faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan publik pada
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PADA BAGIAN BINA SOSIAL SETDAKO LHOKSEUMAWE
TESIS
Oleh
T.MANSUR 067024045/SP
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
ABSTRAK
Sebagaian besar instansi-instansi pemerintah atau organisasi penyelenggara negara lainnya yang memberikan pelayanan publik, kondisi pelayanannya terkesan kurang memperoleh perhatian yang serius, antara lain ditandai oleh proses pelayanan yang cenderung berbelit-belit dan memakan waktu yang lama. Dalam hubungannya dengan hal tersebut peranan Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat. Berdasarkan observasi, ditemui beberapa fenomena pelayanan masyarakat di kantor tersebut, sebagai berikut (1) Masih adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat dalam pengurusan layanan di Bagian Bina Sosial, (2) Adanya beberapa oknum pegawai keamanan yang tidak ramah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan kondisi seperti ini, hal utama yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah daerah adalah berbagai hal yang memberikan pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban pegawai pemerintah sebagai abdi masyarakat. Perumusan Masalah Penelitian ini hendak menjawab pertanyaan tentang: (1). Bagaimana kualitas pelayanan masyarakat di Bagian Bina Sosial ?, (2). Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kualitas pelayanan masyarakat di Bagian Bina Sosial?
Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif. Responden yang dijadikan sampel sebanyak 80 (delapan puluh) orang yang terdiri atas masyarakat yang mengurus sesuatu jenis pelayanan di Kantor Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe 57 orang dan 23 orang pegawai kantor. Teknik analisa data menghitung korelasi serta pengujian korelasi dengan metode Spearman rho, yaitu: Organisasi terhadap kualitas pelayanan, kepemimpinan terhadap kualitas pelayanan, Kemampuan dan keterampilan terhadap kualitas pelayanan, penghargaan dan pengakuan terhadap kualitas pelayanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh tingkat hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan sebagai berikut organisasi, kemampuan dan keterampilan, penghargaan dan pengakuan, kepemimpinan terhadap kualitas pelayanan. Dari kesemua faktor yang berhubungan tersebut faktor kemampuan dan keterampilan memiliki tingkat signifikansi yang sangat nyata atau sangat signifikan terhadap kualitas pelayanan masyarakat. Perbaikan dari faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan terutama peningkatan dan penyempurnaan pada aspek: kemampuan dan keterampilan, kepemimpinan, penghargaan dan pengakuan, serta faktor organisasi akan secara linear cenderung menaikkan kualitas pelayanan masyarakat. Faktor-faktor yang menjadi prioritas utama dan harus dilaksanakan sesuai dengan persepsi masyarakat yaitu kesopanan aparat kecamatan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan terhadap masyarakat, melakukan komunikasi yang efektif dengan masyarakat pengguna layanan, ketepatan waktu penyelesaian layanan, dan sarana dan prasarana yang mendukung. Kata Kunci : kualitas pelayanan publik dan persepsi masyarakat
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
ABSTRACT
Several government which give public service, condition of the service of impressing less obtain; get serious attention, for example marked by service process which tend to circumvent. In the relation with the mentioned role of Bagian Bina Sosial Lhokseumawe City as executor of governance in district storey level have fundamental duty carry out service to society. Bagian Bina Sosial Lhokseumawe City pursuant to observation, met some phenomenon’s service of society in Bagian Bina Sosial Lhokseumawe City as follows: (1) There is still expense which must be released by society in management of service in district, office, (2) Existence of some officers of inhospitable security in giving service to society. With condition like this, especial matter requiring attention of local government is to matters giving prima service to society is materialization of obligation of governmental officers as serving society. Formulation of this Problem Research are answer some questions: (1). How quality service of society in Bagian Bina Sosial Lhokseumawe City?, (2). What are factors that influences the quality of service of society in Bagian Bina Sosial.
This research is used survey with quantitative approach. Respondent taken as sample counted 80 people which consist of society managing something service type in Bagian Bina Sosial Lhokseumawe City 57 people and 28 officer. Technique analyses data calculate correlation and also examination of correlation with method of Spearman rho, there are: organization to service quality, leadership to service quality, ability and skill to service quality, confession and appreciation to service quality.
Research result indicate that to be obtained by district level relation between factors influencing the quality of service as follows organization, skill and ability, confession and appreciation, leadership to service quality. From all the corresponding factors of ability factor and skill have district level of significance very to quality service of society. Repair of factors influencing the quality of service especially completion and improvement at aspect: skill and ability, leadership, confession and appreciation, and also organizational factor will by linear tend to boost up the quality of service of society. Factors becoming especial priority and have to be executed as according to perception of society that is districts government officer courtesy in executing activity of service to society, conducting effective communications with society consumer of service, accuracy of time is solving of service, and facilities and basic facilities supporting. Keywords: public services quality and perception of society
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah disampaikan kepada Allah SWT, atas kehendak-Nya dan izin-
Nya penelitian yang berjudul: "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Publik
pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe", dapat diselesaikan. Salawat dan
salam disampaikan kepada Rasulullah SAW yang membawa pencerahan kehidupan
bagi umat manusia.
Penelitian ini merupakan persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister Studi
Pembangunan (MSP) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Inti
bahasan penelitian ini adalah mengkaji tentang pelayanan publik khususnya pada
bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe. Atas rampungnya penelitian ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang turut
serta memberikan andil dan dukungan.
1. Pertama sekali ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat ibu
Prof. Dr.Ir. T. Chairun Nisa B. MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara. Atas dedikasi beliau, penulis diberi kesempatan
untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana USU Medan.
2. Ucapan terima kasih selanjutnya penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. M.
Arif Nasution, MA selaku Ketua Program Studi Pembangunan Univesitas
Sumatera Utara.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
3. Ucapan terima kasih tidak luput disampaikan kepada kedua pembimbing tesis ini,
Drs. Humaizi, M.Si. (Pembimbing I) dan Drs. Sudirman, MSP (Pembimbing II).
4. Terima kasih khusus penulis sampaikan kepada ayahanda (Alm. T. Kasim) dan
ibunda (Cut Keumalawiyah) atas cinta dan kasih sayang yang telah diberikan,
begitu juga saudara-saudara penulis. Mereka semua tidak pernah bosan
memberikan dorongan semangat sekaligus mendoakan penulis agar dapat
menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasarjana USU.
5. Istri tercinta Umaidah. S.Pd. terima kasih yang tidak terhingga dan cinta yang
tulus penulis hadiahkan kepadanya , Kaulah sumber kekuatan, inspirasi dan
semangat juangku
6. Anak –anak tercinta dan terkasih : Cut Chairunnisa. T. Alfian Pase, dan T. Rifki
Dhulul Fata” kalianlah tempatku bersandar dari segala pergulatan hidup ini dan
kalian pula asaku di depan.
7. Teman-teman di jurusan Studi Pembangunan satu angkatan, teman-teman sejawat
di Kantor Walikota Lhokseumawe yang tidak dapat disebutkan satu persatu
namanya, penulis menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya atas dorongan
dan semangat untuk terus belajar, bekerja dan berprestasi.
8. Terima kasih yang sebesar-besar Seluruh Staff dan Pegawai Magister Studi
Pembangunan yang telah banyak merepotkan penulis selama menjadi mahasiswa
hingga selesai.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Penelitian ini masih membutuhkan kritik dan saran yang berharga dari semua
kalangan. Akhirnya, dengan senantiasa mengharap ridha dan rahmat Allah swt,
semoga penelitian ini membawa berkah bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Amin
ya rabbal ‘alamin.
Medan, Juli 2008
Penulis,
T. Mansur
067024045/SP.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
1. Nama : T. Mansur
2. Tempat/ Tgl Lahir : Bantayan, 1961
3. Alamat :Jl. Pandan No. 34 Uteun Bae
Lhokseumawe
4. Nama Istri : Umaidah, S.Pd
5. Nama Anak : 1. Cut Chairunnisa.
2. T. Alfian Pase
3. T. Rifki Dhulul Fata
II. DATA PENDIDIKAN
1. SD NEGERI NO.1 PANTON LABU : TAMAT TAHUN 1973
2. SMP NEGERI NO.1 PANTON LABU : TAMAT TAHUN 1977
3. SMEA NEGERI LANGSA : TAMAT TAHUN 1981
4. STAI MALIKUSSALEH : TAMAT TAHUN 2000
5. MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN
SEKOLAH PASCA SARJANA USU MEDAN : TAMAT TAHUN 2008
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
III. DATA PENGALAMAN KERJA
1. 1984 – 2004 PEGAWAI Di BKKBN KAB. ACEH UTARA.
2. 2004,-SEKARANG KASUBAG AGAMA, PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN BAGIAN KESRA KANTOT WALIKOTA
LHOKSEUMAWE.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ………………………………………………………………... i
ABSTRACT ……………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………… iii
RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………… vi
DAFTAR ISI ……….…………………………………………………….. viii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….. 1
1.1. Latar Belakang .............. ……………………………. 1
1.2. Perumusan Masalah …………………………………. 4
1.3. Tujuan Kajian ………………..……………………… 4
1.4. Manfaat Kajian ……………………………………... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………...…………………………. 6
2.1. Pelayanan Publik ......................................................... 6
2.2. Prinsip Pelayanan Publik ............................................. 12
2.3. Konsep dan Teori Kualitas Pelayanan ....................... 13
2.3.1 Konsep Kualitas Pelayanan ........................... 13
2.3.2 Teori Kualitas Pelayanan ............................... 19
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Pelayanan ................................................................... 20
2.5. Kepuasan Pengguna Jasa ............................................ 28
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................... 30 3.1. Bentuk Penelitian …………………………………… 30 3.2. Populasi dan Sampel ………………………………... 30 3.3. Teknik Pengumpulan Data ………………………….. 32 3.4 Definisi Konsep …………………………………….. 33 3.5. Definisi Operasional ………………………………… 34 3.6 Teknik Analisis Data ………………………………... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ….……….. 37
4.1. Gambaran Umum Kota Lhoseumawe ………………. 37
4.2. Visi dan Misi Pemeringtah Kota Lhokseumawe ……. 46
4.3. Profile Bagian Bina Sosial Stdako Lhokseumawe ….. 47
4.4. Hasil Penelitian ……………………………………... 55
4.5. Distribusi Frekwensi Kualitas Pelayanan Masyarakat
di Bagian Bina sosial pemerintah Kota
Lhokseumawe............................................................... 58
4.6. Distribusi Frekwensi dan Presentasi Kualitas
Pelayanan …………………………………………… 71
4.7. Analisis Kolerasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kualitas Pelayanan terhadap Kualitas Pelayanan ........ 87
4.7.1. Analisis Korelasi Faktor Organisasi
terhadap Pelayanan ………………………... 87
4.7.2. Analisis Korelasi Pengaruh Faktor
Kepemimpinan terhadap Kualitas Pelayanan 90
4.8. Pengaruh Faktor Kemampuan dan Keterampilan
terhadap Kualitas Pelayanan ………………………... 92
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
4.9. Analisis Pengaruh Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kualitas Pelayanan terhadap Kualitas Pelayanan …… 97
BAB V PENUTUP ……………………………………………………… 99
5.1. Kesimpulan ………………………………………….. 99
5.2. Saran ………………………………………………… 100
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 102
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman
1. Jumlah Populasi dan Sampel ............................................................ 33
2 Jumlah Desa dan Kelurahan dalam Wilayah Kota
Lhokseumawe................................................................................... 43
3 Jumlah Penduduk dan Konsentrasi Penduduk Per Kecamatan dalam Kota Lhokseumawe......................................................
44
4 Jumlah Lembaga Pendidikan di Kota Lhokseumawe....................... 45
5 Kondisi Jalan Raya dalam Wilayah Kota Lhokseumawe................. 45
6 Kondisi Jembatan dalam Wilayah Kota Lhokseumawe................... 46
7 Rincian Tugas pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe...... 50
8 Peralatan pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe............. 52
9 Daftar Tabel Pegawai Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe. 53
10 Jumlah Pengguna Layanan di Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe....................................................................................
55
11 Jenis Kelamin Responden…………………………………………. 56
12 Klasifikasi Umur Responden……………………………………… 56
13 Klasifikasi Pekerjaan Responden………………………………….. 57
14 Klasifikasi Pendidikan Responden 57
15 Statistik Distribusi Frekuensi Sub Variabel Organisasi.................... 58
16 Pembagian Tugas/Pekerjaan Berdasarkan pada Kemampuan Kerja. 59
17 Kejelasan Pedoman Kerja sebagai Acuan Pelaksanaan Pekerjaan... 60
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
18 Tingkat Kejelasan Pembagian Pekerjaan…………………………. 61
19 Statistik Distribusi Frekuensi Sub Variabel Kepemimpinan............. 61
20 Keterlibatan Pimpinan dalam Memberikan Dukungan terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan........................................................
62
21 Pimpinan Mempunyai Kemampuan dalam Melakukan Perbaikan dan Mengupayakan Inovasi yang Baru.............................................
63
22 Pimpinan Mempunyai Komitmen yang Tinggi untuk Terciptanya Budaya Kualitas Pelayanan yang Baik..............................................
64
23 Statistik Distribusi Frekuensi Sub Variabel Kemampuan dan Keterampilan......................................................................................
64
24 Pemberian Kesempatan untuk Mengembangkan Kecakapan Kerja.. 65
25 Pekerjaan Dapat Diselesaikan Dalam Waktu yang Relatip Singkat.. 66
26 Pekerjaan yang Dikerjakan Sesuai dengan Keahlian ....................... 67
27 Statistik Distribusi Frekuensi Sub Variabel Penghargaan dan Pengakuan .........................................................................................
67
28 Pemberian Penghargaan Kepada yang Berjasa/Berprestasi ............. 68
29 Adanya Motivasi yang Baik dalam Melaksanakan Pekerjaan ......... 69
30 Keterlibatan dalam Proses Pengambilan Keputusan yang Berhubungan dengan Tugas ……………….....................................
70
31 Lokasi Bagian Bina Sosial ………………………………………… 72
32 Fasilitas Ruangan ………………………………………………….. 73
33 Kebersihan Lingkungan Ruangan………………………………….. 74
34 Penampilan Pegawai ……………………………………………… 75
35 Prosedur Pelayanan ………………………………………………... 77
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
36 Kecepatan Pelayanan ……………………………………………… 76
37 Realisasi Janji ……………………………………………………... 77
38 Keakuratan Pelayanan …………………………………………….. 78
39 Transparansi Biaya ………………………………………………... 78
40 Ketanggapan Pegawai …………………………………………….. 79
41 Bantuan Pegawai pada Bagian Bina Sosial ……………………...... 80
42 Keberadaan Unsur Pimpinan ……………………………………… 80
43 Kesopanan Pegawai ……………………………………………….. 81
44 Kemampuan Pegawai ……………………………………………... 82
45 Keramahan Pegawai ………………………………………………. 83
46 Pengetahuan Pegawai ……………………………………………... 83
47 Kepercayaan Terhadap Pegawai …………………………………... 84
48 Pemahaman Kebutuhan Pelayanan ………………………………... 85
49 Kemudahan Menemui Pegawai …………………………………… 86
50 Tanggapan Terhadap Keluhan …………………………………….. 87
51 Interpretasi Koefisien Korelasi ……………………………………. 88
52 Korelasi Faktor Organisasi dengan Kualitas Pelayanan ................... 89
53 Korelasi Faktor Kepemimpinan dengan Kualitas Pelayanan ……... 91
54 Korelasi Faktor Kemampuan & Keterampilan dengan Kualitas Pelayanan ………………………………………………………….
93
55 Korelasi Faktor Penghargaan dan Pengakuan dengan Kualitas Pelayanan …………………………………......................................
95
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
56 Korelasi Faktor Penghargaan dan Pengakuan dengan Kualitas Pelayanan ………………………………………..............................
97
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah utama yang dihadapi dalam menerapkan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah oleh administrasi publik pada abad ke-21
ini adalah semakin terbatasnya sumber data yang dipakai untuk keperluan melayani
kebutuhan masyarakat tersebut. Masyarakat tidak hanya menuntut pelayanan publik
yang lebih efisien dan memuaskan, tetapi juga menginginkan prilaku administrasi
publik yang lebih responsive dan mencerminkan kepatutan (fairness), keseimbangan,
etika dan kearifan (good judgment) (Kasim, 2002:6).
Otonomi daerah telah membawa implikasi pada terjadinya demokratisasi,
termasuk juga dalam hal pelayanan publik yang dilaksanakan. Masyarakat mulai
kritis dan bias menentukan jenis pelayanan bagaimanakah yang masyarakat
kehendaki. Masyarakat yang sedang tumbuh ke arah masyarakat madani (civil
society) menuntut adanya peran birokrasi pemerintah yang lebih adaptif terhadap
penguatan hak-hak publik dalam pemberian pelayanan secara lebih luas dan
berimbang.
Peningkatan dan tuntutan masyarakat akan pelayanan publik (public service)
yang efektif, efisien serta memuaskan dari pegawai pemerintah sebagai pelayan
publik semakin populer. Hal ini terkait dengan perkembangan kebutuhan, keinginan
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
dan harapan masyarakat yang terus bertambah dan kian mutakhir. Masyarakat
sebagai subjek layanan tidak suka lagi dengan pelayanan yang berbelit-belit, lama
dan beresiko akibat rantai birokrasi yang panjang. Masyarakat menghendaki
kesegaran pelayanan, sekaligus mampu memahami kebutuhan dan keinginan yang
terpenuhi dalam waktu yang relatif singkat. Keinginan-keinginan tersebut perlu
direspon dan dipenuhi oleh instansi yang bergerak dalam bidang jasa, apabila
aktivitasnya ingin memiliki citra yang baik, untuk itu pihak manajemen perlu
mengevaluasi kembali aspek pelayanan yang selama ini diberikan telah sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan masyarakat yang dilayani, atau justru sebaliknya masih
terdapat kesenjangan antara pelayanan yang diberikan dengan pelayanan yang
diharapkan masyarakat. Terjadinya kesenjangan menunjukkan adanya kualitas
pelayanan yang kurang prima, sehingga berpotensi menurunkan kinerja instansi
secara keseluruhan.
Pegawai pemerintah daerah hendaknya memberikan pelayanan yang sebaik-
baiknya berorientasi kepada kebutuhan dan kepuasan penerima pelayanan sehingga
dapat meningkatkan daya saing dalam pemberian pelayanan jasa. Untuk dapat
melaksanakan fungsi tersebut, pegawai pemerintah daerah harus dapat
menindaklanjuti dalam penyelenggaraan pelayanan umum atau pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan fungsi masing-masing unsur pelayanan.
Dalam konteks pelayanan, pentingnya lima dimensi yang perlu diperhatikan,
yaitu: tangibles, reliability, assurance responsiveness, and empathy. Tangibles
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
meliputi fasilitas fisik perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi. Reliability,
yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan para pelanggan
dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Asuransi mencakup pengetahuan,
kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari
bahaya, resiko atau keragu-raguan. Responsivness yaitu keinginan para staf untuk
membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Emphaty
meliputi kemudahan dalam hubungan, komunikasi yang baik, dan memahami
kebutuhan para pelanggan.
a) Sebagian besar instansi-instansi pemerintah atau organisasi penyelenggara
negara lainnya yang memberikan pelayanan publik, kondisi pelayanannya
terkesan kurang memperoleh perhatian yang serius, antara lain ditandai oleh
proses pelayanan yang cenderung berbelit-belit dan memakan waktu yang
lama. Dalam hubungannya dengan hal tersebut peranan pada Bagian Bina
Sosial Pemerintah Kota Lhokseumawe sebagai pelaksana pemerintahan
daerah mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelayanan kepada
masyarakat. Menyelenggarakan pelayanan pemerintahan
b) Menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan pembinaan
masyarakat
c) Memantau dan mengendalikan program kerja sampai ke kelurahan
d) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepala daerah
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan observasi, ditemui beberapa fenomena pelayanan masyarakat di
kantor Bagian Bina Sosial sebagai berikut: (1) Membutuhkan waktu yang agak lama
oleh masyarakat dalam pengurusan layanan, (2) Adanya beberapa oknum pegawai
keamanan yang tidak ramah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Dengan kondisi seperti ini, hal utama yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah
daerah adalah berbagai hal yang memberikan pelayanan prima kepada masyarakat
yang merupakan perwujudan kewajiban pegawai pemerintah sebagai abdi masyarakat.
