faktor-faktor yang mempengaruhi hasil …lib.unnes.ac.id/18220/1/7450406553.pdf · pada tahun 2008...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL
USAHA PETERNAK AYAM DI KECAMATAN
MREBET KABUPATEN PURBALINGGA
SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Agung Tri Wibowo
NIM 7450406553
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang
Panitia Ujian Skripsi pada:
Hari :
Tanggal :
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M. Si Prasetyo Ari Bowo, SE, M.Si
NIP. 196812091997022001 NIP. 197902082006041002
Mengetahui:
Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si
NIP. 196812091997022001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan didepan Sidang Panitian Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji Skripsi,
Kusumantoro, S.Pd, M.Si
NIP. 197805052005011001
Anggota I Anggota II
Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M. Si Prasetyo Ari Bowo, SE, M.Si
NIP. 196812091997022001 NIP. 197902082006041002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Dr. S. Martono, M.Si
NIP. 196603081899011001
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam Skripsi ini benar-benar hasil
karya sendiri, bukan jiplakan dari Karya Tulis orang lain baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam Skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari
terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka aya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, Februari 2013
Agung Tri Wibowo
NIM. 7450406553
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Pelajarilah olehmu ilmu, sebab mempelajari ilmu itu memberikan rasa
takut kepada Allah, menuntutnya merupakan ibadah, mengulang-ulangnya
merupakan tasbih, pembahasan merupakan jihad, mengajarkan kepada
yang belum mengetahui merupakan sodaqoh, menyerahkan kepada ahlinya
merupakan pendakatan kepada Allah (Hadis Riwayat Ibnu Abdil Basr).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahakan untuk :
Kedua orangtuaku tercinta yang telah mengasuh,
mendidik, memberikan kasih sayang dan senantiasa
mendoakannku
Saudaraku yang selalu memberikan bantuan baik
material maupun spiritual.
Teman-teman Ekonomi Pembangunan
Almamater Universitas Negeri Semarang
vi
PRAKATA
Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang melimpahkan
rahmat, ridho, dan hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Skripsi
yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Usaha Peternak Ayam
di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga” sebagai syarat dalam
menyelesaikan pendidikan progam studi Ekonomi Pembangunan Jurusan
Ekonomi Pembangunan Falkultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, baik moril maupun materiil. Untuk itu dalam kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof, Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.S.i Rektor Unirversitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba
ilmu dengan segala kebijakannya.
2. Dr. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
yang dengan kebijakasanaannya memberikan kesempatan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi dan studi yang baik.
3. Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang sekaligus sebagai dosen
pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan arahan kepada penyusun.
4. Kusumantoro, S.Pd, M.Si, dosen penguji yang telah memberikan bimbingan
dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
vii
5. Prasetyo Ari Bowo, SE, M.Si, dosen pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada
penyusun skripsi.
6. Semua pihak yang telah membantu penyusun dalam penulisan Skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kemudian atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga
mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Jika ada kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini, penulis menerima dengan senang
hati. Harapan saya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada
umumnya dan mahasiswa ekonomi pembangunan pada khususnya.
Semarang, Februari 2013
Penulis
viii
SARI
Agung Tri Wibowo, 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Usaha
Peternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M. Si, pembimbing II : Prasetyo Ari Bowo, SE, M.Si Kata Kunci: faktor produksi, hasil usaha
Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang baik karena didukung
oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat yang
sebagian besar muslim, harga yang relatif murah dengan akses yang mudah
karena sudah merupakan barang publik dan merupakan pendorong utama
penyediaan protein hewani. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini
adalah apakah luas kandang, tenaga kerja dan modal berpengaruh terhadap hasil
usaha peternak ayam dan seberapa besar pengaruh luas kandang, tenaga kerja dan
modal terhadap hasil usaha peternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten
Purbalingga.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha ternak ayam di
Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga yang berjumlah 18 pengusaha.
Variabel penelitian terdiri dari Luas kandang (X1), Tenaga kerja (X2), Modal (X3)
dan hasil usaha ternak ayam (Y). Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah
regresi linier berganda, uji F, uji t dan uji asumsi klasik.
Hasil pengujian secara parsial diketahui nilai signifikansi untuk variabel
luas kandang sebesar 0,000, untuk variabel tenaga kerja sebesar 0,015 untuk
variabel modal sebesar 0,000. Berdasarkan hasil tersebut diketahui luas kandang
dan modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil usaha ternak ayam di
Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga secara parsial sedangkan tenaga kerja
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap hasil usaha secara parsial. Hasil
perhitungan simultan diperoleh signifikansi sebesar 0,000 dengan Fhitung sebesar
1551,619 maka disimpulkan ada pengaruh antara luas kandang, tenaga kerja dan
modal terhadap hasil usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten
Purbalingga secara simultan
Saran terkait dengan hasil penelitian yaitu usaha peternakan merupakan usaha
padat modal bukan usaha padat karya, oleh sebab itu pengusaha ternak ayam
hendaknya memperhatikan penggunaan tenaga kerja dalam usaha mereka agar
tidak terjadi in-efisiensi dalam usahanya. Kontribusi pemerintah diharapkan dapat
lebih meningkat dalam rangka membantu peternak ayam di Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga khususnya dalam mengantisipasi wabah penyakit flu
burung yang akhir-akhir ini sangat menghambat dan merugikan para pengusaha
ternak ayam.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .................................................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN .................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v
PRAKATA ............................................................................................................ vi
SARI ...................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2.Permasalahan ................................................................................... 8
1.3.Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
1.4.Manfaat Penelitian ........................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Hasil Usaha ...................................................................................... 11
2.2 Fungsi Produksi ................................................................................ 13
2.3 Faktor Produksi Peternakan Ayam................................................... 22
2.4 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 28
2.5 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel ........................................................................ 32
3.2 Variabel Penelitian .......................................................................... 32
3.3 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 33
3.4 Analisis Data .................................................................................... 35
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 40
4.2 Pembahasan ...................................................................................... 55
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ......................................................................................... 60
5.2 Saran ................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Perkembangan Jumlah Ternak Unggas di Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga ................................................................................ 2
1.2 Perkembangan Jumlah Peternak Unggas di Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga ................................................................................ 5
4.1 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan
Mrebet Kabupaten Purbalingga ................................................................... 41
4.2 Deskripsi Luas Kandang Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten
Purbalingga .................................................................................................. 42
4.3 Deskripsi Tenaga Kerja pada Usaha Ternak Ayam di Kecamatan
Mrebet Kabupaten Purbalingga ................................................................... 44
4.4 Deskripsi Modal Usaha Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga ................................................................................ 45
4.5 Deskripsi Hasil Usaha Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga ................................................................................ 46
4.6 Tabel Autokorelasi ...................................................................................... 49
4.7 Persamaan Regresi ....................................................................................... 51
4.8 Hasil Uji Parsial ........................................................................................... 52
4.9 Hasil Uji Simultan ....................................................................................... 54
4.10 Koefisien Determinasi ................................................................................. 54
xii
DAFTAR GAMBAR
Tabel Halaman
1.1 Grafik Perkembangan Jumlah Ternak Unggas di Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga .................................................................................. 3
2.1 Kerangka Berfikir Penelitian........................................................................... 31
4.1 Komposisi penduduk laki-laki dan perempuan Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga .................................................................................. 41
4.2 Deskripsi Luas Kandang Usaha ternak Ayam di Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga ................................................................................. 43
4.3 Deskripsi Tenaga Kerja pada Usaha Ternak Ayam di Kecamatan
Mrebet Kabupaten Purbalingga .................................................................... 44
4.4 Deskripsi Modal Usaha Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga ................................................................................. 46
4.5 Deskripsi Hasil Usaha Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten
Purbalingga ................................................................................................... 47
4.6 Uji Normalitas ................................................................................................ 48
4.7 Uji Heterokesdasitas ...................................................................................... 50
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Instrumen Penelitian................................................................................... 64
2. Data Hasil Penelitian .................................................................................. 67
3. Hasil Perhitungan SPSS ............................................................................. 74
4. Surat Ijin Penelitian .................................................................................... 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pendapatan penduduk
Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan,
termasuk bahan makanan yang berasal dari hewan terutama daging. Salah
satu jenis ternak yang yang menjadi sumber utama penghasil daging adalah
ayam di mana pemeliharaan dan konsumsi sudah menyebar di seluruh
Indonesia, di samping itu, beberapa kelebihan yang dimiliki ayam sebagai
bahan konsumsi telah menyebabkan terdapatnya preferensi yang tinggi dari
masyarakat terhadap daging ayam potong.
Kebutuhan ayam potong di Kabupaten Purbalingga mencapai 250 ribu
ekor per hari. Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang baik karena
didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh
masyarakat yang sebagian besar muslim, harga yang relatif murah dengan
akses yang mudah karena sudah merupakan barang publik dan merupakan
pendorong utama penyediaan protein hewani.
Perkembangan usaha daging ayam potong di Kabupaten Purbalingga
sendiri tidak selamanya berjalan lancar. Dewasa ini terdapat beberapa
permasalahan yang menghambat usaha daging ayam potong di Purbalingga.
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan terhadap empat lokasi
peternakan ayam di Kecamatan Mrebet terungkap bahwa salah satu
2
permasalahan yang paling banyak dikeluhkan oleh para peternak unggas
adalah meningkatnya harga pakan di pasar yang tidak diikuti naiknya harga
daging unggas itu sendiri. Menurut mereka kunci dari keberhasilan dalam
beternak unggas tergantung dari harga pakan. Pemerintah sendiri tidak pernah
melakukan kontrol terhadap perkembangan harga pakan yang ada di pasar.
Berbeda pada masa orde baru hampir setiap satu pekan pemerintah
menyampaikan kondisi harga pasar, jadi harga dapat relatif terkendali,
sedangkan saat ini peternak hanya mengalami masa-masa menguntungkan
(kenaikan harga) hanya pada saat menjelang hari raya. Pada saat itu trend
harga daging ayam cenderung mengalami kenaikan. Kondisi ini tentu saja
tidak dapat menyelamatkan semua pengusaha ternak unggas. Sebagian
peternak unggas bahkan harus gulung tikar sebelum menjelang hari raya.
Jumlah pengusaha ternak unggas di Kecamatan Mrebet dalam 5 (lima)
tahun terakhir mengalami kenaikan, namun demikian jumlah produksi secara
keseluruhan mengalami fluktuasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Ternak Unggas
di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga
No Tahun Ayam ras Ayam Buras Itik Jumlah % Kenaikan /
Penurunan
1 2005 218000 56680 2680 277360
2 2006 242000 60560 2990 305550 10,16%
3 2007 290000 62640 3590 356230 16,59%
4 2008 215600 54850 3150 273600 -23,20%
5 2009 198000 52700 2950 253650 -7,29%
6 2010 212800 53385 3282 269467 6,24%
7 2011 196000 52018 3352 251370 -6,72%
Sumber : Kecamatan Mrebet Dalam Angka 2012
3
Berdasarkan tabel perkembangan jumlah ternak unggas di Kecamatan
Mrebet pada tahun 2005 sampai dengan 2006 mengalami peningkatan sebesar
10,16% dan pada tahun 2007 kembali meningkat sebesar 16,59%. Namun
pada tahun 2008 produksi ternak unggas di Kecamatan Mrebet mengalami
penurunan sebesar 23,20% dan jumlah produksi tahun 2009 kembali turun
7,29%. Pada tahun 2010 jumlah produksi ternak unggas kembali mengalami
kenaikan sebesar 6,24% dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2011
sebesar 6,72%. Perkembangan produksi unggas yang fluktiatif di Kecamatan
Mrebet lebih disebabkan karena harga pakan ternak yang juga cenderung
fluktiatif. Disamping itu pada tahun 2011 pemerintah seperti kebanjiran
barang-barang impor dari luar negeri termasuk impor daging.
Untuk lebih jelasnya berikut grafik pekermbangan produksi ternak
unggas di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga selama tahun 2005
sampai dengan 2011:
Gambar 1.1
Grafik Perkembangan Jumlah Ternak Unggas
di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga
4
Disamping kenaikan harga pakan, kenaikan jumlah produksi ternak
unggas pada tahun 2005 – 2011 disebabkan kestabilan kondisi perekonomian
secara nasional pada tahun tersebut. Sekretariat Negera dalam situs resminya
menyebutkan bahwa pada tahun 2005, 2006 dan 2007, pertumbuhan ekonomi
berturut-turut mencapai angka 5,6%, 5,5% dan 6,3%.
Kebijakan di tingkat lokal (Kabupaten Purbalingga) pada tahun 2005
sampai dengan tahun 2007 juga cukup membantu pengusaha kecil untuk
mengembangkan usahanya. Dalam upaya memberdayakan pedagang
kecil/mikro muncul keputusan Bupati Purbalingga nomor 24 tahun 2005
tentang bantuan subsidi bunga sebagai bantuan permodalan. Sejak tahun
2005, Pemerintah Kabupaten Purbalingga mengalokasikan dana untuk
program subsidi bunga sebesar Rp250.000.000 yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Purbalingga. Pada
tahun 2006 Pemerintah Daerah terus menganggarkan program subsidi bunga
sebesar Rp485.700.000 untuk memfasilitasi akses modal bagi sejumlah 218
usaha mikro. Pada tahun 2007 program subsidi bunga ditingkatkan menjadi
Rp 750.000.000 diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
dapat membantu permodalan sebanyak 2245 usaha mikro. Hingga akhir
Desember 2008, lanjutnya, penyerapan dana program subsidi bunga mencapai
Rp 700.332.777 atau sekitar 93,4 persen dari total alokasi sebesar Rp 750 juta
(Laporan Subsidi Bunga UMKM Kabupaten Purbalingga tahun 2008).
