faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan …repository.utu.ac.id/35/1/bab i-v.pdf ·...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANGANANSAMPAH RUMAH TANGGA DI DESA GAMPONG DARAT
KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN ACEH BARAT
SKRIPSI
Oleh:ASRI YENI
06C10104170
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARACEH BARAT
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat ditetapkan enam
program Pembangunan Kesehatan, salah satunya Program Lingkungan Sehat,
Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat yang bertujuan untuk mewujudkan
mutu lingkungan hidup yang sehat yang mendukung tumbuh kembang anak dan
remaja, memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat, dan memungkinkan
interaksi sosial serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal
dari lingkungan (Indonesia Sehat, 2012).
Pesatnya pertambahan penduduk, penggunaan lahan yang semakin
meningkat akibat desakan pembangunan akan mempunyai implikasi yang
mempengaruhi sumber-sumber alam dan kualitas lingkungan. Sejak tahun 1986,
pemerintah telah memperlihatkan prioritas pentingnya sanitasi lingkungan dengan
menciptakan sistim konpetensi antara daerah dalam meningkatkan dan menjaga
kebersihan (Slamet, 2000).
Masalah sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena
kurangnya pengertian masyarakat terhadap akibat-akibat yang dapat ditimbulkan
oleh sampah, kurangnya biaya pemerintah untuk mengusahakan pembuangan
sampah yang baik dan memenuhi syarat.
Faktor lain menyebabkan permasalahan sampah di Indonesia semakin
rumit adalah meningkatnya taraf hidup masyarakat, yang disertai dengan
keselarasan pengetahuan tentang persampahan dan juga partisipasi masyarakat
2
yang kurang untuk memelihara kebersihan dan membuang sampah pada
tempatnya (Slamet, 2000).
Sampah adalah sesuatu yang tidak di pakai, tidak disenangi sesuatu yang
harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia
tetapi bukan biologis karena kotoran manusia tidak termasuk didalamnya dan
umumnya bersifat padat (air bekas tidak termasuk didalamnya (Azwar, 2002).
Produksi sampah perorangan maupun rumah tangga setiap harinya tidak
dapat dipisahkan dari setiap kegiatan kehidupan manusia itu sendiri. Khususnya
sampah rumah tangga, berkaitan dengan tingkat pendapatan, tingkat pendidikan
dan besarnya keluarga. (Dainur, 1995).
Bersamaan dengan kenaikan jumlah penduduk, pendapatan juga
mengalami kenaikan. Kenaikan pendapatan menyebabkan pola hidup komsuntif
sehingga tingkat konsumsi kita meningkat, mulai dari makanan dan kemasannya.
Limbah yang dihasilkan perorangan makin besar padahal jumlah penduduk juga
bertambah. Sementara itu penda[atan kita untuk menangani sampah yang
bertumpuk atau berserakan. Di perkotaan lebih lagi hanya sebagian sampah yang
terangkut oleh dinas kebersihan kota. Sampah yang tidak terangkut menumpuk
atau berserakan dan menjadi masalah kesehtan. Banyak juga penduduk yang
berusaha memusnahkan sampah dengan membakarnya yang akan menghasilkan
zat-zat pencemar yang berbahaya (Soemarwoto, 2001).
Pengelolaan sampah pedesaan umumnya dilakukan dengan cara
membakar, menanam dalam lubang, dan tidak jarang dibuang ke dalam selokan,
sungai dan bahkan menumpuk diperkarangan atau kebun. Sungguh pun para ahli
telah menemukan berbagai cara penanggulangan sampah, termasuk cara pendaur
3
ulang, namun cara tersebut masih belum memecahkan masalah sampah yang
semakin meningkat jumlah dan jenisnya, baik di pedesaan maupun daerah kumuh
diperkotaan (Dainur, 1995).
Di Indonesia pengelolaan sampah juga menjadi masalah yang belum dapat
teratasi sepenuhnya terutama dikota kota besar termasuk di Provinsi Nanggroe
Aceh Darusalam yang secara umum sampah masih merupakan kendala utama
dalam pengelolaan dengan jumlah tempat pembuangan sampah sementara (TPS)
sebangak 5.870, yang diperiksa 3.881 dan yang memenuhi syarat 1.725 (44,4%)
(Dephubkominfo Prov Aceh, 2011).