1.2. Perumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang yang diungkapkan tadi, maka permasalahan
yang muncul dapat diindentifikasi sebagai berikut:
1. Bagaimana kualitas pelayanan masyarakat di Bagian Bina Sosial?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kualitas pelayanan masyarakat di Bagian
Bina Sosial ?
1.3. Tujuan Kajian
Mengacu pada pokok permasalahan di atas tujuan kajian ini adalah:
1. Mengindentifikasi kualitas pelayanan masyarakat di Bagian Bina Sosial Kota
Lhokseumawe.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan masyarakat di
Bagian Bina Sosial Kota Lhokseumawe.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
1.4. Manfaat Kajian
Manfaat yang didapat dari kajian ini adalah:
1. Secara Akademis, diharapkan hasil kajian ini dapat berguna bagi ilmu
pengetahuan khususnya dalam pengembangan ilmu administrasi pelayanan publik.
2. Secara Praktis, sebagai proses untuk kelanjutan penulisan tesis dan bagi
pemerintah daerah ditekankan pentingnya peningkatan kualitas pelayanan
masyarakat pada Bagian Bina Sosial Pemerintah Kota Lhoseumawe
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelayanan Publik
Kegiatan pelayanan umum merupakan perwujudan dan penjabaran dari tugas
dan fungsi pegawai pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugas umum
pemerintahan dan pembangunan. Pegawai pemerintah ditempatkan untuk
menjalankan fungsi di samping abdi negara, juga sebagai abdi masyarakat (public
servant). Oleh karena itu, untuk mewujudkan tugas dan fungsi tersebut, maka
dijabarkan dalam penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat oleh unit-unit
pelayanan. Penyelenggaraan dimaksud baik meliputi kegiatan mengatur, membina,
dan mendorong maupun dalam memenuhi kebutuhan atau kepentingan segala aspek
kegiatan masyarakat terutama partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan.
Pelayanan umum timbul karena adanya kewajiban sebagai suatu proses
penyelenggaraan kegiatan organisasi. Pelayanan umum adalah “kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan faktor material melalui
system, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan
orang lain sesuai dengan haknya” (Moenir, 2002:26-27).
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Menurut Kotler (1997:227) pelayanan adalah sebagai berikut:
A service is any act or performance that one party can offer to another that is essentially intangible and doses not result in the ownership for of anything. Its production may or may not be tied to physical product. Dari beberapa definisi tersebut dapat diketahui bahwa pengertian pelayanan
yaitu suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat
dirasakan dari pada dimiliki serta pelanggan dapat lebih berpartisipasi aktif dalam
proses mengkonsumsi jasa atau pelayanan. Dengan demikian hakekat pelayanan
publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan
perwujudan kewajiban pegawai pemerintah sebagai abdi masyarakat. Selain itu hal
penting yang sering dijadikan argument perlunya otonomi daerah adalah bahwa
dimensi pelayanan publik yang semakin terdesentralisasi pada tingkat lokal. Hal ini
sejalan dengan fungsi pokok pemerintah daerah (local government) John Stewart dan
Michael Clarke (dalam Skelcher, 1992:3) yaitu: 1). Fungsi pelayanan masyarakat
(public service function) yang terdiri atas 1.1. pelayanan lingkungan (environment
service), 1.2. pelayanan personal (personal service). 2). Fungsi pelaksanaan
pembangunan (development function), 3). Fungsi perlindungan (protective function).
Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut pegawai pemerintah daerah harus dapat
menindaklanjuti atau menjabarkan dalam penyelenggaraan pelayanan
umum/pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan fungsi masing-masing unit
layanan.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Skelcher (1992:4) mengungkapkan tujuh prinsip dalam pelayanan kepada
masyarakat, yaitu: (1). Standard, yaitu adanya kejelasan secara eksplisit mengenai
tingkat pelayanan di dalamnya termasuk pegawai dalam melayani masyarakat; (2).
Openness, yaitu menjelaskan bagaimana pelayanan masyarakat dilaksanakan, berapa
biayanya, dan apakah suatu pelayanan sudah sesuai dengan standar yang ditentukan;
(3). Information, yaitu informasi yang menyeluruh dan mudah dimengerti tentang
suatu pelayanan; (4). Choice, yaitu memberikan konsultasi dan pilihan kepada
masyarakat sepanjang diperlukan; (5). Non discrimination, yaitu pelayanan diberikan
tanpa membedakan ras dan jenis kelamin; (6). Accessibility, pemberian pelayanan
harus mampu menyenangkan pelanggan atau memberikan kepuasan kepada
pelanggan; (7). Redress, adanya sistem publikasi yang baik dan prosedur
penyampaian komplain yang mudah.
Keberhasilan dalam melaksanakan prinsip dari hakekat pelayanan yang
berkualitas sangat tergantung pada proses pelayanan publik yang dijalankan. Proses
pelayanan publik pada dua pihak yaitu birokrasi (pelayan) dan masyarakat (yang
dilayani). Oleh karena itu, untuk melihat kualitas pelayanan publik yang dimaksud
perlu diperhatikan dan dikaji dua aspek pokok yaitu: aspek proses internal organisasi
(pelayan); serta aspek eksternal organisasi yakni kemanfaatan yang dirasakan oleh
masyarakat pelanggan. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkap Skelcher (1992:10)
membagi pelanggan dalam pelayanan publik menjadi dua bagian, yaitu pelanggan
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
internal dan eksternal. Dan perhatian pelayanan sering difokuskan pada pelanggan
eksternal, yaitu masyarakat sebagai stakeholder.
Dalam membangun kualitas sebuah layanan tidak hanya dilakukan oleh
pelanggan eksternal saja, tetapi juga ditentukan oleh pelanggan internal. Dikatakan
oleh Skelcher (1992:12) bahwa: “increasingly local authorities are organized in them
of internal clients or purchasers and contractors or providers”. Sementara itu,
Moenir (2002:49) membedakan pelayanan menjadi 2 macam, yaitu pelayanan ke
dalam (pelayanan kepada manajemen) dan pelayanan ke luar. Pelayanan ke dalam
sifatnya menunjang pelaksanaan kegiatan, pemenuhan kebutuhan organisasi di
bidang produksi, pengadaan, penyimpangan, pemeliharaan, pembinaan tenaga kerja,
data informasi dan komunikasi, pembinaan system, prosedur dan metode (SPM) dan
ketatausahaan pada umumnya.
Pelayanan organisasi ke luar dilakukan oleh organisasi lini (operating units),
sedangkan pelayanan ke dalam dilakukan oleh organisasi staf (servicing units)
sebagai pendukung terhadap unit organisasi lini agar pelaksanaan tugas pokoknya
(operasionalnya) berjalan dengan baik. Menurut Yamit, fungsi pelayanan ke dalam
atau ke luar terkait dengan jenis pelanggan dan terdapat tiga macam, yaitu: (1).
Pelanggan internal (internal costumer) yaitu setiap yang ikut menangani proses
pembuatan maupun penyediaan produk di dalam perusahaan atau organisasi; (2)
Pelanggan sebagai perantara untuk mendistribusikan produk kepada pihak pelanggan
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
eksternal; (3). Pelanggan eksternal (external costumer) adalah pemakai akhir, yang
sering disebut sebagai pelanggan yang nyata (Yamit, 2001:77).
Dengan demikian pelayanan ke dalam berfungsi untuk melayani pelanggan
internal, sedangkan pelayanan keluar untuk melayani pelanggan eksternal. Dengan
begitu, maka upaya perbaikan pelayanan di sektor publik menjadi mengemuka
dengan adanya “Reinventing Government” seperti yang ditulis Osborne dan Gaebler
(1992) yang mengemukakan 10 asas dalam menata ulang pemerintahan, yaitu: (1).
Pemerintahan yang berkualitas: mengarahkan ketimbang mengayuh; (2). Pemerintah
milik masyarakat: memberi wewenang ketimbang melayani; (3). Pemerintah yang
kompetitif: menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan; (4). Pemerintah
yang digerakkan oleh misi: mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan; (5).
Pemerintah yang berorientasi hasil: membiayai hasil bukan masukan; (6), Pemerintah
berorientasi pelanggan: memenuhi kebutuhan pelanggan bukan birokrasi; (7).
Pemerintah wirausaha: menghasilkan ketimbang membelanjakan; (8). Pemerintah
antisipatip: mencegah daripada mengobati; (9). Pemerintah desentralisasi:
memberikan kewenangan; (10). Pemerintah berorientasi pasar.
Sebagai upaya perbaikan organisasi dimulai dari orang-orang yang ada di
dalam organisasi tersebut. Terdapat beberapa prinsip pokok yang harus dipahami oleh
pegawai birokrasi publik dalam aspek internal organisasi yaitu: (a). Prinsip
aksestabilitas, di mana setiap jenis pelayanan harus dapat dijangkau secara mudah
oleh setiap pengguna pelayanan (misal: masalah tempat, jarak dan prosedur
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
pelayanan); (b). Prinsip kontinuitas, yaitu bahwa setiap jenis pelayanan harus secara
terus menerus tersedia bagi masyarakat dengan kepastian dan kejelasan terhadap
ketentuan yang berlaku bagi proses pelayanan tersebut; (c). Prinsip teknikalitas, yaitu
bawa setiap jenis pelayanan proses pelayanannya harus ditangani oleh pegawai yang
benar-benar memahami secara teknis pelayanan tersebut berdasarkan kejelasan,
ketetapan dan kemantapan system, prosedur dan instrument pelayanan; (d). Prinsip
profitabilitas, yaitu bahwa proses pelayanan pada akhirnya harus dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien serta memberikan keuntungan ekonomis dan sosial baik
bagi pemerintah maupun bagi masyarakat luas; (e) Prinsip akuntabilitas, yaitu bahwa
proses produk dan mutu pelayanan yang telah diberikan harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat karena pegawai pemerintah itu pada
hakekatnya mempunyai tugas memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada
masyarakat.
Di samping pengertian di atas IAN dalam Widodo (2001 :271) disebutkan
bahwa pelayanan publik diartikan sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum
yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat dan di Daerah di Lingkungan
BUMN, BUMD dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan
kebutuhan masyarakat, maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
2.2. Prinsip Pelayanan Publik
Dari tahun ke tahun untuk membenahi pelayanan publik terus dilakukan.
Pembuatan kebijakan pemerintah dilaksanakan dengan selalu berprinsip pada
kepuasan publik untuk memberikan pelayanan yang baik kepada publik perlu perlu
diterangkan prinsip-prinsip pelayanan publik yaitu; kesederhanaan, kejelasan,
kepastian , keterbukaan, efesien, keadilan, dan ketetapan waktu. Prinsip pelayanan ini
merupakan indikator untuk menilai baik tidaknya pelayanan aparatur terhadap publik.
Menurut Islamy (2002 :4) mengemukakan bahwa, pemberian pelayanan harus
berdasarkan pada beberapa prinsip pelayanan Prima sebagai berikut :
1. Appropriateness, yaitu setiap jenis, produk, proses dan mutu pelayanan yang
disediakan pemerintah harus relevan dan signifikan sesuai dengan apa yang
dibutuhkan masyarakat.
2. Accesssibility, yaitu setiap jenis, produk , proses dan mutu pelayanan yang
disediakan pemerintah harus dapat diakses sedekat dan sebanyak mungkin
oleh pengguna pelayanan.
3. Continuity, yaitu setiap jenis, produk , proses dan mutu pelayanan yang
disediakan pemerintah harus secara terus menerus tersedia bagi masyarakat
pengguna jasa pelayanan.
4. Technicality, yaitu setiap jenis, produk , proses dan mutu pelayanan yang
disediakan pemerintah harus ditanggani oleh petugas yang benar-benar
memiliki kecakapan teknis pelayanan tersebut berdasarkan kejelasan,
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
ketepatan, dan kemantapan aturan, sistem, prosuder dan instrumen pelayanan
yang baku.
Begitu pentingnya profesional pelayanan publik, pemerintah telah mengeluarkan
suatu kebijaksanaan No. 81 Tahun 1993 Tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan
Umum yang perlu dipedomani oleh setiap birokrasi publik dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip pelayanan.
2.3. Konsep dan Teori Kualitas Pelayanan
2.3.1. Konsep Kualitas Pelayanan
Kualitas memiliki beberapa definisi dan menurut Gaspersz (1997:5)
pengertian kualitas secara konvensional menggambarkan karakteristik langsung dari
suatu produk, seperti performansi (performance), keandalan (reliability), mudah
dalam penggunaan (easy to use), estetika (esthetics) dan sebagainya. Sedangkan
definisi strategik dari kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi
keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers).
Menurut Feigenbaum (1991:7) kualitas adalah kepuasan pelanggan
sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk dikatakan berkualitas apabila
dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen yaitu sesuai dengan apa yang
diharapkan konsumen atas suatu produk. Sedangkan menurut Goestch dan Davis
(dalam Tjiptono, 2002:51) kualitas merupakan “suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan”.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Dalam ISO 8402 (Quality Vocabulary), kualitas didefinisikan sebagai totalitas
dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan, kualitas seringkali diartikan sebagai
kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Pengertian produk yang dapat berbentuk
(tangible) atau kombinasi keduanya. Tiga kategori produk yang dapat didefinisikan di
sini, yaitu:
1. Barang (goods) misalnya: mobil, telepon, dan lain-lain.
2. Perangkat lunak (software), misalnya: program computer, laporan keuangan,
prosedur, instruksi dalam sistem keuangan ISO 9000 dan lain-lain.
3. Jasa (service), misalnya: pendidikan, perbankan dan lain-lain.
Dalam bisnis jasa, pelayanan merupakan aspek yang sangat penting dan
menentukan kualitas jasa yang dihasilkan. Untuk bisa tampil dalam suasana yang
kompetitif, organisasi harus berusaha meningkatkan kualitas pelayanannya sebagai
strategi untuk memenangkan persaingan. Kualitas harus dimulai dari kebutuhan
pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan (Kotler, 1994). Dengan demikian
produk-produk didesain, diproduksi serta pelayanan diberikan untuk memenuhi
keinginan pelanggan. Karena kualitas mengacu kepada sesuatu yang menentukan
kepuasan pelanggan, suatu produk yang dihasilkan baru dapat dikatakan berkualitas
apabila sesuai dengan keinginan pelanggan, dapat dimanfaatkan dengan baik, selain
diproduksi (dihasilkan) dengan cara yang baik dan benar.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Konsep kualitas pelayanan dapat dipahami pula melalui “consumer
behaviour” (prilaku konsumen) yaitu suatu prilaku yang dimainkan oleh konsumen
dalam mencari, membeli, menggunakan dan mengevaluasi suatu produk pelayanan
yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhannya (Schiffman-Kanuk, 1997:7).
Keputusan-keputusan konsumen untuk mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi
suatu barang/jasa dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain adalah persepsinya
terhadap kualitas pelayanan. Pernyataan ini menunjukkan adanya interaksi yang kuat
antara “kepuasan konsumen” dengan “kualitas pelayanan”.
Lebih lanjut Triguno (1997:76) mengartikan kualitas sebagai berikut, yaitu:
“Standar yang harus dicapai oleh seseorang/kelompok/lembaga/organisasi mengenai kualitas sumber daya manusia, kualitas cara kerja, proses dan hasil kerja atau produk yang berupa barang dan jasa. Berkualitas mempunyai arti memuaskan kepada yang dilayani, baik internal maupun eksternal, dalam arti optimal pemenuhan atas tuntutan/persyaratan pelanggan/masyarakat.”
Kualitas pada dasarnya terkait dengan pelayanan yang terbaik, yaitu suatu
sikap atau cara karyawan dalam melayani pelanggan atau masyarakat secara
memuaskan. Menurut Triguno (1997:78) pelayanan terbaik yaitu “melayani setiap
saat, secara cepat dan memuaskan, berlaku sopan, ramah dan menolong serta
professional dan mampu. Menurut Wyckof (dalam Tjiptono, 2002:58) mengartikan
kualitas jasa atau layanan, yaitu: “tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan
pelanggan.” Ini berarti, bila jasa atau layanan yang diterima (perceived service)
sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa atau layanan dipersepsikan baik
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
dan memuaskan, sebaiknya bila jasa atau layanan yang diterima lebih rendah dari
yang diharapkan, maka kualitas jasa atau layanan akan dipersepsikan buruk.
Sedangkan menurut Zeithaml et.all (dalam Tjiptono, 2002:69) ada sepuluh
dimensi yang saling melengkapi dan merupakan faktor utama dalam menentukan
kualitas pelayanan. Kesepuluh dimensi tersebut meliputi: (1). Reliability, mencakup
dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk
dipercaya (dependability). Hal saat pertama (right the first time). Selain itu juga
berarti bahwa perusahaan yang bersangkutan memenuhi janjinya, misalnya
menyampaikan jasanya sesuai dengan jadwal yang disepakati, (2). Responsiveness,
yaitu kemauan atau kesiapan para karyawan untuk memberikan jasa yang dibutuhkan
pelanggan; (3). Competence, artinya setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa tertentu;
(4). Acces, meliputi kemudahan untuk dihubungi dan ditemui. Hal ini berarti lokasi
fasilitas jasa yang mudah dijangkau, waktu menunggu yang tidak terlalu lama,
saluran komunikasi perusahaan yang mudah dihubungi, dan lain-lain; (5). Courtesy,
meliputi sikap sopan santun, respek, perhatian, dan keramahan yang dimiliki para
contact personnel (seperti resepsionis, operator telepon dan lain-lain). (6).
Communication, artinya memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang
dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan; (7).
Credibility, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mencakup nama
perusahaan, reputasi perusahaan, kareakteristik pribadi, contact personnel, dan
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
interaksi dengan pelanggan; (8). Security, yaitu aman dari bahaya, resiko, atau
keragu-raguan. Aspek ini meliputi keamanan secara fisik (physical safety), keamanan
finansial (financial security), dan kerahasiaan (confidentiality); (9).
Understanding/knowing the customer, yaitu usaha untuk memahami kebutuhan
pelanggan; (10). Tangibles, yaitu bukti fisik dari jasa, bias berupa fasilitas fisik,
peralatan yang digunakan, representasi fisik dari jasa (misalnya kartu kredit plastik).
Metode pengukuran kualitas pelayanan dengan menggunakan sepuluh
dimensi tersebut di atas, dikenal dengan nama Metode SERVQUAL (Service
Quality). Dalam perkembangannya, dari sepuluh dimensi yang ada dapat dirangkum
menjadi hanya lima dimensi pokok. Kelima dimensi pokok tersebut menurut
Parasuraman, et all (dalam Tjiptono, 2002:70) meliputi: (1). Bukti langsung
(tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
(2). Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan; (3). Daya tanggap
(responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan
memberikan pelayanan dengan tanggap; (4). Jaminan (assurance), mencakup
pengetahuan, kemampuan, dari bahaya, resiko atau keragu-raguan; (5). Empati
(emphaty), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik,
perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.