Pada tahun 2008 wabah flu burung menjadi momok baru bagi para
pengusaha unggas. Selain berdampak pada jumlah produksi, kasus flu burung
5
juga berdampak pada permintaan daging unggas yang terus menurun. Upaya
yang dilakukan pemerintah melalui pembakaran masal dan vaksinasi
dibeberapa lokasi yang terindentifikasi tekena virus flu brung tidak mampu
menyelematkan beberapa pengusaha ternak ayam yang sudah terlanjur
merugi.
Dampak dari kondisi tersebut beberapa pengusaha pada akhirnya
harus gulung tikar karena merugi. Perkembangan jumlah pengusaha ternak
unggas di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga dalam enam tahun
terakhir sebagai berikut:
Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah Peternak Unggas
di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga
No Tahun Jumlah peternak Jumlah unggas
1 2005 11 277360
2 2006 11 305550
3 2007 10 356230
4 2008 10 273600
5 2009 9 253650
6 2010 9 269467
7 2011 10 251370
Sumber : Kecamatan Mrebet Dalam Angka 2012
Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa jumlah peternak di
Kecamatan Mrebret mengalami penurunan pada tahun 2007 sampai dengan
2010 dan mengalami kenaikan pada tahun 2011. Rata-rata peternak unggas di
Kecamatan Mrebet memiliki 2 kandang dan kapasitas setiap kandang berisi
antara 2000 sampai dengan 2500 unggas. Penurunan jumlah ternak sendiri
terjadi tahun 2008 dan 2009. Pada tahun 2010 mengalami kenaikan namun
kembali menmurun pada tahun 2011.
6
Banyak faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha peternakan
diantaranya ketersediaan pakan, curahan tenaga kerja, modal, perilaku
zooteknik usaha, tingkat pendidikan, lama beternak dan luas kandang. Secara
umum peternakan di Kota Purbalingga diarahkan untuk mewujudkan kondisi
peternakan yang maju, efisiensi dan kompetitif. Kondisi tersebut ditinjau dari
keseriusan masyarakat untuk menjadikan usaha petenakan ayam sebagai
penghasilan pokok masyarakat, upaya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, kemampuan menyesuaikan pola dan struktur produksi dengan
permintaan pasar serta kemampuan untuk pembangunan wilayah,
memberikan kesempatan kerja, pendapatan dan perbaikan taraf hidup serta
berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Upaya meningkatkan peluang
usaha peternakan ayam memerlukan dukungan kebijakan daerah dan
nasional secara komprehensif yang dapat mendorong peningkatan
produktifitas, kualitas produksi dan daya saing pasar.
Setiap peternak pada dasarnya selalu mengharapkan keberhasilan
dalam usahanya, salah satu parameter yang dapat dipergunakan untuk
mengukur keberhasilan suatu usaha adalah tingkat keuntungan yang
diperoleh dengan cara pemanfaatan faktor-faktor produksi secara efisien.
Kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada setiap usaha adalah
syarat mutlak untuk memperoleh keuntungan.
Masyarakat sendiri berusaha meningkatkan usahanya dengan mencari
tambahan modal, melakukan perawatan dan pengawasan terhadap
perkembangan ternak serta berupaya memperluas kandang agar kapasitas
7
produksi dapat ditambah. Perkembangan luas kandang ternak unggas di
Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga dalam enam tahun terakhir
sebagai berikut:
Tabel 1.3 Perkembangan Luas Kandang Unggas
di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga
No Tahun Luas Kandang % Kenaikan /
Penurunan
1 2007 10.824 -
2 2008 12.056 11,38%
3 2009 10.467 -13,18%
4 2010 12.492 19,35%
5 2011 14.982 19,93%
Sumber : data primer diolah, 2012
Berdasarkan data perkembangan luas kandang ternak ayam di
Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga dapat diketahui penurunan
persentase luas kandang terjadi pada tahun 2009, dimana pada tahun tersebut
jumlah peternak unggas di Kecamatan Mrebet juga mengalami penurunan.
Namun demikian secara umum selama lima tahun terakhir dapat dikatakan
bahwa peternak unggas di Kecamatan Mrebet terus berupaya menambah luas
kandang ternak mereka dalam rangka meningkatkan produktifitas usahanya.
Dalam mengelola usaha peternakan ayam, tiap peternak harus
memahami 3 (tiga) unsur penting dalam produksi, yaitu : breeding
(pembibitan), feeding (makanan ternak/pakan), dan manajemen (pengelolaan
usaha peternakan). Bagaimana peternak mampu mengkombinasikan
penggunaan faktor–faktor produksi secara efisien dalam hal ini bibit
ayam , pakan, obat-obatan dan vitamin, serta tenaga kerja, merupakan
faktor-faktor yang sangat penting dalam budidaya ayam ras pedaging agar
8
bisa mencapai keuntungan yang maksimal dan tingkat efisiensi yang
diharapkan (Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan,
Bappenas, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Mukson dkk (2008) mengenai “Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong
Rakyat di Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Jawa Tengah”
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi potensi pengembangan
ternak sapi potong dihasilkan bahwa secara serempak variabel independen
(luas lahan, ketersediaan pakan , curahan tenaga kerja, modal, perilaku
zooteknik usaha, tingkat pendidikan, dan lama beternak) berpengaruh sangat
nyata pengembangan ternak sapi potong.
Penelitian yang dilakukan oleh Harjanti (2009) mengenai “Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah Rakyat Di
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang” menyimpulkan bahwa faktor
SDM, zooteknis, jumlah sapi laktasi secara bersama-sama berpengaruh
sangat nyata terhadap kinerja usaha (produksi susu).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Usaha Peternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten
Purbalingga”.
1.2 Permasalahan
Perkembangan usaha peternakan ayam semakin banyak dilirik oleh
masyarakat, keadaan ini didukung dengan peningkatan permintaan produksi
daging ayam dari masyarakat seiring dengan meningkatnya tingkat
9
pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan.
Jumlah permintaan yang semakin meningkat, memberikan peluang bagi para
peternak untuk mengembangkan usahanya.
Keberhasilan usaha peternakan ayam sendiri ditentukan oleh banyak
faktor. Hasil identifikasi masalah pada pengusaha ternak ayam di Kabupaten
Purbalingga menunjukan ada tiga faktor utama yang menyebabkan kurang
optimalnya perkembangan usaha para peternak ayam di Kecamatan Mrebet,
yaitu faktor luas kandang, tenaga kerja dan kemampuan permodalan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah luas kandang, tenaga kerja dan modal berpengaruh terhadap
perkembangan usaha peternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten
Purbalingga?
2. Seberapa besar pengaruh luas kandang, tenaga kerja dan modal terhadap
perkembangan usaha peternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten
Purbalingga?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui pengaruh luas kandang, tenaga kerja dan modal
terhadap perkembangan usaha peternak ayam di Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga.
2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh luas kandang, tenaga kerja dan
modal terhadap perkembangan usaha peternak ayam di Kecamatan
Mrebet Kabupaten Purbalingga.
10
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai tambahan pengetahuan tentang industri kecil khususnya
bekaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
usaha.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah
Dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi
pemerintah dalam pengambilan kebijakan dalam rangka
menyelamatkan dan meningkatkan industri kecil dan menengah.
b. Bagi masyarakat
Sebagai wacana bagi masyarakat untuk memperoleh gambaran yang
jelas tentang pertumbuhan ekonomi di sektor industri kecil
Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga.
c. Bagi Perguruan Tinggi
Untuk menambah referensi perpustakaan perguruan tinggi sehingga
dapat memberikan informasi kemungkinan dilaksanakan penelitian
lebih lanjut.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Perkembangan Usaha
Perkembangan sebuah usaha tidak dapat dilepaskan dari berbagai faktor
yang mempengaruhinya baik yang berasal dari faktor internal (modal, tenaga
kerja, pemasaran dan bahan baku) maupun faktor eksternal (persaingan dan
peran pemerintah).
Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan ciri - ciri usaha yang
berkembang setelah menerima kredit adalah
1) Adanya peningkatan pendapatan
2) Adanya peningkatan produktivitas seperti peningkatan jumlah Produk.
3) Biasanya usaha kecil di Indonesia berorientasi jangka pendek yaitu
mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat .
4) Modal meningkat dibandingkan dengan modal sebelumya
(www.deperindag.go.id)
Sedangkan Subroto (1998:133) mengemukakan sehubungan dengan
berkembangnya usaha ada dua hal yang perlu diperhatikan.
1) Bukan ramainya atau besarnya usaha, tetapi banyaknya barang yang
disediakan dan terjual mencirikan bahwa usaha tersebut sedang
berkembang.
2) Keuntungan nyata baru tercipta jika jumlah barang yang terjual berada
diatas atau melewati titik balik modal karena bila beradsa dibawah titik
modal maka secara berangsur modal akan semakin susut dengan kata lain
dalam peningkatan usaha.
12
Dalam upaya penumbuhan usaha kecil tersebut, perlu diketahui
karakteristik serta permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh usaha kecil.
Pada umumnya, usaha kecil mempunyai ciri antara lain sebagai berikut :
1) Biasanya berbentuk usaha perorangan dan belum berbadan hukum
perusahaan
2) Aspek legalitas usaha lemah
3) Struktur organisasi bersifat sederhana dengan pembagian kerja yang tidak
baku
4) Kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan dan tidak melakukan
pemisahan antara kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan
5) Kualitas manajemen rendah dan jarang yang memiliki rencana usaha
6) Sumber utama modal usaha adalah modal pribadi
7) Sumber Daya Manusia (SDM) terbatas
8) Pemilik memiliki ikatan batin yang kuat dengan perusahaan, sehingga
seluruh kewajiban perusahaan juga menjadi kewajiban pemilik (Endang
Sri Winarni, 2006:28)
Kondisi tersebut berakibat kepada :
1) Lemahnya jaringan usaha serta keterbatasan kemampuan penetrasi pasar
dan diversifikasi pasar
2) Skala ekonomi terlalu kecil sehinggasukar menekan biaya.
3) Margin keuntungan sangat tipis
13
Sehubungan dengan permasalahan secara umum yang dialami oleh
UKM, Badan Pusat Statistik (2003) mengidentifikasikan permasalahan yang
dihadapi oleh UKM sebagai berikut:
1) Kurang permodalan
2) Kesulitan dalam pemasaran
3) Persaingan usaha ketat
4) Kesulitan bahan baku
5) Kurang teknis produksi dan keahlian
Perkembangan usaha dalam penelitian ini diukur berdasarkan kapasitas
produksi usaha ternak ayam.
2.2 Fungsi Produksi
Produksi berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan)
dipergunakan untuk menghasilkan produk-produk perusahaan (keluaran),
namun konsep produksi dalam industri yang modern, kegiatan produksi lebih
ditekankan kepada menciptakan nilai tambah terhadap suatu barang atau jasa.
J. Sudarsono (1992:9).
Fungsi produksi menggambarkan hubungan atau keterkaitan antara
faktor-faktor produksi (input) dengan produk yang dihasilkan (output). Output
yang dihasilkan tersebut ditentukan oleh faktor-faktor produksi berupa modal,
tenaga kerja, kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan (Sadono
Sukirno, 1996:194).
14
Aspek penting dalam proses produksi adalah tersedianya sumber daya
atau bahan baku yang bisa juga disebut sebagai faktor produksi. Sebagaimana
halnya dalam ekonomi pertanian maka faktor produksi dapat diklasifikasikan
kedalam tiga bagian, yaitu tanah, tenaga kerja dan modal. Menurut
Abdurrahman (1982: 421) bahwa faktor produksi adalah faktor-faktor yang
dalam suatu kombinasi dipakai untuk menghasilkan suatu barang ekonomi.
Faktor produksi yang utama ialah tanah, modal, tenaga kerja dan skil
Pengertian–pengertian tentang faktor produksi tersebut dapat
disimpulkan sebagai sumber daya atau input yang terdiri atas tanah, tenaga
kerja, modal dan skil yang dibutuhkan atau digunakan sedemikian rupa untuk
menghasilkan suatu komuditi yang bernilai ekonomi. Kombinasi atas sumber
daya tersebut harus menunjukkan suatu proses produksi yang efisien, sehingga
akan meminimalkan pengeluaran dalam biaya produksi.
Seorang produsen termasuk petani dalam melaksanakan setiap
produksinya, tidak akan terlepas dari kewajiban melakukan pengeluaran
terhadap berbagai input yang akan digunakan untuk menghasilkan sejumlah
produksi misalnya pada penggunaan tenaga kerja, pembelian pupuk dan obat-
obatan, pembayaran sewa dan lain-lain. Keseluruhan biaya ini telah
dikeluarkan dengan maksud untuk memperlancar kegiatan proses produksi.
Pengeluaran inilah yang disebut biaya produksi.
Dalam proses produksi usaha tani dibutuhkan berbagai macam faktor
produksi tesebut, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat
dikombinasikan dalam penggunaannya. Faktor produksi yang digunakan ini
15
ada yang bersifat tetap dan ada yang bersifat variabel. Syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh petani untuk mampu menciptakan hasil produksi dan
kemudian meraih pendapatan yang memuaskan adalah memiliki dan
menguasai faktor produksi yang diperlukan dengan jumlah yang semaksimal
mungkin dengan kombinasi yang setepat mungkin.
Dalam teori produksi terdapat asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi
produksi yaitu The Law of Diminishing Return atau Diminishing Marginal
Physical Product (hukum hasil yang semakin berkurang). Hukum hasil yang
semakin berkurang menyatakan bahwa apabila pemakaian salah satu faktor
produksi terus menerus ditambah sebanyak satu unit sementara faktor
produksi yang lain tetap, pada mulanya produksi total akan semakin banyak
pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat produksi tertentu
produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai
negatif dan ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan
akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum kemudian menurun (Sadono,
1996 : 195).
Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang
digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya,
faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal,
sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor
sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik
langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang
kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu,
16
beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor
produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini.
Secara total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor
produksi, yaitu tenaga kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik
(physical resources), kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya
informasi (information resources).
1. Sumber daya fisik
Faktor produksi fisik ialah semua kekayaan yang terdapat di alam
semesta dan barang mentah lainnya yang dapat digunakan dalam proses
produksi. Faktor yang termasuk di dalamnya adalah tanah, air, dan bahan
mentah (raw material).
2. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung
maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi
tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor
produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan
yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat
dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian) dan
berdasarkan sifat kerjanya.
Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja dapat dibagi menjadi tenaga
kerja terdidik, tenaga kerja terampil, dan tenaga kerja tidak terdidik dan
tidak terlatih. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memerlukan
17
pendidikan tertentu sehingga memiliki keahlian di bidangnya, misalnya
dokter, insinyur, akuntan, dan ahli hukum.
Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memerlukan kursus
atau latihan bidang-bidang keterampilan tertentu sehingga terampil di
bidangnya. Misalnya tukang listrik, montir, tukang las, dan sopir.
Sementara itu, tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga
kerja yang tidak membutuhkan pendidikan dan latihan dalam menjalankan
pekerjaannya. Misalnya tukang sapu, pemulung, dan lain-lain.
Berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja
rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja
yang menggunakan pikiran, rasa, dan karsa. Misalnya guru, editor,
konsultan, dan pengacara. Sementara itu, tenaga kerja jasmani adalah
tenaga kerja yang menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan produksi.
Misalnya tukang las, pengayuh becak, dan sopir.
3. Modal
Modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan
untuk melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan
sumbernya, bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya.
Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri
dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam
perusahaan sendiri. Misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara
itu, modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan.
Misalnya modal yang berupa pinjaman bank.
18
Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi modal konkret dan
modal abstrak. Modal konkret adalah modal yang dapat dilihat secara
nyata dalam proses produksi. Misalnya mesin, gedung, mobil, dan
peralatan. Sedangkan yang dimaksud dengan modal abstrak adalah modal
yang tidak memiliki bentuk nyata, tetapi mempunyai nilai bagi
perusahaan. Misalnya hak paten, nama baik, dan hak merek.
Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu
dan modal masyarakat. Modal individu adalah modal yang sumbernya dari
perorangan dan hasilnya menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya.
Contohnya adalah rumah pribadi yang disewakan atau bunga tabungan di
bank. Sedangkan yang dimaksud dengan modal masyarakat adalah modal
yang dimiliki oeleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum
dalam proses produksi. Contohnya adalah rumah sakit umum milik
pemerintah, jalan, jembatan, atau pelabuhan.
Terakhir, modal dibagi berdasarkan sifatnya: modal tetap dan modal
lancar. Modal tetap adalah jenis modal yang dapat digunakan secara
berulang-ulang. Misalnya mesin-mesin dan bangunan pabrik. Sementara
itu, yang dimaksud dengan modal lancar adalah modal yang habus
digunakan dalam satu kali proses produksi. Misalnya, bahan-bahan baku.
4. Kewirausahaan
Faktor kewirausahaan adalah keahlian atau keterampilan yang
digunakan seseorang dalam mengkoordinir faktor-faktor produksi untuk
19
menghasilkan barang dan jasa. Sebanyak dan sebagus apa pun faktor
produksi alam, tenaga manusia, serta modal yang dipergunakan dalam
proses produksi, jika dikelola dengan tidak baik, hasilnya tidak akan
maksimal.
5. Sumber daya informasi
Sumber daya informasi adalah seluruh data yang dibutuhkan
perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Data ini bisa berupa ramalan
kondisi pasar, pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan, dan data-data
ekonomi lainnya.
Konsep fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variabel, yang satu disebut variabel dependent dan
yang lain disebut variabel independent. Hal ini sesuai dengan pendapat
Soekartawi (1994:159) yang menyatakan bahwa fungsi Cobb Douglas adalah
suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel dimana
variabel yang satu disebut variabel dependent, yang dijelaskan (Y), dan yang
lain disebut variabel independent yang menjelaskan (X). Penyelesaian
hubungan antara Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi
dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X.
Dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Duglas dapat diketahui
besaran elastisitas skala produksi atau fase produksi dan dapat menganalisa
efisiensinya baik efisiensi fisik, harga maupun efisiensi ekonomis. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa fungsi produksi Cobb Douglas dapat
20
digunakan untuk mengetahui skala produksi dalam proses produksi. Apakah
produksi dalam keadaan Constan Return to Scale (CRTS), Increasing Return
To Scale (IRTS) atau Decreasing Return To Scale (DRTS). Increasing return
to scale (IRTS), merupakan laju kenaikan hasil yang semakin naik dari
sebelumnya disebut efisiensi produksi skala menaik. Constant return to scale
(CRTS), yaitu kenaikan hasil yang sebanding atau tetap sama dengan hasil
yang sebelumnya, maka ini berarti efisiensi skala produksi tetap. Decreasing
Return to Scale (DRTS) merupakan kenaikan hasil produksi yang menurun
atau disebut skala produksi menurun. Model matematis umum fungsi produksi
Cobb Douglas dapat ditulis sebagai berikut:
Q = ALαK
Keterangan :
Q = output produksi
A = intersep atau parameter efisiensi
K = input modal
L = input tenaga kerja
α = elastisitas input produksi tenaga kerja
β = elastisitas input produksi modal
Dimana Q adalah output dan L dan K masing-masing adalah tenaga
kerja dan barang modal. A, α (alpha) dan β (beta) adalah parameter-parameter
positif yang dalam setiap kasus ditentukan oleh data. Semakin besar nilai A,
barang teknologi semakin maju. Parameter α mengukur persentase kenaikan Q
21
akibat adanya kenaikan satu persen L sementara K dipertahankan konstan.
Demikian pula parameter β, mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya
kenaikan satu persen K sementara L dipertahankan konstan. Jadi, α dan β
masing-masing merupakan elastisitas output dari modal dan tenaga kerja. Jika
α + β = 1, maka terdapat tambahan hasil yang konstan atas skala produksi; jika
α + β > 1 terdapat tambahan hasil yang meningkat atas skala produksi dan jika
α + β < 1 maka artinya terdapat tambahan hasil yang menurun atas skala
produksi pada fungsi produksi Cobb-Douglas (Dominic Salvatore, 2005: 147).
Cara memperoleh fungsi produksi Cobb douglas dapat diperoleh dengan
membuat linear persamaan, sehingga menjadi : Ln Q = Ln A + αLnK + βLnL
+ε, dengan meregres persamaan fungsi produksi Cobb Douglas tersebut maka
secara mudah akan diperoleh parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya.
Fungsi Cobb Douglas dapat dinyatakan dalam hubungan Y dan X
persamaannya sebagai berikut:
Y = f(X1,X2,X3,…Xn)
Keterangan :
Y = jumlah produksi yang dihasilkan
Xi= faktor produksi yang digunakan (i = 1,2,3,…n)
Dari fungsi produksi Cobb Douglas dapat dilihat hasil berdasarkan skala,
jika perusahaan menambah input dua kali lebih banyak maka output yang
dihasilkan lebih dari dua kali sehingga berlaku increasing return to scale
(IRTS), yang artinya setiap penambahan faktor produksi secara bersama-sama
akan memberikan tambahan kepada produksi. Apabila keadaaan output
22
meningkat dengan proporsi lebih kecil maka berlaku decreasing return to
scale (DRTS), yang artinya setiap penambahan faktor produksi secara
bersama-sama justru akan menurunkan produksi, sedangkan jika output
meningkat dengan proporsi yang sama dengan input maka berlaku constant
return to scale (CRTS), yang artinya tambahan ke atas faktor-faktor produksi
tidak memberikan dampak naik atau turun terhadap produksi melainkan tetap.
2.3 Faktor Produksi Peternakan Ayam
Fungsi produksi menghubungkan input dengan output dan menentukan
tingkat output optimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu,
atau sebaliknya, jumlah input minimum yang diperlukan untuk
memproduksikan tingkat output tertentu. Fungsi produksi ditentukan oleh
tingkat teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Karena itu hubungan
output input untuk suatu sistem produksi merupakan suatu fungsi dari tingkat
teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain yang
digunakan dalam suatu perusahaan (Arsyad, 2003:19).
Dalam sebuah usaha, faktor produksi merupakan sesuatu hal yang
sangat penting. Menurut Mubyarto (1991 : 52), faktor produksi terdiri dari
empat komponen, yaitu tanah atau lahan, modal, tenaga kerja dan skill atau
manajemen pengelolaan. Keberadaan dari sistem pengelolaan tidak akan
menyebabkan proses produksi tidak berjalan atau batal. Namun pengelolaan
hanya menekankan pada usahayang maju dan berorientasi pasar (keuntungan).
Kemampuan pengelolaan sangat penting, karena usaha bukanlah semata-
mata hanya sebagai cara hidup. Jatuh-bangunnya suatu usaha salah satunya
23
dipengaruhi oleh kemampuan dalam mengelola faktor-faktor produksi
(Rahardi dkk, 2007 : 18).
Pengelolaan usaha memerlukan faktor produksi yang sering disebut
korbanan produksi untuk menghasilkan produk (Soekartawi, 1994:29). Dalam
istilah ekonomi, faktor produksi disebut dengan “input”. Dalam usaha
peternakan ayam ras pedaging faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
adalah:
a. Lahan
Lahan dalam peternakan berupa kandang. Berdasarkan jenisnya,
kandang dibagi menjadi dua, yaitu kandang tertutup dan kandang terbuka.
Yang membedakan dari kedua jenis ini adalah mengenai sirkulasi
udaranya. Sirkulasi udara akan mempengaruhi suhu udara di dalam
kandang. Luas kandang atau luas ruang kandang untuk ayam ras pedaging
adalah 10 ekor/m2. Dengan demikian, luas ruang yang akan
disediakan tinggal dikalikan dengan jumlah ayam yang akan dipelihara
dalam kandang tersebut.
Hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia diketahui bahwa antara
kepadatan 8, 9, 10, 11, dan 12 ekor ayam tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata (Rasyaf, 2002). Hal ini dapat diartikan bahwa untuk dataran
rendah atau dataran pantai, kepadatan yang lebih baik adalah 8-9 ekor
ayam/m2. Sedangkan untuk dataran tinggi atau pegunungan kepadatannya
sekitar 11-12 ekor ayam/m2, atau dengan rata-rata 10 ekor ayam/m2.
b. Modal
1) Bibit Ayam (DOC)
24
Bibit ayam merupakan faktor utama dalam usaha peternakan
ayam. Pertumbuhan ayam pada saat masih bibit tidak selalu sama, ada
bibit yang pada masa awalnya tumbuh dengan cepat, tetapi
dimasa akhir biasa-biasa saja, atau sebaliknya. Perbedaan
pertumbuhan ini sangat tergantung pada perlakuan peternak atau
pembibit, sehingga peternak harus memperhatikan konversi pakan
dan mortalitasnya.
Biaya pembelian bibit merupakan biaya terbesar kedua.
Kaitannya dengan pegangan berproduksi secara teknis karena bibit
akan mempengaruhi konversi ransum dan berat badan ayam. Penelitian
yang dilakukan Rita Yunus (2009) menghitung rata-rata biaya bibit
yang harus dikeluarkan peternak ayam sebesar 20,31% dari total biaya
produksi. Dalam memilih bibit DOC yang baik ada beberapa pedoman
yang harus diperhatikan yakni:
a) Anak ayam berasal dari induk yang sehat.
b) Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya.
c) Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
d) Anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik.
e) Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
f) Tidak ada letakan tinja diduburnya.
2) Pakan
Pertumbuhan yang cepat sangat dipengaruhi oleh konsumsi
pakan yang banyak. Terlebih ayam pedaging termasuk ayam yang
25
senang makan. Bila pakan diberikan tidak terbatas, ayam pedaging
akan terus makan sepuasnya sampai kekenyangan. Oleh karena itu,
sebaiknya setiap ayam sudah ditentukan taraf konsumsi pakannya
pada batas tertentu sesuai dengan arah pembentukan bibit.
Pemberian pakan ada yang lebih banyak dimasa awal
sedangkan dimasa akhir biasa saja atau sebaliknya. Ada juga yang
relatif sedikit dari pada bibit yang lain, tetapi bobot tubuh atau
pertumbuhannya agak lambat. Hal ini tentunya akan menimbulkan
kelebihan dan kelemahan yang biasanya muncul bila faktor
lainnya mendukung/tidak mendukung. Proporsi biaya terbesar dalam
usaha ternak adalah biaya pakan, hal ini dipertegas oleh Girinsonta
(1991) bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi biaya produksi
adalah biaya pakan. Biaya pakan merupakan biaya terbesar yaitu
sekitar 60% dari biaya total produksi.
3) Vaksin, Obat dan Vitamin
Vaksinasi perlu diberikan untuk menanggulangi dan mencegah
penyakit menular, tapi minimnya pengetahuan akan berpengaruh
terhadap proses vaksinasi. Obat atau antibiotik dapat didefinisikan
sebagai antibakteri yang diperoleh dari metabolit fungsi dan
bakteri, sedangkan vitamin merupakan komponen organik yang
berperan penting dalam metabolisme tubuh, walaupun ayam dalam
jumlah sedikit, vitamin tetap dibutuhkan dan berperan cukup besar.
Pengeluaran biaya untuk obat- obatan dan vaksin cukup besar.
