faktor-faktor yang mempengaruhi capital...

121
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CAPITAL ADEQUACY RATIO(CAR) PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA PERIODE MARET 2009 DESEMBER 2011 Oleh: FITRIA SAKINAH NIM: 108084000046 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

Upload: others

Post on 14-Mar-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CAPITAL ADEQUACY RATIO(CAR)

PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA PERIODE MARET 2009 – DESEMBER 2011

Oleh:

FITRIA SAKINAH

NIM: 108084000046

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Fitria Sakinah

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 16 April 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jln. Oscar 4 Rt 06/02 No. A41 Bambu Apus -

pamulang

Agama : Islam

Email : [email protected]

PENDIDIKAN

TK Aisyiah 083 (1995-1996)

SDN Bambu Apus II (1996-2002)

MTS Al – Ikhsan (2002-2005)

SMA Muhammadiyah 8 Ciputat (2005-2008)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008-2013)

ii

Abstract

This research aims to analyze the influence of Return On Assets (ROA),

Financing to Deposite Ratio (FDR), the exchange rate of the Rupiah and inflation of

Capital Adequacy Ratio (CAR). The analysis is performed using data monthly time

published by Bank Indonesia in the study period of March 2009 – December 2011.

The methods used in this research is the Ordinary Least Square (OLS) in

Eviews 6. The results of this study indicate that the variable ROA, FDR, and inflation

has significant effects on the CAR. While the Rupiah exchange rate do not affect

significantly the CAR in syariah bank in Indonesia.

The results of this research show that ROA, FDR, and inflation is a significant

effect of partial CAR Islamic banks in Indonesia period March 2009 - December

2011 with all probability value smaller than 0.05. While exchange rates are a partial

value for the probability is greater than 0.05 indicated the absence of effect on the

CAR. While simultaneously ROA, FDR, the exchange rate and inflation proved to be

of significant influence to the CAR. The coefficient of determination of the regression

models showed that a change in variable CAR 70,72% caused by the four variables

are examined, while the rest 29,28% is affected by other factors that are not

incorporated into the model of research.

Keyword : Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA), Financing to

Deposite Ratio (FDR), exchange rate of the Rupiah and inflation.

iii

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Return On Assets

(ROA), Financing to Deposite Ratio (FDR), Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi terhadap

Capital Adequacy Ratio (CAR). Analisis dilakukan dengan menggunakan data runtun

waktu bulanan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dalam penelitian periode

Maret 2009 – Desember 2011.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square

(OLS) pada program Eviews 6. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel

ROA, FDR, dan Inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR.

Sedangkan Nilai Tukar Rupiah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap CAR

pada bank syariah di Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ROA,FDR,dan Inflasi secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap CAR bank syariah di Indonesia periode Maret 2009

– Desember 2011 dengan nilai probabilitasnya kesemuanya lebih kecil dari 0,05.

Sedangkan Nilai Tukar secara parsial memiliki nilai probabilitasnya lebih besar dari

0,05 dinyatakan tidak adanya pengaruh terhadap CAR. Sementara secara bersama-

sama ROA,FDR,Nilai Tukar dan Inflasi terbukti berpengaruh signifikan terhadap

CAR. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa dalam model regresi sebesar

70,72% perubahan variable CAR disebabkan oleh keempat variable yang diteliti,

sedangkan sisanya 29,28% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke

dalam model penelitian.

Kata kunci : Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA), Financing

to Deposite Ratio (FDR), Nilai Tukar Rupiah, Inflasi.

iv

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT dengan segala

kesempurnaan-Nya yang telah menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya dan

kita sebagai manusia yang menjadi salah satu ciptaan-Nya yang telah sangat

sempurna dan mulia dilahirkan di dunia ini, Allah SWT yang telah melimpahkan

berkah dan karunia-Nya kepada penulis serta menganugerahkan kecerdasan dan

kemampuan berpikir khususnya kepada penulis, sehingga sampai saat ini penulis

mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan ikhlas dengan harapan dapat

memberikan manfaat yang luas bagi banyak pihak. Shalawat serta salam tidak lupa

untuk selalu diserukan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah

membawa ajaran agama Islam hingga sampai kepada kita semua.

Penulisan skripsi ini penulis lakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini jika tanpa

bimbingan dan bantuan berbagai pihak dari mulai periode perkuliahan sampai pada

penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Oleh karena itu, izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak terkait yang berjasa bagi penulis dalam hidup

penulis dan dalam penyusunan skripsi ini, yang terdiri dari:

v

1. Bapak dan Ibuku tercinta, terima kasih banyak untuk segala curahan kasih

sayang yang tulus baik moril maupun materil serta doa yang selalu

mengiringi langkahku untuk mencapai cita-cita yang aku impikan.

Terlebih buat ibu yang selalu sabar menghadapi cobaan dan tetap tegar

menghadapi hidup. Insyaallah aku akan berusaha semaksimal mungkin

untuk menjadi orang sukses dunia dan akhirat seperti yang bapak dan ibu

harapkan.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membuat Fakultas

Ekonomi menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis lebih maju lagi.

3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, M.M, Bapak Indoyama Nasarudin, S.E.,

M.AB, dan Herni Ali HT, SE, MM selaku pembantu dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.

4. Bapak Dr. Lukman M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan yang telah memberikan kontribusi yang besar kepada

pendidikan khususnya di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochammad Aziz, M.M selaku dosen

pembimbing I, terima kasih banyak atas kemudahan dan didikan yang

bapak berikan bapak kepadaku.

6. Bapak Yoghi Citra Pratama, Msi, selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan, semangat, dan selalu menasehati agar aku

vi

selalu rajin dalam beribadah kepada Allah SWT serta memberikan banyak

ilmu yang bermanfaat demi selesainya Skripsi ini dengan baik.

7. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan

ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi saya dan untuk kemajuan FEB UIN

Syahid Jakarta, serta staf karyawan yang telah memberikan pelayanan

kepada setiap mahasiswa.

8. Kelima kakak ku yang sangat luar biasa dan sangat aku sayangi. Kaka

haden yang sudah mau meminjamkan laptopnya, kaka lundi yang selalu

menghiburku disaat aku stress, kaka dika yang tintanya selalu aku

habiskan untuk mengeprint Skripsi, kaka tia yang sudah rela

menggantikan tugasku dirumah jika aku sedang sibuk dikampus, dan

kakaku tercinta fauzia kharisma yang selalu mendengarkan keluh kesahku

dan selalu memberikan solusi sehingga semua kebutuhan untuk membuat

skripsi ini semua terpenuhi. Terimakasih banyak atas doa dan

dukungannya, kalian yang selalu bisa menjadi pemecah stress disaat aku

mengalami kebuntuan dalam mengerjakan Skripsi.

9. Terima kasih banyak untuk Daniel Febyan yang setia menemaniku baik

disaat senang maupun sedih. Disaat aku patah semangat kamu selalu

menghibur dan memberiku motivasi.

10. Sahabat-sahabat terbaikku Nini,Caya,Feline,Kifil,Dyan,Nuning yang

senantiasa mewarnai hari-hari kelamku dengan penuh canda dan tawa.

vii

Selalu memberi nasehat dan dukungan yang super untuk menambah

semangat saya dalam mengerjakan skripsi ini.

11. Teman-teman terbaikku Apraw,Oki,Yanti,Iqbal,Adha,Veni yang selalu

berbagi ilmu dan membantu apa yang saya belum pahami. Semoga kita

sukses dan dapat mencapai cita-cita yang diimpikan.

12. Sahabat SMA ku cici meli,mba ninik,caca marica,dan pupu terima kasih

sudah meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesahku,

menghapus air mataku dengan senyuman.

13. Terima kasih untuk keluarga kedua saya dikampus Ladies Futsal UIN.

Pengalaman yang sangat berharga bisa bergabung bersama kalian,bermain

futsal sangatlah menghibur membuat otak fresh ketika sedang stress dalam

mengerjakan skripsi ini.

Masih dalam keterbatasan penulis, yang hanya manusia biasa. Maka penulis

memohon maaf dan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan

oleh penulis.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Jakarta, 14 mei 2013

Fitria Sakinah

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP i

ABSTRACT ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang ……………………………………………………………... 1

B. Perumusan Masalah ………………………………………………………… 10

C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………… 11

D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………….. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13

A. Bank Syariah ……………………………………………………………….. 13

1. Pengertian Bank Syariah ……………………………………………….. 13

2. Prinsip Bank Syariah ………………………………………………....... 15

B. PermodalanBank ………………………………………………………….. 15

C. Capital Adequacy Ratio (CAR) …..……………………………………….. 20

D. Return On Assets (ROA) ………………..…………………………………. 23

1. Pengertian ROA ………….……………………………………………. 23

2. Keterkaitan ROA dengan CAR ……………..…………………………. 25

E. Financing To Deposit Ratio ………………………..……………………… 26

1. Pengertian FDR ………………………………………………………… 26

2. Keterkaitan FDR dengan CAR ………...………………………………. 28

F. Nilai Tukar Rupiah (KURS) ……………………….……………………… 29

ix

1. Definisi Nilai Tukar Rupiah ………………………………..…………. 29

2. Teori Nilai Tukar Rupiah …...…………………………………………. 29

3. Keterkaitan Nilai Tukar Rupiah dengan CAR …...………..…………. 31

G. Inflasi ………………………………………………………………............ 32

1. Definisi Inflasi …………………………………………………….…... 32

2. Tingkat Inflasi ……………………………………………………..…... 32

3. Efek Inflasi ……………………………………………………………... 33

4. Penyebab Inflasi dalam Perspektif Islam ………………………….…... 36

5. Keterkaitan Inflasi dengan CAR ……………………………………... 37

H. Penelitian Terdahulu ………………………………………………………... 38

I. Kerangka Pemikiran ………………………………………………………... 42

J. Hipotesis ……………………………………………………………………. 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 47

A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………………….. 47

B. Jenis dan Sumber Data ………...…………………………………………… 47

C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 47

D. Metode Analisis Data ………………………………………………………. 48

1. Uji Normalitas………………………………………………………….. 49

2. Uji Stasioneritas ………………………………………………………... 50

a. Uji Akar Unit ……………………………………………………….. 50

b. Uji Derajat Integrasi ………………………………………………... 51

3. UjiAsumsiKlasik ……………………………………………………… 53

a. Uji Heteroskedastisitas ……………………………………………... 53

b. Uji Autokorelasi ……………………………………………………. 54

c. Uji Multikolinieritas ………………………………………………... 55

4. UjiStatistik…….. ……………………………………………………… 55

a. Uji t-statistik (UjiParsial) ………………………………………….. 55

b. Ujif-statistik (UjiSimultan) ……………………………...………... 57

5. Uji Koefisien Determinan (R2) …………………….………………….. 58

x

E. Operasional Variabel Penelitian ……………………………………………. 60

1. Variabel Dependen (Y) ………………………………………………… 60

2. Variabel Independen (X) …………………………………………….. 60

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN 62

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ………………………………... 62

1. Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) ………………………. 62

2. Perkembangan Return On Assets (ROA) ………………....………….. 63

3. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) ……….…………... 65

4. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ………………..…………………... 67

5. Perkembangan Tingkat Inflasi ………………………………………..... 68

B. Hasil dan Analisis Pembahasan …………………………………………….. 71

1. Uji Normalitas ………………………………………………………......71

2. Uji Stasioneritas ………………………………………………………....72

a. Uji Akar Unit ...………………………………………………….......72

b. Uji Derajat Integrasi …...……………………………………………73

3. Uji Asumsi Klasik ……………………………………………………….74

a. Uji Heteroskedastisitas ……………………………………………...74

b. Uji Autokorelasi ……………………………………………………..75

c. Uji Multikolinieritas …………………………………………….......76

4. Uji Statistik………………………………………………………………77

c. Uji t-statistik (UjiParsial) ……………………………………………78

d. Ujif-statistik (UjiSimultan) ……………………………...………......80

5. Uji Koefisien Determinan (R2) …………………….…………………...80

6. Analisi Ekonomi ………………………………………………………...81

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 85

A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 85

B. Implikasi ……………………………………………………………….….. 86

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 87

LAMPIRAN ……………………………………………………………………… 88

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

Tabel1.1 Perkembangan CAR,ROA,FDR,KursdanInflasi 6

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 40

Tabel 4.1 Uji Normalitas Jarque-Bera 71

Tabel 4.2 Uji Akar Unit ADF Pada Tingkat Level 72

Tabel 4.3 Uji Akar Unit ADF Pada first difference 73

Tabel 4.4 Hasil Heteroskedasticity Test: White 74

Tabel 4.5 Hasil RegresiLM-Test 75

Tabel 4.6 Hasil Uji Correlation Matrix 76

Tabel 4.10 Hasil Regresi 76

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

Gambar 2.1 KerangkaPemikiran 44

Gambar 4.1 Perkembangan CAR Bank Syariah di Indonesia 61

Gambar 4.2 Perkembangan ROA Bank Syariah di Indonesia 63

Gambar 4.3 Perkembangan FDR Bank Syariah di Indonesia 65

Gambar 4.4 Perkembangan KURS Bank Syariah di Indonesia 66

Gambar 4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia 68

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

Lamp. 1 Data Variabel Penelitian 85

Lamp. 2 Uji Normalitas 86

Lamp. 3 Uji Stasioneritas CAR tingkat Level 87

Lamp. 4 Uji Stasioneritas ROA tingkat Level 88

Lamp.5 Uji Stasioneritas FDR tingkat Level 89

Lamp. 6 Uji Stasioneritas LNKURS tingkat Level 90

Lamp. 7 Uji Stasioneritas INF tingkat Level 91

Lamp. 8 Uji DerajatIntegrasi CAR First Difference 92

Lamp. 9 Uji DerajatIntegrasi ROA First Difference 93

Lamp. 10 Uji DerajatIntegrasi FDR First Difference 94

Lamp.11 Uji DerajatIntegrasi LNKURS First Difference 95

Lamp. 12 Uji DerajatIntegrasi INF First Difference 96

Lamp. 13 Heteroskedasticity Test: White 97

Lamp. 14 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test 97

Lamp. 15 UjiCorrelation Matrix 97

Lamp. 16 HasilRegresi 98

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan bank sangat dibutuhkan dalam suatu negara karena

merupakan alat penyeimbang dalam suatu sistem keuangan yang selama ini

diterapkan di seluruh negara termasuk diIndonesia.Karena pembangunan ekonomi

di suatu negara sangat bergantung kepada dinamika perkembangan dan kontribusi

nyata dari sektor perbankan (Levine 2010:42).Memelihara kestabilan moneter

salah satunya bisa dilakukan dengan mengatur perputaran uang di masyarakat

melalui peranan bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary). Fakta

menunjukkan bahwa dewasa ini hampir semua sektor yang berkaitan dengan

kegiatan keuangan membutuhkan jasa bank (Kasmir, 2002:1-2) sehingga peran

sebagai perantara keuangan yang dimiliki oleh bank dengan melakukan

penghimpunan dan penyaluran dana juga akan menunjang kelancaran aktivitas

perekonomian (Totok,dkk 2000:7). Peranan bank yang sangat besar dan penting

ini akan dapat benar-benar terwujud tentunya dengan dukungan pihak-pihak yang

terkait dengan bank, tidak terkecuali individu-individu di masyarakat sebagai

calon pengguna jasa bank.

Menurut Mishkin (1998:226) fungsi utama bank dalam suatu

perekonomian adalah untuk memobilisasi dana masyarakat, dengan secara tepat

dan cepat menyalurkan dana tersebut pada penggunaan atau investasi yang efektif

dan efisien. Fungsi seperti itu dapat dikatakan sebagai “aliran darah” bagi

perkembangan perekonomian dalam peningkatan standar taraf hidup.Sedangkan

2

pengertian bank umum menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998, "Bank

Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran".

Dalam menciptakan perbankan yang sehat, Bank Indonesia telah

mengeluarkan program Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Arsitektur

Perbankan Indonesia adalah Kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang

bersifat menyeluruh dan memberi arah , bentuk dan tatanan industri perbankan

untuk rentang waktu 5 s/d 10 tahun kedepan. API jadi sangat dibutuhkan dalam

rangka memperkuat dasar-dasar industri perbankan.Krisis 1997 menunjukkan

bahwa industri perbankan secara umum dan BI sebagai pengawas belum

kokoh.API adalah program restrukturisasi perbankan pasca International

Monetery Fund (IMF). BI mulai implementasikan API sejak 9 Januari 2004 dan

dijalankan secara bertahap s/d 2013 (10 Tahun) sebagai suatu kerangka

menyeluruh arah kebijakan pengembangan industri perbankan Indonesia ke

depan. API bertujuan untuk memperkuat permodalan bank dalam rangka

meningkatkan kemampuan bank dalam mengelola usaha maupun risiko guna

mendukung peningkatan kapasitas pertumbuhan kredit perbankan.Dengan

demikian, aspek permodalan merupakan aspek penting yang perlu mendapatkan

perhatian yang serius dari manajemen bank.