Pakar lainnya, Gronroos (dalam Tjiptono, 2002:72-73) menyatakan bahwa
ada tiga kriteria pokok dalam menilai kualitas jasa, yaitu outcome-related, process-
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
related, dan image-related criteria. Ketiga kiriteria tersebut masih dapat dijabarkan
menjadi enam unsure, yaitu: (1). Profesionalism dan Skills, kriteria ini merupakan
outcome-related criteria, di mana pelanggan menyadari bahwa penyedia jasa (service
provider), karyawan, system operasional, dan sumbangan fisik, memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah
pelanggan secara professional: (2). Attitudes and Behavioral, kriteria ini adalah
process-related criteria, pelanggan merasa bahwa karyawan perusahaan (contact
personel) menaruh perhatian terhadap mereka dan berusaha membantu dalam
memecahkan masalah mereka secara spontan dan senang hati; (3). Accessibility and
flecsibility, kriteria ini termasuk dalam proses process-related criteria. Pelanggan
merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam kerja, karyawan, dan system operasionalnya,
dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa, sehingga pelanggan dapat melakukan
dengan mudah. Selain itu, juga dirancang dengan maksud agar dapat fleksibel dalam
menyesuaikan permintaan dan keinginan pelanggan; (4). Reliability and
Trustworhtiness, kriteria ini termasuk dalam process-related criteria. Pelanggan
memahami bahwa apapun yang terjadi, mereka bisa mempercayakan segala
sesuatunya kepada penyedia jasa beserta karyawan dan sistemnya; (5). Recovery,
termasuk dalam process-related criteria. Pelanggan memahami bahwa bila ada
kesalahan atau terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, maka penyedia jasa akan segera
mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan mencari pemecahan yang
tepat; (6). Reputation and credibility, kriteria ini merupakan process-related criteria.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Pelanggan meyakini bahwa operasi dari penyedia jasa dapat dipercaya dan
memberikan nilai atau imbangan yang sesuai dengan pengorbanannya.
2.3.2. Teori Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh Christopher Lovelock (2004:76)
dalam bukunya “Product Plus”. Apa yang dikemukakan merupakan suatu gagasan
menarik tentang bagaimana suatu produk bila ditambah dengan pelayanan (service)
akan menghasilkan suatu kekuatan yang memberikan manfaat pada organisasi dalam
meraih keuntungan bahkan untuk menghadapi persaingan. Ada 8 suplemen pelayanan
yang dapat dijelaskan sebagai berikut. (1). Information yaitu proses suatu pelayanan
yang berkualitas dimulai dari produk dan jasa yang diperlukan oleh pelanggan.
Penyediaan saluran informasi yang langsung memberikan kemudahan dalam rangka
menjawab keinginan pelanggan tersebut, adalah penting. (2). Consultation, setelah
memperoleh informasi yang diinginkan, pelanggan memerlukan konsultasi baik
menyangkut masalah teknis, administrasi, biaya. Untuk itu, suatu organisasi harus
menyiapkan sarananya menyangkut materi konsultasi, tempat konsultasi,
karyawan/petugas yang melayani, dan waktu untuk konsultasi secara cuma-cuma. (3).
Ordertaking, penilaian pelanggan pada tiik ini adalah ditekankan pada kualitas
pelayanan yang mengacu pada kemudahan pengisian aplikasi maupun administrasi
yang tidak berbelit-belit, fleksibel, biaya murah, dan syarat-syarat yang ringan. (4).
Hospitality, pelanggan yang berurusan secara langsung akan memberikan penilaian
kepada sikap ramah dan sopan dari karyawan, ruang tunggu yang nyaman dan
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
fasilitas lain yang memadai. (5). Caretaking, variasi latar belakang pelanggan yang
berbeda-beda akan menuntut pelayanan yang berbeda-beda pula. (6). Exception,
beberapa pelanggan kadang-kadang menginginkan pengecualian kualitas pelayanan.
(7). Billing, titik rawan berada pada administrasi pembayaran. Artinya, pelayanan
harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pembayaran, baik
menyangkut daftar isian formulir transaksi, mekanisme pembayaran hingga
keakuratan perhitungan tagihan. (8). Payment, pada ujung pelayanan harus disediakan
fasilitas pembayaran berdasarkan pada keinginan pelanggan, seperti transfer bank,
credit card, debet langsung pada rekening pelanggan.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan
Pelayanan umum kepada masyarakat akan dapat berjalan sebagaimana yang
diharapkan, apabila faktor-faktor pendukungnya cukup memadai serta dapat
difungsikan secara berhasil guna dan berdaya guna. Menurut Moenir (2002:88)
terdapat beberapa faktor yang mendukung berjalannya suatu pelayanan dengan baik,
yaitu: (1). Faktor kesadaran para pejabat dan petugas yang berkecimpung dalam
pelayanan umum; (2). Faktor aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan; (3).
Faktor organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya
mekanisme kegiatan pelayanan; (4). Faktor organisasi yang merupakan alat serta
system yang memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan; (5). Faktor
keterampilan petugas; (6). Faktor sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan.
Keenam faktor tersebut mempunyai peranan yang berbeda tetapi saling
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
mempengaruhi dan secara bersama-sama akan mewujudkan pelaksanaan pelayanan
secara optimal baik berupa pelayanan verbal, pelayanan tulisan atau pelayanan dalam
bentuk gerakan/tindakan dengan atau tanpa tulisan.
Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi. Ketujuh faktor
tersebut meliputi: nilai dan budaya (values and culture); proses kerja dan sistem
bisnis (work process and business system); kapasitas individu dan tim (individual and
job design); penghargaan dan pengakuan (reward and recognition); serta proses
manajemen dan system (management process and system).
Wolkins (dalam Tjiptono 2002: 75-76) mengemukakan 6 faktor dalam
melaksanakan penyempurnaan kualitas secara berkesinambungan. Keenam faktor
tersebut meliputi: kepemimpinan, pendidikan, perencanaan, review, komunikasi serta
penghargaan dan pengakuan. Dari beberapa penjelasan tersebut di atas dapat diambil
kesimpulan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu:
1. Organisasi
Organisasi pelayanan pada dasarnya tidak berbeda dengan organisasi pada
umumnya, tetapi ada perbedaan sedikit dalam penerapannya, karena sasaran
pelayanan ditujukan secara khusus kepada manusia yang mempunyai watak dan
kehendak multi kompleks. Organisasi pelayanan yang dimaksud di sini adalah
mengorganisir fungsi pelayanan baik dalam bentuk struktur maupun mekanismenya
yang akan berperan dalam kualitas dan kelancaran pelayanan. Organisasi adalah
mekanisme maka perlu adanya sarana pendukung untuk memperlancar mekanisme
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
itu. Sarana pendukung tersebut yaitu system, prosedur, dan metode. “organization is
a mechanism or structure that enables living to work effectively together” (Allen
dalam Moenir 2002:98)
Sistem, prosedur, dan methode. System sebagai susunan atau rakitan atas
sesuatu yang penting dan saling berhubungan serta saling tergantung sehingga
membentuk kesatuan yang rumit namun utuh. Faktor organisasi sebagai suatu system
merupakan alat yang efektif dalam usaha pencapaian tujuan, dalam hal ini pelayanan
yang baik dan memuaskan. Agar organisasi sebagai sistem dapat berjalan perlu ada
pembagian dalam hal organnya maupun tugas pekerjaannya sampai pada jenis
pekerjaan yang paling kecil (Moenir, 2002:125). Penerapan system kualitas yang
berfokus pada pelanggan akan berhasil apabila terlebih dahulu dipahami hambatan-
hambatan yang dihadapi. Salah satunya adalah ketidakpedulian aparatur pemerintah
dalam penerapan sistem kualitas yang berfokus pada pelanggan. Selain hal itu,
ketidakberdayaan pegawai dalam penerapan sistem kualitas yang mengarah pada
kepuasan total pelanggan.
Dengan demikian, untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat, maka pemberdayaan terhadap para pelaku birokrasi ke arah penciptaan
profesionalisme pegawai menjadi sangat menentukan. Sejalan dengan itu, Pamudji
(1994:20) mengemukakan bahwa “profesionalisme pegawai bukan satu-satunya jalan
untuk meningkatkan pelayanan publik, karena masih ada alternatif lain, misalnya
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
dengan menciptakan system dan prosedur kerja yang efisien tetapi adanya pegawai
yang profesional tidak dapat dihindari oleh pemerintah yang bertanggung jawab.
Prosedur bisa diterjemahkan sebagai tata cara yang berlaku dalam organisasi.
Kedudukannya demikian penting sebab sah atau tidaknya perbuatan orang dalam
organisasi ditentukan oleh tingkah lakunya berdasar prosedur. Prosedur bersifat
mengatur perbuatan baik ke dalam (intern) maupun ke luar (ekstern), maka harus
diketahui dan dipahami oleh orang yang berkepentingan, baik pegawai maupun
pihak-pihak di luar organisasi.
2. Kepemimpinan
Dalam kaitannya dengan manajemen pelayanan yang berkualitas, Goetsch dan
Davis (1994:192) memberikan definisi bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan
untuk membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung
jawab total terhadap usaha mencapai atau melampaui tujuan organisasi. Sedangkan
Gibson et all. (2001:364) memberikan definisi bahwa kepemimpinan sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi kompetisi individu-individu lainnya dalam suatu
kelompok. Dari definisi tentang kepemimpinan di atas konsep dasarnya berkaitan
dengan penerapannya dalam manajeman pelayanan yang berkualitas, yaitu
membangkitkan motivasi atau semangat orang lain dengan jalan memberikan
inspirasi atau mengilhami.
Perbaikan pelayanan publik di Indonesia sangat tergantung dengan peran
pemimpin instansi pemerintah (top down approach). Organisasi-organisasi yang
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
memiliki pemimpin yang kredibel berintegritas tinggi dan memiliki visi masa depan
dapat menjadi panutan dan innovator bagi reformasi pelayanan publik. Sementara itu,
Joseph M. Juran (dalam Tjiptono, 2003:160) menyatakan bahwa kepemimpinan yang
mengarah pada kualitas meliputi tiga fungsi manajerial yaitu perencanaan,
pengendalian, dan perbaikan kualitas. Strategi kualitas perusahaan harus merupakan
inisiatif dan komitmen dari manajemen puncak. Manajemen puncak harus memimpin
perusahaan untuk meningkatkan kinerja kualitasnya. Tanpa adanya kepemimpinan
dari manajemen puncak, maka usaha untuk meningkatkan kualitas hanya berdampak
kecil terhadap perusahaan.
Dalam perspektif manajemen kualitas pelayanan terpadu, kepemimpinan
didasarkan pada filosofi bahwa perbaikan metode dan proses kerja secara
berkesinambungan akan dapat memperbaiki kualitas. Kepemimpinan seperti itu, akan
memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut (Ross, 1994:34): (1). Visible,
committed, dan knowledgeable yaitu kepemimpinan yang baik mengembangkan
fokus pada aspek kualitas, melibatkan setiap orang dalam pendidikan dan pelatihan.
Selain itu, juga mengembangkan hubungan rutin dengan para karyawan, pelanggan
dan pemasok; (2). Semangat misionaris, yaitu pemimpin yang baik berusaha
mempromosikan aspek kualitas di luar organisasi, baik melalui pemasok, distributor,
maupun pelanggan; (3). Target yang agresif, yaitu kepemimpinan yang baik
mengarah pada perbaikan yang bersifat incremental, tidak sekedar perbaikan proses,
tetapi juga mengupayakan proses-proses yang berbeda; (4). Strong driver di mana
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
tujuan yang ingin dicapai dalam aktivitas perbaikan ditetapkan dengan jelas dalam
ukuran kepuasan pelanggan dan kualitas; (5). Komunikasi nilai-nilai, di mana
kepemimpinan yang baik melakukan perubahan budaya ke arah budaya kualitas
efektif. Hal ini dilakukan dengan menyusun suatu system komunikasi yang jelas dan
konsisten melalui kebijakan tertulis, misi, pedoman, dan pernyataan lainnya
mengenai nilai-nilai kualitas; (6). Organisasi, yaitu di mana struktur yang dimiliki
adalah struktur flat (flat structure) yang memungkinkan adanya wewenang yang lebih
besar bagi tingkat yang lebih rendah. Setiap karyawan diberdayakan dan dilibatkan
dalam tim-tim perbaikan antar departemen; (7). Kontak dengan pelanggan di mana
para pelanggan memiliki akses untuk menghubungi manajer puncak dan para manejer
senior perusahaan.
3. Kemampuan dan Keterampilan
Dalam bidang pelayanan yang menonjol dan paling cepat dirasakan oleh
orang-orang yang menerima layanan adalah keterampilan pelaksananya. Mereka
inilah yang membawa “bendera” terhadap kesan atas baik-buruknya layanan. Dengan
keterampilan dan kemampuan yang memadai maka pelaksanaan tugas/pekerjaan
dapat dilakukan dengan baik, cepat, dan memenuhi keinginan semua pihak, baik
manajemen itu sendiri maupun masyarakat.
Salah satu unsur yang paling fundamental dari manajemen pelayanan yang
berkualitas adalah pengembangan pegawai secara terus menerus melalui pendidikan
dan pelatihan.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Silalahi menyatakan “dalam pekerjaan keterampilan dapat dipelajari dengan
latihan, maka karyawan setengah terampil mempunyai kemungkinan besar dapat
melakukan pekerjaan itu dengan sangat memuaskan setelah suatu masa latihan”
(1987:41)
Filipo dalam Hasibuan mendefinisikan pendidikan dan pelatihan sebagai
berikut: “pendidikan adalah berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum
dan pemahaman atas lingkungan kita secara menyeluruh. Sedangkan pelatihan adalah
suatu usaha peningkatan pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk
mengerjakan suatu pekerjaan tertentu” (2002:69).
Pendidikan dan pelatihan memiliki tujuan yang sama yaitu pemahaman secara
implicit. Melalui pemahaman, karyawan dimungkinkan untuk menjadi seorang
innovator, pengambil inisiatif, serta menjadikannya efektif dan efisien dalam
melakukan pekerjaan.
4. Penghargaan dan Pengakuan
Penghargaan dan pengakuan merupakan aspek yang penting dalam
implementasi strategi kualitas. Setiap karyawan yang berprestasi baik perlu diberi
penghargaan dan prestasinya tersebut diakui. Dengan demikian dapat meningkatkan
motivasi, moral kerja, rasa bangga dan rasa kepemilikan setiap orang dalam
organisasi yang akhirnya dapat memberikan kontribusi yang besar bagi instansi dan
pelanggan yang dilayani.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Untuk memberikan kepuasan kepada pegawai terhadap keberhasilan kinerja
yang telah dicapai adalah dengan memberikan kompensasi. Menurut Mangkunegara
(2004:84) bahwa kompensasi yang diberikan kepada pegawai sangat berpengaruh
pada tingkat kepuasan kerja, dan motivasi kerja serta hasil kerja. Riset mengenai
prilaku individu dalam organisasi menunjukkan bahwa imbalan merupakan suatu
faktor yang terpenting bagi orang. Karena yang terpenting bagi kebanyakan orang,
maka masalah imbalan mengandung kekuatan mempengaruhi perilaku keanggotaan
mereka dan prestasi mereka.
Menurut Kasim (1993:27) bahwa peningkatan prestasi kerja juga dipengaruhi
oleh teori-teori motivasi yang menjurus kepada pemuasan kebutuhan dan faktor-
faktor lain yang berhubungan. Hal ini mengasumsikan bahwa organisasi yang efektif
adalah organisasi yang mampu memotivasi anggota-anggota organisasi melalui
berbagai cara seperti pemenuhan kebutuhan mereka terhadap uang, status,
keberhasilan, dan kondisi kerja. Sumberdaya manusia merupakan asset organisasi
yang paling vital, sebagai pelanggan internal yang menentukan kualitas akhir suatu
produk/jasa. Salah satu konsep untuk meningkatkan kualitas pelayanan adalah
pemberdayaan sumber daya manusia (empowerment).
Menurut Tjiptono (2002:128) pemberdayaan dapat diartikan sebagai pelibatan
karyawan yang benar-benar berarti (signifikan) sedangkan menurut
Robbins&Decenzo pemberdayaan adalah meningkatkan kewenangan dan kebebasan
para pekerja untuk mengambil keputusan. Dengan demikian, pemberdayaan tidak
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
hanya memiliki masukan, tetapi juga memperhatikan, mempertimbangkan, dan
menindaklanjuti masukan tersebut apakah akan diterima atau tidak.
2.4. Kepuasan Pengguna Jasa
Kepuasan pelanggan merupakan hasil yang dirasakan oleh pembeli yang
mengalami kinerja sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapannya. Pengguna jasa
(pelanggan) cenderung merasa puas apabila harapan pelanggan terpenuhi, dan merasa
amat senang apabila harapan mereka terlampaui. Pelanggan yang puas cenderung
tetap loyal lebih lama, membeli lebih banyak, kurang peka terhadap perubahan harga,
dan pembicaraannya menguntungkan perusahaan.
Menurut Yoeti (2003:36), kepuasan pelanggan banyak ditentukan oleh
kualitas performa pelayanan di lapangan. Bila pelayanan (service) tidak sama sekali
atau tidak sesuai dengan harapan (expectation) pelanggan, maka di mata pelanggan
pelayanan yang diberikan dinilai jelek. Harapan pelanggan memiliki peranan yang
besar sebagai standar perbandingan dalam evaluasi suatu kualitas maupun kepuasan.
Menurut Zeithaml, et all (1990:37) faktor-faktor yang mempengaruhi harapan
pelanggan adalah: (1). Komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth
communication), merupakan pernyataan (secara personal atau non personal) yang
disampaikan oleh orang lain selain organisasi (service provider) kepada pelanggan.
Word of mouth ini biasanya cepat diterima pelanggan karena menyampaikan adalah
mereka yang dapat dipercaya, seperti para pakar, teman, keluarga dan publikasi
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
media. Di samping word of mouth juga cepat diterima sebagai referensi karena
pelanggan jasa biasanya sulit mengevaluasi jasa yang belum dibelinya atau belum
dirasakan sendiri; (2). Keinginan Pribadi dan Pelanggan (personal needs), kebutuhan
yang dirasakan seseorang mendasar bagi kesejahteraannya sangat menentukan
harapannya. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisik, social, dan psikologis; (3).
Pengalaman masa lalu (past experience), meliputi hal-hal yang telah dipelajari atau
diketahui pelanggan. Harapan pelanggan ini dari waktu ke waktu berkembang seiring
dengan semakin banyaknya informasi (non experimental information) yang diterima
pelanggan serta semakin bertambahnya pengalaman pelanggan. (4). Komunikasi
External (external communication), pemberi layanan juga memainkan peranan
penting dalam membentuk harapan pelanggan.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian survey, yaitu suatu penelitian
yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1985:1). Penelitian dilakukan terhadap
masyarakat sebagai penerima layanan untuk mengukur kualitas pelayanan pada
Bagian Bina Sosial Pemerintah Kota Lhokseumawe serta. Untuk mengetahui faktor-
faktor dalam memberikan pelayanan pada Bagian Bina Sosial Pemerintah Kota
Lhokseumawe, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang
dianalisis adalah data dari kuesioner yang diisi oleh masyarakat sebagai penerima
layanan pada Bina Sosial Pemerintah Kota Lhokseumawe. Kualitas layanan hanya
dilihat berdasarkan persepsi masyarakat dan persepsi pegawai. Jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif kualitatif karena data yang diperoleh akan diuraikan
dengan menggunakan tabel tunggal dan beberapa tabel silang kemudian akan
dideskripsikan.
3.2. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat yang
mengurus sesuatu jenis pelayanan pada Bina Sosial Pemerintah Kota Lhokseumawe
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
dan pegawai pemerintah sebagai pemberi layanan pada Bagian Bina Sosial
Pemerintah Kota Lhokseumawe. Untuk menjaring pendapat pegawai dan masyarakat
yang sesungguhnya terhadap kualitas pelayanan masyarakat pada Bagian Bina Sosial
Pemerintah Kota Lhokseumawe menggunakan sampel. Objek yang akan diteliti
hanya sebagian dari populasi, maka dalam penelitian ini digunakan sampel. Arikunto
(1998:17) mengemukakan sample adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil
populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil
sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk menjaring pendapat pada
Bagian Bina Sosial Pemerintah Kota Lhokseumawe dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode sample judgement/purposive, berdasarkan
pertimbangan, yaitu memilih anggota populasi yang diperhitungkan dapat
memberikan informasi akurat sehubungan dengan tujuan penelitan, dalam hal ini
pegawai bagian Bina Sosial yang berjumlah 23 orang.
