faktor geriarti
DESCRIPTION
faktor geriatriTRANSCRIPT
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jatuh pada lansia, yaitu : faktor intrinsik
dan faktor ekstrinsik.
a. Faktor intrinsik
Yang termasuk dalam faktor intrinsik, yaitu : kondisi fisik dan neuropsikiatri (adanya
penyakit SSP seperti stroke, parkinson) penurunan visus dan pendengaran (fungsi
keseimbangan), perubahan neuromuskular (berkurangnya massa otot, kekauan jaringan
penghubung, penurunan range of motion sendi), gaya berjalan, dan refleks postural karena
proses penuaan.
Penuaan dapat berpengaruh pada kondisi fisik dan neuropsikiatrik manusia karena
terdapat perubahan-perubahan fungsi anatomi/fisiologik yang semakin menurun, yang bisa
menimbulkan berbagai penyakit atau keadaan patologik hal ini juga pengaruh psiko-sosial
pada fungsi organ. Gabungan dari beberapa perubahan-perubahan secara tidak langsung
dapat menyebabkan jatuh pada lansia yang dikarenakan kemampuan struktur dan fungsi
tubuh yang makin menurun.
Menurut skenario penurunan visus kemungkinan besar terjadi karena pasien
menderita katarak diabetik. katarak diabetik ini merupakan manifestasi tingkat lanjut
dari penyakit Diabetes Mellitus yang diderita oleh pasien usia lanjut. katarak diabetik ini
memberikan keluhan penurunan visus berupa penurunan tajam penglihatan secara progresif
dan penglihatan tampak seperti berasap. gejala inilah yang sering dikeluhkan oleh penderita
yang menderita katarak diabetik. penurunan visus ini merupakan salah satu penyebab
jatuhnya penderita. penyebab penurunan visus yanng lain adalah retinopati baik yang
diakibatkan oleh penyakit Diabetes mellitus maupun yang disebabkan oleh Hipertensi. akan
tatapi diskenario disebutkan bahwa pasien sudah sejak lama dianjurkan untuk operasi mata,
tetapi pasien selalu menolak. hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami gangguan
penglihatan dalam hal ini penurunan visus yang perlangsungannya kronik/progresif,
sedangkan pada retinopati penurunan visus terjadi secara tiba-tiba jadi penyebab ini
dijatuhkan.
Perubahan gaya berjalan terjadi seiring denan meningkatnya usia. Kendati perubahan
tersebut tidak telalu menonjol untuk dianggap patologis, kondisi perubahan gaya berjalan
tersebut dapat meningkatkan kejadian jatuh. Pada umumnya orang usia lanjut tidak dapat
mengangkat atau menarik kakinya cukup tinggi sehingga cenderung mudah terantuk (trip).
Orang usia lanjut laki-laki cenderung memiliki gaya berjalan dengan kedua kaki melebar dan
langkah pendek-pendek ( wide-based, short stepped gaits), sedangkan perempuan usia lanjut
sering kali berjalan dengan kedua kaki yang menyempit ( narrow based ) dan gaya
bergoyang-goyang ( waddling gait). Orang usia lanjut cenderung untuk berjalan lebih lambat
dan meningkatkan kecepatan berjalan dengan cara meningkatkan jumlah langkah per unit
waktu dibandingkan jarak satu siklus berjalan ,sertaterdapat peningkatan ayunan postural.
Pada usia lanjut yang sehat, kecepatan berjalan menurun 1-2% tiap tahunnya dan berkaitan
dengan berkurangnya panjang langkah dan jarak satu siklus berjalan. Gerak ekstensi sendi
pergelangan kaki dan rotasi pelvis menurun, serta periode double support meningkat untuk
membuat gaya berjalan lebih stabil. Bertambahnya waktu untuk menyelesaikan satu siklus
berjalan berkaitan dengan peningkatan sebesar 5 kali resiko untuk jatuh.
Stategi postural yang sering digunakan pada usia lanjut adalah strategi panggul, oleh
karena penggunaan strategi pergelangan kaki membutuhkan informasi somatosensorik yang
adekuat semetara pada usia lanjut mungkin terdapat kelemahan sendi atau sulit melakukan rotasi
pada pergelangan kaki, hilangnya sensasi somatosensorik perifer, dan kelemahan otot distal.
Walaupun demikian, penggunaan strategi panggul membutuhkan informasi verstibuler yang
adekuat dan gerakan pada panggul akan meningkatkan gaya horisontal antara pijakan dan telapak
kaki sehingga risiko untuk terpeleset dan jatuh menjadi lebih besar. Jika respon ayunan postural
tidak dapat mempertahankan keseimnbangan saat ada gangguan dan diperlukam strategi
melangkah, usia lanjut cenderung melakukan beberapa langkah untuk mengembalikan
keseimbangan
Sinkop, drop attacks, dan dizziness merupakan penyebab jatuh pada orang usia lanjut
yang sering disebut-sebut. Beberapa penyebab sinkop pada orang usia lanjut yang perlu
dikenali antara lain respons vasovagal, gangguan kardiovaskular (bradi dan takiaritmia,
stenosis aorta), gangguan neurologis akut (TIA, strok, atau kejang), emboli paru, dan
gangguan metabolik.
Drop attacks merupakan kelemahan tungkai bawah mendadak yang menyebabkan
jatuh tanpa kehilangan kasadaran. Kondisi tersebut seringkali dikaitkan dengan insufisiensi
vertebrobasiler yang dipicu oleh perubahan posisi kepala.
Dizziness atau rasa tidak stabil merupakan keluhan yang sering diutarakan oleh orang
usia lanjut yang mengalami jatuh. Pasien yang mengeluh rasa ringan di kepala harus
dievaluasi secermat mungkin akan adanya hipotensi postural atau deplesi volume
intravaskular. Di sisi lain, vertigo merupakan gejala yang lebih spesifik walaupun merupakan
pemicu jatuh yang lebih jarang. Kondisi ini dikaitkan dengan kelainan pada telinga bagian
dalam seperti labirinitis, penyakit Meniere, dan BPPV. Isemia dan infark vertebrobasiler,
serta infark serebelum juga dapat menyebabkan vertigo.
Kebanyakan pasien usia lanjut dengan gejala dizziness danunsteadiness meraa cemas,
depresi, sangat takut jatuh, sehingga evaluasi gejala mereka menjadi sulit. Beberapa pasien,
terutama pada mereka dengan gejala ke arajh vertigo, memerlukan pemeriksaan otologi,
termasuk uji auditori, yang dapat membedakan lebih jelas antara gejala akibat gangguan
telinga dalam atau adanya keterlibatan sistem saraf pusat.
Sekitar 10-20% orang usia lanjut mengalami hipotensi ortostatik yang sebagian besar
tidak bergejala. Namun demikian, beberapa kondisi dapat menyebabkan hipotensi ortostatik
yang berat sehingga memicu timbulnya jatuh. Kondisi-kondisi tersebut antara lain curah
jantung rendah akibat gagal jantung atau hipovolemia, disfungsi otonom (sebagai akibat
diabetes mellitus), gangguan aliran balik vena (insufisiensi vena), tirah baring lama
dengan deconditioning otot dan refleks, serta beberapa obat. Hubungan hipotensi ortostatik
dengan hipertensi perlu dipahami sehingga tatalaksana hipertensi yang baik amat diperlukan
untuk mencegah timbulnya hipotensi ortostatik tersebut.
Berbagai penyakit, terutama penyakit kardiovaskkular dan neurologis, dapat berkaitan
dengan jatuh. Sinkop dapat merupakan gejala stenosis aorta dan merupakan indikasi perlunya
evaluasi pasien akan adanya stenosis aorta yang memerlukan penggantian katup. Beberapa
pasien memiliki baroreseptor karotis yang sensitif dan rentan mengalami sinkop karena
refleks tonus vagal yang meningkat akibat batuk, mengedan, atau berkemih sehingga terjadi
bradikardia atau hipotensi.
Stroke akut dapat menyebabkan jatuh atau memberikan gejala jauth. TIA sirkulasi
anterior dapat menyebabkan kelemahan unilateral dan memicu jatuh. TIA sirkulasi posterior
(vertebrobasiler) mungkin juga dapt mengakibatkan vertigo, namun perlu disertai dengan satu
atau lebih lapangan pandang. Insufisiensi vertebrobasiler seringkali disebut sebagsi
penyebab drop attacks ; kompresi mekanik arteri vertebralis olehosteofit spina vertebra
servikal manakala kepala diputar disebutkan pula sebagai penyebab ketidak stabilan dan
jatuh.
Penyakit lain pada otak dan sistem saraf pusat dapat pula menyebabkan jatuh.
Penyakit Parkinson dan Hidrosefalus tekanan normal menyebabkan instabilitas dan jatuh.
Gangguan serebelum, tumor intrakranial, dan hematoma subdural juga menyebabkan
ketidakstabilan (unsteadiness) dengan kecenderungan mudah jatuh.b. Faktor Ekstrinsik
Yang termasuk dalam faktor ekstrinsik, yaitu : obat-obatan yang diminum (diuretik,
jantung, anti depresan, sedatif, hipoglikemia, anti psikotik), alat-alat bantu berjalan,
lingkungan yang tidak mendukung, dan konsumsi alkohol.
Berbagai faktor lingkungan tersebut antara lain lampu ruangan yang kurang terang,
lantai yang licin, basah, atau tidak rata, furnitur yang terlalu rendah atau tinggi, tangga yang
tak aman, kamar mandi dengan bak mandi /closer terlalu rendah atau tinggi dan tak memiliki
alat bantu untuk berpegangan, tali atau kabel yang berserakan di lantai, karpet yang terlipat,
dan benda-benda di lantai yang membuat seseorang terantuk.
Obat-obatan juga dapat menjadi penyebab jatuh pada orang usia lanjut. Misalnya obat
diuretika yang dikonsumsi menyebabkan seseorang berulang kali ke kamar kecil untuk buang
air kecil atau efek mengantuk dari obat sedatif sehingga seseorang menjadi waspada saat
berjalan.
Alat bantu berjalan yang kurang tepat untuk para lansia, memungkinkan terjadinya
jatuh, oleh karena itu pemilihan alat bantu dapat disesuaikan dengan keadaan fisik lansia, dan
penyakit yang diderita