faktor-faktor yang berpengaruh pada kepuasan kerja auditor
TRANSCRIPT
i
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
PADA KEPUASAN KERJA AUDITOR
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di daerah Semarang)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro
Disusun oleh :
RIZKY ARIAWAN RAMADAN
NIM. C2C008223
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
ii
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun : Rizky Ariawan Ramadan
Nomor Induk Mahasiswa : C2C 008 223
Fakultas / Jurusan : Ekonomika dan Bisnis / Akuntansi
Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
PADA KEPUASAN KERJA AUDITOR (Studi
Empiris pada Kantor Akuntan Publik di daerah
Semarang),
Dosen Pembimbing : Dr. Darsono SE., MBA., Akt.
Semarang, 18 Agustus 2015
Dosen Pembimbing,
(Dr. Darsono SE., MBA., Akt.)
iii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Penyusun : Rizky Ariawan Ramadan
Nomor Induk Mahasiswa : C2C 008 223
Fakultas / Jurusan : Ekonomika dan Bisnis / Akuntansi
Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
PADA KEPUASAN KERJA AUDITOR (Studi
Empiris pada Kantor Akuntan Publik di daerah
Semarang)
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 31 Agustus 2015
Tim Penguji :
1. Dr. Darsono SE., MBA., Akt. ( ......................................... )
2. Dul Muid, S.E., M.Si., Akt. ( ......................................... )
3. Dr. Etna Nur Afri Yuyetta, S.E., M.Si., Akt. ( ......................................... )
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Rizky Ariawan Ramadan,
menyatakan bahwa skripsi dengan judul : FAKTOR-FAKTOR YANG
BERPENGARUH PADA KEPUASAN KERJA AUDITOR (Studi Empiris pada
Kantor Akuntan Publik di daerah Semarang), adalah hasil tulisan saya sendiri.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak
terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara
menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukan
gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah
sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan
yang saya salin itu, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan
pengakuan penulis aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di
atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang
saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya
melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil
pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas
batal saya terima.
Semarang, 18 Agustus 2015
Yang membuat pernyataan,
( Rizky Ariawan Ramadan )
C2C 008 223
v
ABSTRACT
The purpose from this research is examining the influence of Organizational
Commitment, Professional Commitment, Job Autonomy and Organizational-
Professional Conflict (OPC) on Auditor’s Job Satisfaction.
The population of this research is auditors that work in public accountant
firm located at Semarang, The sample taken from 45 auditors from 8 public
accountant firm at Semarang. Method of data collection in this research is using
questionnaire. Method of data analysis is reliability and validity analysis, classic
assumption analysis and hypotheses analysis is using linear regression analysis.
The result indicates all variables reliable, valid and fulfil classic
assumption. The result of hypotheses analysis are Organizational Commitment has
positive influence but not significantly on job satisfaction, Professional Commitment
has positive influence and significantly on job satisfaction, Job Autonomy has
positive influence and significantly on job satisfaction and OPC has negative
influence and significantly on job satisfaction.
Keywords: Auditor’s Job Satisfaction , Organizational Commitment, Professional
Commitment, Job Autonomy, Organizational-Professional Conflict (OPC)
vi
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Komitmen
Organisasional, Komitmen Profesional, Otonomi Kerja, dan Konflik Organisasional
Profesional, terhadap Kepuasan Kerja Auditor.
Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di kantor akuntan
publik di daerah Semarang. Sampel dalam penelitian ini adalah 45 auditor dari 8
Kantor Akuntan Publik di daerah Semarang. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner. Metode analisis data menggunakan uji
reliabilitas dan validitas, uji asumsi klasik dan hipotesis diuji dengan menggunakan
analisis regresi linear. Hipotesis yang diajukan adalah Komitmen Organisasional,
Komitmen Profesional, Otonomi Kerja, dan Konflik Organisasional Profesional
berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja Auditor.
Hasilnya menunjukkan semua variabel reliabel, valid, dan juga memenuhi
asumsi klasik. Hasil uji hipotesisnya adalah komitmen organisasional berpengaruh
positif namun tidak signifikan terhadap kepuasan kerja auditor, komitmen profesional
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, otonomi kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan konflik
organisasional profesional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan
kerja.
Kata kunci : Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasional, Komitmen Profesional,
Otonomi Kerja, Konflik Organisasional Profesional
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
berkah dan ridho-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan pada Nabi Muhammad Saw.
Terdapat banyak hambatan dan kesulitan selama proses penulisan skripsi.
Alhamdulillah, atas restu Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selain
itu juga dengan bimbingan, dukungan dan motivasi dari berbagai pihak tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih, diantaranya:
1. Kedua orang tua, Bapak Yuliarsyah dan Ibu Barti Ariana dan kakak adikku Dilla
Diarawati Rahmania dan Muhammad Harris Arahman, yang selalu memberikan
kasih sayang, do’a dan perhatian yang tidak dapat tergantikan dengan apapun.
Mudah-mudahan dengan skripsi ini dapat memberikan suatu kebahagiaan untuk
mereka.
2. Bapak Dr. Suharnomo, SE., M.si. selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro.
3. Bapak Anis Chariri, SE., M.Com., Ph.D., Akt. selaku Pembantu Dekan Bidang
Akademik Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
viii
4. Bapak Herry Laksito, S.E., M.Adv. Acc., Akt. selaku dosen wali penulis yang
memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menempuh kuliah.
5. Bapak Dr. Darsono SE., MBA., Akt. Terima kasih atas waktu, bimbingan dan
nasihat yang telah diberikan, serta segala kebaikan dan ketulusan yang telah
Bapak berikan kepada penulis.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro untuk semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama
kuliah.
7. Untuk teman kelas akuntansi 2008, terima kasih atas kenangan berharganya
8. Kepada Kantor Akuntan Publik yang bersedia untuk membantu saya, dengan
hormat saya sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Harapan penulis, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.