Untuk menjaring pendapat masyarakat yang sesungguhnya terhadap kualitas
pelayanan masyarakat pada Bagian Bina Sosial Pemerintah Kota Lhokseumawe
menggunakan sampel aksidental, berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
bertemu secara kebetulan dengan peneliti, dalam hal ini masyarakat yang mengurus
sesuatu layanan pada Bagian Bina Sosial Pemerintah Kota Lhokseumawe. Dari data
yang ada pada Bagian Bina Sosial Pemerintah Kota Lhokseumawe jumlah pengguna
layanan tercatat 5.712 orang. Karena lebih dari 1.000 orang boleh lebih kecil dari
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
30% (Neuman, 2003:232). ). Atas dasar itu, peneliti mengambil sampel penelitian
sebesar 10%. Jika dihitung dari total populasi yaitu 5.712 x 1% diperoleh nilai 57,12
dibulatkan menjadi 57 orang. Responden yang dijadikan sampel sebanyak 57 (lima
puluh tujuh) orang yaitu masyarakat yang mengurus sesuatu jenis pelayanan pada
bagian Bina Sosial Pemerintah Kota Lhokseumawe.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Survey
Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
survey dengan cara menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan yang akan
menjabarkan indikator variabel yang diteliti. Kuesioner yang dibuat adalah kuesioner
tertutup, kuesioner jenis ini terdiri atas pertanyaan dengan sejumlah jawaban tertentu
sebagai pilihan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengolahan hasil kuesioner,
dan bagi responden sendiri tidak banyak memerlukan waktu yang banyak dan tidak
perlu menulis buah pikirannya. Kuesioner ini disebarkan ke seluruh sampel
penelitian.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 1.Jumlah Populasi dan Sampel
No. Jenis Jumlah 1. Staf Bagian Bina Sosial 23 2. Masyarakat pengguna layanan 57 Jumlah 80
Sumber: data primer (diolah)
2. Teknik Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara dilakukan terhadap
pihak-pihak yang terkait dengan pelayanan masyarakat pada Bagian Bina Sosial
Pemerintah Kota Lhokseumawe.
3. Teknik dokumentasi atau studi kepustakaan
Teknik dokumentasi diperoleh dari data yang telah tersusun dalam bentuk
dokumen, arsip yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan sedangkan
studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari literature yang
berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan masyarakat pada Bagian Bina Sosial
Pemerintah Kota Lhokseumawe.
3.4. Definisi Konsep
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan masyarakat adalah
sebagai berikut:
1. Faktor Organisasi adalah mengorganisir fungsi pelayanan baik dalam bentuk
struktur maupun mekanismenya yang akan berperan dalam kualitas dan
kelancaran pelayanan.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
2. Faktor Kepemimpinan berkaitan dengan penerapan dalam manajemen
pelayanan yang berkualitas, yaitu membangkitkan motivasi atau semangat
orang lain dengan jalan memberikan inspirasi atau mengilhami.
3. Faktor Kemampuan dan Keterampilan berkaitan dengan tugas/pekerjaan dapat
dilakukan dengan baik, cepat, dan memenuhi keinginan semua pihak, baik
manajemen itu sendiri maupun masyarakat.
4. Faktor Penghargaan dan Pengakuan berkaitan dengan peningkatan motivasi,
moral kerja, rasa bangga dan rasa kepemilikan setiap orang dalam organisasi
yang akhirnya dapat memberikan kontribusi yang besar bagi instansi dan
pelanggan yang dilayani.
3.5. Definisi Operaisonal
1. Faktor Organisasi:
a) Pembagian tugas/kerja berdasarkan pada kemampuan kerja masing-
masing
b) Kejelasan pedoman kerja sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan
c) Tingkat kejelasan pembagian kerja
2. Faktor Kepemimpinan
a) Keterlibatan pimpinan dalam memberikan dukungan terhadap peningkatan
kualitas pelayanan
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
b) Pimpinan mempunyai kemampuan dalam melakukan perbaikan dan
mengupayakan inovasi baru.
3. Faktor Kemampuan dan Keterampilan
a) Pemberian kesempatan untuk mengembangkan kecakapan kerja, seperti
diikutsertakan dalam program pelatihan dan pendidikan, melanjutkan
studi, dan lain-lain.
b) Pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat.
c) Pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan keahlian
4. Faktor Penghargaan dan Pengakuan
a) Bila ada yang berjasa/berprestasi maka akan diberikan penghargaan baik
moral maupun material
b) Adanya motivasi yang baik dalam melaksanakan pekerjaan
c) Pelibatan dalam proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
tugas.
3.6. Teknik Analisa Data
3.6.1. Menghitung distribusi frekuensi dan prosentase
Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner penelitian kemudian akan
dihitung berdasarkan frekuensi dan presentase tiap instrumen variabel. Skor jawaban
responden terhadap pernyataan yang diajukan melalui kuesioner dihitung berdasarkan
skala ordinal likert antara 1 sampai dengan 5. Skor tertinggi untuk tiap pertanyaan
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
adalah 1. Di mana untuk menginterpretasikan hasil skor tiap variabel dihitung secara
internal dengan rumus interval sebagai berikut:
5 Skor tertinggi – Skor terendah
Interval =
3.6.2 Menghitung korelasi serta pengujian korelasi dengan metode Spearman rho,
yaitu:
1. Organisasi terhadap kualitas pelayanan (x1 y)
2. Kepemimpinan terhadap kualitas pelayanan (x2 y)
3. Kemampuan dan keterampilan terhadap kualitas pelayanan (x3 y)
4. Penghargaan dan pengakuan terhadap kualitas pelayanan (x4 y)
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kota Lhokseumawe
4.1.1. Sejarah Singkat Lahirnya Kota Lhokseumawe
Asal kata Lhokseumawe adalah "Lhok" dan "Seumawe". Lhok artinya dalam
teluk, palung laut dan Seumawe artinya air yang berputar-putar atau pusat dan mata
air pada laut sepanjang lepas Pantai Banda Sakti dan sekitarnya. Keterangan lain juga
menyebutkan nama Lhokseumawe berasal dari nama seorang Teungku Yaitu
Teungku Lhokseumawe, Yang dimakamkan di Kampong Uteun Bayi, merupakan
kampung tertua di Kecamatan Banda Sakti. Sebelum abad ke-XX negeri ini
diperintah oleh Uleebalang Kutablang.
Tahun 1903 setelah perlawanan pejuang Aceh terhadap penjajah Belanda
melemah, Aceh mulai dikuasai, Lhokseumawe menjadi daerah takluknya dan mulai
saat itu status Lhokseumawe menjadi Bestuur Van Lhokseumawe dengan Zelf
Bestuurder adalah Teuku Abdul Lhokseumawe dan tunduk dibawah aspiran
Controeleur dan di Lhokseumawe berkedudukan juga Controleur atau wedana serta
Asisten Residen atau Bupati.
Pada dasa warsa kedua abad XX itu, diantara seluruh daratan Aceh, salah satu
pulau kecil luas sekitar 2 Km2 yang dipisahkan sungai Krueng Cunda diisi dengan
bangunan-bangunan pemerintah umum, militer dan perhubungan kereta api oleh
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
pemerintah Belanda pulau kecil dengan desa-desa Kampung Keude Aceh, Kampong
Jawa, Kampung Kuta Blang, Kampung Mon Geudung, Kampung Tumpok Teungoh,
Kampung Hagu, Kampung Uteun Bayi dan Kampung Ujong Blang, yang keseluruhan
baru berpenduduk 5.500 jiwa, secara jamak disebut Lhokseumawe. Bangunan demi
bangunan mengisi daratan ini sampai terwujud embrio kota yang memiliki pelabuhan,
pasar, stasiun kereta api dan kantor-kantor lembaga pemerintah.
Masa pendudukan Jepang, Zelf Bestuurder Lhokseumawe tidak lagi dipegang
Maharaja, tetapi mulai tahun 1942 sampai dengan 1946 dipegang putranya Teuku
Baharuddin.
Sejak proklamasi kemerdekaan, pemerintah Negara Kesatuan Republik
Indonesia belum terbentuk secara sistematik sampai ke kecamatan ini. Pada mulanya
Lhokseumawe digabung dengan Bestuurder Van Cunda. Penduduk di daratan ini
semakin ramai berdatangan dari daerah sekitamya seperti Buloh Blang Ara,
Matangkuli, Loksukon, Blang Jruen, Nisam dan Cunda serta Pidie.
Pada tahun 1956 dengan Undang-Undang DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
Nomor 7 tahun 1956, terbentuk daerah otonom. Kabupaten-kabupaten dalam
lingkungan daerah Provinsi Sumatera Utara, dimana salah satu Kabupaten
diantaranya adalah Aceh Utara dengan Ibukotanya Lhokseumawe. Dengan
wedananya M. Hasan dan Bupati Aceh Utara saat itu Tgk. A. Wahab Dahlawy.
Kemudian pada tahun 1964 dengan keputusan Gubernur Daerah Istimewa Aceh
Nomor 24/G.A/I964 tanggal 30 November 1964, ditetapkan bahwa kemudian Banda
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Sakti dalam Kecamatan Muara Dua, dijadikan Kecamatan tersendiri dengan nama
Kecamatan Banda Sakti. Nama Banda Sakti diberikan oleh Kolonel Habib
Muhammad Syarif Danrem Lilawangsa waktu itu. Camat Banda Sakti yang pertama
adalah M. Jamil Insya beliau adalah pensiunan ABRl. Asisten wedana atau camat M.
Jamil Insya mengakhiri masa bakti tahun 1966 dan mulai tahun 1967 Camat Banda
Sakti dijabat Bupati Aceh Utara Teuku Ramli Angkasah.
Selanjutnya berturut-turut mulai tanggal 04 Agustus 1967 sampai saat ini
Camat Banda Sakti adalah :
1. Said Umar Muhammad 8. GhazaIi A Gani, BA
2. Alibasyah HS 9. Drs. Mahyiddin AR
3. Drs. Ramli A. Haitami 10. Drs. Jakfar M. Adam
4. Drs. M. Su 'ud 11. Drs. Rachmatsyah
5. Dra. Nurhayati A Y 12. Drs. H. ZuIkifli Yusuf
6. Drs. Zakaria 13. Bukhari, S.Sos., M.Si
7. A. Haris, S.Sos., M.si
Pemerintah di Daerah, berpeluang peningkatan status Lhokseumawe menjadi
kota Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Administratif. Dengan Nota Dinas Bupati Kepala Daerah TK.lI Aceh Utara Nomor
125/50/80 tanggal 12 Mei 1980, Drs. H. Mahyiddin AR ditunjuk sebagai Ketua Tim
perencanaan Kota Lhokseumawe menjadi Kota Administratif dibawah arahan Bupati
Aceh Utara Kolonel H. Ali Basyah.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Pada tanggal 14 Agustus 1986 dengan peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1986 Pembentukan Kota Administratif (Kotit) Lhokseumawe ditandatangani oleh
Presiden Soeharto, yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Soeparjo Roestam,
pada tanggal 31 Aguntus 1987 dengan Walikota Perdananya Bapak Drs. H.
Mahyiddin AR yang dilantik oleh Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Prof.
Dr. Ibrahim Hasan, MBA.
Dengan peresmian dan pelantikan walikota secara dejuree dan defacto
Lhokseumawe telah menjadi Kota Administratif dengan luas wilayah 253.87 Km2
yang meliputi 101 Desa dan 6 Kelurahan yang tersebar di 5 (lima) Kecamatan, yaitu :
1. Kecamatan Banda Sakti 2. Kecamatan Muara Dua
3. Kecamatan Dewantara 4. Kecamatan Muara Batu
5. Kecamatan Blang Mangat.
Pada tanggal 31 Oktober 1992, Pejabat Walikota (Drs. Mahyiddin AR)
meninggal dunia dan dilanjutkan oleh sekretaris Kotif sebagai pelaksana tugas H.
Syuib Nursyah, SH. Kemudian pada tanggal 29 Juni 1994 jabatan Walikota definitif
dijabat oleh Drs. Muhammad Usman dibawah Bupati Kepala Daerah TK.II Aceh
Utara H. Karimuddin Hasybullah, SE selanjutnya mulai tanggal 11 Juni 1996 dijabat
oleh Drs. Rachmatsyah dibawah kepemimpinan Bupati Aceh Utara H. Karimuddin
Hasybullah, SE.
Sejak tahun 1988 Bupati Aceh Utara H. Karimuddin Hasybullah, SE menggagas
peningkatan status Kotif Lhokseumawe untuk menjadi Kotamadya, kemudian pada
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
tahun 2000 Bupati Aceh Utara Tarmizi A. Karim, merekomendasi peningkatan status
itu bersama Pimpinan DPRD Aceh Utara yang diketuai H. Saifuddin Ilyas. Atas
dukungan Gubernur Aceh mulai Prof. Dr. Syamsuddin Mahmud pejabat Gubernur H.
Ramli Ridwan, SH dan Gubernur Jr. H. Abdullah Puteh Msi serta penyampaian visi-
misi Kota ke Departemen Dalam Negeri dan DPR-RI oleh Walikota Drs. H.
Rachmatsyah, kemudian lahir UU Nomor 2 Tahun 2001, tentang Pembentukan Kota
Lhokseumawe tanggal 21 juni 2001 yang di tandatangani Presiden RI H.
Abdurrachman Wahid, yang wilayahnya mencakup 3 (tiga) kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Banda Sakti
2. Kecamatan Muara Dua
3. Kecamatan Blang Mangat
Kemudian pada tanggal 17 Oktober 2001 di Jakarta, Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Hari Sabarno meresmikan Pemerintah Kota (Pemko)
Lhokseumawe bersama 12 Kabupaten/Kota seluruh Indonesia, selanjutnya pada
tangggal 02 November 2001 bertempat di Banda Aceh, Gubernur Provinsi Nanggroe
Aceh Utara Ir. H. Abdullah puteh melantik Drs. H. Rachmatsyah MM sebagai Pejabat
Walikota Lhokseumawe Perdana yang sudah berakhir masa jabatannya pada akhir
tahun 2004 dan yang menjabat sebagai Walikota sementara saat ini adalah Drs.
Marzuki Mood. Amin, MM.
Pada tanggal 23 Desember 2001 Perangkat Pemko Lhokseumawe, meliputi
Sekretariat Daerah, Bawasda, Bappeda, Dinas Pendapatan, Dinas Kesehatan, Dinas
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Kimpraswil, Dinas PSDA dan Kelautan, Dinas P & K, Kantor Sanitasi Kebersihan
dan Pertamanan Kecamatan Banda Sakti, Kecamatan Muara Dua, serta Kecamatan
Blang Mangat, dibentuk dikukuhkan dan diisi jabatan strukturalnya, sehingga mulai
tahun anggaran 2002 Daerah Otonom baru Kota Lhokseumawe telah ada dengan
baik.
4.1.2. Letak Geografis Kota Lhoukseumawe
Kota Lhokseumawe menempati bagian tengah wilayah Kabupaten Aceh
Utara, tepatnya pada posisi 04° 54' - 05° 18' Lintang Utara (LU) dan 96° 20' - 97° 21'
Bujur Timur (BT). Secara geografis, Kota Lhokseumawe berbatasan dengan wilayah
sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Syamtalira Bayu Kabupaten
Aceh Utara.
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh
Utara.
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh
Utara.
Luas wilayah Kota Lhoseumawe ini mencapai 181,10 km2, terdiri dari 4
(Empat) kecamatan, yaitu kecamatan Banda Sakti, Muara Dua, Blang Mangat dan
Muara Satu. Kecamatan Blang Mangat saat ini memiliki wilayah paling luas, yaitu
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
56,12 km2 (30,98 %), dari wilayah Kota Lhokseumawe, disusul Kecamatan Muara
Dua 56,85 km2 (%) dan Muara satu sedangkan kecamatan Banda Sakti adalah
wilayah yang terkecil, yaitu 1 1,28 km2 (6,22 %) dari luas wilayah Kota
Lhokseumawe.
Luas wilayah Kota Lhokseumawe yang 18.108 Ha dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan atau kebutuhan masyarakat, yang sebagian besar adalah untuk
kebutuhan permukiman, yaitu 8.491 Ha (46,90 %). Kebutuhan lahan yang menonjol
adalah untuk usaha kebun campuran (4.590 Ha atau 25,35 %), disamping untuk
kebutuhan persawahan seluas 1.679 Ha (9,27 %). Untuk kebutuhan perkebunan
rakyat telah dimanfaatkan seluas 674 Ha (3,72 %), dan untuk lain-lainnya. Kendati
demikian, terdapat seluas 948 Ha (5,24 %) yang masih berupa hutan belukar dan
belum dimanfaatkan.
Wilayah Pemerintah Kota Lhokseumawe yang meliputi 4 (empat) kecamatan
yang terdiri dari 62 desa dan 6 kelurahan, adapun jumlah desa dan kelurahan pada
setiap kecamatan adalah seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel. 2. Jumlah Desa dan Kelurahan dalam Wilayah Kota Lhokseumawe
Jumlah Desa/Kelurahan No Kecamatan Desa Kelurahan 1 Banda Sakti 13 5 2 Muara dua 17 - 3 Blang Mangat 22 - 4 Muara Satu 10 1
Jumlah 62 6 Sumber: BPS Kota Lhokseumawe, 2007.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
4.1.3. Jumlah Penduduk Kota Lhokseumawe
Jumlah penduduk Kota Lhokseumawe hingga akhir tahun 2004, tidak kurang
dari 152.091 jiwa, terdiri dari 74.519 laki-laki dan 77.572 perempuan. Dengan
demikian, sex rasio penduduk kota ini 1,04 atau lebih banyak penduduk perempuan
dibandingkan Jaki-laki. Konsentrasi penduduk lebih terpusat Kecamatan Banda Sakti.
Penduduk di Kecamatan ini mencapai 19% (68.73 I) jiwa dari total penduduk yang
Kota lokhseumawe. Sementara penduduk yang paling sedikit adalah di Kecamatan
Blang Mangat yaitu hanya 17.857 jiwa (11,74%) sedangkan di kecamatan muara Dua
dan Muara Satu penduduknya adalah 65.503 jiwa (keadaan tahun 2004).
Tabel 3. Jumlah Penduduk dan Konsentrasi Penduduk Per Kecamatan dalam Kota Lhokseumawe
No. Kecamatan Jumlah Penduduk Persen (%) Jumlah KK 1 Banda Sakti 78.319 49,78 15.839 2 Muara dua 65.249 41,47 13.354 3 Blang Mangat 13.770 8,75 3.313
Jumlah 157.338 100,00 32.506 Sumber: BPS Kota Lhokseumawe, 2007.