26
4) Listrik
Penggunaan listrik dalam usaha peternakan ayam ras
pedaging ini tujuannya sebagai pencahayaan. Pengaturan cahaya
lampu dimalam hari sangat menunjang pemeliharaan ayam ras
pedaging didaerah tropis, terutama untuk makan di malam hari,
karena pengaturan cahaya akan membantu meningkatkan
penampilan ayam. Daerah tropis, suhu siang hari cukup tinggi
sehingga mengganggu konsumsi pakan. Untuk mengejar konsumsi
pakan , ayam harus diberi kesempatan makan pada malam hari.
Tata letak lampu yang benar dan cahaya lampu yang cukup
dalam kandang membantu meningkatkan konsumsi pakan. Biaya
pemakaian listrik tidak terlalu mempengaruhi input usaha dibidang
peternakan ayam.
5) Bahan Bakar
Faktor produksi bahan bakar dalam usaha peternakan ayam
pedaging ini dikaitkan dengan penggunaan indukan atau brooder.
Alat ini berfungsi menyerupai induk ayam, yakni menghangatkan
ayam ketika baru menetas. Sumber panas yang bisa digunakan
bermacam-macam, mulai dari kompor, minyak, gas, lampu pijar, atau
air panas. Tujuan utama indukan adalah memberikan kehangatan
bagi ayam, agar dapat menunjang keberhasilan pemeliharaan.
c. Tenaga Kerja
27
Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang
penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah
yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi
juga kualitas. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan
dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal.
Secara usaha-ternak, tenaga kerja yang berasal dari keluarga peternak
merupakan sumbangan keluarga pada produksi perternakan dan tidak
pernah dinilai dengan uang, sedangkan secara ekonomi tenaga kerja
merupakan faktor produksi yang merupakan bagian dari biaya didalam
suatu usaha.
Peternakan ayam sebenarnya bukan padat karya dan tidak
selalu padat modal. Peternakan cenderung mempunyai kesibukan
temporer, terutama pagi hari dan pada saat ada tugas khusus seperti
vaksinasi. Oleh karena itu dalam suatu peternakan dikenal beberapa istilah
tenaga kerja, yaitu: (i) tenaga kerja tetap yang merupakan staf teknis
atau peternak itu sendiri, merekalah yang sehari-hari berada
dikandang dan yang menentukan keberhasilan usaha peternakan; (ii)
tenaga kerja harian, umumnya merupakan tenaga kasar pelaksana
kandang, misalnya membersihkan kandang ayam yang usai produksi,
membersihkan rumput, dan lain-lain. (iii) tenaga kerja harian lepas, tenaga
ini hanya bekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sementara dan
setelah itu tidak ada ikatan lagi. Besar kecilnya upah tenaga kerja
ditentukan oleh berbagai hal antara lain dipengaruhi oleh mekanisme
pasar, jenis kelamin, kualitas tenaga kerja dan umur tenaga kerja.
28
Oleh karena itu perlu distandarisasi menjadi Hari Orang Kerja (HOK)
atau Hari Kerja Setara Pria (HKSP).
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktora-faktor yang mempengaruhi perkembangan
usaha dilakukan oleh Alfin Samir (2011) mengangkat judul “Identifikasi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KinerjaUKM Catering di Kota Bandung”.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikiasi faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kinerja UKM catering di Bandung. Faktor-faktor tersebut
meliputi modal psikologis entrepreneur, manajemen sumber daya manusia,
inovasi, karakter entrepreneur, dan karakter UKM catering. Hasil penelitian
menyimpulan bahwa modal psikologis entrepreneur, manajemen sumber daya
manusia, inovasi, karakter entrepreneur, dan karakter UKM catering
mempengaruhi KinerjaUKM Catering di Kota Bandung.
Mukson dkk (2008) mengangkat judul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong Rakyat Di
Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang, Jawa Tengah” menyimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi potensi pengembangan ternak sapi potong
dihasilkan bahwa secara serempak variabel independen (luas lahan,
ketersediaan pakan , curahan tenaga kerja, modal, perilaku zooteknik usaha,
tingkat pendidikan, dan lama beternak) berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
terhadap variabel dependen (pengembangan ternak sapi potong), sedangkan
secara parsial variabel luas lahan, ketersediaan pakan hijauan dan curahan
tenaga kerja berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap pengembangan populasi
29
sapi potong, modal berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) sedangkan
perilaku zooteknik usaha, tingkat pendidikan, dan lama beternak tidak
berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap pengembangan ternak sapi potong.
Faktor pengembangan ternak sapi potong sebesar 92,30%, dipengaruhi oleh
luas lahan, ketersediaan pakan, tenaga kerja, modal, perilaku zooteknis,
tingkat pendidikan dan lama beternak sedangkan sisanya sebanyak 7,70%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dianalisis dalam model.
S.N. Kasim (2011) melakukan penelitian dengan judul “Strategi
Pengembangan Usaha Sapi Perah Di Kabupaten Enrekang” menyimpulkan
bahwa populasi sapi perah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu
tahun 2006 sebanyak 1.056 ekor menjadi 1.581 ekor pada tahun 2008,
dengan peningkatan ini menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten
Enrekang sudah melihat prospek pengembangan sapi perah yang dapat
meningkatkan pendapatan dan pengembangan sapi perah di Kabupaten
Enrekang mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah, propinsi dan
pusat. Pemasaran dangke sendiri untuk sekarang ini mengalami
peningkatan, hal ini dibuktikan dengan dangke yang diproduksi tidak
dapat menutupi permintaan. Dangke ini dipasarkan di kabupaten Enrekang
sendiri dan di luar kabupaten enrekang, dan dijadikan oleh-oleh. Strategi yang
diperoleh yaitu meningkatkan populasi sapi perah (1,785), pemperdayaan
kredit usaha (0,865) dan optimalisasi lahan (0,38).
2.5 Kerangka Pemikiran
30
Industri kecil di Indonesia merupakan salah satu sektor yang potensial
untuk meningkatkan ekonomi rakyat. Permasalahan yang dialami oleh para
pengusaha ternak cukup pelik dan hampir sebagian besar pengusaha
mengalaminya. Kendala yang dialami peternakan ayam salah satunya adalah
pencegahan terhadap penyakit. Disamping itu harga pakan, bahan bakar, bibit
dan listrik yang mengalami kenaikan menambah permasalahan para peternak
ayam semakin rumit.
Selama ini usaha tenak ayam di Kecamatan Mrebet dikelola dengan
sistem kemitraan. Pola kemitraan yang digunakan oleh sebagian besar
masyarakat Kecamatan Mrebet adalah pola keterkaitan langsung dimana
Bapak Angkat (pengusaha besar) sebagai inti sedang petani kecil sebagai
plasma. Meskipun ada juga yang menggunakan sistem pola dagang dimana
bapak angkat bertindak sebagai pemasar produk yang dihasilkan oleh mitra
usahanya. Pelaksanaan kemitraan memperkecil resiko karena kedua belah
pihak masing-masing menanggung resiko yang berbeda. Namun demikian
melihat perkembangan perekonomian peternak ayam yang ada saat ini,
nampaknya pola kemitraan belum sepenuhnya mampu mengatasi
permasalahan yang dihadapi oleh para pengusaha ternak ayam di Kecamatan
Mrebet Kabupaten Purbalingga.
Kerangka pemikiran penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan usaha peternakan ayam di Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga sebagai berikut:
31
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian
LUAS KANDANG
(X1)
Perkembangan usaha
TENAGA KERJA
(X2)
MODAL
(X3)
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130).
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2002:57).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha ternak ayam di
Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga yang berjumlah 18 pengusaha.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2006:131). Untuk menentukan besarnya sampel menurut Arikunto (2006: 132)
apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya penelitian populasi. Jika subjeknya lebih besar dapat diambil
antara 10-15 % atau 20-25 %. Dalam penelitian ini digunakan sampel dari
semua populasi karena berdasarkan data jumlah populasi penelitian berjumlah
18 responden.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek penelitian
yaitu faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diselidiki.
Variabel dapat didefinisikan sebagai atribusi dari seseorang atau obyek yang
mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan
obyek yang lain (Sugiyono, 2002:20). Atau Variabel penelitian merupakan
33
obyek atau titik penelitian suatu penelitian. Variabel ini meliputi variabel
bebas dan variabel terikat. (Arikunto, 2006:116). Dalam penelitian ini ada 3
(tiga) variabel bebas dan 1 variabel terikat, yaitu:
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi (Arikunto, 2006:116).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
a. Luas kandang (X1)
b. Tenaga kerja (X2)
c. Modal (X3)
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah
perkembangan usaha ternak ayam dengan indikator jumlah poduksi.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang tepat sangat penting dalam penelitian, karena
data menentukan baik buruknya suatu penelitian. Pengumpulan data
merupakan usaha-usaha untuk memperoleh bahan-bahan keterangan serta
kenyataan yang benar-benar dapat dipertanggung jawabkan. Metode yang
digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Kuesioner (Angket)
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan
dokumentasi. Kuesioner (angket) adalah cara pengumpulan data dengan
menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan
disusun sedemikian rupa sehingga calon responden hanya tinggal mengisi
atau menandai dengan mudah dan cepat (Sudjana,1992:8). Untuk
34
memperoleh metode kuesioner, digunakan instrumen kuesioner yang
merupakan suatu alat pengumpulan data berupa daftar pertanyaan.
Kuesioner kemudian diberikan atau disebarkan kepada responden dengan
harapan mereka memberikan respon atas daftar pertanyaan yang bersifat
tertutup untuk memperoleh data mengenai pengaruh luas kandang (X1),
tenaga kerja (X2) dan modal (X3) dan terhadap perkembangan usaha ternak
ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
pilihan ganda dimana setiap item soal disediakan 4 (empat) jawaban
dengan skor masing-masing sebagai berikut:
1) Jawaban A dengan skor 4
2) Jawaban B dengan skor 3
3) Jawaban C dengan skor 2
4) Jawaban D dengan skor 1
Dipilihnya kuesioner tertutup dengan alasan untuk lebih
memudahkan responden dalam memberikan jawaban. Teknik
pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen (Usman, 1996:73).
2. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-
barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya
35
(Arikunto, 2006:158). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data
fisik dan profil obyek penelitian dan beberapa data yang penting untuk
dikumpulkan didalam menunjang penelitian ini.
3.4 Analisis Data
Analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah data
hasil penelitian untuk memperoleh suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini
analisis data yang digunakan sebagai berikut :
1. Regresi Linier Berganda
Teknik ini mengacu pada tujuan dan hipotesis penelitian. Model
analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
dan variabel independen yaitu modal (X1), peran pemerintah (X2) dan
perkembangan usaha (Y). Selain itu juga untuk mengetahui sejauh mana
besarnya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat.
Y = α + 1X1+ 2X2+ 3X3+ µi
Keterangan:
Y : Perkembangan usaha
α : Bilangan konstanta
X1 : Luas kandang
X2 : Tenaga kerja
X3 : Modal
1, 2, 3 : Koefisien masing-masing variabel
µ1 : Residu
(Alghifari, 1997 : 76)
36
2. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui apakah suatu persamaan regresi yang dihasilkan
baik untuk mengestimasi nilai variable bebas diperlukan pembuktian
terhadap kebenaran hipotesis. Pembuktian hipotesis dilakukan dengan dua
cara pengujian, yaitu:
a. Uji Bersama-sama (Uji F)
Uji ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen yang terdapat didalam model secara bersama- sama
(simultan) terhadap variabel dependent (Ghozali 2001: 44-45). Oleh
karena itu untuk membuktikan kebenaran hipotesis digunakan uji F
yaitu untuk mengetahui sejauh mana variabel-variabel bebas yang
digunakan mampu menjelaskan variabel terikat. Apabila F hitung > F
tabel maka Ho ditolak dan menerima Ha. Untuk menguji hipotesis ini
digunakan perhitungan dengan program komputansi SPSS for
Windows release 16.0 (Ghozali, 2001:44).
b. Uji Parsial (Uji t)
Untuk menguji pengaruh antara faktor-faktor variabel bebas
dengan variabel terikat secara tepisah atau tidak secara keseluruhan,
yaitu pengaruh faktor-faktor bebas terhadap faktor terikat (Sudjana
2003: 380). Apabila t hitung > t tabel maka kita menerima hipotesis
alternatif yang menyatakan bahwa suatu variable independent secara
individual mempengaruhi variable dependen. Untuk menguji hipotesis
37
ini digunakan perhitungan dengan program komputansi SPSS for
Windows release 16.00 (Ghozali, 2001:44).
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah yang digunakan untuk mengetahui apakah
model regresi berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam
penelitian ini memenuhi asumsi klasik atau tidak. Dalam asumsi
ekonometrika digunakan:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variable terikat dan variable bebas keduanya mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal ( Ghozali 2001
: 74). Cara untuk mengetahui normalitas adalah dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus
diagonal dan plotting data akan dibandingkan dengan garis diagonal.
Jika distribusi data adalah normal maka garis yang menggambarkan
data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
b. Uji autokorelasi Durbin - Watson
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
38
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurut sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan penggangu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi.
Dalam penelitian ini digunakan uji Durbin – Watson (DW) untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas( Ghozali, 2001 : 69). Kebanyakan data cross
section mengandung situasi Heteroskedastisitas karena data ini
menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang,
besar). Sedangkan dasar dari pengambilan keputusan dengan melihat
grafik scatterplot pada tabel SPSS dengan program komputasi SPSS
for Windows release 16,0, dengan dasar analisis:
39
(1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
(2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2001:69).
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga
Kecamatan Mrebet merupakan salah satu dari 18 kecamatan
yang ada di Kabupaten Purbalingga Propinsi Jawa Tengah. Luas
wilayah Kabupaten Purbalingga adalah 77.764 Ha yang berdasarkan
bentang alamnya terbagi menjadi 2 daerah yakni daerah utara yang
cenderung merupakan daerah berbukit dan daerah selatan dengan
kecenderungan merupakan daerah dataran rendah.
