faktor - faktor yang berhubungan dengan perilaku...

135
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI PROVINSI SUMATERA UTARA (Data SDKI Tahun 2012) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh: Asiva Noor Rachmayani NIM: 1110101000080 PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M / 1436 H

Upload: others

Post on 07-Jan-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU

PENGGUNAAN KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI

PROVINSI SUMATERA UTARA

(Data SDKI Tahun 2012)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

Asiva Noor Rachmayani

NIM: 1110101000080

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M / 1436 H

Page 2: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar srata 1 (S-1) di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika dikemudian hari diterbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 6 Juli 2015

Asiva Noor Rachmayi

Page 3: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN Skripsi, 6 Juli 2015 Asiva Noor Rachmayani, NIM: 1110101000080

Faktor–Faktor yang Behubungan dengan Perilaku Penggunaan Kontrasepsi pada Wanita Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara (Data SDKI 2012) xiv + 119 halaman + 16 tabel + 3 gambar + 2 lampiran

ABSTRAK

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah atau menghindari terjadinya kehamilan akibat dari pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma. Usaha tersebut dapat bersifat sementara dan juga bersifat permanen. Tingginya angka kelahiran dapat menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya pertambahan jumlah penduduk yang tidak terkendali, sedangkan dampak kesehatan yang dapat terjadi yaitu tingginya angka kematian ibu. Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi ke empat dari lima provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Berdasarkan hasil SDKI (2012) didapatkan bahwa penggunaan kontrasepsi di Sumatera Utara terbilang paling rendah dibandingkan dengan empat provinsi lainnya yaitu sebesar 36,5%. Selain itu dari data SDKI (2012) tercatat angka TFR di Sumatera Utara lebih tinggi yaitu sebesar (3,0) dibandingkan dengan empat provinsi lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi Cross Sectional. Sumber data penelitian ini adalah data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Sampel penelitian ini sebanyak 1183 WUS, analisis statistik menggunakan uji Chi Square yang dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi pada Wanita Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara adalah umur (p value 0,000), pendidikan (p value 0,010), jumlah anak (p value 0,000), tingkat kekayaan (p value 0,000) dan kunjungan ke fasilitas kesehatan dalam 6 bulan terakhir (p value 0,018). Adapun variabel yang tidak berhubungan dalam penelitian ini yaitu sumber informasi dan kunjungan petugas KB dalam 6 bulan terakhir. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan bagi Kementerian Kesehatan RI diharapkan lebih menggencarkan kampanye KB dari media cetak dan elektronik, diharapkan petugas KB dapat meningkatkan pemberian penyuluhan kepada WUS dalam upaya peningkatan pengetahuan dan menyebarluaskan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) akan manfaat penggunaan kontrasepsi di Sumatera Utara.

Kata Kunci: Perilaku Penggunaan Kontrasepsi, WUS, Provinsi Sumatera Utara Daftar Bacaan: 79 (1998 – 2014)

Page 4: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM HEALTH PROMOTION Undergraduated Thesis, 6 Jully 2015 Asiva Noor Rachmayani, NIM: 1110101000080 Factors Associated with Contraceptive Behaviour Uses in Infertile Women in North Sumatera (Data Analysis SDKI 2012) xiv + 199 pages + 16 tables + 3 pictures + 2 attachments

ABSTRACT

Contraception is many attempts to prevent or avoid a pregnancy resulting from of a meeting between a mature egg cell with sperm. These can be temporary and also is permanent. The high birth rate can give rise to the various problems such as the growing number of population uncontrolled, while of the health impacts that can occured the high number of maternal mortality. Province of North Sumatera is a province to four of the five the biggers population in Indonesia. Base on result (IDHS 2012) got that use of contraceptive in North Sumatera mostly low when compared to other four provinces is as much as 36.5%. In addition from the data IDHS (2012) noted figure is in North Sumatera TFR is higher much as (3.0) in comparison to other four province. The purpose of this study was to investigate the factors associated with contraceptive behavior uses in infertile women in North Sumatera. This was a quantitative study using a cross-sectional study design. The source of data was from Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2012. Samples taken as many as 1183 infertile women, Statistical analysis was performed using Chi Square test to analyze which factors associated with contraceptive behaviour uses in infertile women in North Sumatera. The result showed that factors associated with contraceptive behaviour uses in infertile women in North Sumatera were ege (p value 0,000), education (p value 0,010), the number of children (p value 0,000), level of wealth (p value 0,000), visited health facility last 6 months (p value 0,018). The variables that are not associated in this reseach source of information and visited by family planning worker last 6 months. Based on these result, it is suggested to the Ministry of Health is expected more by family planning campaign of the print media and electronics, family planning worker is expected to increase the provision of counseling to the infertile women in efforts to increase knowledge and disseminated communication, information and education (CIE) will benerfit the use of contraceptive in North Sumatera. Keyword: Contraceptive Behaviour Uses, Infertile Women, North Sumatera

Reading list: 79 (1998 – 2014)

Page 5: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

FAKOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI

SUMATERA UTARA

(ANALISIS DATA SDKI 2012)

Telah disetujui, diperiksa untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:

Asiva Noor Rachamayani

NIM. 11101010000080

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Catur Rosidati, MKM Fase Badriah, SKM, M.Kes, Ph.D

NIP. 19750210 200801 2 0 18 NIP. 19710605 200604 2 0 12

Page 6: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

v

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 6 Juli 2015

Penguji I

Ratri Ciptaningtyas, SKM, MHS

NIP. 19840404 200812 2007

Penguji II

NIP. 19800506 200501 2005

Penguji III

Dela Aristi, SKM, MKM

Page 7: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PRIBADI

Nama Lengkap : Asiva Noor Rachmayani

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 8 April 1992

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cirendeu Indah II no. 55 RT.05/04

Pisangan Timur, Ciputat, Tangerang Selatan.

Telepon : (021) 742 373 1 / 083874869642

e-mail : [email protected]

B. Pendidikan Formal

(1996 – 1998) : TK Islam Al-Azhar 5 Kemandoran

(1998 – 2004) : SD Islam Al-Azhar 5 Kemandoran

(2004 – 2007) : SMP Islam Al-Azhar 4 Kemandoran

(2007 – 2010) : SMA Islam Al-Azhar 3 Pusat, Kebayoran Baru

(2010 – Sekarang) : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan

Masyarakat, Peminatan Promosi Kesehatan.

Page 8: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullah Wabarokatuh

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, semoga kelak

kita mendapatkan syafa’atnya.

Skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku

Penggunaan Kontrasepsi pada Wanita Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara

(Analisis Data SDKI 2012)” ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Penulis menyadari

bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak kesulitan, namun dengan

bantuan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini dapat

terselesaian. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayah Drs. M. Noor, MM dan Mama Sri

Suharsih yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan moril dan

materil dan senantiasa memanjatkan do’a sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 9: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

viii

4. Ibu Catur Rosidati, MKM dan ibu Fase Badriah, Ph.D selaku pembimbing

skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,

pengaharan, dorongan, kritik dan saran bagi penulis dalam penyusunan

skripsi ini.

5. Ibu Raihana Nadra Al Kaff, S.KM, M.MA selaku dosen peminatan

promkes yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat serta dukungan

dan dorongan dalam pembuatan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu dosen Program Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan

ilmu yang sangat bermanfaat dan semoga dapat diaplikasikan dalam

kehidupan peneliti.

7. Teman – teman Promkes 2010 tempat berbagi ilmu dan pengalaman yang

sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi Nita, Yuli, Furi Sari,

Prima, serta Vina, Alul, Rico, Randika tetap semangat, tidak lupa pula

Supri, Ica, Ilmi, Ayu, Uni Tia. Terima kasih atas tawa, canda, serta

semangatnya kawan, terima kasih juga kepada Kak Ida serta adik - adik

promkes atas dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sabahat yang dengan senang hati menemani, tempat bersandar dan tempat

berbagi ilmu Eliza, Dini, Tika terima Dillah, Iwed, Mawar, Anin, Aci,

terima kasih.

9. Sahabat terbaikku Fara, Friski, Lauditta, Media, Afifah, Nita, Hafi, Suci

yang dengan senang hati selalu memberikan dukungan, saran, serta tidak

bosan untuk selalu mengingatkan pernulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman Kesehatan Masyarakat 2010 UIN Syarif Hidayullah Jakarta

yang saling memberikan dukungan dan semangat serta tempat berbagi

Page 10: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

ix

ilmu terutama untuk Anis, Kiki, Yuni, Ati, Rizka, Lutfi, Sofda, Iqbal,

Miska terima kasih.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa penulisan laporan penelitian pada

skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar penulis

dapat menyusun laporan penelitian yang lebih baik di masa yang akan datang.

Wassalamu‘alaikum Warohmatullah Wabarokatuh

Jakarta, 6 Juli 2015

Asiva Noor Rachmyani

Page 11: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. i

ABSTRAK .......................................................................................................... ii

ABSTRACT ....................................................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 8

1.3 Pertanyaan Penelitian.................................................................................. 9

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 10

1.4.1 Tujuan Umum .................................................................................... 10

1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 10

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 11

1.5.1 Bagi Peneliti....................................................................................... 11

1.5.3 Bagi Kementerian Kesehatan RI ......................................................... 12

1.6 Ruang Lingkup ......................................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 13

2.1 Program Keluarga Berencana ................................................................... 13

2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana .......................................................... 13

2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana ............................................................... 14

2.1.3 Kontrasepsi ........................................................................................ 15

2.1.4 Wanita Usia Subur (WUS) ................................................................. 25

2.2 Perilaku Penggunaan KB .......................................................................... 25

2.2.1 Pengertian Perilaku ............................................................................ 25

2.2.1 Teori Perilaku .................................................................................... 26

2.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan KB ........ 27

2.3.1 Umur.................................................................................................. 28

2.3.2 Pendidikan ......................................................................................... 29

2.3.3 Tingkat Kekayaan .............................................................................. 30

Page 12: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

xi

2.3.4 Sumber Informasi ............................................................................... 31

2.3.5 Jumlah Anak ...................................................................................... 33

2.3.7 Kunjungan dari Petugas KB ............................................................... 34

2.3.8 Kunjungan ke Fasilitas Kesehatan ...................................................... 36

2.4 Kerangka Teori ......................................................................................... 37

BAB III KERANGKA KONSEP ...................................................................... 38

3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................... 38

3.2 Definisi Operasional ................................................................................. 40

3.3 Hipotesis .................................................................................................. 42

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 43

4.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 43

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 43

4.3 Populasi dan Sampel ................................................................................. 43

4.3.1 Populasi ............................................................................................. 43

4.3.2 Sampel ............................................................................................... 43

4.3.2 Cara Pengambilan Sampel .................................................................. 44

4.4 Cara Pengumpulan Data ........................................................................... 45

4.5 Instrumen Penelitian ................................................................................. 45

4.6 Pengolahan Data ....................................................................................... 46

4.7 Analisis Data ............................................................................................ 46

4.7.1 Analisis Univariat .............................................................................. 47

4.7.2 Analisis Bivariat................................................................................. 47

BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 48

5.1 Analisis Univariat ..................................................................................... 48

5.1.1 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi ...................................... 48

5.1.2 Gambaran Umur................................................................................. 48

5.1.3 Gambaran Pendidikan ........................................................................ 49

5.1.4 Gambaran Jumlah Anak ..................................................................... 50

5.1.5 Gambaran Tingkat Kekayaan ............................................................. 50

5.1.6 Gambaran Sumber Informasi .............................................................. 51

5.1.7 Gambaran Kunjungan Petugas KB ..................................................... 51

5.1.8 Gambaran Kunjungan ke Fasilitas Kesehatan ..................................... 52

Page 13: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

xii

5.2 Analisis Bivariat ....................................................................................... 52

5.2.1 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Umur........ 52

5.2.2 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi berdasaran Pendidikan .. 53

5.2.3 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah Anak

................................................................................................................... 55

5.2.4 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Tingkat

Kekayaan .................................................................................................... 56

5.2.5 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Sumber

Informasi .................................................................................................... 57

5.2.6 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan

Petugas KB ................................................................................................. 58

5.2.7 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan

Fasilitas Kesehatan ..................................................................................... 59

BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................. 61

6.1 Keterbatasan Penelitian............................................................................. 61

6.2 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara

....................................................................................................................... 61

6.3 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Umur .............. 69

6.4 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Pendidikan ...... 71

6.5 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah Anak... 73

6.5 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Tingkat

Kekayaan ....................................................................................................... 77

6.6 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Sumber

Informasi ........................................................................................................ 79

6.7 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan

Petugas KB .................................................................................................... 82

6.8 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan ke

Fasilitas Kesehatan ......................................................................................... 85

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 89

7.1 Simpulan .................................................................................................. 89

7.2 Saran ........................................................................................................ 90

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 92

LAMPIRAN ...................................................................................................... 98

Page 14: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 40

Tabel 5.1 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi pada WUS di Sumatera

Utara Tahun 2008 - 2012 ................................................................ 48

Tabel 5.2 Gambaran Umur WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012 ..... 49

Tabel 5.3 Gambaran Pendidikan pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 –

2012 ................................................................................................ 49

Tabel 5.4 Gambaran Jumlah Anak pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 –

2012............ ............ ............ .......................................................... 50

Tabel 5.5 Gambaran Tingkat Kekayaan pada WUS di Sumatera Utara Tahun

2008 – 2012............ ............ ............................... ........................... 50

Tabel 5.6 Gambaran Sumber Informasi pada WUS di Sumatera Utara Tahun

2008 – 2012 .................................................................................... 51

Tabel 5.7 Gambaran Kunjungan Petugas KB dalam 6 Bulan Terakhir di Sumatera

Utara Tahun 2009 – 2012................................................................. 51

Tabel 5.8 Gambaran Kunjungan WUS ke Failitas Kesehatan dalam 6 Bulan

Terakhir di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012 ............................ 52

Tabel 5.9 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Umur pada

WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012.................................. 53

Tabel 5.10 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasakan Pendidikan

Pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 - 2012......................... 54

Tabel 5.11 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah

Anak pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012................ 55

Tabel 5.12 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Tingkat

Kekayaan pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012....... 56

Page 15: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

xiii

Tabel 5.13 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasaarkan Sumber

Informasi pada WUS di Suamatera Utara Tahun 2008 – 2012...... 57

Tabel 5.14 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan

Petugas KB pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012...... 58

Tabel 5.15 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan

Fasilitas Kesehatan pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012

.......................................................................................................... 59

Page 16: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................ 37

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 39

Gambar 4.1 Penentuan Sampel ....................................................................... 45

Page 17: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Pasal 1

menyebutkan bahwa KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan

usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan

dan bantuan sesuai dengan hak-hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga

berkualitas. Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun 1992 KB juga

merupakan usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak

kehamilan dengan memakai kontrasepsi.

Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya

kehamilan. Usaha tersebut dapat bersifat sementara dan juga bersifat

permanen (Wiknjosastro, 2002). Selain itu kontrasepsi adalah upaya untuk

menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat dari

pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma. Untuk itu kontrasepsi

sangat baik digunakan oleh pasangan yang aktif melakukan hubungan seks /

intim dan keduanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki

kehamilan (Suratun, 2008).

Diperkirakan 358.000 kematian ibu terjadi di seluruh dunia. Ini berarti,

setiap harinya sekitar 1.000 perempuan meninggal dunia karena komplikasi

yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. Terdapat 2 daerah di

Sub-Sahara Afrika yang merupakan penyumbang angka kematian ibu teringgi

Page 18: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

2

yaitu sebanyak 640 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, kemudian

diikuti oleh Asia Selatan (Childinfo, 2012).

AKI di Indonesia berdasarkan data SDKI (2007) masih cukup tinggi,

yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Selanjutnya berdasarkan hasil SDKI

(2012) angka AKI terlihat lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu meningkat

sekitar 57% bila dibandingkan dengan kondisi pada 2007 hingga menunjukan

angka 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target

capaian MDGs kelima pada tahun 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran

hidup.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, AKI di Sumatera Utara

sebesar 328/100.000 KH, angka ini masih cukup tinggi bila dibandingkan

dengan angka Nasional hasil SP tahun 2010 yaitu sebesar 259/100.000 KH.

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 menyebutkan bahwa AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran

hidup (Dinkes, 2013)

Upaya penurunan angka kematian ibu juga masuk ke dalam indikator

kelima Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu peningkatan

kesejahteraan ibu dimana indikator utamanya adalah persalinan oleh tenaga

kesehatan yang dihubungkan dengan angka kematian ibu. Upaya penurunan

AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan salah satu

prioritas utama dalam penanganan bidang kesehatan. Oleh karena itu

pelayanan KB dapat dimaksud tidak hanya untuk pengendalian penduduk

namun dapat berkontribusi dalam meningkatakan kesehatan ibu dan bayi.

Page 19: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

3

Sehingga dikatakan bahwa program keluarga berencana merupakan kunci

pencapaian sasaran Pembangunan MDGs (Kemenkes RI, 2012).

Tingginya AKI di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai

penyebab, diantaranya yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak

langsung. Penyebab langsung yang utama adalah pendarahan, hipertensi

dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung

disebabkan oleh berbagai penyakit seperti tuberkulosis, anemia, malaria dan

penyakit jantung. Kehamilan dan persalinan dapat memperberat penyakit-

penyakit ini dan sebaliknya penyakit-penyakit ini dapat meningkatkan risiko

terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan. Terjadinya kematian ibu

oleh penyebab tidak langsung di Indonesia cukup signifikan, yaitu sekitar

22%. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian dan penanganan yang serius salah

satunya dengan penggunaan kontrasepsi dalam upaya pengatur kehamilan

(Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 2010, dalam periode 10

tahun (2000 – 2010), jumlah penduduk Indonesia meningkat sebanyak 32,5

juta jiwa dari 205,8 juta jiwa menjadi sebanyak 237,6 juta jiwa (Hasil

Sementara SP 2010, BPS). Rata - rata Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)

Indonesia telah menurun dari sebesar 1,97% (1980-1990) menjadi 1,45%

(1990–2000). Namun, pada periode 10 tahun terakhir, LPP meningkat

kembali menjadi 1,49% (BAPPENAS, 2012).

Dari enam indikator kesehatan ibu yang menjadi target RPJMN tahun

2010-2014 maupun MDGs tahun 2015, dua diantaranya berkaitan dengan

pelayanan KB, yaitu angka kesertaan ber-KB (CPR) dan kebutuhan KB yang

Page 20: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

4

belum terpenuhi (unmeet need). Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa

pencapaian kedua indikator tersebut juga masih jauh dari yang diharapkan

(RAN Pelayanan KB, 2013).

Angka kesertaan ber-KB (CPR) pada kurun waktu 1997 – 2002

mencapai 60,3% (SDKI, 2002) dan hanya naik menjadi 61,4% pada kurun

waktu 2002 – 2007 (SDKI, 2007), hal ini diartikan program Pelayanan

Keluarga Berencana di Indonesia pada saat itu tidak mengalami peningkatan

indikator pelayanan KB khususnya CPR. Berdasarkan hasil SDKI (2007)

diketahui angka CPR di Sumatera Utara yaitu 54,2%, angka ini masih belum

mencapai target capaian yaitu sebesar 60,1% dan angka unmet need sebesar

12,3% sedangkan target capaian RPJMN yaitu sebesar 6,5% (Kemenkes RI,

2012).

Menurut Hatmadji (2004), salah satu upaya untuk menurunkan tingkat

pertumbuhan penduduk adalah melalui upaya pengendalian fertilitas yang

instrument utamanya adalah Program Keluarga Berencana. Menurut Satria

(2005), pada awalnya pendekatan keluarga berencana lebih diarahkan pada

aspek demografi dengan upaya pokok pengendalian jumlah penduduk dan

penurunan fertilitas (TFR). Dimana terlihat angka TFR di Indonesia masih

lebih tinggi yaitu (2,6) daripada TFR di Singapura (1,3), Thailand (1,6),

Vietnam (1,9), Myanmar (2,1), Brunei Darusalam (2,3) (SDKI, 2007).

Berdasarkan hasil SDKI (2012) Total Fertility Rate (TFR) di

Indonesia masih berada pada angka 2,6 atau stagnan sama SDKI tahun 2007

dan masih tingginya unmet need hasil SDKI (2012) sebesar 8,5% padahal

target yang ingin dicapai tahun 2014 sebesar 6,5%. Berdasarkan data SDKI

Page 21: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

5

(2012) tercatat angka TFR di Sumatera Utara berada di urutan pertama

dengan angka lebih tinggi dibandingkan dengan 4 provinsi lainnya dengan

jumlah penduduk terbanyak yaitu sebesar (3,0), Jawa Barat (2,5), Banten

(2,5), Jawa Timur (2,3) dan Jawa Tengah (2,1).

Selain itu, di Indonesia angka kelahiran menurut kelompok umur

(ASFR) masih tinggi. Diketahui ASFR pada kelompok umur 15-19 tahun

sebesar 48 kelahiran per 1000 Wanita Usia Subur (WUS) kelompok umur 15-

49 tahun, padahal target yang ingin dicapai tahun 2014 sebesar 30 kelahiran

per 1000 WUS kelompok umur 15-49 tahun serta masih rendahnya capaian

Contraceptive Prevalence Rate (CPR) sebesar 57,9%, dengan target capaian

tahun 2014 sebesar 60,1% (BKKBN, 2013).