4.1.4. Lembaga Pendidikan dan Sarana Prasarana Kota Lhokseumawe
Lembaga pendidikan di Kota Lhokseumawe yang tersebar di 4 (empat)
kecamatan terdiri dari; TK/RA, SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA, Perguruan Tinggi,
Akademi, Pondok Pasantren, Balai Pengajian dan kursus, jumlah lembaga
pendidikan tersebut secara terinci dapat dilihat pada tabel :
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel. 4. Jumlah Lembaga Pendidikan di Kota Lhokseumawe Jumlah Lembaga (Unit) No. Jenis Pendidikan Negeri Swasta Jumlah
1 TK - 22 22 2 RA - 2 2 3 SD - 6 60 4 MI 5 1 6 5 SLTP 10 1 11 6 MTS 5 2 7 7 SMU 6 2 8 8 SMK 7 1 8 9 MA 1 3 4 10 Perguruan Tinggi 2 2 4 11 Akademi 1 4 5 12 Pondok Pesantren - 47 47 13 Balai Pengajian - 486 486 14 Kursus - 10 10
Sumber: BPS Lhokseumawe, 2007
Jumlah prasarana kesehatan yang tersedia di Kota Lhokseumawe terdiri dari ;
4 (empat) unit puskesmas induk, 9 (sembilan) unit puskesmas pembantu dan 3 (tiga)
unit puskesmas keliling. Sementara untuk mendukung kelancaran transportasi darat
wilayah Kota Lhokseumawe pada saat ini telah tersedia jalan dan jembatan yang
baik, dengan keadaan sebagai berikut :
Tabel 5. Kondisi Jalan Raya dalam Wilayah Kota Lhokseumawe
Panjang (KM) No Jenis Jalan Aspal Homix Batu Tanah Jumlah
1 Jalan Negara 32,70 6,00 - 382 Jalan Propinsi 4,70 - - 43 Jalan Kabupaten 80,20 - 6,70 86
Jumlah 117,60 6,00 6,70 130,30Sumber: BPS Lhokseumawe, 2007.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 6. Kondisi Jembatan dalam Wilayah Kota Lhokseumawe
Panjang (KM) No Jenis Jalan Beton Baja Kayu Jumlah
1 Jbt Negara 79 - - 79 2 Jbt Propinsi 60 6,00 - 120 3 Jbt Kabupaten 68 - - 68 4 Jbt Desa 55 - 6,70 61
Jumlah 263,15 60,00 6,70 329,85 Sumber: BPS Lhokseumawe, 2007.
Dari gambaran umum Kota Lhokseumawe di atas dapat dilihat berbagai
keadaan dan kondisi Kota Lhokseumawe secara umum, dari letak geografis hingga
pada sarana dan prasarana Kota Lhokseumawe. Namun dengan terjadinya gempa
bumi yang kemudian disusul dengan gelombang tsunami yang terjadi pada tanggal 26
Desember 2004, membuat kondisi Kota Lhokseumawe sebahagian mengalami
kerusakan/kehancuran, seperti sarana dan prasarana kota Lhokseumawe yang
mencakup, infrastruktur, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas
peribadatan, perumahan penduduk dan lain-lainnya.
4.2. Visi dan Misi Pemerintah Kota Lhoukseumawe
4.2.1. Visi
Bersama rakyat kita membangun dan mewujudkan Kota Lhokseumawe yang
Islami, Makmur, Sejahtera dan "Beradat" (Bersih, Aman, Damai dan Tertib).
4.2.2. Misi
1. Mengimplementasikan kebutuhan dasar masyarakat demi tercapainya
ketahanan pangan, air minum, kesehatan dan pendidikan.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
2. Mewujudkan pengembangan sektor-sektor ekonomi kerakyatan meliputi
pertanian kelautan, perdagangan dan jasa.
3. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana sebagai penggerak
pembangunan.
4. Menciptakan nuansa Islami dalam segala aspek kehidupan berbangsa,
bernegara dan berkarya.
5. Menjadikan atau merubah Kota Lhokseumawe sebagai Kota tujuan wisata
yang Islami.
4.3. Profile Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe
4.3.1. Struktur Organisasi
Dalam Struktur Organisasi Pemerintah Kota Lhokseumawe Bagian Bina
Sosial merupakan salah satu bagian dalam lingkup Sekretariat Daerah Kota
Lhokseumawe. Hal ini di dasarkan pada Keputusan Walikota Nomor 27 Tahun 2002
tentang perubahan atas Keputusan Walikota sebelumnya Nomor 2 Tahun 2001
"Tentang Struktur Organisasi dan Tatakerja Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe".
Bagian Bina Sosial merupakan salah satu unit kerja pada Kantor Sekretariat
Kota Lhokseumawe yang bertugas membantu walikota dalam menyelenggarakan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan yang membidangi masalah sosial yang
mempunyai tugas untuk melayani dan memberikan pelayanan pada masyarakat.
Adapun Pelayanan yang diberikan pada bagian Bina Sosial adalah sebagai berikut :
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
a. Memberikan bantuan untuk biaya rehap rumah kaum dhuafa.
b. Memberikan bantuan beasiswa untuk Mahasiswa yang kurang mampu
c. Memberikan bantuan honor/intensif untuk Guru Pesantren dan Balai
Pengajian. (dipindahkan ke Dinas Syari'at Islam)
d. Memberikan bantuan Dana untuk Biaya Pembangunan fisik Pesantren dan
Balai Pengajian.
e. Memberikan bantuan honor/intensif kepada Imam Mesjid dan meunasah,
Bilal Mesjid dan Bilal meunasah. (dipindahkan ke Dinas Syari'at Islam)
f. Mengeluarkan Surat Rekomendasi untuk Pendirian Yayasan Yatim Piatu
g. Mengeluarkan Surat Rekomendasi untuk Berobat ke rumah sakit bagi
masyarakat yang kurang mampu.
h. Memberikan bantuan Biaya untuk menanggulangi Korban Konflik.
Memberikan bantuan Biaya untuk kegiatan Olah raga.
i. Dan memberikan bantuan dana untuk segala kegiatan Kesejahteraan Sosial.
Di samping itu Bagian Bina Sosial mempunyai peranan dalam memimpin.
membina, dan mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan bagian
yang merupakan sebagian dari tugas Pemerintah Daerah dalam bidang Kesejahteraan
Sosial Masyarakat. Bagian Bina Sosial dikepalai oleh satu orang Kepala Bagian yang
dibantu oleh tiga orang Kepala Sub. Bagian yang terdiri dari :
a. Kepala Sub. Bagian Pengembangan Agama Islam
b. Kepala Sub. Bagian Pemuda dan Olah Raga
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
c. Kepala Sub. Bagian Pemberdayaan perempuan dan Ketenagakerjaan
Dalam menggambarkan pengaturan terhadap tugas-tugas pemisahan
wewenang dan tanggungjawab masing-masing bagian, maka perlu disusun struktur
organisasi. Struktur organisasi berfungsi untuk menyatukan hubungan tugas yang
harus dilaksanakan oleh masing-masing bagian yang nampak dalam hubungan kerja
dan pelimpahan wewenang yang dberikan kepada setiap pegawai bagian Bina Sosial
tersebut agar dapat mencapai tujuan yang baik dalam suatu organisasi.
Dari bentuk struktur bagian Bina Sosial Sekretariat Kota Lhokseumawee
memiliki struktur organisasi yang baik dalam menjalankan operasional artinya setiap
bagian sudah memiliki wewenang dan tanggungjawab masing-masing sehingga
tergantung kepada pimpinan bagaimana memberi tanggungjawabnya. Bagian Bina
Sosial sangat berperan dalam membantu walikota selaku kepala daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan.Mengingat
banyaknya tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan, maka setiap kepala sub.
bagian harus bekerjasama dalam me1aksanakan tugasnya tersebut
Struktur oeganisasi yang dipilih sangat ditentukan oleh sumberdaya manusia
sebagai ujung tombak pelaksana tugas, baik bawahan maupun atasan. Jadi
kebersamaan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan sangat penting
diperhatikan.
Dalam hal ini setiap satuan tugas pada bagian Bina Sosial Sekretrariat Kota
Lhokseumawe sudah memiliki bidang tugas tersendiri sesuai dengan wewenang dan
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Adapun rincian tugas pada Bagian Bina
Setdako Lhokseumawe adalah :
Tabel 7. Rincian Tugas pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe
No. Nama jabatan Eselon Rumusan Jabatan 1. Kepala Bagian Bina
Sosial IV.a. Memimpin Sub. Bagian
Pengembangan Agama Islam, Sub. Bagian Pemberdayaan Perempuan Dan Ketenagakerjaan, Sub Bagian Pemuda dan Olah Raga Dalam Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Teknik Dan Administrasi Sesuai Dengan Ketentuan Yang Berlaku Untuk Kelancaran Tugas Pokok Pada Bagian Bina Sosial Setdako
2. Kepala Subbag. Pengembangan Agama Islam
III.d Memimpin Sub.Bagian Pengembangan Agama Islam dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan Teknik dan administrasi dalam pengelolaan bidang pengembangan Agama sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran tugas pokok pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe.
3. Kepala Subbag. Pemberdayaan Perempuan dan Ketenagakerjaan
III.d. Memimpin Sub.Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Ketenagakerjaan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan Teknik dan administrasi dalam bidang pemberdayaan perempuan dan tenaga kerja. Sesuai dengan ketentuan yang berIaku untuk kelancaran tugas pokok pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe.
4. Kepala Subbag. Pemuda dan Olah Raga
III.d. Memimpin Sub.Bagian Pemuda dan Olah Raga dalam pelaksanaan kegiatan pelayananTeknik dan administrasi dalam pengelolaan bidang Kepemudaan dan kegiatan Olah Raga sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran tugas
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
pokok pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe.
5. Pemegang Kas (Staf) - Mengelola Keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran tugas pokok pada Bina Sosial.
6. Pengadministrasi Umum (Staf)
- Mengadministrasikan naskah dinas, memorandum atau paket yang masuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran tugas pokok pada bagian Bina Sosial.
7. Penggagenda (Staf) - Menerima dan mencatat surat masuk dan keluar, naskah dinas, surat permohonan masyarakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran tugas pokok pada bagian Bina Sosial
8. Operator Komputer (staf)
- Mengoperasikan Komputer sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran tugas pokok pada bagian Bina Sosial
9. Caraka (staf) - Mengantar surat dan naskah dinas sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran tugas pokok pada bagian Bina Sosial.
Sumber: Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lhokseumawe Tahun 2006
4.3.2 Peralatan dan Fasilitas pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe
Dalam menjalankan tugas-tugas kepegawaiannya keseluruhan pegawai Bina
Sosial yang bekerja sangat memerlukan peralatan-peralatan yang mendukung
kegiatan bagian Bina Sosial di lapangan maupun di dalam perkantoran. Perlengkapan
yang masih sangat terbatas di bagian Bina sosial Sekretariat Kota Lhokseumawe
perlu peningkatan sehingga kegiatan bagian Bina Sosial dapat berjalan dengan baik.
Adapun peralatan-peralatan pendukung tersebut adalah :
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 8. Peralatan pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe
No. Nama Peralatan Banyaknya Kondisi Peralatan 1. Computer 5 unit Baik 2. Mesin Ketik 2 unit Baik 3. Filling 5 unit Baik 4. Lemari 5 unit Baik
Sumber: Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe
Staf Bagian Bina sosial Setdako Lhokseumawe Pada saat ini jumlah pegawai
yang bertugas di bagian Bina Sosial Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe
berjumlah 23 orang yang terdiri dari 12 orang pegawai tetap (PNS) dan 11 orang
Honorer/Bakti.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 9.Daftar Tabel Pegawai Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe
No. Nama NIP Jabatan Keterangan 1. Syaif'ul Amri, S.Sos 010181853 Kepala Bagian PNS 2. Syafruddin, S.Pd 131860629 Kassubbag.
Pemuda & Olga
PNS
3. Drs.Mansur Kasim 380025567 Kassubbag. Peng. Agama Islam
PNS
4. Aisyah, S.Sos 390012428 Staf Administrasi
PNS
5. Jauhari 010228640 Staf Administrasi
PNS
6. Tarmizi, S.Sos 390011389 Staf Administrasi
PNS
7. Nurhayati, S.Ag 390035574 Staf Administrasi
PNS
8. Hartini Safitri 390020695 Staf Administrasi
PNS
9. Suwati Ningsih 390038774 Staf Administrasi
PNS
10. Mulyadi 390044958 Staf Administrasi
PNS
12. Halimatussakdiah 390016017 Staf Administrasi
PNS
13. lkhsan - Operator Komputer
Honorer
14. Muhammad Nasir - Staf Administrasi
Honorer
15. Rosmiati, A.Md. - Operator Komputer
Honorer
16. Badiuzzaman,S.Sos - Staf Administrasi
Honorer
17. Zulfahmi, S.Ag. - Staf Administrasi
Honorer
18. Sriwahyuni - Staf Administrasi
Honorer
19. Muhammad Jafar - Staf Administrasi
Honorer
20. Roni - Caraka (Staf) Honorer 21. Sufri, S.Ag - Staf Honorer
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Administrasi 22. Muhadar - Staf
Administrasi Honorer
23. Azhar - Caraka (staf) Honorer Sumber : Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe
4.3.3. Masyarakat Pengguna Layanan di Bagian Bina Sosial Setdako
Lhokseumawe
Bagian Bina Sosial merupakan salah satu unit kerja pada Kantor Sekretariat
Kota Lhokseumawe yang bertugas membantu walikota dalam menyelenggarakan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan yang membidangi masalah sosial yang
mempunyai tugas untuk melayani dan memberikan pelayanan pada masyarakat.
Bagian Bina Sosial mempunyai peranan yang berhubungan langsung dengan
kepentingan masyarakat sehingga banyak pihak yang membutuhkan layanan di
Bagian Bina sosial di antaranya masyarakat miskin, mahasiswa, pengelola yayasan,
organisasi, pondok pesantren, pimpinan Gampong/kelurahan, unsur pemuda,
olahragawan, cendikiawan, tokoh adat, tokoh agama, dan lain-lain.
Sampai dengan saat ini masyarakat pengguna layanan pada Bagian Bina
Sosial Setdako Lhokseumawe dalam Tahun 2007 berjumlah 5712 orang, yang terdiri
dari berbagai elemen masyarakat.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 10. Jumlah Pengguna Layanan di Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe
No. Nama Jumlah Pengguna Layanan Keterangan
1 Mahasiswa 1186 Bantuan Beasiswa 2 Pengelola Yayasan 13 Bantuan Panti 3 LSM/Ormas/Pemuda 102 Bantuan Organisasi &
Kepemudaan 4 Masyarakat Miskin 1042 Bantuan Dhuafa 5 Pimpinan Balai
Pengajian 316 Bantuan Sarana Agama
6 Santri 108 Bantuan Kitab 7 pengurus olahraga 39 Bantuan Sarana Olahraga 8 Tokoh Adat 8 Bantuan MAA 9 Pimpinan Desa 68 Bantuan Rumah Dhuafa 10 Anak Yatim 2819 Bantuan Anak Yatim 11 dll 11 Bantuan Kesos
Jumlah 5712 Sumber :diolah dari berbagai sumber pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe
4.4. Hasil Penelitian
4.4.1 Karakteristik Responden
Untuk menganalisa kualitas pelayanan masyarakat pada Bagian Bina Sosial
Setdako Lhokseumawe, penulis meneliti hasil kuesioner berdasarkan jenis kelamin,
umur, kelompok pekerjaan, dan kelompok pendidikan dari responden.
Pengelompokkan data sample tersebut diperlukan untuk melihat gambaran umum
dari masyarakat sebagai penerima layanan yang datang ke Bagian Bina Sosial
Setdako Lhokseumawe dan pegawai secara resmi terdaftar pada Bagian Bina Sosial.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 11. Jenis Kelamin Responden
No. Kategori Frekuensi Persentase 1 Perempuan 49 61.3 2 Laki-Laki 31 38.8 Total 80 100.0
Sumber : Kuesioner Penelitian, 2008.
Berdasarkan Tabel 11 di atas, dari 80 responden, diperoleh jumlah responden
perempuan sebanyak 49 orang (61,3%) responden, sedangkan laki-laki 31 orang
(38,8%). Ini menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak yang meminta layanan di
Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe daripada laki-laki.
Tabel 12. Klasifikasi Umur Responden
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Dibawah 20 Tahun 24 30.0 2. 20 - 40 Tahun 39 48.8 3. Diatas 40 Tahun 17 21.3 Total 80 100.0
Sumber: Kuesioner Penelitian
Jika ditinjau dari klasifikasi umur responden dari Tabel 12 di atas terlihat
bahwa sebanyak 24 orang (30,0%) berada pada usia dibawah 20 tahun, sedangkan
usia 20-40 tahun sebanyak 39 orang (48,8%), dan di atas 40 tahun sebanyak 17 orang.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa usia 20-40 tahun yang berada pada masa
produktif lebih banyak yang melakukan urusan atau meminta layanan dari Bagian
Bina Sosial.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 13. Klasifikasi Pekerjaan Responden
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. PNS 36 45.0 2. TNI/POLRI 13 16.3 3. Swasta 31 38.8 Total 80 100.0
Sumber: Kuesioner Penelitian
Tabel 13 di atas menjelaskan bahwa dari 80 responden, yang sering datang
melakukan urusan layanan dari Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe adalah
kalangan PNS sebanyak 36 orang (45,0%), sedangkan dari TNI/Polri sebanyak 13
orang (16,3%).
Tabel 14. Klasifikasi Pendidikan Responden
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. SD 11 13.8 2. SMP 13 16.3 3. SMA 31 38.8 4. Sarjana 22 27.5 5. Pascasarjana 3 3.8 Total 80 100.0
Sumber: Kuesioner Penelitian
Dari 80 responden yang dipilih dalam penelitian ini, jika dilihat dari tingkat
pendidikannya maka sebanyak 31 orang (38,8%) berpendidikan SMA, sedangkan
pendidikan sarjana sebanyak 22 orang (27,5%) dan yang berpendidikan SMP
sebanyak 13 orang (16,3%).