Kabupaten Aceh Barat dengan timbunan sampah secara keseluruhan 298
m3/hari dan sampah rumah tangga rata-rata 37m3/hari (Dinas Kebersihan Kota, ,
2012). Sedangkan dari data BAPEDAL tahun 2013 jumlah data yang dihasilkan
perhari 264m2, jumlah sampah yang dikelola 56m2 dengan jumlah sampah setiap
bulannya mencapai 8.040m2 (BAPEDAL Aceh Barat, 2013). Pada lokasi
penelitian di Gampong Darat prasarana kebersihan yang tersedia seperti TPS,
truk/gerobak sampah, tempat pengelolaan sampah dan WC umum, hanya saja di
Gampong Darat tidak memiliki TPA namun dengan fasilitas tersebut masih
banyak keluarga yang tidak memperhatikan penanganan sampah yang terkadang
dapat mengakibatkan banjir, banyak masyarakat yang membuang sampah ke
selokan dan juga membiarkannya begitu saja, seperti daun-daunan, plastic, kertas,
botol dan kotoran hewan masih bececeran di selokan dan dijalan, sehingga
pemahaman masyarakat serta perilaku masyarakat Gampong Darat masih kurang
mengenai penanganan sampah rumah tangga.
4
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas permasalahan yang peniliti ambil adalah faktor-
faktor –faktor apa saja yang mempengaruhi penanganan sampah rumah tangga di
Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat.
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan sampah
rumah tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat terhadap penanganan sampah
rumah tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh
Barat.
2. Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap penanganan sampah rumah
tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat
3. Untuk mengetahui tindakan masyarakat terhadap penanganan sampah rumah
tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat.
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Sebagai bahan sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi masyarakat
Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat
2. Sebagai bahan referensi kepada peneliti berikutnya tentang penanganan
sampah
5
4.1.2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak pemerintah Aceh Barat,
sebagai bahan masukan dalam program kesehatan lingkungan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sampah
Menurut Azwar (2002) yang dimaksud dengan sampah adalah sebagian dari
sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang
umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan
industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak
termasuk kedalamnya dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak
termasuk didalamnya). Manik (2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda
yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang. Yang dihasilkan
oleh kegiatan manusia.
Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang
dibuang karena sudah tidak digunakan dan dibuang disebut sampah. Dengan
demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut:
1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat.
2. Adanya hubungan langsung atau tidak langsung dengan manusia
3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.
2.2. Sumber dan Jenis Sampah
2.2.1. Sumber-Sumber Sampah
1. Sampah buangan rumah tangga, termasuk sisa bahan makanan, sisa
pembungkus makanan dan pembungkus perabotan rumah tangga sampai
sisa tumbuhan kebut dan sebagainya.
7
2. Sampah buangan pasar dan tempat-tempat umum (warung, toko dan
sebagainya) termasuk sisa makanan, sampah pembungkus makanan, dan
pembungkus lainnya, sisa bangunan, sampah tanaman dan sebagainya.
3. Sampah buangan jalanan termasuk diantaranya sampah berupa debu
jalanan, sampah sisa tumbuhan tanaman, sampah pembungkus bahan
makanan dan bahan lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa
kotoran serta bangkai hewan.
4. Sampah industri termasuk diantaranya air limbah industri, debu industri.
Sisa bahan baku dan bahan jadi dan sebagainya (Dainur, 1995)
2.2.2. Sampah Berdasarkan zat pembentuknya
1. Sampah organik termasuk diantaranya sisa bahan makanan serta sisa
makanan, sisa pembungkus dan sebagainya.
2. Sampah anorganik termasuk diantaranya berbagai jenis sisa gelas,
logam, plastik dan sebagainya (Manik, 2003).
2.2.3. Menurut Sifat fisiknya
1. Sampah kering yaitu sampah yang dapat dimusnahkan dengan dibakar
diantaranya kertas, sisa tanaman yang dapat dikeringkan
2. Sampah basah yaitu sampah yang karena sifat fisiknya sukar
dikeringkan untuk dibakar (Dianur, 1995).
2.2.4. Jenis Sampah
1. Sampah basah (Garbage)
Adalah jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan dan
sayuran-sayuran hasil dari pengolohan, pembuatan, dan penyediaan
8
makanan yang sebagaian besar terdiri dari zat-zat yang mudah
membusuk.
2. Sampah kering (Rubbish)
Adalah jenis sampah yang dapat dibakar dan tidak dapat dibakar yang
berasar dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor.
Sampah yang mudah terbakar umumnya terdiri dari zat-zat organic
seprti kertas, karbon, kardus, plastik dan lain-lain. Sedangkan sampah
yang tidak dapat/sukar terbakar sebagian besar mengandung zat-zat
inorganik seperti logam-logam, kaleng-kaleng dan sisa pembakaran.