Sedangkan ASFR di Sumatera Utara terus meningkat dari kelompok

umur 15 – 19 tahun sampai kelompok umur 25 – 29 tahun, kemudian terus

menurun sampai dengan kelompok umur 45 – 49 tahun. Ada perbedaan pola

ASFR antara Sumatera Utara dengan Nasional, yaitu puncak ASFR di tingkat

Nasional pada kelompok umur wanita 20 – 24 tahun dan 25 – 29 tahun,

sedangkan Sumatera Utara pada kelompok umur wanita 25 – 29 tahun

(BKKBN, 2009).

Secara global, jenis alat kontrasepsi yang paling umum digunakan

adalah kontrasepsi jangka panjang (vasektomi dan tubektomi) sebanyak 34%.

Alat kontrasepsi modern pada wanita yang memilih sterilisasi, IUD sebanyak

25%. Hampir sepertiga memilih antara pil atau kondom. Penggunaan

kontrasepsi oleh pria masih relatif kecil dari tingkat prevalensi di atas.

Metode pria dibatasi untuk sterilisasi vasektomi dan kondom (WHO, 2011).

Page 22: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

6

Data SDKI (2007) menunjukkan jenis kontrasepsi yang paling banyak

diminati adalah jenis suntikan (31,8%), pil (13,2%), dan IUD (4,9%). Secara

nasional, metode sterilisasi wanita juga lebih banyak diminati (3,0%)

dibandingkan dengan implant (2,8%). Kontrasepsi jenis suntik semakin

menurun penggunaannya seiring dengan jumlah anak yang dimiliki. Saat

memiliki 1‐2 anak, penggunaan suntik mencapai 38,7%, jumlah ini terus

berkurang menjadi 19,3% pada perempuan dengan jumlah anak lebih dari 5

orang.

Perilaku penggunaan kontrasepsi dipengaruhi beberapa faktor.

menurut Green (1980), perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu

faktor predisposing (dari diri sendiri) yang mencakup pengetahuan, sikap,

umur, jumlah anak, persepsi, pendidikan, ekonomi, dan variabel demografi.

Faktor enabling (pemungkin) yang mencakup fasilitas penunjang, sumber

informasi dan kemampuan sumber daya. Dan faktor reinforcing (penguat)

yang mencakup dukungan keluarga/tokoh masyarakat.

Berdasarkan penelitian yang diambil dari tahun 2009 - 2013 terdahulu

faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi

yaitu umur ibu, pendidikan, jumlah anak, sumber media informasi, tingkat

kekayaan, petugas KB dan kunjungan ke fasilitas kesehatan. Berdasarkan

hasil penelitian Dewi (2012) responden yang tingkat pendidikannya tinggi

lebih banyak yang memakai alat kontrasepsi dibandingkan dengan responden

yang tingkat pendidikannya rendah. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan

Siregar (2010) menyatakan akseptor KB terbanyak ada pada kelompok umur

31 – 34 sedangkan pengguna akseptor KB terendah terdapat pada kelompok

Page 23: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

7

umur 19 – 22 tahun. Hal ini diasumsikan umur 31 – 34 tahun merupakan

kurun reproduksi sehat bagi wanita. Namun menurut penelitian lain

menyatakan, adanya hubungan antara umur ibu sekarang dengan penggunaan

metode kontrasepsi hormonal pada akseptor KB, hal ini diasumsikan bahwa

akseptor KB telah mengetahui pola penggunaan kontrasepsi yang rasional

yaitu pemilihan kontrasepsi disesuaikan dengan fase umur. Pada umur < 20

tahun atau > 30 tahun, peserta KB pada umumnya memilih kontrasepsi yang

memiliki efektivitas yang tinggi seperti AKDR, pil dan suntik (Arliana, dkk,

2013).

Selain itu, terdapat hubungan antara jumlah anak dengan penggunaan

kontrasepsi, yaitu responden yang mempunyai anak > 2 orang sebagian besar

memakai alat kontrasepsi (89,7%) dan responden yang mempunyai anak ≤ 2

orang sebagian besar tidak memakai alat kontrasepsi (62,1%) (Dewi, 2012).

Dalam penelitian lain, ibu yang memiliki jumlah anak kategori cukup lebih

banyak menggunakan alat kontrasepsi Pil KB dibandingkan dengan ibu yang

memiliki jumlah anak kategori lebih (Simbolon, 2010). Penelitian yang

dilakukan oleh Mashfufah (2006) menyatakan sumber media informasi ada

hubungannya dengan perilaku penggunaan kontrasepsi.

Dari hasil SDKI (2012) WUS yang mengunakan jenis kontrasepsi

modern di Sumatera Utara sebesar 28,3% dan dengan metode lainnya sebesar

36,8%. Sedangkan presentase alat kontrasepsi modern yang digunakan oleh

WUS di Sumatera Utara yaitu metode suntik 12%, pil 7,1%, vasektomi 4,4%,

implant/KB susuk 2,1%, IUD 1,3%, kondom 1,3%, dan metode MAL 0,1%.

Page 24: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

8

Berdasalkan hasil penelitian SDKI (2012) Mengingat masih

rendahnya pengguna alat kontrasepsi KB yaitu sebesar 36,5% dengan target

capaian RPJMN tahun 2014 sebesar 60,1% dan apabila dilihat dari jumlah

penduduk yang dimiliki Sumatera Utara yang terbilang terbilang banyak,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku

pengunaan KB pada WUS di provinsi Sumatera Utara dengan mengunakan

data sekunder SDKI tahun 2012. Dari jumlah total sampel WUS yang diteliti

SDKI tahun 2012 di Provinsi Sumatera Utara yaitu sebanyak 1830 sampel,

setelah peneliti melakukan cleaning data, kemudian didapatkan jumlah total

sampel yang akan diteliti sebesar 1183 sampel.

1.2 Rumusan Masalah

Tingginya angka kelahiran dapat menimbulkan berbagai

permasalahan diantaranya pertambahan jumlah penduduk yang tidak

terkendali. Selain itu dampak kesehatan yang dapat terjadi yaitu tingginya

angka kematian ibu (AKI) dimana AKI di Sumatera Utara AKI Utara pada

tahun 2010 sebesar 328/100.000 KH. Dalam hal ini kontrasepsi dapat

membantu dalam upaya mengendalikan angka kelahiran dan petambahan

jumlah penduduk. Berdasarkan hasil SDKI (2012) di Indonesia masih

tingginya angka unmet need dan masih rendahnya angka CPR, dimana belum

mencapai untuk target capaian tahun 2014. Hasil SDKI (2007) diketahui

angka CPR di Sumatera Utara mencapai 54,2% dan unmet need sebesar

12,3%. Mengingat masih rendahnya pengguna alat kontrasepsi pada WUS di

Sumatera Utara dengan angka TFR tertinggi diantara 5 provinsi dengan

penduduk terbanyak, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

Page 25: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

9

mengenai perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera

Utara dengan mengunakan data sekunder SDKI tahun 2012.

1.3 Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana gambaran perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di

Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil SDKI tahun 2012?

b. Apakah ada hubungan antara umur dengan perilaku penggunaan

kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil

SDKI tahun 2012?

c. Apakah ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku penggunaan

kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil

SDKI tahun 2012?

d. Apakah ada hubungan antara jumlah anak dengan perilaku penggunaan

kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil

SDKI tahun 2012?

e. Apakah ada hubungan antara tingkat kekayaan dengan perilaku

penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara

berdasarkan hasil SDKI tahun 2012?

f. Apakah ada hubungan antara sumber informasi dengan perilaku

penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara

berdasarkan hasil SDKI tahun 2012?

g. Apakah ada hubungan antara kunjungan petugas KB dalam 6 bulan

terakhir dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi

Sumatera Utara berdasarkan hasil SDKI tahun 2012?

Page 26: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

10

h. Apakah ada hubungan antara kunjungan fasilitas kesehatan dalam 6 buan

terakhir dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi

Sumatera Utara berdasarkan hasil SDKI tahun 2012?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera

Utara bersadarkan hasil SDKI tahun 2012.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran perilaku penggunaan kontrasepsi pada

WUS di Provinsi Sumatera Utara bersadarkan hasil SDKI

berdasarkan hasil SDKI tahun 2012.

b. Mengetahui hubungan antara umur dengan penggunaan

kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan

hasil SDKI tahun 2012.

c. Mengetahui hubungan antara pendidikan dengan penggunaan

kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan

hasil SDKI tahun 2012.

d. Mengetahui hubungan antara jumlah anak dengan penggunaan

kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan

hasil SDKI tahun 2012.

e. Mengetahui hubungan antara tingkat kekayaan dengan perilaku

penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara

berdasarkan hasil SDKI tahun 2012.

Page 27: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

11

f. Mengetahui hubungan antara sumber informasi dengan

penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara

berdasarkan hasil SDKI tahun 2012.

g. Mengetahui hubungan antara kunjungan petugas KB dalam 6

bulan terakhir dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada

WUS di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil SDKI tahun

2012.

h. Mengetahui hubungan antara kunjungan fasilitas kesehatan

dalam 6 bulan terakhir dengan penggunaan kontrasepsi pada

WUS di Provinsi Sumatera Utara bersadarkan hasil SDKI tahun

2012.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk

melakukan penelitian selanjutnya terkait kontrasepi.

b. Sebagai bahan acuan dalam melakukan advokasi kesehatan

reproduksi terkait kontrasepsi dan pengembangan keilmuan

kesehatan masyarakat lainnya yang digunakan dalam penelitian

ini.

1.5.2 Bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam

perbaikan program KB, sehingga dapat meningkatkan kualitas

pelayanan dan tercapainya reformasi program KB Nasional.

Page 28: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

12

1.5.3 Bagi Kementerian Kesehatan RI

a. Hasil analisa penelitian juga dapat digunakan sebagai bahan

masukan dalam membuat program promosi kesehatan yang

efektif sebagai bahan masukan dalam penyebaran informasi

penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross

sectional mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini

dilakukan karena melihat masih rendahnya pengunaan kontrasepsi di Provinsi

Sumatera Utara dibandingkan dengan lima provinsi dengan penduduk

terbanyak di Indonesia, yaitu sebesar 36,5% dari hasil SDKI tahun 2012.

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa peminataran promosi kesehatan

program studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hasil penelitian ini dimaksud sebagai bahan masukan yang berguna bagi

pengambilan keputusan dalam rangka pencarian solusi untuk meningkatkan

pengunaan kontrasepsi di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini

mengunakan data sekunder SDKI tahun 2012 yang dilakukan pada bulan

Oktober sampai Novermber tahun 2014.

Page 29: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Keluarga Berencana

2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana

Menurut Undang – Undang Nomor 10 tahun 1992, Keluarga

Berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta

masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan

kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan

kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan

sejahtera.

Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur

(PUS). Jenis alat / obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik

KB, IUD, implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan

KB jenis kondom dapat diperoleh langsung dari apotek atau toko obat,

pos layanan KB dan kader desa.

Program KB adalah suatu program yang dimaksudkan untuk

membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan

reproduksi, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan

mengurangi insiden kehamilan berisiko tinggi, kesakitan dan kematian,

membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah

diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu

nasehat, komunikasi, edukasi, konseling dan pelayanan, meningkatkan

partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB, dan

Page 30: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

14

meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) untuk penjarangan

kehamilan (BKKBN, 2006).

2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi

dan misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan

pondasi yang kokoh bagi pelaksanaan program KB di masa

mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.

Sedangkan tujuan program KB secara filosofi adalah:

1. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui

pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan

penduduk Indonesia.

2. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya

manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan

keluarga (Handayani, 2010).

Untuk menunjang dan mempercepat pencapaian tujuan

pembangunan KB telah ditetapkan beberapa kebijakan, yaitu

perluasan jangkauan, pembinaan terhadap peserta KB agar secara

terus menerus memakai alat kontrasepsi, pelembagaan dan

pembudayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)

serta peningkatan keterpaduan pelaksanaan keluarga berencana.

Selanjutnya untuk mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut terus

dimantapkan usaha-usaha operasional dalam bentuk upaya

pemerataan pelayanan KB, peningkatan kualitas baik tenaga,

Page 31: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

15

maupun sarana pelayanan KB, penggalangan kemandirian,

peningkatan peran serta generasi muda, dan pemantapan pelaksanaan

program di lapangan (BKKBN, 2012).

2.1.3 Kontrasepsi

A. Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yaitu “melawan”

atau “mencegah” dan konsepsi adalah pertemuan antara sel

telur yang matang dengan sperma sehingga mengakibatkan

kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari atau

mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan

anatara sel telur yang matang dengan sel sperma. Untuk itu,

maka yang membutuhkan kotrasepsi adalah pasangan yang

aktif melakukan hubungan intim/seks dan keduanya

memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki

kehamilan (Suratun, 2008).

Kontrasepsi seharusnya tidak mengganggu, tidak

mengotori, tidak berbau, atau berasa menyengat. Selain itu

harus mudah digunakan, murah, tidak bergantung pada

ingatan penggunanya, dan tidak bergantung pada petugas

kesehatan. Metode yang digunakan juga tidak bertentangan

dengan budaya setempat, sehingga dapat diterima oleh para

penggunanya. Salah satu yang menjadi pertimbangan untuk

kontrasepsi saat ini adalah perlindungan dari infeksi

Page 32: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

16

menular seksual, namun kontrasepsi semacam itu sampai

saat ini belum tersedia (Varney, 2006).

Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada

umumnya mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin

dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan dalam tiga kategori,

yaitu menunda/mencegah kehamilan, menjarangkan

kehamilan, serta menghentikan/mengakhiri kehamilan atau

kesuburan. Cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi

pada umumnya yaitu (BKKBN, 2002) :

a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.

b. Melumpuhkan sperma.

c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.

Tujuan dalam pelayanan kontrasepsi salah satunya

untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna. Guna

mencapai tujuan tersebut maka ditempuh keijaksanaan

mengkatagorikan tiga fase untuk mencapai sasaran, yaitu:

1. Fase menunda kehamilan/kesuburan

2. Fase menjarangkan kehamilan

3. Fase meghentikan/mengakhiri kehamila/kesuburan.

Maksud dari kebijakan tersebut yaitu unutk

menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia

muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan

pada usia tua (Saifuddin, dkk, 2006).

Page 33: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

17

B. Jenis Metode Kontrasepsi

Berdasarkan Hartanto (2010) berikut ini macan-

macam metode kontrasepsi, diantaranya:

a. Kontrasepsi Sederhana

1. Kondom

Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis

yang dipasang pada penis sebagai tempat

penampungan sperma yang dikeluarkan pria pada

saat senggama sehingga tidak tercurah pada vagina.

Cara kerja kondom yaitu mencegah pertemuan ovum

dan sperma atau mencegah spermatozoa mencapai

saluran genital wanita. Sekarang sudah ada jenis

kondom untuk wanita, angka kegagalan dari

penggunaan kondom ini 5-21%.

2. Coitus Interuptus

Coitus interuptus atau senggama terputus adalah

menghentikan senggama dengan mencabut penis

dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi.

Kelebihan dari cara ini adalah tidak memerlukan

alat/obat sehingga relatif sehat untuk digunakan

wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain,

risiko kegagalan dari metode ini cukup tinggi.

3. KB Alami

Page 34: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

18

KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan

tidak masa subur, dasar utamanya yaitu saat

terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi

ada 3 cara, yaitu : metode kalender, suhu basal, dan

metode lendir serviks.

4. Diafragma

Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi

untuk mencegah sperma mencapai serviks sehingga

sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat

reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi).

Angka kegagalan diafragma 4-8% kehamilan.

5. Spermicida

Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang

dapat mematikan dan menghentikan gerak atau

melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina,

sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida

dapat berbentuk tablet vagina, krim dan jelly,

aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif

apabila dipakai dengan kontrasepsi lain seperti

kondom dan diafragma.

6. Metode Amenirea Laktasi (MAL)

MAL merupakan metode kontrasepsi ydengan cara

mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif.

Metode ini dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila:

Page 35: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

19

menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian

dilakukan belum haid 8 kali sehari, belum haid, usia

bayi kurang dari 6 bulan. Cara kerja dengan

penundaan atau penekanan ovulasi (Kemenkes RI,

2012). Penggunaan metode MAL hanya sampai

dengan 6 bulan setelah melahirkan dan harus

dilanjutkan dengan memakai metode kontrasepsi

lainnya. Efektifitas dari metode MAL ini tinggi

(keberhasilan 98% pada 6 bulan pertama setelah

melahirkan, segera efektif, tidak mengganggu

sagama, tidak ada efek samping secara sistemik,

tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau

alat tanpa, dan tanpa biaya (Pinem, 2009).

b. Kontrasepsi Hormonal

1. Pil KB

Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk

pil atau tablet yang berisi gabungan hormon estrogen

dan progesteron (Pil Kombinasi) atau hanya terdiri

dari hormon progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja

pil KB menekan ovulasi untuk mencegah lepasnya sel

telur wanita dari indung telur, mengentalkan lendir

mulut rahim sehingga sperma sukar untuk masuk

kedalam rahim, dan menipiskan lapisan endometrium.

Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas

Page 36: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

20

pil sangat tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8%

untuk pil kombinasi, dan 3-10% untuk mini pil

(Simbolon, 2010).

2. Suntik KB

Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan

(cyclofem) dan suntik KB 3 bulan (DMPA). Cara

kerjanya sama dengan pil KB. Efek sampingnya dapat

terjadi gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat,

perubahan berat badan, pemakaian jangka panjang

bisa terjadi penurunan libido pada pria, dan densitas

tulang.

Adapun jenis-jenis KB suntik yang hanya

mengandung progestin yaitu:

1) Kontrasepsi Progestin

a. Depo medroksiprogesteron asetat Mengandung

150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan

dengan cara di suntik intramuskular. Setelah

suntikan pertama, kadar DMPA dalam darah

mencapai puncak setelah 10 hari. DMPA dapat

memberi perlindungan dengan aman selama tiga

bulan.

b. Depo noretisteron enantat

Page 37: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

21

Mengandung 200 mg Noretdon Enantat,

diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik

intramuskular.

2) Kontrasepsi Kombinasi

a. Depo estrogen-progesteron

Jenis suntikan kombinasi ini terdiri dari 25 mg

Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg

Estrogen Sipionat. (Siregar, 2010)

3. Implant / Susuk

Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan

dibawah kulit, biasanya dilengan atas. Cara kerjanya

sama dengan pil, implant mengandung levonogestrel.

Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan

sampai 5 tahun, kesuburan akan kembali segera

setelah pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi,

angka kegagalannya 1-3%.

4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD

AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan

kedalam rahim yang bentuknya bermacam-macam,

terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang dililit

tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag)

dan ada pula yang batangnya hanya berisi hormon

progesteron. Jenis jenis IUD diantaranya:

Page 38: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

22

Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain

adalah (Bari, 2006) :

a. Copper-T

Jenis IUD Copper-T berbentuk T, terbuat dari bahan

polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi

lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini

mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang

cukup baik.

b. Copper-7

Jenis IUD Copper-7 berbentuk angka 7 dengan

maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini

mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm

dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas

permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan

tembaga halus pada IUD Copper-T.

c. Multi load

Jenis IUD multi load terbuat dari plastik (polyethelene)

dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap

yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung

bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga

dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk

menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi

load yaitu standar, small, dan mini.

d. Lippes loop

Page 39: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

23

Jenis IUD Lippes loop terbuat dari polyethelene,

berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung.

Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada

ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda

menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A

berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm

(benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang

kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal

(benang putih). Lippes loop mempunyai angka

kegagalan yang rendah. Keuntungan daripemakaian

IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang

menyebabkan luka atau penyum batan usus, sebab

terbuat dari bahan plastik (Bari, 2006).

Cara kerjanya, meninggikan getaran saluran

telur sehingga pada waktu blastokista sampai ke

rahim endometrium belum siap menerima nidrasi, hal

ini dapat menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga

terjadi penumpukan sel darah putih yang melarutkan

blastokista, dan lilitan logam menyebabkan reaksi anti

fertilitas. Efektifitasnya tinggi, dan angka

kegagalannya 1% (Bari, 2006).

e. Kontrasepsi Mantap (Kontap)

1. Tubektomi

Page 40: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

24

Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah

keluarnya ovum dengan cara mengikat atau

memotong pada kedua saluran tuba fallopi

(pembawa sel telur ke rahim), efektivitasnya

mencapai 1%.

2. Vasektomi

Vasektomi merupakan operasi kecil yang

dilakukan untuk menghalangi keluarnya sperma

dengan cara mengikat dan memotong saluran

mani (vas defferent) sehingga sel sperma tidak

keluar pada saat senggama, efektifitasnya 99%.

(Suratun, 2008).

C. Ciri kontrasepsi yang sesuai

1. Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih

mengharapkan punya anak lagi.

2. Efektifitas cukup tinggi.

3. Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan

jarak kehamilan anak yang di rencanakan.

4. Tidak menghambat air susu ibi (ASI), karena ASI

adalah makanan terbaik sampai anak usia 2 tahun dan

akan mempengaruhi angka kesakitas dan kematian anak

(Pinem, 2009).

Page 41: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

25

2.1.4 Wanita Usia Subur (WUS)

A. Pengertian Wanita Usia Subur (WUS)

Wanita usia subur adalah semua wanita yang telah

memasuki usia antara 15 – 49 tahun tanpa memperhitungkan

status perkawinannya (Depkes RI, 2009).

2.2 Perilaku Penggunaan KB

2.2.1 Pengertian Perilaku

Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Perilaku ini disebut teori “S – O – R” atau

“Stimulus – Organisme – Respon” dikarenakan terjadi melalui

proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme

tersebut merespon. Skinner membagi dua bentuk perilaku

berdasarkan berntuk respon terhadap stimulus yaitu sebagai berikut:

a. Perilaku tertutup/terselubung (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus masih dalam bentuk

terselubung atau tertutup. Repon dan reaksi terhadap stimulus

ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau

kesdaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima

stimulus tersebut dan belum dapat diamati dengan jelas oleh

orang lain.

b. Perilaku terbuka/nyata tampak (overt behavior)

Respon terhadap stimulus telah diaplikasikan dalam

tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut

Page 42: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

26

sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dapat

mudah diamati dan dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2012).

Sedangkan menurut Geller (2001), perilaku sebagai tingkah

atau tindakan yang dapat di observasi oleh orang lain. Tetapi apa

yang dilakukan atau dikatakan seseorang tidaklah selalu sama

dengan apa yang individu tersebut pikir, rasakan, dan yakini.

2.2.1 Teori Perilaku

Green (1980) menganalisis perilaku manusia terkait

masalah kesehatan. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi 3

faktor yaitu :

1. Predisposing factors (faktor dari diri sendiri) adalah faktor-

faktor yang mendahului perilaku untuk menetapkan

pemikiran ataupun motivasi yang terdiri dari pengetahuan,

sikap, persepsi, pendidikan, ekonomi, keyakinan dan variabel

demografi.

2. Enabling factors (faktor pemungkin) adalah kemampuan dari

sumber daya yang diperlukan untuk membentuk perilaku.

Faktor pemungkin terdiri dari fasilitas penunjang, sumber

informasi dan kemampuan sumber daya.

3. Reinforcing factors (faktor penguat) adalah faktor yang

menentukan apakah tindakan kesehatan mendapatkan

dukungan seperti dukungan keluarga/tokoh masyarakat.

Perilaku berawal dari adanya pengalaman-pengalaman

seseorang serta faktor-faktor diluar tersebut (lingkungan) baik

Page 43: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

27

fisik maupun non fisik, kemudian pengalaman dan lingkungan

diketahui, dipersepsikan, diyakini, sehingga menimbulkan

motivasi, niat untuk bertindak yang pada akhirnya terjadilah

perwujudan niat yang berupa perilaku.

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit

untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari perubahan

berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan).

Pada garis besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek

yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari aspek

tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi

perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia

sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan

seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi,

persepsi, sikap (Notoatmodjo, 2003).

2.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan KB

Berdasarkan teori Green (1980) terdapat tiga faktor-faktor yang

dapat mempegaruhi seseorang dalam perilaku pengguaan KB, yaitu:

1. faktor Predisposisi dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, umur,

pendidikan, tingkat kekayaan, dan budaya

2. Faktor Enabling dipengaruhi oleh fasilitas kesehatan, dan

sumber informasi yang didapat untuk memenuhi perilaku

penggunaan KB.

3. Faktor Reinforcing dipengaruhi oleh tokoh masyarakat,

dukungan orang sekitar, dan petugas kesehatan.

Page 44: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

28

2.3.1 Umur

Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi

indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan

yang mengacu pada setiap pengalamannya. Usia yang cukup

dalam mengawali atau memasuki masa perkawinan dan

kehamilan akan membantu seseorang dalam kematangan dalam

menghadapi persoalan atau masalah, dalam hal ini keputusan

untuk menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan.

Demikian sebaliknya, dengan usia kurang dari 16 tahun

maka kemungkinan kematangan pikiran dan perilaku juga kurang

terlebih menghadapi perubahan dan adaptasi setelah melahirkan.

Masa kehamilan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi

dalam tiga periode, yakni kurun reproduksi muda (15-19 tahun),

kurun reproduksi sehat (20-35 tahun), dan kurun reproduksi tua

(36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data epidemiologi

bahwa resiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun

bagi anak lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling

rendah pada usia 20-35 tahun dan meningkat lagi secara tajam

setelah lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang sebaiknya

dipakai disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut

(Siregar, 2010).

Hal ini jelas terlihat dari wanita yang berumur 15 – 19

tahun lebih sedikit yang menggunaakan kontrasepsi yang hanya

20%, dibandingkan dengan wanita yang berumur 30 - 39 tahun

sebanyak 35% yang menggunakan kontrasepsi (Adam, 2010).

Page 45: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

29

2.3.2 Pendidikan

Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran

kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-

tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah),

dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan

pemeliharaan dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau

tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan

oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan

kesadaran melalui proses pembelajaran. Pendidikan mempunyai

pengaruh positif terhadap tingkat pemakaian kontrasepsi. Berkaitan

dengan informasi yang mereka terima dan kebutuhan untuk

menunda atau membatasi jumlah anak. (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Notoatmodjo (2007) tingkat pendidikan turut

menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap dan memakai

pengetahuan, demikian halnya dengan pemilihan alat kontrasepsi.

Wanita yang memiliki tingkat pendidikan dan pekerjaan dengan

penghasilan baik lebih cenderung untuk memakai kontrasepsi

dibandingkan mereka yang memiliki pendidikan dan pekerjaan

yang lebih rendah (WHO, 2013).

Penelitian Hutauruk (2006) menunjukkan bahwa

pendidikan berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi.

WUS yang berpendidikan tinggi berpeluang 2,5 kali menggunakan

alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah.

Selain itu penelitian Fatimah (2010) di Tasikmalaya menyatakan

Page 46: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

30

ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan

pemilihan alat kontrasepsi.

2.3.3 Tingkat Kekayaan

Tingkat kekayaan keluarga adalah tingkatan tentang

karakteristik latar belakang rumah tangga yang digunakan sebagai

pendekatan untuk mengukur standar hidup rumah tangga dalam

jangka panjang. Tingkat didasarkan pada data karakteristik

perumahan dan kepemilikan barang, jenis sumber air minum,

fasilitas toilet dan kakakteristik lain terkait dengan status sosial

ekonomi rumah tangga (BPS, 2013).

Tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi akan

mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB.

Kemajuan tersebut berkaitan erat dengan kemampuan untuk

membeli alat kontrasepsi. Dengan suksesnya program KB maka

perekonomian suatu Negara akan lebih baik karena dengan anggota

keluarga yang sedikit kebutuhan lebih tercukupi dan kesejahteraan

terjamin (Rohmawati, 2013).

Berdarkan penelitian Mashfufah (2006) ada hubungan yang

sangat signifikan antara tingkat ekonomi/kekayaan dengan

pemakaian kontrasepsi. Dari nila kekuatan hubungan OR,

diketahui responden yang tingkat ekonominya rendah mempunyai

peluang menggunakan kontrasepsi 2,66 kali dibandingkan dengan

responden yang tingkat ekonominya tinggi dengan memiliki

peluang menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 2,85 kali.

Page 47: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

31

2.3.4 Sumber Informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi

perantara dalam penyambungan informasi baik media dan non

media. Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya

untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan

oleh komunikator, baik melalui media cetak, elektronik (TV, radio,

computer) dan media luar , sehingga sasaran dapat meningkatkan

pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah

perilakunya kea rah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo,

2010).

Berdasarkan jenisnya media dibagi menjadi 2 yaitu media

cetak dan media elektronik, yaitu:

1. Media

a) Media Cetak

1) Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan

atau informasi dalam bentuk buku baik tulisan maupun

gambar.

2) Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi berupa

lembaran yang dilipat berbentuk gambar atau

kombinasi.

3) Flayer (selebaran) berbentuk seperti leaflet tetapi tidak

berbentuk lipatan.

4) Flipchart (lembar balik), media penyampaian pesan

atau informasi dalam bentuk lembar balik.

5) Rubrik atau tulisan pada surat kabar maupun majalah.

Page 48: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

32

6) Poster yaitu bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau

informasi yang biasanya ditempel di tembok, tempat

umum atau kendaraan umum.

b) Media Elektronik

Media elektronik yaitu suatu media bergerak dan

dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan

pesannya melalui alat bantu elektronik. Adapain macam-

macam media elektronik tersebut, yaitu:

1) TV, penyampaian pesan dalam bentuk sandiwara,

sinetron, farum diskusi atau tanya jawab, atau serta kuis

cerdas cermat.

2) Radio penyampaian pesan atau informasi berbentuk

obrolan (tanya jawab) sandiwara dan ceramah.

3) Video

4) Media Papan

Papan tau billboard dapat diisi dengan informasi yang

akan disampaikan kepada masyarakat, mencakup pesan

yang ditulis dalam lembaran yang ditempel di

kendaraan umum (Notoadmodjo, 2010).

2. Non Media

a) Keluarga yaitu suatu kelompok kumpulan manusia

yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan.

Keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat

Page 49: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

33

mempengaruhi pengetahuan. Didalam keluarga

pengetahuan diperoleh dari orang tua.

b) Tenaga kesehatan mempunyai peranan penting

dalam meningkatkan pengetahuan remaja tentang

perawatan organ reproduksi bagian luar. Sumber

informasi dapat diperoleh dari dokter, bidan

perawat.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Puslitbang

KB dan Kesehatan Reproduksi (2009) wanita yang terpapar

infotmasi KB melalui media cetak mempunyai kecenderungan

1,3 kali untuk memakai kontrasepsi khususnya modern

dibandingkan mereka yang tidak terpapar. Kondisi serupa juga

terlihat dari informasi melalui media elektronik yang

menunjukan hubungan bermakna dan nilai OR = 1,1 kali.

Dari hasil penelitian Iswarati (2009) menunjukan bahwa

ada hubungan yang sangat signifikan antara Komunikasi,

Informasi dan Edukasi (KIE) KB melakui poster maupun tv

terhadap peserta kontrasepsi, dengan p-value = 0,000.

2.3.5 Jumlah Anak

Mantra (2006) mengatakan bahwa kemungkinan seseorang

istri untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak

yang telah dilahirkan. Seorang istri mungkin menggunakan alat

kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur

anak yang masih hidup. Semakin sering seorang wanita melahirkan

Page 50: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

34

anak, maka akan semakin memiliki risiko kematian dalam

persalinan. Hal ini berarti jumlah anak akan sangat mempengaruhi

kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga secara

maksimal.

Pada awal program KB, penggunaan alat kontrasepsi adalah

mereka yang telah mempunyai anak cukup banyak. Dengan

berjalannya waktu dan pelayanaan program maka lebih banyak

wanita dengan paritas yang lebih kecil akan menggunakan alat

kontrasepsi. Gejala ini melandasi pengaruh jumlah anak terhadap

penggunaan alat kontrasepsi (Muttiara, 1998).

Berdasarkan penelitian Fienalia (2012) di Depok

menyatakan ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak idup

dengan penggunaan kontrasepsi. Selain itu berdasarkan penelitian

yang dilakukan Purba (2008), responden yang memiliki anak > 2

orang memakai alat kontrasepsi sebanyak 38,9% dan tidak

memakai sebanyak 61,1%. Sedangkan yang memiliki anak ≤ 2

orang memakai alat kontrasepsi sebanyak 15,2% dan tidak

memakai 84,8%. Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan

jumlah anak dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig = 0,016).

2.3.7 Kunjungan dari Petugas KB

Dari hasil penelitian yang dilakukan secara kualitatif oleh

Handayani dkk, (2012) bahwa masih banyak akseptor yang

menentukan metode yang dipilih hanya berdasarkan informasi dari

akseptor lain berdasarkan pengalaman masing-masing. Sebagian

Page 51: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

35

petugas kesehatan kurang melakukan konseling dan pemberian

informasi yang menyebabkan kurangnya pengetahuan klien dalam

memilih jenis KB.Namun masyarakat mentolerir pelayanan KB

meskipun pelayanan KB belum seluruhnya memenuhi syarat

pelayanan berkualitas. Informasi yang baik dari petugas membantu

klien dalam memilih dan menentukanmetode kontrasepsi yang

dipakai. Informasi yang baik akan memberikan kepuasan klien

yang berdampak pada penggunaan kontrasepsi yang lebih lama

sehingga membantu keberhasilan KB.

Pemberian informasi dalam program KB dikenal dengan

nama KIE KB. KIE adalah suatu kegiatan dimana terjadi proses

komunikasi dengan penyebaran informasi yang mempercepat

terjadinya perubahan prilaku dari masyarakat. Adapun bentuk dari

KIE KB dapat berupa poenyuluhan dan kunjungan oleh petugas

KB. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan antara pemberian

informasi dengan keikusertaan ber-Kb. Ibu yang mendapat

informais tentang alat kontrasepsi dari petugas kesehatan

umumnya memilih ikut serta ber-KB dibandingkan ibu yang tidak

mendapat informasi tentang KB mempunyai pengetahuan kurang.

Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p value 0,005

dimana (p < α 0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak (Lina, dkk,

2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Iswarti (2009) di

Indonesia, ada kunjungan petuga lapangan KB (PLKB) dalam 6

Page 52: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

36

bulan terakhir pada klien berpengaruh secara signifikan terhadapat

kersertaan penggunaan kontrasepsi, dengan p-value = 0,018.

2.3.8 Kunjungan ke Fasilitas Kesehatan

Kunjungan ke fasilitas kesehatan merupakan salah satu cara

untuk memenuhi kebutuhan pendidikan kesehatan. Pendidikan

kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang

kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua

kegiatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan, sikap,

dan praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri

(Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan survei demografi di Nepal, wanita yang

mengunjungi fasilitas kesehatan pada 6 bulan terahir lebih

cenderung mengunakan kontrasepsi sebanyak 40% (Sharma dll,

2011).

Selain itu, berdasarkan penelitian lain diketahu 48%

responden mengatakan alasan utama mereka mengunjungi klinik

(fasilitas kesehatan) untuk melakukaan metode kontrasepsi dengan

menggunakan metode yang baru, untuk terus lanjut meggunakan

metode kontrasepsi sebelumnya yang telah digunakan, atau untuk

konsultasi tentang masalah metode yang sedang digunakannya

(Frost dkk, 2012).

Page 53: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

37

2.4 Kerangka Teori

Berdasarkan beberapa teori yang telah dipaparkan diatas, kerangka

teori yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada Teori Green

dalam Notoatmodjo (2007) yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Teori

Sumber: Teori Green, dkk (1980)

Faktor Predisposisi:

1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Umur 4. Pendidikan 5. Tingkat kekayaan 6. Budaya

Perilaku Penggunaan

Kontrasepsi

Faktor Reinforcing:

1. Tokoh Masyarakat 2. Dukungan orang sekitar 3. Petugas Kesehatan

Faktor Enabling:

1. Fasilitas Kesehatan 2. Informasi Kesehatan

melalui media cetak (koran/majalah, poster,pamflet) dan media elektronik (Radio, TV)

Page 54: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

38

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini, kerangka konsep yang digunakan mengacu

pada Teori Green (1980). Karena keterbatasan penelitian, maka peneliti

menggunakan data sekunder dari SDKI 2012, terdapat beberapa faktor

yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi. Dalam

penelitian ini faktor-faktor yang akan diteliti terdiri dari variabel terikat

(dependen) yaitu perilaku penggunaan kontrasepsi dan variabel bebas

(independen) yaitu variable variabel umur, pendidikan, jumlah anak,

tingkat kekayaan, sumber informasi, kunjungan petugas KB, dan

kunjungan ke fasilitas kesehatan. Beberapa variabel seperti sikap, budaya,

dukungan suami, dukungan dari masyarakat dan pekerjaan tidak diteliti

karena variabel tersebut tidak tersedia di dalam data SDKI 2012.

Berdasarkan kerangka teori, maka kerangka konsep penelitian ini seperti

pada bagaan 3.1 berikut:

Page 55: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

39

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Faktor Predisposisi:

1. Umur 2. Pendidikan 3. Jumlah Anak 4. Tingkat kekayaan

Perilaku Penggunaan

Kontrasepsi

Faktor Enabling:

1. Informasi Kesehatan melalui media cetak (koran/majalah, poster,pamflet) dan media elektronik (Radio, TV).

2. Kunjungan Fasilitas Kesehatan

Faktor Reinforcing:

1. Kunjungan Petugas KB

Page 56: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

40

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No Variable Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala 1 Perilaku

Penggunaan kontrasepsi

Perilaku responden menggunakan atau tidak menggunakan kontrasepsi

Kuesioner SDKI 2012-WUS Bagian 3 No.303, 304

Observasi Data SDKI 2012

0. Tidak menggunakan

1. Menggunakan (Sumber: SDKI 2012)

Ordinal

2 Umur Masa hidup reponden dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur dihitung dari tanggal dan tahun lahir (Depkes, 2008).

Kuesioner SDKI 2012- WUS Bagian 1 No. 103

Observasi Data SDKI 2012

0. 15 – 19 Tahun 1. 20 – 35 Tahun 2. > 35 Tahun

(Sumber: Masfufah 2006)

Ordinal

3 Pendidikan Jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah dicapai oleh responden (Depkes, 2008)

Kuesioner SDKI 2012- WUS Bagian 1 No. 105

Observasi Data SDKI 2012

0. Tidak Sekolah 1. Rendah (SD, SMP 2. Menengah (SMA) 3. Tinggi (Akademi,

Perguruan Tinggi) (Sumber : SDKI 2012)

Ordinal

Page 57: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

41

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala 4 Jumlah Anak Jumlah anak yang pernah

dilahirkan ibu baik lahir hidup ataulahir mati.

Kuesioner SDK12-RT

Observasi Data SDKI 2012

0. ≥ 5 anak 1. 3 – 4 anak 2. 1 – 2 anak 3. 0

(Sumber: SDKI 2012)

Ordinal

6 Tingkat Kekayaan

Kepemilikan barang berharga dari suatu keluarga yang diukur dengan indeks kekayaan kuintil (tebawah, menengah bawah, menengah, menengah atas, teratas)

Kuesioner SDK12-RT

Observasi Data SDKI 2012

0. Rendah (menengah bawah, terbawah)

1. Tinggi (Menengah, menengah atas, teratas)

(Sumber: BKKBN 2009)

Ordinal

7 Sumber Informasi

Media informasi yang didapatkan oleh responden mengenai keluarga berencana.

Kuesioner SDKI 2012-WUS Bagian 7 No.714, 714A

Observasi Data SDKI 2012

0. Tidak menggunakan media

1. Media cetak 2. Media elektronik 3. Media cetak &

elektronik (Sumber: SDKI 2012)

Nominal

8 Kunjungan Petugas KB

Pernah atau tidaknya responden mendapat kunjungan kader, petugas KB atau petugas kesehatan untuk membicarakan kontrasepsi dalam waktu 6 bulan terakhir.

Kuesioner SDKI 2012-WUS Bagian 4 No. 326

Observasi Data SDKI 2012

0. Tidak mengunjungi 1. Mengunjungi

(Sumber: SDKI 2012)

Ordinal

9 Kunjungan ke Fasilitas Kesehatan

Pernah atau tidaknya responden Mengunjungi fasilitas kesehatan untuk membicarakan kontrasepsi dalam waktu 6 bulan terakhir.

Kuesioner SDKI 2012-WUS Bagian 4 No. 327

Observasi Data SDKI 2012

0. Tidak mengunjungi 1. Mengunjungi

(Sumber: SDKI 2012)

Ordinal

Page 58: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

42

3.3 Hipotesis

a. Ada hubungan antara umur dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di

Provinsi Sumatera Utara.

b. Ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada

WUS di Provinsi Sumatera Utara.

c. Ada hubungan antara jumlah anak dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada

WUS di Provinsi Sumatera Utara.

d. Ada hubungan antara tingkat kekayaan dengan perilaku pengunaan kontrasepsi

pada WUS di Provinsi Sumatera Utara.

e. Ada hubungan antara sumber informasi dengan perilaku penggunaan kontrasepsi

pada WUS di Provinsi Sumatera Utara.

f. Ada hubungan antara kunjungan dari petugas KB dalam 6 bulan terakhir dengan

perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara.

g. Ada hubungan antara kunjungan ke fasilitas kesehatan dalam 6 bulan terakhir

dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara.

Page 59: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

43

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan desain penelitian cross sectional sesuai dengan desain penelitian SDKI (2012).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, jumlah anak, tingkat

kekayaan, sumber informasi, kunjungan dari petugas KB dan kunjungan ke fasilitas

kesehatan. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku

penggunaan kontrasepsi.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) merupakan penelitian

berskala nasional yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia. SDKI 2012 dilaksanakan

oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Kementerian Kesehatan. Pada penelitian

ini berfokus pada satu provinsi yaitu Provinsi Sumatera Utara, yang dilaksanakan pada

Desember 2014.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini mengacu pada populasi dalam SDKI 2012.

Populasi dalam penelitian ini dalam semua wanita usia subur (WUS) di Provinsi

Sumatera Utara berusia 15 – 49 tahun, dengan total populasi 1830.

4.3.2 Sampel

Metode sampling yang digunakan dalam SDKI 2012 adalah sampling

tiga tahap. Tahap pertama adalah memilih sejumlah primary sampling unit

Page 60: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

44

(PSU) dari kerangka sampel PSU secara probability proportional to size (PPS).

PSU adalah kelompok blok sensus yang berdekatan yang menjadi wilayah tugas

koordinator tim Sensus Penduduk 2010. Tahap kedua adalah memilih satu blok

sensus secara PPS di setiap PSU terpilih. Tahap ketiga adalah memilih 25

rumah tangga biasa di setiap blok sensus terpilih secara sistematik (BPS, 2013).

Sampel dalam penelitian ini adalah wanita usia subur (WUS) 15 – 49 tahun

yang sudah menikah dan memiliki riwayat melahirkan. Jumlah sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 1183 WUS. Jumlah ini diperoleh setelah

melalui proses klining data atau pembersihan data dalam tahap pengambilan

sampel yang diperlukan dalam penelitian ini. Setelah mendapatkan jumlah sampel,

dilakukan perhitungan derajat kemaknaan, dimana didapatkan alpha yang

digunakan dalam penelitia ini sebesar 5%.

4.3.2 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih sampel WUS yang

memenuhi syarat dan berhasil diwawancarai di Provinsi Sumatera Utara. Metode

sampling yang digunakan SDKI (2012) adalah sampling tiga tahap. Tahap pertama

adalah memilih sejumlah primary sampling unit (PSU) dari kerangka sampel PSU

secara probability proportional to size (PPS). PSU adalah kelompok blok sensus

yang berdekatan yang menjadi wilayah tugas koordinator tim (kortim) Sensus

Penduduk (SP) 2010. Tahap kedua adalah memilih satu blok sensus secara PPS di

setiap PSU terpilih. Tahap ketiga adalah memilih 25 rumah tangga biasa di setiap

blok sensus terpilih secara sistematik (BPS, 2013)

Jumlah sampel WUS yang memenuhi syarat yang berhasil diwawancara

sebesar 1830 wanita. Selanjutnya dipilih sampel WUS yang sudah menikah dan masih

memiliki suami, dari penyaringan sampel berhasil diwawancarai WUS yaitu sebesar

Page 61: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

45

1191 sampel. Kemudian dilakukan proses data sehingga didapatkan jumlah sampel

WUS sebesar 1183 sampel. Berikut alur pengambilan sampel pada penelitian ini.

Bagan 4.1 Penentuan Sampel

Kemudian dari jumlah sampel tersebut, dilakukan perhitungan kekuatan uji

untuk melihat kemampuan atau mendeteksi adanya perbedaan kekuatan uji. Setelah

dilakukan perhitungan kekuatan uji didapatkan hasil 1-β = 97%. yang artinya

kekuatan uji pada penelitin ini sangat tinggi.

4.4 Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan yaitu

menggunakan data sekunder SDKI tahun 2012.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner SDKI 2012

yang digunakan untuk mengumpulkan data perilaku pengunaan kontrasepsi di Provinsi

Sumatera Utara dan pertanyaaan – pertanyaan yang menjadi variabel indepen dalam

penelitian ini yaitu meliputi variebel umur, pendidikan, jumlah anak, sumber informasi,

Wanita usia 15-49 tahun yang memenuhi syarat untuk

diwawancarai dalam SDKI 2012 di Provinsi Sumatera

Utara = 1830 WUS

Wanita usia 15-49 tahun yang sudah menikah

(memiliki suami) dalam SDKI 2012 di Provinsi

Sumatera Utara = 1191 wanita

Setelah melalui proses cleaning jumlah sampel yang

diperoleh sebesar 1183 WUS

Page 62: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

46

dukungan suami, tingkat kekayaan, kunjungan dari petugas KB dan kunjungan ke

fasilitas kesehatan. Dalam pelaksanaan SDKI 2012 sudah memperhatikan validitas dan

reabilitas kuesioner penelitian.

4.6 Pengolahan Data

Setelah data diperoleh maka dilakukan pengolahan data dengan urutan sebagai

berikut:

a. Filter

Yaitu menyaring data yang tidak dibutuhkan dalam penelitian. Terlebih

dahulu penelitian mengidentifikasi pertanyaan kuesioner SDKI 2012 yang

dianggap berkaitan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi dengan referensi yang

telah didapatkan dan berdasarkan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan.

b. Pembersihan Data (Cleaning Data)

Pembersihan data perlu dilakukan untuk membersihkan data dari kesalahan

yang mungkin terjadi. Dalam pembersihan data biasanya dilakukan pengecekan

ulang dengan melihat distribusi frekuensi variabel dan menilai kelogisan serta

konsistensinya, mengetahui variasi data dan untuk mengetahui adanya data yang

missing/hilang.

c. Transformasi Data/Recoding

Setelah dilakukan pembersihan data, maka dilakukan transformasi data berupa

pengkodean ulang/recoding terhadap variabel sesuai dengan kebutuhan peneliti.

Hal ini bertujuan untuk mengklarifikasi data yang diperoleh sesuai dengan tujuan

penelitian.

4.7 Analisis Data

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis univariat

dan analisis bivariat dengan menggunakan program komputer untuk analisis data.

Page 63: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

47

4.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik data

setiap variabel yang diteliti. Penyajian data univariat berupa distribusi frekuensi

masing – masing variabel penelitian yang meliputi variabel dependen (perilaku

pengunaan kontrasepsi) dan variabel independen (umur, pendidikan, tingkat

kekayaan, sumber informasi, kunjungan dari petugas KB dan kunjungan ke

fasilitas kesehatan).

4.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dan dependen. Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji

Chi Square dengan melihat hubungan antara variabel kategorik independen dan

variabel kategorik dependen. Tingkat kepercayaan pada penelitian ini sebesar 95%

dengan nilai α 0,05. Jika P value > 0.05 maka tidak ada hubungan yang signifikan

antara variabel independen dan variabel dependen. Sebaliknya jika P value ≤ 0,05

maka ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dan variabel

dependen.

Untuk melihat kekuatan hubungan antara variabel dependen dan

independen maka dilihat nilai Odd Ratio (OR). Bila nilai OR = 1 artinya tidak ada

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Jika nilai OR < 1

artinya variabel independen sebagai faktor protektif terhadap variabel dependen

dan jika OR > 1 artinya variabel independen sebagai faktor risiko terhadap

variabel dependen.

Page 64: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

48

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Analisis Univariat

Analisis univariat menggambarkan distribusi frekuensi dari masing-masing

variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun variabel independen.

5.1.1 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa, gambaran distribusi perilaku

penggunaan kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel

5.1 berikut ini:

Tablel 5.1

Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi pada WUS

di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012

Penggunaan Kontrasepsi Jumlah Persen

Tidak menggunakan 262 22,1 Menggunakan 921 77,9

Total 1183 100,0

Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa di Sumatera Utara jumlah

penggunaan alat kontrasepsi pada WUS tahun 2008 – 2012 dengan tingkat

kepercayaan 95%, lebih banyak yang menggunakan kontrasepsi bandingkan

dengan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi.

5.1.2 Gambaran Umur

Gambaran distribusi umur pada WUS di Sumatera Utara dapat dilihat

pada Tabel 5.2 berikut ini:

Page 65: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

49

Tabel 5.2

Gambaran Umur WUS di Sumatera Utara

Tahun 2008 – 2012

Berdasarkan Tabel 5.2, diketahui bahwa di Sumatera Utara kelompok

umur pada WUS tahun 2008 – 2012 dengan tingkat kepercayaan 95%, sebagian

besar berada pada kelmpok umur 20 – 35 tahun dibandingkan dengan kelompok

umur lainnya, dimana yang paling sedikit yaitu pada kelompok umur 15 – 19

tahun.

5.1.3 Gambaran Pendidikan

Gambaran distribusi pendidikan pada WUS di Sumatera Utara dapat

dilihat pada Tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3

Gambaran Pendidikan pada WUS di Sumatera Utara

Tahun 2008 – 2012

Pendidikan Jumlah Persen

Tidak Sekolah 17 1,4 Rendah 319 27,0

Menengah 732 61,9 Tinggi 115 9,7 Total 1183 100

Berdasarkan Tabel 5.3, diketahui di Sumatera Utara tingkat pendidikan

terbanyak pada WUS tahun 2008 – 2012 pada WUS dengan tingkat kepercayaan

95% yaitu berada pada tingkat pendidikan menengah. Sedangkan tingkat

pendidikan terendah ada pada tingkat pendidikan tidak sekolah.

Umur Jumlah Persen 15 – 19 21 1,8 20 – 35 617 52,2

> 35 545 46,1 Total 1183 100

Page 66: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

50

5.1.4 Gambaran Jumlah Anak

Gambaran distribusi jumlah anak yang dimiliki WUS di Sumatera Utara

dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5.4

Gambaran Jumlah Anak pada WUS di Sumatera Utara

Tahun 2008 – 2012

Jumlah Anak Jumlah Persen

≥ 5 195 16,5 3 – 4 399 33,7 1 – 2 506 42,8

0 83 7,0 Total 1183 100

Berdasarkan Tabel 5.4, diketahui bahwa di Sumatera Utara jumlah anak

terbanyak yang dimiliki WUS tahun 2008 – 2012 dengan tingkat kepercayaan

95%, yaitu sebanyak 1 – 2 anak dan yang paling sedikit yaitu WUS dengan

jumlah anak 0.

5.1.5 Gambaran Tingkat Kekayaan

Gambaran distribusi tingkat kekayaan pada WUS di Sumatera Utara dapat

dilihat pada Tabel 5.5 berikut ini:

Tabel 5.5

Gambaran Tingkat Kekayaan pada WUS di Sumatera Utara

Tahun 2008 – 2012

Tingkat Kekayaan Jumlah Persen

Rendah 564 47,7 Tinggi 619 52,3 Total 1183 100

Berdasarkan Tabel 5.5, diketahui bahwa di Sumatera WUS tahun 2008 –

2012 dengan tingkat kepercayaan 95%, lebih banyak yang berada pada tingkat

kekayaan tinggi dari pada tingkat kekayaan rendah.

Page 67: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

51

5.1.6 Gambaran Sumber Informasi

Gambar distribusi sumber informasi pada WUS di Sumatera Utara dapat

dilihat pada Tabel 5.6 berikut ini:

Tabel 5.6

Gambaran Sumber Informasi pada WUS di Sumatera Utara

Tahun 2008 – 2012

Sumber Informasi Jumlah Persen

Tidak mengakses media 845 71,4 Media Elektronik 258 21,8

Media Cetak 19 1,6 Media Cetak & Elektronik 61 5,2

Total 1183 100

Berdasarkan Tabel 5.6, diketahui bahwa di Sumatera Utara tahun 2008 –

2012 dengan tingkat kepercayaan 95%, sebagian besar WUS tidak mengakses

media untuk mendapatkan informasi tentang kontrasepsi. Sedangkan media yang

paling banyak diakses oleh WUS mengenai informasi tentang kontrasepsi yaitu

melalui media elektronik dan paling sediki yaitu melalui media cetak.

5.1.7 Gambaran Kunjungan Petugas KB

Gambaran distribusi kunjungan petugas KB dalam 6 bulan terakhir pada

WUS di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut ini:

Tabel 5.7

Gambaran Kunjungan Petugas KB dalam 6 Bulan Terakhir

di Sumatara Utara Tahun 2008 – 2012

Kunjungan Petugas KB Jumlah Persen

Tidak mengunjungi 1145 96,8 Mengunjungi 38 3,2

Total 1183 100

Berdasarkan Tabel 5.7, diketahui bahwa di Sumatera Utara pada tahun

2008 – 2012 dengan tingkat kepercayaan 95%, petugas KB yang tidak

Page 68: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

52

mengunjungi WUS lebih banyak dibandingkan dengan petuga KB yang

mengunjungi WUS dalam kurun waktu 6 bulan terakhir.

5.1.8 Gambaran Kunjungan ke Fasilitas Kesehatan

Gambaran distribusi WUS mengunjungi fasilitas kesehatan dalam 6 bulan

terakhir di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut ini:

Tabel 5.8

Gambaran Kunjungan WUS ke Fasilitas Kesehatan

dalam 6 Bulan Terahir di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012

Kunjungan Fasilitas

Kesehatan Jumlah Persen

Tidak mengunjungi 785 66,4 Mengunjungi 398 33,6

Total 1183 100

Berdasarkan Tabel 5.8, diketahui bahwa di Sumatera Utara pada tahun

2008 – 2012 dengan tingkat kepercayaan 95%, WUS yang tidak mengunjungi

fasilitas kesehatan dalam 6 bulan terahir lebih banyak dari pada yang

mengunjungi fasilitas kesehatan dalam 6 bulan terakhir.

5.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel indipenden

dengan variabel dependen yang dilakukan dengan uji chi square. Dikatakan berhubungan

secara signifikan jika didapatkan nila p-value ≤ 0,05 dan dikatakan tidak berhubungan secara

signifikan jika diperoleh nilai p-value > 0,05. Adapun hasil analisis bivariat dalam penelitian

ini, antara lain

5.2.1 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Umur

Hasil analisis bivariat antara umur dengan perilaku penggunaan

kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 5.9 berikut ini:

Page 69: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

53

Tabel 5.9

Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Umur

pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012

Umur

Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Total OR

95% CI P

value Tidak

Menggunakan Menggunakan

N % N % N % 15 – 19 Tahun 14 66,7 7 33,3 21 100 0,118 (0,046 – 0,299)

0,000 20 – 35 Tahun 144 23,3 473 76,7 617 100 0,755 (0,583 – 1,029) >35 Tahun 104 19,1 441 80,9 545 100 1,00 (Refference)

Berdasarkan Tabel 5.9, diketahui bahwa penggunaan alat kontrasepsi pada

WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 – 2012 sebagian besar adalah wanita

umur > 35 tahun yaitu sebesar 80,9 %, sedangkan penggunaan kontrasepsi paling

sedikit yaitu usia 15 – 19 tahun sebesar 33,3%.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,000 sehingga

dapat diartikan bahwa pada tingkat kemaknaan 5% terdapat hubungan yang

signifikan antara umur ibu dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di

Sumatera Utara. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR

0,118 (0,046 – 0,299) yang artinya WUS yang berumur 15 – 19 tahun berpeluang

0,118 kali menggunakan kontrasepsi dibandingkan WUS yang berumur > 35

tahun, dan WUS yang berumur 20 – 35 tahun berpeluang 0,755 kali

menggunakan kontrasepsi dibandingkan dengan WUS yang berumur > 35 tahun.

5.2.2 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi berdasaran Pendidikan

Hasil analisis bivariat antara pendidikan dengan perilaku penggunaan

kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 5.10 berikut

ini:

Page 70: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

54

Tabel 5.10

Gamabaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Pendidikan

pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012

Pendidikan

Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Total OR

95% CI P

value Tidak

Menggunakan Menggunakan

N % N % N % Tidak Sekolah 7 41,2 10 58,8 17 100 0,651 (0,229 – 1,848)

0,010 Rendah 73 22,9 246 77,1 319 100 1,536 (0,957 – 2,464)

Menengah 146 19,9 586 80,1 732 100 1,829 (1,185 – 2,822) Tinggi 36 31,3 79 68,7 115 100 1,00 (Refference)

Berdasakan Tabel 5.10, diketahui bahwa sebagian besar penggunaan alat

kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 – 2012 yaitu mereka

yang tingkat pendidikannnya menengah yaitu sebesar 80,1%, sedangkan WUS

dengan pendidikan tidak sekolah lebih sedikit yang menggunakan alat kontrasepsi

yaitu sebesar 58,8%.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,010 sehingga

dapat diartikan bahwa pada tingkat kemaknaan 5% terdapat hubungan yang

signifikan antara pendidikan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS

di Sumatera Utara. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh

OR 0,651 (0,229 – 1,848), yang artinya WUS yang tingkat pendidikannya tidak

sekolah berpeluang 0,651 kali menggunakan kontrasepsi dibandingkan dengan

WUS yang tingkat pendidikannya tinggi, WUS yang tingkat pendidikannya

rendah berpeluang 1,536 menggunakan kontrasepsi dibandingkan dengan WUS

yang tingkat pendidikannya tinggi, dan WUS yang tingkat pendidikannya

menengah berpeluang 1,829 menggunakan kontrasepsi dibandingkan dengan

WUS yang tingkat pendidikannya tinggi.

Page 71: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

55

5.2.3 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah Anak

Hasil analisis bivariat antara jumlah anak dengan perilaku penggunaan

kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 5.11 berikut

ini:

Tabel 5.11

Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah Anak

pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012

Jumlah Anak

Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Total OR

95% CI P

value Tidak

Menggunakan Menggunakan

N % N % N % ≥ 5 46 23,6 149 76,4 195 100 131,185 (1,934 – 554,1)

408,375 (96,359 – 1,731 166,500 (40,245 – 688,829)

1,00 (Refference)

0,000 3 – 4 36 9,0 363 91,0 399 100 1 – 2 99 19,6 407 80,4 506 100

0 81 97,6 2 2,4 83 100

Berdasarkan Tabel 5.11, diketahui bahwa penggunaan alat kontrasepsi

pada WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 – 2012 sebagian besar memiliki 3

– 4 anak yaitu sebesar 80.4%, sedangkan WUS dengan jumlah anak 0 paling

sedikit yang menggunakan alat kontrasepsi yaitu sebesar 2,4%.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,000 sehingga

dapat diartikan bahwa pada tingkat kemaknaan 5% terdapat hubungan yang

signifikan antara jumlah anak dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada

WUS di Sumatera Utara. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate

diperoleh OR 131,185 (1,934 – 554,1), yang artinya WUS yang memiliki anak ≥

5 berisiko 131,185 kali untuk menggunakan kontrasepsi dibandingkan dengan

WUS yang memilki anak 0, WUS yang memiliki anak 3 – 4 berisiko 40,375 kali

menggunakan kontrasepsi dibandingakan dengan WUS yang memilki anak 0, dan

WUS yang memiliki anak 1 – 2 berisiko 166,500 kali menggunakan kontrasepsi

dibandingkan dengan WUS yang memilki anak 0.

Page 72: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

56

5.2.4 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Tingkat Kekayaan

Hasil analisis bivariat antara tingkat kekayaan dengan perilaku

penggunaan kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel

5.11 berikut ini:

Tabel 5.12

Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Tingkat

KekayaanWUS di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012

Tingkat Kekayaan

Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Total OR

95% CI P value Tidak

Menggunakan Menggunaka

n

N % N % N % Rendah 157 27,8 407 72,2 564 100 1,888

(1,428 – 2,497 0,000

Tinggi 105 17,0 514 83,0 619 100

Berdasarkan Tabel 5.12, diketahui bahwa pengguna alat kontrasepsi pada

WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 – 2012, WUS yang tingkat

kekayaannya tinggi lebih banyak yang menggunakan alat kontrasepsi yaitu

sebesar 83,0%, sedangkan WUS dengan tingkat kekayaan rendah paling sedikit

menggunakan alat kontrasepsi yaitu sebesar 72,2%.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,000 sehingga

dapat diartikan bahwa pada tingkat kemaknaan 5% terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat kekayaan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada

WUS di Sumatera Utara. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate

diperoleh OR = 1,888 (1,428 – 2,497), artinya WUS yang tingkat kekayaannya

rendah berpeluang 1,888 kali menggunakan kontrasepsi dibandingkan WUS yang

tingkat kekayaannya tinggi.

Page 73: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

57

5.2.5 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Sumber Informasi

Hasil analisis bivariat antara sumber informasi dengan perilaku

penggunaan kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel

5.13 berikut ini:

Tabel 5.13

Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan

Sumber Informasi pada WUS di Sumatera Utara

Tahun 2008 – 2012

Sumber Informasi

Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Total OR

95% CI P

value Tidak

Menggunakan Menggunakan

N % N % N % Tidak mengakses

media 203 24,0 642 76,0 845 100 0,942 (0,508 – 1,746)

0,055 Media Elektronik 41 15,9 217 84,1 258 100 1,577 (0,796 – 3,124)

Media Cetak 4 21,1 15 78,9 19 100 0,709 (0,319 – 3,915) Media Cetak &

Elektronik 14 23,0 47 77,0 61 100

1,00 (Refference)

Berdasarkan Tabel 5.13, diketahui bahwa pengguna alat kontrasepsi pada

WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 – 2012 sebagian besar mendapatkan

informasi melalui media elektronik yaitu sebesar 84,1%, sedangkan WUS yang

tidak mengakses media informasi paling sedikit yang menggunakan alat

kontrasepsi yaitu sebesar 76%.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,055 sehingga

dapat diartikan bahwa pada tingkat kemaknaan 5% tidak ada hubungan yang

signifikan antara sumber informasi dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada

WUS di Sumatera Utara. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate

diperoleh OR = 0,942 (0,508 – 1,746), artinya WUS yang tidak mengakses

menggunakan media berpeluang 0,942 kali menggunakan kontrasepsi

dibandingkan dengan WUS yang mengakses media informasi dengan

Page 74: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

58

menggunakan media cetak & elektronik, WUS yang menggunakan media

elektronik berpeluang 1,577 kali menggunakan kontrasepsi dibandingkan dengan

WUS yang mengakses media informasi dengan menggunakan media cetak &

elektronik, dan WUS yang menggunakan media cetak berpeluang 1,117 kali

menggunakan kontrasepsi dibandingkan dengan WUS yang mengakses media

informasi dengan menggunakan media cetak & elektronik.

5.2.6 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan

Petugas KB

Hasil analisis bivariat antara kunjungan petugas KB dalam 6 bulan

terakhir dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara

dapat dilihat pada Tabel 5.14 berikut ini:

Tabel 5.14

Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan

Kunjungan Petugas KB pada WUS di Sumatera Utara

Tahun 2008 – 2012

Kunjungan Petugas KB

Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Total OR

95% CI P value Tidak

Menggunakan Menggunakan

N % N % N % Tidak mengunjungi 257 22,4 888 77,6 1145 100 1,910

(0,738 – 4,943) 0,233

Mengunjungi 5 13,2 33 86,8 38 100

Berdasarkan Tabel 5.14, diketahui bahwa penggunaan alat kontrasepsi

pada WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 – 2012 yang dikunjungi petugas

KB dalam 6 bulan terakhir sebagian besar menggunakan alat kontrasepsi yaitu

sebesar 86,8%, sedangkan WUS yang tidak mendapat kunjungan petugas KB

dalam 6 bulan terakhir paling sedikit yang menggunakan alat kontasepsi yaitu

sebesar 77,6%.

Page 75: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

59

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,233 sehingga

dapat diartikan bahwa pada tingkat kemaknaan 5% tidak ada hubungan yang

signifikan antara kinjungan petugas KB dengan perilaku penggunaan kontrasepsi

pada WUS di Sumatera Utara. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate

diperoleh OR = 1,910 (0,738 – 4,943), artinya WUS yang tidak dikunjungi

petugas KB berpeluang 1,910 kali menggunakan kontrasepsi dibandingkan WUS

yang dikunjungi petugas KB.

5.2.7 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan

Fasilitas Kesehatan

Hasil analisis bivariat antara kunjungan ke fasilitas kesehatan dalam 6

bulan terakhir dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Sumatera

Utara dapat dilihat pada Tabel 5.15 berikut ini:

Tabel 5.15

Gambaran

Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan Fasilitas

Kesehatan pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012

Kunjungan ke Fasilitas Kesehatan

Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Total OR

95% CI P value Tidak

Menggunakan Menggunakan

N % N % N % Tidak mengunjungi 190 24,2 595 75,8 785 100 1,446

(1,068 – 1,958) 0,018

Mengunjungi 72 18,1 326 81,9 398 100

Berdasarakan Tabel 5.15, diketahui bahwa penggunaan alat kontrasepsi

pada WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 – 2012 yang tidak menunjungi

fasilitas kesehatan dalam 6 bulan terakhir terdapat 75,8%, sedangkan pengguna

kontrasepsi yang melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan dalam 6 bulan

terakhir ada 81,9%.

Page 76: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

60

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,018 sehingga

dapat diartikan bahwa pada tingkat kemaknaan 5% terdapat hubungan antara

tingkat kunjungan ke fassilitas kesehatan dengan perilaku penggunaan

kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara. Sedangkan berdasarkan perhitungan

risk estimate diperoleh OR = 1,446 (1,068 – 1,958), artinya WUS yang tidak

mengunjungi fasilitas kesehatan berpeluang 1,446 kali menggunakan kontrasepsi

dibandingkan WUS mengunjungi fasilitas kesehatan.

Page 77: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

61

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya faktor – faktor yang berhubungan

dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara.

Keterbatasan pada penelitan ini diketahui sampel minimum SDKI (2012) di provinsi

Sumatera Utara yaitu sebanyak 1830 sampel, setelah dilakukan klining didapatkan 1183

sampel yang dapat diteliti. Jumlah sampel yang berkurang dari sampel semula

disebebabnya karena adanya data missing pada saat melakukan klining.

Selian itu dalam penelitian ini tidak seluruh faktor yang berhubungan dengan

pemanfaatan perilaku penggunaan kontrasepsi diteliti, sehingga variabel yang digunakan

dalam penelitian ini terbatas pada varia bel yang ada pada data sekunder tersebut.

Sedangkan variabel lain yang terdapat pada kerangka teori seperti pengetahuan, sikap,

budaya, dukungan suami, dukungan orang sekitar tidak diteliti pada penelitian ini karena

tidak tersedianya data di dalam SDKI 2012.

6.2 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara

Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Usaha itu dapat bersifat sementara dan dapat juga bersifat permanen (Wiknjosastro, dkk,

2002). Berdasarkan hasil penelitan ini menunjukan bahwa perilaku penggunan alat

kontrasepsi pada WUS tahun 2008 – 2012 di Sumatera Utara lebih banyak yang

berperilaku menggunakan kontrasepsi yaitu sebanyak 77,2%.

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yaitu “melawan” atau “mencegah” dan

konsepsi adalah upaya untuk menghindari sel telur bertemu dengan sel sperma yang

bertujuan untuk menghindari atau mencegah adanya kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah

menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel

Page 78: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

62

telur yang matang dengan sel sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan kotrasepsi

adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan intim/seks dan keduanya memiliki

kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008).

Keluarga Berencana bertujuan untuk pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan

penduduk yang diarahkan pada peningkatan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi yang terjangkau, bermutu dan efektif menuju terbentuknya keluarga kecil

yang berkualitas (BKKBN, 2012). Di dalam pelaksanannya diupayakan agar semua

metode atau alat kontrasepsi yang disediakan dan ditawarkan kepada masyarakat

memberikan manfaat optimal dengan meminimalkan efek samping maupun keluhan

yang ditimbulkan (Asih, dkk, 2009).

Sampai dengan saat ini cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal

harus memenuhi syarat-syarat yaitu, dapat dipercaya, tidak menimbulkan efek yang

mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak

menimbulkan gangguan sewaktu koitus, tidak memerlukan motivasi terus-menerus,

mudah menggunakannya, murah sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat dan dapat diterima oleh penggunanya (Wiknjosastro, dkk, 2002).

Setiap jenis metode kontrasepsi memiliki efektivitas dan efek samping bagi

kesehatan yang berbeda-beda. Pengguna kontrasepsi bebas memilih jenis metode

kontrasepsi yang mereka butuhkan baik yang hanya untuk menunda, menjarakan

kehamilan ataupun untuk menghentikan. Beberapa efektivitas dan efek samping yang di

dapatkan dari masing-masing metode diantaranya seperti metode Metode Amenore

Laktasi (MAL), MAL merupakan metode kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air

Susu Ibu (ASI), dimana metode ini memiliki efektivitas yang tinggi hingga 98%

keberhasilannya pada enam bulan pasca persalinan, lebih hemat, tidak perlu pengawasan

medis dan tidak menimbulkan efek samping.

Page 79: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

63

Selain itu alat kontrasepsi jenis lainnya yaitu kodom. kondom dapat mencegah

kehamilan apabila digunakan dengan benar, harganya murah, dapat dibeli di tempat

umum. Kondom termasuk kontrasepsi sementara apabila metode kontrasepsi lainnya

harus di tunda. Untuk efektivitas dalam penggunaan kondom tidak terlalu tinggi, karena

cara penggunaannya sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.

Metode lainnya seperti Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) memiliki

efektivitas tinggi hingga 99,2% – 99,4% dalam 1 tahun pertama, kerugian yang dapat

ditimbulkan bagi kesehatan salah satunya tidak mencegah infeksi menular seksual, juga

perubahan siklus haid dan pendarahan saat menstruasi. Kemudian metode seperti implant

memiliki keuntungan dimana sangat efektif digunakan dengan daya guna tinggi

perlingungan hingga 5 tahun, sedangkan untuk efek kesehatan yang timbulkan seperti

sakit kepala, penambahan berat badan, nyeri payudara, mual, infeksi pada daerah insisi

(Kemenkes RI, 2012).

Pil dan suntik masing-masing memiliki efektivitas yang tinggi. Dampak

kesehatan yang dapat di timbulkan dari masing-masing metode diantaranya perdarahan

bercak selama 3 bulan pertama, berat badan naik, pada sebagian perempuan dapat

menimbulkan depresi, selain itu untuk suntik dapat menyebabkan pola haid yang tidak

teratur sampai 10 hari, terdapat efek samping yang serius seperti serangan jantung, stroke,

pembekuan darah pada paru atau otak. Untuk metode suntik baik digunakan hanya untuk

ibu yang tidak menyusui (Kemenkes RI, 2012).

Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia merupakan negara ke-5 di

dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249 juta. Diantara negara

ASEAN, Indonesia dengan luas wilayah terbesar tetap menjadi negara dengan penduduk

terbanyak, jauh di atas 9 negara anggota lain. Diketahui Angka Fertilitas (TFR) 2,6.

Page 80: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

64

Indonesia masih berada di atas rata-rata TFR negara ASEAN, yaitu 2,4 (Kemenkes RI,

2014).

TFR adalah gambaran tentang rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang

perempuan dari usia 15 – 49 tahun sampai masa akhir reproduksinya. TFR yang tinggi

merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah

(terutama pada perempuan), tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat kemiskinan yang

tinggi, selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan Program Kependudukan

dan Keluarga Berencana (KKB) (Kemenkes RI, 2013).

Sumatera Utara merupakan sebagai provinsi dengan jumlah penduduk ke 4

terbanyak di Indonesia, apabila dibandingkan dengan angka TFR pada 4 provinsi lainnya

masih terbilang cukup tinggi. Dimana dari data SDKI (2012) tercatat TFR di Sumatera

Utara sebesar (3,0), Jawa Barat (2,5), Banten (2,5), Jawa Timur (2,3) dan Jawa Tengah

(2,1). Selain itu, hasil SDKI (2012), angka TFR Indonesia masih berada pada angka 2,6

atau stagnan yang sama dengan SDKI tahun 2007 dan masih tingginya unmet need hasil

SDKI (2012) sebesar 8,5% padahal target yang ingin dicapai tahun 2014 sebesar 6,5%.

Data SDKI (2007) menunjukkan jenis metode kontrasepsi yang paling banyak

diminati adalah jenis suntik 31,8%, pil 13,2%, dan IUD 4,9%. Di Sumatera Utara

jenis/alat kontrasepsi suntik banyak dimintai yaitu 17,4%, senggama terputus 7,9%, pil

4,7%, pantang berkala 2,8%, tubektomi, 24%, IUD 2,1%, kondom 2,1%, implant 1,9%.

Berdasarkan jenis metode kontrasepsi yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan

sebagian besar WUS memilih metode suntik sebagai alat kontrasepsi yang digunakan

yaitu sebanyak 18,8%, diikuti pil 10%, strelisasi wanita 6,3%, dll.

Pemakaian alat kontrasepsi merupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan,

terutama pada perempuan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang

dalam menggunakan kontrasepsi. Merurut Green (1980), perilaku seseorang dipengaruhi

Page 81: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

65

oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposing (dari diri sendiri), Faktor enabling (pemungkin)

dan reinforcing (penguat). Pada penelitian ini faktor yang digunakan diantaranya

predisposing (dari diri sendiri) yang mencakup pendidikan, umur ibu, jumlah anak,

tingkat kekayaan. Faktor enabling (pemungkin) mencakup kunjungan ke fasilitas

kesehatan, sumber informasi. Faktor reinforcing (penguat) perilaku petugas kesehatan

dalam memberikan pendidikan kesehatan.

Sumatera Utara merupakan provinsi keempat dengan jumlah penduduk terbesar

di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Laju pertumbuhan

penduduk di Sumatera Utara selama kurun waktu 1990 – 2000 sebesar 1,2% pertahun,

pada tahun 2000 – 2005 menjadi 1,37% pertahun, serta laju pertumbuhan penduduk 2000

– 2007 mencapai 1,56% pertahun (SDKI, 2007).

Pada tahun 2013 estimasi jumlah penduduk di Sumatera Utara mencapai

13.391.231 juta jiwa. Struktur penduduk di Sumatera Utara termaksud ke dalam struktur

penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia muda (0 –

14 tahun), walaupun jumlah kelahiran telah menurun jika dibandingkan dengan lima

tahun yang lalu dan angka harapan hidup yang semakin meningkat yang ditandai dengan

meningkatnya jumlah penduduk usia tua. Apabila digambarkan dalam piramida

penduduk, badan piramida membesar, hal ini menunjukan banyaknya penduduk usia

produktif terutama pada kelompok umur 25 – 29 tahun baik laki-laki maupun perempuan

(Kemenkes RI, 2013). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini, dimana sebagian

besar WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 – 2012 berada pada kelompok umur 20 –

35 tahun dan didapati juga sebagian besar WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 –

2012 memiliki 1 – 2 anak yaitu 42,8%.

Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui sebagian besar WUS di Sumatera

Utara tahun 2008 – 2012 berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu setara dengan

Page 82: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

66

tingkat SMA. Perkembangan kondisi pendidikan menurut indikator Angka Melek Huruf

(AMH), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dan Angka Partisipasi Sekolah (APS), secara

umum kondisi pendidikan di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan perbaikan dalam

lima tahun terakhir (2005-2011). Perkembangan AMH tahun 2011 mencapai 97,46%

lebih tinggi dari AMH nasional (92,99%), dengan AMH tertinggi di Kabupaten Tapanuli

Selatan (99,83%) dan terendah di Kabupaten Nias Barat (84,46%) (Profil Pembangunan

Sumut, 2013).

Berdasarkan data SDKI (2007), pada tingkat pendidikan sebanyak 25% wanita

usia 20 – 24 tahun sedang menyelesaikan SMA dibandingkan dengan wanita usia 45 – 49

tahun dengan hanya 20% yang menyelesaikan SMA. Hasil data SDKI (2007)

menunjukan tingkat melek huruf pada wanita pernah kawin di Provinsi Sumatera Utara

cukup tinggi yaitu sebesar 90%, 10% lainnya wanita tidak mampu membaca sama sekali.

Semakin muda umur WUS lebih besar kemungkinannya untuk bisa membaca. Dalam hal

ini, kemampuan membaca merupakan modal penting yang memungkinkan seseorang

meningkatkan kesempatan dalam hidupnya.

Berdasarkan hasil penelitian ini, sebagian besar WUS di Sumatera Utara pada

tahun 2008 – 2012 berada pada tingkat kekayaan ttinggi yaitu sebesar 52,3%.

Perkembangan ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Utara dalam 5 tahun terakhir

menurut jumlah penduduk usia kerja, angkatan kerja, penduduk bekerja, dan jumlah

pengangguran terbuka. Perkembangan penduduk usia kerja, penduduk bekerja secara

menunjukkan peningkatan, namun jumlah pengangguran terbuka cenderung meningkat.

Berdasarkan data Profil Pembangunan Sumatera Utara (2013) penyebaran

penduduk miskin tertinggi di Sumatera Utara terjadi pada tahun 2008 hingga 2011.

Kemudian perkembangan kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu

2008 – 2013, secara absolut terjadi penurunan sebanyak 274,64 ribu jiwa. Jumlah

Page 83: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

67

penduduk miskin tahun 2013 (Maret) tercatat sekitar 1.339 ribu jiwa. Kondisi

kemiskinan Provinsi Sumatera Utara tergolong rendah jika dibandingkan dengan rata-

rata kemiskinan nasional (11,86%), persentase penduduk miskin tahun 2013 sebesar

10,06 persen atau berkurang sebesar 2,49 persen dari tahun 2008.

Akses terhadap sumber informasi adalah hal penting dalam meningkatkan

pengetahuan dan kepedulian tentang apa yang terjadi disekeliling masyarakat, hal ini

mungkin dapat mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Sumber informasi dapat

menjadi suatu perantara dalam penyampaian informasi. Media promosi kesehatan adalah

semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin

disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak maupun elektronik (TV, radio,

komputer), sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya dengan harapan dapat

merubah perilaku ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui sebagian besar WUS di Sumatera

Utara pada tahun 2008 – 2012 tidak menggunakan media sebagai media sumber

informasi yaitu sebesar 71,4%. Dari hasil SDKI 2007 menunjukan bahwa di Sumatera

Utara sebagian besar media informasi yang paling banyak diakses oleh WUS yang sudah

menikah adalah TV dan diikuti radio. Sedangkan WUS yang mengakses media cetak

seperti majalah dan surat kabar setiap seminggu sekali lebih kecil dibandingkan dengan

media elektronik seperti TV dan radio.

Berdasarkan hasil penelitian ini, sebagian besar WUS di Sumatera Utara pada

tahun 2008 – 2012 tidak mendapatkan kunjungan dari petugas KB dalam 6 bulan terakhir

yaitu sebsar 96,8%. Tenaga kesehatan menjadi salah satu faktor yang sangat penting

dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang berkualitas

harus didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas disamping ketersediaan

sumber daya yang lain (Dinkes Sumatera Utara, 2012).

Page 84: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

68

Berdasarkan data dari kabupaten / kota, sampai akhir tahun 2012, SDM di sektor

kesehatan berjumlah 45.535 orang, terdiri dari 43.713 orang tenaga kesehatan dan 1.822

orang tenaga non kesehatan. Berdasarkan hasil data Profil Kesehatan Sumatera Utara

(2012), diketahui sebagian besar tenaga kesehatan di Provinsi Sumatera Utara bertugas di

puskesmas sebanyak 46%. Dari 20.101 tenaga kesehatan, yang bertugas di puskesmas

terdiri dari dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga farmasi,

tenaga gizi, tenaga teknisi medis, keterapilan fisik, tenaga sanitasi, dan tenaga kesehatan

masyarakat. Ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai dapat memudahkan dalam

mendukung perilaku penggunaan kontrasepsi di masyarakat khususnya pada WUS.

Terlebih lagi dengan adanya petugas lapangan yang melakukan kunjungan secara rutin,

dapat membantu WUS dalam memilih dan mendapatkan informasi tentang kontrasepsi

yang akan mereka pilih.

Berdasarkan hasil penelitian ini, sebagian besar WUS di Sumatera Utara pada

tahun 2008 – 2012 tidak mengunjungi fasilitas kesehatan dalam 6 bulan terakhir yaitu

66,4%. Dari data Profil Kesehatan Sumatera Utara (2012) menunjukan bahwa, jumlah

puskesmas di Sumatera Utara mengalami peningkatkan, hal ini diharapkan dapat

menjangkau masyarkat agar mendapatkan pelayanan merata sampai ke daerah terpencil.

Selain penambahan jumlah, peningkatan status puskesmas juga dilakukan, yaitu

peningkatan status puskesmas yang awalnya adalah puskesmas non perawatan menjadi

puskesmas perawatan atau peningkatan status puskesmas dari yang sebelumnya

puskesmas pembantu menjadi puskesmas induk.

Di Provinsi Sumatera Utara diketahu sampai akhir tahun 2012 jumlah Rumah

Sakit di Sumatera Utara terdapat 200 unit diantaranya Rumah Sakit Pemerintah dan

Rumah Sakit Swasta. Selain Rumah Sakit, fasilitas kesehatan lain seperti puskesmas

pernyebaran di daerah kabupaten/kota sudah cukup merata dimana setiap kecamatan di

Page 85: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

69

Provinsi Sumatera Utara sudah memiliki paling sedikit satu puskesmas. Hal tersebut juga

didukung dengan adanya peningkatan selama tahun 2008 – 2011, dari 484 unit pada

tahun 2008 menjadi 569 unit pada tahun 2012.

Secara garis besar masalah pokok dibidang kependudukan yang dihadapi

Indonesia adalah jumlah pertumbuhan penduduk yang besar dengan laju petumbuhan

penduduk yang relatif masih tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, struktur

umur muda, dan kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan (Purba, 2009).

Sementara itu Sumatera Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak

ke empat di Indonesia. Untuk itu penggunaan kontrasepsi di rasa cukup penting selain

sebagai perilaku bentuk kesehatan, dimana dapat memenuhi target capaian TFR dapat

menhindari kehamilan berisiko pada ibu.

6.3 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi

pada WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 – 2012 sebagian besar adalah wanita

umur > 35 tahun, sedangkan pengguna kontrasepsi paling sedikit yaitu usia 15 – 19 tahun.

Dari hasil peneliian didapatkan bahwa umur memiliki hubungan yang signifikan dengan

perilaku penggunaan kontrasepsi.

Dalam pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang rasional

dikatakan dimana umur di bawah 20 tahun merupakan fase menunda atau mencegah

kehamilan, hal ini berkaitan dengan kehamilan risiko tinggi yang mana dapat timbul

pada kehamilan kurang dari usia 18 tahun, kehamilan lebih dari 35 tahun, kehamilan

setelah 4 kelahiran dan kehamilan dengan interval jarak kurang dari 2 tahun. Dengan

perkataan lain kehamilan risiko tinggi dapat timbul pada keadaan “4 terlalu”, yaitu

terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak dan terlalu dekat jaraknya. Pada umur 20 – 30

Page 86: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

70

tahun merupakan fase menjarangkan kehamilan. Dan pada umur di atas 35 tahun

merupakan fase menghentikan/mengakhiri kehamilan (Hartanto, 2010).

Berdasarkan hasil SDKI (2007) mengatakan bahwa kebutuhan pelayanan

kontrasepsi bervariasi menurut umur, wanita muda cenderung untuk menjarangkan

kehamilan, dan wanita tua cenderung membatasi kehamilan. Pola kebutuhan untuk

kontasepsi menurut umur dapat digambarkan sepeti kurva U terbalik, yaitu rendah pada

wanita kelompok umur 15-19 tahun dan wanita kelompok umur 45 – 49 tahun dan tinggi

pada tingkat kelompok umur anatara 30 – 34 tahun. Wanita muda cenderung

menggunakan cara kontrasepsi suntik, pil, dan susuk, sementar mereka yang lebih tua

cenderung memilih kontrasepsi jangka panjang seperti IUD dan sterilisasi.

Analisa BKKBN tentang SDKI 2002/2003 mengatakan bahwa umur di bawah 20

tahun dan di atas 35 tahun sangat berisiko terhadap kehamilan dan melahirkan, sehingga

berhubungan erat dengan pemakaian alat kontrasepsi. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Purba (2008) yang menunjukan adanya hubungan antara umur dengan

penggunaan alat kontrasepsi. Namun dalam penelitian ini, umur yang semakin meningkat

tidak menjadi alasan utama responden untuk memakai alat kontrasepsi, tetapi mereka

lebih mengutamakan banyaknya jumlah anak yang dimiliki. Jika jumlah anak telah dirasa

cukup, maka responden akan mengusahakan dengan sungguh-sungguh untuk memakai

alat kontrasepsi.

Menurut Amiranty (2003), umur dan jumlah anak yang pernah dilahirkan seorang

wanita akan mempengaruhi tingkat pemakaian kontrasepsi. Wanita dengan umur tinggi

yang pada umumnya mempunyai anak lebih banyak akan cenderung memakai

kontrasepsi, terutama untuk membatasi kelahiran. Sebaliknya pemakaian kontrasepsi

pada wanita muda yang belum mempunyai anak atau yang baru mempunyai anak dalam

jumlah sedikit cenderung ditujukan untuk menjarangkan atau menunda kehamilan.

Page 87: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

71

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka perlu adanya penambahan informasi

melalui penyuluhan dari petugas KB, maupun informasi di fasilitas layanan kesehatan

dan melalui kegiatan yang telah ada di masyarakat mengenai penggunaan kontrasepsi.

Hal ini juga diharapkan WUS mengetahui fungsi lain kontrasepsi tidak hanya untuk

menjarangkan/membatasi atau menghentikan kehamilan, namun juga dapat mengetahui

kehamilan yang tidak terkendali dalam keadaan “4 terlalu” yang dapat mengakibatkan

kehamilan risiko tinggi.

6.4 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan alat kontrasepsi pada

WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 – 2012 sebagian besar memiliki tingkat

pendidikan menengah, sedangkan tingkat pendidikan terkecil pada WUS yang

menggunakan alat kontrasepsi yaitu tidak sekolah. Hal ini diketahui bahwa pendidikan

memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara (UU RI No.20 tahun 2003). Pendidikan dapat mempengaruhi ibu

dalam memperoleh, memproses dan memahami informasi, hal ini karena informasi

sangat penting bagi ibu untuk membuat keputusan yang tepat. Selain itu, ibu dengan

tingkat pendidikan tinggi akan lebih percaya diri untuk bertanya mengenai pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan bagi dirinya (Karlsen, dkk., 2011).

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2010)

yang dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya, bahwa ada hubungan yang signifikan

pendidikan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi di Desa Sukagalih Kecamatan

Page 88: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

72

Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Ibu yang berpendidikan tinggi cenderung

menggunakan alat kontrasepsi sedangkan yang berpendidikan rendah tidak menggunakan

alat kontrasepsi.

Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Fitriani (2004), menyatakan bahwa ada

pengaruh antara tingkat pendidikan WUS dengan perilaku penggunaan kontrasepsi. Hal

ini karena pendidikan mempunyai peranan penting untuk menyerap informasi dari

sumber yang bervariasi, sehingga dapat merubah pola berpikir/tingkah laku dalam

menilai sesuatu yang secara tidak langsung akan membantu WUS dalam menilai dan

memilih alat kontrasepsi yang tepat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2012) di Kabupaten Gayo

Luwes, Sumatera Utara, menunjukan bahwa pendidikan seseorang akan mempengaruhi

pemilihan dan pemakaian alat kontrasepsi yang mana alat yang baik digunakan untuk

menjarangkan kehamilan. Dengan tingginya tingkat pendidikan, maka ibu mampu

memahami keuntungan dan kerugian dalam pemakaian alat kontrasepsi.

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan

pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk

pentingnya keikutsertaan dalam KB. Ini disebabkan seseorang yang berpendidikan tinggi

akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah menerima ide dan tata cara kehidupan

baru. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seharusnya orang yang memiliki tingkat

pendidikan yang lebih tinggi akan memilih jenis kontrasepsi MKJP (Proverawati, dkk,

2009).

Pendidikan berpengaruh dalam perilaku penggunaan kontrasepsi oleh WUS,

karena dengan semakin tingginya pendidikan, WUS akan semakin mudah mengerti dan

menerima kontrasepsi. Perubahan pola pikir tentang alat kontrasepsi, keuntungan dan

kerugiannya akan mempengaruhi seseorang untuk memilih jenis kontrasepsi yang sesuai

Page 89: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

73

dengan pengetahuannya. Dapat dipastikan dengan pendidikan dan pengetahuan yang

cukup WUS akan mempunyai sikap yang positif terhadap kontrasepsi dibandingkan

dengan yang pendidikan rendah/kurang.

6.5 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah Anak

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa penggunaa alat kontrasepsi pada

WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 – 2012 sebagian besar memiliki 3 – 4 anak,

sedangkan jumlah anak paling sedikit yang dimiliki WUS pengguna alat kontrasepsi

yaitu 0 anak. Hasil ini didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

jumlah anak dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS. Dalam hal ini jumlah

anak yang dimaksud adalah jumlah anak WUS yang masih hidup. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian Simbolon (2010) di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, yang

juga mengatakan bahwa dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan

antara jumlah anak dengan perilaku penggunaan kontrasepsi.

Menurut Kamus Saku Mosby, paritas merupakan klasifikasi perempuan

berdasarkan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati yang dilahirkannya pada umur

kehamilan lebih dari 20 minggu. Pada saat hamil, rahim ibu teregang karena adanya

janin. Apabila terlalu sering melahirkan, rahim ibu akan semakin lemah. Jika ibu telah

melahirkan 3 anak atau lebih, perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu kehamilan,

persalinan dan nifas (Kemenkes RI, 2011).

Kemungkinan seorang istri untuk menambah anak tergantung pada jumlah anak

yang telah dilahirkannya. Seseorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah

mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang telah dilahirkannya. Seorang

istri akan menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai sejumlah anak yang

dilahirkan, maka hal ini akan menjadi semakin memiliki risiko kematian dalam

Page 90: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

74

persalinan. Dalam artian jumlah anak akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan

dapat meningkatkan taraf hidup keluarga secara maksimal (Mantra, 2006).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fienalia (2012) di

Kota Depok, dimana adanya hubungan yang signifikan antara jumlah anak hidup dengan

penggunaan kontrasepsi jangka panjang. Responden yang memiliki anak ≥ 3 orang

memiliki peluang 3,9 kali lebih besar untuk menggunakan kotrasepsi jangka panjang

dibandingkan dengan yang mempunyai anak 0 – 2 orang. Selain itu penelitian yang

dilakukan oleh Wahidin (2005) di Kota Palu, menunjukan adanya hubungan antara

jumlah anak hidup dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik di Kecamatan Palu

Selatan Kota Palu. Akseptor akan menggunakan metode kontrasepsi sebagai suatu cara

untuk mengatasi kelahiran anak yang tidak diinginkan, apabila jumlah anak hidup yang

dimilikinya telah cukup.

Budaya patriarki adalah keadaan hukum adat yang memakai nama bapak dan

hubungan keturunan melalui garis kerabat pria/bapak. Perempuan seringkali diabaikan

haknya dalam lingkup budaya patriarki diantaranya adanya pendominan anak laki-laki

(maskulinitas) atau kecenderungan harapan lahirnya anak laki-laki dalam suatu keluarga

serta otoritas pengambil keputusan dalam keluarga yang juga dapat mempengaruhi

keputusan WUS menjadi akseptor keluarga berencana (Aritonang, 2010).

Di negara-negara barat, Eropa Barat termasuk negara Indonesia, budaya dan

ideologi patriarki masih sangat kental mewarnai berbagai aspek kehidupan dan struktur

masyarakat. Apabila dilihat dari garis keturunan, masyarakat Sumatera Utara lebih

cenderung sebagai masyarakat yang patrilineal yang dalam hal ini posisi ayah atau bapak

(laki-laki) lebih dominan dibandingkan dengan posisi ibu (perempuan). Selain itu Contoh

suku yang menganut faktor budaya patriarki adalah Batak, Melayu dan Nias (Sastriyani,

2007).

Page 91: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

75

Berdasarkan hasil penelitian Mendfora (2012) di Desa Onozitoli Sifauro’Asi

menyatakan, dari budaya patrilineal/patriarki yang dianut oleh masyarakat suku Nias,

setiap keluarga berkeinginan untuk mendapatkan anak laki-laki. Apabila dalam sebuah

keluarga belum ada anak laki-laki, ada kecenderungan untuk mempunyai anak lagi

sampai mendapatkan anak laki-laki.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Aritonang (2010) di Medan didapatkan

bahwa masih ditemukannya responden yang menyatakan di dalam keluarga laki-laki

ditempatkan di depan kaum perempuan. Dari hasil diketahui sebesar 85% responden

yang mengharapkan anak laki-laki dan 87% responden mengatakan keluarga sangat

mengidamkan anak laki-laki daripada anak perempuan. Responden juga meyatakan, pada

bidang pendidikan adanya pendahulan pendidikan bagi anak laki-laki dari pada anak

perempuan.

Hal ini didukung oleh Manurung yang mengatakan bahwa dalam masyarakat

yang bertumpu pada budaya dan ideologi patriarki dengan basis dan nilai perempuan,

kedudukan perempuan berada pada subordinat marginalis dalam pengambilan keputusan

termasuk akan keikutsertaan dalam program keluarga berencana dan pendominasian dari

anak laki-laki dan anak perempuan (Manurung. 2002)

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian kualitatif di Maluku menunjukkan bahwa

nilai anak bagi orang Toraja Sa’dan sangat penting. Memiliki banyak anak masih

menjadi pandangan utama bagi sebagian besar penduduk Sa’dan. Program Keluarga

Berencana (KB) dari pemerintah yang mengarahkan dua anak lebih baik tidak berlaku

bagi orang Toraja Sa’dan. Istilah KB bagi orang Toraja Sa’dan diubah menjadi “keluarga

besar”, untuk menunjukkan banyaknya jumlah anak yang mereka miliki. Bahkan seorang

yang terpandang di Toraja menceritakan bahwa dua bukan dua orang, namun dua pasang

(empat anak) untuk menunjukkan anak yang mereka miliki. Ketiadaan seorang anak bagi

Page 92: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

76

orang Toraja Sa’dan merupakan hal yang masiri’ (malu) dalam keluarga, dianggap lemah,

dan dikasihani oleh keluarga luas. Bahkan, sekalipun sudah memiliki anak, tetapi baru

satu, keluarga tersebut masih dianggap belum lengkap (Kemenkes RI, 2012).

Pada masyarakat, masih adanya pandangan orang tua terhadap anak dalam

keluarga, dimana anak selain merupakan kebanggaan orang tua, anak juga sebagai tenaga

kerja yang membantu meningkatkan ekonomi keluarga. Selain itu adanya kebiasaan dari

suatu kelompok masyarakat yang memberi nilai lebih pada satu jenis kelamin tertentu

(Siregar, 2003). Bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia cenderung masih sangat

mempercayai mitos-mitos terdahulu.

Semboyan banyak anak akan banyak rezeki, banyak anak akan banyak

kegembiraan di hari tua masih terdengar dikalangan pasangan yang memiliki anak

dengan jumlah banyak. Bagi masyarakat yang cenderung dinamis dalam bidang ekonomi

dan sosial, atau makin meningkat kemakmuran hidupnya, jumlah anak sering dianggap

bukan masalah yang memberatkan. Dalam hal ini, target program KB dengan semboyan

"dua anak lebih baik" sering dianggap sebagai usang yang mungkin hanya cocok bagi

masyarakat statis yang hidup dalam garis kemiskinan (BKKBN, 2010).

Dibutuhkan peran serta petugas kesehatan dan tokoh masyarakat yang menduduk

dalam upaya penyebaran informasi tentang manfaat dari penggunaan kontrasepiyang

mana untuk membatasi kelahiran anak, selain itu usaha yang dilakukan salah satunya

meluruskan mitos-motos yang sudah berkembang di masyarakat, seperti banyak anak

banyak rezeki dimana dalam hal ini diperlukannya pendekatan dalam aspek budaya.

Petugas KB tidak hanya menginformasikan kontrasepsi kepada ibu saja, namun juga

keluarga diperlukan juga dimana masih adanya peran orang tua terhadap anak yang

sudah berkeluarga dalam pemutusan jumlah anak yang dimiliki.

Page 93: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

77

6.5 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Tingkat Kekayaan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan alat kontrasepsi pada

WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 – 2012 sebagian besar berada pada tingkat

kekayaan tinggi, dibandingkan WUS yang tingkat kekayaannya rendah. Berdasarkan

hasil ini didapatkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara tingkat

kekayaan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi.

Dalam penelitian ini tingkat kekayaan rumah tangga pada SDKI 2012 dihitung

berdasarkan kepemilikan rumah tangga terhadap sejumlah aset yang digunakan di rumah

tangga seperti fasilitas sanitasi, sumber air minum, barang tahan lama, bahan lantai

rumah dan lain lain. Skor tingkat kekayaan dibagi kedalam lima kuintil kekayaan dari

mulai skor tingkat kekayaan terendah sampai dengan tertinggi yang terdiri dari 20%

penduduk pada setiap kuintil. Lima kuintil tersebut yaitu terbawah, menengah bawah,

menengah, menengah atas, dan teratas (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International,

2013).

Penelitian ini sejalan dengan Mashfufah (2006) bahwa ada hubungan yang sangat

signifikan antara tingkat ekonomi/kekayaan dengan pemakaian kontrasepsi. Berdasarkan

nilai kekuatan hubungan OR diketahui bahwa responden yang tingkat ekonomi rendah

mempunyai peluang menggunakan kontrasepsi 2,66 kali. Sedangkan responden yang

tingkat ekonominya tinggi mempunyai peluang menggunakan kontrasepsi 2,85 kali.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Adam (2010) berdasakan indeks

kesejahteraan memperlihatkan bahwa semakin tinggi tingkat kesejahteraannya maka

keikutsertaan wanita menggunakan kontrasepsi akan meningkatkan. Indeks kesejahteraan

dengan kategori termiskin dan miskin adalah 27% dibandingkan dengan kategori kaya-

terkaya sebanyak 47%.

Page 94: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

78

Pendapatan suatu keluarga berhubungan erat dengan kebutuhan – kebutuhan

keluarga. Penghasilan seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

penerimaan dan pengambilan keputusan terhadap inovasi baru. Tingkat pendapatan

mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis kontrasepsi, berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa responden menggunakan kontrasepsi hormonal lebih banyak yang

berpendapatan keluarga rendah, sedangkan responden yang menggunakan kontrasepsi

non hormonal lebih banyak yang berpendapatan tinggi. Hal ini menunjukan bahwa

keinginan pasutri untuk menjadi akseptor KB masih tinggi meskipun pendapatan mereka

tergolong rendah karena dilihat dari segi biaya, kontrasepsi hormonal yang digunakan

cenderung lebih murah dibanding dengan kontrasepsi non hormonal (Arliana, dkk, 2013).

Dari hasil yang didapatkan bahwa sebagian besar di Sumatera Utara WUS yang

menggunaan kontrasepsi berada pada tingkat kekayaan teratas. Dan WUS pada tingkat

kekyaan terendah paling sedikit yang menggunakan kontrasepsi, dimana hal ini salah

satunya dapat terjadi karena biaya yang harus mereka keluarkan. Pelayanan KB

hendaknya diberikan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat, sebagaimana

diakomodir dalam hukum positif. Dalam hal biaya, pemerintah telah mengatur dan

memberikan pelayanan gratis untuk kelompok keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I.

Bagi kelompok keluarga dengan ekonomi baik (Sejahtera II dan di atas nya), diharapkan

mau membiayai pelayanan KB secara Mandiri (BKKBN, 2010).

Perlunya petugas lapangan KB maupun petugas di fasilitas kesehatan untuk

memberikan arahan dan informasi terkait kontrasepsi, khususnya bagi kalangan tingkat

kekayaan rendah dimana dapat memungkinkan bagi mereka untuk memanfaatkan dan

mendapatkan pelayan KB berdasarkan kemampuan mereka.

Page 95: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

79

6.6 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Sumber Informasi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan alat kontrasepsi pada

WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 – 2012 sebagian besar mendapatkan informasi

melalui media elektronik, sedangkan sumber informasi yang didapat pengguna

kontrasepsi paling sedikit yaitu tidak mengakses media. Berdasarkan hal ini didapatkan

bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara sumber informasi dengan perilaku

penggunaan kontrasepsi pada WUS. Dari hasil diketahui banyak WUS di Sumatera Utara

yang mengetahui kontrasepsi dari media elektronik banyak yang mengakses melalui TV

dan radio, WUS yang tanpa media mengaku tidak mendapatkan informasi baik dari

media elektronik maupun dari media cetak seperti koran atau majalah.

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam

penyambung informasi baik media dan non media. Media promosi kesehatan adalah

semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin

disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak, elektronik (TV, radio,

komputer) dan media luar, sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang

akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan

(Notoatmodjo, 2010).

Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Iswarati (2009), dimana

temuan di lapangan membuktikan bahwa perlunya informasi bagi masyarakat karena

akan membantu kesuksesan program KB. Penelitian Iswarati menunjukkan bahwa

Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) KB melalui poster/pamflet maupun televisi

memperlihatkan pengaruh yang sangat signifikan terhadap kepesertaan ber KB dengan p-

value = 0,000.

Selain itu penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Iswarati; 2009, Nurul;

2002) yang di lakukan di Indonesia, dimana terdapat hubungan antara sumber informasi

Page 96: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

80

KIE dengan status penggunaan akseptor IUD. Temuan di lapangan membuktikan bahwa

perlunya informasi bagi masyarakat karena akan membantu kesuksesan program KB.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Iswarati menunjukkan bahwa Komunikasi

Informasi dan Edukasi (KIE) KB melalui poster atau pamflet maupun televisi

memperlihatkan pengaruh yang sangat signifikan terhadap kepesertaan ber KB dengan p-

value = 0,000.

Tidak ada hubungannya sumber informasi dengan perilaku penggunaan alat

kontrasepsi di Provinsi Sumatera Utara dapat terjadi karena apabila dibandingkan dengan

WUS yang menggunakan media sebagai sumber informasi tentang kontrasepsi dengan

WUS yang menggunakan media baik media elektronik maupun media cetak, hasil

menunjukan persentase penggunaan alat kontrasepsi sama tingginya bagi WUS yang

menggunakan atau tidak menggunakan sumber informasi sehingga tidak ada hubungan

dengan penggunaan kontrasepsi. Hal ini bisa terjadi karena WUS sudah mendapatkan

informasi tentang kontrasepsi tersebut dari pendidik sebaya seperti tetangga, atau

informasi dari ibu mertua dan lingkungan keluarganya.

Apabila dikaitkan dengan faktor pendidikan besar WUS di Sumatera Utara

tingkat pendidikannya tinggi. WUS yang tidak menggunakan media sebagian sumber

informasi dan pendidikan tinggi sebesar 58,9% dan WUS yang menggunakan media

elektonik dan media cetak sebagai media informasi dan pendidikan tinggi sebesar 70,9%

dan 63,2%. Menurut Proverawati, dkk (2009) semakin tingginya pendidikan WUS dapat

mudah mengerti dan menerima kontrasepsi, selain itu WUS yang pendidikan dan

pengetahuannya cukup akan memiliki sikap yang positif terhadap kontrasepsi

dibandingan dengan pendidikan yang rendah/kurang.

Kemudian apabila dibandingkan dengan tingkat kekayaan, sebagian besar WUS

yang tidak mengakses media dan WUS yang mengakses media melalui media elektonik

Page 97: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

81

dan media cetak berada pada tingkat kekayaan tinggi. WUS yang tingkat kekayaannya

tinggi, mereka memiliki materil dan dapat dengan mudah untuk mengakses informasi

tetang kontrasepsi seperti langsung pergi ke fasilitas kesehatan tanpa harus melihat.

Menurut Ali (2013) yang dilakukan di Kabupaten Gorontalo, pengetahun berhubungan

dengan perilaku penggunaan kontrasepsi. Banyaknya informasi yang diperoleh akseptor

bisa didapatkan langsung oleh petugas kesehatan yang ada di fasilitas kesehatan.

Selain itu menurut Musdalifah (2013) dalam Aryanti (2014), pemberian informasi

oleh petugas KB berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi karena kebanyakan

akseptor masih ragu-ragu dalam memakai alat kontrasepsi. Disinilah pentingnya seorang

petugas KB dalam memberikan informasi, penyuluhan dan penjelasan tentang alat

kontrasepsi. Mereka dituntut untuk komunikatif dan secara lengkap menjelaskan agar

calon akseptor benar-benar memahami alat kontrasepsi. Dibandingkan dengan media

cetak atau elektronik, informasi dari petugas KB dianggap lebih jelas dibandingkan

pesan singkat dari media apapun dalam menginformasikan tentang KB.

Selain itu Menurut Wibawa (2007) yang dilakukan di Kabupaten Pati,

menyatakan bahwa lebih efektif metode demonstrasi dibandingkan pemutaran video

terhadap perubahan sikap. Hal ini dikarenakan penurunan retensi sikap kelompok metode

demonstrasi lebih kecil (4,42%) dibandingkan dengan kelompok dengan metode

pemutaran video (8,63%), Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan metode demonstrasi

sikap responden tentang pengetahuan yang diberikan lebih bertahan lama.

Berdasarkan hasil data SDKI (2007) menunjukan bahwa media massa sebagai

sumber informasi kontrasepsi bagi WUS di Sumatera Utara lebih banyak yang

mengakses media melihat informasi kontrasepsi melalui TV. Selain itu akses informasi

tentangkontrasepsi menunjukan hubungan yang positif dengan tingkat kekayaan.

Semakin tinggi tingkat kekayaan WUS, semakin besar kemungkinan menerima informasi

Page 98: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

82

tentang kontrasepsi dari berbagai media. Sedangkan hasil penelitian ini didapatkan,

sebagian besar WUS yang memiliki tingkat kekayaan terendah tidak mengakses media

informasi

Dari hasil penelitian banyak WUS yang tidak mengakses media informasi tentang

kontrasepsi baik dari media cetak maupun media elektronik sebagai sumber informasi.

Hal ini dikarenakan masih kurangnya media informasi yang mengedukasi tentang

kontrasepsi. Perlunya media promosi kesehatan seperti poster yang ditempelkan di

fasilitas-fasilitas kesehatan ataupun leaflat-leaflet, kemudian bagi pemerintah di

harapkan lebih menggencarkan melaui media iklan baik dari TV maupun radio tentang

kontrasepsi, hal ini juga dapat membantu petugas kesehatan dalam penyampaian

informasi tentang kontrasepsi sehingga dapat membantu meningkan kesadaran dan

pengetahuan WUS.

6.7 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan Petugas KB

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa WUS yang menggunakan alat

kontrasepsi sebagian besar dikunjungi petugas KB dalam 6 bulan terakhir. Dari hasil

tersebut didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku penggunaan

kontrasepsi dengan kunjungan petugas KB dalam 6 bulan terakhir.

Pemberian informasi dalam program KB dikenal dengan nama KIE KB. KIE

adalah suatu kegiatan dimana terjadi proses komunikasi dengan penyebaran informasi

yang mempercepat terjadinya perubahan prilaku dari masyarakat. Adapun bentuk dari

KIE KB dapat berupa penyuluhan dan kunjungan oleh petugas KB (Lina, dkk, 2012).

Dalam hal ini, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Arliana dkk. (2012) di

Sulawesi Tenggara, mengatakan bahwa dari hasil analisis statistik menunjukan bahwa

tidak ada hubungan antara pemberian informasi oleh petugas KB dengan penggunaan

metode kontrasepsi hormonal.

Page 99: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

83

Namun, Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2012)

yang dilakukan di Kabupaten Gayo Lues, Sumatera Utara, yang menyatakan bahwa

terdapat perbedaan antara perilaku penggunaan KB antara yang dikunjungi petugas KB

dengan yang tidak dikunjungi dengan p-value = 0,020. Menurut Musdalifah, dkk,(2013)

mengatakan bahwa umur, dukungan suami, efek samping dan pemberian informasi

petugas KB berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi hormonal. Perbedaan hasil

penelitian ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti tingkat pendidikan reponden

maupun sumber informasi yang sudah didapatkan responden selain informasi tentang

kontrasepsi memalui petugas KB.

Selain itu berdasarkan hasil penelitiaan yang dilakukaan oleh Iswarti (2009) di

Indonesia, dengan adanya kunjungan petugas lapangan KB (PLKB) dalam 6 bulan

terakhir kepada klien berpengaruh secara signifikan terhardap kesertaan ber KB dengan

p-value = 0,018. Dalam pemilihan alat/cara KB seharunya melalui konseling. Konseling

sangat penting sebagai bagian dari pelayan KB dan kesehatan reproduksi. Melalui

konseling berarti petugas telah membantu klien memilih dan memutuskan jenis

kontrasepsi yang di pilih dan digunakan. Hal ini dikuatkan hasil penelitian lain yang

menyatakan bahwa konseling yang baik akan memberi kepuasan kepada klien dan akan

membantu keberhasilan KB karena klien mau menggunakan kontrasepsinya lebih lama

(Saifudin, 2006).

Tidak ada hubungan antara perilaku pengguna KB yang dikunjungi petugas KB

dengan yang tidak dikunjungi bisa dikarenakan sebanyak 80,1% masyarakat Sumatera

Utara memilliki tingkat pendidikan menengah. Menurut Rohmawati, dkk, (2011) yang di

lakukan di Semarang, ketidaktahuan wanita usia subur tentang kontrasepsi dipengaruhi

oleh kurangnya informasi serta sebagian besar berpendidikan sekolah dasar. Semakin

tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk menerima informasi.

Page 100: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

84

Selain hal di atas, tidak adanya hubungan antara perilaku pengguna KB yang

dikunjungi petugas KB dengan yang tidak dikunjungi ini dapat dikarenakan responden

sudah mengetahui informasi tentang kontrasepsi yang digunakan dari sumber lain,

seperti pendidik sebaya, ibu mertua, maupun tetangga sekitar. Dari hasil penelitian yang

dilakukan secara kualitatif oleh Handayani, dkk, (2012) bahwa masih banyak akseptor

yang menentukan metode yang dipilih hanya berdasarkan informasi dari akseptor lain

berdasarkan pengalaman masing-masing.

Dalam pemenuhan hak reproduksi perlu mendapat perhatian atau dengan kata lain

dalam memperkenalkan metode kontrasepsi harus disertai dengan fasilitas pilihan

informasi tentang cara alternatif. Informasi tersebut harus memenuhi syarat yaitu akurat,

tidak bias, lengkap dan komprehensif. Setiap perempuan yang akan menggunakan

metode kontrasepsi, harus terpenuhi kebutuhan akan pilihan informasi (POGI, 2003).

Petugas kesehatan yang melakukan kunjungan kerumah-rumah warga biasanya

memberikan konseling dan pemberian informasi kepada WUS. Informasi yang diberikan

petugas membantu klien dalam memilih dan menentukan metode kontrasepsi yang

dipakai. Informasi yang baik akan memberikan kepuasan klien yang berdampak pada

penggunaan kontrasepsi yang lebih lama sehingga membantu keberhasilan KB

(Handayani, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian responden yang tidak menggunakan kontrasepsi

banyak dari mereka yang mengakses informasi tentang KB melalui media elektronik.

Media elektronik termasuk kedalam media prosomis kesehatan, diaman media promosi

kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi

yang ingin disampaikan oleh komunikator baik melalui media cetak, elektronik (TV,

radio, komputer) dan media luar ruang sehingga sasaran dapat meningkatkan

pengetahuannya.

Page 101: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

85

Menurut Heri Ariyanti (2014) Tidak adanya hubungan antara informasi oleh

petugas lapangan KB dengan penggunaan kontrasepsi pada wanita kawin usia dini di

Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur disebabkan karena masih kurangnya

petugas lapangan KB di desa sehingga petugas lapangan KB yang bertugas di desa

memegang dua sampai empat desa binaan. Hal ini menjadi tidak efektifnya penyuluhan,

pembinaan dan advokasi yang dilakukan oleh petugas lapangan KB di desa.

Berdasarkan penelitian ini diketahui kurang aktifnya Petugas lapangan KB

(PLKB) yang bertugas, dimana selain sumber informasi yang didapatkan WUS melalui

media, petugas KB lapangan berperan penting dalam penyebaran informasi mengenai

kontrasepsi. Petugas KB yang berkunjung ke rumah WUS berperan dalam memberikan

informasi, penyuluhan dan penjelasan tentang alat kontrasepsi bagi calon akseptor.

Perlunya informasi bagi masyarakat dikarenaakan dapat membantu kesuksesan program

KB. Disamping itu masih banyak ibu-ibu yang menentukan metode yang dipilih hanya

berdasarkan informasi dari akseptor lain berdasarkan pengalaman masing-masing.

Sebagian petugas kesehatan kurang melakukan konseling dan pemberian informasi yang

menyebabkan kurangnya pengetahuan WUS khususnya dalam memilih jenis

kontrasepsi.

6.8 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan ke Fasilitas

Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar penggunaan alat

kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 – 2012 tidak menunjungi

fasilitas kesehatan dalam 6 bulan terakhir. Hasil ini didapatkan bahwa kunjungan fasilitas

kesehatan memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan perilaku penggunaan

kontrasepsi.

Page 102: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

86

Kunjungan ke fasilitas kesehatan merupakan salah satu cara untuk memenuhi

kebutuhan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan

pendidikan di dalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah

semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan

praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2005).

Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka

menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya demi terwujutnya hubungan yang

baik antara seseorang dengan orang lain, selain itu komunikasi juga merupakan

pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi antara dua orang atau lebih (Effendy, 1998).

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara

positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan

metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi antar pribadi maupun komunikasi

massa (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Riskesdas (2010) tempat terbanyak masyarakat mendapatkan pelayanan

kontrasepsi di sektor swasta adalah Bidan Praktek Mandiri yaitu 52,5%. Fasilitas

pelayanan pemerintah seperti rumah sakit, puskesmas, pustu dan poskesdes atau polindes

digunakan oleh sekitar 23,9% peserta KB. Hasil Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes)

2011, kegiatan pelayanan KIA/KB telah dilaksanakan di 97,5% puskesmas. Pelayanan

KIA dan KB termasuk 6 (enam) pelayanan wajib puskesmas.

Besarnya proporsi WUS yang menggunakan kontrasepsi karena berkunjungan ke

fasilitas pelayanan kesehatan bisa dikarenakan adanya program pelayanan KB pasca

persalinan. Melalui program ini WUS sudah sejak kehamilan diperkenalkan dengan KB

guna mencegah keterlambatan untuk mendapatkannya karena pada umumnya wanita

mulai menggunakan kontrasepsi pada minggu keenam pasca persalinan. Seorang ibu

Page 103: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

87

yang baru melahirkan bayi biasanya lebih mudah untuk diajak menggunakan kontrasepsi,

sehingga waktu setelah melahirkan adalah waktu yang paling tepat untuk mengajak

seorang ibu menggunakan kontrasepsi.

Di samping hal-hal tersebut di atas, KB pasca persalinan diintegrasikan pula

dalam P4K, Kelas Ibu Hamil dan pelayanan antenatal terpadu. Dalam pelayanan

antenatal terpadu, tenaga kesehatan pemberi layanan antenatal berkewajiban memberikan

konseling KB pasca persalinan kepada ibu hamil agar setelah bersalin ibu dapat segera

mendapatkan pelayanan KB. Dalam Kelas Ibu Hamil, salah satu materi yang dibahas

adalah tentang KB pasca persalinan, dan dalam empat kali pertemuan, minimal satu kali

pertemuan, ibu hamil didampingi oleh suami atau keluarganya. Hal ini dimaksudkan agar

kesehatan ibu selama hamil, bersalin, nifas, termasuk kesehatan bayi yang baru

dilahirkannya dan kebutuhan akan KB pasca persalinan menjadi perhatian dan tanggung

jawab seluruh keluarga. Dalam P4K, ibu hamil dan keluarga diberi penjelaskan tentang

kesehatan maternal termasuk KB pasca persalinan dan diminta untuk menandatangani

Amanat Persalinan yang salah satunya adalah kesepakatan tentang metoda KB yang

akan dipakainya kelak setelah bersalin.

Di samping itu, untuk menghilangkan hambatan pembiayaan dalam mengakses

pelayanan KB pasca persalinan, Pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan

mengintegrasikan pelayanan KB pasca persalinan dalam paket Jaminan Persalinan atau

yang lebih dikenal dengan singkatannya Jampersal. Jadi banyaknya program yang

terintegrasi dengan pelayanan KB di fasilitas kesehatan bisa mendorong WUS untuk

memilih dan menggunakan alat kontrasepsi karena banyaknya informasi yang diserap

WUS melalui kegiatan di fasilitas kesehatan (Kemenkes RI, 2012).

Dalam kebijakan dan strategi nasional, tentang kesehatan reproduksi disebutkan

bahwa kualitas informasi dan pelayanan KB masih perlu ditingkatkan, misalnya

Page 104: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

88

keterbukaan penyampaian informasi tentang efek samping dan komplikasi agar dapat

menangkal rumor negatif (Oktariana, 2009). Setiap fasilitas kesehatan seperti puskesmas

terdapat pelayana Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), KIE bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap danpraktek KB sehingga tercapai penambaha peserta

baru. KIE dapat dilakukan dengan cara masa, kelompok dan perorangan, dengan

menggunakan alat bantu media seperti TV, radio, penerbitan/punlikasi, mobil unit

penerangan, koran, film, pameran, yang mana dapat meningat pengetahuan tentang KB

khususnya kontrasepsi.

Konseling merupakan tindak lanjut dari KIE, bila seseorang telah termotivasi

melakukan KIE maka dia perlu diberikan konseling. Konseling adalah proses pertukaran

informasi dan interaksi positif anatara klien dan petugas untuk membantu klien

mengenali kebutuhannya, memilih sosuli terbaik dan membuat keputusan yang paling

sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapai (Kemenkes RI, 2012). Selain itu informasi

melalui konseling bertujuan agar seseorang dapat memilih alat/cara kontrasepsi yang

sesuai dengan dirinya, maka dibutuhkan pengetahuan tentang alat/cara KB yang

menyeluruh.

Diperlukannya peningkatan pelayanan khususnya Pelayanan KB yang berkualitas

yang dapat berdampak pada kepuasan pada klien yang dilayani dan terpenuhinya tata

cara penyelenggaraan Pelayanan KB sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan yang

telah ditetapkan. Kompetensi tenaga yang memberikan Pelayanan KB merupakan faktor

yang sangat mempengaruhi kualitas Pelayanan KB selain itu juga ketersediaan seperti

prasarana dan sarana penunjang, alat dan obat kontrasepsi, ketersediaan pedoman

pelayanan dan upaya untuk menjaga mutu juga diperlukan.

Page 105: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

89

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada wanita usia subur (WUS) di Sumatera

Utara berdasarkan data SDKI 2012, maka dapat didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar WUS di Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 – 2012 menggunakan

alat kontrasepsi (77,9%), sebagian besar berumur 20 – 35 tahun (52,2%), sebagian

besar tingkat pendidikannya menengah/SMA (61,9%), sebagian besar memiliki 1 – 2

anak (42,8%), sebagian besar tingkat kekayaannya tinggi (52,3%), sebagian besar

sumber infromasi yang di peroleh tidak melalui media (71,4%), sebagian besar tidak

mendapat kunjungan petugas KB dalam waktu 6 bulan terakhir (96,8%), dan

sebagian besar tidak mengunjungi fasilitas kesehatan dalam 6 bulan terakhir (66,4%).

2. Terdapat hubungan antara umur dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS

di Sumatera Utara tahun 2008 – 2012, dimana pada WUS dengan umur 20 – 35

tahun proporsi penggunaan kontrasepsinya lebih tinggi.

3. Terdapat hubungan antara pendidikan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada

WUS di Sumatera Utara tahun 2008 – 2012, dimana pada WUS dengan tingkat

pendidikan menengah proporsi penggunaan kontrasepsinya lebih tinggi.

4. Terdapat hubungan antara jumlah anak dengan perilaku penggunaan kontrasepsi

pada WUS di Sumatera Utara tahun 2008 – 2015, dimana pada WUS yang memiliki

anak 3 – 4 proporsi penggunaan kontrasepsinya lebih tinggi.

5. Terdapat hubungan antara tingkat kekayaan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi

pada WUS di Sumatera Utara tahun 2008 – 2012, dimana pada WUS dengan tingkat

kekayaannya tinggi proporsi penggunaan kontrasepsinya lebih tinggi.

Page 106: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

90

6. Tidak terdapat hubungan antara sumber informasi dengan perilaku penggunaan

kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara tahum 2008 – 2012, dimana pada WUS

yang tidak mengakses sumber informasi menggunakan media proporsi pengguna

kontrasepsinya lebih tinggi.

7. Tidak terdapat hubungan antara kunjungan petugas KB dalam 6 bulan terakhir

dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara tahun 2008 –

2012, dimana semakain besar WUS yang tidak dikujungi petugas KB maka proporsi

penggunaan kontrasepsinya semakin tinggi.

8. Terdapat Hubungan antara kunjungan ke fasilitas kesehatan dalam 6 bulan terakhir

dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara tahun 2008 –

2012, dimana semakin besar WUs yang mengunjungi fasilitas kesehatan proporsi

penggunaan kontrasepsinya lebih tinggi.

9. Penelitain ini mengacu pada teori Green (1980) untuk mengetahui faktor-faktor apa

saja yang dapat mempengaruhi perilaku penggunaan kontrasepsi. Beberapa variabel

seperti sikap, pekerjaan, budaya, dukungan suami dan dukungan dari masyarakat

tidak diteliti karena tidak tersedianya data pada data SDKI (2012).

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberi saran

sebagi berikut:

1. Bagi Kementerian Kesehatan RI, diharapakan adanya kebijakan agar bidan ataupun

pemberi pelayan KB memberikan informasi yang sesuai dan memberikan pilihan

kontrasepsi yang lebih banyak.

2. Pemerintah daerah dapat menigkatkan kegiatan dalam pelaksanaan program KB.

Seperti dalam pelayanan KB meningkatkaan ketersediaan prasarana seperti alat /

obat kontrasepsi, salah satunya kontrasepsi hormonal yang banyak diminati

Page 107: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

91

masyarakat yang berada ditingkat kekayaan rendah dan banyak berkeinginan

meggunakan kontrasepsi. Selain itu ketersediaan pelayanan KB diberbagai sarana

kesehatan seperti, rumah sakit, puskesmas, puskesdes, bidan untuk memenuhi

informasi terkait kontrasepsi.

3. Diharapkan kepada petugas KB untuk meningkatkan pemberian penyuluhan kepada

WUS dalam upaya peningkatan pengetahuan dan menyebar luaskan komunikasi,

informasi dan edukasi (KIE) agar tetap aktif menggunakan kontrasepsi dan

memberikan pemahaman kepada masyarakat akan manfaat penggunaan kontrasepsi

di Sumatera Utara.

Page 108: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

92

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Felecia P. 2010. Kajian Tentang Prevalensi Kontrasepsi Keluarga Berencana Catatan

Kecil Dalam Upaya Pencapaian Mdgs 2015 Di Maluku. Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian. UNPATTI.

Ahmed, S. and W. H. Mosley (2002). "Simultaneity inthe use of maternal-child health care

and contraceptives: evidence from developing countries." Demography 39(1): 75-93.

Aritonang, Juneris. 2010. Hubungan Budaya Patriarki Terhadap Keputusan WUS Menjadi

Akseptor Keluarga Berencana di Lingkungan VI Simpang Selayang Medan

Tuntungan Tahun 2010. Karya Ilmiah. D-IV Bidan Fakultas Keperawatan.

Universitas Sumatera Utara. Medan

Ali Rifa’i. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi

pada Pasangan Usia Subur di Wilayah Puskesmas Bahu Kabupaten Gorontalo

(Prosiding Seminar Nasional Kependudukan). Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Jember

Arliana, W.O.D., Sarake, M., dan Seweng, A. 2013. Faktor yang berhubungan dengan

Penggunaan Metode Kontrasepsi Hormonal pada Akseptor KB di Kelurahan

Pasarwajo Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.Universitas

Hasanudin. Makasar.

Arum, D., DKK. 2009. Panduan Lengkap Pelayan KB Terkini. Yogyakarta : Penerbit Mitra

Cendikia

Aryanti, Henry. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Kontrasepsi

Pada Wanita Kawin Usia Dini Di Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur.

Tesis. Program Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar.

Asih, Leli dan Hadriah Oesman. 2009. Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi

Jangka Panjang (MKJP). Jakarta: BKKBN.

Badan Pusat Statistik, 2007a. Statistik Indonesia 2007. Jakarta: BPS.

BAPPENAS. 2012. Bagian IV: Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat

BKKBN. 2006. Buku Saku Bagi Petugas Lapangan Program Kb Nasional Materi Konseling.

Jakarta: BKKBN

BKKBN. 2009. Petunjuk Tehnis Analisis dan Penilaian Multi Indikator Materi Keluarga

Berencan Nasional. Medan: BKKBN

BKKBN. 2009. Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang

(MKJP). Jakarta: BKKBN

Page 109: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

93

BKKBN. 2009. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 Provinsi Sumatera Utara.

Jakarta: BKKBN

BKKBN, 2010. Badan Pelayanan kontrasepsi & Pengendalian Lapangan Program KB

Nasional. Jakarta: BKKBN

BKKBN. 2010. Pedoman Pelaksanaan Keluarga Berencana Mandiri. Jakarta: BKKBN.

BKKBN. 2012. Rencana Aksi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta:

Deputi Bidang KB dan KR, BKKBN

BKKBN. 2013. Pedoman Penggunaan Alokasi Khusus (DAK) Bidang Keluarga Berencana.

Jakarta: BKKBN

BPS, Indonesia, 2007. Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Depkes.

BPS. (2013). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: BPS.

Childinfo. 2012. A Global Overview of Maternal Mortality.

http:/www.childinfo.org/maternalmortality.html. diakses pada tanggal 5 Juli 2014 Pukul

15.22 WIB.

Chowdhury, A. H., Islam, S. S., & Karim, A. (2013). Covariates of Neonatal and Post-

Neonatal Mortality in Bangladesh. Global Journal of Human Social Science.

Depkes RI. 2004. Profil Kesehatan Indonesia 2004. Jakarta.

Depkes RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta.

Dewi, Soi Ropika. 2012. Determinan Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Wanita Pus Di

Wilayah Kerja Puskesmas Kota Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues. Tesis. Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Universita Sumatera Utara.

Dinas Kesehatan Kota Medan, 2009. Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2009. Dinkes

Medan: Medan.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2012. Dinkes: Sumatera Utara

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2012.

Dinkes Lampung: Lampung.

Effendy, Nasrul, 1998. Dasar-dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kedokteran EGC.

Fatimah. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi ibu Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi di

Desa Sukagalih Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Abstrak.

Page 110: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

94

Fienalia, Rayni Alus. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas

Kota Depok Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universiatas

Indonesia, Jakarta.

Frost, Jennifer J., Gold , Rachel Benson Gold, Bucek, Amelia. 2012. Specialized Family

Planning Clinics in the United States: Why Women Choose Them and Their Role in

Meeting Women’s Health Care Needs. Elsevier: Jacobs Institute of Women’s Health

Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan BKKBN. Jakarta. 2005.

Green, Lawrence W., Kreuteur, Marshall W. Deeds, Sigrid G.. Partridge, Kay B. 1980.

Helath Education Planning. California: Mayfield Publishing Company

Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka

Rihama.

Handayani, L., Suharmiati, Hariastuti, I., dan Latifah, C. 2012. Peningkatan Informasi

tentang KB: Hak Kesehatan Reproduksi yang perlu Diperhatikan oleh Program

Pelayanan Keluarga Berencana. Buletin Penelitian Sistem kesehatan vol 15 no 3 Juli

2012 289-297. Penelitian Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan

Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.Kementerian Kesehatan

RI.

Hatmadji, S.h., 2004. Fertilitas (Kelahiran) dalam Dasar-Dasar Demografi. Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Harahap, Fiona Rachmawaty. 2005. Hubungan Faktor Sosio Demografi, Sosio Psikologi dan

Pelayanan KB Terhadap Keikutsertaan KB di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan

Tembung Tahun 2005. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera

Utara. Medan.

Hutauruk, A. 2006. Hubungan Karakteristik Wanita Usia Subur (WUS) dan Kualitas

Pelayanan KB dengan Utilitas Pelayanan KB di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun

2006. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Iswarati. 2009. Pengaruh Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) KB terhadap Pelayanan KB

Di Indonesia, Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi.

Karlsen, S., Say, L., Souza, J.-P., Hogue, C. J., Calles, D. L., Gülmezoglu, A. M., et al.

(2011). The Relationship Between Maternal Education and Mortality Among Women

Giving Birth in Health Care Institutions: Analysis of the Cross Sectional WHO Global

Survey on Maternal and Perinatal Health. BMC Public Health , 1.

Kemenkes RI. 2011. Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan

dan Nifas Bagi Kader. Jakarta: Kemenkes RI.

Page 111: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

95

Kemenkes RI. (2012). Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012: Etnik Alifuru

Seram Desa Waru Kecamatan Bula Kabupaten Seram Bagian Timur Provinsi Maluku.

Kemenkes RI , 59

Kemenkes RI. 2013. Rancangan Aksi Nasional Pelayanan Keluarga Berencana Tahun 2014-

2015. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2013. Ringkasan Eksekutif Data dan Informasi Kesehatan Sumatera Utara.

Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2014. Situasi dan Analisis Keluarga Berencana. Jakarta: Kemenkes RI.

Leavell HR and Clark EG. 1965. Preventive Medicine for the Doctor in His Community. New

York: McGraw-Hill.

Lina, Ketut. Zainal, Syaifuddin dan Yusuf, H.Muh. 2012. Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Keikusertaan Ber-Kb Pasangan Usia Subur Suami Istri Keluarga

Ekonomi Rendah Di Desa Rawamangun Kab. Luwu Utara. ISSN. Volume 1 Nomor 1.

Mantra, I.B,. 2006. Demografi Umum, Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.

Manurung, Ria, dkk. (2002). Kekerasan Terhadap Perempuan Pada Masyarakat Multi Etnik.

Yogyakarta : Pusat Studi Kependidikan dan Kebijakan UGM Ford Foundation

Mashfufah, Ulfah. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian

Kontrasepsi pada Wanita Usia Subur di Daerah Tertinggal (SDKI 2002 – 2003).

Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Mendrofa, Primary Waty. 2012. Hubungan Budaya Patrilineal Terhadap Jumlah Anak

Dalam Keluarga Suku Nias di Desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli

Kotamadya Gunungsitoli Tahun 2012. Skripsi. D-IV Bidan Fakultas Keperawatan.

Universitas Sumatera Utara. Medan

Murti, Bhisma. 2006. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: UGM Press.

Mutiara, E. 1998. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pengunaan Kontrasepsi di

Wilayah Indonesia Timur (Analisis Data SDKI 1994). Tesis. Program Pascasarjana

Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok.

Notoatmodjo, Seokidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Seokidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Seokidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 112: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

96

Notoatmodjo, Seokidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (Edisi Revisi).

Jakarta: Rineka Cipta.

Pinem, Saroha SKM, M.KES. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: TIM.

Proverawati A, Islaely AD, Aspuah S. 2009. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta:

Nuha Medika

Purba, Junita Tatarini. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi

pada Istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008.

Tesis. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rahayu, Ambar, MNS, 2014. Kebijakan dan Strategi Akselerasi Program Kependudukan, KB

dan Pembangunan Keluarga TA. 2014. Jakarta: BKKBN.

Ratminto dan Winarsih Atik Septi. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Republik Indonesia. 1992. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1992 Tentang Keluarga

Berencana. Lembaga Negara RI Tahun 1992, No. 10. Jakarta: Sekertariat Negara.

Republik Indonesia. 2009. Undang – Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Lembaga Negara RI Tahun 2009, No.

52. Jakarta: Sekertariat Negara.

Rohmadiyah, Nurul. 2002. Hubungan Komunikasi, Informasi, Edukasi Dan Pelayanan

Kontrasepsi Dengan Status Akseptor Iud Di Kelurahan Karanganyar, Kecamatan

Karanganyar, Kabupaten Kebumen Tahun 2002. Skripsi.

Rohmawati, Ely dkk. 2011. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

Tentang Kontrasepsi Implan (Studi pada WUS di Rw IV Desa Wonolopo Kecamatan

Mijen Kota Semarang). http://jurnal.unimus.ac.id. diakses pada 26 Agustus 2014.

Saifuidin, Abdul Bari, dkk. 2006. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Satria, Yurni. Isu Gender dalam Kesehatan Reproduksi. Pusat Pelatihan

Simbolon, Desnal. 2010. Analisis Faktor-Faktor yangBerhubungan dengan Alat Kontrasepsi

Pil KB pada Akseptor KB di Desa Pandiangan Kecamatan Lae Parira Kabupaten

Dairi Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera

Utara. Medan.

Siregar, Dr. Fazidah A. 2003. Pengaruh Nilai dan Jumlah Anak pada Keluarga Terhadapat

Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Sumatera Utara.

Page 113: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

97

Siregar, Menasari. 2010. Analisis Pengunaan Alat Kontrasepsi Suntik pada Aksepto KB di

Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010. Skripsi. Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sharma , Sharad Kumar, KC, Naresh Pratap, Ghimire, Dhruba Raj. 2011. Ethnic

differentials of the impact of the Family PlanningProgram on contraceptive use in

Nepal. Demographic Research. volume 25, article 27, page 837-868.

Sugiyono. 2002. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suratun dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:

Trans Info Media.

Tunnisa, Rezki. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi

di Wilayah Kerja Puskesmas Takalala Kecamatan Marioriwawo Kecamatan Soppeng

Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Uliyah, M. 2010. Panduan Aman dan Sehat Memilih Alat KB. Yogyakarta: Insani.

Varney, H. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Wahidin, Muhammad. 2005. Faktor Determinan Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik pada

Wanita Akseptor KB di Kecamatan Palu Selatan Kota Palu. Skripsi. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar.

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset.

WHO. 2013. Familly Planing. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs351/en/. Diakses

pad 30 Desembe 2014.

Wibawa, Cahya. 2007. Perbedaan Efektifitas Metode Demonstrasi Dengan Pemutaran Video

Tentang Pemberantasan DBD Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Anak

SD Di Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia

Vol 2.

Wiknjosastro, Hanifa. Dkk., 2002. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga Cetakan Keempat. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirokardjo.

Yustina, Ida., 2007. Pemahaman Keluarga Tentang Kesehatan Reproduksi. Medan: Pustaka

Bangsa Press.

Zainuddin, Erviana. 2012. Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi

Efektif Terpilih (MKET) Pada Akseptor KB di Kelurahan Tonasa Kecamatan Balocci

Kabupaten Pangkep Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Page 114: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

98

LAMPIRAN

KUESIONER

Page 115: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

99

Page 116: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

100

Page 117: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

101

Page 118: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

102

Page 119: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

103

Page 120: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

104

Page 121: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

105

Page 122: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

106

Page 123: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

107

OUTPUT

UJI UNIVARIAT

1. KONTRASEPSI

Apakah menggunakan Kontrasepsi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 262 22.1 22.1 22.1

Ya 921 77.9 77.9 100.0

Total 1183 100.0 100.0

2. UMUR

umur baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 15-19 21 1.8 1.8 1.8

20-35 617 52.2 52.2 53.9

>35 545 46.1 46.1 100.0

Total 1183 100.0 100.0

3. PENDIDIKAN

Highest educational level

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid No Education 17 1.4 1.4 1.4

Primary 319 27.0 27.0 28.4

Secondary 732 61.9 61.9 90.3

Higher 115 9.7 9.7 100.0

Total 1183 100.0 100.0

Page 124: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

108

4. JUMLAH ANAK

Jumlah Anak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 5+ 195 16.5 16.5 16.5

3-4 399 33.7 33.7 50.2

1-2 506 42.8 42.8 93.0

0 83 7.0 7.0 100.0

Total 1183 100.0 100.0

5. TINGKAT KEKAYAAN

Indeks kekayaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Rendah 564 47.7 47.7 47.7

Tinggi 619 52.3 52.3 100.0

Total 1183 100.0 100.0

6. SUMBER INFORMASI

sumber informasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tanpa media 845 71.4 71.4 71.4

Media Elektronik 258 21.8 21.8 93.2

Media Cetak 19 1.6 1.6 94.8

Media Cetak & Elektronik 61 5.2 5.2 100.0

Total 1183 100.0 100.0

Page 125: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

109

7. KUNJUNGAN PETUGAS KB

Visited by family planning worker last 12 months

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid No 1145 96.8 96.8 96.8

Yes 38 3.2 3.2 100.0

Total 1183 100.0 100.0

8. KUNJUNGAN KE FASILITAS KESEHATAN

Visited health facility last 12 months

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid No 785 66.4 66.4 66.4

Yes 398 33.6 33.6 100.0

Total 1183 100.0 100.0

UJI BIVARIAT

1. Hubungan Umur Ibu

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

umur baru * Apakah

menggunakan Kontrasepsi 1183 100.0% 0 .0% 1183 100.0%

umur baru * Apakah menggunakan Kontrasepsi Crosstabulation

Apakah menggunakan Kontrasepsi

Total Tidak Ya

umur baru 15-19 Count 14 7 21

% within umur baru 66.7% 33.3% 100.0%

Page 126: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

110

20-35 Count 144 473 617

% within umur baru 23.3% 76.7% 100.0%

>35 Count 104 441 545

% within umur baru 19.1% 80.9% 100.0%

Total Count 262 921 1183

% within umur baru 22.1% 77.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 27.616a 2 .000

Likelihood Ratio 22.557 2 .000

Linear-by-Linear Association 11.778 1 .001

N of Valid Cases 1183

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 4,65.

2. Hubungan Pendidikan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Highest educational level * Apakah

menggunakan Kontrasepsi 1183 100.0% 0 .0% 1183 100.0%

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a umur_baru 21.214 2 .000

umur_baru(1) -2.138 .476 20.207 1 .000 .118 .046 .299

umur_baru(2) -.255 .145 3.114 1 .078 .775 .583 1.029

Constant 1.445 .109 175.632 1 .000 4.240

a. Variable(s) entered on step 1: umur_baru.

Highest educational level * Apakah menggunakan Kontrasepsi Crosstabulation

Page 127: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

111

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 11.322a 3 .010

Likelihood Ratio 10.430 3 .015

Linear-by-Linear Association .037 1 .847

N of Valid Cases 1183

a. 1 cells (12,5%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 3,77.

Apakah menggunakan Kontrasepsi

Total Tidak Ya

Highest educational level No Education Count 7 10 17

% within Highest educational

level 41.2% 58.8% 100.0%

Primary Count 73 246 319

% within Highest educational

level 22.9% 77.1% 100.0%

Secondary Count 146 586 732

% within Highest educational

level 19.9% 80.1% 100.0%

Higher Count 36 79 115

% within Highest educational

level 31.3% 68.7% 100.0%

Total Count 262 921 1183

% within Highest educational

level 22.1% 77.9% 100.0%

Page 128: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

112

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a V106 10.960 3 .012

V106(1) -.429 .532 .650 1 .420 .651 .229 1.848

V106(2) .429 .241 3.161 1 .075 1.536 .957 2.464

V106(3) .604 .221 7.441 1 .006 1.829 1.185 2.822

Constant .786 .201 15.276 1 .000 2.194

a. Variable(s) entered on step 1: V106.

3. Hubungan Jumlah Anak

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jumlah Anak * Apakah

menggunakan Kontrasepsi 1183 100.0% 0 .0% 1183 100.0%

Jumlah Anak * Apakah menggunakan Kontrasepsi Crosstabulation

Apakah menggunakan Kontrasepsi

Total Tidak Ya

Jumlah Anak 5+ Count 46 149 195

% within Jumlah Anak 23.6% 76.4% 100.0%

3-4 Count 36 363 399

% within Jumlah Anak 9.0% 91.0% 100.0%

1-2 Count 99 407 506

% within Jumlah Anak 19.6% 80.4% 100.0%

0 Count 81 2 83

% within Jumlah Anak 97.6% 2.4% 100.0%

Total Count 262 921 1183

% within Jumlah Anak 22.1% 77.9% 100.0%

Page 129: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

113

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 3.160E2a 3 .000

Likelihood Ratio 277.052 3 .000

Linear-by-Linear Association 82.437 1 .000

N of Valid Cases 1183

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 18,38.

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Jumlah_anak 78.614 3 .000

Jumlah_anak(1) 4.877 .735 43.975 1 .000 131.185 31.040 554.431

Jumlah_anak(2) 6.012 .737 66.583 1 .000 408.375 96.359 1.731E3

Jumlah_anak(3) 5.115 .725 49.844 1 .000 166.500 40.245 688.829

Constant -3.701 .716 26.739 1 .000 .025

a. Variable(s) entered on step 1: Jumlah_anak.

4. Hubungan Tingkat Kekayaan

Statistics

Wealth index Indeks kekayaan

N Valid 1183 1183

Missing 0 0

Indeks kekayaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Rendah 564 47.7 47.7 47.7

Tinggi 619 52.3 52.3 100.0

Total 1183 100.0 100.0

Page 130: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

114

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Indeks kekayaan * Apakah

menggunakan Kontrasepsi 1183 100.0% 0 .0% 1183 100.0%

Indeks kekayaan * Apakah menggunakan Kontrasepsi Crosstabulation

Apakah menggunakan Kontrasepsi

Total Tidak Ya

Indeks kekayaan Rendah Count 157 407 564

% within Indeks kekayaan 27.8% 72.2% 100.0%

Tinggi Count 105 514 619

% within Indeks kekayaan 17.0% 83.0% 100.0%

Total Count 262 921 1183

% within Indeks kekayaan 22.1% 77.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 20.238a 1 .000

Continuity Correctionb 19.613 1 .000

Likelihood Ratio 20.291 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 20.221 1 .000

N of Valid Casesb 1183

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 124,91.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 131: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

115

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Indeks

kekayaan (Rendah / Tinggi) 1.888 1.428 2.497

For cohort Apakah

menggunakan Kontrasepsi =

Tidak

1.641 1.318 2.043

For cohort Apakah

menggunakan Kontrasepsi =

Ya

.869 .816 .925

N of Valid Cases 1183

5. Hubungan Sumber Informasi

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

sumber informasi * Apakah

menggunakan Kontrasepsi 1183 100.0% 0 .0% 1183 100.0%

sumber informasi * Apakah menggunakan Kontrasepsi Crosstabulation

Apakah menggunakan

Kontrasepsi

Total Tidak Ya

sumber informasi Tanpa media Count 203 642 845

% within sumber

informasi 24.0% 76.0% 100.0%

Media Elektronik Count 41 217 258

% within sumber

informasi 15.9% 84.1% 100.0%

Media Cetak Count 4 15 19

% within sumber

informasi 21.1% 78.9% 100.0%

Media Cetak & Elektronik Count 14 47 61

Page 132: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

116

% within sumber

informasi 23.0% 77.0% 100.0%

Total Count 262 921 1183

% within sumber

informasi 22.1% 77.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 7.617a 3 .055

Likelihood Ratio 8.053 3 .045

Linear-by-Linear Association 1.914 1 .167

N of Valid Cases 1183

a. 1 cells (12,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,21.

6. Hubungan Kunjungan Petugas KB

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Visited by family planning

worker last 12 months *

Apakah menggunakan

Kontrasepsi

1183 100.0% 0 .0% 1183 100.0%

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Ste

p 1a

sumber_informasi 7.504 3 .057

sumber_informasi(1) -.060 .315 .036 1 .850 .942 .508 1.746

sumber_informasi(2) .455 .349 1.703 1 .192 1.577 .796 3.124

sumber_informasi(3) .111 .640 .030 1 .863 1.117 .319 3.915

Constant 1.211 .304 15.822 1 .000 3.357

a. Variable(s) entered on step 1: sumber_informasi.

Page 133: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

117

Visited by family planning worker last 6 months * Apakah menggunakan Kontrasepsi Crosstabulation

Apakah menggunakan Kontrasepsi

Total Tidak Ya

Visited by family planning

worker last 12 months

No Count 257 888 1145

% within Visited by family

planning worker last 12

months

22.4% 77.6% 100.0%

Yes Count 5 33 38

% within Visited by family

planning worker last 12

months

13.2% 86.8% 100.0%

Total Count 262 921 1183

% within Visited by family

planning worker last 12

months

22.1% 77.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.840a 1 .175

Continuity Correctionb 1.341 1 .247

Likelihood Ratio 2.064 1 .151

Fisher's Exact Test .233 .120

Linear-by-Linear Association 1.838 1 .175

N of Valid Casesb 1183

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,42.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 134: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

118

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Visited by

family planning worker last

12 months (No / Yes)

1.910 .738 4.943

For cohort Apakah

menggunakan Kontrasepsi =

Tidak

1.706 .748 3.888

For cohort Apakah

menggunakan Kontrasepsi =

Ya

.893 .786 1.015

N of Valid Cases 1183

7. Hubungan Kunjungan Ke Fasilitas Kesehatan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Visited health facility last 12

months * Apakah

menggunakan Kontrasepsi

1183 100.0% 0 .0% 1183 100.0%

Visited health facility last 12 months * Apakah menggunakan Kontrasepsi Crosstabulation

Apakah menggunakan Kontrasepsi

Total Tidak Ya

Visited health facility last 12

months

No Count 190 595 785

% within Visited health facility

last 12 months 24.2% 75.8% 100.0%

Yes Count 72 326 398

% within Visited health facility

last 12 months 18.1% 81.9% 100.0%

Total Count 262 921 1183

% within Visited health facility

last 12 months 22.1% 77.9% 100.0%

Page 135: FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37534... · 2018-01-16 · Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara. Hasil penelitian

119

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.725a 1 .017

Continuity Correctionb 5.375 1 .020

Likelihood Ratio 5.869 1 .015

Fisher's Exact Test .018 .010

Linear-by-Linear Association 5.720 1 .017

N of Valid Casesb 1183

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 88,15.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Visited health

facility last 12 months (No /

Yes)

1.446 1.068 1.958

For cohort Apakah

menggunakan Kontrasepsi =

Tidak

1.338 1.049 1.706

For cohort Apakah

menggunakan Kontrasepsi =

Ya

.925 .871 .983

N of Valid Cases 1183