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
4.5. Distribusi Frekuensi Kualitas Pelayanan Masyarakat di Bagian Bina Sosial
Pemko Lhokseumawe
Responden untuk kategori pertanyaan kualitas pelayanan masyarakat di
Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe adalah pegawai Bagian Bina Sosial
Setdako Lhokseumawe sebanyak 23 orang. Penyebaran kuesioner dilakukan untuk
melihat variabel yang mempengaruhi kualitas pelayanan terdiri dari 12 indikator
berhubungan dengan organisasi, kepemimpinan, kemampuan dan keterampilan, serta
penghargaan dan pengakuan. Distribusi frekuensi dari masing-masing indikator
tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 15. Statistik Distribusi Frekuensi Sub Variabel Organisasi
Pembagian Tugas Kejelasan Pedoman Kerja
Tingkat Kejelasan
N Valid 23 23 23 Missing 0 0 0 Median 3.35 3.00 3.87 Mode 3 4 4 Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 1,2,3
Berdasarkan jawaban dari 23 responden terhadap indikator dari variabel
organisasi ternyata seluruh jawaban adalah valid. Diantara 3 butir pernyatan tersebut,
nilai tertinggi (4) merupakan hasil pernyataan 2, dan pernyataan 3, sedangkan nilai
terendah (3) adalah pernyataan 1. Sehingga, perlu ditingkatkan kemampuan kerja
pegawai melalui program pengembangan pegawai secara terus menerus melalui
pendidikan dan pelatihan yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan
kerja.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 16. Pembagian Tugas/Pekerjaan Berdasarkan pada Kemampuan Kerja
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Setuju 1 4.6 2. Tidak Setuju 5 21.7 3. Cukup 7 30.4 4. Setuju 5 21.7 5. Sangat Setuju 5 21.7 Total 23 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 1
Sebagian responden berpendapat pembagian tugas/pekerjaan berdasarkan
pada kemampuan kerja masing-masing, diantaranya 5 orang (21,7%) responden yang
menyatakan setuju pembagian tugas/pekerjaan berdasarkan kemampuan kerja
masing-masing. Sebanyak 7 orang (30,4%) menyatakan cukup, bahkan 5 orang
(21,7%) responden yang menyatakan sangat setuju, tetapi terdapat 5 responden yang
menyatakan pembagian tugas/perkerjaan tidak berdasarkan pada kemampuan kerja
mereka dan hanya 1 orang (3,6%) menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data tersebut, menurut pernyataan responden pembagian
tugas/perkerjaan berdasarkan pada kemampuan kerja masing-masing dianggap sudah
sesuai dengan kemampuan kerja responden. Untuk 6 orang (26,3%) masih harus
ditingkatkan kemampuan kerja pegawai melalui program pengembangan pegawai
secara terus menerus melalui pendidikan dan pelatihan yang berhubungan dengan
pengetahuan dan keterampilan kerja.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 17. Kejelasan Pedoman Kerja sebagai Acuan Pelaksanaan Pekerjaan
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Setuju 2 8.7 2. Tidak Setuju 7 30.4 3. Cukup 4 17.4 4. Setuju 9 39.1 5. Sangat Setuju 1 4.3 Total 23 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 2
Tabel 17 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 9 orang (39,1%) responden
menyatakan setuju terhadap kejelasan pedoman kerja sebagai acuan pelaksanaan
pekerjaan, ada 1 orang (4,3%) responden menyatakan sangat setuju terhadap
kejelasan program kerja. Sedangkan yang menyatakan cukup adalah 4 orang (17,4%)
responden. Ini berarti bahwa sebanyak 60,8% responden memahami pedoman kerja
sebagai acuan pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan sebanyak 9
orang (39,1%) diantaranya 7 orang (30,4%) menyatakan tidak setuju dan 2 orang
(8,7%) menyatakan sangat tidak setuju. Artinya, responden menyatakan biasa saja
kejelasan pedoman kerja sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan. Pendapat terakhir
kemungkinan disebabkan spesialisasi dan standarisasi pada rumusan tanggung jawab
dalam pembagian kerja di organisasi belum sepenuhnya mereka pahami.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 18. Tingkat Kejelasan Pembagian Pekerjaan
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Tidak Setuju 3 13.0 2. Cukup 3 13.0 3. Setuju 11 47.8 4. Sangat Setuju 6 26.1 Total 23 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 3
Berdasarkan tanggapan responden ternyata mayoritas yaitu 11 orang (47,8%)
menyatakan setuju dan 6 orang (26,1%) menyatakan sangat setuju serta 3 orang
(13,0%) berpendapat cukup terhadap tingkat kejelasan pembagian kerja. Artinya 87%
responden menyatakan untuk indikator variabel kejelasan pembagian kerja sudah
baik. Beberapa responden menyatakan bahwa tingkat pembagian kerja masih belum
jelas diantaranya 3 orang (13,0%) menyatakan tidak setuju. Dari sisi pegawai tingkat
kejelasan pembagian kerja dianggap sudah jelas.
Tabel 19. Statistik Distribusi Frekuensi Sub Variabel Kepemimpinan
Keterlibatan Pimpinan
Pimpinan Mempunyai Kemampuan
Pimpinan Mempunyai Komitmen
N Valid 23 23 23 Missing 0 0 0 Median 3,61 3.00 4.26 Mode 4 4 4 Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 4,5,6
Berdasarkan jawaban dari 23 responden terhadap indikator dari variabel
kepemimpinan ternyata seluruh jawaban adalah valid. Diantara 3 butir pernyataan
tersebut, nilai tertinggi (4) merupakan hasil pernyataan 4, pernyataan 5, dan
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
pernyataan 6. Nilai modus menyatakan nilai yang sering muncul. Dari table terlihat
bahwa pernyataan 4, pernyataan 5, dan pernyataan 6 yang sering muncul adalah 4,
sehingga untuk indikator ini sebagian besar responden mempunyai nilai setuju.
Rincian distribusi frekuensi dipaparkan dalam tabel berikut.
Tabel 20. Keterlibatan Pimpinan dalam Memberikan Dukungan terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Tidak Setuju 7 30.4 2. Setuju 11 47.8 3. Sangat Setuju 5 21.7 Total 23 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 4
Sebagian besar responden berpendapat keterlibatan pimpinan dalam
memberikan dukungan terhadap peningkatan kualitas pelayanan sudah baik.
Diantaranya 11 orang (47,8%) responden setuju, 5 orang (21,7%) responden
menyatakan sangat setuju terhadap indikator keterlibatan pimpinan dalam
memberikan dukungan terhadap peningkatan kualitas pelayanan. Artinya, pimpinan
telah mengajak atau melibatkan semua jajaran yang ada untuk meningkatkan kualitas
pelayanan yang diberikan, mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan dan
evaluasi program kegiatan pelayanan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
masing-masing. Sedangkan 7 orang (30,4%) responden menyatakan tidak setuju
terhadap keterlibatan pimpinan dalam memberikan dukungan terhadap peningkatan
kualitas pelayanan, kemungkinan responden merasakan peran pimpinan dalam
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
memberikan dukungan terhadap peningkatan kualitas pelayanan masih di tingkat
biasa saja.
Tabel 21. Pimpinan Mempunyai Kemampuan dalam Melakukan Perbaikan dan Mengupayakan Inovasi yang Baru
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Setuju 1 4.32. Tidak Setuju 9 39.13. Cukup 3 13.04. Setuju 9 39.15. Sangat Setuju 1 4.3 Total 23 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 5
Berdasarkan tanggapan 9 orang (39,1%) responden yang berpendapat setuju
terhadap indikator variabel pimpinan mempunyai kemampuan dalam melakukan
perbaikan dan mengupayakan inovasi yang baru, 3 orang (13,0%) responden
menyatakan cukup 1 orang (4,3%) responden menyatakan sangat setuju. Artinya,
56,4% responden pegawai di bagian bina sosial, kemampuan pimpinan dalam
melakukan perbaikan dan mengupayakan inovasi yang baru dianggap sudah
maksimal. Namun demikian, 9 orang (39,1%) responden menyatakan tidak setuju dan
bahkan ada 1 orang (4,3%) menyatakan sangat tidak setuju terhadap indikator
variabel pimpinan mempunyai kemampuan dalam melakukan perbaikan dan
mengupayakan inovasi yang baru. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa kemampuan pimpinan dalam melakukan perbaikan dan penyempurnaan
kualitas pelayanan secara berkesinambungan sudah baik.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 22. Pimpinan Mempunyai Komitmen yang Tinggi untuk Terciptanya Budaya Kualitas Pelayanan yang Baik
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Setuju 2 8.7 2. Tidak Setuju 7 30.4 3. Setuju 11 47.8 4. Sangat Setuju 3 13.0 Total 23 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 6
Berdasarkan tanggapan responden ternyata mayoritas yaitu 11 orang (47,8%)
responden dan 3 orang (13,0%) responden menyatakan setuju dan sangat setuju
terhadap indikator variabel pimpinan mempunyai komitmen yang tinggi untuk
terciptanya budaya kualitas pelayanan yang baik, tetapi 9 orang (39,1%) responden
menyatakan biasa saja terhadap peran pimpinan dalam menggalakkan budaya kualitas
pelayanan yang baik. Diantaranya 7 orang (30,4%) responden menyatakan tidak
setuju dan 2 orang (8,7%) responden sangat tidak setuju. Dari sisi pegawai indikator
variabel ini, dianggap sudah baik, artinya pimpinan sudah mempunyai inisiatif dan
komitmen untuk meningkatkan kinerja kualitas pelayanannya.
Tabel 23. Statistik Distribusi Frekuensi Sub Variabel Kemampuan dan Keterampilan
Pemberian Kesempatan
Pekerjaan Dapat Diselesaikan
Pekerjaan yang Diselesaikan
N Valid 23 23 23 Missing 0 0 0 Median 4.00 3.00 3.00 Mode 4 3 4 Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 7,8,9
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan jawaban dari 23 responden terhadap indikator dari variabel
kemampuan dan keterampilan ternyata seluruh jawaban adalah valid. Diantara 3 butir
pernyataan tersebut, nilai tengah tertinggi (4) merupakan hasil pernyataan 7 , dan
pernyataan 9, sedangkan nilai terendah (3) adalah pernyataan 8. Dengan demikian
perlu ditingkatkan kemampuan kerja pegawai dalam melayani masyarakat melalui
efisiensi waktu penyelesaian pekerjaan.
Tabel 24. Pemberian Kesempatan untuk Mengembangkan Kecakapan Kerja
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Setuju 2 8.7 2. Tidak Setuju 7 30.4 3. Setuju 11 47.8 4. Sangat Setuju 3 13.0 Total 23 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 7
Data dalam Tabel 24. di atas memberikan penjelasan bahwa 11 orang (47,8%)
responden menyatakan setuju terhadap indikator pemberian variabel pemberian
kesempatan untuk mengembangkan kecakapan kerja dan 3 responden (13,0%)
menyatakan sangat setuju. Tetapi, sebanyak 9 orang (39,1%) menyatakan masih
kurang terhadap indikator variabel pemberian kesempatan untuk mengembangkan
kecakapan kerja diantaranya 7 orang (30,4%) responden dan 2 orang (8,7%)
responden berpendapat sangat tidak setuju. Artinya, responden merasakan
kesempatan untuk mengembangkan kecakapan kerja dan menunjang pelaksanaan
pelayanan masyarakat masih di tingkat biasa saja.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Solusi atau metode yang dapat ditawarkan dalam upaya meningkatkan
kesempatan pegawai untuk mengembangkan kecakapan kerja adalah melalui
pendidikan dan pelatihan secara terus menerus untuk dapat meningkatkan
keterampilan dan kemampuan pelaksana dalam pelaksanaan tugas/pekerjaan
pelayanan agar dapat memenuhi keinginan semua pihak baik manajemen itu sendiri
maupun masyarakat.
Tabel 25. Pekerjaan Dapat Diselesaikan Dalam Waktu yang Relatip Singkat
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Tidak Setuju 7 30.4 2. Cukup 8 34.8 3. Setuju 7 30.4 4. Sangat Setuju 1 4.3 Total 23 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 8
Berdasarkan tanggapan responden yaitu 8 orang (34,8%) menyatakan cukup
terhadap indikator variabel pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu yang relatip
singkat, 7 orang (30,4%) responden menyatakan setuju dan 1 responden (4,3%)
sangat setuju. Artinya, kemampuan 69,6% pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan
tepat pada waktunya dan sudah memadai. Namun, sebanyak 7 orang (30,4%)
responden menyatakan mereka belum mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu
yang ditentukan. Artinya, 30,4% pegawai sering tidak dapat menyelesaikan pekerjaan
tepat waktunya. Dengan demikian, peningkatan kemampuan pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaan sesingkat mungkin perlu dilakukan.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 26. Pekerjaan yang Dikerjakan Sesuai dengan Keahlian
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Setuju 2 8.7 2. Tidak Setuju 8 34.8 3. Cukup 3 13.0 4. Setuju 9 39.1 5. Sangat Setuju 1 4.3 Total 23 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 9
Berdasarkan tanggapan responden ternyata 9 orang (39,1%) dan 1 orang
(4,3%) responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju serta 3 orang (13,0%)
berpendapat cukup terhadap pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan keahliannya.
Artinya, 13 orang (56,4%) responden menyatakan pekerjaan yang dilakukan sudah
sesuai dengan dengan kemampuannya. Sementara 10 orang (43,5%) dengan 8 orang
(34,8%) dan 2 orang (8,7%) responden menyatakan tidak setuju dan sangat tidak
setuju terhadap pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan keahlian. Terhadap 10 orang
(43,5%) responden perlu ditingkatkan kemampuan kerja dalam rangka
memperlancar/mempermudah dalam pelaksanaan tugas dan kemampuan kerja sesuai
bidang masing-masing.
Tabel 27. Statistik Distribusi Frekuensi Sub Variabel Penghargaan dan Pengakuan
Pemberian Penghargaan
Adanya Motivasi
Keterlibatan dalam Proses
N Valid 23 23 23 Missing 0 0 0 Median 3.00 4.00 4.00 Mode 3 4 5 Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 10, 11, 12
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan jawaban dari 23 responden terhadap indikator dari variabel
penghargaan dan pengakuan ternyata seluruh jawaban adalah valid. Diantara 3 butir
pernyataan tersebut, nilai tengah tertinggi (4) merupakan hasil pernyataan 11, dan
nilai tengah tertinggi (5) merupakan hasil pernyataan 12, sedangkan nilai terendah (3)
adalah pernyataan 10. Dengan demikian perlu ditingkatkan perhatian kepada pegawai
yang berprestasi baik melalui pemberian penghargaan dan prestasi pegawai diakui
untuk dapat memotivasi dan rasa kepemilikan setiap pegawai dalam organisasi yang
akhirnya dapat memberikan kontribusi yang besar bagi instansi serta masyarakat yang
dilayani. Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan adalah dengan pemberdayaan sumber daya manusia.
Tabel 28. Pemberian Penghargaan Kepada yang Berjasa/Berprestasi
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Setuju 1 4.3 2. Tidak Setuju 5 21.7 3. Cukup 7 30.4 4. Setuju 5 21.7 5. Sangat Setuju 5 21.7 Total 23 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 10
Setiap pegawai yang berprestasi baik perlu diberi penghargaan dan
prestasinya diakui. Berdasarkan tanggapan responden pada Tabel 28 di atas, ternyata
7 orang (30,4%) responden berpendapat cukup, 5 orang (21,7%) responden
menyatakan setuju terhadap indikator variabel pemberian penghargaan kepada yang
berjasa dan berprestasi. Bahkan 5 orang (21,7%) responden menyatakan sangat setuju
terhadap indikator variabel ini. Artinya, 73,8% responden menyatakan bahwa
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
organisasi telah mengakui prestasi kerja karyawan dengan memberikan penghargaan
kepada karyawan yang berprestasi baik. Tetapi, sebanyak 6 orang (26,1%) responden
menyatakan bahwa indikator variabel pernyataan 10 biasa saja. Dalam artian
pemberian penghargaan itu masih di tingkat biasa saja.
Tabel 29. Adanya Motivasi yang Baik dalam Melaksanakan Pekerjaan
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Tidak Setuju 3 13.0 2. Cukup 3 13.0 3. Setuju 12 52.2 4. Sangat Setuju 5 21.7 Total 23 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 11
Berdasarkan tanggapan 12 orang (52,2%) responden menyatakan setuju
terhadap indikator variabel adanya motivasi yang baik dalam melaksanakan
pekerjaan dan 5 orang (21,7%) menyatakan sangat setuju terhadap indikator variabel
adanya motivasi yang baik dalam melaksanakan pekerjaan. Sedangkan 3 orang
(13,0%) menyatakan cukup. Dalam hal ini 87% responden menyatakan dalam
melaksanakan pekerjaannya mempunyai motivasi yang baik untuk dapat memberikan
pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat. Sedangkan 3 orang (13,0%)
menyatakan tidak setuju. Artinya, pegawai dalam melaksanakan pekerjaan tidak
mempunyai motivasi yang tinggi. Dalam hal ini, kemungkinan kebutuhan pegawai
tidak terpenuhi oleh organisasi. Untuk memotivasi pegawai dalam melaksanakan
pekerjaan adalah dengan memperhatikan kebutuhan pegawai terhadap kondisi kerja
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
yang dilaksanakan dan kompensasi yang mempengaruhi perilaku keanggotaan
pegawai dalam meningkatkan prestasi kerja.
Tabel 30. Keterlibatan dalam Proses Pengambilan Keputusan yang Berhubungan dengan Tugas
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Setuju 4 17.4 2. Tidak Setuju 4 17.4 3. Cukup 3 13.0 4. Setuju 5 21.7 5. Sangat Setuju 7 30.4 Total 23 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 12
Berdasarkan tanggapan responden yaitu terdapat 5 orang (21,7%) responden
yang menyatakan setuju terhadap indikator variabel keterlibatan dalam proses
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan tugas dan 7 orang (30,4%)
responden menyatakan sangat setuju. Ada 3 orang (13,0%) responden menyatakan
cukup. Artinya, 65,1% pegawai merasakan keterlibatannya dalam proses
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan tugas. Sedangkan beberapa
responden menyatakan bahwa indikator pernyataan 12 masih kurang yaitu 8 orang
(34,8%) responden dimana 4 orang (17,4%) responden menyatakan tidak setuju dan 4
orang (17,4%) menyatakan sangat tidak setuju.
Dengan demikian, 34,8% pegawai merasakan keterlibatan dalam proses
pengambilan keputusan belum signifikan. Artinya, peningkatan kewenangan dan
kebebasan pegawai dalam mengambil keputusan perlu dilakukan. Salah satu upaya
untuk meningkatkan kewenangan dan kebebasan pegawai untuk mengambil
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
keputusan adalah dengan memperhatikan, mempertimbangkan serta menindaklanjuti
masukan-masukan dari pegawai.
4.6. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan diukur dengan lima dimensi yaitu: fisik pelayanan,
kehandalan, ketanggapan, jaminan, dan empati. Fasilitas fisik meliputi perlengkapan
pegawai dan sarana komunikasi. Kehandalan yakni kemampuan memberikan
pelayanan yang dijanjikan dengan para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan
tanggap. Ketanggapan mencakup pengetahuan, kemampuan kesopanan dan sifat
dapat dipercaya yang dimiliki para staf: bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.
Jaminan yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan
pelayanan dengan tanggap. Empati meliputi kemudahan dalam hubungan,
komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan para pelanggan.
Hal yang perlu ditingkatkan adalah kecepatan dan keakuratan dalam
pelayanan, keberadaan unsur pimpinan, kesopanan pegawai dalam kegiatan
pelayanan, keberadaan unsur pimpinan, kepercayaan masyarakat terhadap pegawai
pada bagian Bina Sosial terutama dalam hal biaya pelayanan dan pemahaman pihak
kantor bagian Bina Sosial terhadap pelayanan yang dibutuhkan masyarakat.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 31. Lokasi Bagian Bina Sosial
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Puas 1 1.8 2. Tidak Puas 6 10.5 3. Cukup 20 35.1 4. Puas 22 38.6 5. Sangat Puas 8 14.0 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 1 kualitas pelayanan
Berdasarkan tanggapan responden ternyata 20 orang (35,1%) responden
menyatakan cukup, 22 orang (38,6%) responden menyatakan puas terhadap lokasi
pada bagian bina sosial bahkan 8 orang (14,5%) responden berpendapat sangat puas
terhadap lokasi kantor bagian bina sosial. Pendapat kurang puas terhadap lokasi
bagian Bina Sosial disampaikan 7 orang (12,7%) responden, diantaranya 6 orang
(10,9%) dan 1 orang (1,8%) responden menyatakan sangat tidak puas. Artinya,
responden agak sulit untuk mencapai lokasi bagian Bina Sosial karena lokasi tersebut
berjarak lumayan jauh dengan tempat tinggal responden.
Dari tanggapan tersebut dapat disimpulkan, dari sisi masyarakat indikator
variabel lokasi kantor bagian bina sosial menurut pendapat responden sudah cukup.
Untuk mencapai lokasi kantor bagian bina sosial umumnya mudah.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 32. Fasilitas Ruangan
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Puas 6 10.5 2. Tidak Puas 9 15.8 3. Cukup 13 22.8 4. Puas 21 36.8 5. Sangat Puas 8 14.0 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 2 kualitas pelayanan
Sebagian besar responden berpendapat bahwa fasilitas ruangan bagian bina
sosial sudah cukup memadai. Diantaranya 21 orang (36,8%) menyatakan puas, 13
orang (22,8%) berpendapat cukup serta 8 orang (14,0%) responden lainnya
berpendapat sangat puas. Artinya bahwa fasilitas yang ada di Bagian Bina Sosial
cukup mendukung kegiatan pelayanan masyarakat yang ada di kantor bagian bina
sosial . Tetapi, 9 orang (15,8%) responden menyatakan tidak puas dan bahkan
sebanyak 6 orang (10,5%) responden berpendapat sangat tidak puas. Responden yang
ditemui menyatakan bahwa masih ada fasilitas ruangan bagian Bina Sosial yang
kurang, diantaranya fasilitas kantin tidak ada di Bagian Bina Sosial Setdako
Lhokseumawe sehingga masyarakat yang mengurus pelayanan dalam menunggu
proses pelayanan hanya duduk saja. Dengan tanggapan tersebut dapat disimpulkan
dari sisi masyarakat indikator variabel fasilitas Bagian Bina Sosial Setdako
Lhokseumawe menurut pendapat responden sudah cukup memadai dalam
mendukung kegiatan pelayanan yang ada di bagian Bina Sosial .