Brigham (2005:547) menyatakan struktur modal merupakan salah satu

bagian yang sangat penting dalam prosespengambilan keputusan keuangan,

karena memiliki hubungan timbal balik terhadap keputusanvariabel-variabel

3

keuangan lainnya.Indikator modal merupakan urat nadi perbankan oleh karenanya

kriteria pengukuran kesehatan dan kinerja bank menjadi hal yang esensial untuk

diperhatikan oleh pihak manajemen.Kriteria rasio modal haruslah di kedepankan

mengingat industri perbankan adalah industri yang dalam kegiatan usahanya

mengandalkan kepercayaan masyarakat.Sudah menjadi lazim bagi masyarakat

untuk melihat kesehatan bank melalui aspek permodalan dan atas dasar itulah

masyarakat dapat membangun kepercayaan untuk menyerahkan dananya pada

perbankan. Mengingat citra perbankan nasional yang semakin pudar di mata

masyarakat dikarenakan banyaknya kasus-kasus penyelewengan dana nasabah

oleh pihak manajemen bank sehingga hal ini menambah daftar ketidakpercayaan

masyarakat terhadap bank.

Mengingat pentingnya modal pada bank, pada tahun 1988 Bank for

International Settlements (BIS) mengeluarkan suatu konsep kerangka permodalan

yang lebih dikenal dengan The 1988 Accord (Basel I).Sistem ini dibuat sebagai

penerapan kerangka pengukuran bagi risiko kredit, dengan mensyaratkan standar

modal minimum adalah 8%. Sejalan dengan semakin berkembangnya produk-

produk yang ada di dunia perbankan, BIS kembali menyempurnakan kerangka

permodalan yang ada pada The 1988 Accord dengan mengeluarkan konsep

permodalan baru yaitu The New Basel Capital Accord/Agreement yang lebih

dikenal dengan Basel II. Basel II di Indonesia merupakan bagian dari tahapan

Arsitektur Perbankan Indonesia yang dijalankan untuk periode tahun 2004-2013.

Basel II dibuat berdasarkan struktur dasar The 1988 Accord yang

memberikan kerangka perhitungan modal yang bersifat lebih sensitif terhadap

4

risiko (risk sensitive) serta memberikan insentif terhadap peningkatan kualitas

penerapan manajemen risiko di bank. Pada Basel Accord II cara perhitungan

besarnya permodalan yang wajib dipertahankan oleh suatu bank adalah dengan

langsung menghubungkannya dengan unsur-unsur risiko yang melekat di

dalamnya. Unsur-unsur risiko tersebut meliputi unsur risiko pasar, unsur risiko

kredit, unsur risiko operasional.Sehingga hasilnya adalah perhitungan modal bank

yang lebih sensitif terhadap risiko (risk sensitive capital allocation). Dengan risk

sensitivity, perbankan menjadi lebih peka dalam mengendalikan risk-based

capital-nya sesuai dengan regulasi berbasis risiko yang ditetapkannya.

Demikianlah selanjutnya melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/12/PBI/2003

telah ditegaskan kembali apa yang harus dipenuhi bank umum dalam menerapkan

risk management khususnya menyangkut persyaratan permodalan bank. Adapun

peraturan tersebut mengacu pada pelaksanaan persyaratan modal sesuai dengan

ketentuan yang dimuat dalam Basel Accord II.

Kinerja manajemen bank dalam mengelola permodalan dapat dilihat

melalui rasio keuangan yang salah satu diantarannya adalah Capital

AdequacyRatio (CAR) yang merupakan indikator terhadap kemampuan bank

untuk mengcover atau menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari

kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva produktif yang berisiko.

Besarnya CAR yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia untuk bank-bank yang

beroperasi di Indonesia adalah sebesar minimum 8%. Besar kecilnya CAR yang

dimiliki oleh sebuah bank akan dapat dipengaruhi oleh kinerja aspek keuangan

5

lainnya yaitu aspek likuidatas, aspek kualitas aktiva, aspek sensitivitas terhadap

pasar, aspek profitabilitas(Prasnanugraha, 2007:15).

Kegagalan suatu perusahaan khususnya yang bergerak dalam bidang

perbankan dapat dilihat dan diukur antara lain melalui kinerja keuangan, yaitu

dengan cara menganalisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan

merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi yang berkaitan

dengan posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai

sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang akan diterapkan. Dengan

melakukan analisis laporan keuangan yang baik, maka bank dapat lebih optimal

dalam penyusunan rencana strategis ke depannya dalam kaitannya dengan

minimalisasi risiko keuangan.Meskipun aspek keuangan menjadi aspek yang

sangat dominan dalam pengukuran kinerja dan kesehatan bank namun aspek non

finansial juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengukuran kinerja

bank. (Yansen, 2008:18).

Kinerja bank yang menurun akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat

karena pada dasarnya bank merupakan industri yang dalam menjalankan usahanya

memerlukan kepercayaan masyarakat sehingga kesehatan bank harus

diperhatikan. Penilaian terhadap rasio permodalan yang lazim digunakan untuk

mengukur kesehatan bank yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR) yang didasarkan

pada rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang menurut Resiko (ATMR). Sejak

periode krisis sampai saat ini CAR menjadi acuan utama dalam menentukan

kesehatan bank, dimulai dari minimum sebesar 4% pada periode awal terjadinya

krisis, persyaratan besaran minimum CAR telah ditingkatkan secara bertahap dan

6

sejak awal tahun 2001, Bank Indonesia menetapkan CAR sebesar 8% (Masyhud,

2006:264).

CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi

penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian – kerugian bank yang di

sebabkan oleh aktiva yang berisiko. Menurut Dendawijaya (2000 : 122) adalah

“Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung

risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut di biayai

dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana dari sumber di luar

bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman, dan lain-lain.

Pemilihan variabel CAR sebagai variabel dependen dikarenakan CAR

merupakan indikator yang paling penting menurut Bank Indonesia dalam menjaga

tingkat kesehatan bank.CAR dipengaruhi oleh banyak faktor seperti rentabilitas

dan likuiditas. (Jumingan, 2008:239). Selama periode pengamatan (Maret 2009 –

Desember 2011)rata-rataCAR pada bank syariah di Indonesia sangatberfluktuasi

begitu juga dengan ROA, FDR, Nilai Tukar dan Inflasi yang nilainya juga

berfluktuatif. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1.1 dibawah ini :

Table 1.1

Perkembangan CAR, ROA, FDR, Kurs, Inflasi pada Bank Syariah

Indonesia

Tahun CAR

(persen)

ROA

(persen)

FDR

(persen)

KURS

(rupiah)

INFLASI

(persen)

2009 11,99 2,12 98,88 10,111 4,90

2010 14,66 1,67 94,37 9,049 5,13

2011 15,92 1,86 94,29 8,535 5,38

Sumber : DataBank Indonesia

7

Berdasarkan Tabel 1.1 tersebut menunjukkan bahwa perolehan rata-rata

CAR mengalami kenaikan setiap tahunnya yaitu sebesar 11,99% pada tahun 2009

lalu naik menjadi 14,66% pada tahun 2010 dan sedikit naik ditahun 2011 menjadi

15,92%.Melihat rata-rata rasio CAR pada bank syariah di Indonesia menunjukkan

bahwa rata-rata rasio CAR berada diatas 8% sehingga dapat dikatakan kondisi

permodalan pada bank syariah di Indonesia selama periode pengamatan (2009 –

2011) dalam kondisi yang sehat.

Begitu juga pada ROA, FDR, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi yang

kecenderungan nilainya fluktuatif, seperti yang dilihat pada tabel 1.1 bagaimana

nilai ROA pada tahun 2009 dari Rp. 2,12% turun menjadi 1,67 % pada tahun

2010 lalu meningkat lagi ditahu berikutnya menjadi 1,86 % pada tahun 2011. Hal

seperti ini juga terjadi pada FDR,Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi seperti yang

dapat dilihat pada tabel 1.1.

Dalam perjalanannya, rasio kecukupan modal (CAR) pada perbankan

syariah perlu memperhatikan faktor eksternal dan internal yang dapat

mempengaruhi kegiatan mereka.Hal tersebut diantaranya pengaruh faktor

eksternal berkaitan indikator moneter berupa kurs rupiah terhadap dollar.Kurs

dinilai berpengaruh terhadap kecukupan modal (CAR) karena jika rupiah terhadap

dollar menguat mengindikasikan banyak modal yang masuk ke Indonesia,

termasuk kedalam bank syariah.Maka jumlah modal yang diterima bank

menambah sehingga rasio kecukupan modal pun bertambah sehat. Hubungan

Nilai Tukar rupiah terhadap dollar terhadap CAR adalah positif. Begitu pula

dengan inflasi dapat dikatakan salah satu indikator yang berhubungan terhadap

8

kecukupan modal (CAR) karena dikala tingkat Inflasi sedang tinggi

kecenderungan harga barang-barang menjadi naik, maka pemerintah akan

menerapkan kebijakan moneter untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara

menaikkan suku bunga pada bank. Agar masyarakat cenderung menabungkan

uang mereka di bank daripada membelanjakan uang mereka, karena kepuasan dari

konsumsi akan sedikit yang diterima. Dengan masuknya dana masyarakat yang

dihimpun oleh bank akan semakin bagus tingkat kesehatan modal bank itu sendiri

dan nilainya akan jauh dari tingkat minimum.

Selain faktor eksternal, ada faktor internal juga yang harus diperhatikan

oleh bank syariah dalam memperhatikan kesehatan bank antara lain likuiditas dan

profitabilitas. Rasio Likuiditas merupakan salah satu faktor yang penting untuk

melihat kemampuan suatu Bank dalam melunasi kewajibannya.Likuiditas sangat

erat hubungannya dengan kepercayaan masyarakat, sehingga tiap Bank

diwajibkan memelihara tingkat likuiditasnya.Untuk mengukur tingkat Likuiditas

Bank dapat dihitung dengan menggunakan LDR, Sedangkan dalam perbankan

syariah tingkat likuditas perbankan syariah dapat dilihat dari Financing Deposit

Rasio (FDR). FDR secara pemahaman hampir sama dengan konsep LDR dimana

keduanya sama-sama befungsi untuk mengukur tingkat likuditas perbankan

dimana keduanya juga melihat rasio dari jumlah dana yang disalurkan dengan

rasio jumlah dana yang diterima, hanya saja FDR tidak menganut sistem bunga

dalam menyalurkan dana ataupun pembiayaannya. Hubungan FDR terhadap CAR

adalah positif.

9

Rasio profitabilitasmerupakan aspek untuk mengetahui kemampuan bank

dalam menghasilkan keuntungan. Penilaiannya dapat dilakukan dengan

menggunakan Rasio Return On Asset (ROA). Apabila menggunakan rasio ROA

maka hubungannya dengan CAR adalah positif, karena dengan meningkatnya

ROA maka laba bank meningkat, sehingga modal bank meningkat, dan akhirnya

CAR juga meningkat. (Artin, 2006:13)

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai dari CAR suatu bank, diantaranya adalah penelitian

Manullang (2002) yang menganalisis pengaruh rentabilitas terhadap rasio

kecukupan modal pada bank tabungan pensiunan. Demikian pula dengan

Shitawati (2006) yang menunjukkan bahwa enam rasio keuangan yaitu Return on

Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Loan to

Deposit Ratio (LDR), Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO), dan

Giro Wajib Minimum (GWM) mempunyai pengaruh terhadap nilai CAR pada

bank umum di Indonesia.

Dengan topik yang sama dan ada beberapa variabel yang berbeda

penelitian Rahayu (2008) juga menunjukkan bahwa beberapa rasio keuangan

seperti Financing To Deposit Ratio (FDR) dan Return On Equity(ROE)

mempengaruhi nilai CAR pada Bank Muamalatnamun tidak demikian halnya

dengan Nilai Tukar Valuta Asing yang tidak signifikan mempengaruhi CAR.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian melalui penulisan skripsi dengan judul “FAKTOR-

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CAPITAL ADEQUACY RATIO

10

PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA PERIODE MARET 2009 –

DESEMBER 2011”.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena

langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan

masalah pada dasarnya adalah merumuskan pertanyaan yang jawabannya

akandicari melalui penelitian berdasarkan seputar keadaanreturn on asset (ROA),

Financing To Deposit Ratio(FDR), Nilai Tukar Rupiah, dan Inflasiterhadap

Capital Adequacy Ratio(CAR) pada bank syariah di indonesia periode Maret 2009

sampai Desember 2011.

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, pembahasan yang akan

dilakukan dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh Return on Asset(ROA) secara parsial terhadap

CAR periode Maret 2009 – Desember2011 ?

2. Apakah terdapat pengaruh Financing to Deposit Ratio secara parsial

terhadap CARperiode Maret 2009 – Desember 2011?

3. Apakah terdapat pengaruh inflasi secara parsial terhadap CAR periode

Maret 2009 – Desember 2011?

4. Apakah terdapat pengaruh nilai tukar rupiah secara parsial terhadap CAR

periode Maret 2009 – Desember 2011?

5. Apakah terdapat pengaruh ROA,FDR,Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi

secara simultan terhadap CAR periode Maret 2009 – Desember 2011?

11

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan padaperumusan masalah diatas, makatujuan

dilaksanakanpenelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh Return on Assetsecara parsial terhadap CAR

periode Maret 2009 – Desember 2011

2. Menganalisis pengaruh Financing to Deposit Ratiosecara parsialterhadap

CAR periode Maret 2009 – Desember 2011?

3. Menganalisis pengaruh Inflasisecara parsial terhadap CAR periode Maret

2009 – Desember 2011

4. Menganalisis pengaruh Nilai Tukar Rupiah secara parsial terhadap CAR

periode Maret 2009 – Desember 2011

5. Menganalisis pengaruh ROA,FDR,Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi secara

simultan terhadap CAR periode Maret 2009 – Desember 2011

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Mahasiswa :

1. Dapat memberikan wawasan atau pengetahuan mengenai pola

hubungan Return On Asset(ROA), Financing To Deposit Ratio

(FDR),Nilai Tukar Rupiah , dan Inflasi terhadap Capital

Adequacy Ratio (CAR) pada bank syariah di indonesia periode

Maret 2009 sampai Desember 2011.

2. Memperoleh kesempatan untuk menerapkan pengetahuan

teoritis yang diperoleh saat perkuliahan dalam berbagai kasus

riil di dunia kerja.

12

a. Bagi Praktisi Lembaga-Lembaga Keuangan

Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para

praktisi lembaga pemberdayaan umat serta praktisi lembaga-

lembaga keuangan, khususnya perbankan syariah tentang otoritas

perbankan syariah dan segala bentuk lembaga usaha syariah

lainnya.

b. Bagi Pemerintah

Sebagai sumbangan pemikiran bagi para pengambil

keputusan atau kebijakan perekonomian, agar apabila mengambil

kebijakan perkonomian terutama mengenai kebijakan moneter

lebih mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

likuiditas perbankan syariah.

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perbankan Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Definisi Bank Syariah menurut Muhammad (2000 :62) adalah bank

yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau

biasa disebut dengan Bank tanpa bunga adalah lembaga keuangan/

perbankan yang opersional dan produknya dikembangkan berlandaskan

pada Al-Qur‟an dan hadits Nabi Muhammad SAW atau dengan kata lain,

bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan

pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta

peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip

Syariat Islam.

Pengertian Bank Syariah menurut Ensiklopedia Islam adalah

lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa

dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya

disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam.(Sumitro, 1997:

5).Perbankan syariah adalah suatu system perbankan yang di kembangkan

berdasarkan syariah (hukum islam). Usaha pembantukan system ini

didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun

menjamin dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan

investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram, dimana hal ini

tidak dijamin oleh system perbankan konvensional. (Inggrid, 2009:12)

14

Dalam syariat Islam dijelaskan bahwa praktek riba adalah haram

hukumnya.Oleh karena itu, bank syariah berusaha menerapkan sistem bagi

hasil dan jual beli dalam kegiatan operasinya sesuai dengan prinsipnya

yang tidak menggunakan sistem bunga.Pada undang-undang nomer 10

tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Th. 1992 tentang perbankan pasal

(1) disebutkan bahwa: Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan

hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau

pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai

dengan syariah, antara lain: pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil

(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal

(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa

murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan

kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain

(ijarah wa iqtina’).

Pada undang-undang nomer 21 tahun 2008 tentang perbankan

syariah yaitu Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut

tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan,

kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usahanya. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa bank syariah

adalah suatu bentuk perbankan yang dalam melaksanakan kegiatan

oprasionalnya baik dalam kegiatan penghimpunan dan maupun penyaluran

dan berdasarkan pada prinsip syariah.

15

2. Prinsip Bank Syariah

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam

antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan

kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.

Bank Syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan

mengembangkan penerapan prinsip-prinsip islam ke dalam transaksi

keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip utama yang

diikuti oleh bank islami itu adalah (Rodoni, 2009:123) :

a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi

b. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan

keuntungan yang sah.

c. Memberikan zakat.

