara;
Hubungan Antara Kualitas Keagamaan dengan Etos Kerja; Thesis; Kerjasama Program Pascasarjana
Institut Agama Islam.Negeri Jakarta & Pascasarjana UI Jakarta.
Satyo. 2005. Mendorong Good Governance dengan Mengembangkan Etika di KAP.Media Akuntansi. Edisi
Oktober: 39-42.
Sekaran, Uma. 2000. Research Methods For Business : A Skill-Building Approach. Third Edition. John Wiley &
Sons. Inc. New York.
20
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Sinamo, Jansen. 2005. Delapan Etos Kerja Profesional; Navigator Anda Menuju Sukses; Grafika Mardi Yuana,
Bogor.
Somers, M.J. dan Birnbaum, Dee. 1998. Work-Related Commitment and Job Performance: It’s Also The Nature of
The Performance That Counts. Journal of Organizational Behavior, (19) : 621-634.
Sujarweni, V. Wiratna. 2007. Belajar Mudah SPSS Untuk Penelitian. Ardana Media. Yogyakarta.
Sukriah,Ika. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap
Kualitas Hasil Pemeriksaan. Jurnal Akuntansi & keuangan.
Sunarsip, 2001. Corporate Governance Audit Paradigma Baru Profesi Akuntan dalam Mewujudkan Good
Corporate Governance. Media Akuntansi, Edisi 17, April-Mei, Tahun VIII.
Susiana dan Arleen Herawati.2007. Analisis Pengaruh Independensi,Mekanisme Corporate Governance, dan
Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar 26-
28 Juli 2007.
Trisnaningsih, S., 2003. Pengaruh Komitmen Terhadap Kepuasan Kerja Auditor:Motivasi Sebagai Variabel
Intervening (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur). Jurnal Riset akuntansi Indonesia,
(6): 199-216.
______, 2004. Perbedaan Kinerja Auditor Dilihat Dari Segi Gender. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, (7) : 108 – 123.
______, 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good
Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional
Akuntansi X. Makassar 26-28 Juli 2007.
Yousef, A. Davish. 2000. Organizational Commitment: A Mediator of The Relationships of Leadership Behavior With Job
Satisfaction and Performance in A Non-Western Country. Journal of Management Psychology, (15) : 6-28. ***
Penulis: Dr. H. Yuskar, SE, MA, Ak. adalah ketua Jurusan & Dosen Akuntansi FE UNAND, Padang. Hp.
085274538800. Email: [email protected]. ***
21
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Lampiran-1
Tabel 4.18
Pengujian Hipotesis - Hasil Uji T
Variabel T tabel T hitung Sign.
(p-value)
Kesimpulan
Independensi Auditor 2.05954 2.270 0.032 H1 diterima
Komitmen Organisasi 2.05954 4.614 0.000 H2 diterima
Pemahaman Good Governance 2.05954 2.019 0.054 H3 ditolak
Integritas Auditor 2.05954 2.305 0.030 H4 diterima
Budaya Organisasi 2.05954 4.219 0.000 H5 diterima
Etos Kerja 2.05954 2.042 0.052 H6 ditolak
Sumber: Data primer yang diolah (2011)
Tabel 4.19
Pengujian Hipotesis 7, Hasil Uji F
ANOVAb
14,923 6 2,487 29,757 ,000a
2,090 25 ,084
17,012 31
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Etos_kerja, komitmen_organisasi, budaya_organisasi,
integritas_auditor, independensi_auditor, pemahaman_good_governance
a.
Dependent Variable: Kinerja_auditorb.