3. Abu (Ashes)
Sampah jenis ini adalah sampah yang berasal dari sisa pembakaran dari
zat yang mudah terbakar seperti dirumah, kantor maupun di pabrik-
pabrik industri.
4. Sampah jalanan
Sampah jenis ini berasal dari pembersihan jalanan dan trotoar baik
dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari
kertas-kertas, daun-daunan dan lain-lainya.
5. Bangkai binatang
Sampah jenis ini berupa sampah-sampah biologis yang berasal dari
bangkai binatang yang mati karena alam, penyakit atau kecelakaan.
6. Sampah rumah tangga
Sampah jenis ini merupakan jenis sampah campuran yang terdiri dari
rubbish, garbage, ashes yang berasal dari daerah perumahan.
9
7. Bangkai kendaraan
Adalah sampah yang berasal dari bangkai-bangkai mobil.
8. Sampah industri
Merupakan sampah padat yang berasal dari indutri-indutri pengolahan
hasil bumi/tumbuhan dan industri lain.
9. Sampah perumahan
Sampah yang berasal dari sisa pembangunan gedung, perbaikan dan
pembaharuan gedung-gedung, sampah dari daerah ini berasal dari
batuan, mengandung tanah, potongan kayu, alat perekat dan lain-lain.
10. Sampah padat
Sampah yang terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat
organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pengolahan air
bangunan.
11. Sampah khusus
Jenis sampah yang memerlukan penanganan khusus misalnya kaleng
cat, film bekas, zat radioaktif dan lain-lain (Manik, 2003).
2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah
Sampah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh
berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting
anatara lain:
a. Jumlah penduduk
Semakin banyak penduduk semakin banyak pula sampahnya
10
b. Keadaan sosial ekonomi
Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakain banyak jumlah
perkapita sampah yang dibuang.
c. Kemajuan tehnologi
Kemajuan tehnologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah karena
pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk
manufaktur yang semakin beragam pula (Slamet, 2000).
2.4. Elemen Fungsional Pengelolaan Sampah
Konsep pengelolaan sampah di Indonesia yang masih banyak dilakukan
sampai dengan saat ini adalah baru pada tahap pengumpulan, pengangkutan dan
pembuangan akhir (3P). sedangkan penanganan sampah melalui peneglolahan
masih belum popular. Bila konsep pengelolaan dengan 3P masih dipertahankan
pada tahun-tahun mendatang. Maka akan memperkuat tugas pemerintah daerah
karena penambahan sarana dan prasarana pengelolaan sampah tidak secepat
pertambangan jumlah timbulan sampah yang harus ditangani.
Tehnik pengelolaan sampah dapat dimuali dari sumber sampah sampai pada
tempat pembuangan akhir sampah. Usaha pertama adalah mengurangi sumber
sampah baik dari segi kuantitas maupun kualitas denga cara:
1. Meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat
menjadi sampah.
2. Meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah,
misalnya pembungkus plastik diganti dengan pembungkus kertas.
Semua usaha ini memerlukan kesadaran dan peran serta masyarakat.
Selanjutnya, pengelolaaan ditunjukan pada pengumpulan sampah mulai dari
11
produsen sampai pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan membuat tempat
pembuangan sampah sederhana (TPS), tranportasi yang sesuai lingkungan, dan
pengelolaan pada TPA. Sebelum dimusnahkan sampah dapat juga diolah dulu
baik untuk memperkecil valume, untuk daur ulang atau dimanfaatkan kembali.
Pengolahan dapat dangan sederhana seperti pemilihan, sampai pada pembakaran
atau Insenerasi (Slamet, 2000).
2.5. Cara-cara Pengelolaan Sampah
1. Hog Feeding
Yaitu cara pengelolaan dengan sengaja mengorganisir sampah jenis garbage
untuk makanan ternak
2. Insenaration (pembakaran)
Yaitu dengan pembuangan sampah di TPA, kemudian dibakar. Pembakaran
sampah dilakukan ditempat tertutup dengan mesin dan peralatan khusus yang
dirancang untuk pembakaran sampah. Sistem ini memerlukan biaya besar
untuk pembangunan, operasional dan pemeliharaan mesin dan peralatan lain.
3. Sanitary Landfill
Yaitu pembuangan sampah dengan cara menimbun sampah dengan tanah
yang dilakukan lapis demi lapis, sedemikian rupa sehingga tidak menjadi
tempat binatang bersarang. Cara ini tentu amat bermanfaat jika sekaligus
bertujuan untuk meninggikan tanah yang rendah seperti rawa-rawa, genangan
air dan sebagai
12
4. Composting (pengomposan)
Merupakan pemanfaatan sampah organik menjadi bahan kompos. Untuk
tujuan pengomposan sampah harus dipilah-pilah sehingga sampah organik
dan anorganik terpisah.
5. Discharge To Seweres
Disini sampah harus dihaluskan dahulu dan kemudian dibuang kedalam
saluran pembuangan air bekas. Cara ini dapat dilakukan pada rumah tangga
atau dikelola secara terpusat dikota-kota. Cara ini membutuhkan biaya yang
besar serta tidak mungkin dilakukan jika sistem pembuangan air kotor baik.
6. Dumping (penumpukan)
Yaitu pembuangan sampah dengan pemnumpukan diatas tanah terbuka.
Dengan cara ini TPA memerlukan tanah yang luas dan sampah ditumpuk
begitu saja tanpa adanya perlakukan. Sistem Dumping memang dapat
menekan biaya, tetapi sudah jarang dilakukan karena masyarakat sekitar
sangat terganggu. Cara ini berpengaruh buruk terhadap lingkungan, berupa
sumber penyakit, tempat binatang bersarang
7. Individual Incenerasion
Ialah pembakaran sampah yang dilakukan secara perorangan dirumah tangga.
Pembakaran haruslah dilakukan dengan baik, jika asapnya akan mengotori
udara serta dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
8. Recycling
Ialah menghancurkan sampah menjadi jumlah yang lebih kecil dan hasilnya
dimanfaatkan misalnya kaleng, kaca dan sebagainya. Cara ini berbahaya
untuk kesehatan, terutama jika tidak mengindahkan segi kebersihan.
13
9. Reduction
Ialah menghancurkan sampah menjadi jumlah yang lebih kecil dan hasilnya
dimanfaatkan misalnya garbage reduction yang dapat menghasilkan lemak.
Hanya saja biayanya sangat mahal tidak sebanding dengan hasilnya (Azwar,
2002).
2.6. Hubungan Sampah Dengan Manusia dan Lingkungan.
Sampah berhubungan erat dengan manusia dan lingkungan karena dapat
menimbulkan dampak positif dan dampak negative terhadap manusia dan
lingkungan, baik atau buruknya dampak tersebut tergantung kepada kita
bagaimana mengelolanya.
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan dampak menguntungkan
dan pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan dampak yang
merugikan. Untuk mengetahui dampak tersebut lebih jelas dapat dilihat seperti:
a. Dampak terhadap manusia
1. Dampak menguntungkan
a. Dapat digunakan sebagai makanan ternak
b. Dapat berperan sebagai sumber energy
c. Benda yang dibuang dapat diambil kembali untuk dimanfaatkan
2. Dampak merugikan
a. Dapat berperan sebagai sumber penyakit
b. Dapat menimbulkan bahaya kebakaran
b. Dampak terhadap lingkungan
1. Dampak menguntungkan
14
a. Dapat dipakai sebagai penyubur tanah
b. Dapat dipakai sebagai penimbunan tanah
c. Dapat memperbanyak sumber daya alam melalui proses daur ulang
2. Dampak merugikan
a. Dapat menimbulkan bau yang tidak enak
b. Dapat menimbulkan pencemaran udara, tanah dan air
c. Dapat menimbulkan banjir
2.7. Hambatan Dalam Pengelolaan Sampah
Masalah pengelolaan sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit
karena:
1. Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan
masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan sampah
2. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan
keselarasan penegtahuan tentang persampahan
3. Kebiasaan pengelolahan sampah yang tidak efisien menimbulkan
pencemaran udara, tanah dan air, gangguan estetika dan memperbanyak
polusi lalat dan tikus.
4. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan.
5. Kurangnya partisipasi masyarakat untuk memelihara kebersihan dan
membuang sampah pada tempatnya (Slamet, 2002).
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa faktor yang lebih dominan
menimbulkan hambatan dalam pengolahan sampah kurangnya pengetahuan
tentang pengelolaan sampah yang kurang baik dan kurangnya partisipasi
15
masyarakat dalam memilihara kebersihan. Keseluruhan dari faktor-faktor diatas
merupakan bagian dari perilaku, baik perilaku individu, kelompok maupun
masyarakat.
2.8. Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktifitas
organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu
aktifitas dari manusia itu sendiri, oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai
pandangan yang sangat luas mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian,
dan sebagainya. ( Notoadmodjo, 2007).
Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang
merupakan hasil bersama atau resultanse antara berbagai faktor baik internal
maupun eksternal. (Notoadmodjo, 2007).
Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan
bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya
perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:
a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan,
sikap dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
keselamatan kerja, misalnya ketersedianya APD, pelatihan dan sebagainya.
16
c. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi undang-
undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya (Notoatmodjo,
2003).
2.8.1. Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi
melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Teori
pengetahuan berkaitan dengan sumber-sumber pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang
didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang
dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application)
17
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (syntesa)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru sari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-
kriteria yang ada.
Pengetahuan juga dapat dapat disimpulkan bahwa, pengetahuan itu
merupakan hasil tahu dari manusia. (Notoadmodjo, 2005).
Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yakni dengan mengetahui situasi
ransangan dari luar yang mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru didalam memperoleh informasi atau pengetahuan mengenai suatu
hal yang baru sampai pada saat yang memutuskan untuk menerima atau menolak
ide baru tersebut. (FKM UI, 2000).
18
2.8.2. Sikap
Sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui
gerakan fisik dan tangkapan pikiran terhadap sesuatu keadaan atau objek. (Salim,
2006).
Menurut salah seorang ahli phisikologi social Newcomb menyatakan bahwa
sikap merupakan kesiapa atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. (Notoadmodjo, 2003).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. (Notoadmodjo, 2007).
Newcomb dalam Notoadmodjo menyatakan bahwa sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Thomas dan Znaniecki (1920) menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi
untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap
bikan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely psychic
inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya
individual. Artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap
individu. Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang
berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh
individu. (Wawan dan Dewi, 2010).
2.8.3. Tindakan
Tindakan yaitu suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan (over behavior) jadi untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan
19
yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain ada fasilitas yang memungkinkan.
Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung dari pihak
lain. Di dalam praktek atau tindakan terdapat tingkatan-tingkatan yaitu:
1. Persepsi (perception)
Menganal dan memilih berbagai objek sehubngan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dengan
contoh merupakan indikator praktek tingkat kedua.
3. Mekanisme (mechanism)
Apabila telah dapat melakukan sesuatu yag benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek
tingkat ketiga.
4. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimotifasikanya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).
20
2.9. Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka Teori
2.10. Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel Dependent
2.1. Kerangka Konsep
Perilaku- Pengetahuan- Sikap- Tindakan
Penanganan Sampah RumahTangga
Menurut Slamet (2002)- Jumlah Penduduk- Keadaan Sosial
Ekonomi
Notoatmodjo, 2007- Pengetahuan- Sikap- tindakan
Penanganan Sampah RumahTangga Sehat
21
2.11. Hipotesis Penelitian
1. Adanya hubungan pengetahuan dengan penanganan sampah rumah
tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh
Barat.
2. Adanya hubungan sikap dengan penanganan sampah rumah tangga di
Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat.
3. Adanya hubungan tindakan dengan penanganan sampah rumah tangga
di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat.
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif yang bersifat Analitik
dengan desain Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan sampah rumah tangga di Desa
Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat. (Notoatmodjo, 2005).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan
Pahlawan Aceh Barat dan penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 September
sampai 30 September 2013.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 176 Kepala Keluarga
di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat.
3.3.2 Sampel
Dalam penelitian ini sampel akan diambil adalah Kepala Keluarga di Desa
Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat, sampel yang diambil
dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin 2005.
2)(1 dN
Nn
22
n = Jumlah sampel
N= Jumlah Populasi
d2= Presisi 25% (0,01)
2)(1 dN
Nn
)01,0(1761
176
n
76,11
176
n
76,2
176n
6476,63 n
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 64 orang tehnik pengambilan sampel
yaitu dengan Random Sampling (secara acak). (Notoatmodjo 2005).
3.4. Metode Pengumpulan Data
Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing, yaitu : penulis memeriksa kembali data-data yang diperoleh baik dari
hasil wawancara maupun laporan yang didapat untuk menilai tingkat
kesesuaian.
2. Coding, yaitu : pengkodean data yakni untuk mempermudah dalam
pengolahan dan menganalisis data memberikan kode dalam bentuk angka.
3. Tabulating, yaitu : data yang telah terkumpul ditabulasikan dalam bentuk
master tabel.
23
3.4.1. Jenis dan sumber data
1. Data primer
Diperoleh dengan melaksanakan metode wawancara dengan
mengunakan kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Aparatur Gampong Darat
Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat.
24
3.5. Definisi Operasional
Table 3.1. Definisi Operasional VariabelNo Variabel Keterangan
Variabel1 Pengetahuan Definisi :
Cara ukur :Alat ukur :Hasil ukur
Skala ukur :
Pemahaman responden mengenaipenanganan sampah rumah tangga.Wawancarakuesioner1. Baik2. KurangOrdinal
2 Sikap Definisi :
Cara ukur :Alat ukur :Hasil ukur
Skala ukur :
Respon dari responden mengenaipenanganan sampah rumah tangga.
Wawancarakuesioner1. Baik2. Kurang
Ordinal
3 Tindakan Definisi :
Cara ukur :Alat ukur :Hasil ukur
Skala ukur :
Tingkah laku yang terwujud dariresponden yang mendukung dalampenanganan sampah rumah tangga.Observasikuesioner1. Baik2. KurangOrdinal
Variabel Dependen3 Penanganan
Sampah RumahTangga
Definisi :
Cara ukur :Alat ukur :Hasil ukur
Skala ukur :
Pengelolaan sampah yang dilakukanresponden.Observasikuesioner1. Baik2. KurangOrdinal
25
3.6. Aspek Pengukuran
Pengetahuan
Pertanyaan untuk pengetahuan berjumlah 6 pertanyaan dengan skor
untuk jawaban “a” adalah 1 sedangkan jawaban “b” adalah 0. Jumlah skor
tertinggi adalah 6 sedangkan jumlah skor terendah 0 untuk menentukan
masing-masing skor di gunankan Rentang sebagai berikut:
6 + 0 = 32
Jadi:
Baik jika skor > 3
Kurang jika skor < 3
Sikap
Pertanyaan untuk sikap berjumlah 6 pertanyaan dengan skor untuk
jawaban “setuju” adalah 1 sedangkan jawaban “tidak setuju” adalah 0.
Jumlah skor tertinggi adalah 6 sedangkan jumlah skor terendah 0 untuk
menentukan masing-masing skor di gunankan Rentang sebagai berikut:
6 + 0 = 32
Jadi:
- Baik jika skor > 3
- Kurang jika skor < 3
26
Tindakan
Pertanyaan untuk tindakan berjumlah 6 pertanyaan dengan skor
untuk jawaban “a” adalah 1 sedangkan jawaban “b” adalah 0. Jumlah skor
tertinggi adalah 6 sedangkan jumlah skor terendah 0 untuk menentukan
masing-masing skor di gunankan Rentang sebagai berikut:
6 + 0 = 32
Jadi:
- Baik jika skor > 3
- Kurang jika skor < 3
Penanganan Sampah Rumah Tangga
Pertanyaan untuk penanganan sampah berjumlah 6 pertanyaan
dengan skor untuk jawaban “a” adalah 1 untuk jawaban nomor 1,2,5,6 dan
nomor 3,4, jawaban “a” bernilai 0 sedangkan jawaban “b” adalah 0 untuk
jawaban nomor 1,2,5,6 dan untuk nomor 3,4, jawaban b bernilai 1. Jumlah
skor tertinggi adalah 6 sedangkan jumlah skor terendah 0 untuk
menentukan masing-masing skor di gunankan Rentang sebagai berikut:
6 + 0 = 32
Jadi:
- Baik jika skor > 3
- Kurang jika skor < 3
27
3.7. Teknik Analisa Data
3.7.1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini disajikan dalam
bentuk table distribusi frekuensi.
Pada penelitian ini analisa data dengan statistic univariat akan
digunakan untuk menganalisa:
a. Pengetahuan responden mengenai penanganan sampah;
b. Sikap responden mengenai penanganan sampah;
c. Tindakan responden mengenai penanganan sampah;
3.7. 2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan
menentukan hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan
variabel Dependen (variabel terikat) dengan menggunakan uji statistic chi-
square (X2) (Budiarto, 2001).
X2=Ʃ ( )Keterangan: X2 = Chi-square
O = Nilai pengamatan
E = Nilai yang diharapkan
Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel
tersebut akan dihitung nilai ood ratio (OR).
Aturan yang berlaku pada Chi–Square adalah :
28
a. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka
yang digunakan adalah“Fisher’s Exact Test”
Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer
untuk membuktikan hipotesa yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (Ho
ditolak) sehingga disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna
(Budiarto, 2001).