Semarang, 18 Agustus 2015
Rizky Ariawan Ramadan
NIM C2C 008 223
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN ............................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................................. iv
ABSTRACT .................................................................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. LatarBelakang............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian……………………………………………………... 8
1.5. Sistematika Penulisan………………………………………………….. 9
BAB II TELAAH PUSTAKA................................................................................... 11
2.1. Landasan Teori............................................................................................ 11
2.1.1. Teori Dua Faktor................................................................................11
2.1.2 . Komitmen Organisasional ............................................................... 13
2.1.3. Komitmen Profesional............................................................................... 14
x
2.1.4. Konflik Organisasional Profesional.................................................. 15
2.1.5. Otonomi Kerja.................................................................................. 16
2.1.6. Kepuasan Kerja Auditor...................................... …………........... 18
2.2. Penelitian Terdahulu................................................................................. 23
2.3. Pengembangan Hipotesis......................................................................... 26
2.4. Kerangka Pemikiran……………………………………………………. 30
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................ 32
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel.................................... 32
3.1.1. Variabel Dependen........................................................................ 32
3.1.2. Variabel Independen..................................................................... 33
3.2 Populasi dan Sampel......................................................................................... 36
3.3 Jenis dan Sumber Data..................................................................................... 37
3.4 Metode Pengumpulan Data............................................................................... 37
3.5 Metode Analisis................................................................................................ 39
3.5.1 Uji Kualitas data................................................................................ 39
3.5.1.1 Uji Validitas ........................................................................ 39
3.5.1.2 Uji Reabilitas........................................................................ 40
3.5.2. Uji Asumsi Klasik.............................................................................. 40
3.5.2.1. Uji Normalitas...................................................................... 40
3.5.2.2. Uji Multikolinearitas............................................................ 41
3.5.2.3. Uji Heteroskedastisitas……………………………………. 42
3.5.3 Uji Hipotesis....................................................................................... 43
xi
3.5.3.1 Analisis Regresi Berganda.................................................. 43
3.5.3.2 Uji Koefisien Determinasi................................................... 44
3.5.3.3. Uji Statistik F…………………………………………….. 45
3.5.3.4. Uji Statistik t……………………………………………… 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................................ 47
4.1. Gambaran Responden..............…………………………………………. 47
4.2. Hasil Analisis Data................................................................................... 49
4.2.1. Uji Kualitas Data........................................................................... 49
1. Uji Validitas.............................................................................. 49
2. Reliabilitas…………………………………………………… 50
4.2.2. Deskripsi Variabel Penelitian......................................................... 51
4.2.3. Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis…………………….... 54
4.2.3.1.Pengujian Asumsi Klasik………………………………….. 54
1. Uji Normalitas………………………………………. 54
2. Uji Multikolinearitas………………………………… 56
3. Uji Heteroskedastisitas………………………………. 56
4.2.3.2. Model Regresi……………………………………………... 57
4.2.3.3. Uji Model regresi………………………………………….. 58
4.2.3.4. Koefisien Determinasi…………………………………….. 59
4.2.3.5. Pengujian Hipotesis………………………………….................…….. 60
xii
4.3. Pembahasan………………………………………………………………. 61
BAB V PENUTUP.................................................................................................... 69
5.1. Kesimpulan……………………………………………………………… 64
5.2. Keterbatasan Penelitian………………………………………………..... 65
5.3. Implikasi………………………………………………………………… 65
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 67
LAMPIRAN – LAMPIRAN..................................................................................... 69
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ringksan peelitian terdahulu………………………………………...25
Tabel 4.1 Kuesioner yang disebar dan yang kembali........................................... 47
Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden...................................... …………………..48
Tabel 4.3 Hasil uji validitas.................................................................................. 49
Tabel 4.4 Hasil uji reliabilitas.............................................................................. 50
Tabel 4.5 Statistik deskriptif variabel penelitian……………………………......51
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Multikolinieritas.....................................................…56
Tabel 4.7 Hasil analisis regresi linier berganda....................................................58
Tabel 4.8 Hasil pengujian model regresi………………………………………..59
Tabel 4.9 Koefisien Determinasi..........................................................................59
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Uji Normalitas............................................................................ 55
Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas................................................................57
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A TABULASI DATA
LAMPIRAN B KUESIONER PENELITIAN
LAMPIRAN C SURAT TANDA MELAKUKAN PENELITIAN
LAMPIRAN D HASIL UJI SPSS
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang
sangat penting bagi keefektifan berjalan kegiatan di dalam organisasi. Keberhasilan
dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh
kompetensi, profesionalisme, dan juga komitmennya terhadap pekerjaan yang
ditekuninya. Kinerja seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat kepuasan kerja yang
dimiliki. Kepuasan kerja seseorang juga dipengaruhi baik dari dalam maupun luar.
Untuk sisi internal, tentu kepuasan kerja seseorang akan menyangkut komitmennya
dalam bekerja, baik komitmen profesional maupun komitmen organisasional.
Sedangkan dari sisi eksternal, tentu kepuasan kerja akan dipengaruhi oleh lingkungan
tempat bekerja, baik dari atasan, bawahan maupun setingkat (Amilin dan Dewi,
2008).
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Indonesia saat ini adalah penanganan terhadap rendahnya kualitas sumber daya
manusia. Sumber daya manusia apabila dapat didayagunakan secara efektif dan
efisien akan bermanfaat untuk menunjang gerak lajunya going concern KAP. Agar di
masyarakat tersedia sumber daya manusia yang handal diperlukan pendidikan yang
2
berkualitas, penyediaan berbagai fasilitas sosial, lapangan pekerjaan yang memadai.
Kelemahan dalam penyediaan berbagai fasilitas tersebut akan menyebabkan
keresahan sosial yang akan berdampak kepada keamanan masyarakat. Saat ini
kemampuan sumber daya manusia masih rendah baik dari kemampuan intelektualnya
maupun keterampilan teknis yang dimilikinya (Koesmono, 2005:2).
Tata kelola sumber daya manusia yang baik sangat dibutuhkan dalam
mewujudkan iklim tata kelola perusahaan yang baik pada KAP, terutama pada aspek
pengembangan sumber daya manusia hendaknya dirancang dengan memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan riil dari tata kelola perusahaan yang baik. Pengembangan
sumber daya manusia yang relevan diantaranya mencakup menciptakan lingkungan
kerja kondusif dan menjaga komitmen yang selaras dengan tujuan organisasi
sehingga memberikan kepuasan kerja kepada auditor (Fathonah dan Utami, 2008:2).
Kepuasan kerja adalah suatu hal yang bersifat individual. Setiap individu
mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda. Setiap pekerja atau karyawan pasti
memiliki tingkat kepuasan tersendiri yang dapat diukur dengan kinerja karyawan
tersebut bekerja di dalam perusahaan, tetapi setiap karyawan yang satu dengan yang
lain belum tentu memiliki tingkat kepuasan kerja yang sama. Oleh karena itu, untuk
membentuk suatu tingkat kepuasan kerja yang baik, perusahaan perlu melakukan
suatu tindakan agar para karyawan dapat merasa nyaman dalam melakukan
pekerjaannya dengan baik (Putra, 2012).
3
Stephen Robins (1999) menyatakan bahwa kepuasan itu terjadi apabila
kebutuhan-kebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan
dan ketidaksukaan karyawan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja yaitu: Kerja yang secara mental menantang, Imbalan yang pantas,
Kondisi kerja yang mendukung, Rekan kerja yang mendukung, dan Kesesuaian
dengan pekerjaan.
Kepuasan kerja yang dirasakan oleh auditor terhadap pekerjaannya dapat
dipengaruhi oleh 2 dimensi komitmen yaitu komitmen organisasional dan komitmen
profesional, apabila komitmen organisasional auditor ditingkatkan, maka akan
menyebabkan naiknya motivasi auditor. Dengan adanya komitmen organisasi pada
diri auditor, akan menimbulkan suatu dorongan dari dalam dirinya untuk bekerja
sebaik-baiknya pada KAP dimana dia bernaung sehingga diharapkan tujuan
organisasi dapat tercapai (Tranggono dan Kartika, 2008:88).
Komitmen organisasional merupakan tingkat sampai sejauh apa seorang
karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat
mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut. Komitmen juga
merupakan nilai personel, yang terkadang mengacu pada sikap loyal pada perusahaan
atau komitmen pada perusahaan. Komitmen organisasi sering diartikan secara
individu dan berhubungan dengan keterlibatan orang tersebut pada organisasi yang
bersangkutan. Komitmen karyawan pada organisasi merupakan salah satu sikap yang
4
mencerminkan perasaan suka atau tidak suka seorang karyawan terhadap organisasi
tempat dia bekerja (Ikhsani, 2010:54).
Komitmen juga merupakan suatu konsitensi wujud keterkaitan seseorang
terhadap suatu hal, spirit karier, keluarga, lingkungan dan sebagainya. Komitmen
dalam organisasi akan membuat pekerja memberikan yang terbaik kepada organisasi
dimana ia bekerja. Komitmen organisasional dibangun atas dasar kepercayaan
individu atas nilai-nilai organisasi, kerelaan individu dalam membantu mewujudkan
tujuan organisasi dan loyalitas untuk tetap menjadi anggota organisasi. Oleh karena
itu komitmen organisasi akan menimbulkan rasa ikut memiliki (sense of belongin)
baik individu terhadap organisasi. Dalam suatu organisasi juga terdapat kepercayaan
bahwa komitmen organisasi akan dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan
(Williams & Hazer,1986).
Menurut Tranggono dan Kartika (2008:88) jika komitmen profesional auditor
ditingkatkan, maka akan meningkatkan kepuasan kerja auditor. Apabila seorang
auditor mempunyai kepercayaan dan penerimaan terhadap nilai-nilai profesi auditor,
berusaha secara sungguhsungguh demi kepentingan profesinya dan memelihara
keanggotaan sebagai seorang auditor, maka akan berpengaruh pada semakin besarnya
kepuasan kerja auditor tersebut.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja auditor adalah konflik
organisasional profesional. Hubungan antara profesional dengan organisasi dianggap
mempengaruhi hubungan timbal balik antara komitmen organisasional dengan
5
profesi. Orientasi organisasional dan profesional para karyawan sangat bertentangan
disebabkan adanya ketidaksesuaian terhadap sistem nilai profesi dengan organisasi.
Orientasi organisasional lebih menekankan pada nilai organisasional seperti
pengendalian hirerkis dan otoritas, kesesuaian dengan norma-norma organisasional
dan berbagai regulasi, maupun loyalitas organisasional. Disisi lain orientasi
profesional lebih menekankan pada kode etik dan standar kinerja profesional. Adanya
kondisi yang demikian akan menyebabkan terjadinya konflik bila tujuan-tujuan
profesional tidak sesuai dengan tujuan organisasionalnya. Perselisihan yang potensial
antara profesional dan nilai-nilai organisasi dikenal sebagai konflik organisasional
profesional (Setianingsih, 2004).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja auditor adalah otonomi
kerja. Otonomi pekerjaan didefinisikan sebagai sejauh mana pekerjaan menawarkan
kebebasan yang cukup besar, membuktikan kebebasan pilihan kepada individu dalam
penjadwalan pekerjaan dan juga mendefinisikan maksud dari tugas yang ingin
dicapai. Otonomi melibatkan tanggung jawab atas hasil dari pekerjaan yang
menghasilkan hasil seperti efisiensi kerja yang tinggi dan tingkat yang lebih tinggi
pada motivasi intrinsik (Hackman & Oldham, 1975)
Kepuasan kerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai dengan
standar yang telah ditentukan oleh perusahaan. Menurut Bambang Guritna dan
Waridin (2005) auditor dituntut untuk dapat menunjukan kinerja yang tinggi agar
dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Jika auditor merasa tidak nyaman dengan
6
pekerjaannya, maka hasil yang dicapai oleh auditor akan menjadi kurang memuaskan.
Kondisi lingkungan yang baik akan mempengaruhi kepuasan kerja yang baik. Jika
auditor merasa nyaman dengan kondisi lingkungannya, maka kinerja yang dihasilkan
juga akan baik. Sebaliknya, jika kondisi lingkungan buruk, maka kinerja yang
dihasilkannya pun akan membuat bad performance.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian ini karena kepuasan kerja auditor merupakan topik yang luas. Berbagai
macam penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja auditor
yang diantaranya komitmen organisasional dan komitmen profesional telah
dilakukan. Namun masih ada faktor- faktor lain yang belum banyak diteliti seperti
konflik organisasional profesional dan otonomi kerja. Maka dari itu skripsi ini diberi
judul: “FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEPUASAN
KERJA AUDITOR (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di daerah
Semarang)”.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya, yaitu yang dilakukan
oleh Pardi dan Nulayli (2007). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah:
1. Peneliti hanya menggunkan dua variabel independen dari penelitian terdahulu
yaitu komitmen organisasional dan komitmen profesional dikarenakan ada
kedeketan hubungan dengan salah satu dari dua variabel independen yang peneliti
7
tambahkan yaitu konflik organisasional profesional. Sedangkan satu variabel
independen lain yang peneliti tambahkan adalah otonomi kerja.
2. Sampel dalam penelitian ini hanya auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan
Publik di wilayah Semarang. Sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan
sampel auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Surakarta
dan Semarang.
3. Periode penelitian ini dilakukan pada tahun 2015, sedangkan penelitian
sebelumnya dilakukan pada tahun 2007
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut, maka secara spesifik
rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh komitmen organisasional terhadap kepuasan kerja
auditor?
2. Apakah terdapat pengaruh komitmen profesional terhadap kepuasan kerja
auditor?
3. Apakah terdapat pengaruh konflik organisasional-profesional terhadap kepuasan
kerja auditor?
8
4. Apakah terdapat pengaruh otonomi kerja terhadap kepuasan kerja auditor?
1.3. Tujuan Penelitian
Dengan adanya pertanyaan pada penelitian ini, maka tujuan penelitian ini
untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal berikut :
1. Untuk menguji pengaruh komitmen organisasional terhadap kepuasan kerja
auditor
2. Untuk menguji pengaruh komitmen profesional terhadap kepuasan kerja auditor
3. Untuk menguji pengaruh konflik organisasional-profesional terhadap kepuasan
kerja auditor
4. Untuk menguji pengaruh otonomi kerja terhadap kepuasan kerja auditor
1. 4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Akademisi
Penelitian ini nantinya diharapkan menambah literatur dan sebagai acuan
penelitian, terutama untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut
9
mengenai pengaruh komitmen organanisasi, komitmen profesional, konflik
organisasional-profesional dan otonomi kerja terhadap kepuasan kerja auditor.
2. Bagi Kantor Akuntan Publik
Skripsi ini nantinya diharapkan sebagai sebagai tinjauan yang dapat dijadikan
sebagai tambahan informasi mengenai kepuasan kerja auditor, serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya, yang tentunya tujuannya untuk meningkatkan kepuasan
kerja auditor.
1.5. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, penelitian ini akan diruangkan dalam lima bab
pembahasan, adapun sistematika pembahasan yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika.
BAB II TELAAH PUSTAKA
Bab ini menjelaskan landasan teori, konsep-konsep, penelitian terdahulu serta
formulasi hipotesis dan kerangka pemikiran.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan berbagai hal, diantaranya: sampel penelitian, tempat
penelitian, metode pengumpulandata, model penelitian, definisi variabel, dan
pengujian hipotesis.
10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diawali dengan penjelasan atau deskripsi dari obyek penelitian,
dilanjutkan dengan analisis data dan pembahasan atas hasil analisis data.
BAB V PENUTUP
Merupakan bab penutup yang menyajikan secara singkat mengenai apa yang
telah diperoleh dar hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam bagian
simpulan. Dalam bab ini ditutup dengan keterbatasan dan saran yang dapat
dipertimbangkan terhadap hasil penelitian
11
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Bab ini akan membahas landasan teori yang digunakan dalam penelitian,
penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian.
2.1.1. Teori Dua Faktor
Herzberg (2010) di dalam teorinya two factors theory mengatakan bahwa
kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda serta
kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu tidak merupakan suatu variabel
yang kontinyu. Berdasarkan penelitian yang dia lakukan, Herzberg membagi situasi
yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok
yaitu kelompok satisfiers dan kelompok dissatisfiers. Kelompok satisfiers atau
motivator adalah faktor-faktor atau situasi yang dibuktikannya sebagai sumber
kepuasan kerja yang terdiri dari achievement, recognition, work it self, responsibility
dan advancement.
Herzberg mengatakan bahwa hadirnya faktor ini dapat menimbulkan
kepuasan, tetapi tidak hadirnya faktor ini tidaklah selalu mengakibatkan
12
ketidakpuasan. Sedangkan kelompok dissatisfiers ialah faktor-faktor yang terbukti
menjadi sumber ketidakpuasan yang terdiri dari, supervision technical, salary,
interpersonal relations, working conditions, job security, dan status. Perbaikan
terhadap kondisi atau situasi ini akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan,
tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan karena dia bukan sumber kepuasan kerja.
Oleh karena itu, Herzberg memfokuskan pada beberapa faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja. Herzberg mengemukakan bahwa faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja akan dapat diketahui dengan melihat beberapa hal
yang dapat menimbulkan dan mendorong kepuasan kerja, yaitu:
1. Faktor psikologik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan
karyawan yang meliputi minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja,
bakat dan keterampilan.
2. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik
sesama karyawan dengan atasan maupun karyawan yang berbeda jenis
pekerjaannya.
3. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik karyawan,
meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu dan waktu istirahat, perlengkapan
kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan
karyawan, umur dan sebagainya.
13
4. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta
kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial,
macam-macam tunjungan, fasilitas yang diberikan, promosi dan sebagainya.
2.1.2. Komitmen Organisasional
Komitmen organisasional merupakan tingkat sampai sejauh apa seorang
karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat
mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut. Komitmen juga
merupakan nilai personal, yang terkadang mengacu pada sikap loyal pada perusahaan
atau komitmen pada perusahaan (Ikhsani, 2008:53). Sedangkan menurut Hatmoko
(2006), Komitmen organisasional adalah loyalitas karyawan terhadap organisasi
melalui penerimaan sasaran-sasaran, nilai-nilai organisasi, kesediaan atau kemauan
untuk berusaha menjadi bagian dari organisasi serta keinginan untuk bertahan
didalam organisasi.
Komitmen organisasional adalah tingkat sampai dimana seorang auditor
memihak pada organisasi tertentu dan tujuannya serta berniat memelihara
keanggotaannya dalam organisasi tersebut (Robbins dan Judge, 2009:100).
Komitmen organisasional juga merupakan sikap loyalitas auditor pada organisasi dan
proses berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya
terhadap organisasi (Witasari, 2009:29).
14
Auditor yang memiliki komitmen tinggi akan menunjukkan perilaku positif
terhadap lembaganya, auditor akan memiliki jiwa membela organisasinya, berusaha
meningkatkan prestasi, dan memiliki keyakinan mewujudkan tujuan organisasi.
Komitmen organisasional juga merupakan kesetiaan auditor terhadap organisasinya
dan akan menumbuhkan loyalitas serta mendorong keterlibatan auditor dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, komitmen akan menimbulkan rasa ikut
memiliki terhadap organisasinya (Trisnaningsih 2007:10-11).
Komitmen organisasional dibedakan menjadi dua bagian yaitu: komitmen
organisasional affective yaitu komitmen organisasional yang berhubungan dengan
satu pandangan profesionalisme yaitu pengabdian pada profesi, sedangkan komitmen
organisasional continuance adalah komitmen organisasional yang berhubungan
positif dengan pengalaman dan berhubungan negatif dengan pandangan
profesionalisme kewajiban sosial (Trisnaningsih 2007:10).
2.1.3. Komitmen Profesional
Komitmen professional adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya
seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut (Larkin, 1990). Komitmen
professional yang didasari oleh, pemahaman perilaku, sikap dan orientasi professional
dalam melaksanakan tugas-tugas merupakan cerminan dari norma-norma, aturan
dankode etik profesinya. Norma, aturan dan perilaku berfungsi sebagai suatu
15
mekanisme pengendalian yang akan menentukan kualitas hasil pekerjaannya. Tingkat
keinginan untuk mempertahankan sikap profesionalnya tersebut antara satu auditor
dengan auditor lainnya, tergantung persepsi individu masingmasing. Hal ini tentunya
akan menentukan nuansa komitmen professional yang berbeda-beda (Trisnaningsih,
2001: 23).
Komitmen profesional dapat didefinisikan sebagai : (1) sebuah kepercayaan
pada dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari profesi, (2) sebuah
kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan
profesi, (3) sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam profesi (Setiana,
2006)
2.1.4. Konflik Organisasional Profesional
Hubungan antara profesional dengan organisasi dianggap mempengaruhi
hubungan timbal balik antara komitmen organisasional dengan profesi. Orientasi
organisasional dan profesional para karyawan sangat bertentangan disebabkan adanya
ketidaksesuaian terhadap sistem nilai profesi dengan organisasi. Orientasi
organisasional lebih menekankan pada nilai organisasional seperti pengendalian
hirerkis dan otoritas, kesesuaian dengan norma-norma organisasional dan berbagai
regulasi, maupun loyalitas organisasional. Disisi lain orientasi profesional lebih
menekankan pada kode etik dan standar kinerja profesional. Adanya kondisi yang
demikian akan menyebabkan terjadinya konflik bila tujuan-tujuan profesional tidak
16
sesuai dengan tujuan organisasionalnya. Perselisihan yang potensial antara
profesional dan nilai-nilai organisasi dikenal sebagai konflik organisasional
profesional (Setianingsih, 2004).
Konflik organisasi-profesional terjadi ketika nilai-nilai organisasi yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai profesional, seperti otonomi profesional dan
mempertahankan tingginya standar-standar (Sorensen, 1967). Sejauh mana organisasi
memungkinkan para profesional untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan
penilaian profesional mereka merupakan faktor penting dari Konflik organisasi-
profesional (Aranya dan Ferris, 1984).
2.1.5. Otonomi Kerja
Lengermann (1971) menyebutkan bahwa otonomi profesional merupakan
salah satu dasar dan karakteristik yang penting dalam suatu pekerjaan yang dilakukan
oleh profesional. Otonomi berarti kebebasan yang bersifat prerogatif yang dimiliki
oleh profesional untuk melakukan pekerjaan profesional mereka berdasarkan
pengetahuan dan keahlian profesi mereka. Karena hanya mereka maupun
kalangannya saja yang memiliki pengetahuan serta keahliannya tertentu tersebut,
klien maupun pihak lain tidak memiliki kewenangan atau kemampuan untuk
mengarahkan maupun mengabaikan penilaian atau pengambilan keputusan yang
mereka lakukan terhadap pekerjaan mereka. Pada awalnya, penelitian terhadap
17
otonomi kerja berfokus pada penerapan otonomi kerja oleh profesional tanpa adanya
campur tangan dari kelompok eksternal seperti klien dan organisasi pemerintah dalam
konteks profesional yang bekerja pada sektor privat. Selanjutnya, fokus penelitian
tersebut berkembang pada penerapan otonomi dalam konteks internal suatu
organisasi, yakni yang berhubungan dengan adanya pengaruh birokasi yang tidak
tepat atau berlebihan yang dapat disebabkan oleh supervisor mereka.
Selain itu, Lengermann (1971) juga menyebutkan bahwa pentingnya otonomi
profesional disertai dengan beberapa alasan. Dalam era spesialisasi, setiap pekerjaan
yang disertai dengan tuntutan profesional akan menyebabkan munculnya prerogatif
atas otonomi profesional. Selain itu, banyak pekerjaan profesional pada saat ini tidak
dilakukan secara individual melainkan oleh organisasi yang lebih besar yang
mengkoordinasikan kontribusi dari banyak profesional yang bekerja di dalamnya.
Dari kondisi tersebut, isu terkait bagaimana organisasi tersebut mengakomodasi
otonomi profesional kemudian muncul karena mungkin saja ada ketidakcocokan
dalam hubungan antara profesional dan organisasinya (sebagai contohnya adalah
dalam penerapan fungsi birokrasi organisasi).
Otonomi pekerjaan didefinisikan sebagai sejauh mana pekerjaan menawarkan
kebebasan yang cukup besar, membuktikan kebebasan pilihan kepada individu dalam
penjadwalan pekerjaan dan juga mendefinisikan maksud dari tugas yang ingin
dicapai. Otonomi melibatkan tanggung jawab atas hasil dari pekerjaan yang
menghasilkan hasil seperti efisiensi kerja yang tinggi dan tingkat yang lebih tinggi
18
pada motivasi intrinsik (Hackman & Oldham, 1975). Lebih khusus itu juga dapat
didefinisikan sebagai pilihan dan kebebasan bawaan dalam pekerjaan untuk
melakukan berbagai tugas (Brey, 1999).
2.1.6. Kepuasan Kerja Auditor
Kepuasan kerja merupakan sikap (positif) tenaga kerja terhadap pekerjaannya,
yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja. Penilaian tersebut dapat
dilakukan terhadap salah satu pekerjaanya. Penilaian yang dilakukan sebagai rasa
menghargai dalam mencapai salah satu nilai-nilai penting dalam pekerjaan.
Karyawan yang puas lebih menyukai situasi kerjaanya daripada karyawan yang tidak
puas, yang tidak menyukai situasi kerjaanya (Umam,2010:192). Kepuasan kerja dapat
dipahami melalui tiga aspek. Pertama, kepuasan kerja merupakan bentuk respon
pekerja terhadap lingkungan pekerjaan. Kedua, kepuasan sering ditentukan oleh hasil
pekerja atau kinerja. Ketiga, kepuasan kerja terkait dengan sikap lainnya dan dimiliki
oleh setiap pekerja (Engko dan Gudono,2007).
Menurut Smith, Kendal dan Hulin dalam Bavendam, J. (2000)
mengungkapkan bahwa kepuasan kerja bersifat multidimensi dimana seseorang
merasa lebih atau kurang puas dengan pekerjaannya, supervisornya, tempat kerjanya
dan sebagainya. Sedangkan Edison (2002) dalam Baihaqi (2010) menyebutkan
19
sumber kepuasan kerja terdiri atas pekerjaan yang menantang, imbalan yang sesuai,
kondisi atau lingkungan kerja yang mendukung, dan rekan kerja yang mendukung.
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan hal yang bersifat individual, setiap
individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda dengan sistem nilai yang
berlaku pada dirinya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan masing-masing
individu. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan
keinginan individu tersebut, semakin tinggi kepuasan yang dirasakan, sebaliknya bila
semakin sedikit aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu,
maka makin rendah tingkat kepuasannya (As’ad, 2005:103).
Sedangkan menurut Hasibuan (2007: 202) kepuasan kerja adalah sikap
emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan
oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam
pekerjaan, luar pekerjaan dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan.
Fungsi kepuasan kerja adalah: (a) untuk meningkatkan disiplin karyawan
dalam menjalankan tugasnya. Karyawan akan datang tepat waktu dan akan
menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan (b) untuk
meningkatkan semangat kerja karyawan dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan
(Chasanah, 2008:29).
Kepuasan kerja didefinisikan sebagai sikap umum individu terhadap
pekerjaannya (Robbins, 2006). Dalam hal ini adalah auditor. Auditor dapat menilai
20
seberapa puas atau tidak puas dirinya dengan pekerjaannya. Menurut Kartono (2007:
249) kepuasan kerja adalah penilaian dari pekerjaan tentang seberapa jauh
pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhan.
Menurut Umam (2010:192) pengukuran kepuasan kerja dapat dilakukan
dengan berbagai cara, baik dari segi analisis statistik maupun pengumpulan data
meliputi :
1. Pengukuran kepuasan kerja dilihat sebagai konsep global
Konsep ini merupakan konsep satu dimensi, semacam ringkasan psikologi dari
semua aspek pekerjaan yang disukai atau tidak disukai dari suatu jabatan.
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner satu pertanyaan (soal).
Cara ini memiliki sejumlah kelebihan, diantaranya tidak ada biaya pengembangan
dan dapat dimengerti oleh responden. Selain itu, cara ini cepat, mudah
diadministrasikan, dan diberi nilai.
2. Pengukuran kepuasan kerja dilihat sebagai konsep permukaan
Konsep ini menggunakan konsep facet (permukaan) atau komponen, yang
menganggap bahwa kepuasan karyawan dengan berbagai aspek situasi kerja yang
berbeda itu bervariasi secara bebas dan garis diukur secara terpisah. Diantara
konsep facet yang dapat diperiksa adalah beban kerja, keamanan kerja,
kompetensi, kondisi kerja, status, dan prestise kerja.
21
3. Pengukuran kepuasan kerja dilihat sebagai kebutuhan yang terpenuhkan
Konsep ini merupakan suatu pendekatan terhadap pengukuran kepuasan kerja
yang tidak menggunakan asumsi bahwa semua orang memiliki pekerjaan yang
sama mengenai aspek tertentu dari situasi kerja. Pendekatan ini dikembangkan
oleh Porter. Dia mengajukan kuesioner yang didasarkan padapendekatan teori
kebutuhan akan kepuasan kerja. Kusioner ini terdiri atas lima belas pertanyaan
yang berkaitan dengan kebutuhan akan rasa aman, penghargaan, otonomi, sosial
dan aktualisasi diri.
Menurut Umam (2010, 194-197) banyak faktor yang telah diteliti sebagai
faktor-faktor yang menentukan kepuasan kerja diantaranya gaji, kondisi kerja, dan
hubungan kerja (rekan dan atasan).
1. Gaji atau imbalan yang dirasakan adil
Uang atau imbalan akan memiliki dampak terhadap motivasi kerja jika besarnya
imbalan disesuaikan dengan tingginya prestasi kerja. Untuk mendapatkan
penghasilan yang tinggi, meningkatkan motivasi kerjanya agar berhasil
memperoleh penghasilan yang sesuai dengan apa yang diperlukan.
2. Kondisi kerja yang menunjang
Ruangan kerja yang sempit, panas, cahaya lampu yang menyilaukan mata akan
menyebabkan keengganan untuk bekerja. Orang akan mencari alasan untuk
22
sering-sering keluar ruang kerjanya. Dalam hal ini perusahaan harus menyediakan
ruang kerja yang terang, sejuk dengan peralatan kerja yang nyaman digunakan,
seperti meja, kursi yang dapat diatur tinggi-rendah. Dalam kondisi seperti ini,
kebutuhan-kebutuhan fisik yang terpenuhi akan memuaskan tenaga kerja.
3. Hubungan Kerja (rekan kerja dan atasan)
Setiap pekerjaan dalam organisasi memiliki kaitan dengan pekerjaan lain. Terjadi
deferensiasi pekerjaan mendaftar dan tegak. Dalam perkembangan, corak
interaksi antar pekerjaan tumbuh berbeda-beda. Dengan demikian, hubungan
kerjadapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: hubungan kerja dengan rekan kerja,
hubungan kerja dengan atasan, dan hubungan kerja dengan bawahan.
Sedangkan menurut pendapat Feldman dan Arnold dalam Ghozali (2006:159)
disimpulkan terdapat enam hal yang dianggap paling dominan dalam studi kepuasan
kerja yaitu:
1. Pekerjaan itu sendiri (work it self), setiap pekerjaan memerlukan suatu
keterampilan tertentu sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sukar tidaknya
suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam
melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan
kerja.
23
2. Atasan (supervision), atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan
bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman
dan sekaligus atasannya.
3. Teman sekerja (workers), merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan
antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama
maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4. Promosi (promotion), merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya
kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja.
5. Gaji atau upah (pay), merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai
yang dianggap layak atau tidak.
6. Kelompok kerja (Work Group), merupakan faktor yang berhubungan dengan
sumber kepuasan kerja individual yang berasal dari adanya kesempatan untuk
melakukan interaksi satu sama lain.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Amilin dan Dewi (2008) dengan judul Pengaruh
Komitmen Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Akuntan Publik dengan Role Strees
Sebagai Variabel Moderating. Variabel yang diteliti komitmen organisasi, konflik
peran, ketidakjelasan peran dan kepuasan kerja sebagai variabel dependen. Sampel
24
yang digunakan auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Penelitian
ini menghasilkan hanya variabel komitmen organisasi yang berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan kerja.
Penelitian Fajar Nurlayli dan Pardi (2012) dengan judul Pengaruh Komitmen
Organisasi, Komitmen Profesi, dan Motivasi Terhadap kepuasan Kerja Auditor.
Variabel yang diteliliti komitmen organisasi, komitmen profesi, motivasi kerja.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Hasil hipotesis pertama menyatakan bahwa variabel komitmen organisasi
berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja auditor dengan nilai
signifikansi 0,006. Hasil hipotesis kedua menyatakan bahwa komitmen profesi
berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja dengan nilai signifikansi
0,033. Hasil hipotesis ketiga menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh terhadap
kepuasan auditor dengan nilai signifikan 0,025.
Penelitian yang dilakukan Bamber dan Lyer (2009) dengan judul Job
Satisfaction, Tone at the Top, Job Autonomy, Organizational Professional Conflict.
Variabel yang diteliti konflik organisasional profesional, otonomi kerja, tone at the
top dan kepuasan kerja auditor sebagai variabel dependen. Sampel terdiri dari 1.250
auditor yang dipilih secara acak. Penelitian ini menghasilkan variabel otonomi kerja
berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja, serta konflik organisasional
profesional yang rendah meningkatkan kepuasan kerja auditor.
25
Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini disajikan dalam
tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Ringksan penelitian terdahulu
PENELITI JUDUL
PENELITIAN
VARIABEL RESPONDEN TEMUAN
Amilin dan
Dewi
(2008)
Pengaruh
Komitmen
Organisasi
Terhadap
Kepuasan Kerja
Akuntan Publik
dengan Role
Stress Sebagai
Variabel
Moderating
Komitmen
organisasional,
konflik peran,
ketidakjelasan
peran, kepuasan
kerja auditor, role
stress
Auditor Variabel
komitmen
organisasion
al
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
kepuasan
kerja
Pardi dan
Nurlayli
(2007)
Pengaruh
Komitmen
Organisasional,
Komitmen
Profesional dan
Motivasi
terhadap
Kepuasan Kerja
Auditor
Komitmen
organisasional,
komitmen
profesional,
motivasi,
kepuasan kerja
auditor
Auditor Komitmen
Organisasioa
l, komitmen
profesional,
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
kepuasan
kerja auditor
Bamber dan
Iyer (2009)
Job Satisfaction,
Tone at the Top,
Job Autonomy,
Organizational
Professional
Conflict
Job satisfaction,
tone at the top,
job autonomy,
dan
organizational
professional
Auditor Job
autonomy
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap job
26
conflict satisfaction
Bamber dan
Venkatara
man (2002)
Big 5 Auditor
Profesional dan
Organizational
Identification
OPC, kepuasan
kerja, keinginan
berpindah kerja,
identifikasi
profesional,
identiikasi
organisasional
Auditor OPC
berhubunga
negatif
dengan
kepuasan
kerja, dan
OPC
berhubungan
dengan
keinginan
berpindah
kerja melaui
kepuasan
kerja
2.3. Pengembangan Hipotesis
2.3.1. Pengaruh Komitmen Organisasional terhadap Kepuasan Kerja Auditor
Hasil penelitian Trisnaningsih (2001), Pardi dan Nurlayli (2007), Tranggono
dan Kartika (2008) dan Fathonah dan Utami (2008) menunjukkan bahwa komitmen
organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja auditor.
Apabila komitmen organisasi auditor ditingkatkan, maka akan menyebabkan naiknya
kepuasan kerja auditor. Suatu kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan dan nilai
dari Kantor Akuntan Publik, suatu tekad auditor untuk berusaha sungguh-sungguh
demi kepentingan Kantor Akuntan Publik, dan juga keinginan untuk memelihara
27
keanggotaan dalam Kantor Akuntan tersebut dapat mempengaruhi kepuasan kerja
seorang auditor di dalam menjalankan profesinya (Tranggono dan Kartika, 2008:9).
Menurut penelitian yang dilakukan (Amilin dan Dewi, 2008) bahwa
komitmen organisasi berhubungan positif terhadap kepuasan kerja auditor. Dimana,
semakin tinggi komitmen seorang auditor terhadap organisasinya makan semakin
tinggi pula kepuasan kerja yang dialaminya. Karena semakin sering seorang terlibat
dan loyal dalam suatu organisasi maka akan tinggi komitmennya terhadap organisasi.
Dari pernyataan tersebut, maka hipotesis pertama sebagai berikut:
H1 : Komitmen Organisasional berpengaruh positif terhadap Kepuasan Kerja
Auditor
2.3.2. Pengaruh Komitmen Profesional terhadap Kepuasan Kerja Auditor
Penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2001), Pardi dan Nurlayli
(2007) dan Tranggono dan Kartika (2008) menunjukkan bahwa komitmen
professional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja auditor.
Seorang profesional akan lebih senang (comfortable) mengasosiasikan diri mereka
dengan organisasi profesi mereka dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan mereka
lebih ingin menaati norma, aturan dan kode etik profesi dalam memecahkan masalah
yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas-tugasnya dan hal ini tidak ada pengecualian
antara auditor wanita maupun auditor pria pada Kantor Akuntan Publik. Norma,
28
aturan dan kode etik ini berfungsi sebagai suatu mekanisme pengendalian yang akan
menentukan kualitas hasil kinerja auditor. Sementara itu komitmen professional yang
senantiasa terjaga secara konsisten tentunya akan membanggakan dan akan
meningkatkan kepuasan kerja pada diri seorang auditor (Trisnaningsih, 2001, 21).
Dari pernyataan yang telah disebutkan diatas, maka hipotesis kedua sebagai berikut:
H2 : Komitmen Profesional berpengaruh positif terhadap Kepuasan Kerja
Auditor
2.3.3. Pengaruh Konflik Organisasional Profesional dengan Kepuasan Kerja
Auditor
Meta analisis penelitian tentang Konflik Organisasional Profesional
menunjukkan korelasi yang besar dan negatif untuk Konflik Organisasional
Profesional dengan komitmen organisasi dan kepuasan kerja, dan korelasi yang besar
dan positif untuk Konflik Organisasional Profesional dan keinginan berpindah
organisasi (Brierley, 1999). Oleh karena itu, sejauh bahwa Konflik Organisasional
Profesional ada, itu dapat memiliki efek yang merugikan pada sikap kerja dan niat
perilaku termasuk kepuasan kerja. Singkatnya, temuan dari penelitian Konflik
Organisasional Profesional dalam literatur identifikasi profesional audit dan non audit
membawa kita ke hubungan negatif Konflik Organisasional Profesional untuk
29
kepuasan kerja. Dari pernyataan yang telah disebutkan diatas, maka hipotesis ketiga
sebagai berikut:
H3 : Konflik Organisasional Profesional berpengaruh negatif terhadap
Kepuasan Kerja Auditor
2.3.4. Pengaruh Otonomi Kerja terhadap Kepuasan Kerja Auditor
Lengermann (1971) menyatakan bahwa otonomi adalah salah satu dasar
karakteristik dari suatu profesi. Menurutnya, otonomi berarti kebebasan atau
prerogatif para profesional untuk menjalankan aktifitas profesinya berdasarkan
penilaian individual sebagai penerapan atas pengetahuan yang dimilikinya. Hall
(1968) juga menyatakan bahwa keberadaan otonomi profesional merupakan suatu
atribut profesional, baik struktural maupun atitudinal. Locke (1976) menjelaskan
bahwa otonomi kerja adalah atribut kerja yang memuat suatu tantangan mental di
dalamnya. Tantangan kerja yang cukup dan berada dalam batas penerimaan seseorang
dapat menimbulkan minat dan keterlibatan dalam kerja. Tidak adanya tantangan
mental dalam pekerjaan dapat mengakibatkan seseorang mengalami kebosanan, yang
merupakan kebalikan dari minat. Kebosanan adalah kapasitas mental yang tidak
digunakan. Berdasarkan teori hirarki kebutuhan, otonomi kerja juga merupakan salah
satu kebutuhan manusia (Robbins, 2001). Locke (1976) menyebutkan bahwa tingkat
keleluasaan dari suatu individu untuk memenuhi kebutuhannya menentukan tingkat
30
kepuasan kerja. Penelitian yang berkaitan dengan otonomi kerja telah dilakukan oleh
Bamber dan Iyer (2009) dan menunjukkan bahwa keberadaan otonomi kerja dapat
meningkatkan kepuasan kerja dalam suatu profesi. Dari pernyataan yang telah
disebutkan diatas, maka hipotesis keempat sebagai berikut:
H4 : Otonomi Kerja berpengaruh positif terhadap Kepuasan Kerja Auditor
2.4. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh otonomi
kerja, konflik organisasional profesional, komitmen organisasional, dan komitmen
professional terhadap kepuasan kerja auditor. Otonomi kerja, konflik organisasional
profesional, komitmen organisasional, dan komitmen profesional sebagai variabel
independen dan kepuasan kerja auditor sebagai variabel dependen. Berdasarkan teori
yang telah disebutkan sebelumnya serta variabel yang mempengaruhi kepuasan kerja
auditor dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut ini.
31
Variabel Independen
H1 Variabel Dependen
H2
H3
H4
Komitmen
Profesional
Komitmen
Organisasional
Konflik
Organisasional
Profesional
Otonomi Kerja
Kepuasan Kerja
Auditor
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Varabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat-sifat atau nilai dari
seseorang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2010:252).
Pada bab ini akan dibahas tentang variabel dependen dan variabel independen
yang digunakan dalam penelitian. Selain itu juga terdapat definisi operasioanl
variabel berupa pengukuran variabel.
3.1.1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel utama dalam penelitian dan peneliti
bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan variabel dependen tersebut
(Sekaran, 2010). Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan Kepuasan
Kerja Auditor (Y).
33
3.1.2. Variabel Independen
Variabel independen adalah hal yang mempengaruhi variabel dependen secara
negatif maupun positif (Sekaran, 2010). Variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Komitmen Organisasional (X1), Komitmen Profesional (X2),
Konflik Organisasional Profesional (X3), Otonomi Pekerjaan (X4) sebagai variabel
independen. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai definisi dari masing-masing
variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya
1. Kepuasan Kerja Auditor
Kepuasan kerja didefinisikan sebagai sikap umum individu terhadap
pekerjaannya (Robbins, 2006). Dalam hal ini adalah auditor. Auditor dapat menilai
seberapa puas atau tidak puas dirinya dengan pekerjaannya. Menurut Kartono
(2007:249) kepuasan kerja adalah penilaian dari pekerjaan tentang seberapa jauh
pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhan.
Pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan 5 item pertanyaan
berdasarkan instrumen yang dikembangkan oleh Melia (2008) dengan menggunakan
skala interval (likert) 5 poin mulai dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), ragu-
ragu (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).
34
2. Komitmen Organisasional
Komitmen merupakan sebuah sikap dan perilaku yang saling mendorong
(reinforce) satu dengan yang lain. Auditor yang komitmen terhadap organisasi akan
menimbulkan sikap yang positif terhadap lembaganya, auditor akan memiliki jiwa
untuk tetap membela organisasinya, berusaha meningkatkan prestasi dan memiliki
keyakinan yang pasti untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi (Trisnaningsih,
2001:22).
Pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan 12 item pertanyaan
berdasarkan instrumen yang dikembangkan oleh Trisnaningsih (2007) dengan
menggunakan skala interval (likert) 5 poin mulai dari sangat tidak setuju (1), tidak
setuju (2), ragu-ragu (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).
3. Komitmen Profesional
Komitmen profesional adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya
seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut (Larkin, 1990). Komitmen
profesional yang didasari oleh, pemahaman perilaku, sikap dan orientasi profesional
dalam melaksanakan tugas-tugas merupakan cerminan dari norma-norma, aturan dan
kode etik profesinya.
Pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan 5 item pertanyaan
berdasarkan instrumen yang dikembangkan oleh Irawati (2012) dengan menggunakan
35
skala interval (likert) 5 poin mulai dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), ragu-
ragu (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).
4. Konflik Organisasional Profesional
Konflik Organisasional Profesional dialami bila seorang profesional bekerja
dalam organisasi yang merupakan subjek dari dua sumber kekuasaan yang memiliki
legitimasi berbeda-beda dan bertentangan yaitu kekuasaan profesional dan kekuasaan
birokratis (McGregor et al., 1989). Shafer et al. (2002) berpendapat bahwa
perselisihan yang potensial antara nilai-nilai profesional dan nilai-nilai organisasi
dikenal sebagai konflik organisasional profesional.
Variabel ini diukur dengan tiga item dimana dua item merupakan pertanyaan
yang dikembangkan oleh Aranya dan Ferris (1984) dan satu item yang dikembangkan
Shafer et al. (2002). Skala yang digunakan adalah skala interval (likert) 5 poin mulai
dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), ragu-ragu (3), setuju (4) sampai sangat
setuju (5).
5. Otonomi Pekerjaan
Definisi otonomi kerja pada penelitian ini mengacu pada pengertian yang
dikemukakan oleh Lengermann (1971), yakni kebebasan atau prerogatif para
profesional untuk menjalankan aktifitas profesinya berdasarkan penilaian individual
sebagai penerapan atas pengetahuan yang dimilikinya.
36
Dalam penelitian ini, otonomi kerja diukur melalui tiga pertanyaan yang
dikembangkan oleh Hackman dan Oldham (1974, 1975) yang juga digunakan oleh
Bamber dan Iyer (2009) dalam penelitian mereka. Respon terhadap indikator tersebut
diukur dalam tingkat skala interval (likert) 5 poin mulai dari sangat tidak setuju (1),
tidak setuju (2), ragu-ragu (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik di wilayah Kota
Semarang. Sedangkan sampel penelitian adalah auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik wilayah Semarang.
Pengambilan Sampel dilakukan dengan cara non probability sampling. Non
probabalitity sampling merupakan pengambilan sampel yang tidak memberi peluang
/ kesempatan sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Metode sampling yang dipilih adalah convenience sampling dimana pemilihan
sampel berdasarkan dilakukan berdasarkan kemudahan. Metode ini dilakukan dengan
memilih sampel dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh yaitu dengan
cara memilih auditor-auditor berdasarkan data yang diperoleh. Elemen populasi yang
dipilih sebagai subjek sampel adalah tidak terbatas sehingga peneliti memiliki
kebebasan untuk memilih sampel dengan cepat (Indriantoro dan Supomo, 2002:130).
37
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan sekunder.
Data primer yang diajukan pada responden berupa kuesioner yang terstruktur.
Kuesioner yang diberikan pada responden berisi beberapa pertanyaan terkait dengan
penelitian. Kuesioner ini berjenis structured questions dengan pertanyaan tertutup
yang menghendaki responden memilih jawaban yang sudah disediakan (Sekaran,
2010).
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian adalah jumlah responden.
Data ini berguna untuk menentukan jumlah responden penelitian. Sumber data
sekunder adalah database terkait jumlah kantor akuntan publik yang masih aktif
beroperasi di wilayah Semarang. Sumber data dapat diakses di www.iai.ac.id.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian ilmiah, metode pengumpulan data dimaksudkan untuk
memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat, dan terpercaya (Supranto, 2003).
Untuk memperoleh data primer yang diperlukan, teknik yang digunakan adalah
pengisian kuesioner. Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan
memberikan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan akan memberi
respon atas pertanyaan tersebut.
38
Penyebaran dan pengumpulan kuesioner dilakukan secara langsung oleh
peneliti dengan cara mengantar kuesioner langsung ke KAP (Kantor Akuntan Publik)
di Semarang yang menjadi objek dalam penelitian ini. Masing-masing kuesioner
disertai dengan surat permohonan untuk mengisi kuesioner yang diujukan pada
responden. Surat permohonan tersebut berisi identitas peneliti, maksud penelitian
yang dilakukan dan jaminan kerahasiaan data penelitian.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini
menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Data terkait dengan masalah yang penelitian diperoleh oleh peneliti melalui buku,
jurnal, skripsi, tesis, desertasi, internet, dan perangkat lain yang memiliki keterkaitan
dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Dalam penelitian ini, data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang
disebarkan kepada pihak yang terkait dengan masalah penelitian untuk memperoleh
data yang sebenarnya, kuesioner dibagikan kepada responden dengan mendatangi
responden secara langsung maupun melalui perantara (Indriantoro dan Supomo,
2002:146-147).
39
3.5. Metode Analisis Data
3.5.1. Uji Kualitas Data
Uji Kualitas data dilakukan untuk menguji kecukupan dan kelayakan data
yang digunakan dalam penelitian. Uji kualitas data yang diperoleh dari penggunaan
instrument penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan uji reliabilitas yang
diolah baik menggunakan manual maupun dengan komputer (Sarita dan Dian, 2009).
3.5.1.1 Uji Validitas
Uji ini ditujukan untuk mengukur sejauh mana butir pertanyaan yang
digunakan dalam suatu penelitian benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
Pengujian validitas dengan menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara
menghitung korelasi antar skor masingmasing butir pertanyaan dengan total skor.
Kriteria yang digunakan valid atau tidak valid adalah jika korelasi antar skor masing-
masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi dibawah
0,05 maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid, apabila butir pertanyaan
dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi diatas 0,05 maka butir pertanyaan
tersebut tidak valid (Ghozali, 2009:49).
40
3.5.1.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas sebenarnya digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan inidikator dari variabel (Ghozali, 2011). Suatu kuesioner dikatakan
reliabel jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke
waktu.
Menurut Nunnally tahun 1994 dalam Ghozali tahun 2011, uji reliabilitas dapat
dilakukan secara one shot. Pengukuran dilakukan satu kali kemudian korelasi antar
jawaban diukur. SPSS memberikan fasilitas berupa uji Cronbach Alpha (α) untuk
menguji korelasi antar jawaban tersebut. Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki
nilai Cronbach Alpha (α) > 0,6. Tetapi dalam penerapanya, nilai Cronbach Alpha (α)
0,5-0,6 masih dapat diterima.
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi yang
dibuat dapat digunakan sebagai alat prediksi yang baik. Uji asumsi klasik yang akan
dilakukan adalah uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas.
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel terikat dan variabel
bebas dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Dalam
41
penelitian ini, uji normalitas menggunakan Normal Probability Plot (P-P Plot). Suatu
variabel dikatakan normal apabila gambar distribusi dengan titik-titik data yang
menyebar disekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti
garis diagonal (Santoso,2004:212).
Selain itu, uji normalitas data bertujuan untuk inferensi. Jika terdapat
normalitas maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen, yaitu
perbedaan antara nilai prediksi dengan nilai sesungguhnya akan terdistribusi secara
simetri di sekitar nilai means sama dengan nol (Ghozali, 2011).
Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah Uji Kolmogorov-
Smirnov. Kaidah uji normalitas yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Jika sig > 0,05 maka data terdistribusi dengan normal
2. Jika sig ≤ 0,05 maka data terdistribusi dengan tidak normal
3.5.2.2 Uji Multikolinieritas
Pengertian multikolinearitas adalah terjadinya korelasi yang sempurna
maupun tidak sempurna tetapi relatif sangat tinggi pada variabel bebas yang ada pada
penelitian ini (Sarita dan Dian, 2009). Ada atau tidaknya multikolinearitas antara
variabel bebas dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Hasil pengujian
42
menunjukkan tidak ada gejala multikolinearitas bila masing-masing VIF variabel
bebas lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0.10.
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai
Tolerance (TOL) dan metode VIF (Variance Inflation Factor). Nilai TOL
berkebalikan dengan VIF. TOL adalah besarnya variasi dari satu variabel independen
yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.Sedangkan VIF menjelaskan
derajat suatu variabel independen yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Nilai TOL yang rendah adalah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF =
1/TOL). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai TOL <0,10 atau sama dengan nilai VIF>10 (Ghozali,
2011:105-106).
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaa varians dan residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan yang lainnya. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dilakukan uji Gletser dengan melihat tingkat signifikansi dari
43
hasil regresi nilai absolute residual sebagai variabel terikat dengan variabel
karakteristiknya. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terjadi heterokesdastisitas
(Ghozali, 2005:105).
3.5.3. Uji Hipotesis
3.5.3.1 Analisis Regresi Berganda
Pengujian data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan model
regresi berganda. Model regresi berganda pada umumnya digunakan untuk menguji
pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan
skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier (Indriantoro dan
Supomo, 2002:211). Variabel independen terdiri dari X1, X2, X3 dan X4 sedangkan
variabel dependennya adalah Y.
Untuk menguji hipotesis tersebut, maka dirumuskan persamaan regresi yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Y = a + B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4 + e
Keterangan:
Y : Kepuasan Kerja Auditor
X1 : Komitmen Organisasional
X2 : Komitmen Profesional
44
X3 : Konflik Organisasional Profesional
X4 : Otonomi Pekerjaan
a : Konstanta
B: Koefisien Regresi
e : standar error
3.5.3.2 Uji Koefisien Determinasi (R²)
Uji Koefisien Determinasi digunakan untuk mengukur kemampuan model
regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi-variasi dependen (Ghozali, 2009:87). Untuk
mengetahui besar atau kecilnya pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel
dependen (Y) dipergunakan koefisien determinasi dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
KD= r² x 100%
Dimana:
KD= Koefisien Determinasi
r = Koefisien korelasi
45
3.5.3.3 Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali, 2012:98). Uji F digunakan untuk
menguji pengaruh variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara
bersama sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05
(Ghozali, 2012:98). Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria
pengambilan keputusan sebagai berikut : (Ghozali, 2012:99)
1) Jika nilai probabilitas lebih besar 0,05 maka Hₒ diterima atau Hₐ ditolak, yang
menyatakan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama dan signifikan
tidak mempengaruhi variabel dependen.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil 0,05 maka Hₒ ditolak atau Hₐ diterima, yang
menyatakan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama dan signifikan
mempengaruhi variabel dependen
3.5.3.4 Uji Statistik t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2012:98). Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria
pengambilan keputusan sebagai berikut : (Ghozali, 2012:98)
46
1) Jika nilai probabilitas lebih besar 0,05 maka Hₒ diterima atau Hₐ ditolak, yang
menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas secara individu tidak
mempengaruhi variabel dependen atau terikat .
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil 0,05 maka Hₒ ditolak atau Hₐ diterima, yang
menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas secara individu
mempengaruhi variabel dependen atau terikat.