B. Permodalan Bank

MenurutHasibuan (2006:61). Modal Sendiri Bank adalah sejumlah

uang tunai yang telah disetorkan pemilik dan sumber-sumber lainnya yang

berasal dari dalam bank itu sendiri.Komponen modal dalam perbankan

umumnya terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.Kedua komponen

tersebut antara lain sebagai berikut :

1. modal Inti

Modal Inti adalah jenis modal yang terdapat dalam komponen

modal dan merupakan bagian terpenting dalam bank.Apabila terdapat

goodwill maka perhitungan atas jumlah seluruh modal inti harus dikurangi

dengan goodwill tersebut. Modal inti terdiri atas:

16

a. Modal disetor

Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh

pemiliknya (pemegang saham).Bagi bank yang berbadan hukum

koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok dan simpanan

wajib anggotanya.

b. Agio saham

Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh

bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

c. Cadangan umum

Cadangan umum adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan

laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat

persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau rapat

anggota sesuai anggaran dasar masing-masing.

d. Cadangan tujuan

Cadangan tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang

disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan dari

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota

e. Laba ditahan

Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak, yang

oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota

diputuskan untuk tidak dibagikan.

f. Laba tahun lalu

17

Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah

dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota.Jumlah laba

tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar

50%.Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh

kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

g. Laba tahun berjalan

Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku

berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak.Jumlah laba tahun buku

berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar

50%.Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh

kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

h. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya

dikonsolidasikan (minority interest)

Bagian kekayaan bersih tersebut adalah bagian kekayaan bersih anak

perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan, yaitu modal inti anak

perusahaan setelah dikompensasikan dengan nilai penyertaan bank pada anak

perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan anak perusahaan adalah bank lain,

lembaga keuangan atau lembaga pembiayaan (Lembaga Keuangan Bukan Bank /

LKBB) yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank.

2. Modal Pelengkapan

18

Modal pelengkap terdiri dari cadangan-cadangan yang dibentuk

tidak dari laba setelah pajak, serta pinjaman yang sifatnya dapat

dipersamakan dengan modal. Secara rinci, modal pelengkap dapat berupa:

a. Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap

Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk

dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat

persetujuan Direktorat Jenderal Pajak.

b. Cadangan / Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif adalah cadangan yang

dibentuk dengan cara membebani laba-rugi tahun berjalan, dengan

maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai

akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva

produktif. Dalam kategori cadangan ini termasuk cadangan piutang

ragu-ragu dan cadangan penurunan nilai surat-surat berharga.Jumlah

cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan yang dapat

diperhitungkan sebagai komponen modal pelengkap adalahmaksimum

sebesar 12.5% dari jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

(ATMR).

c. Modal Kuasi

Modal kuasi yang menurut Bank for International Settlement (BIS)

disebut hybrid (debt/equity) capital instrument adalah modal yang

didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti

modal atau hutang yang mempunyai ciri-ciri:

19

1. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan

dengan modal (subordinated) dan telah dibayar penuh.

2. Tidak dapat dilunasi/ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa

persetujuan Bank Indonesia.

3. Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal

jumlah kerugian bank melebihi laba yang ditahan dan

cadangan-cadangan yang termasuk modal inti meskipun

bank belum dilikuidasi.

4. Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam

keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar

bunga tersebut.

Dalam pengertian modal kuasi ini termasuk cadangan modal yang

berasal dari penyetoran modal yang efektif oleh pemilik bank yang

belum didukung oleh modal dasar (yang sudah mendapat pengesahan

dari instansi yang berwenang) yang mencukupi.

d. Pinjaman Subordinasi

Pinjaman Subordinasi adalah pinjaman antara bank dengan pihak

pemberi pinjaman dan telah mendapat persetujuan dari Bank

Indonesia. Pinjaman ini merupakan pinjaman yang memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut:

1. Ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman.

20

2. Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia,

tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah dibayar

penuh.

3. Minimal berjangka waktu 5 tahun.

4. Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan

dari Bank Indonesia, dan dengan pelunasan tersebut

permodalan bank harus tetap sehat.

5. Hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir

dari segala pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan

modal).

Pinjaman subordinasi yang diperhitungan tidak lebih dari 50% dari

modal inti, sedangkan modal pelengkap yang diperhitungkan sebagai

modal bank setinggi-tinginya 100% dari modal inti.

C. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:562) CAR adalah rasio

yang memperlihatkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal

yangmencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam

mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko

yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank.CAR

adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang

mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank

lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh

dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat,

21

pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, capital adequacy ratio

adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki

bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko,

misalnya kredit yang diberikan.CAR merupakan indikator terhadap

kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari

kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko

(Dendawijaya, 2009:121).

Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank

tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif

yang berisiko.Besarnya CAR diukur dari rasio antara modal bank terhadap

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).Menurut PBI No.

10/15/PBI/2008 Pasal 2 Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar

8% (delapan persen) dari Aset Tertimbang Menurut Risiko

(ATMR).Sebuah bank mengalami risiko modal apabila tidak dapat

menyediakan modal minimum sebesar 8%.Dengan penetapan CAR pada

tingkat tertentu dimaksudkan agar bank memiliki kemampuan modal yang

cukup untuk meredam kemungkinan timbulnya resiko sebagai akibat

berkembang atau meningkatnya ekspansi aset terutama aktiva yang

dikategorikan dapat memberikan hasil dan sekaligus mengandung resiko

sebagaimana yang dikutip oleh Werdaningtyas (2002).

Besarnya CAR suatu bank dapat dihitung dengan rumus berikut.

(Dendawijaya, 2009 :144).

22

Modal Bank

CAR = X 100%

Total ATMR

Modal Bank terdiri atas modal inti dan modal

pelengkap.Komponen modal inti meliputi modal disetor, agio saham,

cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak (cadangan umum), dan

laba ditahan. Modal pelengkap antara lain adalah cadangan revaluasi

aktiva tetap (Dendawijaya, 2009:144). ATMR dihitung dari aktiva yang

tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif (tidak

tercantum dalam neraca). Menurut Hasibuan (2006 :58) ATMR aktiva

neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal masing-masing

aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos

aktiva neraca tersebut. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara

mengalikan nilai nominalrekening administratif yang bersangkutan dengan

bobot risiko dari masing-masing pos rekening tersebut (resiko aktiva

administratif).

Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva yang

paling berisiko diberi bobot 100%. ATMR ini menunjukkan nilai aktiva

berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup

(Arthesa danHandiman, 2006 : 147). Setelah mengetahui cara perhitungan

CAR maka dapat diambil kesimpulan tentang hal-hal yang dapat

mempengaruhi CAR adalah sebagai berikut sebagaimana yang dikutip

dalam R. Arif Ginanjar (2007):

23

1. Tingkat kualitas manajemen bank dan kualitas sistem dan prosedur

operasionalnya.

2. Tingkat kualitas dan jenis aktiva serta besarnya risiko yang melekat

padanya.

3. Kualitas dan tingkat kolektibilitasnya.

4. Struktur posisi dan kualitas permodalan bank.

5. Kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba.

6. Tingkat likuiditas yang dimilikinya.

7. Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka panjang.

D. Return On Assets (ROA)

1. Pengertian ROA

Return On Asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas

dalam menganalisa laporan keuangan atas laporan kinerja keuangan

perusahaan. Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank

Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya ROA karena Bank

Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan

nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya

sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat (Lukman, 2009 :

119).

ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam

menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva / assets yang

dimilikinya. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba)

24

secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula

tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula

posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Veithzal, 2006 : 157).

Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank terdapat

perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara

perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoretis, laba

yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem

CAMEL laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak (Lukman

Dendawijaya, 2009 : 118).

ROA diperoleh dengan cara membandingkan antara laba sebelum

pajak / earning before interest tax (EBIT) terhadap total assets. EBIT

merupakan pendapatan bersih sebelum bunga dan pajak.Total assets

merupakan total asset perusahaan dari awal tahun dan akhir tahun. Total

assets yang lazim digunakan untuk mengukur ROA sebuah bank adalah

jumlah dari asset-asset produktif yang terdiri dari penempatan surat-surat

berharga (seperti Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang,

penempatan dalam saham perusahaan lain, penempatan dalam Call Money

atau Money Market) dan penempatan dalam bentuk kredit (kredit

konsumtif maupun produktif baik kepada perorangan maupun institusi

atau perusahaan) sebagaimana yang dikutip oleh Artin Shitawati dalam

Robert Ang (1997: hal. 18.32- 18.33).

Baik profit margin maupun total asset turnover tidak dapat

memberikan pengukuran yang memadai atas efektivitas keseluruhan

25

perusahaan. Profit margin tidak memperhitungkan penggunaan aktiva

,sementara total asset turnover tidak memperhitungkan profitabilitas dalam

penjualan. Rasio return on asset atau return on investment mengatasi

kedua kelemahan tersebut. Peningkatan kemampuan perusahaan dapat

terjadi jika ada peningkatan profit margin atau peningkatan total asset turn

over atau keduanya. Dua perusahaan dengan profit margin dan total asset

turnover yang berbeda dapat saja memiliki rasio ROA yang sama.(Van

Horne 2005:225).

ROA dapat dirumuskan sebagai berikut (Lukman, 2009 :118)

Laba Sebelum Pajak

ROA = X 100%

Total Aktiva

2. Keterkaitan ROA dengan CAR

Analisis rasio rentabilitas ini menggunakan ROA dikarenakan

Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih

mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset

yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat

(Dendawijaya, 2009:119). Disamping itu, ROA merupakan metode

pengukuran yang obyektif yang didasarkan pada data akuntansi yang

tersedia dan besarnya ROA dapat mencerminkan hasil dari serangkaian

kebijakan perusahaan terutama perbankan.sebagaimana dikutip oleh

Ahmad Buyung Nusantara dalam Bambang Riyanto (1995).

Menurut Masyhud (2006) ROA digunakan untuk mengukur

efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan

26

memanfaatkan aktiva / assets yang dimilikinya. Semakin besar ROA suatu

bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut

dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan

asset.sehingga CAR yang merupakan indikator kesehatan bank semakin

meningkat. Setiap kali bank mengalami kerugian, modal bank menjadi

berkurang nilainya dan sebaliknya jika bank meraih untung maka

modalnya akan bertambah.

E. Financing To Deposit Ratio (FDR)

1. Pengertian FDR

Financing to deposit ratio adalah rasio antara sejumlah kerdit yang

diberikan dengan dana bank yang diterima. Disamping itu FDR

merupakan perbandingan antara tingkat pembiayaan yang disalurkan oleh

bank syariah terhadap dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun dari

nmasyarakat.

Pada perbankan syariah tidak mengenal kredit (loan) dalam

penyaluran dana yang dihimpunnya. Oleh Karen itu, aktifitas penyaluran

dana yang dilakukan bank syariah lebih mengarah kepada pembiyaan

(financing). FDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukan

deposito berjangka, giro, tabungan dan lain-lain yang digunakan dalam

memenuhi permohonan pinjaman (loan request) nasabahnya.Menurut

Mubarok (2011: 23) rasio ini menggambarkan sejauh mana simpanan

digunakan untuk pemberian pinjaman.

27

Secara sistematis financing to deposit ratio (FDR) dapar

dirumuskan sebagai berikut (sesuai SE No.6/23/DPNP tahun 2004):

Total Pembiayaan

FDR = X 100%

Dana Pihak Ketiga

FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam

membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan

mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat

diimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan

yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank

untuk memberikan kredit. (Fatimah, 2008:43).

Semakin besar FDR maka semakin baik pula bank tersebut dapat

menjalankan fungsi intermediasinya, akan tetapi semakin tinggi rasio

tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya likuiditas bank yang

bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan

untuk mebiayai kredit semakin besar. (Dendawijaya 2003:116)

Menurut Narulia dan Suryadi (2006: 63)perbandingan antara total

pembiayaan yang diberikan dengan dana yang behasil dihimpun oleh bank

yang terdiri dari DPK ditambah dengan ekuitas. FDR disebut juga rasio

kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur

dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Penyaluran kredit

merupakan kegiatan utama bank yang berasal dari kegiatan ini. Deposit

atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi

28

semakain besarnya resiko yang ditanggung oleh bank yang bersangkutan.

Tinggi rendahnya rasio ini menunjukan tingkat likuiditas bank tersebut.

Berdasarkan surat edaran bank Indonesia No 26/5/BPPP tanggal 29 Mei

1993, besarnya FDR telah ditentukan oleh bank Indonesia tidak boleh

melebihi 110%. Yang berarti bank boleh memberikan kredit atau

pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun

asalkan tidak melebihi 100% (Muhammad 2005: 55).

Selanjutnya FDR dapat pula digunakan untuk menilai strategi

manajemen suatu bank.Manajemen bank konservatif biasanya cenderung

memiliki FDR yang relatif rendah.Sebaliknya bila FDR melebihi batas

toleransi dapat dikatakan manajemen bank yang bersangkutan sangat

expansif atau agresif (Siamat, 2003:47).

2. Keterkaitan FDR dengan CAR

Sugiyanto dkk (2002) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

FDR merupakan rasio keuangan yang mampu memprediksi kebangkrutan

bank nasional di Indonesia (yang diproksi melalui CAR) satu tahun

sebelum gagal. Hasil penelitiannya didukung oleh Haryati (2001) yang

menunjukkan FDR mampu membedakan CAR pada bank yang bangkrut

dan sehat.

Apabila pertumbuhan jumlah kredit yang diberikan lebih besar

daripada pertumbuhan jumlah dana yang dihimpun maka manajer terpacu

untuk meningkatkan kinerja dan dengan pengelolaan sejumlah aktivita

29

produknya Bank Syariah mampu menopang likuiditas tanpa harus banyak

menyerap (menurunkan) permodalan (CAR) bank.

F. Nilai Tukar Rupiah (KURS)

1. Definisi Nilai Tukar Rupiah

Menurut Krugman dan Maurice (1994 : 73) Kurs adalah Harga

sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam

mata uang lainnya. Menurut Nopirin (1996 : 163) kurs adalah

pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan mendapat

perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut. Menurut

Salvator (1997 : 10) kurs atau nilai tukar adalah harga suatu mata uang

terhadap mata uang lainnya.

Frank J. Fabozzi dan Franco Modigliani (1992:664)memberikan

defenisi mengenai nilai tukar sebagai berikut:

”An exchange rate is defined as the amount of one currency that

can be exchanged per unit of another currency, or the price of one

currency in terms of another currency”

Dapat disimpulkan dari beberapa definisi diatas bahwa nilai tukar

adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat

dipertukarkan dengan satu unit mata uang negara lain.

2. Teori Nilai Tukar dalam Islam

Kebijakan nilai tukar dalam islam menggunakan sistem “manage

floating”. Nilai tukar merupakan kebijakan pemerintah namun

30

pemerintah tidak mencampuri keseimbangan yang terjadi di pasar

kecuali terjadi hal-hal yang mengganggu keseimbangan itu sendiri.

Perubahan harga di dalam negeri disebabkan fluktuasi mata uang,

penyebabnya dibedakan menjadi 2 (dua) :

1. Natural exchange rate fluctuation, fluktuasi nilai tukar uang

disebabkan adanya perubahan-perubahan pada agregat

supply dan aggregate demand.

2. Human error exchange rate fluctiation, fluktuasi nilai tukar

yang disebabkan karena prilaku manusia seperti korupsi dan

administrasi yang buruk, pajak yang terlalu berlebihan, dan

pencetakan uang berlebihan dengan tujuan mencari

keuntungan yang tinggi.

Sedangkan, Perubahan harga di luar negeri dapat disebabkan oleh 2

(dua) hal :

1. Non-engineered/non-manipulated changes, perubahan yang

terjadi tidak disebabkan adanya manipulasi (yang merugikan)

oleh pihak-pihak tertentu.

- Unsterilized intervention menambah jumlah mata uang

dalam negeri dengan mencetak.

- Sterilized intervention menambah jumlah mata uang dalam

negeri dengan menjual aset lain.

31

2. Engineered/non-manipulated changes, perubahan ini

disebabkan adanya manipulasi yang dilakukan pihak-pihak

tertentu untuk merugikan pihak lainnya.

- Ikhtikar, melakukan penimbunan mata uang dan dilepaskan

ketika nilai tukarnya melemah

- Ba’i najasy, dengan adanya forward transaction yang

dikombinasikan dengan margin trading.

3. Keterkaitan Nilai Tukar Rupiah dengan CAR

Nilai tukar adalah variabel ekonomi makro yang sangat

menentukan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Perubahan nilai tukar rupiah akan mempengaruhi perekonomian

nasional secara umum dan perusahaan pada khususnya. Perbankan

adalah perusahaan yang sangat terkait dengan perubahan nilai tukar

rupiah yang disebut sebagai risiko pasar (market risk) bagi perbankan.

Menurut PBI No.10/15/PBI/2008 Sejalan dengan standar internasional

yang berlaku, perhitungan kecukupan modal yang berfungsi sebagai

penyangga untuk menyerap kerugian yang timbul dari berbagai risiko,

perlu disesuaikan dengan profil risiko yang mencakup risiko kredit,

risiko pasar, risiko operasional, dan risiko lainnya yang bersifat

material.

Sehingga jika dana masyarakat yang dihimpun CAR yang

merupakan indikator kesehatan bank semakin meningkat dan bisa

menanggulangi risikio-risiko yang ada.

32

G. Inflasi

1. Definisi Inflasi

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004: 381-382) inflasi terjadi

ketika tingkat harga umum naik . “inflasi di hitung dengan

menggunakan indeks harga konsumen (CPI) atau consumen price

indeks, mengukur biaya sekeranjang pasar dari barang dan jasa

konsumen yang dikaitkan dengan biaya sekeranjang pasar dari barang

dan jasa tersebut pada tahun dasar tertentu”.