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 33. Kebersihan Lingkungan Ruangan
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Puas 3 5.3 2. Tidak Puas 6 10.5 3. Cukup 12 21.1 4. Puas 22 38.6 5. Sangat Puas 14 24.6 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 3 kualitas pelayanan
Secara sederhana tanggapan dari responden dalam Tabel 4.32 di atas terhadap
variabel kebersihan ruangan bagian bina sosial pada dasarnya sudah puas.
Diantaranya sebanyak 22 orang (38,6%) responden menyatakan puas, 12 orang
(21,1%) responden menyatakan cukup dan 14 orang (24,6%) menyatakan sangat
puas. Artinya, 84,2% responden menyatakan bahwa pada saat mengurus pelayanan di
bagian Bina Sosial merasa nyaman dengan kondisi kebersihan ruangan. Terdapat 6
orang (10,5%) menyatakan masih tidak puas mengenai kebersihan kantor dan 3 orang
(5,3%) responden merasa sangat tidak puas terhadap kebersihan ruangan bagian bina
sosial karena masih terdapat kekurangan seperti adanya penumpukan sampah di
halaman belakang ruangan. Menurut responden sebagai penerima layanan indikator
kebersihan lingkungan bagian Bina Sosial secara umum pada dasarnya sudah baik.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 34. Penampilan Pegawai
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Puas 1 1.8 2. Tidak Puas 6 10.5 3. Cukup 14 24.6 4. Puas 30 52.6 5. Sangat Puas 6 10.5 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 4 kualitas pelayanan
Berdasarkan tanggapan responden indikator variabel penampilan pegawai
dianggap cukup. Diantaranya 30 orang (52,6%) responden menyatakan puas, 6 orang
(10,5%) responden menyatakan sangat puas, 14 orang (24,6%) responden
berpendapat cukup. Tetapi, ada 6 orang (10,5) responden yang menyatakan tidak puas
dan 1 orang (1,8%) menyatakan sangat tidak puas terhadap penampilan pegawai
kantor bagian bina sosial. Artinya, indikator variabel penampilan pegawai kantor
bagian bina sosial menurut responden dianggap mencukupi, namun beberapa
responden menyatakan bahwa penampilan pegawai bagian Bina Sosial masih kurang
karena masih ada pegawai bagian Bina Sosial yang rambutnya tidak rapi, sepatu
tidak disemir dan lain-lain. Dari pihak bagian Bina Sosial variabel penampilan
pegawai sudah dianggap mencukupi.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 35. Prosedur Pelayanan
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Tidak Puas 8 14.0 2. Cukup 9 15.8 3. Puas 30 52.6 4. Sangat Puas 10 17.5 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 5 kualitas pelayanan
Berdasarkan tanggapan masyarakat indikator variabel prosedur pelayanan
sudah dianggap cukup puas diantaranya 30 orang (52,6%) responden menyatakan
puas dan 9 orang (15,8%) responden menyatakan cukup bahkan 10 orang (17,5%)
responden menyatakan sangat puas terhadap prosedur pelayanan. Namun, beberapa
responden menyatakan bahwa prosedur pelayanan di bagian Bina Sosial masih
kurang diantaranya 8 orang (14,0%) menyatakan tidak puas karena untuk
mendapatkan pelayanan harus dilengkapi dengan pengantar dari desa/kelurahan.
Tabel 36. Kecepatan Pelayanan
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Puas 1 1.8 2. Tidak Puas 15 26.3 3. Cukup 16 28.1 4. Puas 20 35.1 5. Sangat Puas 5 8.8 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 6 kualitas pelayanan
Berdasarkan tanggapan responden ternyata 20 orang (35,1%) responden
menyatakan puas terhadap kecepatan pelayanan, 16 orang (28,1%) menyatakan
cukup terhadap kecepatan pelayanan yang diterima. Responden menyatakan indikator
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
kecepatan pelayanan yang diterima dianggap biasa saja, tetapi beberapa responden
menyatakan bahwa kecepatan pelayanan masih kurang diantaranya 15 orang (28,1%)
menyatakan tidak puas dan 1 orang (1,8%) responden sangat tidak puas, karena masih
ada oknum pegawai bagian Bina Sosial yang sengaja memperlambat proses
pelayanan dengan berbagai alasan.
Tabel 37. Realisasi Janji
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Tidak Puas 3 5.3 2. Cukup 12 21.1 3. Puas 32 56.1 4. Sangat Puas 10 17.5 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 7 kualitas pelayanan
Berdasarkan tanggapan responden ternyata mayoritas yaitu 32 orang (56,1%)
responden menyatakan puas, 12 orang (21,1%) responden menyatakan cukup dan
bahkan 10 orang (17,5%) menyatakan sangat puas terhadap realisasi janji yang
diberikan di bagian Bina Sosial. Tetapi, ada 3 orang (5,3%) menyatakan bahwa
realisasi janji masih kurang karena masih ada oknum pegawai bagian Bina Sosial
yang belum menepati janji yang telah mereka sepakati. Dari sisi responden indikator
variabel realisasi janji dianggap masih di tingkat biasa saja.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 38. Keakuratan Pelayanan
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Puas 2 3.5 2. Tidak Puas 17 29.8 3. Cukup 14 24.6 4. Puas 22 38.6 5. Sangat Puas 2 3.5 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 8 kualitas pelayanan
Dari sisi masyarakat sebagai penerima layanan indikator variabel keakuratan
pelayanan sudah dianggap biasa saja. Diantaranya menurut tanggapan 22 orang
(38,6%) menyatakan puas terhadap indikator variabel keakuratan pelayanan di kantor
bagian bina sosial, 2 orang (3,5%) responden menyatakan sangat puas, serta 14 orang
(24,6%) menyatakan cukup. Tetapi terdapat juga 17 orang (29,8%) responden
menyatakan tidak puas dan 2 orang (3,5%) responden menyatakan sangat tidak puas.
Artinya, bahwa kadang-kadang masih terjadi kesalahan dalam pelaksanaan
pelayanan.
Tabel 39. Transparansi Biaya
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Puas 1 1.8 2. Tidak Puas 4 7.0 3. Cukup 13 22.8 4. Puas 26 45.6 5. Sangat Puas 13 22.8 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 9 kualitas pelayanan
Dari Tabel 40. di atas tampak bahwa 26 orang (45,6%) menyatakan puas
terhadap transparansi biaya, 13 orang (22,8%) menyatakan cukup serta 13 orang
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
(22,8%) menyatakan sangat puas terhadap indikator transparansi biaya di bagian Bina
Sosial. Artinya transparansi biaya di Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe
dinilai responden tersebut sudah cukup. Namun, terdapat 5 orang (8,8%) menyatakan
kurang puas dan sangat tidak puas terhadap transparansi biaya. Artinya beberapa
responden menyatakan masih ada pegawai di bagian Bina Sosial yang meminta biaya
pelayanan.
Tabel 40. Ketanggapan Pegawai
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Puas 4 7.0 2. Tidak Puas 6 10.5 3. Cukup 7 12.3 4. Puas 22 38.6 5. Sangat Puas 18 31.6 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 10 kualitas pelayanan
Berdasarkan tanggapan responden ternyata 22 orang (38,6%) responden
menyatakan puas terhadap pegawai pada bagian Bina Sosial, 18 orang (31,6%)
menyatakan sangat puas, serta 7 orang (12,3%) menyatakan cukup terhadap
tanggapan pegawai. Artinya, pegawai bagian Bina Sosial dalam memberikan
pelayanan dinilai oleh responden tanggap. Tetapi sebanyak 6 orang (10,5%)
responden menyatakan tidak puas dan 4 orang (7,0%) responden menyatakan sangat
tidak puas terhadap tanggapan pegawai kantor bagian bina sosial karena masih tidak
ditanggapi dengan baik
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 41. Bantuan Pegawai pada Bagian Bina Sosial
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Puas 1 1.8 2. Tidak Puas 7 12.3 3. Cukup 14 24.6 4. Puas 19 33.3 5. Sangat Puas 16 28.1 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 11 kualitas pelayanan
Dari Tabel 41 tampak bahwa 19 orang (33,3%) responden menyatakan puas
terhadap indikator bantuan pegawai bagian Bina Sosial, 16 orang (28,1%)
menyatakan sangat puas, dan 14 orang (24,6%) responden menyatakan cukup.
Artinya, variabel bantuan pegawai di Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe
sudah cukup membantu masyarakat yang mengalami kesulitan dalam kegiatan
pelayanan. Disamping itu juga sebanyak 7 orang (12,3) responden menyatakan tidak
puas dan 1 orang (1,8%) menyatakan sangat tidak puas. Artinya juga, beberapa
responden menyatakan masih ada pegawai kantor bagian bina sosial yang bersedia
membantu masyarakat tidak dengan sepenuh hati.
Tabel 42. Keberadaan Unsur Pimpinan
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Puas 4 7.0 2. Tidak Puas 18 31.6 3. Cukup 14 24.6 4. Puas 19 33.3 5. Sangat Puas 2 3.5 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 12 kualitas pelayanan
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan tanggapan responden ternyata 19 orang (33,3%) menyatakan
puas terhadap indikator keberadaan unsur pimpinan, 2 orang (3,5%) menyatakan
sangat puas dan 14 orang (24,6%) menyatakan cukup terhadap keberadaan unsur
pimpinan. Artinya, bahwa pengurusan pelayanan, pengesahan pelayanan dilakukan
oleh unsur pimpinan sebagai pejabat pengesahan pelayanan. Pendapat tidak puas
terhadap keberadaan unsur pimpinan disampaikan 18 orang (31,6%) responden dan
ada sebanyak 4 orang (7,0%) responden yang menyatakan sangat tidak puas. Artinya,
mereka harus menunggu karena tidak adanya unsur pimpinan sebagai pejabat
pengesahan pelayanan karena jenis pelayanannya tidak dapat disahkan oleh pegawai
di bagian Bina Sosial lainnya.
Tabel 43. Kesopanan Pegawai
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Puas 2 3.5 2. Tidak Puas 11 19.3 3. Cukup 12 21.1 4. Puas 22 38.6 5. Sangat Puas 10 17.5 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 13 kualitas pelayanan
Berdasarkan tanggapan 22 orang (38,6%) responden dan 10 orang (17,5%)
responden menyatakan puas dan sangat puas terhadap indikator kesopanan pegawai
kantor bagian bina sosial, serta 12 orang (21,1%) responden menyatakan cukup. Dan
yang menyatakan tidak puas ada sebanyak 11 orang (19.3%) bahkan yang sangat
tidak puas ada sebanyak 2 orang (3,5%) responden. Artinya, sejumlah 21,8%
responden sebagai penerima layanan di kantor bagian bina sosial menyatakan
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
kesopanan pegawai kantor bagian bina sosial dianggap belum mencukupi dalam
pelaksanaan kegiatan terhadap masyarakat.
Tabel 44. Kemampuan Pegawai
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Puas 1 1.8 2. Tidak Puas 4 7.0 3. Cukup 11 19.3 4. Puas 35 61.4 5. Sangat Puas 6 10.5 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 14 kualitas pelayanan Berdasarkan tanggapan responden ternyata 35 orang (61,4%) responden
menyatakan puas terhadap indikator kemampuan pegawai dan 11 orang (19,3%)
menyatakan cukup, bahkan sebanyak 6 orang (10,5%) menyatakan sangat puas
terhadap kemampuan pegawai. Tetapi ada sebanyak 4 orang (7,0%) yang menyatakan
tidak puas dan 1 orang (1,8%) menyatakan sangat tidak puas terhadap kemampuan
pegawai. Dari sisi responden sebagai penerima layanan, kemampuan pegawai
dianggap baik, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pegawai memiliki
kemampuan dalam menanggapi pelayanan yang dibutuhkan masyarakat.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 45. Keramahan Pegawai
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Puas 11 19.3 2. Tidak Puas 18 31.6 3. Cukup 9 15.8 4. Puas 12 21.1 5. Sangat Puas 7 12.3 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 15 kualitas pelayanan Berdasarkan tanggapan 18 orang (31,6%) responden menyatakan tidak puas
atas keramahan pegawai dan sebanyak 11 orang (19,3%) menyatakan sangat tidak
puas. Sedangkan sebanyak 9 orang (15,8%) menyatakan cukup, 12 orang (21,1%)
responden menyatakan puas, dan 7 orang (12,3%) menyatakan sangat puas terhadap
keramahan pegawai. Dari data tersebut mengindikasikan bahwa terdapat 50,9%
responden yang menyatakan tidak puas terhadap keramahan pegawai. Artinya, bahwa
responden sebagai penerima layanan di Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe
menyatakan pegawai di bagian Bina Sosial tidak cukup ramah dalam melayani
masyarakat.
Tabel 46. Pengetahuan Pegawai
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Puas 1 1.8 2. Tidak Puas 3 5.3 3. Cukup 25 43.9 4. Puas 20 35.1 5. Sangat Puas 8 14.0 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 16 kualitas pelayanan
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan tanggapan responden terdapat 25 orang (43,9%) responden yang
menyatakan cukup, 20 orang (35,1%) menyatakan puas, dan 8 orang (14,0%)
menyatakan sangat puas terhadap pengetahuan pegawai pada bagian Bina Sosial.
Berdasarkan tanggapan responden ternyata 93,9% menyatakan bahwa pengetahuan
pegawai pada Bagian Bina Sosial sudah dianggap mencukupi. Artinya, dalam
memberikan pelayanan, pengetahuan aparat sudah memadai. Tetapi juga terdapat 3
orang (5,3%) yang menyatakan bahwa pengetahuan aparat belum memadai dan 1
orang (1,8%) responden yang menyatakan sangat tidak puas atas pengetahuan
pegawai pada Bagian Bina Sosial. Karena masih ada pegawai kantor bagian bina
sosial yang tidak dapat memberikan informasi pelayanan dengan akurat. Dari pihak
Bagian Bina Sosial pada dasarnya pengetahuan aparat Bagian Bina Sosial tentang
informasi pelayanan sudah cukup, tetapi kadang-kadang masyarakat yang
membutuhkan informasi tentang pelayanan data kepada orang yang salah yang
kebetulan tidak mengetahui.
Tabel 47. Kepercayaan Terhadap Pegawai
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Puas 1 1.8 2. Tidak Puas 16 28.1 3. Cukup 18 31.6 4. Puas 18 31.6 5. Sangat Puas 4 7.0 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 17 kualitas pelayanan
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan tanggapan 18 orang (31,6%) responden menyatakan cukup, 18
orang (31,6%) menyatakan puas, dan 4 orang (7,0%) responden menyatakan sangat
puas terhadap kepercayaan pegawai di Bagian Bina Sosial. Beberapa responden
menyatakan tidak puas atas kepercayaan pegawai di Bagian Bina Sosial sebanyak 16
orang (28,1%) dan 1 orang (1,8%) responden menyatakan sangat tidak puas. Artinya,
masih terdapat 29,9% tingkat kepercayaan responden terhadap aparat di Bagian Bina
Sosial masih kurang. Pegawai pada Bagian Bina Sosial dapat dipercaya dalam
pengurusan pelayanan, meskipun beberapa responden menyatakan kepercayaan
terhadap aparat bagian bina sosial masih kurang.
Tabel 48. Pemahaman Kebutuhan Pelayanan
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Puas 1 1.8 2. Tidak Puas 20 35.1 3. Cukup 15 26.3 4. Puas 19 33.3 5. Sangat Puas 2 3.5 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 18 kualitas pelayanan
Berdasarkan tanggapan responden, ternyata sebanyak 20 orang (35,1%)
menyatakan tidak puas, 1 orang (1,8%) responden menyatakan sangat tidak puas akan
pemahaman kebutuhan pelayanan pihak Bagian Bina Sosial. Artinya bahwa pihak
bagian bina sosial, menurut beberapa responden, belum mengerti atau memahami
tentang kebutuhan pelayanan yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun,
sebanyak 15 orang (26,3%) responden menyatakan cukup, 19 orang (33,3%)
menyatakan puas dan 2 orang (3,5%) responden menyatakan sangat puas. Dari data
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
tersebut dapat disimpulkan bahwa pihak bagian bina sosial sudah atau cukup paham
terhadap pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Tabel 49. Kemudahan Menemui Pegawai
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Puas 1 1.8 2. Tidak Puas 9 15.8 3. Cukup 15 26.3 4. Puas 22 38.6 5. Sangat Puas 10 17.5 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 19 kualitas pelayanan
Berdasarkan tanggapan responden, ternyata 22 orang (38,6%) menyatakan
puas, 15 orang (26,3%) menyatakan cukup dan bahkan sebanyak 10 orang (17,5%)
menyatakan sangat puas. Tetapi, juga terdapat 9 orang (15,8%) yang menyatakan
tidak puas dan 1 orang (1,8%) yang menyatakan sangat tidak puas. Artinya, bahwa
82,4% responden menyatakan bahwa untuk menemui pegawai bagian bina sosial
yang menangani pelayanan tidak terlalu sulit, walaupun ada sekitar 17,6% responden
yang menyatakan bahwa pegawai bagian bina sosial yang menangani pelayanan
tidak ada di tempat. Dari sisi responden indikator kemudahan menemui pegawai
dianggap biasa saja.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 50. Tanggapan Terhadap Keluhan
No. Kategori Frekuensi Persentase
1. Sangat Tidak Puas 1 1.8 2. Tidak Puas 5 8.8 3. Cukup 10 17.5 4. Puas 31 54.4 5. Sangat Puas 10 17.5 Total 57 100.0
Sumber: Kuesioner pernyataan nomor 20 kualitas pelayanan
Berdasarkan tanggapan responden ternyata mayoritas yaitu 31 orang (54,4%)
responden menyatakan puas dan 10 orang (17,5%) responden menyatakan cukup, dan
10 orang (17,5%) responden menyatakan sangat puas terhadap indikator tanggapan
dari keluhan. Artinya, 89,4% responden menyatakan bahwa keluhan yang
disampaikan oleh responden yang berkaitan dengan pelayanan sudah dianggap cukup
baik. Terdapat 5 orang (8,8%) responden yang menyatakan tidak puas dan 1 orang
(1,8%) menyatakan sangat tidak puas. Dari sisi masyarakat indikator tanggapan
keluhan sudah cukup baik, di mana pihak bagian bina sosial menanggapi keluhan
yang disampaikan oleh masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan.
4.7. Analisis Korelasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan
terhadap Kualitas Pelayanan
4.7.1. Analisis Korelasi Faktor Organisasi terhadap Kualitas Pelayanan
Sebagai dasar penentuan tingkat hubungan antar variabel, digunakan pedoman
pedoman ukuran untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi, yaitu sebagai
berikut:
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 51. Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,000 – 0,20 Lemah Sekali 0,20 – 0,40 Lemah 0,40 – 0,70 Sedang 0,70 – 0,90 Kuat 0,90 – 1,00 Sangat Kuat
Sumber: Guilford, 1980
Untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independent dilakukan analisis korelasi dengan metode Korelasi Spearman rho
dengan rumus:
16Σdi2
Keterangan:
ρ = koefisien korelasi Spearman rho di= selisih rangking n= jumlah data Selanjutnya, analisis dilaksanakan menggunakan bantuan perangkat SPSS
11.0 for Windows dengan analisa di bawah ini.