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum
Gampong Darat terletak di Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat dengan
luas 57,5 ha/m2. Jumlah Kepala Keluarga di Gampong Darat sebanyak 176 KK
dengan jumlah penduduk sebanyak 755 orang yang terbagi atas 368 orang berjenis
kelamin laki-laki dan 352 orang berjenis kelamin perempuan. Adapun batas-batas
wilayah Gampong Darat sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Gampong Gampa
Sebelah selatan berbatasan dengan Gampong Rumdeng
Sebelah timur berbatasan dengan sungai Meureubo
Sebelah barat berbatasan dengan Gampong Drin Rampak
4.1.2. Analisis Univariat
Sebelum dilakukannya analisis univariat untuk melihat hubungan antar
variabel maka terlebih dahulu dibuat analisis univariat dengan tabel distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel yang di teliti.
1. Pengetahuan
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan MasyarakatTentang Penanganan Sampah Rumah Tangga Di Desa GampongDarat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat Tahun 2013.
No Pengetahuan Frekuensi %1 Baik 37 57,82 Kurang 27 42,2
Total 64 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
30
Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa dari 64 responden pengetahuan
masyarakat mengenai penanganan sampah yang baik sebanyak 57,8% sedangkan
yang kurang hanya 42,2%.
2. Sikap
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Masyarakat TentangPenanganan Sampah Rumah Tangga Di Desa Gampong DaratKecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat Tahun 2013.
No Sikap Frekuensi %1 Baik 35 54,72 Kurang 29 45,3
Total 64 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa dari 64 responden sikap masyarakat
mengenai penanganan sampah yang baik sebanyak 54,7% sedangkan yang
kurang hanya 45,3%.
3. Tindakan
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan MasyarakatTentang Penanganan Sampah Rumah Tangga Di DesaGampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh BaratTahun 2013.
No Tindakan Frekuensi %1 Baik 32 50,02 Kurang 32 50,0
Total 64 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa dari 64 responden tindakan masyarakat
mengenai penanganan sampah yang baik sebanyak 50% sedangkan yang kurang
juga 50%.
31
4. Penanganan Sampah Rumah Tangga
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Penanganan Sampah RumahTangga Di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan PahlawanAceh Barat Tahun 2013.
No Penanganan SampahRumah Tangga
Frekuensi %
1 Baik 37 57,82 Kurang 27 42,2
Total 64 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa dari 64 responden masyarakat yang
penanganan sampahnya baik sebanyak 57,8% sedangkan yang kurang hanya
42,2%.
4.1.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan
dependen. Penguji ini menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang
bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p< 0,05.
a. Pengetahuan dengan Penanganan Sampah Rumah Tangga
Tabel 4.5. Hubungan Pengetahuan Dengan Penanganan Sampah RumahTangga Di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan PahlawanAceh Barat Tahun 2013.
Sumber: data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 37 responden yang
pengetahuannya baik penanganan sampah rumah tangganya juga baik sebanyak
73% sedangkan dari 27 responden yang pengetahuannya kurang penanganan
PengetahuanPenanganan Sampah
Rumah TanggaTotal
Pbaik kurang
n % n % n % ORBaik 27 73,0 10 27,0 37 100 0,009 4,590Kurang 10 37,0 17 63,0 27 100 (1,581-13,329)Jumlah 37 63,8 27 36,2 64 100
32
sampah rumah tangganya juga kurang sebanyak 63%. Dari hasil uji chi square di
dapat nilai P Value = 0,009 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya
hubungan yang signifikan antara Pengetahuan dengan penanganan sampah rumah
tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat.
Dilihat dari nilai OR 4,590 maka dapat diartikan bahwa pengetahuan yang
baik memiliki peluang 5 kali penanganan sampah rumah tangganya baik di
bandingkan dengan masyarakat yang pengetahuannya kurang.
b. Sikap dengan Penanganan Sampah Rumah Tangga
Tabel 4.6. Hubungan Sikap Dengan Penanganan Sampah Rumah Tangga DiDesa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh BaratTahun 2013.
Sumber: data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 35 responden yang sikapnya baik
penanganan sampah rumah tangganya juga baik sebanyak 71,4% sedangkan dari
29 responden yang sikapnya kurang penanganan sampah rumah tangganya juga
kurang sebanyak 58,6%. Dari hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,030
dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan
antara Sikap dengan penanganan sampah rumah tangga di Desa Gampong Darat
Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat.
SikapPenanganan Sampah
Rumah TanggaTotal
Pbaik kurang
n % n % n % ORBaik 25 71,4 10 28,6 35 100 0,030 3,542Kurang 12 41,4 17 58,6 29 100 (1,250-10,031)Jumlah 37 63,8 27 36,2 64 100
33
Dilihat dari nilai OR 3,542 maka dapat diartikan bahwa sikap yang baik
memiliki peluang 3 kali penanganan sampah rumah tangganya baik di bandingkan
dengan masyarakat yang sikapnya kurang.
c. Tindakan dengan Penanganan Sampah Rumah Tangga
Tabel 4.7. Hubungan Tindakan Dengan Penanganan Sampah RumahTangga Di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan PahlawanAceh Barat Tahun 2013.
Sumber: data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 32 responden yang tindakannya
baik penanganan sampah rumah tangganya juga baik sebanyak 78,1% sedangkan
dari 32 responden yang tindakannya kurang penanganan sampah rumah
tangganya juga kurang sebanyak 62,5%. Dari hasil uji chi square di dapat nilai P
Value = 0,002 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan
yang signifikan antara Tindakan dengan penanganan sampah rumah tangga di
Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat.
Dilihat dari nilai OR 5,952 maka dapat diartikan bahwa tindakan yang
baik memiliki peluang 6 kali penanganan sampah rumah tangganya baik di
bandingkan dengan masyarakat yang tindakannya kurang.
TindakanPenanganan Sampah
Rumah TanggaTotal
Pbaik kurang
n % n % n % ORBaik 25 78,1 7 21,9 32 100 0,002 5,952Kurang 12 37,5 20 62,5 32 100 (1,977-17,920)Jumlah 37 63,8 27 36,2 64 100
34
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengetahuan dengan Penanganan Sampah Rumah Tangga
Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi
melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Teori
pengetahuan berkaitan dengan sumber-sumber pengetahuan (Notoatmodjo,
2003).
Pada lokasi penelitian didapat bahwa pengetahuan memiliki hubungan
dengan penanganan sampah rumah tangga dimana dari 37 responden yang
pengetahuannya baik penanganan sampah rumah tangganya juga baik sebanyak
73% sedangkan dari 27 responden yang pengetahuannya kurang penanganan
sampah rumah tangganya juga kurang sebanyak 63%, ini dapat diartikan bahwa
semakin banyak tahu masyarakat semakin baik penanganan sampah rumah
tangganya sebaliknya semakin sedikit pengetahuannya semakin kurang
penanganan sampah rumah tangganya.
4.2.2. Sikap dengan Penanganan Sampah Rumah Tangga
Menurut salah seorang ahli phisikologi social Newcomb menyatakan
bahwa sikap merupakan kesiapa atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. (Notoadmodjo, 2003). Sampah
berhubungan erat dengan manusia dan lingkungan karena dapat menimbulkan
dampak positif dan dampak negative terhadap manusia dan lingkungan, baik atau
buruknya dampak tersebut tergantung kepada kita bagaimana mengelolanya.
35
Pada lokasi penelitian sikap memiliki hubungan yang erat dengan
penanganan sampah rumah tangga dimana dari hasil Uji chi square di dapat nilai
P Value = 0,030 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan
yang signifikan antara Sikap dengan penanganan sampah rumah tangga di Desa
Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat.
4.2.2. Tindakan dengan Penanganan Sampah Rumah Tangga
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan dampak menguntungkan
dan pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan dampak yang
merugikan. Tindakan yaitu suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan (over behavior) jadi untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan
yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain ada fasilitas yang memungkinkan(Notoatmodjo, 2003).
Hasil penelitian yang didapa dari lokasi penelitian tindakan merupakan
domain penting dalam perilaku sehingga penelitian menunjukkan bahwa tindakan
memiliki hubungan dengan penanganan sampah dimana dari hasil hasil uji chi
square di dapat nilai P Value = 0,002 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga
terdapatnya hubungan yang signifikan antara Tindakan dengan penanganan
sampah rumah tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh
Barat.
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Adanya hubungan pengetahuan terhadap penanganan sampah rumah
tangga dengan nilai P value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,009.
2. Adanya hubungan sikap terhadap penanganan sampah rumah tangga
dengan nilai P value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,030.
3. Adanya hubungan tindakan terhadap penanganan sampah rumah tangga
dengan nilai P value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,002
3.2. Saran
1. Kepada Kepala Dinas Kebersihan Aceh Barat agar dapat lebih
memperhatikan penanganan sampah di Aceh Barat khususnya Gampong
Darat agar tidak ada lagi sampah-sampah yang berserakan dan tempat
sampah tidak kosong karena tidak terangkut oleh mobil sampah.
2. Kepada kepala keluarga guna menjaga keasrian Gampong Darat agar
terbebas dari sampah, maka masyarakat harus lebih aktif lagi dalam
penanganan dan pengelolan sampah seperti mencari informasi mengenai
penanganan sampah serta memanfaatkan sampah yang masih bisa diolah
untuk bisa dipakai kembali.