Immamudin yuliadi (2008:74-75) berpendapat bahwa “inflasi

diartikan dengan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan

terus menerus.Jadi kenaikan yang terjadi pada sekelompok kecil

barang belum bisa dikatakan sebagai inflasi.Demikian pula perubahan

harga yang terjadi sekali saja juga belum juga bisa dikatakan inflasi”.

Inflasi berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-

harga yang berlaku, dapat dibedakan kepada tiga bentuk sebagai

berikut: inflasi tarikan permintaan, inflasi desakan biaya, dan inflasi

diimpor. (sukirno, 2004:333)

2. Tingkat Inflasi

Kondisi inflasi menurut Samuelson dan Nordhaus (2004:307),

berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Merayap (Creeping Inflation)

33

Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan

harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam

jangka waktu yang relatif lama.

2. Inflasi menengah (Galloping Inflation)

Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-

kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta

mempunyai sifat akselerasi yang artinya harga-harga minggu

atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan lalu dan

seterusnya.

3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)

Inflasi yang paling parah dengan ditandai dengan kenaikan

harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan

tajam.Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah

mengalami defisit anggaran belanja.

3. Efek Inflasi

Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor

produksi serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan

disebut dengan equity effect, sedangkan efek terhadap alokasi faktor

produksi dan pendapatan nasional masing-masing disebut dengan

efficiency dan output effects (Nopirin, 1987 : 32-34).

a. Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang

dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya

34

inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan

dirugikan oleh adanya inflasi. Demikian juga orang yang

menumpuk kekayaannya dalam bentuk uang kas akan

menderita kerugian karena adanya inflasi. Sebaliknya, pihak-

pihak yang mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi

adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan

prosentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang

mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya naik dengan

prosentase lebih besar dari pada laju inflasi.Dengan demikian

inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola

pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat.

b. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor

produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan

permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat

mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa

barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang

tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain,

yang kemudian mendorong terjadinya kenaikan produksi

barang tertentu.

c. Efek Terhadap Output (Output Effects)

Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan

produksi.Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan

35

harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan

pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong

kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini cukup tinggi

(hyper inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni

penurunan output.Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang

riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak

mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang

biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang.Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

langsung antara inflasi dan output.Inflasi bisa dibarengi dengan

kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan

output.

Menurut para ekonom Islam, inflasi sangat berdampak buruk

bagi perekonomian (Karim 2010: 139):

1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang terutama

terhadap fungsi tabungan (nilai simpanan), fungsi dari

pembayaran di muka, dan unit dari fungsi perhitungan. Orang

harus melepaskan diri dari uang dan asset keuangan akibat dari

bebas inflasi tersebut. Inflasi juga telah mengakibatkan

terjadinya inflasi kembali, atau dengan kata lain “self feeding

inflation”.

2. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap

menabung masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save).

36

3. Meningkatkan kecenderungan masyarakat untuk berbelanja

terutama untuk non-primer dan barang-barang mewah (naiknya

Marginal Propensity to Consume).

4. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu

penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan,

logam mulia, mata uang asing, dengan mengorbankan investasi

ke arah produktif seperti: pertanian, industrial, perdagangan,

transportasi, perdagangan, transportasi, dan lainnya.

4. Penyebab Inflasi dalam Perspektif Islam

Ekonom IslamTaqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M ~ 1441M),

yang merupakan salah satu murid dari Ibn Khaldun, menggolongkan

Inflasi dalam dua golongan yaitu: (Karim 2010: 140)

1. Natural Inflation

Sesuai dengan namanya, inflasi jenis oleh sebab-sebab alamiah,

manusia tidak punya kuasa untuk mencegahnya.Inflasi ini adalah inflasi

yang diakibatkan oleh turunnya penawaran agregatif (AS↓) atau

naiknya permintaan agregatif (AD↑).

MV = PT = Y

Dimana :

M = Jumlah uang beredar

V = kecepatan peredaran uang

P = tingkat harga

T = jumlah barang dan jasa (Q)

37

Y = tingkat pendapan nasional (GDP)

Maka natural inflation dapat diartikan sebagai berikut:

a. Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa (T) yang diproduksi

dalam suatu perekonomian. Misal T turun, sedangkan M dan V

tetap, maka konsekuensinya P akan naik.

b. Naiknya daya beli masyarakat secara riil, misalnya nilai ekspor

lebih besar dari nilai impor sehingga secara netto terjadi impor

uang yang mengakibatkan M naik, sehingga jika V dan T tetap,

maka P akan naik.

Keseimbangan permintaan dan penawaran juga pernah terjadi

dizaman Rasulullah SAW. Dalam hal ini Rasulullah SAW tidak mau

menghentikan atau mempengaruhi pergerakan harga ini sesuai Hadist:

Anas meriwayatkan, ia berkata: Orang-orang berkata kepada Rasulullah

SAW, ”Wahai Rasululluah, harga-harga barang naik (mahal),

tetapkanlah harga untuk kami”. Rasulullah SAW lalu menjawab,”Allah-

lah Penentu harga, Penahan, Pembentang, dan Pemberi rizki. Aku

berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorangpun yang meminta

padaku tentang adanya kedhaliman dalam urusan darah dan harta.”

2. Human Error Inflation

Selain dari penyebab-penyebab yang dimaksud pada Natural

Inflation, maka inflasi yang disebabkan oleh hal lain dapat digolongkan

sebagai Human Error Inflation atau False Inflation. Human Error

38

Inflationdikatakan sebagai inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan

manusia itu sendiri.

Human Error Inflation dapat dikelompokan menurut penyebab-

penyebabnya sebagai berikut:

1. Korupsi dan administrasi yang buruk (Corruption and Bad

Administraton).

2. Pajak yang berlebihan (Excessive Tax).

3. Percetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang

berlebihan (Excessive Seignorage)

5. Keterkaitan Inflasi dengan CAR

Dalam ilmu ekonomi, inflasiadalah suatu proses meningkatnya

harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan

dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara

lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya

ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi memiliki dampak negatif dan

positif tergantung parah atau tidaknya inflasi.Apabila itu dalam inflasi

yang parah, menyebabkan gangguan pada stabilitas ekonomi dimana

para pelaku ekonomi enggan untuk melakukan spekulasi dalam

perekonomian.Disamping itu, juga bisa memperburuk tingkat

kesejahteraan masyarakat akibat menurunnya daya beli masyarakat

secara umum akibat harga-harga yang naik.

Sementara, jika inflasi mengalami kenaikan yang masih dibatas

ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam mendorong

39

perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan

membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan berinvestasi.

Dikala tingkat inflasi mengalami kenaikan kecenderungan harga

barang-barang menjadi naik, maka masyarakat cenderung

menabungkan uang mereka dibank daripada membelanjakan uang

mereka, karena kepuasan dari konsumsi akan sedikit yang diterima.

Dengan masuknya dana masyarakat yang dihimpun oleh bank akan

semakin bagus tingkat kesehatan modal bank itu sendiri dan nilai CAR

akan jauh dari tingkat minimum.

H. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu tentang rasio kecukupan modal (Capital

Adequacy Ratio) telah dilakukan oleh beberapa peneliti.Afanasief (2004)

menguji faktor-faktor yang mempengaruhi CAR pada bank-bank di Brazil,

dimana faktor-faktor yang digunakan adalah Inflasi, tingkat suku bunga

dan rasio CAMEL (CAR, ROI, BOPO, NPL dan LDR.Alat analisis yang

digunakan adalah regresi berganda.Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa Inflasi dan tingkat suku bunga dan rasio CAMEL (CAR, ROI,

BOPO, NPL dan LDR) berpengaruh signifikan terhadap CAR.

Penelitian Krisna (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

Capital Adequacy Ratio pada bank-bank umum di Indonesia dengan

menggunakan rasio-rasio keuangan seperti Return on Invesment, Return on

Equity, Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin,

Loan to Deposit Ratio, dan Non Performing Loan. Hasil penelitian Krisna

40

tersebut menunjukkan bahwa Return on Invesment, Loan to Deposit Ratio

dan Non Performing Loan secara parsial mempengaruhi Capital Adequay

Ratio, sedangkan Return on Equity, Biaya Operasi terhadap Pendapatan

Operasi, dan Net Interest Margin tidak signifikan mempengaruhi CAR.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama

(tahun)

Judul Variable

penelitian /

metode analisis

Hasil

Temuan

1. Afanasief

et al

(2004)

The Determinants

of Bank Interest

Spread in

Brazil

Dependen: CAR

Independen:

Inflasi dan

tingkat suku

bunga dan rasio

CAMEL (CAR,

ROI, BOPO,

NPL dan LDR)

Analisis Regresi

Inflasi dan tingkat

suku bunga dan

rasio CAMEL

(CAR, ROI,

BOPO, NPL dan

LDR) berpengaruh

signifikan terhadap

CAR

2. Der-Fen

Huang

(2005)

The Predictive

power of capital

aqequacy ratios on

bank risk

Dependen: CAR

Independen:

ROA, ROE,

EPS, LDR, PBI

ROA, ROE, LDR

signifikan

mempengaruhi

CAR, Sedangkan

Variabel EPS dan

PBI tidak signifikan

mempengaruhi

CAR

3. Shitawati

(2006)

Analisis Faktor-

faktor

yang Berpengaruh

Terhadap Capital

Adequacy Ratio

(Studi

Empiris: Bank

Umum di

Indonesia)

Dependen: CAR

Independen:

ROA, ROE,

BOPO, GWM,

NIM, LDR

Metode Analisis

:

Analisis Regresi

Berganda

ROA, ROE, NIM,

LDR, BOPO, dan

GWM secara parsial

dan simultan

berpengaruh

terhadap

CAR pada bank

umum di Indonesia

41

4. Hestining

Rahayu

(2008)

Pengaruh

Financing To

Deposit Ratio,

Return On Equity

Dan Nilai Tukar

Valuta Asing

Terhadap Capital

Adequacy Ratio Pt

Bank Muamalat

Indonesia Tbk

Tahun 2003-2005

Dependen : CAR

Independen :

FDR, ROE, Nilai

Tukar

Metode Analisis

:

Analisis Regresi

Linier Berganda

FDR dan ROE

secara parsial

mempengaruhi

CAR, sedangkan

Nilai Tukar tidak

signifikan

mempengaruhi

CAR

5. Yansen

Krisna

(2008)

Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi

Capital Adequacy

Ratio (Studi pada

bank-bank umum

di Indonesia

periode tahun

2003-2006)

Dependen: CAR

Independen:

ROI,ROE,

BOPO,NIM,

LDR, NPL

Metode Analisis:

Analisis Regresi

Berganda

ROI, LDR dan NPL

secaraparsialmempe

ngaruhi CAR,

sedangkan ROE,

BOPO dan NIM

tidak signifikan

mempengaruhi

CAR

6. c Mena

Fitriyani

(2011)

Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi

Capital Adequacy

Ratio Pada Bank

Umum Syariah Di

Indonesia

Dependen : CAR

Independen :

PPAP, FDR,

ROA dan DER

FDR signifikan

mempengaruhi

CAR, Sedangkan

variable PPAP,

ROA dan DER

tidak signifikan

mempengaruhi

CAR

Dengan demikian dalam penelitian ini peneliti melakukan replikasi

dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan dimana penelitian

inimenggunakan 4 variabel yang diantaranya dua adalah faktor internal

yaitu rasio keuangan yangdiwakili oleh Return On Assets (ROA) dan

financing to Deposit Ratio (FDR). Serta dua faktor eksternal yaitu Nilai

Tukar Rupiah dan Inflasi.Penelitian ini berbeda dengan penelitian

42

sebelumnya dalam beberapa aspek seperti pemilihan kategori rasio yang

digunakan, jumlah rasio yang digunakan untuk setiap kategori, dan tahun

pengamatan. Penelitian ini akan menggunakan tahun pengamatan Maret

2009 – Desember 2011. Pada penelitian ini yang menjadi variabel

independen adalahReturn On Assets (ROA), financing to Deposit Ratio

(FDR), Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi. Sedangkan Capital Adequacy

Ratio (CAR), adalah rasio kecukupan modal sebagai variabel terikat

(dependen).

I. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori

yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan

gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau

alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Rodoni, 2010:

15). Berikut adalah penjelasan dari kerangka pemikiran dalam penelitian

yang dilakukan:

Indikator modal merupakan urat nadi perbankan oleh karenanya

kriteria pengukuran kesehatan dan kinerja bank menjadi hal yang esensial

untuk diperhatikan oleh pihak manajemen.Kriteria rasio modal haruslah di

kedepankan mengingat industri perbankan adalah industri yang dalam

kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat.Sudah menjadi

lazim bagi masyarakat untuk melihat kesehatan bank melalui aspek

permodalan dan atas dasar itulah masyarakat dapat membangun

kepercayaan untuk menyerahkan dananya pada perbankan.

43

Kinerja manajemen bank dalam mengelola permodalan dapat

dilihat melalui rasio keuangan yang salah satu diantarannya adalah Capital

AdequacyRatio (CAR) yang merupakan indikator terhadap kemampuan

bank untuk mengcover atau menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat

dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva produktif yang

berisiko.Dalam prakteknya, capital adequacy ratio(CAR) dapat

dipengaruhi oleh variabel-variabel lain, baik itu dari dalam perbankan itu

maupun dari sektor moneter. Sepertireturn on assets (ROA), financing to

deposit (FDR), nilai tukar rupiah dan inflasi.

Setelah memperoleh data disetiap variabel peneliti mulai

melakukan analisis regresi berganda menggunakan Eviews 6 dengan

metode Ordinary Least Square(OLS) dan dilakukan uji stasioner, uji

asumsi klasik dan uji koefisien determinasi agar penelitian dapat diuji

dengan baik dan benar sesuai metodelogi penelitian, selanjutnya

melakukan analisis tersebut untuk mengambil hasil dan interpretasi data

yang akan menghasilkan kesimpulan penelitian ini.

Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, berikut ini adalah

kerangka pemikiran dari penelitian yang akan dilakukan. Untuk

mewujudkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini jika divisualisasikan

dalam bentuk skema atau model sederhana adalah sebagai berikut :

44

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Analisis Pengaruh Return On Asset (Roa),Financing To Deposit Ratio(Fdr), Nilai

Tukar Rupiah Dan Inflasi Terhadap Capital Adequacy Ratio(Car) Pada Bank Syariah

Di Indonesia Periode Maret 2009 – Desember 2011

Capital Adequacy Ratio

(Y)

Model Ekonometrika

Uji Asumsi Klasik

- Uji Heteroskedastisitas

- Uji Autokorelasi

- Uji Multikolinearitas

Regresi Berganda

- Uji t

- Uji f

- Uji Adj R2

Kesimpulan dan implikasi

ROA

(X1)

(

Inflasi

(X4)

KURS

(X3)

FDR

(X2)

45

J. Hipotesa

Hipotesa merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang

masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas dan dapat

diuji. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Return On Assets (ROA)

H0 : Diduga ROA tidak bepengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy

Ratio perbankan syariah di Indonesia periode maret 2009-desember

2011

H1 :Diduga ROA bepengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio

perbankan syariah di Indonesia periode maret 2009-desember 20112

2. financing to Deposit Ratio (FDR)

H0 :Diduga FDR tidak bepengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy

Ratio perbankan syariah di Indonesia periode maret 2009-desember

2011

H1 :Diduga FDR bepengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio

perbankan syariah di Indonesia periode maret 2009-desember 2011.

3. Nilai Tukar Rupiah(KURS)

H0 :Diduga tidak KURS bepengaruh signifikan terhadap Capital

Adequacy Ratio perbankan syariah di Indonesia periode maret 2009-

desember 2011

H1 :Diduga KURS bepengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy

Ratio perbankan syariah di Indonesia periode maret 2009-desember

2011

46

4. Inflasi

H0 :Diduga Inflasi tidak bepengaruh signifikan terhadap Capital

Adequacy Ratio perbankan syariah di Indonesia periode maret 2009-

desember 2011

H1 :Diduga Inflasi bepengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy

Ratio perbankan syariah di Indonesia periode maret 2009-desember

2011

5. ROA, FDR, KURS, Inflasi

H0 :Diduga ROA, FDR, KURS, Inflasi secara simultan tidak bepengaruh

signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio perbankan syariah di

Indonesia periode maret 2009-desember 2011

H1 :Diduga ROA, FDR, KURS, Inflasi secara simultan bepengaruh

signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio perbankan syariah di

Indonesia periode maret 2009-desember 2011

47

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan

dalam pengumpulan data atau informasi dalam memecahkan permasalahan dan

menguji kesesuaian hipotesa penelitian. Adapun metode penelitian yang dilakukan

adalah sebagai berikut :

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengamati dan menganalisis

mengenai pengaruh Return On Assets (ROA), Financing Deposit Ratio

(FDR), Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi yang mempengaruhi Capital Adequacy

Ratio (CAR) di bank syariah di Indonesia.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

dalam bentuk time series yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam bentuk

angka-angka.Sumber datanya diperoleh melalui Bank Indonesia (BI) pada

kurun waktu 2009 sampai 20011 serta bahan-bahan lain yang berhubungan

dengan penelitian.

C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data, penulis menggunakan metode pengumpulan

data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia (BI).Dengan menggunakan

metode pengumpulan data dan informasi melalui telah berbagai literatur yang

relevan.Yang diperoleh dari publikasi resmi yang berhubungan dengan

permasalahan yang ada di dalam menulis penelitian. Yang dapat diperoleh

48

dari buku-buku, majalah-majalah, surat kabar, internet dan lain-lain. Teknik

pemgumpulan data yang digunakan adalah menggunakan pencatatan

langsung yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah disebutkan diatas

sesuai dengan data yang digunakan.

D. Model Analisis Data

Berdasarkan kerangka berfikir, menurut pendapat Keynes dalam teori

faktor produksi dengan metode pengeluaran (expenditure approach), dapat

disimpulkan bahwa hubungan antara Return On Assets (ROA), Financing

Deposit Ratio (FDR), Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi yang mempengaruhi

Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat diformulasikan sebagai berikut :

Y = f ( X1 , X2 , X3 , X4 )

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas

terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan

meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode

Ordinary Least Square (OLS).

Variabel-variabel tersebut dibuat dahulu dalam bentuk fungsi sebagai

berikut :

y = f (x1, x2, x3, x4) … (3.1)

Dari fungsi pertama tersebut dapat dispesifikasikan ke dalam model

linear sebagai berikut:

Yi = β0 + β1x1 + β2x2 + β3x3 +β4x4et … (3.2)

atau

CAR = β0 + β1ROA + β2FDR+ β3KURS +β4INFet … (3.3)

49

Dimana :

CAR = Capital Adequacy Ratio

β0 = intercept/konstanta

ROA = Return On Asset

FDR = Financing to Deposit Ratio

KURS = Nilai Tukar Rupiah

INF = Inflasi

β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi

et = Tingkat Kesalahan (Term of Error)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah

variabel dalam penelitian normal atau tidak.Normal dalam arti mempunyai

distribusi data yang normal. Normal atau tidaknya berdasar pada patokan

distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama.

Uji Jarque Bera merupakan uji yang digunakan untuk pengujian

normalitas Ut dalam penelitian ini.Model regresi yang baik adalah

distribusi data normal atau mendekati normal.Ada dua carayang dapat

digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau

tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Data yang dinilai

normal maka baik untuk dilanjutkan sebagai bahan penelitian.Pengujian

normailtas data sebagai berikut:

Hipotesis: Ho: Model Normal

Ha: Model Tidak Normal

50

Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 → Signifikan, Ho diterima

Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak

2. Uji Stasioner

Proses yang bersifat random atau stokastik merupakan kumpulan

dari variabel random dalam urutan waktu. Setiap data time series yang kita

punyai merupakan suatu data dari hasil proses stokastik. Suatu data hasil

proses random dikatakan stasioner jika mengetahui kriteria, yaitu , jika

rata-rata dan varian konstan sepanjang waktu dan kovarian antara dua

periode waktu tertentu (Agus Widarjono,2005). Salah satu persyaratan

penting untuk mengaplikasikan model seri waktu yaitu dipenuhinya

asumsi data yang normal atau stabil (stasioner) dari variabel-variabel

pembentuk persamaan regresi.Karena penggunaan data dalam penelitian

ini dimungkinkan adanya data yang tidak stasioner, maka dalam penelitian

ini perlu digunakan beberapa uji stasioner. Dalam melakukan uji

stasioneritas, penulis akan melakukan proses analisis yang terdiri dari :

a. Uji Akar Unit

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam estimasi model

ekonomi dengan data time series adalah dengan menguji stasioneritas

pada data atau disebut juga dengan stasionary stochastic process. Uji

stasioneritas dapat dilakukan dengan menggunakan Augmented

Dickey-Fuller(ADF) pada derajat yang sama (level atau different)

hingga diperoleh data yang stasioner, yaitu data yang variansnya tidak

51

terlalu besar dan mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai

rata-rata.

Jika dalam uji stasioneritas ini menunjukan nilai ADFSTATISTIK yang

lebih besar dari pada Mackinnon critical value, maka dapat diketahui

bahwa data tersebut stasioner karena tidak mengandung unit root.

Sebaliknya jika nilai ADFSTATISTIK yang lebih kecil dari pada Mackinnon

critical value, maka dapat disimpulkan data itu tidak stasioner pada

derajat level. Dengan demikian, diferrencing data untuk memperoleh

data yang stasioner pada derajat yang sama di first different (1) harus

dilakukan, yaitu dengan mengurangi data tersebut dengan data periode

sebelumnya (Ajija dkk, 2011: 165).

Langkah-langkah pengujian akar unit sebagai berikut :

Hipotesis Ho : Data tersebut tidak stasioner pada tingkat Level.

Ha : Data tersebut stasioner pada tingkat Level.

Pengambilan Keputusan dilakukan dengan criteria :

Jika ADFSTATISTIK >Mackinnon critical value(critical value)

= 5% maka Ho ditolak

Jika ADFSTATISTIK <Mackinnon critical value(critical value)

= 5% maka Ho diterima

b. Uji Derajat integrasi

Seperti uji akar unit ADF, keputusan sampai pada derajat

keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan

membandingkan antara nilai ADFSTATISTIK yang diperoleh dari koefisien

52

Y dengan nilai kritis distribusi statistik Mac Kinnon. Jika nilai absolut

dari statistik ADF lebih besar dari nilai kritisnya pada diferensi tingkat

pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat satu.Akan tetapi

jika dilanjutkan pada diferensiasi yang lebih tinggi sehingga diperoleh

data stasioner.

Data time series pada umumnya adalah data yang tidak

stasioner. Untuk menghindari regresi lancung maka harus

ditransformasikan data nonstasioner menjadi data stasioner.Menurut

Nachrowi (2006: 340) dalam berbagai studi ekonometrika, data time

series sangat banyak digunakan. Namun dibalik pentingnya data

tersebut, ternyata data time series „menyimpan‟ berbagai

permasalahan, salah satunya yaitu otokorelasi. Otokorelasi ini

merupakan penyebab yang mengakibatkan data menjadi tidak

stasioner, sehingga bila data dapat distasionerkan maka otokorelasi

akan hilang dengan sendirinya, karena metode transformasi data untuk

membuat data yang tidak stasioner sama dengan transformasi data

untuk menghilangkan otokorelasi.

Dalam uji akar unit ADF bila menghasilkan kesimpulan bahwa

data tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensiasi data. Uji

stasioner data melalui proses diferensiasi ini disebut uji derajat

integrasi.

Langkah-langkah pengujian stasioner sebagai berikut :

= Data tersebut tidak stasioner pada derajat 1, 2, …..dan seterusnya

53

= Data tersebut stasioner pada derajat 1, 2, ….dan seterusnya.

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria (Ajijah dkk,

2011: 171) :

Jika ADF test statistik > ADF tabel (daerah kritis = 5%)

maka ditolak, data stasioner pada derajat 1, 2, ….dan

seterusnya.

Jika ADF test statistik < ADF tabel (daerah kritis = 5%)

maka diterima, data tidak stasioner pada derajat 1, 2,

….dan seterusnya.

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat

heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolinieritas. Uji asumsi klasik

penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan

varian yang minimum (Best Linear Unbiased Estimator = BLUE), yang

berarti model regresi tidak mengandung masalah. Untuk itu diperlukan

pendeteksian lebih lanjut diantaranya : (Nachrowi, 2006).

a. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi apabila variasi Ut tidak konstan atau

sering berubah-ubah seiring dengan berubahnya nilai variabel independen

(Gujarati, 2006).Untuk melacak keberadaan heteroskedastisitas dalam

penelitian ini digunakan uji White.Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari

54

residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah

disebut denfan heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Nachrowi, 2006).

Langkah-langkah Pengujian sebagai berikut :

Hipotesis : Ho: Model tidak terdapat heteroskedastisitas

Ha:Model terdapat heteroskedastisitas

Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Ho diterima.

Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Ho ditolak.

Artinya adalah apabila probabilitas OBS*R2lebih besar dari 0,05

maka model tersebut terdapat Heterokedastisitas. Apabila OBS*R2lebih

kecil dari 0,05 maka model tersebut tidak terdapat Heterokedastisitas.

b. Uji Autokorelasi

Autokorelasi bisa didefinisikan sebagai “korelasi di antara anggota

observasi yang diurut menurut waktu ( seperti deret berkala) atau ruang

(seperti data lintas-sektoral) (Gujarati ,2006). Untuk melihat ada tidaknya

penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji Langrange Multiplier (LM

Test) dengan membandingkan nilai probabilitas R-Squared dengan α =

0.05 (Gujarati ,2006)

Langkah-langkah pengujian sebagai berikut :

Hipotesis : Ho : Modeltidak terdapat Autokorelasi

Ha : Model terdapat Autokorelasi

Bila probabilitas OBS*R2> 0.05 → Ho diterima

55

Bila probabilitas OBS*R2< 0.05 → Ho ditolak

Apabila probabilitas OBS*R2lebih besar dari 0.05 maka data tersebut

tidak mengandung masalah autokorelasi.Apabila probabilitas OBS*R2lebih

kecil dari 0.05 maka data tersebut mengandung masalah autokorelasi.

c. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna

atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan

(independen) dari model regresi.(Gujarati, 2006).Dalam penelitian ini

penulis akan melihat multikolinieritas dengan menguji koefisien korelasi

(r) berpasangan yang tinggi di antara variabel-variabel penjelas. Sebagai

aturan main yang kasar (rule of thumb), jika koefisien korelasi cukup

tinggi katakanlah diatas 0.8 ada kemungkinan terjadinya multikolinearitas

serius dalam model.Sebaliknya jika koefisien korelasi relatif rendah maka

diduga model tidak mengandung multikolinieritas.(Gujarati, 2006).

4. Uji statistik

Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-variabel

yang akan diteliti. Pengelolahan data menggunakan Exel 2007 dan Eviews

6.Dalam pengujian ini menggunakan uji statistik meliputi uji-t dan uji-F.

a. Uji t-statistik (Uji Parsial)

Uji statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang

bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi

signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap

56

variabel dependen lainnya konstan. Dalam hal ini digunakan hipotesis

sebagai berikut :

Ho : βi = 0 (tidak signifikan)

Ho : βi ≠ 0 (signifikan)

Dimana βi adalah koefisien variabel independen ke-i parameter

hipotesis, artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. Bila t-

hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak.

Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh

secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen.Dan bila t-hitung

< t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho diterima ini

artinya bahwa variabel independen yang diuji tidak berpengaruh nyata

terhadap variabel dependen. (Djalal Nachrowi dan Hardius Usman,

2006 : 18)

Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

t-hitung =

Dimana :

βi = koefisien variabel ke-i

b = nilai hipotesis nol

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i

57

b. Uji f-statistik (Uji Simultan)

Uji f-statistik ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel

independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel

dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho : βi = 0 (tidak berpengaruh)

Ho : βi ≠ 0 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai f-hitung

dengan f-tabel.Jika f-hitung (F*) > f-tabel, maka Ho ditolak, yang

artinya variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi

variabel dependen.

Nilai f-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

f-hitung =

*(

)+

Keterangan :

R2= koefisien determinasi

k = jumlah variabel independen

n = jumlah sampel

Kriteria :

Ho : β1 = β2 = 0

Ho diterima (F* < F tabel) artinya variabel independen secara

bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0

58

Ha diterima (F* > F tabel) artinya variabel independen secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. (Djalal

Nachrowi dan Hardius Usman, 2006 : 17).

5. Uji Koefisien Determinasi (R2)

R2 menjelaskan seberapa besar variasi dari variabel terikat Y dapat

diterangkan oleh variabel bebas X. Bila nilai R2sama dengan nol (R

2=0),

artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali.

Sementara bila nilai R2=1, artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat

diterangkan oleh X. Dengan kata lain, bila R2=1, maka semua titik

pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian baik atau

buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2nya yang mempunyai

nilai antara nol dan satu.

R2 sangat berguna untuk mengukur „kedekatan‟ antara nilai

prediksi dan nilai sesungguhnya dari variabel terikat.Semakin besar R2,

maka semakin besar (kuat) pula hubungan antara variabel terikat dengan

satu atau banyak variabel bebas. Masalahnya, bila kita mempunyai dua

buah regresi dengan variabel terikat yang sama, tetapi jumlah variabel

bebasnya berbeda. Formula untuk menghitung R2, yaitu :

Berdasarkan rumusan diatas terlihat bahwa besaran SST sama

sekali tidak dipengaruhi oleh variabel bebas, karena formulasinya hnya

memperhitungkan variabel terikat. Dalam arti, berapapun jumlah variabel

59

bebas yang digunakan dalam membentuk regresi, tidak akan memengaruhi

SST.

Sementara itu, dalam perhitungan SSE, tentu akan dipengaruhi

oleh variabel bebas, dimana semakin banyak variabel bebas, maka nilai

SSE cenderung semakin kecil, atau paling tetap, dan sebaliknya semakin

sedikit variabel bebas, maka nilai SSE cenderung akan semakin besar. Hal

ini disebabkan semakin banyaknya variabel bebas akan mengakibatkan

semakin besarnya variasi variabel terikat yang dapat diterangkan oleh

variabel bebas, sehingga nilai SSR akan besar, yang berakibat nilai SSE

akan kecil.

Akibat kedua hal tersebut, maka semakin banyak variabel bebas

yang dimasukkan dalm model, maka nilai R2akan semakin besar.Bila kita

hanya berpatokan pada R2 tentu kita akan selalu memutuskan bahwa

model yang terbaik adalah model dengan variabel bebas yang banyak.

Padahal kenyataannya tidaklah demikian.Terkadang satu variabel bebas

dalam model regresi sederhana dapat menerangkan variabel terikat dengan

lebih baik dibandingkan beberapa variabel bebas dalam regresi majemuk.

Oleh karena itu, agar keputusan lebih tepat, terutama untuk

membandingkan regresi dengan variabel terikat yang sama, maka

digunakan R2

yang disesuaikan atau dikenal dengan sebutan R2 Adjusted

yang dinotasikan dengan . Adapun formulasi perhitungannya adalah

sebagai berikut :

60

Dimana : k adalah banyaknya parameter model regresi termasuk

intercept. (Djalal Nachrowi dan Hardius Usman, 2006 : 125).

E. Definisi Variabel Operasional

1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen adalah adalah variabel yang diakibatkan atau

dipengaruhi oleh variabel independen (Bambang Prasetyo dan Lina

Miftahul Jannah, 2005). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

Capital Adequacy Ratio (CAR) pada bank umum syariah di Indonesia.

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah kemampuan bank dalam

mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen

bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol

risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal

bank (persen).

2. VariabelIndependen (X)

Variabel independen adalah tipe variabel menjelaskan atau

mempengaruhi variabel lain (Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah

2005). Variabel independen dalam bahasa Indonesia adalah variabel bebas.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

a. Return on assets (ROA) (X1)

Return on assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh

laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula

61

tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan menunjukan kinerja

perusahaan yang semakin baik (persen).

b. Financing to Deposit Ratio (FDR) (X2)

Financing to deposit ratio(FDR) adalah rasio kredit terhadap

total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak

ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit (persen).

c. Nilai Tukar Rupiah (X3)

Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang

lainnya (ribuan rupiah).

d. Inflasi (X4)

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik

secara umum dan terus menerus.Akan tetapi bila kenaikan harga hanya

dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila

kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar

dari harga barang-barang lain (persen).

62

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Perkembangan Capital Adequacy Ratio

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva

bankyang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada

bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh

dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman

(utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratioadalah rasio

kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk

menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit

yang diberikan. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk

menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang

disebabkan oleh aktiva yang berisiko.Perkembangan capital adequacy ratio

(CAR) periode 2009-2011 dapat dilihat padagambar dibawah ini:

Gambar 4.1

Perkembangan Capital Adequacy Ratio

Periode Maret 2009 – Desember 2011

0

10

20

30

Mar

'09

May

'09

Jul '

09

Sep

'09

No

v '0

9

Jan

'10

Mar

'10

May

'10

Jul '

10

Sep

'10

No

v '1

0

Jan

'11

Mar

'11

May

'11

Jul '

11

Sep

'11

No

v '1

1

CAR

CAR

63

Berdasarkan dengan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa nilai CAR

tertinggi terjadi pada awal bulan yaitu pada bulan Januari 2011 sebesar 20,23 %

dan angka terendah terjadi pada bulan Desember 2009 sebesar 10,77 %.

Perbankan syari`ah di Indonesia hingga tahun 2011 ini menunjukkan

perkembangan yang sangat menggembirakan, baik secara kualitas maupun

kuantitas. Begitu pula dengan CAR yang ada di dalamnya, rata-rata Capital

Adequacy Ratio pada tahun 2010 tercatat sebesar 16,24%, meningkat dari 10,78%

pada tahun sebelumnya.

Dengan besaran rasio tersebut, maka perbankan syariah masih memiliki

kemampuan yang memadai untuk melakukan ekspansi. Sehingga dari pemaparan

di atas dapat disimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio dari tahun 2009 hingga

tahun 2011 mengalami perkembangan yang cukup tinggi, meskipun sempat terjadi

penurunan pada bulan-bulan tertentu.

2. Perkembangan Return on Assets (ROA)

Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih

mementingkan penilaian besarnya ROA karena Bank Indonesia sebagai pembina

dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang

diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan

masyarakat. Suatu bank dapat dimasukkan dalam kategori sehat apabila memiliki

rasio ROA minimal 1,5%.

ROA diperoleh dengan cara membandingkan antara laba sebelum pajak /

earning before interest tax (EBIT) terhadap total assets. EBIT merupakan

pendapatan bersih sebelum bunga dan pajak.Total assets merupakan total asset

64

perusahaan dari awal tahun dan akhir tahun. Total assets yang lazim digunakan

untuk mengukur ROA sebuah bank adalah jumlah dari asset-asset produktif yang

terdiri dari penempatan surat-surat berharga (seperti Sertifikat Bank Indonesia,

Surat Berharga Pasar Uang, penempatan dalam saham perusahaan lain,

penempatan dalam Call Money atau Money Market) dan penempatan dalam

bentuk kredit (kredit konsumtif maupun produktif baik kepada perorangan

maupun institusi atau perusahaan). Perkembangan ROA periode 2009-2011 dapat

dilihat padagambar dibawah ini:

Gambar 4.2

Perkembangan Return on Asset

Periode Maret 2009 – Desember 2011

Berdasarkan dengan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa nilai ROA

tertinggi terjadi pada bulan Maret 2009 sebesar 2,44 % dan angka terendah terjadi

pada bulan mei 2010 sebesar 1,25 %. Bila dibandingkan tahun 2009, ROA

mengalami sedikit peningkatan hingga saat ini. Peningkatan ROA tersebut antara

lain disebabkan karena adanya peningkatan Net Operation Margin akibat

meningkatnya pendapatan atas pembiayaan yang dilakukan perbankan syariah di

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Mar

'09

May

'09

Jul '

09

Sep

'09

No

v '0

9

Jan

'10

Mar

'10

May

'10

Jul '

10

Sep

'10

No

v '1

0

Jan

'11

Mar

'11

May

'11

Jul '

11

Sep

'11

No

v '1

1

ROA

ROA

65

tahun 2009, dengan pendapatan dari pembiayaan murabahah dan musyarakah

sebagai kontributor terbesar yaitu masing masing mencapai 42,87% dan 12,87%

dari seluruh total pendapatan perbankan syariah.

Di lain pihak, seiring dengan bertambahnya jumlah bank syariah baru, dan

adanya tambahan modal disetor pada beberapa bank syariah, terjadi peningkatan

yang signifikan pada ekuitas perbankan syariah.

2. Perkembangan Financing to Deposit Ratio(FDR)

FDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang

digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk

kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank yang berasal dari

kegiatan ini. Deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa

konsekuensi semakain besarnya resiko yang ditanggung oleh bank yang

bersangkutan. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukan tingkat likuiditas bank

tersebut. Berdasarkan surat edaran bank Indonesia No 26/5/BPPP tanggal 29 Mei

1993, besarnya FDR telah ditentukan oleh bank Indonesia tidak boleh melebihi

110%. Yang berarti bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi

jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 100%

(Muhammad 2005: 55).

Tujuan penting dari perhitungan FDR adalah untuk mengetahui serta

menilai sampai berapa jauh bank memliki kondisi sehat dalam menjalankan

operasi atau kegiatan usahanya. Dengan kata lain FDR digunakan sebagai suatu

indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank. Perkembangan FDR

periode 2009-2011 dapat dilihat padagambar dibawah ini:

66

Gambar 4.3

Perkembangan Financing to Deposit Ratio

Periode Maret 2009 – Desember 2011

Berdasarkan dengan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa nilai FDR tertinggi

terjadi pada bulan Maret 2009 sebesar 103,3 % dan angka terendah terjadi pada

bulan Januari 2010 sebesar 88,67 %. Pertumbuhan jumlah pembiayaan yang tidak

secepat pertumbuhan DPK menyebabkan FDR bank syariah mengalami

penurunan. Namun demikian, FDR sebesar 88,67% tersebut masih menunjukkan

efektifitas fungsi intermediasi bank syariah yang tetap terjaga, dengan FDR bank

syariah lebih tinggi dari LDR bank konvensional sebesar 72,88%.

Tahun 2010 memberikan tantangan bagi perbankan syariah untuk dapat

meningkatkan produktivitas dan kontribusinya dalam mendukung perekonomian

nasional. Semakin berkurangnya tekanan krisis global, pulihnya daya beli

masyarakat dan mulai membaiknya aktivitas sektor riil, serta bertambahnya

jumlah BUS baru secara bersama-sama memberikan dampak positif bagi kinerja

perbankan syariah. Selama tahun 2010, kinerja perbankan syariah relatif baik

ditandai dengan pertumbuhan yang tinggi pada sejumlah indikator utama

75

80

85

90

95

100

105M

ar '0

9

Jun

'09

Sep

'09

Dec

'09

Mar

'10

Jun

'10

Sep

'10

Dec

'10

Mar

'11

Jun

'11

Sep

'11

Dec

'11

FDR

FDR

67

perbankan syariah. Rasio FDR perbankan syariah juga masih dapat dijaga pada

level yang cukup tinggi yaitu 89,67%.

4. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (KURS)

Nilai tukar berarti nilai pada tingkat mana dua mata uang yang berbeda

diperdagangkan satu sama lainnya. Pasar valuta asing adalah pasar dimana mata

uang asing diperdagangkan pada tingkat harga yang dinyatakan dalam nilai tukar.

(Lipsey : 1995). Kurs valuta asing merupakan harga (yang dihitung dengan mata

uang domestik) dari satu unit mata uang asing atau perbandingan harga antar

valuta bila terjadi pertukaran (Boediono, 1993). Perkembangan nilai tukar rupiah

periode 2009- 2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 4.4

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Periode Maret 2009 – Desember 2011

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa angka nilai tukar

rupiah (kurs) tertinggi terjadi pada bulan Maret 2009 yaitu sebesar Rp.11.849,00

dan nilai tukar rupiah terendah terjadi pada bulan Mei 2009 yaitu sebesar

0.002,000.004,000.006,000.008,000.00

10,000.0012,000.0014,000.00

Mar

'09

Jun

'09

Sep

'09

Dec

'09

Mar

'10

Jun

'10

Sep

'10

Dec

'10

Mar

'11

Jun

'11

Sep

'11

Dec

'11

KURS

KURS

68

Rp.8.544,00 Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah (kurs

Rupiah/US$) berfluktuasi.

Pertengahan 2009 kurs Rupiah/US$ cenderung di atas Rp.10.000,00.

Kecenderungan melemahnya nilai tukarRupiah tersebut terkait dengan kondisi

sosial politik yang bergejolak. Dan pada September 2009 kurs Rupiah/US$

kembali menguat hingga mencapai kisaran Rp. 9.681,00. Sedangkan dari bulan

September 2009 sampai akhir 2010 mengalami kembali stabil dan menguat cukup

signifikan sesuai pada gambar 4.4 yang menunjukkan bahwa pergerakan yang

stabil sepanjang tahun tersebut karena berada pada kisaran Rp.9.000,00 sampai

Rp.9.500,00.

Selama tahun 2010 sampai 2011 penguatan nilai tukar rupiah tidak

terlepas dari prospek dolar AS yang sedang mengalami tekanan depresiasi. Dari

sisi domestik, solidnya fundamental ekonomi dan prospek pencapaian

InvestmentGrade Indonesia yang membaik menjadi faktor penarik bagi aliran

modal masuk. Sehingga, nilai tukar rupiah ini yang menguat cukup signifikan

terutama disebabkan oleh derasnya aliran masuk modal asing yang ditopang oleh

keseimbangan interaksi permintaan dan penawaran valuta asing di pasar domestik

serta fundamental perekonomian domestik yang kuat. (Laporan Perekonomian

Indonesia/www.bi.go.id).

5. Perkembangan Tingkat Inflasi

Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara

umum dan terus menerus.Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak

dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan

69

kenaikan harga) pada barang lainnya.Inflasi jugamerupakan salah satu ukuran

aktifitas ekonomi yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi

nasional (Tajul Khalwaty, 2000).

Menurut Mankiw (2003) laju inflasi (inflation rate) adalah perubahan

presentase dalam indeks harga dari jangka waktu yang sebelumnya.Laju inflasi

merupakan suatu indikator yang sangat menentukan dalam perekonomian makro

suatu negara. Inflasi juga merupakan suatu masalah bagi ekonomi makro yang

apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan ketidakstabilan perekonomian

yang pada akhirnya hanya akan memperburuk kinerja perekonomian suatu negara.

Kestabilan nilai mata uang, baik inflasi maupun nilai tukar, sangat penting untuk

mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan

kesejahteraan rakyat.Perkembangan laju inflasi periode 2009- 2011 dapat dilihat

pada gambar di bawah ini :

Gambar 4.5

Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia

Periode Maret 2009 – Desember 2011

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

Mar

'09

May

'09

Jul '

09

Sep

'09

No

v '0

9

Jan

'10

Mar

'10

May

'10

Jul '

10

Sep

'10

No

v '1

0

Jan

'11

Mar

'11

May

'11

Jul '

11

Sep

'11

No

v '1

1

INF

INF

70

Pada gambar di atas dapat kita lihat bahwa pergerakan inflasi cukup

berfluktuasi. Inflasi tertinggi berada pada bulan Maret 2009 sebesar 7,92%

sedangkan tingkat inflasi terendah terjadi pada bulan November 2009 sebesar

2,41%. Angka ini merupakan angka terendah inflasi sepanjang tahun.Sehingga

pada tahun tersebut dapat dikatakan bahwa kondisi perekonomian Indonesia sudah

mulai kondusif kembali, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan angka

inflasi yang cukup signifikan.

Tekanan inflasi pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya.Inflasi meningkat menjadi 6,96% dari

2,78% di tahun sebelumnya.Perkembangan inflasi yang meningkat tersebut tidak

terlepas dari pengaruh faktor eksternal dan faktor domestik yang terjadi sepanjang

tahun 2010.

Dari sisi eksternal, peningkatan inflasi sejalan dengan meningkatnya inflasi

global, sebagai imbas meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan harga-harga

komoditas internasional. Namun, pengaruh penguatan nilai tukar rupiah pada

tahun ini mampu meminimalkan dampak dari peningkatan harga-harga komoditas

global tersebut. Dari sisi domestik perkembangan ekspektasi inflasi, kondisi

permintaan dan penawaran, serta penyesuaian tarif komoditas relatif tidak

memberikan tekanan kenaikan inflasi yang berlebihan.Tekanan kenaikan inflasi

muncul terutama akibat terganggunya kelancaran pasokan bahan makanan yang

banyak terpengaruh oleh anomali cuaca.(Laporan Perekonomian

Indonesia/www.bi.go.id).

71

B. Hasil Analisis dan Pembahasan

Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder

deret waktu (time series) yang berbentuk annual mulai Maret Tahun 2009 –

Desember Tahun 2011. Keseluruhan dari data yang digunakan sebagai bahan

penelitian diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia (BI). Data

mengenaiCAR ,ROA dan FDR diperoleh dari Statistik Perbankan Syari`ah Bank

Indonesia. Sedangkan Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi diperoleh dari Bank

Indonesia dalam Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI).

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya model yangdigunakan

sebagai alat analisis regresi berganda adalah Ordinary Least Square(OLS).

Model OLS merupakan metode estimasi yang sering digunakan untukmengestimasi

fungsi regresi populasi dari fungsi regresi sampel (Ajija, 2011:23).

1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan uji Jarque Bera dengan melihat nilai probability. Jika nilai

probability lebih besar dari nilai derajat kesalahan α=0.05, maka penelitian

ini tidak ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data

terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai probability lebih kecil dari nilai

derajat kesalahan α=0.05, maka dalam penelitian ini ada permasalahan

normalitas atau dengan kata lain, data tidak terdistribusi normal.

72

Tabel 4.1

Uji Normalitas Jarque Bera

Berdasarkan tabel 4.1 menggambarkan bahwa data dalam

penelitian ini sudah berdistribusi normal. Terlihat dari nilai probability

sebesar 0.928950 yang lebih besar dari derajat kesalahan 0.05 signifikan

yang menyatakan Ho diterima, sehingga model ini dikatakan telah normal.

2. Uji Stasioner

a. Uji Akar Unit

Tahap awal dalam proses pengujian yang dilakukan adalah uji

stasioneritas terhadap seluruh variabel yang diuji. Dalam penelitian

inidata yang digunakan adalah data natural log (ln) dari variabel-variabel

tersebut. dimana ln merupakan log dengan bilangan dasar bilangan alamyang

berguna untuk memecahkan persamaan yang tidak

diketahuinyamerupakan pangkat dari variabel lain. Dimana log sendiri

adalah fungsi matematika yang dengan bilangan dasar 10 yang

kegunaannya untukmenyederhanakan suatu bilangan (dalam

penelitian ini untuk menyederhanakan data variabel).

0

2

4

6

8

10

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

Series: Residuals

Sample 2009M03 2011M12

Observations 34

Mean 4.52e-15

Median 0.185390

Maximum 5.196172

Minimum -3.506981

Std. Dev. 1.960870

Skewness 0.154516

Kurtosis 2.907548

Jarque-Bera 0.147401

Probability 0.928950

0

2

4

6

8

10

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

Series: Residuals

Sample 2009M03 2011M12

Observations 34

Mean 4.52e-15

Median 0.185390

Maximum 5.196172

Minimum -3.506981

Std. Dev. 1.960870

Skewness 0.154516

Kurtosis 2.907548

Jarque-Bera 0.147401

Probability 0.928950

73

Uji stasioneritas data ini dapat dilakukan dengan menggunakan

Augmented Dickey Fuller (ADF) pada derajat yang sama hingga

diperoleh suatu data yang stasioner, yaitu data yang variansnya tidak

terlalu besar dan mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai

rata-ratanya. (Ajija, dkk, 2011: 165).

Tabel 4.2

Uji Akar UnitADF Test Pada Tingkat Level

No. Variabel Level

Ho = Tidak

Stasioner

ADF CV 5% Ha = Stasioner

1 CAR -3.329615 -3.552973 Terima Ho

2 ROA -3.139044 -3.552973 Terima Ho

3 FDR -2.765885 -3.568379 Terima Ho

4 LNKURS -3.581012 -3.552973 Tolak Ho

5 INF -2.295100 -3.552973 Terima Ho

Tabel di atas menunjukkan hasil uji akar-akar unit dengan

menggunakan ADF test. Dari tabel tersebut sesuai dengan data yang diuji

dapat diketahui dengan adanya nilai ADF test dan dari nilaiCritical Value

(CV) 5% tidak semua variabel yang stasioner. Ada salah satu variabel

tidak stasioner disebabkan karena nilai ADF test lebih kecil dibandingkan

dari nilaiCritical Value (CV) 5%. Dengan kata lain variabel-variabel

tersebut pada level mengalami persoalan akar-akar unit. Oleh karena itu

perlu dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama.

b. Uji Derajat Integrasi

Dalam Uji akar unit menghasilkan kesimpulan bahwa data belum

stasioner pada tingkat level.Oleh karena itu, harus dilakukan Uji Derajat

74

Integrasi. Nilai statistik ADF untuk mengetahui pada derajat berapa suatu

data akan stasioner dapat dilihat pada nilai ADFtest (Pp test) yang lebih

besar dari nilai Critical Value (CV) 5%, maka variabel tersebut dikatakan

stasioner pada derajat pertama. Hasil dari pengujian derajat integrasi

pertama dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.3

Uji Akar UnitADF Test Pada first difference

No. Variabel Level

Ho = Tidak

Stasioner

ADF CV 5% Ha = Stasioner

1 CAR -5.091646 -3.562882 Tolak Ho

2 ROA -8.125326 -3.557759 Tolak Ho

3 FDR -6.067169 -3.557759 Tolak Ho

4 LNKURS -6.205770 -3.557759 Tolak Ho

5 INF -4.284580 -3.562882 Tolak Ho

Dari data yang diuji dapat dilihat bahwa semua variabel sudah

stasioner pada tingkat first difference.Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai

ADF lebih besar dari pada Mac Kinnon Critical Value 5% (ADF statistik

> CV 5%).Kesimpulan dari data yang diolah adalah Ho ditolak yaitu

semua variabel sudah stasioner pada tingkat first difference.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan

jikaberbeda disebut heteroskedastisitas. Metode yang digunakan untuk

75

mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah uji

White. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan bantuan program

komputer Eviews 6.0, dan diperoleh hasil regresi seperti pada tabel berikut

ini:

Tabel 4.4

Hasil Uji White HeteroskedasticityTest

F-statistic 0.769386 Prob. F(13,20) 0.6812

Obs*R-squared 11.33486 Prob. Chi-Square(13) 0.5828

Scaled explained SS 7.904843 Prob. Chi-Square(13) 0.8497

Diatas diketahui bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar

11.33486.Nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.5828yang lebih

besar dari nilai α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas Chi-square lebih

besar dari α = 5% maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

dalam model tidak ada masalah heteroskedastisitas.

b. Uji Autokorelasi

Autokorelasimerupakan suatu kejadian di mana error term pada satu

periode waktu secara sistematik tergantung pada error term pad periode-

periode waktu yang lain. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi

digunakan uji Langrange Multiplier (LM-test).Uji ini sangat berguna

untuk mengindentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat

pertama (first order) tetapi juga digunakan pada tingkat derajat.