Kecamatan Mrebet memiliki batas wilayah sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Bojongsari, sebelah utara berbatasan
dengan Kecamatan Bobotsari, sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Karanganyar dan sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Karangreja. Kecamatan Mrebet memiliki luas wilayah
sebesar 4.788 Ha atau 6,16 % wilayah Kabupaten Purbalingga.
Berdasarkan peta Topografi wilayah Mrebet secara astronomis
berada pada 109° 14’ 35,5’’ BT - 109° 20’ 11’’ BTdan 7° 13' 45" LS -
7° 16' 13, 54" LS.
Berdasarkan data statistik tahun 2011 Kecamatan Mrebet
memiliki jumlah penduduk 65.387 jiwa dengan laki-laki berjumlah
32.444 jiwa dan perempuan 32.943 jiwa.
41
Gambar 4.1
Komposisi penduduk laki-laki dan perempuan
Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga
Pendidikan merupakan sesuatu yang amat penting bagi setiap
orang, kesempatan memperoleh pendidikan adalah hak bagi setiap
warga negara Indonesia. Oleh karena itu ketersediaan sarana dan
prasarana pendidikan di setiap Kecamatan menjadi sangat penting.
Disamping itu pendidikan juga sangat beperan dalam menunjang
pembangunan nasional termasuk dalam hal ini adalah pembangunan
sektor ekonomi.
Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di
Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga
No Pendidikan Jumlah %
1 Perguruan Tinggi 965 2,66%
2 SLTA 4.805 13,26%
3 SLTP 7.089 19,56%
4 SD 23.379 64,52%
Jumlah 36.238 100%
Sumber : Kecamatan Mrebet Dalam Angka 2011
42
4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian
1. Luas Kandang
Kandang merupakan salah satu sarana yang penting di
dalam usaha peternakan, dengan tersedianya kandang yang
representatif maka dapat mempermudah peternak didalam
mengelola usahanya. Kondisi kandang yang baik dan memenuhi
persyaratan teknis, kesehatan serta aspek ekonomi merupakan
modal awal keberhasilan dalam berusaha. Deskripsi mengenai luas
kandang usaha peternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten
Purbalingga sebagai berikut:
Tabel 4.2
Deskripsi Luas Kandang Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten
Purbalingga
No Hasil
1 N 54
2 Mean 699,13
3 Median 635,00
4 Mode 650,00
5 Minimum 250,00
6 Maximum 3.948,00
Sumber : data primer, diolah 2013
Berdasarkan data yang diperoleh diketahu N (data
terproses) sebanyak 54 dengan rata-rata luas kandang yang
dimiliki pengusaha ternak ayam sebesar 699,13m2 dengan median
(nilai tengah) 635,00 m2 dan modus sebesar 650m
2. Luas kandang
terendah (terkecil) seluas 250m2 dan yang paling luas 3.948m
2.
43
Untuk lebih jelasnya mengenai data luas kandang pengusaha
ternak ayam di Kecamatan Mrebet dapat dilihat pada grafik
berikut:
Gambar 4.2
Deskripsi Luas Kandang (m2) Usaha ternak Ayam di Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga
2. Tenaga Kerja
Usaha peternakan bukanlan usaha padat karya seperti
industri garment, rokok atau industri mebel yang menyerap
banyak tenaga kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usaha
peternakan biasanya hanya pada saat pembibitan, pemeliharaan
dan pemanenan.
Deskripsi mengenai tenaga kerja dalam usaha peternak
ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga sebagai
berikut:
44
Tabel 4.3
Deskripsi Tenaga Kerja pada Usaha Ternak Ayam di Kecamatan
Mrebet Kabupaten Purbalingga
No Hasil
1 N 54
2 Mean 11,20
3 Median 11,00
4 Mode 12,00
5 Minimum 5,00
6 Maximum 48,00
Sumber : data primer, diolah 2013
Berdasarkan data yang diperoleh diketahu N (data
terproses) sebanyak 54 dengan rata-rata membutuhkan tenaga
kerja sebanyak 11,20 dengan median (nilai tengah) 11,00 dan
modus sebesar 12,00. Jumlah tenaga kerja terendah (terkecil)
sebanyak 5 dan terbesar 48 tenaga kerja. Untuk lebih jelasnya
mengenai data tenaga kerja yang dibutuhkan pengusaha ternak
ayam di Kecamatan Mrebet dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.3 Deskripsi Tenaga Kerja (Jiwa) pada Usaha Ternak Ayam
di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga
45
3. Modal
Modal merupakan salah satu faktor yang sering disebut
memiliki peran utama dalam perkembangan sebuah usaha. Dengan
modal yang besar diharapkan usaha dapat berkembang lebih cepat
dan besar pula. Kondisi kesulitan mengenai masalah permodalan
sudah menjadi permasalahan “turun temurun” dalam usaha kecil.
Deskripsi mengenai modal usaha peternak ayam di Kecamatan
Mrebet Kabupaten Purbalingga sebagai berikut:
Tabel 4.4
Deskripsi Modal Usaha Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga
No Hasil
1 N 54
2 Mean 116.678.880
3 Median 103.557.625
4 Mode 45.130.500
5 Minimum 45.130.500
6 Maximum 729.450.000
Sumber : data primer, diolah 2013
Berdasarkan data yang diperoleh diketahu N (data
terproses) sebanyak 54 dengan rata-rata modal usaha pengusaha
ternak ayam sebesar Rp. 116.678.880 dengan median (nilai
tengah) Rp. 103.557.625 dan modus sebesar RP. 45.130.500.
Modal terendah (terkecil) seluas Rp. 45.130.500 dan yang paling
besar Rp. 729.450.000. Untuk lebih jelasnya mengenai data modal
usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet dapat dilihat pada grafik
berikut:
46
Gambar 4.4 Deskripsi Modal Usaha (Rupiah) Ternak Ayam
di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga
4. Hasil Usaha
Pada dasarnya banyak sekali faktor yang mempengaruhi
perkembangan sebuah usaha khususnya dalam bidang peternakan.
Faktor tersebut bisa berasal dari internal peternak maupun dari
eksternal. Pada penelitian ini faktor-faktor tersebut dibatasi pada
faktor luas kandang, tenaga kerja dan modal saja. adapun deskripsi
mengenai Hasil Usaha peternak ayam di Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga sebagai berikut:
Tabel 4.5
Deskripsi Hasil Usaha Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga
No Hasil
1 N 54
2 Mean 142.905.932
3 Median 123.107.460
4 Mode 622.554.080
5 Minimum 48.636.000
6 Maximum 1.089.816.000
Sumber : data primer, diolah 2013
47
Berdasarkan data yang diperoleh diketahu N (data
terproses) sebanyak 54 dengan rata-rata hasil usaha ayam pada
pengusaha ternak ayam sebesar Rp. 142.905.932 dengan median
(nilai tengah) RP. 123.107.460 dan modus sebesar
Rp.622.554.080. Hasil usaha terendah (terkecil) sebesar
Rp.48.636.000 dan tetringgi sebesar Rp.1.089.816.000. Untuk
lebih jelasnya mengenai data Hasil Usaha ternak ayam di
Kecamatan Mrebet dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.5
Deskripsi Hasil Usaha (Rupiah) Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten
Purbalingga
4.1.3 Uji Asumsi Klasik
1. Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam
penelitian ini dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
48
diagonal dari grafik normal P-P Plot. Untuk lebih jelasnya hasil uji
normalitas masing-masing variabel yaitu:
Gambar 4.6
Uji Normalitas
Berdasarkan analisis kurva dapat dilihat bahwa data
menyebar di sekitar diagram dan mengikuti model regresi
sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diolah merupakan
data yang berdistribusi normal sehingga uji normalitas terpenuhi.
2. Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam
regresi dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya
sendiri. Maksud korelasi dengan diri sendiri adalah bahwa nilai
dari variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu
sendiri, baik nilai variabel sebelumnya atau nilai periode
49
sesudahnya. Uji autokorelasi Durbin-Watson (DW test) digunakan
untuk menguji ada tidaknya outokorelasi dalam model regresi.
Berdasarkan hasil analisis data diketahui nilai Durbin – Watson
2,007 artinya tidak ada autokorelasi, jika di korelasikan dengan
tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Tabel Autokorelasi
DW Kesimpulan
<1,08 Ada autokorelasi
1,08 s.d 1,66 Tanpa kesimpulan
1,66 s.d 2,34 Tidak ada autokorelasi
2,34 s.d 2,92 Tanpa kesimpulan
>2,92 Ada autokorelasi
Sumber : Algifari (2000:89)
3. Heterokesdasitas
Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah variabel
pengganggu mempunyai varian yang sama atau tidak.
Heteroskedastisitas mempunyai suatu keadaan bahwa varian dari
residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda.
Salah satu metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya
Heterokedastisitas akan mengakibatkan penaksiran koefisien-
koefisien regresi menjadi tidak efisien. Hasil penaksiran akan
menjadi kurang dari semestinya. Heterokedastisitas bertentangan
dengan salah satu asumsi dasar regresi linear, yaitu bahwa variasi
residual sama untuk semua pengamatan atau disebut
homokedastisitas.
50
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
yaitu dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel
terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesuungguhnya) yang telah di-studentized. Dalam penelitian ini
diperoleh grafik plot sebagai berikut:
Gambar 4.7
Uji Heterokesdasitas
Gambar diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat pola
tetentu serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol
pada sumby Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa data bebas dari
heterokesdasitas.
51
4.1.4 Persamaan Regresi
Berdasarkan perhitungan analisis regresi linier yang dilakukan
melalui analisa statistik dengan mengunakan program SPSS maka
diperoleh hasil sebagai berikut:
Table 4.7
Persamaan Regresi
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui persamaan regresi linier sebagai
berikut :
Log Y = 0,491 + 0.246X1 - 0.065X2 + 0.870X3
Persamaan regresi linier tersebut berarti bahwa nilai positif
pada konstanta sebesar 0,491 menyatakan bahwa luas kandang, tenaga
kerja dan modal berpengaruh secara positif terhadap Hasil Usaha.
Koefisien regresi variabel luas kandang (b1) menyatakan bahwa setiap
peningkatan luas kandang maka akan menyebabkan meningkatkan
Hasil Usaha. Koefisien regresi variabel tenaga kerja (b2) menyatakan
bahwa setiap peningkatan jumlah tenaga kerja maka menyebabkan
menurunya Hasil Usaha. Koefisien regresi modal (b3) menyatakan
bahwa setiap peningkatan modal maka menyebabkan peningkatan
Hasil Usaha.
52
4.1.5 Uji Hipotesis
1. Parsial
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh luas kandang,
tenaga kerja dan modal terhadap Hasil Usaha ternak ayam di
Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga secara parsial maka
dilakukan uji t.
Table 4.8
Hasil Uji Parsial
a) Luas kandang terhadap Hasil Usaha
Hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS diketahui
nilai signifikansi untuk variabel luas kandang sebesar 0,000
dengan thitung sebesar 6,170. Pada n = 54 dengan taraf
signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel sebesar 1,676. Karena nilai
thitung>ttabel (6,170 > 1,676) maka dapat disimpulkan ada
pengaruh positif dan signifikan antara luas kandang terhadap
Hasil Usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten
Purbalingga secara parsial, atau Ha diterima.
b) Tenaga kerja terhadap Hasil Usaha
Hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS diketahui
nilai signifikansi untuk variabel tenaga kerja sebesar 0,015
53
dengan thitung sebesar -2,521. Pada n = 54 dengan taraf
signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel sebesar 1,676. Karena nilai
thitung<ttabel (-2,521 < - 1,676) maka dapat disimpulkan ada
pengaruh negatif dan signifikan antara tenaga kerja terhadap
Hasil Usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten
Purbalingga secara parsial, atau Ha ditolak.
c) Modal terhadap Hasil Usaha
Hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS diketahui
nilai signifikansi untuk variabel modal sebesar 0,000 dengan
thitung sebesar 20,980. Pada n = 54 dengan taraf signifikansi 5%
diperoleh nilai ttabel sebesar 1,676. Karena nilai thitung>ttabel
(20,980 > 1,676) maka dapat disimpulkan ada pengaruh positif
dan signifikan antara modal terhadap Hasil Usaha ternak ayam
di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga secara parsial,
atau Ha diterima.
2. Simultan
Untuk mengetahui pengaruh antara luas kandang, tenaga
kerja dan modal terhadap Hasil Usaha ternak ayam di Kecamatan
Mrebet Kabupaten Purbalingga secara simultan dilakukan uji F.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program
SPSS diketahui nilai siginikansi secara simultan sebesar 0,000
dengan Fhitung sebesar 1551,619. Pada df pembilang 3 dan df
penyebut 50 diperoleh Ftabel sebesar 2,790. Karena nilai
54
Fhitung>Ftabel (1551,619 > 2,790) maka disimpulkan ada pengaruh
antara luas kandang, tenaga kerja dan modal terhadap Hasil Usaha
ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga secara
simultan, atau Ha diterima. Hasil perhitungan dengan
menggunakan program SPSS dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 4.9
Hasil Uji Simultan
ANOVAb
2,757 3 ,919 1551,619 ,000a
,030 50 ,001
2,787 53
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Modal, Tenaga kerja, Luas kandanga.
Dependent Variable: Perkembangan usahab.
4.1.6 Koefisien Determinasi
Nilai R2 yang semakin mendekati 1, berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel independen. Koefisien determinasi
yang digunakan adalah nilai Adjusted R Square karena lebih dapat
dipercaya dalam mengevaluasi model regresi. Nilai Adjusted R Square
dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan
kedalam model.