= ρn(n2-1)
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 52. Korelasi Faktor Organisasi dengan Kualitas Pelayanan
Correlations
Organisasi Kualitas
Pelayanan Organisasi Pearson Correlation 1 .417(*) Sig. (2-tailed) .048 N 23 23Kualitas Pelayanan Pearson Correlation .417(*) 1 Sig. (2-tailed) .048 N 23 57
** Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) Sumber: output SPSS 11.0 for Windows
Tabel korelasi menunjukkan hubungan dua variabel, arah hubungan, dan
seberapa besar hubungan tersebut. Kemudian berdasarkan koefisien korelasi didapat
koefisien determinasi. Untuk mengetahui hubungan dapat dilakukan pengujian
hipotesa sebagai berikut:
Ho : ρ = 0, tidak terdapat hubungan antara organisasi dengan kualitas pelayanan;
H1 : ρ ≠ 0, terdapat hubungan antara organisasi dengan kualitas pelayanan
Dengan ketentuan apabila taraf nyata atau probabilitas atau nilai sig ≤ 0,05
maka Ho ditolak, jika taraf nyata atau probabilitas atau nilai sig > 0,05 maka Ho
diterima.
Dari Tabel 4.44 di atas terlihat bahwa pada angka sig. (2 tailed) adalah 0,048
≤ 0,05, sehingga Ho ditolak, maka H1 diterima. Artinya terdapat hubungan linear
nyata/signifikan pada α 0,05 antara organisasi dan kualitas pelayanan. Hubungan
antara organisasi dengan kualitas pelayanan didapat +0,417. Artinya, arah korelasi
positif, atau makin besar perbaikan faktor organisasi maka kualitas pelayanan
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
cenderung meningkat. Besaran korelasi tersebut apabila dikonsultasikan pada
pedoman interpretasi koefisien korelasi, berarti organisasi berkorelasi lemah terhadap
kualitas pelayanan.
Sejalan dengan pendapat Pamudji (1994:20) mengemukakan bahwa
“profesionalisme aparatur bukan satu-satunya jalan untuk meningkatkan pelayanan
publik, karena masih ada alternatif lain misalnya dengan menciptakan sistem dan
prosedur kerja yang efisien tetapi adanya aparatur professional tidak dapat dihindari
oleh pemerintahan yang bertanggung jawab”. Dengan demikian untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kepada masyarakat, maka pemberdayaan terhadap para pelaku
birokrasi ke arah penciptaan profesionalisme pegawai menjadi sangat menentukan.
4.7.2. Analisis Korelasi Pengaruh Faktor Kepemimpinan terhadap Kualitas Pelayanan
Hubungan faktor kepemimpinan dengan kualitas pelayanan secara kasar
bahwa kualitas pelayanan secara linear cenderung naik dengan adanya peningkatan
dan penyempurnaan kepemimpinan. Pernyataan itu dapat dilihat dari analisis Tabel
53 berikut.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 53. Korelasi Faktor Kepemimpinan dengan Kualitas Pelayanan
Correlations
Kepemimpinan Kualitas Pelayanan Kepemimpinan Pearson Correlation 1 .550(**) Sig. (2-tailed) .007 N 23 23Kualitas Pelayanan Pearson Correlation .550(**) 1 Sig. (2-tailed) .007 N 23 57
** Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) Sumber: output SPSS 11.0 for Windows
Tabel korelasi menunjukkan hubungan dua variabel, arah hubungan, dan
berapa besar hubungan tersebut. Kemudian berdasarkan koefisien korelasi didapat
koefisien determinasi. Untuk mengetahui hubungan dapat dilakukan dengan
pengujian hipotesa:
Ho : ρ = 0, tidak terdapat hubungan antara kepemimpinan dengan kualitas
pelayanan;
H1 : ρ ≠ 0, terdapat hubungan antara kepemimpinan dengan kualitas pelayanan
Dengan ketentuan apabila taraf nyata atau probabilitas atau nilai sig ≤ 0,05
maka Ho ditolak, jika taraf nyata atau probabilitas atau nilai sig > 0,05 maka Ho
diterima.
Dari Tabel 4.52 di atas, signifikansi terlihat bahwa pada angka sig (2 tailed)
adalah 0,07 ≤ 0,05, sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat hubungan
linear nyata/signifikan pada α = 0,05 antara kepemimpinan dengan kualitas
pelayanan. Hubungan antara kepemimpinan dengan kualitas pelayanan didapat
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
+0,550. Dengan demikian arah korelasi positif, atau semakin besar perbaikan faktor
kepemimpinan maka kualitas pelayanan cenderung meningkat. Besar korelasi
tersebut apabila dikonsultasikan pada pedoman interpretasi koefisien korelasi, berarti
kepemimpinan berkorelasi sedang terhadap kualitas pelayanan.
Menurut Prasodjo (2005:19), perbaikan pelayanan publik di Indonesia sangat
tergantung dengan peran pimpinan instansi pemerintah (top down approach).
Organisasi-organisasi yang memiliki pemimpin yang kredibel berintegritas tinggi
memiliki visi masa depan dapat menjadi panutan dan innovator bagi reformasi
pelayanan publik. Berarti semakin tingginya komitmen pimpinan dalam menciptakan
pelayanan public yang berkualitas diiringi keterlibatan pimpinan dalam memberikan
dukungan terhadap peningkatan kualitas pelayanan masyarakat dan mampu
melakukan perbaikan-perbaikan serta mengupayakan inovasi-inovasi yang baru
dalam penyempurnaan pelaksanaan pelayanan masyarakat menjadi hal yang
diharapkan dalam meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat.
4.8. Pengaruh Faktor Kemampuan dan Keterampilan terhadap Kualitas
Pelayanan
Hubungan faktor kemampuan dan keterampilan dengan kualitas pelayanan
dapat disebutkan bahwa kualitas pelayanan secara linear cenderung naik dengan
adanya peningkatan dan penyempurnaan faktor kemampuan dan keterampilan.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 54. Korelasi Faktor Kemampuan dan Keterampilan dengan Kualitas Pelayanan
Correlations
Kemampuan &
Keterampilan Kualitas
Pelayanan Kemampuan & Keterampilan
Pearson Correlation 1 .526(**)
Sig. (2-tailed) .010 N 23 23Kualitas Pelayanan Pearson Correlation .526(**) 1 Sig. (2-tailed) .010 N 23 57
** Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) Sumber: output SPSS 11.0 for Windows
Tabel korelasi menunjukkan hubungan dua variabel, arah hubungan, dan
berapa besar hubungan tersebut. Kemudian berdasarkan koefisien korelasi didapat
koefisien determinasi. Untuk mengetahui hubungan dapat dilakukan dengan
pengujian hipotesa:
Ho : ρ = 0, tidak terdapat hubungan antara kemampuan dan keterampilan dengan
kualitas pelayanan;
H1 : ρ ≠ 0, terdapat hubungan antara kemampuan dan keterampilan dengan
kualitas pelayanan
Dengan ketentuan apabila taraf nyata atau probabilitas atau nilai sig ≤ 0,05
maka Ho ditolak, jika taraf nyata atau probabilitas atau nilai sig > 0,05 maka Ho
diterima.
Dari signifikansi terlihat bahwa pada angka sig (2 tailed) adalah 0,010 ≤ 0,05
maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat hubungan linear sangat
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
nyata/signifikan pada α = 0,005 antara kemampuan dan keterampilan dengan kualitas
pelayanan. Hubungan antara kemampuan dan keterampilan dengan kualitas
pelayanan didapat +0,526. Dengan demikian arah korelasi positif, atau semakin besar
perbaikan faktor kemampuan dan keterampilan maka kualitas pelayanan cenderung
meningkat. Besar korelasi tersebut apabila dikonsultasikan pada pedoman interpretasi
koefisien korelasi, berarti kemampuan dan keterampilan berkorelasi sedang terhadap
kualitas pelayanan.
Sesuai dengan pendapat Silalahi (1987: 41) bahwa keterampilan dapat
dipelajari melalui pelatihan. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya program,
pengembangan pegawai secara terus menerus melalui pendidikan dan pelatihan yang
berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan kerja sehari-hari maka
pelaksanaan tugas/pekerjaan yang berkualitas dapat dilakukan dengan baik, cepat,
dan memenuhi keinginan semua pihak, baik manajemen itu sendiri maupun
masyarakat.
4.8.1. Pengaruh Faktor Penghargaan dan Pengakuan terhadap Kualitas
Pelayanan
Hubungan faktor penghargaan dan pengakuan dengan kualitas pelayanan
dapat disebutkan bahwa kualitas pelayanan secara linear cenderung naik dengan
adanya peningkatan dan penyempurnaan faktor Penghargaan dan Pengakuan.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 55. Korelasi Faktor Penghargaan dan Pengakuan dengan Kualitas Pelayanan
Correlations
Penghargaan & Pengakuan
Kualitas Pelayanan
Penghargaan & Pengakuan
Pearson Correlation 1 .512(*)
Sig. (2-tailed) .013 N 23 23Kualitas Pelayanan Pearson Correlation .512(*) 1 Sig. (2-tailed) .013 N 23 57
** Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) Sumber: output SPSS 11.0 for Windows
Tabel korelasi menunjukkan hubungan dua variabel, arah hubungan, dan
berapa besar hubungan tersebut. Kemudian berdasarkan koefisien korelasi didapat
koefisien determinasi. Untuk mengetahui hubungan dapat dilakukan dengan
pengujian hipotesa:
Ho : ρ = 0, tidak terdapat hubungan antara penghargaan dan pengakuan dengan
kualitas pelayanan;
H1 : ρ ≠ 0, terdapat hubungan antara penghargaan dan pengakuan dengan kualitas
pelayanan
Dengan ketentuan apabila taraf nyata atau probabilitas atau nilai sig ≤ 0,05
maka Ho ditolak, jika taraf nyata atau probabilitas atau nilai sig > 0,05 maka Ho
diterima.
Dari signifikansi terlihat bahwa pada angka sig (2 tailed) adalah 0,013 ≤ 0,05
maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat hubungan linear nyata/signifikan
pada α = 0,005 antara penghargaan dan pengakuan dengan kualitas pelayanan.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Hubungan antara penghargaan dan pengakuan dengan kualitas pelayanan didapat
+0,512. Dengan demikian arah korelasi positif, atau semakin besar perbaikan faktor
penghargaan dan pengakuan maka kualitas pelayanan cenderung meningkat. Besar
korelasi tersebut apabila dikonsultasikan pada pedoman interpretasi koefisien
korelasi, berarti penghargaan dan pengakuan berkorelasi sedang terhadap kualitas
pelayanan.
Penghargaan dan pengakuan merupakan aspek yang penting dalam
implementasi strategi kualitas. Setiap karyawan yang berprestasi baik perlu diberi
penghargaan dan prestasinya diakui. Dengan demikian dapat meningkatkan motivasi,
moral kerja, rasa bangga dan rasa kepemilikan setiap orang dalam organisasi yang
akhirnya dapat memberikan kontribusi yang besar bagi instansi dan pelanggan yang
dilayani. Berdasarkan kajian pustaka yang diperoleh berbagai faktor yang
mempengaruhi kepuasan karyawan, yaitu:
1. Kompensasi (Mangkunegara, 2000:83)
2. Riset mengenai perilaku individu dalam organisasi (Lower, 1983:10)
3. Teori-Teori Motivasi (Azhar Kasim, 1993:27)
4. Konsep pemberdayaan sumber daya manusia (Tjiptono, 2002:128)
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
4.9. Analisis Pengaruh Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan
terhadap Kualitas Pelayanan
Dalam Tabel berikut akan terlihat bahwa kualitas pelayanan secara linear
cenderung naik dengan adanya peningkatan dan penyempurnaan faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas pelayanan.
Tabel 56. Korelasi Faktor Penghargaan dan Pengakuan dengan Kualitas Pelayanan Correlations
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Pelayanan
Kualitas Pelayanan
Correlation Coefficient 1.000 .527(**)Sig. (2-tailed) . .010
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan
N 23 23Correlation Coefficient .527(**) 1.000Sig. (2-tailed) .010 .
Spearman's rho
Kualitas Pelayanan
N 23 57** Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber: output SPSS 11.0 for Windows
Tabel model summary menunjukkan hubungan dua variabel, arah hubungan
dan seberapa besar hubungan tersebut. Kemudian berdasarkan koefisien korelasi
didapat koefisien determinasi. Untuk mengetahui hubungan dapat dilakukan
pengujian hipotesa:
Ho : ρ = 0, tidak terdapat hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas pelayanan terhadap kualitas pelayanan;
H1 : ρ ≠ 0, terdapat hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
pelayanan terhadap dengan kualitas pelayanan
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Dengan ketentuan apabila taraf nyata atau probabilitas atau nilai sig ≤ 0,05
maka Ho ditolak, jika taraf nyata atau probabilitas atau nilai sig > 0,05 maka Ho
diterima.
Dari signifikansi terlihat bahwa pada angka sig (2 tailed) adalah 0,010 ≤ 0,05
maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat hubungan linear nyata/signifikan
pada α = 0,005 antara faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap
kualitas pelayanan. Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
pelayanan terhadap kualitas pelayanan didapat +0,527. Dengan demikian arah
korelasi positif, atau semakin besar perbaikan pada faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas pelayanan maka kualitas pelayanan cenderung meningkat. Besar korelasi
tersebut apabila dikonsultasikan pada pedoman interpretasi koefisien korelasi, berarti
penghargaan dan pengakuan berkorelasi sedang terhadap kualitas pelayanan. Menurut
Moenir (2000:123) pelayanan umum kepada masyarakat akan dapat terlaksana
dengan baik dan memuaskan apabila didukung oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas pelayanan.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Penelitian analisis kualitas pelayanan masyarakat di Bagian Bina Sosial
Setdako Lhokseumawe merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Kajian utama
dalam penelitian ini adalah menitikberatkan kepada analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas pelayanan masyarakat di Bagian Bina Sosial Setdako
Lhokseumawe. Dalam menentukan hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas pelayanan masyarakat dengan kualitas pelayanan dilakukan analisis distribusi
frekuensi dan analisis spearman’s rho. Berdasarkan uraian dan hasil analisis
distribusi frekuensi serta hasil analisis korelasi spearman’s rho disimpulkan sebagai
berikut:
1. Diperoleh tingkat hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
pelayanan sebagai berikut: organisasi, kemampuan dan keterampilan,
penghargaan dan pengakuan, kepemimpinan terhadap kualitas pelayanan. Dari
kesemua faktor yang berhubungan tersebut faktor kemampuan dan keterampilan
memiliki tingkat signifikansi yang sangat nyata atau sangat signifikan terhadap
kualitas pelayanan masyarakat.
2. Perbaikan dari faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan terutama
peningkatan dan penyempurnaan pada aspek: kemampuan dan keterampilan,
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
kepemimpinan, penghargaan dan pengakuan, serta faktor organisasi akan secara
linear cenderung menaikkan kualitas pelayanan masyarakat.
3. Faktor-faktor yang menjadi prioritas utama dan harus dilaksanakan sesuai dengan
persepsi masyarakat yaitu kesopanan aparat bagian bina sosial dalam
melaksanakan kegiatan pelayanan terhadap masyarakat, melakukan komunikasi
yang efektif dengan masyarakat pengguna layanan, ketepatan waktu penyelesaian
layanan, dan sarana dan prasarana yang mendukung.
5.2. Saran
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat di Bagian Bina
Sosial, disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Perlu ditingkatkan kemampuan dan keterampilan pegawai bagian bina sosial
dengan cara: pemberian kesempatan untuk mengembangkan kecakapan kerja
seperti diikutsertakan dalam program pelatihan dan pendidikan, kursus singkat,
melanjutkan studi, dan lain sebagainya. Agar pekerjaan yang diemban dapat
diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat dan pekerjaan tersebut dikerjakan
sesuai dengan keahliannya.
2. Dari harapan masyarakat pengguna layanan hendaknya ditingkatkan kesopanan
dan kepercayaan terhadap pegawai dalam pelaksanaan pelayanan kepada
masyarakat. Terutama dalam hal:
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
a. Agar lebih memperhatikan waktu dalam proses pelayanan kepada masyarakat.
b. Kiranya dapat ditanamkan sikap keikhlasan, kesungguhan, dan disiplin
kepada pegawai bagian bina sosial dalam menjalankan tugas sebagai pelayan
public untuk dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
c. hendaknya staf diberikan kesempatan yang lebih besar untuk dapat
mengembangkan kecakapan kerja dalam mendukung pelaksanaan pelayanan
masyarakat.
d. peningkatan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan pengetahuan dan
keterampilan kerja.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 1992, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rajawali Press Feigenbaum, Armand V, 1991, Total Quality Control, Third Edition, Singapore: Mc
Graw Hill Book. Gaspersz, Vincent, (eds. Indonesia), 1997, Manajemen Kualitas: Penerapan Konsep-
Konsep Kualitas dalam Manajemen Bisnis Total, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Goetsch, D.L. and S. Davis, 1994, Introduction to Total Quality: Quality, Productiity,
Competitiveness, Englewood, Cliffs, N.J.: Prentice Hall International, Inc. Hasibuan, Malayu, S.P., 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT.
Gunung. Kotler, Philip, 1994, Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation
and Control, 8th ed Englewood Cliffs, N.J: Prentice-Hall International, Inc. ______, dan Gary Amstrong, Dasar-dasar Pemasaran, Edisi Bahasa Indonesia dari:
Principles of Marketing 7e, alih bahasa oleh Alexander Sindoro, 1998, Jakarta, Prenhallindo.
Lovelock, Christoper, 1994, Product Plus, How Product and Service Competitive
Advantage, New York: Graw Hill, Inc. Mangkunegara, Prabu, AA (1998), Prilaku Konsumen, Bandung: Eresco. Moenir, H.A.S, 2002, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta, BUmi
Aksara. Nirwana, SK., Sitepu, 1994, Analisis Korelasi, Unit Pelayanan Statistika Jurusan
Statistik, UNPAD Bandung. Pamudji, S., 1994, Profesionalisme Pegawai Negara dalam Rangka Meningkatkan
Pelayanan Publik, Widya Praja, IIP Depdagri. Proyek Kerjasama Indonesia-Institute for Civil Society (INCIS) Partnership for Government Reform Indonesia, 2005, Defisit Pelayanan Publik, Survey Persepsi Masyarakat terhadap Pelayanan Publik di Jakarta. INCIS.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Ross, JE, 1994, Total Quality Management: Text Cases and Readings, 2nd ed. London: Kogan Page Limited.
Schiffman, Leon G, Kanuk, 1994, Cunsumer Behavior, Fifth Edition, New York,
Prentice Hall. Singarimbun, Masri, dan Sofyan Effendi, 1985, Metode Penelitian Survey, Jakarta,
LP3ES. Skelcher, Chris, 1992, Managing for Service Quality, London: Longman Group,
U.K.Lpd. Tjiptono, Fandy, 2002, Manajemen Jasa, Yogyakarta: Penerbit Andi. ______, 2002, Prinsip-Prinsip Total Quality Service, Yogyakarta: Penerbit Andi. ______, Anastasia, 2003, Total Quality Management, Yogyakarta: Penerbit Andi. Triguno, 1997, Budaya Kerja Menciptakan Lingkungan yang Kondusif untik
Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta, PT. Golden Terayon Press. Yamit, Zulian, 1996, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama, Yogyakarta:
Ekonisia. Yoeti, Oka, A., 2003, Customer Service Cara Efektif Memuaskan Pelanggan, Jakarta-
Pradnya Paramita. Zeithaml, Valerie A., Parasuraman A., Berry Leonard L., 1990, Delivering Quality
Service: Balancing Costumer Perceptions and Expectation, New York, The Free Press A Division of Macmillan, Inc.
Jurnal-Jurnal Kasim, Azhar, Etika dalam Administrasi Publik: Salah Satu Strategi Utama untuk
Memerangi KKN, Jurnal Bisnis dan Birokrasi, FISIP UI, Nomor. 02/Vol.X/Mei/2002, Jakarta.
T. Mansur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008