76

Tabel 4.5

Hasil Regresi LM-Test

F-statistic 2.206864 Prob. F(3,25) 0.1123

Obs*R-squared 6.909407 Prob. Chi-Square(3) 0.0748

Dari tabel di atas diketahui bahwa koefisien determinasi (R2)

sebesar6.909407.Nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.0748yang

lebih besar dari nilai α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas Chi-square

lebih besar dari α = 5% maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa di dalam model tidak terdapat masalah autokorelasi.

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikorelasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan (korelasi) yang signifikan di antara dua atau lebih variabel

independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinearitas

dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variable

independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antar variable

independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinearitas atau

tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar variabel independen.

Jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolinearitas, dimana

model regresi yang baik adalah tidak terjadi multikolinearitas antar

variabel independen dengan variabel dependen. Hasil pengujian

multikolinearitas menggunakan uji korelasi (r) dapat dilihat sebagai

berikut:

77

Table 4.6

Hasil Uji Corellation Matrix

ROA FDR LNKURS INF

ROA 1.000000 -0.774986 0.524589 0.407459

FDR 0.774986 1.000000 0.740640 0.356420

LNKURS 0.524589 0.740640 1.000000 -0.502218

INF 0.407459 0.356420 -0.50218 1.000000

Dari tabel diatas hasil analisis uji multikolinieritas dengan

correlation matrix diatas terlihat bahwa koefisien korelasi tidak ada yang

diatas 0,8, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak terdapat

multikolinieritas.

4. Uji statistik

Hasil pengolahan data atau hasil estimasi yang dilakukan dengan

menggunakan program computer Eviews 6 dengan menggunakan metode

regresi linier berganda atau Ordinary Least Square (OLS) yang

ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Hasil regresi

Variabel Koefisien t-Statistik Probabilitas

C 0.241520 0.595834 0.5561

D (ROA) 4.329405 3.302654 0.0026

D (FDR) 0.280338 3.249858 0.0030

D (LNKURS) 13.75032 0.672049 0.5071

D (INF) 1.654543 2.533306 0.0172

F-statistik 20.32295

Probabilitas 0.000000

Adjusted R-squared 0.707206

Durbin - Watson stat 2.205985

78

Dari tabel diatas maka dapat disusun persamaan regresi linier

berganda sebagai berikut :

CAR = 0.241520+ 4.329405(ROA) + 0.280338 (FDR)+13.75032

(LNKURS) + 1.654543 (INF)

a. Jika segala sesuatu variabel independen dianggap konstan atau bernilai

nol, artinya variabel independen tidak terjadi kenaikan ataupenurunan

maka besarnya nilai CAR sebesar 0.241520 atau sebesar 2 persen.

b. Nilai koefisien regresi ROA sebesar 4.329405 yang berarti setiap

kenaikan ROA sebesar 1% maka akan meningkatkan CAR sebesar

4.329405.

c. Nilai koefisien regresi FDR sebesar 0.280338 yang berarti setiap

kenaikan FDR sebesar 1% maka akan meningkatkan CAR sebesar

0.280338.

d. Nilai koefisien regresi LNKURS sebesar 13.75032 yang berarti setiap

kenaikan FDR sebesar 1% maka akan meningkatkan CAR sebesar

13.75032.

e. Nilai koefisien regresi INF sebesar 1.654543 yang berarti setiap

kenaikan FDR sebesar 1% maka akan meningkatkan CAR sebesar

1.654543.

1) Uji Parsial (Uji-t)

Uji-t bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial (individu)

variabel-variabel independen (ROA, FDR, LNKURS, INF) terhadap

variabel dependen yaitu CAR, salah satunya untuk melakukan uji-t adalah

79

dengan melihat nilai probabilitas pada tabel uji statistik t. apabila nilai

probabilitas lebih kecil dari signifikansi α=0.05 berarti variabel

independen secara parsial (individu) mempengaruhi variabel dependen.

Dari tabel 4.5 bahwa didapatkan dari uji statistik t yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

a. Pengaruh t-statistik untuk ROA terhadap CAR

Berdasarkan pada tabel diatas diperoleh t-hitung sebesar 3.302654

dengan tingkat signifikan 0.0026.karena tingkat signifikan lebih kecil

dari 0.05 maka secara parsial ROA berpengaruh secara signifikan

positif terhadap CAR.

b. Pengaruh t-statistik FDR terhadap CAR

Berdasarkan pada tabel diatas diperoleh t-hitung sebesar 3.249858

dengan tingkat signifikan 0.0030.karena tingkat signifikan lebih kecil

dari 0.05 maka secara parsial FDR berpengaruh secara signifikan

positif terhadap CAR.

c. Pengaruh t-statistik LNKURS terhadap CAR

Berdasarkan pada tabel diatas diperoleh t-hitung sebesar 0.672049

dengan tingkat signifikan 0.5071.karena tingkat signifikan lebih besar

dari 0.05 maka secara parsial LNKURS tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap CAR.

d. Pengaruh t-statistik INF terhadap CAR

Berdasarkan pada tabel diatas diperoleh t-hitung sebesar 2.53306

dengan tingkat signifikan 0.0172.karena tingkat signifikan lebih kecil

80

dari 0.05 maka secara parsial INF berpengaruh secara signifikan positif

terhadap CAR.

2) Uji Fisher (Uji-F)

Uji-F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel

independen (ROA,FDR,LNKURS,INF) secara simultan (bersama-sama)

terhadap variabel dependen yaitu CAR. Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh

hasil F-statistik sebesar 20.32295 dengan nilai probabilitas (F-statistik)

sebesar 0.00000.karena hasil probabilitas (signifikan) lebih kecil dari

0.005 berarti dapat disimpulkan bahwa ROA,FDR,Nilai tukar rupiah dan

Inflasi secara bersama-sama signifikan mempunyai pengaruh terhadap

CAR.

5. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi R2 yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan nilai R2 pada saat mengevaluasi model regresi

terbaik.Dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan lenih dari satu

variabel independen.

Berdasarkan hasil regresi tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai

Adjusted Rsquared sebesar 0.707 ini menunjukan bahwa variasi variabel

independen ROA,FDR,Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi sebesar 70,7 %.

Sedangkan sisanya sebesar 29,3 % dijelaskan oleh variabel lain diluar

variabel yang diteliti.

81

6. Analisis ekonomi

Berdasarkan hasil dari pengujian statistik dan analisis ekonomi

yang dilakukan, dapat diketahui bahwa regresi yang dihasilkan cukup baik

untuk menerangkan variebel-variabel yang dapat mempengaruhi Capital

Adequacy Ratio (CAR). Dari ketiga variabel independen (ROA, FDR,

Kurs dan Inflasi) yang dimasukkan ke dalam pengujian statistik dan

ekonometrik ternyata tidak semua variabel berpengaruh secara signifikan.

Hal ini membuktikan, bahwa pembiayaan hanya dipengaruhi oleh

beberapa dari variabel independen.

Ketidaksesuaian hasil penelitian ini karena pembiayaan yang tidak

hanya dipengaruhi oleh variabel internal perbankan syariah juga

dipengaruhi dari faktor eksternal perbankan syariah bisa berupa variabel

makro ekonomi dan variabel sosial ekonomi.

Return On Asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas

dalam menganalisa laporan keuangan atas laporan kinerja keuangan

perusahaan. Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank

Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya ROA karena Bank

Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan

nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya

sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat (Lukman,

2009:119).

ROA memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap

CAR di perbankan syariah. Dengan meningkatnya keuntungan asset yang

82

dimiliki bank maka besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank

tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dalam penggunaan

asset. Setiap kali bank mengalami kerugian modal bank akan menjadi

berkurang nilainya dan sebaliknya jika bank meraih untung maka

modalnya akan bertambah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Artin Sitawati (2006).

Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan ukuran likuiditas

yang mengukur besarnya dana yang di tempatkan dalam bentuk kredit

yang berasal dari dana yang dikumpulkan oleh bank yang terutama dana

dari masyarakat. Apabila pertumbuhan jumlah kredit yang diberikan lebih

besar daripada pertumbuhan jumlah dana yang dihimpun maka manajer

terpacu untuk meningkatkan kinerja dan dengan pengelolaan sejumlah

aktivita produknya Bank Syariah mampu menopang likuiditas tanpa harus

banyak menyerap (menurunkan) permodalan (CAR) bank.

Inflasi berpengaruh signifikan secara positif dan terhadap CAR di

perbankan syariah. Kenaikan inflasi yang masih dibatas ringan yaitu

lajunya kurang dari 10% per tahun, mempunyai pengaruh yang positif

dalam mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan

pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja,

menabung dan berinvestasi. Kenaikan harga yang tinggi mempunyai

pengaruh yang positif terutama terhadap iklim investasi karena kenaikan

harga pada dasarnya merupakan insentif bagi pengusaha untuk melakukan

kegiatan produksinya. Dengan meningkatnya harga orang akan cenderung

83

menunda konsumsi dengan menabung, sehingga akan menurunkan biaya

permintaan dan meningkatkan CAR pada bank, termasuk bank syariah.

Dana yang masuk ke bank akan membuat rasio kecukupan modal

bertambah sehat.

Nilai tukar adalah variabel ekonomi makro yang sangat

menentukan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perubahan

nilai tukar rupiah akan mempengaruhi perekonomian nasional secara

umum dan perusahaan pada khususnya. Perbankan adalah perusahaan

yang sangat terkait dengan perubahan nilai tukar rupiah yang disebut

sebagai risiko pasar (market risk) bagi perbankan. Menurut PBI

No.10/15/PBI/2008 Sejalan dengan standar internasional yang berlaku,

perhitungan kecukupan modal yang berfungsi sebagai penyangga untuk

menyerap kerugian yang timbul dari berbagai risiko, perlu disesuaikan

dengan profil risiko yang mencakup risiko kredit, risiko pasar, risiko

operasional, dan risiko lainnya yang bersifat material.Sehingga jika dana

masyarakat yang dihimpun CAR yang merupakan indikator kesehatan

bank semakin meningkat dan bisa menanggulangi risikio-risiko yang ada.

Karena pada dasarnya berapapun tingkat kurs yang berlaku tidak ada

pengaruhnya terhadap perbankan syariah karena perbankan syariah tidak

mengenal spekulatif yang memperhitungkan dengan adanya tingkat kurs.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh hestining rahayu (2008),

juga menyatakan bahwa nilai tukar (kurs) tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap CAR.

84

Pada umumnya permodalan perbankan syariah dapat dijaga dalam

kisaran yang memadai untuk dapat menyerap potensi kerugian. Rasio

kecukupan modal CAR selama tiga tahun terakhir pada posisi Desember

2011 tercatat sebesar 16,63%. Perkembangan ini tentu memberikan

harapan positif bagi perkembangannya pada tahun 2012. Meskipun tahun

depan secara global, ekonomi nasional diprakirakan akan menghadapi

tantangan perlambatan pertumbuhan akibat krisis utang yang dihadapi oleh

negara-negara maju khususnya negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.

Namun dengan relatif terkendalinya perekonomian domestik dan

kinerja sektor riil yang masih positif, ekspansi yang dilakukan oleh bank-

bank syariah diharapkan masih akan mendorong perkembangan industri

perbankan syariah ke depan. Khususnya, industri perbankan syariah telah

melakukan perbaikan infrastruktur selama 2 tahun terakhir, penguatan

aspek regulasi, harmonisasi dan koordinasi kebijakan antara pihak-pihak

terkaitdan koordinasi dengan pelaku usaha di sektor riil sehingga

diharapkan industri perbankan syariah nasional masih akan mengalami

pertumbuhan yang relatif tinggi pada tahun 2012 dan seterusnya.

85

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dari penelitian yang berjudul “Faktor –

Faktor yang Mempengaruhi Capital Adequacy Ratio (Car) Pada Bank Syariah di

Indonesia Periode Maret 2009 – Desember 2011”. Didapat beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Return On Assets (ROA) secara parsial mempunyai pengaruh positif

signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) di perbankan syariah

Indonesia.

2. Financing to Deposit Ratio (FDR) secara parsial mempunyai pengaruh

positif signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) di perbankan

syariah Indonesia.

3. Nilai Tukar Rupiah (KURS) secara parsial tidak berpengaruh terhadap

Capital Adequacy Ratio (CAR) di perbankan syariah Indonesia.

4. Inflasi secara parsial mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap

Capital Adequacy Ratio (CAR) di perbankan syariah Indonesia.

5. Secara simultan Return On Assets (ROA), Financing to Deposit Ratio

(FDR), Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi bersama-sama berpengaruh

terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan syariah.

Nilai Adjusted R-Square sebesar 0.702 ini menunjukan bahwa variasi

variabel dependen (CAR) secara bersama-sama maupun dijelaskan oleh

variasi variabel independen ROA, FDR, Nilai Tukar rupiah dan Inflasi sebesar

86

70,2 % sedangkan sisanya sebesar 29,8 % dijelaskan oleh variabel lain diluar

variabel yang diteliti.

B. implikasi

Beberapa implikasi yang ditujukan bagi pemerintah, bagi bank syariah dan

bagi peneliti berikutnya dalam menjalankan kegiatan ekonomi syariah:

1. Bagi pemerintah untuk lebih mempertimbangkan regulasi tentang CAR

perbankan syariah sebagai pengontrol, menghitung, mengawasi, melihat

pertumbuhan atau perkembangan CAR perbankan syariah agar terus

meningkat.

2. Bagi bank syariah untuk meningkatkan CAR maka lebih memaksimalkan

dan lebih memfokuskan kepada ROA, FDR, dan inflasi yang paling

berpengaruh diperbankan syariah. Nilai Tukar Rupiah tidak terlalu

diperhatikan karena dengan ROA dan FDR otomatis likuiditas perbankan

syariah bisa terjamin.

Bagi peneliti berikutnya agar memperpajang periode waktu peneliti

sertamenggunakan lebih banyak variabel yang mempengaruhi CAR perbankan

syariah,sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih akurat.

87

DAFTAR PUSTAKA

A. Totok, Budi Santoso, Sigit Triandari, Y. Sri Susilo. Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya, Salemba Empat, Jakarta, 2000.

Abdullah, Faisal. Manajemen Perbankan, Edisi Pertama Cetakan Pertama,

Universitas Muhammadiyah Malang Press, Malang, 2003.

Ade Arthesa dan Edia Handiman. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, PT.

Indeks, Jakarta, 2006.

Adiwarman A. Karim. Bank Islam : “ Analisis Fiqih dan Keuangan”, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2008.

__________________. Bank Islam : “ Analisis Fiqih dan Keuangan”,Edisi 4, PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010.

Ali, Masyhud. “Manajemen Resiko : Strategi Perbankan dan Dunia Usaha

Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis”. PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2006.

Ang, Robert, Buku Pintar Pasar Modal, Mediasoft Indonesia, Jakarta, 1997.

Antonio, Muhammad Syafi’i .“Bank Syariah; Dari Teori ke Praktik”, Gema Insani

Press, Jakarta, 2002.

Bank Indonesia. “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta, 2009.

_____________.“Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta, 2010.

_____________.“Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta, 2011.

Brigham, Eugne F & Joel F Houston. “Fundamental of Financial Management.

Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.

Djumhana, Muhammad. “Hukum Perbankan di Indonesia”, PT Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2000.

Dominick, Salvator. Ekonomi Internasional, Edisi Lima jilid I dan jilid II, Penerbit

Erlangga, 1997.

F. Artin, Sitawati. “Analisis Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Capital

Adequacy Ratio (studi empiris : bank umum di Indonesia periode 2001-

2004)”. Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.

88

Fabuzzi, Frank J. Manajemen Investasi, Salemba Empat, Jakarta, 1992.

Gujarati, Damodar. “Basic Econometrics”, Mc. Graw Hill, New York, 2003.

_______________. “Dasar-dasar Ekonometrika”, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta,

2006.

Hasibuan, Malayu. S.P. Manajemen Dasar , Pengertian, dan Masalah, Edisi Revisi,

Bumi Aksara, Jakarta, 2006.

Inggrid, Tan. “Bisnis Dan Investasi Sistem Syariah “, Universitas Atma Jaya,

Yogyakarta, 2009.

Jumingan. “Analisis Laporan Keuangan”. PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2008.

Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2002”, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2002.

Khalwaty, Tajul. "Inflasi dan Solusinya", Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2000.

Krisna, Yansen. “ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Capital Adequacy Ratio”,

Tesis, Universitas Diponegoro, Program Studi Manajemen, 2008.

Krugman, Paul R.dan Maurince Obstefeld. "International Economics Theory and

Police" 6 edition, Addison Wesley, USA, 2003.

Levine, John R., Young, Margaret Levine. “Internet for Dummies. Twelfth edition”.

Wiley Publishing, New Jersey, USA, 2010.

Lipsey, G. Richard, dkk. "pengantar Mikro Ekonomi Edisi Kesepuluh", Binarupa

Aksara, Jakarta, 1995.

Mankiw, N Gregory. "Teori Makro Ekonomi Terjemahan". PT. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta, 2003.

Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah, Ekonisia, Yogyakarta, 2005.

Nachroni, D. dan Usman. “Pendekatan Popular Dan Praktis EKONOMETRIK Untuk

Analis Ekonomi Dan Keuangan”, FEUI, Jakarta, 2006.

Narulia, Lisa dan Suryadi. "Analisis Kinerja Bank Syariah Mandiri" Majalah

Ekonomi dan Komputer No.2 Tahun XIV, 2006.

Nopirin. Ekonomi Moneter Buku Dua, BPFE, Yogyakarta, 1987.

89

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. "Metode Penelitian Kuantitatif Teori

dan Aplikasi", PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

Prasnanugraha, P Ponttie. “Analisis pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap kinerja

bank umum di Indonesia (Studi Empiris Bank-bank Umum Yang

Beroperasi Di Indonesia)”. Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang,

2007.

Rivai. Veithzal. Credit Management Handbook:Teori, Konsep, dan Aplikasi Panduan

Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah, PT RajaGrafindo Persada,

Jakarta, 2006.

Sadono, Sukirno. Makroekonomi, Teori Pengantar; Edisi Ketiga, Rajawali Press,

Jakarta, 2004.

Samuelson, PA dan Nordhaus WD. Ilmu Makroekonomi. Edisi Tujuh Belas,

Diterjemahkan oleh Gretta, Theresa Tanoto, Bosco Carvallo, dan Anna

Elly, PT. Media Global Edukasi, Jakarta, 2004.

Schorul R. Ajija, “Cara Cerdas Menguasai Eviews”, Salemba empat, Jakarta, 2011.

Siamat, Dahlan. Manajemen Bank Umum, Intermedia, Jakarta, 2003.

____________. Manajemen Bank Umum, Intermedia, Jakarta, 2004.

Sumitro, Warkum. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997.

Van, Horne. Accounting Economics, Translation, PT Gramedia Pustaka Umum,

Jakarta, 2005.

Widarjono, Agus. "Ekonometrika Teori dan Aplikasinya" Edisi Pertama, Ekonesia,

Yogyakarta, 2005.

Yuliadi, Immamudin. Ekonomi Moneter, PT Indeks, Jakarta, 2008.

www.bi.go.id

90

Lampiran 1 : Data Penelitian Periode Maret 2009 – Desember 2011

Obs CAR ROA FDR KURS INF

Mar '09 13.74 2.44 103.33 11,849.00 7.92

Apr '09 13.27 2.29 101.36 11,025.00 7.31

May '09 12.38 2.22 101.06 10,392.00 6.04

Jun '09 12.47 2.16 100.2 10,206.00 3.65

Jul '09 11.99 2.12 99.59 10,111.00 2.71

Aug '09 14.99 2.08 99.71 9,977.00 2.75

Sep '09 11.5 1.38 98.11 9,900.00 2.83

Oct '09 11.5 1.46 97.3 9,482.00 2.57

Nov '09 11.17 1.48 95.49 9,469.00 2.41

Dec '09 10.77 1.48 89.7 9,457.00 2.78

Jan '10 11.26 1.65 88.67 9,275.00 3.72

Feb '10 11.43 1.76 90.96 9,348.00 3.81

Mar '10 11.07 2.13 95.07 9,173.00 3.43

Apr '10 12.12 2.06 95.57 9,027.00 3.91

May '10 12.31 1.25 96.65 9,183.00 4.16

Jun '10 12.89 1.66 96.08 9,148.00 5.05

Jul '10 14.66 1.67 95.32 9,049.00 6.22

Aug '10 14.23 1.63 98.86 8,971.00 6.44

Sep '10 14.58 1.77 95.4 8,975.00 5.80

Oct '10 15.74 1.79 94.76 8,927.00 5.67

Nov '10 15.4 1.83 95.45 8,938.00 6.33

Dec '10 16.25 1.67 86.67 9,022.00 6.96

Jan '11 20.23 2.26 91.97 9,016.00 7.02

Feb '11 15.17 1.81 95.16 8,932.00 6.84

Mar '11 16.57 1.97 93.22 8,760.00 6.65

Apr '11 19.86 1.9 95.17 8,636.00 6.16

May '11 19.58 1.84 94.88 8,544.00 5.98

Jun '11 15.92 1.84 94.93 8,568.00 5.54

Jul '11 15.92 1.86 94.18 8,535.00 4.61

Aug '11 15.83 1.81 98.39 8,529.00 4.79

Sep '11 16.18 1.8 94.97 8,681.00 4.61

Oct '11 15.3 1.75 95.24 8,880.00 4.42

Nov '11 14.88 1.78 94.4 9,031.00 4.15

Dec '11 16.63 1.79 88.94 9,068.00 3.79

91

Lampiran 2 : Uji normalitas

0

2

4

6

8

10

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

Series: ResidualsSample 2009M03 2011M12Observations 34

Mean 6.27e-16Median 0.185390Maximum 5.196172Minimum -3.506981Std. Dev. 1.960870Skewness 0.154516Kurtosis 2.907548

Jarque-Bera 0.147401Probability 0.928950

92

Lampiran 3 : Uji Stasioner CAR Tingkat Level

Null Hypothesis: CAR has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.329615 0.0791

Test critical values: 1% level -4.262735

5% level -3.552973

10% level -3.209642 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(CAR)

Method: Least Squares

Date: 05/20/13 Time: 14:42

Sample (adjusted): 2009M04 2011M12

Included observations: 33 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR(-1) -0.334478 0.100456 -3.329615 0.0023

C 3.761789 2.168102 1.735061 0.0930

@TREND(2009M03) 0.064567 0.062125 1.039301 0.3070 R-squared 0.317430 Mean dependent var -0.518485

Adjusted R-squared 0.271926 S.D. dependent var 3.912096

S.E. of regression 3.338085 Akaike info criterion 5.335180

Sum squared resid 334.2843 Schwarz criterion 5.471226

Log likelihood -85.03046 Hannan-Quinn criter. 5.380955

F-statistic 6.975776 Durbin-Watson stat 2.209449

Prob(F-statistic) 0.003252

93

Lampiran 4: Uji Stasioner ROA Tingkat Level

Null Hypothesis: ROA has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.139044 0.1143

Test critical values: 1% level -4.262735

5% level -3.552973

10% level -3.209642 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(ROA)

Method: Least Squares

Date: 07/04/13 Time: 09:34

Sample (adjusted): 2009M04 2011M12

Included observations: 33 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. ROA(-1) -0.456012 0.145271 -3.139044 0.0038

C 0.877266 0.327517 2.678532 0.0119

@TREND(2009M03) -0.002537 0.006000 -0.422767 0.6755 R-squared 0.255804 Mean dependent var -0.026061

Adjusted R-squared 0.206191 S.D. dependent var 0.346716

S.E. of regression 0.308910 Akaike info criterion 0.574975

Sum squared resid 2.862763 Schwarz criterion 0.711021

Log likelihood -6.487085 Hannan-Quinn criter. 0.620750

F-statistic 5.155990 Durbin-Watson stat 2.285580

Prob(F-statistic) 0.011893

94

Lampiran 5 : Uji Stasioner FDR Tingkat Level

Null Hypothesis: FDR has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.765885 0.2198

Test critical values: 1% level -4.296729

5% level -3.568379

10% level -3.218382 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(FDR)

Method: Least Squares

Date: 05/20/13 Time: 15:01

Sample (adjusted): 2009M07 2011M12

Included observations: 30 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. FDR(-1) -0.489661 0.177036 -2.765885 0.0107

D(FDR(-1)) -0.041572 0.097189 -0.427747 0.6726

D(FDR(-2)) -0.056976 0.096696 -0.589232 0.5612

D(FDR(-3)) 0.048992 0.096281 0.508850 0.6155

C 46.72165 17.04460 2.741140 0.0114

@TREND(2009M03) -0.032619 0.073308 -0.444957 0.6603 R-squared 0.270688 Mean dependent var -0.375333

Adjusted R-squared 0.118748 S.D. dependent var 3.055023

S.E. of regression 2.867904 Akaike info criterion 5.121896

Sum squared resid 197.3970 Schwarz criterion 5.402136

Log likelihood -70.82845 Hannan-Quinn criter. 5.211547

F-statistic 1.781542 Durbin-Watson stat 1.768968

Prob(F-statistic) 0.154815

95

Lampiran 6 : Uji Stasioner LNKURS Tingkat Level

Null Hypothesis: LNKURS has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.581012 0.0471

Test critical values: 1% level -4.262735

5% level -3.552973

10% level -3.209642 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(LNKURS)

Method: Least Squares

Date: 05/20/13 Time: 15:02

Sample (adjusted): 2009M04 2011M12

Included observations: 33 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNKURS(-1) -0.252154 0.070414 -3.581012 0.0012

C 2.303242 0.650726 3.539497 0.0013

@TREND(2009M03) -0.000449 0.000512 -0.876838 0.3875 R-squared 0.532494 Mean dependent var -0.007363

Adjusted R-squared 0.501327 S.D. dependent var 0.019317

S.E. of regression 0.013641 Akaike info criterion -5.665004

Sum squared resid 0.005582 Schwarz criterion -5.528958

Log likelihood 96.47257 Hannan-Quinn criter. -5.619229

F-statistic 17.08515 Durbin-Watson stat 1.287932

Prob(F-statistic) 0.000011

96

Lampiran 7 : Uji Stasioner INF Tingkat Level

Null Hypothesis: INF has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.295100 0.4248

Test critical values: 1% level -4.262735

5% level -3.552973

10% level -3.209642 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(INF)

Method: Least Squares

Date: 05/20/13 Time: 15:02

Sample (adjusted): 2009M04 2011M12

Included observations: 33 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INF(-1) -0.168997 0.073634 -2.295100 0.0289

C 0.405991 0.385485 1.053193 0.3007

@TREND(2009M03) 0.017931 0.012123 1.479106 0.1495 R-squared 0.169070 Mean dependent var -0.125152

Adjusted R-squared 0.113675 S.D. dependent var 0.680207

S.E. of regression 0.640380 Akaike info criterion 2.032998

Sum squared resid 12.30260 Schwarz criterion 2.169044

Log likelihood -30.54447 Hannan-Quinn criter. 2.078773

F-statistic 3.052072 Durbin-Watson stat 0.877545

Prob(F-statistic) 0.062153

97

Lampiran 8 : Uji Derajat Integrasi CAR First difference

Null Hypothesis: D(CAR) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.091646 0.0014

Test critical values: 1% level -4.284580

5% level -3.562882

10% level -3.215267 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(CAR,2)

Method: Least Squares

Date: 05/20/13 Time: 15:03

Sample (adjusted): 2009M06 2011M12

Included observations: 31 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(CAR(-1)) -1.410856 0.277092 -5.091646 0.0000

D(CAR(-1),2) 0.254488 0.185289 1.373463 0.1809

C -3.748130 1.731397 -2.164801 0.0394

@TREND(2009M03) 0.166600 0.084265 1.977094 0.0583 R-squared 0.593724 Mean dependent var 0.066774

Adjusted R-squared 0.548582 S.D. dependent var 5.842212

S.E. of regression 3.925245 Akaike info criterion 5.692649

Sum squared resid 416.0037 Schwarz criterion 5.877679

Log likelihood -84.23605 Hannan-Quinn criter. 5.752964

F-statistic 13.15242 Durbin-Watson stat 1.043777

Prob(F-statistic) 0.000018

98

Lampiran 9: Uji Derajat Integrasi ROA First difference

Null Hypothesis: D(ROA) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.125326 0.0000

Test critical values: 1% level -4.273277

5% level -3.557759

10% level -3.212361 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(ROA,2)

Method: Least Squares

Date: 07/04/13 Time: 09:40

Sample (adjusted): 2009M05 2011M12

Included observations: 32 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(ROA(-1)) -1.388569 0.170894 -8.125326 0.0000

C -0.140618 0.127318 -1.104460 0.2785

@TREND(2009M03) 0.005896 0.006416 0.918909 0.3657 R-squared 0.694815 Mean dependent var 0.000312

Adjusted R-squared 0.673768 S.D. dependent var 0.583430

S.E. of regression 0.333236 Akaike info criterion 0.729128

Sum squared resid 3.220340 Schwarz criterion 0.866541

Log likelihood -8.666049 Hannan-Quinn criter. 0.774676

F-statistic 33.01219 Durbin-Watson stat 2.041810

Prob(F-statistic) 0.000000

99

Lampiran 10: Uji Derajat Integrasi FDR First difference

Null Hypothesis: D(FDR) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.067169 0.0001

Test critical values: 1% level -4.273277

5% level -3.557759

10% level -3.212361 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(FDR,2)

Method: Least Squares

Date: 05/20/13 Time: 15:04

Sample (adjusted): 2009M05 2011M12

Included observations: 32 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(FDR(-1)) -1.132424 0.186648 -6.067169 0.0000

C -4.380477 2.331083 -1.879160 0.0703

@TREND(2009M03) 0.169761 0.115899 1.464734 0.1538 R-squared 0.559452 Mean dependent var -0.191250

Adjusted R-squared 0.529070 S.D. dependent var 8.513151

S.E. of regression 5.842096 Akaike info criterion 6.457116

Sum squared resid 989.7725 Schwarz criterion 6.594529

Log likelihood -100.3139 Hannan-Quinn criter. 6.502665

F-statistic 18.41357 Durbin-Watson stat 2.021391

Prob(F-statistic) 0.000007

100

Lampiran 11: Uji Derajat Integrasi LNKURS First difference

Null Hypothesis: D(LNKURS) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.205770 0.0001

Test critical values: 1% level -4.273277

5% level -3.557759

10% level -3.212361 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(LNKURS,2)

Method: Least Squares

Date: 05/20/13 Time: 15:05

Sample (adjusted): 2009M05 2011M12

Included observations: 32 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNKURS(-1)) -0.849792 0.136936 -6.205770 0.0000

C -0.015039 0.006055 -2.483888 0.0190

@TREND(2009M03) 0.000637 0.000285 2.236062 0.0332 R-squared 0.586537 Mean dependent var 0.002669

Adjusted R-squared 0.558022 S.D. dependent var 0.018323

S.E. of regression 0.012181 Akaike info criterion -5.888794

Sum squared resid 0.004303 Schwarz criterion -5.751381

Log likelihood 97.22070 Hannan-Quinn criter. -5.843245

F-statistic 20.56964 Durbin-Watson stat 2.176736

Prob(F-statistic) 0.000003

101

Lampiran 12: Uji Derajat Integrasi INF First difference

Null Hypothesis: D(INF) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.448637 0.0632

Test critical values: 1% level -3.562882

5% level -4.284580

10% level -3.215267 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(INF,2)

Method: Least Squares

Date: 05/20/13 Time: 15:05

Sample (adjusted): 2009M06 2011M12

Included observations: 31 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(INF(-1)) -0.571945 0.165847 -3.448637 0.0019

D(INF(-1),2) 0.270789 0.177113 1.528903 0.1379

C -0.004838 0.230269 -0.021011 0.9834

@TREND(2009M03) -0.001504 0.011309 -0.133026 0.8952 R-squared 0.317826 Mean dependent var 0.029355

Adjusted R-squared 0.242029 S.D. dependent var 0.633177

S.E. of regression 0.551253 Akaike info criterion 1.766670

Sum squared resid 8.204769 Schwarz criterion 1.951701

Log likelihood -23.38338 Hannan-Quinn criter. 1.826985

F-statistic 4.193118 Durbin-Watson stat 1.905728

Prob(F-statistic) 0.014700

102

Lampiran 13 : Heteroskedasticity Test : White

Lampiran 14 : Breusch – Godrfey serial correlation LM Test

F-statistic 2.206864 Prob. F(3,25) 0.1123

Obs*R-squared 6.909407 Prob. Chi-Square(3) 0.0748

Lampiran 15 : Uji correlation Matrix

ROA FDR LNKURS INF

ROA 1.000000 -0.774986 0.524589 0.407459

FDR 0.774986 1.000000 0.740640 0.356420

LNKURS 0.524589 0.740640 1.000000 -0.502218

INF 0.407459 0.356420 -0.50218 1.000000

F-statistic 0.769386 Prob. F(13,20) 0.6812

Obs*R-squared 11.33486 Prob. Chi-Square(13) 0.5828

Scaled explained SS 7.904843 Prob. Chi-Square(13) 0.8497

103

Lampiran 16 : Hasil Regresi

Dependent Variable: D(CAR)

Method: Least Squares

Date: 05/20/13 Time: 14:31

Sample (adjusted): 2009M04 2011M12

Included observations: 33 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.241520 0.405348 0.595834 0.5561

D(ROA) 4.329405 1.310887 3.302654 0.0026

D(FDR) 0.280338 0.086261 3.249858 0.0030

D(LNKURS) 13.75032 20.46030 0.672049 0.5071

D(INF) 1.654543 0.653116 2.533306 0.0172 R-squared 0.743805 Mean dependent var -0.518485

Adjusted R-squared 0.707206 S.D. dependent var 3.912096

S.E. of regression 2.116853 Akaike info criterion 4.476466

Sum squared resid 125.4699 Schwarz criterion 4.703209

Log likelihood -68.86168 Hannan-Quinn criter. 4.552758

F-statistic 20.32295 Durbin-Watson stat 2.205985

Prob(F-statistic) 0.000000