Table 4.10
Koefisien Determinasi
55
Berdasakan tabel koefisien determinasi (R2) menunjukkan
besarnya adjusted R2 adalah 0,989 hal ini berarti 98,90% variasi Hasil
Usaha (Y) dapat dijelaskan oleh variasi dari seluruh variabel
independen; yaitu luas kandang (X1), tenaga kerja (X2) dan modal
(X3). Sedangkan sisanya sebesar 1,10% (100% - 98,90%) dijelaskan
oleh sebab-sebab lain diluar model.
4.2 Pembahasan
1. Pengaruh luas kandang terhadap Hasil Usaha
Salah satu hambatan yang paling besar dalam usaha peternakan
yang berskala industri atau berskala besar adalah penyedian kandang.
Dalam penyedian kandang untuk ternak akan selalu berkaitan dengan
masalah tempat. Dimana kandang akan dibangun tentunya juga
memerlukan areal yang lebih luas. Hal ini tidaklah mengherankan, jika
sering dijumpai lokasi atau tempat bangunan kandang terletak jauh dari
keramaian kota dan mencari areal lahan yang luas dan harganya relatif
murah. Dengan harapan agar dalam usaha peternakan tersebut dapat
mendatangkan keuntungan yang maksimal.
Hasil penelitian menunjukan luas kandang berpengaruh terhadap
Hasil Usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga.
Hal ini berarti bahwa semakin luas kandang yang dimiliki oleh para
pengusaha ternak maka Hasil Usaha mereka akan mengalami peningkatan.
Secara logis hal ini dapat dipahami bahwa dengan keberadaan
kandang yang luas, para peternak dapat menambah jumlah produksi pada
56
ternak ayam mereka. Disamping itu kandang yang sempit cenderung akan
membuat ayam mudah stres dan apabila terkena penyakit tentu saja akan
cepat sekali menular pada ayam yang lain. Kandang yang luas juga
memudahkan para pekerja dalam menjaga kebersihan kandang
dibandingkan kandang yang terlalu sempit.
Bagi peternak dengan sistem intensif, kandang merupakan salah
satu penentu keberhasilan beternak. Kesalahan dalam konstruksi kandang
dapat berakibat fatal yang berujung pada kerugian bagi peternak. Oleh
sebab itu, tidak jarang peternak yang rela menghabiskan uang jutaan
rupiah hanya untuk men-design kandangnya.
Pentingnya kandang bagi ternak dan peternak diantaranya memberi
rasa aman dan nyaman bagi ternak yang tinggal didalamnya, terutama
untuk menghindarkan dari lingkungan yang merugikan misalnya hujan,
teriknya sinar matahari, angin yang kencang, gangguan binatang buas,
pencurian dan lain sebagainya.
Kandang yang representatif juga memberi kenyamanan bagi ternak
yang berada di dalamnya dan memberikan kehangatan diwaktu malam
hari, memudahkan peternak dalam melakukan kegiatan pengawasan atau
pengontrolan apabila ada ternak yang sakit, lebih efisiensi dalam
memanfaatkan tenaga kerja, kesehatan dan keberadaan peternak tetap
terjamin, serta memudahkan pekerja untuk mengumpulkan kotoran atau
limbah dari sisa proses produksi, sehingga tidak berceceran dimana-mana.
57
2. Pengaruh tenaga kerja terhadap Hasil Usaha
Tenaga kerja merupakan salah satu dari faktor–faktor produksi
yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam kegiatan
produksi tenaga kerja merupakan input yang penting selain modal dan
faktor lainnya. Namun demikian, ssaha ternak ayam pada dasarnya
merupakan usaha padat modal bukan usaha pada karya sehingga
penggunaan tenaga kerja dalam usaha peternakan ayam harus diperhatian
agar tidak terjadi in-efisiensi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Hasil Usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan tenaga
kerja dibeberapa lokasi usaha peternakan ayam tidak berdampak pada
peningkatan usaha yang dimilikinya.
Sebagai ilustrasi untuk pengusaha yang memiliki omset penjualan
dalam satu kali panen sebesar 1 milyar menggunakan 15 tenaga kerja
untuk semua tahap mulai pembibitan, pemeliharaan sampai dengan
pemanenan. Sedangkan pengusaha dengan omset 100 juta menggunakan
12 tenaga kerja untuk kelangsungan usahanya. Ilustrasi tersebut
menunjukan bahwa para pengusaha relatif kurang efesien dalam
memanfaatkan tenaga kerja untuk usaha mereka.
In-efisiensi pemanfaatan tenaga kerja tentu saja hanya akan
menambah biaya yang harus dikeluarkan oleh para peternak ayam.
58
Meskipun relatif lebih kecil dibandingkan dengan biaya produksi lainnya
seperti pakan, kandang, vaksin dan sebagainya, efesiensi dalam
menggunakan tenaga kerja akan dapat menambah keuntungan yang
diperoleh karena biaya yang harus dikeluarkan menjadi relatif berkurang.
3. Pengaruh modal terhadap Hasil Usaha
Usaha peternakan ayam merupakan salah satu jenis usaha pada
modal sehingga para pengusaha diharapkan memiliki modal yang
memadai agar dapat bertahan terhadap fluktuasi harga pakan dan harga
produksi lainnya. Masalah modal dalam perusahaan merupakan masalah
yang tidak akan pernah berakhir karena bahwa masalah modal itu
mengandung begitu banyak dan berbagai macam aspek.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui modal berpengaruh secara
signifikan terhadap Hasil Usaha peternakan ayam di Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga. Masalah keuangan merupakan masalah sensitif
dan memiliki peran sentral dalam setiap aktivitas. Hal ini menunjukkan
peranan modal menjadi sangat penting, sehingga menuntut seorang
wirausaha untuk dapat mencari dana sesuai dengan yang dibutuhkan dari
berbagai alternatif sumber, serta dapat mengalokasikannya secara efektif
dan efisien. Dua masalah ini (mencari dan mengalokasikan dana) sama–
sama menuntut kecermatan, karena salah dalam membuat keputusan
keuangan akan berdampak panjang terhadap daya hidup usaha/perusahaan.
59
Penggunaan modal usaha harus dikelola seefektif agar keuntungan
dapat ditingkatkan. Pengelolaan modal secara tepat akan meningkatkan
Hasil Usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga.
Manajemen atau pengelolaan modal merupakan hal yang sangat penting
agar kelangsungan usaha sebuah usaha dapat dipertahankan (Hanafi, 2005:
125). Kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan modal akan
menyebabkan buruknya kondisi keuangan usaha sehingga aktivitas usaha
dapat terhambat atau terhenti sama sekali.
Saat ini pemerintah telah memberikan perhatian yang cukup serius
terutama mengenai masalah permodalan bagi pengusaha kecil dan
menengah. Berbagai macam jenis bantuan disalurkan pemerintah baik
melalui lembaga keuangan seperti bank maupun melalui koperasi-koperasi
unit desa.
60
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara luas kandang terhadap
perkembangan usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten
Purbalingga.
2. Tidak terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara tenaga kerja
terhadap perkembangan usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga.
3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara modal terhadap
perkembangan usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten
Purbalingga.
4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara luas kandang, tenaga kerja dan
modal terhadap perkembangan usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga secara simultan.
5. Besarnya pengaruh luas kandang, tenaga kerja dan modal terhadap
perkembangan usaha peternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten
Purbalingga sebesar 98,90% dan selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain
diluar model.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan terkait dengan hasil
penelitian dan pembahasan diantaranya:
61
1. Usaha peternakan merupakan usaha padat modal bukan usaha padat karya,
oleh sebab itu pengusaha ternak ayam hendaknya memperhatikan
penggunaan tenaga kerja dalam usaha mereka agar tidak terjadi in-efisiensi
dalam usahanya. Dengan adanya efisiensi tenaga kerja diharapkan dapat
dicapainya cara kerja yang hemat, tidak terjadi pemborosan, dan
meningkatkan keuntungan para peternak ayam.
2. Kontribusi pemerintah diharapkan dapat lebih meningkat dalam rangka
membantu peternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga
khususnya dalam mengantisipasi wabah penyakit flu burung yang akhir-
akhir ini sangat menghambat dan merugikan para pengusaha ternak ayam.
Disamping itu, pemerintah hendaknya melakukan pengawasan terhadap
harga jual ayam yang berfluktuasi baik karena isu penyakit maupun
disebabkan faktor lain yang dapat merugikan peternak ayam di dalam
negeri.
3. Untuk peneliti yang akan datang diharapkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan acuan penelitian sejenis. Penelitian mendatang juga diharapkan
dapat mengembangkan kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan usaha peternak ayam baik faktor internal maupun faktor
eksternal.
62
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. 1987. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi, Bandung:
Angkasa
Anaroga, 2001. Manajemen Bisnis. Jakarta : Rineka Cipta
Assauri, 1993. Manajemen Pemasaran Global. Jakarta: Raja Gratindo Persada
Arikunto Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
Bambang Riyanto, 1984. Dasar dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta :
BPFE.
Chourmain, dkk, 1994. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta. Dirjen Dikti
Dominic Salvatore, 2005. Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global.
Jakarta: Salemba Empat
Endang Sri Winarni. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Melalui
Peningkatan Aksesibilitas. Infokop Nomor 29 Tahun XXII 2006
Ghozali Imam, 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang :
Badan Penerbit UNDIP
Harjanti, ddk. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Ternak
Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Seminar
Nasional Kebangkitan Peternakan – Semarang, 20 Mei 2009
Husein, Umar, 2000. Metodologi Penelitian, Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama
Indriyo Gitusudarmo, Basri. 1992. Manajemen Keuangan, Edisi ke-2.
Yogyakarta: BPFE.
Kamarudin Ahmad. 1997. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja. Jakarta: Rineka
Cipta
Komarudin, 1991. Pengantar Untuk Memahami Pembangunan. Bandung: Angkasa
Kuncoro Mundrajat dan Abimanyu Anggito, 1995. Struktur dan Kinerja Industri
Indonesia dalam Era Deregulasi dan Globalisasi, KELOLA, No. 10/IV
63
Kuncoro, Mudrajad, 1996, Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah dan
Kebijakan, Edisi Ketiga, Yogyakarta : UPP AMP YKPN
Mukson, S. Marzuki, P.I. Sari dan H. Setiyawan. 2008. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong Rakyat di
Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
J.Indon.Trop.Anim.Agric. 33
Munawir. 1995. Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta : Liberty
Sadono Sukirno, 1996. Pengantar Teori Mikroekonomi, Edisi Kedua Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Sjifudian Hetifah , et al. 1995. Strategi dan Agenda Pengembangan Usaha Kecil.
Bandung : Akatiga
Sugiyono, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabet
Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi . Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada
Sudjana, 2003. Statistik. Bandung. Tarsito
Syafri Sofyan Harahap, 2004. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada
Sriyadi. 1991. Pengantar Ilmu ekonomi Perusahaan Modern. Semarang: IKIP
Press
Sutrisno Hadi. 2001. Metodologi Research untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis
dan Disertasi, Jilid Tiga. Yogyakarta : Penerbit Andi
Usman, Husaini, dkk, 1996. Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara
http://www.suaramerdeka. com/harian/0503/26/ban10.htm
http://www.mail-archive.com
http://www. litbang.depkes.go.id/maskes/072005/flu_burung.pdf
http://kompas.com/kompas-cetak/0708/03/jateng/57543.htm
http://www.tempointeraktif.com
www.deperindag.go.id
http://www.setneg.go.id
64
65
ANGKET PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA PETERNAK AYAM DI
KECAMATAN MREBET KABUPATEN PURBALINGGA
No. Urut : .............................. Tanggal :
..............................
Desa : ..............................
1. IDENTITAS RESPONDEN
Isilah data pribadi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dibawah ini:
1. Nama : ...............................................................
2. Umur : ..................................................... tahun
3. Alamat :
.........................................................................................................
.........................................................................................................
..........................................................................................................
4. Jumlah Anggota Keluarga : ..................................................... orang
5. Pendidikan Terakhir : (1) Perguruan tinggi
(2) SMA
(3) SMP
(4) SD
(5) Tidak sekolah
6. Lama Menjadi Peternak : (1) > 10 th
(2) 5 s/d 10 th
(3) < 5 th
2. DAFTAR PERTANYAAN
a. Luas Kandang (X1)
1. Apa status lahan kandang yang anda gunakan?
.........................................................................................................................
.......................
Lampiran 1
66
2. Berapakah luas kandang peternakan ayam Bapak/ibu/Saudara saat ini?
.........................................................................................................................
.......................
b. Tenaga Kerja (X2)
Jumlah tenaga kerja yang digunakan dan alokasi waktu yang digunakan
No Tahap Jumlah tenaga kerja yang
digunakan
1 Pembibitan pada satu kali masa panen .................. orang
2 Pemeliharaan pada satu kali panen .................. orang
3 Pemanenan pada satu kali masa panen .................. orang
Jumlah total tenaga kerja yang dipakai .................. orang
a. Modal (X3)
No Tahap Biaya yang dikeluarkan
1 Tenaga kerja pada satu kali masa panen
Rp ...............
2 Pembibitan pada satu kali masa panen Rp ...............
3 Pakan pada satu kali panen Rp ...............
4 Obat-obatan (vaksin) pada satu kali
masa panen Rp ...............
5 Pemeliharaan kandang pada satu kali
panen Rp ...............
6 Pemanenan pada satu kali masa panen Rp ...............
Jumlah biaya keseluruhan Rp ...............
b. Perkembangan Usaha (Variabel Y)
Berapa hasil pertanian Bapak/Ibu/Saudara pada satu kali musim panen?
Indikator Jumlah produksi Harga produksi Pendapatan / Penerimaan
Jumlah produksi ..................... Kw Rp..................... Rp....................
67
DATA HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL USAHA PETERNAK AYAM
DI KECAMATAN MREBET KABUPATEN PURBALINGGA
No Kode Resp
Luas Kandang
Tenaga kerja Modal
Pembibitan Pemanenan TK Bibit Pakan Obat (vaksin) Kandang Panen Merang & pemanas Listrik
1 R-01 1316 5 11 16 5.000.000 50.000.000 162.000.000 4.500.000 4.500.000 500.000 13.500.000 2.700.000 242.700.000
2 R-02 328 1 5 6 1.600.000 8.750.000 53.000.000 1.375.000 150.000 450.000 2.800.000 700.000 68.825.000
3 R-03 658 2 9 11 3.200.000 17.500.000 106.000.000 2.750.000 300.000 900.000 7.250.000 1.400.000 139.300.000
4 R-04 1200 4 8 12 3.500.000 10.000.000 36.000.000 1.000.000 1.000.000 500.000 2.650.000 530.000 55.180.000
5 R-05 1260 5 11 16 5.500.000 50.000.000 158.000.000 4.800.000 4.100.000 500.000 13.250.000 2.200.000 238.350.000
6 R-06 3948 15 33 48 15.000.000 150.000.000 486.000.000 13.500.000 13.500.000 1.500.000 41.450.000 8.500.000 729.450.000
7 R-07 950 4 8 12 3.650.000 25.000.000 110.000.000 3.125.000 550.000 800.000 8.400.000 1.600.000 153.125.000
8 R-08 850 4 6 10 3.200.000 20.000.000 85.000.000 2.500.000 400.000 500.000 650.000 150.000 112.400.000
9 R-09 380 3 3 6 1.800.000 10.000.000 41.000.000 1.250.000 200.000 750.000 3.250.000 650.000 58.900.000
10 R-10 1200 5 8 13 3.900.000 35.000.000 137.000.000 4.375.000 500.000 700.000 10.500.000 2.200.000 194.175.000
11 R-11 640 2 9 11 3.300.000 17.000.000 62.500.000 2.125.000 150.000 500.000 4.800.000 960.000 91.335.000
12 R-12 815 3 9 12 3.600.000 21.000.000 84.000.000 2.625.000 250.000 450.000 6.400.000 1.200.000 119.525.000
13 R-13 730 3 4 7 2.100.000 22.500.000 94.750.000 2.812.500 200.000 600.000 7.100.000 1.400.000 131.462.500
14 R-14 853 4 8 12 3.500.000 26.800.000 107.000.000 3.350.000 200.000 550.000 8.200.000 1.550.000 151.150.000
15 R-15 700 4 5 9 2.700.000 17.500.000 79.000.000 2.187.500 150.000 400.000 6.000.000 12.000.000 119.937.500
16 R-16 910 5 10 15 4.500.000 29.000.000 116.000.000 3.625.000 500.000 800.000 8.800.000 1.750.000 164.975.000
17 R-17 450 2 5 7 2.200.000 13.750.000 52.000.000 1.718.750 200.000 450.000 4.000.000 800.000 75.118.750
18 R-18 535 2 3 5 1.500.000 16.800.000 67.200.000 2.100.000 200.000 300.000 5.100.000 1.000.000 94.200.000
19 R-19 590 4 4 8 2.496.000 16.874.000 67.496.000 2.109.250 200.000 312.000 4.800.000 1.445.500 95.732.750
20 R-20 550 2 5 7 2.180.000 15.730.000 62.920.000 1.966.250 250.000 390.000 6.400.000 1.347.500 91.183.750
21 R-21 505 2 4 6 1.870.000 14.443.000 57.772.000 1.805.375 200.000 312.000 7.100.000 1.237.250 84.739.625
22 R-22 465 4 3 7 2.200.000 13.299.000 53.196.000 1.662.375 200.000 234.000 8.200.000 1.139.250 80.130.625
23 R-23 421 4 6 10 3.100.000 12.040.600 48.162.400 1.505.075 150.000 468.000 6.000.000 1.031.450 72.457.525
24 R-24 380 2 3 5 1.560.000 10.868.000 43.472.000 1.358.500 500.000 234.000 8.800.000 931.000 67.723.500
Lampiran 2
68
25 R-25 340 4 8 12 3.700.000 9.724.000 38.896.000 1.215.500 200.000 624.000 4.000.000 833.000 59.192.500
26 R-26 690 4 6 10 3.120.000 19.734.000 78.936.000 2.466.750 500.000 468.000 5.100.000 1.690.500 112.015.250
27 R-27 650 3 3 6 1.870.000 18.590.000 74.360.000 2.323.750 400.000 234.000 4.800.000 1.592.500 104.170.250
28 R-28 628 5 8 13 4.050.000 17.960.800 71.843.200 2.245.100 550.000 624.000 6.400.000 1.538.600 105.211.700
29 R-29 720 6 9 15 4.680.000 20.592.000 82.368.000 2.574.000 600.000 702.000 7.100.000 1.764.000 120.380.000
30 R-30 300 3 4 7 2.184.000 8.580.000 34.320.000 1.072.500 200.000 312.000 8.200.000 735.000 55.603.500
31 R-31 821 6 4 10 3.120.000 23.480.600 93.922.400 2.935.075 600.000 312.000 6.000.000 2.011.450 132.381.525
32 R-32 630 4 8 12 3.744.000 18.018.000 72.072.000 2.252.250 400.000 624.000 8.800.000 1.543.500 107.453.750
33 R-33 650 4 5 9 2.808.000 18.590.000 74.360.000 2.323.750 350.000 390.000 4.000.000 1.592.500 104.414.250
34 R-34 650 5 6 11 3.432.000 18.590.000 74.360.000 2.323.750 450.000 468.000 5.100.000 1.592.500 106.316.250
35 R-35 630 4 5 9 2.808.000 18.018.000 72.072.000 2.252.250 500.000 390.000 4.800.000 1.543.500 102.383.750
36 R-36 360 3 3 6 1.872.000 10.296.000 41.184.000 1.287.000 250.000 234.000 6.400.000 882.000 62.405.000
37 R-37 300 2 8 10 3.120.000 8.580.000 34.320.000 1.072.500 200.000 624.000 7.100.000 735.000 55.751.500
38 R-38 720 7 5 12 3.744.000 20.592.000 82.368.000 2.574.000 650.000 390.000 8.200.000 1.764.000 120.282.000
39 R-39 320 2 9 11 3.432.000 9.152.000 36.608.000 1.144.000 150.000 702.000 6.000.000 784.000 57.972.000
40 R-40 250 4 8 12 3.744.000 7.150.000 28.600.000 893.750 200.000 624.000 8.800.000 612.500 50.624.250
41 R-41 1100 6 16 22 6.864.000 31.460.000 125.840.000 3.932.500 1.500.000 1.248.000 4.000.000 2.695.000 177.539.500
42 R-42 810 8 12 20 6.240.000 23.166.000 92.664.000 2.895.750 600.000 936.000 5.100.000 1.984.500 133.586.250
43 R-43 760 4 8 12 3.744.000 21.736.000 86.944.000 2.717.000 500.000 624.000 4.800.000 1.862.000 122.927.000
44 R-44 450 4 6 10 3.120.000 12.870.000 51.480.000 1.608.750 300.000 468.000 6.400.000 1.102.500 77.349.250
45 R-45 490 3 3 6 1.872.000 14.014.000 56.056.000 1.751.750 400.000 234.000 7.100.000 1.200.500 82.628.250
46 R-46 600 5 8 13 4.056.000 17.160.000 68.640.000 2.145.000 650.000 624.000 8.200.000 1.470.000 102.945.000
47 R-47 570 4 9 13 4.056.000 16.302.000 65.208.000 2.037.750 500.000 702.000 6.000.000 1.396.500 96.202.250
48 R-48 320 3 9 12 3.744.000 9.152.000 36.608.000 1.144.000 300.000 702.000 8.800.000 784.000 61.234.000
49 R-49 260 2 4 6 1.872.000 7.436.000 29.744.000 929.500 200.000 312.000 4.000.000 637.000 45.130.500
50 R-50 260 4 8 12 3.744.000 7.436.000 29.744.000 929.500 200.000 624.000 5.100.000 637.000 48.414.500
51 R-51 800 6 5 11 3.432.000 22.880.000 91.520.000 2.860.000 700.000 390.000 5.900.000 1.960.000 129.642.000
52 R-52 780 5 8 13 4.056.000 22.308.000 89.232.000 2.788.500 650.000 624.000 5.800.000 1.911.000 127.369.500
69
DATA HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL USAHA PETERNAK AYAM DI KECAMATAN MREBET KABUPATEN PURBALINGGA
No Kode Resp
Perkembangan usaha
Jumlah produksi (kg) Harga produksi
1 R-01 18400 14970 275448000
2 R-02 5200 13986 72727200
3 R-03 10400 13896 144518400
4 R-04 5700 14000 79800000
5 R-05 17800 14970 266466000
6 R-06 72800 14970 1089816000
7 R-07 12750 14970 190867500
8 R-08 9500 13896 132012000
9 R-09 5000 14970 74850000
10 R-10 16000 14000 224000000
11 R-11 7500 13986 104895000
12 R-12 9800 14970 146706000
13 R-13 10500 14000 147000000
14 R-14 12600 14000 176400000
15 R-15 9800 14970 146706000
16 R-16 13500 14970 202095000
17 R-17 6200 13986 86713200
18 R-18 7850 14970 117514500
19 R-19 8260 14970 123652200
20 R-20 7700 14970 115269000
21 R-21 7070 14970 105837900
22 R-22 6510 14970 97454700
23 R-23 5894 14970 88233180
24 R-24 5320 14970 79640400
25 R-25 4760 13896 66144960
26 R-26 9660 13896 134235360
70
27 R-27 9100 14970 136227000
28 R-28 8792 13896 122173632
29 R-29 10080 13896 140071680
30 R-30 4200 13896 58363200
31 R-31 11494 14970 172065180
32 R-32 8820 13896 122562720
33 R-33 9100 13896 126453600
34 R-34 9100 13896 126453600
35 R-35 8820 14970 132035400
36 R-36 5040 13896 70035840
37 R-37 4200 14970 62874000
38 R-38 10080 14970 150897600
39 R-39 4480 13896 62254080
40 R-40 3500 13896 48636000
41 R-41 15400 14970 230538000
42 R-42 11340 13896 157580640
43 R-43 10640 14970 159280800
44 R-44 6300 13896 87544800
45 R-45 6860 14970 102694200
46 R-46 8400 13896 116726400
47 R-47 7980 13896 110890080
48 R-48 4480 13896 62254080
49 R-49 3640 14970 54490800
50 R-50 3640 13896 50581440
51 R-51 11200 13896 155635200
52 R-52 10920 14970 163472400
53 R-53 12740 13896 177035040
54 R-54 4900 13896 68090400
71
REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL USAHA PETERNAK AYAM DI KECAMATAN MREBET KABUPATEN PURBALINGGA
No Kode Resp Luas Kandang Tenaga kerja Modal Perkembangan Usaha Log X1 Log X2 Log X3 Log Y
1 R-01 1316 16 242.700.000 275.448.000 3,12 1,20 8,39 8,44
2 R-02 328 6 68.825.000 72.727.200 2,52 0,78 7,84 7,86
3 R-03 658 11 139.300.000 144.518.400 2,82 1,04 8,14 8,16
4 R-04 1200 12 55.180.000 79.800.000 3,08 1,08 7,74 7,90
5 R-05 1260 16 238.350.000 266.466.000 3,10 1,20 8,38 8,43
6 R-06 3948 48 729.450.000 1.089.816.000 3,60 1,68 8,86 9,04
7 R-07 950 12 153.125.000 190.867.500 2,98 1,08 8,19 8,28
8 R-08 850 10 112.400.000 132.012.000 2,93 1,00 8,05 8,12
9 R-09 380 6 58.900.000 74.850.000 2,58 0,78 7,77 7,87
10 R-10 1200 13 194.175.000 224.000.000 3,08 1,11 8,29 8,35
11 R-11 640 11 91.335.000 104.895.000 2,81 1,04 7,96 8,02
12 R-12 815 12 119.525.000 146.706.000 2,91 1,08 8,08 8,17
13 R-13 730 7 131.462.500 147.000.000 2,86 0,85 8,12 8,17
14 R-14 853 12 151.150.000 176.400.000 2,93 1,08 8,18 8,25
15 R-15 700 9 119.937.500 146.706.000 2,85 0,95 8,08 8,17
16 R-16 910 15 164.975.000 202.095.000 2,96 1,18 8,22 8,31
17 R-17 450 7 75.118.750 86.713.200 2,65 0,85 7,88 7,94
18 R-18 535 5 94.200.000 117.514.500 2,73 0,70 7,97 8,07
19 R-19 590 8 95.732.750 123.652.200 2,77 0,90 7,98 8,09
20 R-20 550 7 91.183.750 115.269.000 2,74 0,85 7,96 8,06
21 R-21 505 6 84.739.625 105.837.900 2,70 0,78 7,93 8,02
22 R-22 465 7 80.130.625 97.454.700 2,67 0,85 7,90 7,99
23 R-23 421 10 72.457.525 88.233.180 2,62 1,00 7,86 7,95
24 R-24 380 5 67.723.500 79.640.400 2,58 0,70 7,83 7,90
25 R-25 340 12 59.192.500 66.144.960 2,53 1,08 7,77 7,82
26 R-26 690 10 112.015.250 134.235.360 2,84 1,00 8,05 8,13
27 R-27 650 6 104.170.250 136.227.000 2,81 0,78 8,02 8,13
72
28 R-28 628 13 105.211.700 122.173.632 2,80 1,11 8,02 8,09
29 R-29 720 15 120.380.000 140.071.680 2,86 1,18 8,08 8,15
30 R-30 300 7 55.603.500 58.363.200 2,48 0,85 7,75 7,77
31 R-31 821 10 132.381.525 172.065.180 2,91 1,00 8,12 8,24
32 R-32 630 12 107.453.750 122.562.720 2,80 1,08 8,03 8,09
33 R-33 650 9 104.414.250 126.453.600 2,81 0,95 8,02 8,10
34 R-34 650 11 106.316.250 126.453.600 2,81 1,04 8,03 8,10
35 R-35 630 9 102.383.750 132.035.400 2,80 0,95 8,01 8,12
36 R-36 360 6 62.405.000 70.035.840 2,56 0,78 7,80 7,85
37 R-37 300 10 55.751.500 62.874.000 2,48 1,00 7,75 7,80
38 R-38 720 12 120.282.000 150.897.600 2,86 1,08 8,08 8,18
39 R-39 320 11 57.972.000 62.254.080 2,51 1,04 7,76 7,79
40 R-40 250 12 50.624.250 48.636.000 2,40 1,08 7,70 7,69
41 R-41 1100 22 177.539.500 230.538.000 3,04 1,34 8,25 8,36
42 R-42 810 20 133.586.250 157.580.640 2,91 1,30 8,13 8,20
43 R-43 760 12 122.927.000 159.280.800 2,88 1,08 8,09 8,20
44 R-44 450 10 77.349.250 87.544.800 2,65 1,00 7,89 7,94
45 R-45 490 6 82.628.250 102.694.200 2,69 0,78 7,92 8,01
46 R-46 600 13 102.945.000 116.726.400 2,78 1,11 8,01 8,07
47 R-47 570 13 96.202.250 110.890.080 2,76 1,11 7,98 8,04
48 R-48 320 12 61.234.000 62.254.080 2,51 1,08 7,79 7,79
49 R-49 260 6 45.130.500 54.490.800 2,41 0,78 7,65 7,74
50 R-50 260 12 48.414.500 50.581.440 2,41 1,08 7,68 7,70
51 R-51 800 11 129.642.000 155.635.200 2,90 1,04 8,11 8,19
52 R-52 780 13 127.369.500 163.472.400 2,89 1,11 8,11 8,21
53 R-53 910 13 146.942.750 177.035.040 2,96 1,11 8,17 8,25
54 R-54 350 6 60.114.750 68.090.400 2,54 0,78 7,78 7,83
73
Regression
Descriptive Statistics
8,0767 ,22931 54
2,7811 ,21977 54
1,0085 ,17682 54
8,0028 ,21234 54
Perkembangan usaha
Luas kandang
Tenaga kerja
Modal
Mean Std. Dev iation N
Variables Entered/Rem ovedb
Modal, Tenaga
kerja, Luas
kandanga
. Enter
Model
1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Perkembangan usahab.
Model Summ aryb
,995a ,989 ,989 ,02434 ,989 1551,619 3 50 ,000 2,007
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), Modal, Tenaga kerja, Luas kandanga.
Dependent Variable: Perkembangan usahab.
ANOVAb
2,757 3 ,919 1551,619 ,000a
,030 50 ,001
2,787 53
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Modal, Tenaga kerja, Luas kandanga.
Dependent Variable: Perkembangan usahab.
Coefficientsa
,491 ,236 2,085 ,042
,246 ,040 ,236 6,170 ,000 ,946 ,657 ,090 ,145 6,879
-,065 ,026 -,050 -2,521 ,015 ,643 -,336 -,037 ,542 1,846
,870 ,041 ,806 20,980 ,000 ,990 ,948 ,306 ,144 6,944
(Constant)
Luas kandang
Tenaga kerja
Modal
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig. Zero-order Partial Part
Correlations
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Perkembangan usahaa.
Lampiran 3
74
Coefficient Corre lationsa
1,000 -,191 -,861
-,191 1,000 -,165
-,861 -,165 1,000
,002 ,000 -,001
,000 ,001 ,000
-,001 ,000 ,002
Modal
Tenaga kerja
Luas kandang
Modal
Tenaga kerja
Luas kandang
Correlations
Covariances
Model
1
Modal Tenaga kerja
Luas
kandang
Dependent Variable: Perkembangan usahaa.
Collinearity Diagnosticsa
3,980 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00
,018 14,845 ,00 ,00 ,62 ,00
,002 42,599 ,02 ,28 ,35 ,00
,000 250,770 ,98 ,72 ,04 1,00
Dimension
1
2
3
4
Model
1
Eigenvalue
Condition
Index (Constant)
Luas
kandang Tenaga kerja Modal
Variance Proportions
Dependent Variable: Perkembangan usahaa.
Res iduals Statisticsa
7,6930 8,9809 8,0767 ,22809 54
-1,682 3,964 ,000 1,000 54
,003 ,022 ,006 ,003 54
7,6893 8,9464 8,0779 ,22496 54
-,04475 ,05907 ,00000 ,02364 54
-1,838 2,427 ,000 ,971 54
-1,921 3,055 -,012 1,054 54
-,10790 ,09360 -,00124 ,03062 54
-1,976 3,354 -,009 1,083 54
,032 43,731 2,944 6,312 54
,000 4,145 ,116 ,588 54
,001 ,825 ,056 ,119 54
Predicted Value
Std. Predicted Value
Standard Error of
Predicted Value
Adjusted Predic ted Value
Residual
Std. Residual
Stud. Res idual
Deleted Residual
Stud. Deleted Res idual
Mahal. Distance
Cook's Dis tance
Centered Leverage Value
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Perkembangan usahaa.
75
Charts
76
77
Frequencies
Statistics
54 54 54 54
0 0 0 0
699,1296 11,2037 116678880 142905932
635,0000 11,0000 103557625 123107460
650,00 12,00 45130500,0a 62254080,0a
250,00 5,00 45130500,0 48636000,0
3948,00 48,00 729450000 1,090E+09
37753,00 605,00 6,301E+09 7,717E+09
Valid
Missing
N
Mean
Median
Mode
Minimum
Maximum
Sum
Luas
kandang Tenaga kerja Modal
Perkemban
gan usaha
Multiple modes ex is t. The smallest value is show na.
Frequency Table
Tenaga kerja
2 3,7 3,7 3,7
8 14,8 14,8 18,5
5 9,3 9,3 27,8
1 1,9 1,9 29,6
3 5,6 5,6 35,2
6 11,1 11,1 46,3
5 9,3 9,3 55,6
11 20,4 20,4 75,9
6 11,1 11,1 87,0
2 3,7 3,7 90,7
2 3,7 3,7 94,4
1 1,9 1,9 96,3
1 1,9 1,9 98,1
1 1,9 1,9 100,0
54 100,0 100,0
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
10,00
11,00
12,00
13,00
15,00
16,00
20,00
22,00
48,00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
78
Luas kandang
1 1,9 1,9 1,9
2 3,7 3,7 5,6
2 3,7 3,7 9,3
2 3,7 3,7 13,0
1 1,9 1,9 14,8
1 1,9 1,9 16,7
1 1,9 1,9 18,5
1 1,9 1,9 20,4
2 3,7 3,7 24,1
1 1,9 1,9 25,9
2 3,7 3,7 29,6
1 1,9 1,9 31,5
1 1,9 1,9 33,3
1 1,9 1,9 35,2
1 1,9 1,9 37,0
1 1,9 1,9 38,9
1 1,9 1,9 40,7
1 1,9 1,9 42,6
1 1,9 1,9 44,4
1 1,9 1,9 46,3
2 3,7 3,7 50,0
1 1,9 1,9 51,9
3 5,6 5,6 57,4
1 1,9 1,9 59,3
1 1,9 1,9 61,1
1 1,9 1,9 63,0
2 3,7 3,7 66,7
1 1,9 1,9 68,5
1 1,9 1,9 70,4
1 1,9 1,9 72,2
1 1,9 1,9 74,1
1 1,9 1,9 75,9
1 1,9 1,9 77,8
1 1,9 1,9 79,6
1 1,9 1,9 81,5
1 1,9 1,9 83,3
2 3,7 3,7 87,0
1 1,9 1,9 88,9
1 1,9 1,9 90,7
2 3,7 3,7 94,4
1 1,9 1,9 96,3
1 1,9 1,9 98,1
1 1,9 1,9 100,0
54 100,0 100,0
250,00
260,00
300,00
320,00
328,00
340,00
350,00
360,00
380,00
421,00
450,00
465,00
490,00
505,00
535,00
550,00
570,00
590,00
600,00
628,00
630,00
640,00
650,00
658,00
690,00
700,00
720,00
730,00
760,00
780,00
800,00
810,00
815,00
821,00
850,00
853,00
910,00
950,00
1100,00
1200,00
1260,00
1316,00
3948,00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
79
Modal
1 1,9 1,9 1,9
1 1,9 1,9 3,7
1 1,9 1,9 5,6
1 1,9 1,9 7,4
1 1,9 1,9 9,3
1 1,9 1,9 11,1
1 1,9 1,9 13,0
1 1,9 1,9 14,8
1 1,9 1,9 16,7
1 1,9 1,9 18,5
1 1,9 1,9 20,4
1 1,9 1,9 22,2
1 1,9 1,9 24,1
1 1,9 1,9 25,9
1 1,9 1,9 27,8
1 1,9 1,9 29,6
1 1,9 1,9 31,5
1 1,9 1,9 33,3
1 1,9 1,9 35,2
1 1,9 1,9 37,0
1 1,9 1,9 38,9
1 1,9 1,9 40,7
1 1,9 1,9 42,6
1 1,9 1,9 44,4
1 1,9 1,9 46,3
1 1,9 1,9 48,1
1 1,9 1,9 50,0
1 1,9 1,9 51,9
1 1,9 1,9 53,7
1 1,9 1,9 55,6
1 1,9 1,9 57,4
1 1,9 1,9 59,3
1 1,9 1,9 61,1
1 1,9 1,9 63,0
1 1,9 1,9 64,8
1 1,9 1,9 66,7
1 1,9 1,9 68,5
1 1,9 1,9 70,4
1 1,9 1,9 72,2
1 1,9 1,9 74,1
1 1,9 1,9 75,9
1 1,9 1,9 77,8
1 1,9 1,9 79,6
1 1,9 1,9 81,5
1 1,9 1,9 83,3
1 1,9 1,9 85,2
1 1,9 1,9 87,0
1 1,9 1,9 88,9
1 1,9 1,9 90,7
1 1,9 1,9 92,6
1 1,9 1,9 94,4
1 1,9 1,9 96,3
1 1,9 1,9 98,1
1 1,9 1,9 100,0
54 100,0 100,0
45130500,00
48414500,00
50624250,00
55180000,00
55603500,00
55751500,00
57972000,00
58900000,00
59192500,00
60114750,00
61234000,00
62405000,00
67723500,00
68825000,00
72457525,00
75118750,00
77349250,00
80130625,00
82628250,00
84739625,00
91183750,00
91335000,00
94200000,00
95732750,00
96202250,00
102383750,00
102945000,00
104170250,00
104414250,00
105211700,00
106316250,00
107453750,00
112015250,00
112400000,00
119525000,00
119937500,00
120282000,00
120380000,00
122927000,00
127369500,00
129642000,00
131462500,00
132381525,00
133586250,00
139300000,00
146942750,00
151150000,00
153125000,00
164975000,00
177539500,00
194175000,00
238350000,00
242700000,00
729450000,00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
80
Perkembangan usaha
1 1,9 1,9 1,9
1 1,9 1,9 3,7
1 1,9 1,9 5,6
1 1,9 1,9 7,4
2 3,7 3,7 11,1
1 1,9 1,9 13,0
1 1,9 1,9 14,8
1 1,9 1,9 16,7
1 1,9 1,9 18,5
1 1,9 1,9 20,4
1 1,9 1,9 22,2
1 1,9 1,9 24,1
1 1,9 1,9 25,9
1 1,9 1,9 27,8
1 1,9 1,9 29,6
1 1,9 1,9 31,5
1 1,9 1,9 33,3
1 1,9 1,9 35,2
1 1,9 1,9 37,0
1 1,9 1,9 38,9
1 1,9 1,9 40,7
1 1,9 1,9 42,6
1 1,9 1,9 44,4
1 1,9 1,9 46,3
1 1,9 1,9 48,1
1 1,9 1,9 50,0
1 1,9 1,9 51,9
2 3,7 3,7 55,6
1 1,9 1,9 57,4
1 1,9 1,9 59,3
1 1,9 1,9 61,1
1 1,9 1,9 63,0
1 1,9 1,9 64,8
1 1,9 1,9 66,7
2 3,7 3,7 70,4
1 1,9 1,9 72,2
1 1,9 1,9 74,1
1 1,9 1,9 75,9
1 1,9 1,9 77,8
1 1,9 1,9 79,6
1 1,9 1,9 81,5
1 1,9 1,9 83,3
1 1,9 1,9 85,2
1 1,9 1,9 87,0
1 1,9 1,9 88,9
1 1,9 1,9 90,7
1 1,9 1,9 92,6
1 1,9 1,9 94,4
1 1,9 1,9 96,3
1 1,9 1,9 98,1
1 1,9 1,9 100,0
54 100,0 100,0
48636000,00
50581440,00
54490800,00
58363200,00
62254080,00
62874000,00
66144960,00
68090400,00
70035840,00
72727200,00
74850000,00
79640400,00
79800000,00
86713200,00
87544800,00
88233180,00
97454700,00
102694200,00
104895000,00
105837900,00
110890080,00
115269000,00
116726400,00
117514500,00
122173632,00
122562720,00
123652200,00
126453600,00
132012000,00
132035400,00
134235360,00
136227000,00
140071680,00
144518400,00
146706000,00
147000000,00
150897600,00
155635200,00
157580640,00
159280800,00
163472400,00
172065180,00
176400000,00
177035040,00
190867500,00
202095000,00
224000000,00
230538000,00
266466000,00
275448000,00
1089816000,00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent