faktor faktor yang berhubungan dengan … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. sampel...

154
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA DI INDUSTRI PERCETAKAN MEGA MALL CIPUTAT TAHUN 2013 Skripsi Oleh AHMAD HASYIM RASYID 107101001768 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

Upload: vankien

Post on 27-Jul-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS

VITAL PARU PADA PEKERJA DI INDUSTRI PERCETAKAN

MEGA MALL CIPUTAT

TAHUN 2013

Skripsi

Oleh

AHMAD HASYIM RASYID

107101001768

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2013

Page 2: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan
Page 3: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan
Page 4: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan
Page 5: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BIODATA DIRI

Nama : Ahmad Hasyim Rasyid

TTL : Jakarta, 4 April 1989

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Ponsel : +6281282061995

Alamat : Apartemen Taman Rasuna Tower 9 lt.16E, Jl. HR. Rasuna Said,

Kuningan, Jakarta Selatan

E-mail : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

2007 – Sekarang : Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2004 – 2007 : Madrasah Aliyah Pondok Pesantren An-Nahdlah UP MKS

2001 – 2004 : Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren UP MKS

1996 – 2001 : SDN 13 Biru Watampone SUL-SEL

PENGALAMAN ORGANISASI

2012 – Sekarang : Wakil Bendahara Pimpinan Pusat IPNU

Masa Khidmat 2012 - 2015

2011 – 2012 : Bendahara Umum PC PMII Ciputat Masa Khidmat 2011-

2012

2009 – 2012 : Staff Ahli LAN (Lembaga Anti Narkoba) PP. IPNU Masa

Khidmat 2009 – 2012

Page 6: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

iv

2009 – 2010 : Wakil Presidium PAMI (Pergerakan Anggota Muda IAKMI)

Nasional

2009 – 2010 : Menteri Litbang (Penelitian dan Pengembangan) BEMJ

Kesehatan Masyarakat

2008 – 2009 : Ketua Umum PMII KOMFAKKES

Masa Khidmat 2008 - 2009

Page 7: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

v

KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT, yang tidak pernah tidur dan selalu dekat

dengan hamba-Nya. Syukur senantiasa terucapkan atas segala nikmat dan rahmat-

Nya hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Salawat teriring salam tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari jalan

kegelapan menuju jalan yang terang benderang dan kaya akan imu pengetahuan.

Skripsi dengan judul ”Faktor – faktor yang berhubungan dengan Kapasitas

Vital Paru (KVP) pada pekerja di industri percetakan Mega Mall Ciputat tahun

2013” ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di kawasan Mega Mall Ciputat

selama kurang lebih 2 bulan. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat (SKM) pada peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3), Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penyusunan skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis, melainkan

banyak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi serta

semangat. Untuk itu penulis merasa pantas berterima kasih yang tak terhingga kepada

:

1. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, sebagai dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 8: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

vi

2. Ibu Febrianti, M. Si, sebagai ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

(PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus pembimbing akademik.

3. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS dan Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK

sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membantu

penulis selama dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Kedua orang tua tercinta (ummi dan etta) yang tak henti-hentinya membimbing,

memotivasi dan mendo’akan. Terima kasih atas dukungan moril maupun

materilnya, perhatian serta kasih sayang yang telah diberikan begitu besar

selama ini.

6. Sahabat tercinta Frita Nindya Aliftia yang setiap saat ada disampingku untuk

membantu dan memotivasi penulis. Terima kasih atas semua pengorbanannya.

7. Bang Omat dan Pak Gozali yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

8. Sahabat Nur Najmi Laila yang senantiasa memberikan informasi dan menemani

penulis saat penelitian.

Page 9: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

vii

9. Seluruh sahabat terbaik Kesehatan Masyarakat ’07 FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Tetap Semangat Untuk Masa Depan yang Lebih Baik.

Hidup OPUS!

Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap

semoga laporan magang ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun

pembaca lain.

ته كا بر و هلل ا ورحمة عليكن م لسال ا و

Jakarta, Agustus 2013

Penulis

Page 10: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

viii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, 13 Mei 2013

Ahmad Hasyim Rasyid, NIM : 107101001768

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja

di Industri Percetakan Mega Mall, Ciputat Tahun 2013.

xvii + 109 halaman, tabel, gambar, lampiran

Abstrak

Penurunan Kapasitas vital paru dapat diakibatkan oleh pencemaran partikel

debu, hal ini dapat dialami oleh para pekerja percetakan dengan gangguan restriktif,

obstruktif serta campuran terutama pada industri percetakan di sektor informal yang

masih belum memiliki pengendalian bahaya untuk menurunkan resiko penurunan

KVP. Adapun berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pekerja

percetakan di kawasan Mega Mall Ciputat, diketahui bahwa pekerja percetakan yang

mengalami gangguan sebanyak 9 orang. Berdasarkan hal di atas perlu dibuktikan apa

saja faktor-faktor yang berhubungan terhadap kapasitas vital paru di dalam suatu

penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan pendekatan cross

sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2013 pada industri

percetakan di kawasan Mega Mall Ciputat, Tangerang Selatan. Faktor-faktor yang

diteliti adalah kondisi lingkungan kerja (kadar debu total dan ventilasi ruangan) dan

kondisi pekerja (umur, masa kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, status

gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak 70 orang

pekerja percetakan. Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian berupa

Spirometer, Haz Dust Model EPAM 5000, timbangan injak, microtoise, meteran dan

kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistik dengan rumus Chi

Square dan Mann Whitney.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerja yang mengalami gangguan KVP

sebanyak 50 pekerja (71,4 %). Berdasarkan hasil analisis uji statistik diketahui faktor-

faktor yang memiliki hubungan dengan KVP adalah kondisi lingkungan kerja (kadar

debu total dan ventilasi ruangan) dan kondisi pekerja (riwayat penyakit, masa kerja,

kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga. Kadar debu total (Pvalue = 0,036),

ventilasi ruangan (Pvalue = 0,025, riwayat penyakit (Pvalue = 0,027), masa kerja

(Pvalue = 0,000), kebiasaan merokok (Pvalue = 0,000) dan kebiasaan olahraga

(Pvalue = 0,000).

Untuk menurunkan resiko gangguan KVP pada pekerja percetakan,

disarankan bagi para pekerja yang memiliki kebiasaan merokok, untuk berhenti

merokok. Semua pekerja baik yang laki-laki atau perempuan harus rajin berolahraga

minimal 3-5 kali dalam seminggu dengan durasi 20-60 menit per hari. Sebagai wujud

Page 11: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

ix

pengendalian gangguan KVP disarankan agar pengadaan, penggunaan dan perawatan

APD (masker) dengan benar. Sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit

akibat kerja dalam hal ini penyakit yang berkaitan dengan pernafasan.

Daftar bacaan : 46 (1990 – 2012)

Page 12: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

x

MEDICAL AND HEALTH SCIENCE FACULTY

DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH

SAFETY AND WORK HEALTH

Ahmad Hasyim Rasyid, Reg.Number : 107101001768

Factors Related to the Pulmonary Vital Capacity of Laborer in Printing

Industrial of Mega Mall, Ciputat of 2013

xvii + 109 pages, table, figure, appendix

Abstrack

The decline of pulmonary vital capacity can be caused by the dust pollution,

this case is experienced by printing laborer with restrictive, obstructive and mixing

disturbance mainly at printing industrial in informal sector is still not have dangerous

controlling to reduce the risk of KVP decline. Based on the result of initial study was

carried out of 10 printing laborer in Mega Mall area of Ciputat, is known that the

printing laborer who experience disturbance as much 9 peoples. Based on the above

need to prove what the factors related to the pulmonary vital capacity in a study.

This study was quantitative, with cross sectional approach. This study was

carried out at February-March 2013 at printing industrial in Mega Mall area of

Ciputat, south Tangerang. The factors studied area work environment condition

(total-dust level,and room ventilation) and laborer condition (ages, working life,

smoking habits, exercises habits, nutrient status, disease history and sex). Sample of

study was 70 people of printing laborer. The data collecting using research instrument

such as Spirometer, Haz Dust Model EPAM 5000, pedal scales, microtoise, meter

and questionnaire. Then, the data obtained was done statistical test by using chi-

square and Man hitney equations.

Result of study shows that laborer who experience KVP disturbance of 50

laborer (71,4%). Based on the result of statistical test is known factors that have

relationship with KVP was work environment condition (total-dust level and room

ventilation) and laborer condition (disease history, working life, smoking habit, and

exercise habit). Total-dust level (p-value = 0,036), room ventilation (p-value =

0,025), disease history (p-value = 0,027), working life (p-value = 0,000), smoking

habit (p-value = 0,000) and exercise habit (p-value = 0,000).

To reduce the risk of KVP disturbance of printing laborer is recommended for

laborer who has smoking habit to stop smoke. All laborer both man or women must

be diligent in exercise at least 3 – 5 times a week with duration 20 – 60 minutes per

day, in order to improve KVP of laborer. As realization of KVP disturbance

controlling is recommended for supplying, utilization and APD (mask) maintenance

Page 13: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

xi

appropriately. In order to reduce the risk of disease occurrence as result of work and

in this case related to the breathing.

References : 46 (1990-2012).

Page 14: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................ ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

ABSTRAK ................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL .................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 7

C. Pertanyaan Penelitian ............................................................................ 8

D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 9

1. Tujuan Umum Penelitian .................................................................. 9

2. Tujuan Khusus Penelitian ................................................................. 9

E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 10

F. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kapasitas Vital Paru .......................................................................... . 13

B. Sistem Pernafasan Manusia ................................................................ 14

C. Volume dan Kapasitas Vital Paru ...................................................... 16

D. Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru ...................................................... 18

E. Debu Industri ....................................................................................... 26

Page 15: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

xiii

F. Dampak Inhalasi Tinta Cetak Terhadap Kesehatan Paru ................... 30

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Vital Paru pada Pekerja

Industri Percetakan ................................................................................ 35

H. Pengendalian untuk Meminimalisir Penurunan Fungsi Paru ................ 54

I. Kerangka Teori ...................................................................................... 56

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep .................................................................................. 57

B. Defenisi Operasional ............................................................................ 59

C. Hipotesis ................................................................................................ 62

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ................................................................................... 63

B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 63

C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 63

D. Instrumen Penelitian .............................................................................. 66

E. Pengumpulan Data ................................................................................ 67

F. Pengolahan Data .................................................................................... 71

G. Teknik Analisis Data ............................................................................. 73

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat .................................................................................. 75

B. Analisis Bivariat .................................................................................... 83

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 89

B. Gambaran Kapasitas Vital Paru Pekerja ................................................ 90

C. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru ......... 92

1. Karakteristik Lingkungan Kerja………………………………...... 92

Page 16: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

xiv

2. Karakteristik Pekerja………………………………....................... 95

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................ 107

B. Saran ...................................................................................................... 108

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Nilai Restriktif Kapasitas Vital Paru (KPV) ......................................... 21

Tabel 2.2. Nilai Obstruktif Kapasitas Vital Paru (KPV) ........................................ 22

Tabel 2.3. Aktifitas fisik/kegiatan olahraga ........................................................... 47

Tabel 2.4. Batas Ambang IMT (orang Indonesia) ................................................. 50

Tabel 3.1. Defenisi Operasional ............................................................................ 59

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Kapasitas Vital Paru Pekerja Percetakan

di Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013 ........................................ 75

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Lingkungan Kerja Percetakan

Berdasarkan Karakteristiknya, Ciputat Tahun 2013.............................. 76

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pekerja Percetakan Berdasarkan

Karakteristiknya, Ciputat Tahun 2013 .......................................... ....... 78

Tabel 5.4. Distribusi Kebiasaan Olahraga Pekerja Percetakan Berdasarkan

Jenis, Frekensi dan Durasi, Ciputat Tahun 2013.................................. 81

Tabel 5.5. Distribusi Umur Pekerja Pekerja Percetakan Berdasarkan

Karakteristiknya, Ciputat Tahun 2013 .................................................. 82

Tabel 5.6. Hubungan antara Karakteristik Lingkungan Kerja dengan KVP

Pekerja Percetakan di Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013 ......... 82

Tabel 5.7. Hubungan antara Karakteristik Pekerja dengan KVP

Pekerja Percetakan di Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013 ......... 84

Page 18: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

xvi

Tabel 5.8. Hubungan antara Umur Pekerja dengan KVP Pekerja Percetakan

di Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013 ........................................ 87

Page 19: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Jenis racun pada rokok ....................................................................... 44

Page 20: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimum pada seseorang yang

berpindah pada satu tarikan napas. Kapasitas ini mencakup volume cadangan

inspirasi, volume tidal dan cadangan ekspirasi. Nilainya diukur dengan menyuruh

individu melakukan inspirasi maksimum, kemudian menghembuskan sebanyak

mungkin udara di dalam parunya ke alat pengukur (Corwin, 2001). Menurut

Tambayong (2001), kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimal yang

dapat dikeluarkan dari paru, setelah udara dipenuhi secara maksimal.

Pada tahun 1999, ILO (International Labor Organization) mendata

penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan antara lain 34%

disebabkan karena kanker, kecelakaan sebanyak 25%, penyakit saluran

pernapasan kronis 21%, penyakit kardiovaskuler 15%, dan lain-lain sebanyak 5%

(Sulistomo, 2002). Sebagian besar penyakit paru akibat kerja mempunyai akibat

yang serius. Lebih dari 3% kematian akibat penyakit paru di New York adalah

berhubungan dengan pekerjaan (Ikhsan, 2002).

Inggris melakukan penelitian pada tahun 1989 dengan nama The

Surveillance of Work Related and Occupational Respiratory Disease (SWORD).

Dari data tahun 1996 ditemukan 3300 kasus baru penyakit paru yang

berhubungan dengan pekerjaan. Sedangkan di Indonesia belum ada data resmi

tentang berapa banyak angka kejadian kasus penyakit paru akibat kerja, tetapi

Page 21: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

2

dari beberapa penelitian yang dilakukan cukup banyak dijumpai kasus penyakit

paru akibat kerja (Ikhsan, 2002).

Berbagai partikel berbahaya di tempat kerja dapat memberikan pengaruh

buruk terhadap kesehatan tenaga kerja seperti debu kertas dan tinta. Debu kertas

dan tinta yang berada di udara tempat kerja dapat berpotensi masuk ke dalam

paru-paru melalui inhalasi, sehingga dapat menyebabkan perubahan pada

jaringan paru sampai pada berkurangnya fungsi paru atau lebih dikenal dengan

penurunan fungsi paru yang bersifat restriktif (Siregar,2004).

Suatu penelitian yang dilakukan di Cina pada tahun 1996 menunjukkan

bahwa lebih dari 7 juta tenaga kerja telah terpajan oleh bahaya debu, ditemukan

sekitar 400.000 kasus pneumoconiosis dan mengakibatkan kurang lebih 80.000

kematian. Hal ini merupakan salah satu contoh risiko kesehatan yang

dihubungkan dengan pencemaran udara di lingkungan kerja (Wang Sheng, 1997

dalam Siregar, 2004).

Debu dapat menyebabkan kerusakan paru dan fibrosis apabila terinhalasi

selama bekerja terus menerus. Bila alveoli mengeras, akibatnya mengurangi

elastisitas dalam menampung volume udara sehingga kemampuan mengikat

oksigen menurun (Depkes RI, 2003). Semakin lama seseorang dalam bekerja

maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh

lingkungan kerja tersebut (Suma’mur, 1988).

Tinta merupakan campuran bahan kimia yang sudah dikenal sejak dahulu

dan banyak digunakan di berbagai industri. Tinta cetak berupa partikel halus

Page 22: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

3

yang dapat terhisap ke dalam saluran nafas. Lokasi deposisi partikel di saluran

nafas ditentukan oleh konsentrasi, kelarutan, dan ukurannya.Partikel dengan

ukuran yang kecil akan mudah terhisap, sehingga potensial merupakan pajanan

khususnya terhadap kesehatan paru. Tinta cetak juga dapat mempengaruhi

beberapa organ lain seperti susunan saraf pusat, hati, ginjal, kulit, mata, organ

reproduksi, jantung, dan paru (Wahyuningsih,2003).

Partikel berukuran 10 μm atau lebih akan mengendap di hidung dan

faring, yang berukuran kurang dari 5 μm dapat penetrasi sampai ke alveoli, dan

partikel berukuran sedang (5-10 μm) akan mengendap di beberapa tempat di

saluran nafas besar. Lokasi deposisi partikel akan memberikan respon atau

penyakit yang berbeda. Faktor manusia juga berperan penting dalam

berkembangnya penyakit, seperti kebiasaan merokok, kecepatan aliran udara

pernafasan, ukuran paru dan faktor genetik (Levi,1994).

Industri percetakan yang kini banyak termasuk dalam industri sektor

informal. Industri sektor informal adalah sektor kegiatan ekonomi marginal atau

kecil-kecilan. Ciri-ciri kegiatan ekonomi marginal yang dikategorikan ke

dalam sektor informal antara lain sebagai berikut: 1) Pola kegiatannya tidak

teratur, baik dalam arti waktu, permodalan, maupun penerimaan, 2) Pada

umumnya tidak tersentuh oleh peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh

pemerintah, 3) Modal, peralatan, dan perlengkapan maupun omsetnya biasanya

kecil dan diusahakan atas dasar hitungan harian, 4) Pada umumnya tidak

mempunyai tempat usaha yang permanen dan terpisah dari tempat tinggal, 5)

Page 23: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

4

Tidak mempunyai keterikatan dengan usaha lain yang besar, 6) Pada umumnya

dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang berpendapatan rendah,

7) Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, sehingga secara luwes

dapat menyerap tenaga kerja dengan bermacam-macam tingkat pendidikan dan

8) Umumnya tiap-tiap satuan usaha memperkerjakan tenaga dari lingkungan

keluarga, kenalan, atau berasal dari daerah yang sama (Direktorat Bina Peran

Serta Masyarakat, 1990).

Menurut Iryanti (2010), Direktur Tenaga Kerja dan Penciptaan

Kesempatan Kerja Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional,

bahwa timbulnya sektor informal ini adalah akibat dari rendahnya peluang kerja

di sektor formal sehingga pertumbuhan angkatan kerja tidak sebanding dengan

ketersediaan lapangan kerja. Akibatnya, banyak pencari kerja yang mengadu

nasib di sektor informal, saat ini ada sekitar 70 % pekerja Indonesia yang bekerja

di sektor informal. Akan tetapi, kelompok masyarakat pekerja sektor informal

masih belum memperoleh perhatian dalam hal kesehatan kerjanya. Selama ini

mereka hanya memperoleh pelayanan kesehatan secara umum, namun belum

dikaitkan dengan pekerjaannya. Seperti tindakan pencegahan dan pengendalian

yang ada belum di sesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja.

Pada umumnya fasilitas pelayanan keselamatan dan kesehatan kerja lebih banyak

dinikmati oleh tenaga kerja yang bekerja pada industri berskala besar (jumlah

pekerja lebih dari 500 orang). Pada industri berskala kecil dan menengah,

Page 24: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

5

fasilitas pelayanan keselamatan dan kesehatan kerja masih bersifat parsial dan

mungkin tidak ada sama sekali (Nur, 2005).

Menurut Khumaidah (2009), kapasitas vital paru dipengaruhi oleh

beberapa hal, yaitu: umur, jenis kelamin, kondisi kesehatan, riwayat penyakit dan

pekerjaan, kebiasaan merokok dan olahraga, serta status gizi dapat

mempengaruhi kapasitas vital paru. Beberapa hasil penelitian membuktikan

bahwasanya ada beberapa faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khumaidah (2009), menunjukkan ada

hubungan antara kadar debu, masa kerja, penggunaan APD, kebiasaan olahraga

dengan kapasitas vital paru pada pekerja mebel PT Kota Jati Furnindo desa

Suwawal kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiono (2007) didapatkan bahwa

ada hubungan antara penggunaan masker dan masa kerja dengan kapasitas vital

paru pada pekerja pengecatan mobil di Kota Semarang. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Trisnawati (2007) diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna

antara kebiasaan merokok, dan riwayat penyakit paru dengan kapasitas vital

paru.

Lingkungan kerja yang sering dipenuhi oleh debu, dapat mengganggu

produktivitas dan mengganggu kesehatan di pihak lain. Hal ini sering

menyebabkan gangguan pernapasan ataupun dapat mengganggu kapasitas vital

paru (Suma’mur, 1996). Dalam kondisi tertentu, debu merupakan bahaya yang

dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, gangguan penglihatan,

Page 25: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

6

gangguan fungsi faal paru bahkan dapat menimbulkan keracunan umum (Depkes

RI, 2003).

Setelah peneliti melakukan observasi di lapangan, kondisi ruang kerja

industri percetakan di kawasan Mega Mall Ciputat yang berpotensi menimbulkan

gangguan kesehatan terhadap pekerja diantaranya adalah ruang kerja berdebu

yang berasal dari debu kertas. Hasil dari pemotongan kertas membuat udara di

dalam ruangan bercampur dengan debu kertas yang dapat menyebabkan

kerusakan paru dan fibrosis apabila terinhalasi selama bekerja terus menerus.

Sedangkan debu dari tinta cetak yang begitu menyengat memperburuk kualitas

udara di dalam ruang kerja ditambah lagi dengan tidak ada satu orang pun dari

pekerja yang menggunakan alat pelindung diri (APD)/masker. Kondisi luas

ruangan yang sempit dan tata ruang yang tidak teratur dapat menghambat

sirkulasi udara. Sedangkan ventilasi yang ada tidak cukup membantu sebagai

media keluar masuknya udara bersih guna menjaga agar ruangan tetap nyaman

bagi pekerja. Dikarenakan ventilasi yang ada tidak memperhatikan luas ruangan

yang ada untuk kemudian disesuaikan dengan luas ventilasi pada setiap ruangan.

Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti terlebih dahulu melakukan studi

pendahuluan. Hasil studi pendahuluan pada tanggal 13 Mei 2013 yaitu kepada 10

pekerja percetakan dengan menggunakan alat Spirometer, 5 diantaranya

mengalami restriksi ringan. Sedangkan 2 diantaranya mengalami restriksi

sedang. Responden yang lain masing-masing mengalami gangguan obstruksi

Page 26: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

7

sedang berat dan restriksi berat. Sedangkan dari 10 responden yang diteliti hanya

1 yang dalam kondisi faal paru dalam batas normal.

Dengan latar belakang inilah peneliti ingin meneliti tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan kapasitas vital paru (KVP) pada pekerja percetakan di

Mega Mall Ciputat tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Berbagai partikel berbahaya di tempat kerja dapat memberikan pengaruh

buruk terhadap kesehatan tenaga kerja seperti debu kertas dan tinta. Debu kertas

dan tinta yang berada di udara tempat kerja dapat berpotensi masuk ke dalam

paru-paru melalui inhalasi, sehingga dapat menyebabkan perubahan pada

jaringan paru sampai pada berkurangnya fungsi paru atau lebih dikenal dengan

penurunan fungsi paru yang bersifat restriktif.

Di industri percetakan, kondisi lingkungan kerja yang berpotensi

menimbulkan dampak terhadap pekerja diantaranya adalah paparan debu padat

yang bersumber dari kertas dan tinta yang dapat menyebabkan kerusakan paru

dan fibrosis apabila terinhalasi selama bekerja terus menerus. Faktor ventilasi

sebagai media keluar masuknya udara bersih agar ruangan tetap nyaman bagi

pekerja belum diperhatikan secara optimal oleh pemilik percetakan dan para

pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (APD)/masker dalam bekerja.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pekerja

percetakan di kawasan Mega Mall Ciputat, diketahui pekerja percetakan yang

Page 27: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

8

mengalami restriksi kapasitas vital paru ringan sebanyak 5 orang atau sebesar

50% dan restriksi kapasitas vital paru sedang sebanyak 2 orang atau sebesar 20%.

Sedangkan masing-masing 1 orang yang mengalami obstruksi kapasitas vital

paru sedang berat dan restriksi berat atau sebesar masing-masing 10 %.

Sedangkan dari 10 responden yang diteliti hanya 1 orang atau 10% memiliki

kapasitas vital paru normal. Artinya dari 10 pekerja percetakan diketahui

mayoritas pekerja percetakan yang diteliti mengalami restriksi kapasitas vital

paru.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, peneliti ingin melakukan

penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan fungsi paru

pada pekerja percetakan di Mega Mall Ciputat tahun 2013.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kapasitas vital paru pada pekerja percetakan di Mega

Mall Ciputat tahun 2013?

2. Bagaimana gambaran umur, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, status

gizi, riwayat penyakit, masa kerja dan jenis kelamin pekerja percetakan di

Mega Mall Ciputat tahun 2013?

3. Bagaimana gambaran kadar debu total dan ventilasi ruangan di lingkungan

kerja percetakan di Mega Mall Ciputat tahun 2013?

4. Apakah ada hubungan antara umur, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga,

status gizi, riwayat penyakit, masa kerja dan jenis kelamin pekerja dengan

Page 28: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

9

Kapasitas Vital Paru pada pekerja percetakan di Mega Mall Ciputat tahun

2013?

5. Apakah ada hubungan antara kadar debu total dan ventilasi ruangan dengan

Kapasitas Vital Paru pekerja percetakan di Mega Mall Ciputat tahun 2013?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Penelitian

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru

pada pekerja percetakan di Mega Mall Ciputat tahun 2013.

2. Tujuan Khusus Penelitian

a. Diketahuinya gambaran kapasitas vital paru pekerja percetakan di Mega

Mall Ciputat tahun 2013.

b. Diketahuinya gambaran umur, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga,

status gizi, riwayat penyakit, masa kerja dan jenis kelamin pekerja

percetakan di Mega Mall Ciputat tahun 2013.

c. Diketahuinya gambaran kadar debu total dan ventilasi ruangan pada

lingkungan kerja percetakan di Mega Mall Ciputat tahun 2013.

d. Diketahuinya hubungan antara umur, kebiasaan merokok, kebiasaan

olahraga, status gizi, riwayat penyakit, masa kerja dan jenis kelamin

pekerja percetakan di Mega Mall Ciputat tahun 2013.

Page 29: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

10

e. Diketahuinya hubungan antara kadar debu total dan ventilasi ruangan

dengan kapasitas vital paru pekerja percetakan di Mega Mall Ciputat

tahun 2013.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Industri Percetakan

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan masukan

mengenai gambaran kapasitas vital paru pada pekerja dan faktor-faktornya

sehingga dapat menjadi bahan proses penetapan kebijakan kesehatan kerja

di industri percetakan.

2. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

referensi bagi peneliti lain, untuk melakukan penelitian lebih mendalam

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru.

3. Bagi Penulis

Diharapkan melalui penelitian ini, peneliti mengimplementasi

keilmuan K3 yang telah diperoleh selama perkuliahan, khususnya

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru.

Page 30: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

11

F. Ruang Lingkup Penelitian

Topik penelitiaan ini tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kapasitas vital paru pada pekerja di industri percetakan. Penelitiaan ini

pelaksanaannya di industri percetakan Mega Mall Ciputat Jalan Ir.H. Juanda

Ciputat, Tangerang Selatan. Pada bulan Februari sampai Maret tahun 2013,

oleh mahasiswa semester XII peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain studi Cross Sectional.

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja di industri percetakan Mega

Mall Ciputat. Sasaran penelitian adalah pekerja percetakan yang ada di

kawasan Mega Mall Ciputat dengan jumlah sampel 70 orang. Hal tersebut

dilakukan karena berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10

pekerja percetakan di kawasan Mega Mall Ciputat, diketahui 5 diantaranya

mengalami restriksi ringan. Sedangkan 2 diantaranya mengalami restriksi

sedang. Responden yang lain masing-masing mengalami gangguan obstruksi

sedang berat dan restriksi berat. Sedangkan dari 10 responden yang diteliti

hanya 1 yang dalam kondisi faal paru dalam batas normal.

Data-data yang diperoleh berasal dari data primer dengan pengukuran

Kapasitas Vital Paru (KVP) dengan alat Spyrometer, kadar debu total dengan

alat Huz Dust Model EPAM 5000, pengukuran berat badan dengan timbangan

badan, pengukuran tinggi badan dengan Microtoa, pemeriksaan kesehatan

oleh dokter dan quesioner pada pekerja di industri percetakan Mega Mall

Page 31: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

12

Ciputat. Data tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian

dilakukan uji statistik dengan rumus chisquare untuk melihat hubungan antara

variabel independen (umur, masa kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan

olahraga, status gizi, riwayat penyakit, jenis kelamin, kadar debu total dan

luas ventilasi ruangan) dengan variabel dependen (kapasitas vital paru).

Page 32: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kapasitas Vital Paru (KVP)

Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimum pada seseorang yang

berpindah pada satu tarikan napas. Kapasitas ini mencakup volume cadangan

inspirasi, volume tidal dan cadangan ekspirasi. Nilainya diukur dengan menyuruh

individu melakukan inspirasi maksimum, kemudian menghembuskan sebanyak

mungkin udara di dalam parunya ke alat pengukur (Corwin, 2001). Menurut

Tambayong, kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimal yang dapat

dikeluarkan dari paru, setelah udara dipenuhi secara maksimal (Tambayong,

2001).

Sedangkan menurut Suma’mur (1998), kapasitas fungsi paru

merupakan penjumlahan dari dua volume paru atau lebih. Yang termasuk

pemeriksaan kapasitas fungsi paru-paru adalah:

a. Kapasitas Inspirasi (Inspiratory Capacity=IC) adalah volume udara yang

masuk paru setelah inspirasi maksimal atau sama dengan volume

cadangan inspirasi ditambah volume tidal (IC=IRV+TV).

b. Kapasitas Vital (Vital Capacity), volume udara yang dikeluarkan melalui

ekspirasi maksimal setelah sebelumnya melakukan inspirasi maksimal.

Kapasitas vital besarnya sama dengan volume inspirasi cadangan

ditambah volume tidal (VC=IRV+ERV+TV).

Page 33: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

14

c. Kapasitas Paru Total (Total Lung Capacity=TLC) adalah kapasitas vital

ditambah volume sisa (TLC=VC+RV atau TLC=IC+ERV+RV)

d. Kapasitas Residu Fungsional (Functional Residual Capacity=FRC) adalah

volume ekspirasi cadangan ditambah volume sisa (FRC=ERV+RV)

Berdasarkan hasil penelitian Rini (1998) di Mojokerto menunjukan bahwa

penurunan kapasitas vital paru pada pekerja pemecah batu, dengan gangguan

restriksi sebesar 67%, ia menyimpulkan bahwa penurunan kapasitas vital paru

terjadi karena penurunan elastisitas paru yang di sebabkan oleh fibrosis akibat

pajanan debu yang diduga mengandung silica. Sedangkan berdasarkan hasil

penelitian Adi (2007) pada pabrik pembuatan genteng, diketahui 35 (85%)

pekerja mengalami restriksi dari 41 orang pekerja.

B. Sistem Pernafasan Manusia

1. Pengertian saluran pernafasan

Saluran pernafasan adalah saluran yang mengangkut udara antara

atmosfer dan alveolus, yaitu tempat terakhir yang merupakan satu-satunya

tempat pertukaran gas-gas antara udara dan darah dapat berlangsung

(Thabrani,1996).

2. Fungsi pernafasan

Fungsi utama pernafasan adalah untuk pertukaran gas yakni untuk

memperoleh oksigen agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan

mengeleminasi karbondioksida yang dihasilkan oleh sel (Thabrani,1996).

Page 34: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

15

3. Jalur pernafasan

Saluran pernafasan berawal dari saluran hidung (nasal). Dari hidung

berjalan ke faring (tenggorokan) yang berfungsi sebagai saluran bersama bagi

sistem pernafasan maupun sistem pencernaan. Dari faring kemudian laring

atau kotak suara yang dapat menghasilkan berbagai macam bunyi. Dari laring

menuju ke trakea yang terbagi menjadi dua cabang utama bronkus kanan dan

kiri. Dalam setiap paru bronkus terus bercabang menjadi slauran nafas yang

makin sempit. Cabang terkecil dikenal sebagai bronkiolus, tempat

terkumpulnya alveolus kantung udara kecil tempat terjadinya pertukaran gas-

gas antar udara dan darah (Thabrani,1996).

4. Pertahanan paru

Paru-paru mempunyai pertahanan yang khusus dalam mengatasi

berbagai kemungkinan tarjadi kontak dengan alergen dalam mempertahankan

tubuh, sebagaimana mekanisme tubuh pada umumnya, maka paru-paru

mempunyai pertahanan seluler dan humoral. Mekanisme pertahanan tubuh

yang penting pada paru-paru terbagi atas (Thabrani,1996):

a) Filtrasi udara pernafasan

Hembusan udara yang melalui rongga hidung mempunyai berbagai

ukuran. Partikel berdiameter 5 – 7 μ akan bertahan di orofaring, diameter

0,5 – 5 μ akan masuk sampai ke paru-paru dan diameter 0,5 μ dapat masuk

sampai ke alveoli tetapi dapat keluar bersama sekresi.

Page 35: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

16

b) Pembersihan melalui mukosilia

c) Sekresi oleh humoral lokal

d) Fagositosis

C. Volume dan Kapasitas Vital paru

Volume paru dan kapasitas vital paru merupakan gambaran fungsi

ventilasi sistem pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dan kapasitas

vital paru dapat diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya

kelainan fungsi ventilisator paru.

1. Volume Paru

Selama pernapasan berlangsung, volume selalu berubah-ubah.

Dimana mengembang sewaktu inspirasi dan mengempis sewaktu ekspirasi.

Dalam keadaan normal, pernapasan terjadi secara pasif dan berlangsung

hampir tanpa disadari (Suma’mur, 1988). Beberapa parameter yang

menggambarkan volume paru adalah:

- Volume Tidal (Tidal Volume=TV), adalah volume udara masuk dan keluar

pada pernapasan. Besarnya TV orang dewasa sebanyak 500 ml.

- Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume=IRV), volume

udara yang masih dapat dihirup kedalam paru sesudah inspirasi biasa,

besarnya IRV pada orang dewasa adalah 3100 ml.

Page 36: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

17

- Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspiratory Reserve Volume=ERV), volume

udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa,

besarnya ERV pada orang dewasa adalah 1200 ml.

- Volume Residu (Residual Volume=RV), udara yang masih tersisa didalam

paru sesudah ekspirasi maksimal. TV, IRV dan ERV dapat diukur dengan

spirometer, sedangkan RV=TLC-VC.

2. Kapasitas Paru

Menurut Guyton (1997), kapasitas paru dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Kapasitas inspirasi

Jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai pada tingkat

ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum (kira-

kira 3500 mL).

b) Kapasitas residu fungsional

Jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal (kira-

kira 2300 mL).

c) Kapasitas paru total

Volume maksimum dimana paru dapat dikembangkan sebesar mungkin

dengan inspirasi paksa (kira-kira 5800 mL).

Page 37: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

18

D. Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan kapasitas vital paru adalah

spirometri. Pemeriksaan dengan spirometri ini adalah tes yang berhubungan

dengan fungsi ventilasi paru-paru dan dinding dada, dengan menggunakan alat

spirometer yang mengukur arus dalam satuan isi dan waktu. Uji ini sangat

menguntungkan karena terbukti dapat diandalkan untuk tujuan epidemiologi.

Dikenal beberapa jenis spirometer antara lain: water sealed spirometer.

Alat ini terdiri dari alat untuk bernafas, penangkap CO2 (soda lime), alat pencatat

spirogram (kimograf), alat ini terdiri dari penghisap (piston) didalam silinder,

diantara piston dan silinder terdapat semacam lapisan plastik. Sedangkan

spirometer wedge, spirometer piston, spirometer bellows, terdiri dari alat yang

dapat mengembang dan mengempis akibat pernafasan, terbuat dari karet dan

plastik. Alat ini dihubungkan dengan pena untuk mencatat pergerakan pada kertas

grafik yang berputar dengan kecepatan tetap. Spirometer elektronik, alat ini

mudah dibawa serta mudah digunakan dan hasilnya langsung tertera setelah

pemeriksaan (Ahmadi, 1990).

Menurut Ahmadi (1990) Ada empat volume paru utama serta empat

kapasitas paru utama yang diukur dengan spirometer. Pemeriksaan volume paru

utama yaitu :

1. Volume alur nafas (tidal volume), adalah jumlah udara yang masuk ke dalam

dan ke luar paru pada pernafasan nomal.

Page 38: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

19

2. Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume), adalah jumlah udara

yang masih dapat masuk kedalam paru pada inspirasi maksimal setelah

inspirasi biasa.

3. Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume), adalah jumlah udara

yang dikeluarkan secara aktif dari dalam paru setelah ekspirasi biasa.

4. Volume residu (residual volume), adalah jumlah udara yang tersisa dalam

paru setelah ekspirasi maksimal.

Hasil dari tes kapasitas vital paru tidak dapat untuk mendiagnosis suatu

panyakit paru-paru tapi hanya memberikan gambaran gangguan fungsi paru yang

dapat dibedakan atas (Price, 1995):

1. Kelainan obstruktif (kelainan pada ekspirasi)

Adalah setiap keadaan hambatan aliran udara karena adanya sumbatan atau

penyempitan saluran nafas. Kelainan obstruktif akan mempengaruhi

kemampuan ekspirasi.

2. Kelainan restriktif (kelainan pada inspirasi)

Adalah gangguan pada paru yang menyebabkan kekakuan paru sehingga

membatasi pengembangan paru-paru. Gangguan restriktif mempengaruhi

kemampuan inspirasi.

Oleh karena itu untuk menetapkan lokasi dari kelainan ini beberapa tes

perlu dilakukan antara lain (Price, 1995):

1. Kapasitas vital (vital capacity)

2. Aliran udara ekspirasi (expiratory air flow)

Page 39: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

20

3. Fungsi difusi

4. Analisis gas

Angka-angka yang didapat dari pemeriksaan kapasitas vital paru

mempunyai beberapa kategori, yaitu (Price, 1995):

1. Angka yang ditentukan oleh berat badan, luas permukaan tubuh, tinggi badan

dan usia.

2. Angka-angka yang didapatkan mempunyai variabilitas.

3. Setiap pemeriksaan mempunyai angka yang “predicted”, yakni angka yang

dianggap sebagai pembagi dari angka pemeriksaan.

4. Untuk menggambarkan fungsi paru adalah angka yang diperoleh dibagi

dengan angka”predicted” dalam 100%.

Dasar pemeriksaan kapasitas vital paru, terbagi dua yaitu nilai restriktif

dan nilai obstruktif, kriterianya seperti pada tebel berikut (McKay, 1994):

Tabel 2.1

Nilai Restriktif KVP

No %FEV1/FVC %FVC Kesimpulan

1

2

3

4

> 75

> 80

60 – 79

30 – 59

< 30

Normal

Restriktif ringan

Restriktif sedang

Restriktif berat

Sumber: McKay, 1994

Page 40: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

21

Tabel 2.2.

Nilai Obstruktif KVP

No %FVC %FEV/FVC Kesimpulan

1

2

3

4

> 75

> 75

60 – 74

30 – 59

< 30

Normal

Obstruktif ringan

Obstruktif sedang

Obstruktif berat

Sumber: McKay, 1994

1. Prosedur Pemeriksaan Spirometri

Menurut Charles (1993), langkah-langkah persiapan pemeriksaan

spirometri mencakup antara lain :

a. Persiapan alat yang digunakan termasuk akurasi dan ketepatan alat

spirometer.

b. Persiapan tenaga kerja yang akan diperiksa, baik fisik maupun mental.

c. Penjelasan-penjelasan mengenai pemeriksaan dan cara-cara pemeriksaan

yang akan dihadapi.

d. Latihan tenaga kerja mengenai cara pemeriksaan bagi tenaga kerja.

Sedangkan menurut Depnakertrans (2005) dalam Modul Pelatihan

Pemeriksaan Kesehatan Kerja, sebelum melakukan pemeriksaan spirometri

ada beberapa hal yang harus disiapkan antara lain :

a. Siapkan alat spirometer dan kalibrasi harus dilakukan sebelum

pemeriksaan.

Page 41: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

22

b. Pasien harus dalam keadaan sehat, tidak ada flu atau infeksi saluran nafas

bagian atas, dan hati-hati pada penderita asma karena dapat memicu

serangan asma.

c. Masukkan data yang diperlukan, yaitu umur, jenis kelamin, tinggi badan,

berat badan untuk mengetahui nilai prediksi.

d. Beri petunjuk dan demonstrasikan manuver pada tenaga kerja, yaitu

pernafasan melalui mulut, tanpa ada udara lewat hidung dan celah bibir

yang mengatup mouth tube.

e. Tenaga kerja dalam posisi duduk atau berdiri, lakukan pernafasan biasa,

tiga kali berturut-turut, kemudian langsung menghisap sekuat dan

sebanyak mungkin udara ke dalam paru-paru, dan kemudian dengan cepat

dan sekuat-kuatnya dihembuskan udara melalui mouth tube.

f. Manuver dilakukan tiga kali untuk mengetahui FVC dan FEV1.

g. Hasilnya dapat dilihat pada print out.

Charles (1993) menuliskan bahwa untuk melakukan pemeriksaan

adalah dengan cara sebagai berikut :

a. Memasukkan mouth piece/alat peniup ke dalam mulut sepanjang lebih

kurang setengahnya, harus tepat dan rapat.

b. Tenaga kerja menarik napas semaksimal mungkin, kemudian dilepaskan

sekaligus dengan meniupnya melalui alat peniup ke dalam spirometer.

c. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali untuk mendapatkan hasil yang terbaik

Page 42: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

23

d. Spirometer akan merekam hasil yang terbaik dari pemeriksaan yang

dilakukan.

2. Parameter-parameter Faal Paru

Ada banyak jenis parameter pemeriksaan faal paru, namun pada

penelitian ini hanya satu parameter yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan

penelitian ini yaitu kapasitas vital paksa (forced vital capacity)

a. Vital capacity (VC)

Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi

ditambahkan dengan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini

adalah volume udara maksimum yang dapat dikeluarkan oleh seseorang

dari paru,setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan

kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600ml)

(Guyton, 1994).

Ada dua macam kapasitas vital berdasarkan cara pengukurannya

(Hasjim dan Jazir, 1983):

1. Vital Capacity (VC): pada pengukuran jenis ini penderita tidak perlu

melakukan aktivitas pernafasan dengan kekuatan penuh

2. Forced Vital Capacity (FVC): pada pengukuran ini pemeriksaan

dilakukan dengan kekuatan maksimal

Page 43: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

24

Pada orang normal tidak ada perbedaan antara kapasitas vital dan

kapasitas vital paksa, tetapi pada keadaan ada gangguan obstruktif

terdapat perbedaan antara kapasitas vital dan kapasitas vital paksa.

b. Kapasitas Vital Paksa (forced vital capacity)

Adalah pengukuran kapasitas vital yang didapat pada ekspirasi

yang dilakukan secepat dan sekuat mungkin. Volume udara ini dalam

keadaan normal nilainya kurang lebih sama dengan kapasitas vital. Pada

penderita obstruktif saluran nafas akan mengalami pengurangan yang jelas

karena penutupan pengatur saluran nafas. Dalam melakukan kapasitas

vital paksa tekniknya mula-mula orang tersebut inspirasi maksimal sampai

kapasitas paru total, kemudian ekspirasi ke dalam spirometer dengan

ekspirasi maksimal paksa secepatnya dan sesempurna mungkin. Kapasitas

vital kuat hampir sama, hanya terdapat perbedaan pada volume dasar paru

antara orang normal dan penderita obstruktif.

Sebaliknya terdapat pebedaan besar pada kecepatan aliran

maksimal yang dapat dikeluarkan seseorang terutama selama detik

pertama. Oleh karena itu biasanya merekam volume ekspirasi paksa

selama detik pertama (FEV 1) dan membandingkan antara yang normal

dan abnormal. Pada orang normal persentase kapasitas vital kuat yang

dikeluarkan pada detik pertama (FEV1/FVC%) adalah 80%. Pada

obstruksi saluran nafas yang serius, yang sering terjadi pada asma akut,

kapasitas ini dapat berkurang menjadi kurang dari 20% (Guyton, 1994).

Page 44: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

25

c. Makna kapasitas vital paksa

Selain nilainya bergantung dari bentuk anatomi seseorang, faktor –

faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital adalah (Guyton, 1994):

1. Posisi seseorang ketika kapasitas ini diukur

2. Kekuatan otot-otot pernafasan

3. Daya renggang/ pengembangan paru-paru dan rangka dada yang

disebut “compliance paru”.

Besarnya kapasitas vital pada pria dewasa muda ± 4,6 lt dan pada

wanita dewasa muda kira-kira 3,1 lt. Orang yang tinggi kurus biasanya

mempunyai kapasitas vital lebih besar dari orang yang gemuk pendek ,

sedangkan keadaan latihan olah raga dapat menambah VC sebesar 30-40%

di atas nilai normal yaitu mencapai 6-7 lt.

Penurunan kapasitas vital disebabkan oleh berkurangnya compliance

paru.Faktor apapun yang mengurangi kemampuan paru untuk mengembang

juga menurunkan kapasitas vital, seperti tuberkulosis (TB paru), asma kronik,

bronchitis kronik dan pleuritis fibrosis. Oleh karena itu pengukuran kapasitas

vital merupakan salah satu pengukuran yang terpenting dan paling sederhana

dari semua pengukuran (McKay, 1994).

Perubahan kapasitas akibat bendungan paru pada payah jantung kiri

atau penyakit lain yang menyebabkan bendungan pembuluh darah paru dan

edema, kapasitas vital menjadi menurun, karena kelebihan cairan dalam paru

mengurangi compliance (McKay, 1994).

Page 45: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

26

E. Debu Industri

Paparan debu dalam industri percetakan antara lain dihasilkan oleh proses

pemotongan kertas dan tinta cetak. Debu kertas dan tinta cetak merupakan debu

yang dihasilkan dari proses produksi percetakan.

1. Golongan Debu

Menurut Ahmadi (1990), golongan debu terdiri atas dua, yaitu:

a. Padat (solid)

- Dust

Terdiri atas berbagai ukuran mulai dari yang sub mikroskopik

sampai yang besar. Yang berbahaya adalah ukuran yang bisa terhisap

kedalam sistem penafasan (<100 mikron) bersifat dapat terhisap ke

dalam tubuh.

- Fumes

Adalah partikel padat yang terbentuk dari proses evaporasi atau

kondensasi. Pemanasan berbagai logam menghasilkan uap logam yang

kemudian berkondensasi menjadi partikel-partikel metal fumes contoh:

Cd dan Pb.

- Smoke

Adalah produk dari pembakaran bahan organik yang tidak

sempurna dan berukuran 0,5 mikron.

Page 46: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

27

b. Cair (Likuid)

Partikel cair biasanya disebut mist atau fog (awan) yang dihasilkan

melalui proses kondensasi atau atomizing. Contoh: hair spray atau obat

nyamuk semprot.

2. Debu yang terdapat di udara terbagi dua yaitu :

a. Particulate matter

Adalah partikel debu yang hanya berada sementara di udara dan

segera mengendap karena daya tarik bumi.

b. Suspended particulate matter

Adalah debu yang tetap berada diudara dan tidak mudah

mengendap.

3. Sifat - sifat Debu

Menurut Muchtler (1973), sifat – sifat debu dapat dikelompokkan dalam

beberapa golongan sebagai berikut :

a. Sifat pengendapan (setting rate)

Sifat debu cenderung selalu mengendap karena adanya gaya

gravitasi bumi. Namun karena kadang-kadang debu ini relatif tetap berada

di udara, debu yang mengendap mempunyai proporsi partikel lebih

banyak daripada yang ada di udara.

Page 47: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

28

b. Sifat permukaan basah (wetting)

Sifat permukaan debu cenderung selalu basah karena dilapisi oleh

lapisan air yang sangat tipis.

c. Sifat penggumpalan (floculation)

Permukaan debu dapat menempel satu dengan yang lain dan dapat

menggumpal. Turbulensi udara meningkatkan pembentukan

penggumpalan.

d. Sifat optis (opticalproperties)

Debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancarkan

sinar yang bisa terlihat dalam kamar gelap.

e. Sifat listrik (electrical)

Sifat listrik tetap yang dapat menarik partikel lain yang

berlawanan, ini mempercepat penggumpalan debu.

4. Macam-macam debu

Pembagian debu didasarkan pada sifat dan efeknya. Menurut Ahmadi

(1990), secara garis besar ada tiga macam debu, yaitu:

a. Debu organik, seperti debu kapas, debu kertas, debu daun-daunan

tembakau dan sebagainya.

b. Debu mineral yang mempunyai senyawa komplek seperti SiO0, SiO3,

arang batu dan sebagainya

c. Debu metal, seperti timah hitam, merkui, cadmium, arsen, dan lain-lain.

Page 48: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

29

5. Ukuran partikel debu

a. Ukuran 5-10 μ akan ditahan oleh jalan pernafasan bagian atas.

b. Ukuran 3-5μ ditahan oleh bagian tengah jalan pernafasan.

c. Ukuran 1-3 μ langsung kepermukaan alveoli paru-paru.

d. Ukuran 0,1-1 μ bergerak keluar masuk alveoli sesuai gerakan brown.

6. Pengaruh debu terhadap kesehatan

a. Keracunan lokal

b. Debu penyebab fibrosis, karena sifatnya yang tidak larut dapat masuk

kedalam nafas besama-sama udara pernafasan, diendapkan dalam paru-

paru dan diselimuti oleh jaringan yang mengeras

c. Debu inert yaitu debu yang tidak berbahaya tetapi dapat menganggu

kenyamanan kerja (contoh debu tanah).

d. Debu alergen, yaitu debu penyebab alergi ( debu organik).

e. Debu iritan, iritan debu yang dapat mengakibatkan luka secara lokal

(contoh debu flour).

f. Infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA).

Page 49: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

30

7. Nilai Ambang Batas (NAB) Debu

Debu, aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleks batuk atau

spasme laring (penghentian pernapasan). Kalau zat-zat ini menembus ke

dalam paru-paru dapat terjadi bronkhitis toksik, edema paru atau pneumonitis

(WHO, 1993). Berdasarkan Kepmenkes RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002,

tanggal 19 November 2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja di

perkantoran yaitu meliputi semua ruangan, halaman, dan area sekelilingnya

yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja untuk

perkantoran. Kandungan debu maksimal di dalam udara ruangan dalam

pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebesar 0,15 mg/m3 untuk debu total

dengan suhu 18-28oC (Depkes RI, 2002).

F. Dampak Inhalasi Tinta Cetak Terhadap Kesehatan Paru

Tinta merupakan campuran bahan kimia yang sudah dikenal sejak dahulu

dan banyak digunakan di berbagai industri. Tinta cetak banyak digunakan di

industri-industri percetakan dan sablon. Tinta cetak mengubah substansi menjadi

aerosol, yaitu kumpulan partikel halus berupa cair atau padat. Aerosol dengan

ukurannya yang kecil akan mudah terhisap, sehingga potensial merupakan

pajanan khususnya terhadap kesehatan paru. Selain itu juga berpotensi

menyebabkan penyakit paru akibat kerja, antara lain kanker, asma, dan

pneumonitis hipersensitivitas. Tinta cetak juga dapat mempengaruhi beberapa

Page 50: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

31

organ lain seperti susunan saraf pusat, hati, ginjal, kulit, mata, organ reproduksi,

jantung, dan paru (Wahyuningsih,2003).

Tinta cetak berupa partikel halus yang dapat terhisap ke dalam saluran

nafas. Lokasi deposisi partikel di saluran nafas ditentukan oleh konsentrasi,

kelarutan, dan ukurannya. Partikel berukuran 10 μm atau lebih akan mengendap

di hidung dan faring, yang berukuran kurang dari 5 μm dapat penetrasi sampai ke

alveoli, dan partikel berukuran sedang (5-10 μm) akan mengendap di beberapa

tempat di saluran nafas besar. Lokasi deposisi partikel akan memberikan respon

atau penyakit yang berbeda. Faktor manusia juga berperan penting dalam

berkembangnya penyakit, seperti kebiasaan merokok, kecepatan aliran udara

pernafasan, ukuran paru dan faktor genetik (Levi,1994).

Paru sebagai organ dengan permukaan yang luas, aliran darah yang cepat

dan epitel alveolar yang tipis merupakan tempat kontak yang penting dengan

substansi yang berasal dari lingkungan. Tinta cetak dapat masuk ke dalam tubuh

manusia melalui inhalasi, kontak kulit dan oral, yang merupakan pajanan

potensial (WHO,1995).

Page 51: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

32

Tinta cetak berisi bahan dasar air atau minyak, yang terdiri dari beberapa

unsur. Diantaranya adalah:

1. Zat warna (pigment)

Zat warna atau pigmen adalah unsur dalam tinta yang terlihat sebagai

warna hitam, putih atau kelabu. Pigmen dalam cat berguna untuk mewarnai

dan meningkatkan ketahanan cat. Banyak jenis pigmen merupakan bahan

berbahaya yaitu:

a. Lead chromate

Digunakan untuk memberi warna hijau, kuning dan merah

dapat menyebabkan kerusakan saraf pusat.

b. Chromium

Memberikan warna hijau, kuning, dan oranye; dapat

menyebabkan kanker paru dan iritasi kulit, hidung, dan saluran nafas

atas.

c. Cadmium

Memberi warna hijau, kuning, oranye dan merah; dapat

menyebabkan kanker paru (Wahyuningsih, 2003).

Page 52: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

33

2. Bahan pengikat (vehicle)

Bahan pengikat memuat zat warna dan mengikatnya dengan bahan-

bahan cetak. Bahan pengikat biasanya menentukan penyediaan, penyebaran,

pemindahan dan daya penutupan dari tinta, serta menentukan cara atau

kecepatan pengeringannya. Pada tahun-tahun terakhir ini damar sintetis telah

menggantikan minyak pengering. Untuk Fotografur digunakan suatu bahan

pengikat khusus yaitu alkohol atau aseton yang menyebabkan tinta mengering

sebagian karena penyerapan dan sebagian karena penguapan. Tinta Fotografur

cepat menguap namun kilaunnya kurang dan berbahaya bagi kesehatan karena

uap yang dihasilkan dapat menimbulkan bahaya kebakaran.

3. Bahan pencair (thinner)

Pencair ini membantu kerja pada mesin. Pencair ini biasanya

dipisahkan dari bahan pengikatnya, mempengaruhi ketahanan, peresapan,

penggilapan, pengeringan dan pelekatan tinta. Semua tinta mengandung

pelarut/ solvent yang biasanya berupa tiner. Tiner akan menguap segera

setelah tinta digunakan dalam proses industri, saat itu pekerja percetakan

dapat menghisap bahan berbahaya yang terkandung dalam solvent. Pajanan

terhadap solvent dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, iritasi mata,

hidung, dan tenggorokan, masalah reproduksi dan kanker (Holmberg, 1994).

Page 53: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

34

4. Bahan pengering (drier)

Bahan pengering ini ditambahkan kepada tinta cetak untuk membantu

pengeringan secara oksidasi. Kebanyakan bahan pengering berunsur cobalt

merupakan bahan berawrna keputih-putihan seperti besi, nikel, mangan,

timah, yang dapat larut kedalam berbagai bahan pengikat. Bahan pengering

bekerja seiring dengan peningkatan suhu sehingga tinta lebih cepat mengering

pada suhu panas dari pada suhu dingin.

5. Pengubah (modifier)

Pengubah berbentuk seperti malam dan minyak untuk mengontrol

pengeringan, kekenyalan, ketahanan, kekilapan dan kemampuan bertahan

terhadap gesekan. Jika bahan pembungkus mentega, daging, buah, sayur-

sayur, dan lain-lain dicetak, maka pengubah ( modifier ) dapat mengatur bau

dari pada tinta.

Page 54: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

35

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Vital Paru pada Pekerja

Industri Percetakan

Banyak faktor yang mempengaruhi gangguan fungsi paru khususnya pada

aspek tenaga kerja adalah usia tenaga kerja saat bekerja,jenis kelamin, masa kerja,

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), kebiasan merokok, kebiasaan olahraga ,

status gizi dan riwayat penyakit. Adapun faktor yang mempengaruhi gangguan

fungsi paru pekerja pada aspek non – pekerjaan adalah paparan kadar debu total

serta luas ventilasi udara dalam ruangan.

1. Umur

Umur merupakan variabel yang penting dalam hal terjadinya

gangguan fungsi paru. Semakin bertambahnya umur, terutama yang disertai

dengan kondisi lingkungan yang buruk serta kemungkinan terkena suatu

penyakit,maka kemungkinan terjadinya penurunan fungsi paru dapat terjadi

lebih besar.

Seiring dengan pertambahan umur, kapasitas paru juga akan menurun.

Kapasitas paru orang berumur 30 tahun ke atas rata-rata 3.000 ml sampai

3.500 ml, dan pada orang yang berusia 50 tahunan kapasitas paru kurang dari

3.000 ml (Guyton,1994).

Secara fisiologis dengan bertambahnya umur maka kemampuan organ-

organ tubuh akan mengalami penurunan secara alamiah tidak terkecuali fungsi

paru. Kondisi seperti ini akan bertambah buruk dengan keadaan lingkungan

Page 55: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

36

yang berdebu dan faktor-faktor lain seperti kebiasaan merokok, tidak

tersedianya masker juga penggunaan yang tidak disiplin, lama paparan serta

riwayat penyakit yang berkaitan dengan saluran pernafasan. Rata-rata pada

umur 30 – 40 tahun seseorang akan mengalami penurunan fungsi paru yang

dengan semakin bertambah umur semakin bertambah pula gangguan yang

terjadi (Price,1995).

Dalam penelitian Siti M (2006), semakin bertambah usia maka akan

dapat menurunkan kapasitas vital paru seseorang. Begitupun hasil penelitian

yang dilakukan Yulaekah (2007) pada pekerja industri batu kapur menunjukan

ada hubungan yang bermakna antara umur seseorang dengan kapasitas vital

paru.

2. Jenis kelamin

Menurut Guyton (1997) volume dan kapasitas seluruh paru pada

wanita kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil dari pada pria, dan lebih

besar lagi pada atletis dan orang yang bertubuh besar daripada orang yang

bertubuh kecil dan astenis. Menurut Tambayong (2001) disebutkan bahwa

kapasitas paru pada pria lebih besar yaitu 4,8 L dibandingkan pada wanita

yaitu 3,1 L.

Kapasitas vital rata – rata pria dewasa muda lebih kurang 4,6 liter dan

perempuan muda kurang lebih 3,1 liter. Volume paru pria dan wanita terdapat

perbedaan bahwa kapasitas paru total (kapasitas inspirasi dan kapasitas residu

Page 56: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

37

fungsional), pria adalah 6,0 liter dan wanita 4,2 liter (Antarudin,2002). Dalam

penelitian Yulaekah (2007) mengatakan bahwa ada hubungan antara jenis

kelamin dengan kapasitas vital paru pada pekerja.

3. Masa Kerja

Menurut Mila (2006), masa kerja adalah lamanya seorang tenaga

kerja bekerja dalam (tahun) dalam satu lingkungan perusahaan, dihitung mulai

saat bekerja sampai penelitian berlangsung. Dalam peneiltian Setiyani (2005),

dalam lingkungan kerja yang berdebu, masa kerja dapat mempengaruhi dan

menurunkan kapasitas fungsi paru pada karyawan. Menurut Fahmi (1990)

yang dikutip oleh Solech (2001), menyebutkan bahwa masa kerja dapat

dikategorikan menjadi dua yaitu:

1. Masa kerja baru (< 5 tahun )

2. Masa kerja lama (≥ 5 tahun )

Bermacam bahan baku di industri percetakan merupakan bahan

karsinogen yang dapat menyebabkan penyakit paru seperti kanker paru.

Pajanan kronik dari bahan karsinogen membutuhkan waktu lama untuk dapat

menyebabkan kanker. Lama waktu pajanan akan meningkatkan risiko kanker

paru.

Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia

telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut

(Suma’mur, 1988). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Ulinta (1998) di

Page 57: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

38

Bandung, mengatakan bahwa masa kerja di suatu perusahaan yang

mengandung banyak debu mempunyai resiko tinggi untuk timbulnya

pneumkoniosis.

4. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Suatu kegiatan industri, paparan dan risiko yang ada ditempat kerja

tidak selalu dapat dihindari. Upaya untuk pencegahan terhadap kemungkinan

penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja harus senantiasa dilakukan. Ada

beberapa alternatif pengendalian (secara tehnik dan administratif) yang bisa

dilaksanakan, namun mempunyai beberapa kendala. Pilihan yang sering

dilakukan adalah melengkapi tenaga kerja dengan alat pelindung diri

dijadikan suatu kebiasaan dan keharusan. Hal ini sesuai dengan Undang-

Undang No 1 Th 1970 tentang keselamatan kerja khususnya pasal 9, 12 dan

14 yang mengatur penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri di tempat

kerja baik pengusaha maupun tenaga kerja.

Menurut Suma’mur (1988), alat pelindung diri adalah suatu alat yang

dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan

kerja. Jadi, alat pelindung diri merupakan salah satu cara untuk mencegah

kecelakaan, dan secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh

akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan yang terjadi.

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan

tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan.

Page 58: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

39

Namun, kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan

sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat pelindung diri. Alat pelindung diri

haruslah enak dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan

yang efektif (Suma’mur, 1996).

Pilihan peralatan di bidang ini amat luas, mulai dari masker debu

sekali pakai biasa sampai ke alat pernapasan isi sendiri dan banyak

kebingungan kapan alat itu dipakai dan untuk bahaya apa. Jika pilihan keliru,

dapat membahayakan pemakai dan dapat menyebabkan apiksia. Pelatihan

pemakian juga diperlukan, tak tergantung pada alat apa yang dipakai,

demikian juga harus tersedia fasilitas pemeliharaan dan pembersihan (Gill,

2005). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Adi (2007) menunjukan

ada hubungan antara penggunaan APD (masker) dengan kapasitas vital paru.

a. Jenis Alat Pelindung Diri (APD)

1) Masker

Masker berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel-

partikel yang lebih besar ke dalam saluran pernafasan, dapat terbuat

dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.

a) Masker penyaring debu

Masker ini berguna untuk melindungi pernafasan dari asap

pembakaran, dan debu.

Page 59: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

40

b) Masker berhidung

Masker ini dapat menyaring debu atau benda sampai

ukuran 0,5 mikron.

c) Masker bertabung

Masker ini punya filter yang lebih baik daripada masker

barhidung. Masker ini tepat digunakan untuk melindungi

pernafasan dari gas tertentu.

2) Respirator

a) Respirator sekali pakai, dari bahan filter cocok bagi debu

pernapasan. Bagian muka alat bertekanan negatif karena paru

menjadi penggeraknya.

b) Respirator separuh masker, yang dibuat dari karet atau plastik dan

dirancang menutupi hidung dan mulut. Alat ini memiliki cartridge

yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas serta uap.Bagian muka

bertekanan negatif, karena hisapan dari paru.

c) Respirator seluruh muka, dibuat dari karet atau plastik dan

dirancanguntuk menutupi mulut, hidung dan mata. Medium filter

dipasang didalam kanister yang langsung disambung dengan

sambungan lentur.Dengan kanister yang sesuai, alat ini cocok

untuk debu, gas dan uap.Bagian muka mempunyai tekanan

negatif, karena paru menghisap disana.

Page 60: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

41

d) Respirator berdaya, dengan separuh masker atau seluruh muka,

dibuat dari karet atau plastik yang dipertahankan dalam tekanan

positif dengan jalan mengalirkan udara melalui filter, dengan

bantuan kipas baterai. Kipas itu, filter dan baterainya biasa

dipasang disabuk pinggang, dengan pipa lentuk yang disambung

untuk membersihkan udara sampai ke muka.

e) Respirator topeng muka berdaya mempunyai kipas dan filter yang

dipasang pada helm, dengan udara ditiupkan ke arah bawah,

diatas muka pekerja di dalam topeng yang menggantung. Topeng

dapat dipasang bersama tameng-tameng pinggir, yang dapat

diukur untuk mencocokkan dengan muka pekerja.Baterai

biasanya dipasang pada sabuk. Sedangkan filter dan adsorbent

tersedia dan jenis untuk pengelas juga tersedia (Gill, 2005).

5. Kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko pada penyakit paru

obstruktif kronis, dimana kecenderungan semakin banyak merokok makin

banyak gangguan pada parunya termasuk kanker paru. Asap rokok

mengandung banyak zat kimia beracun yang sangat berbahaya bagi kesehatan

sistem respirasi, seperti : nikotin, tar, karbonmonoksida, dan zat-zat beracun

lainnya.

Page 61: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

42

Tembakau sebagai bahan baku rokok mengandung bahan toksik dan

dapat mempengaruhi kondisi kesehatan karena lebih dari 2000 zat kimia dan

diantaranya sebanyak 1200 sebagai bahan beracun bagi kesehatan manusia.

Dampak merokok terhadap kesehatan paru-paru dapat menyebabkan

perubahan struktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada

saluran nafas besar, sel mukosa membesar (hipertropi) dan kelenjar mukus

bertambah banyak (hyperplasia). Pada saluran nafas kecil terjadi radang

ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir.

Pada jarimgan paru-paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan

alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran nafas pada perokok akan timbul

perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya.

Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-

5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok

terutama sigaret dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara

tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker

paru-paru. Partikel asap rokok seperti onpyrene, dibenzapyrene dan urethan

dikenal sebagai bahan karsinogen. Bahan tar berhubungan dengan risiko

terjadinya kanker paru.

Hasil penelitian Sasaki, menunjukkan kebiasaan merokok mempunyai

kecenderungan terjadinya obstruksi, namun gangguan paru akibat rokok baru

diketahui setelah umur 40 tahun. Penelitian Hisyam et. al, ditemukan

penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) perokok 41,6 %, merokok

Page 62: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

43

mempunyai risiko untuk menderita PPOK 2,6 kali lebih besar dibandingkan

bukan perokok (Antarudin, 2002). Sedangkan pada penelitian Budiono (2007)

terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan

kapasitas vital paru.

Tenaga kerja yang mempunyai kebiasaan merokok dapat mempunyai

risiko atau pemicu timbulnya keluhan subyektif saluran pernafasan dan

gangguan ventilasi paru pada tenaga kerja (Giarno, 1995). Sementara Lubis

(1989) menyatakan tenaga kerja yang sebagai perokok merupakan salah satu

faktor risiko penyebab penyakit saluran pernafasan.

Raharjoe dkk (1994) megungkapkan bahwa kebiasaan merokok dapat

menimbulkan gangguan ventilasi paru karena menyebabkan iritasi dan sekresi

mukus yang berlebihan pada bronkus. Keadaan seperti ini dapat mengurangi

efektifitas mukosilier dan membawa partikel-partikel debu sehingga

merupakan media yang baik tumbuhnya bakteri.

Gambar 2.1. Jenis Racun pada Rokok

Page 63: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

44

Yunus (1997) mengatakan asap rokok meningkatkan risiko timbulnya

penyakit bronchitis dan kanker paru, untuk itu tenaga kerja hendaknya

berhenti merokok bila bekerja pada tempat yang mempunyai risiko terjadi

penyakit tersebut. Beberapa penelitian tentang bahaya merokok terhadap

kesehatan dan gangguan ventilasi paru dikemukakan oleh Mangesiha dan

Bakele (1998) terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok

dan gangguan saluran pernafasan.

Adapun untuk mengukur derajat berat merokok biasanya dilakukan

dengan menghitung derajat berat merokok (Indeks Brinkman), yaitu perkalian

antara jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap setiap hari kemudian

dikalikan dengan lama merokok dalam tahun (PDPI, 2001). Nilai yang

dihasilkan dari perhitungan tersebut akan dimasukkan kedalam tiga kategori

yaitu:

a. Ringan : 0-200

b. Sedang : 200-600

c. Berat : > 600

6. Kebiasaan Olahraga

Kebiasaan olah raga dapat membantu meningkatkan fungsi paru.

Individu yang mempunyai kebiasaan olah raga memiliki tingkat kesegaran

jasmani yang baik Penelitian Schenker et al (2004) pada pekerja pertanian di

Kosta Rika menunjukkan bahwa pekerja yang mempunyai tingkat kesegaran

Page 64: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

45

jasmani yang baik, dapat menjadi faktor protektif terhadap penurunan fungsi

paru. Sementara itu penelitian Debray et al (2002) di India pada pekerja yang

terpapar debu juga menunjukkan bahwa hasil yang sama.

Kebiasaan berolahraga akan menimbulkan Force Vital Capacity (FVC)

seperti yang terjadi pada seorang atlet FVC akan meningkat 30% sampai

dengan 40 % (Talini, 1998). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Khumaidah (2009) terdapat hubungan antara kebiasaan olahraga dengan

kapasitas vital paru.

Menurut Wilmore (1994) secara umum olah raga akan meningkatkan

total fungsi paru. Pada banyak individu yang melakukan olah raga secara

teratur maka kapasitas fungsi paru akan meningkat meskipun hanya sedikit,

tetapi pada saat yang bersamaan residual volume atau jumlah udara yang

tidak dapat berpindah atau keluar dari paru akan menurun. Selanjutnya untuk

meningkatkan kapasitas fungsi paru, olah raga yang dilakukan hendaknya

mempehatikan 3 hal, yaitu mode atau jenis olah raga, frekuensi dan durasinya

(Budiono, 2007).

a. Jenis olahraga

Secara umum aktivitas yang terdapat dalam kegiatan olahraga

terdiri dari kombinasi 2 jenis aktivitas, yaitu aktivitas yang bersifat aerobik

dan anaerobik. Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung

terhadap ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber

Page 65: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

46

energi, sehingga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ

tubuh seperti jantung, paru-paru, dan pembuluh darah untuk dapat

mengangkut oksigen agar proses pembakaran sumber energi dapat berjalan

dengan sempurna. Aktivitas ini biasanya merupakan aktivitas olahraga

dengan intensitas rendah-sedang yang dapat dilakukan secara kontinyu

dalam waktu yang cukup lama seperti jalan kaki, senam, bersepeda atau

juga jogging (Irawan, 2007). Sedangkan aktivitas anaerobik adalah

merupakan aktivitas yang dimana kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi

oleh seluruh anggota tubuh seperti angkat besi, lari sprint 100 m, tenis

lapangan dan bulu tangkis.

Menurut Giam (1996) dalam ilmu kedokteran olahraga terdapat

perbedaan dalam tingkat dan komponen-komponen kebugaran fisik yang

ditingkatkan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 66: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

47

Tabel 2.3 Aktifitas Fisik/Kegiatan Olahraga

No. Aktivitas Kebugaran Aerobik*

1 Senam Sangat baik

2 Bulutangkis Sangat baik

3 Basket Sangat baik

4 Binaraga Minimal

5 Bowling Minimal

6 Bersepeda Sangat baik

7 Golf (18 hole) Minimal

8 Jogging/lari Sangat baik

9 Beladiri Baik

10 Sepak takraw Baik

11 Sepak bola Sangat baik

12 Berenang Sangat baik

13 Tenes meja Baik

14 Tenes Baik

15 Bola volley Baik

16 Berjalan Baik

Catatan: Kebugaran aerobik* : kebugaran dari paru, jantung dan peredaran darah.

Kebiasaan berolahraga tersebut dilakukan 3-5 kali seminggu.

Sumber : Giam.C.K, Teh.K.C. Ilmu Kedokteran Olahraga, Binarupa Aksara, Jakarta,1996

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa olahraga yang sangat baik

untuk pernapasan adalah senam, bulu tangkis, basket, bersepeda, jogging,

sepak bola dan renang. Di negara berkembang seperti Indonesia, senam dan

jogging merupakan pilihan paling tepat karena jauh lebih murah, mudah

dan berguna untuk memperkuat otot pernapasan.

Page 67: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

48

b. Frekuensi olahraga

Frekuensi olahraga adalah berapa kali seminggu olahraga dilakukan

agar memberi efek latihan. Berbagai penelitian menunjukan frekuensi

latihan minimal 3 kali seminggu pada hari yang bergantian artinya selang

sehari. Hal tersebut dikarenakan karena tubuh memerlukan pemulihan

selesai berolahraga sehingga otot dan persendian diberi kesempatan untuk

memulihkan diri. Dalam penelitian Cooper (1994) pernah menganjurkan

untuk melakukan olahraga setiap hari, namun setelah ia melakukan

pengamatan yang cukup lama ia kembali berkesimpulan bahwa olahraga 3

kali seminggu sudah cukup. Olahraga yang dilakukan melebihi 5 kali

seminggu akan menimbulkan berbagai komplikasi baik secara psikologis

maupun fisiologis (Ambarkati, 2012).

c. Durasi olahraga

Ada beberapa rekomendasi yang dianjurkan lamanya olahraga :

ACSM (American Collegeof Sports Medicine ) menganjurkan 20-60 menit

perhari. Eropa menganjurkan 3-4 hari tiap minggu selama 30 menit dengan

50-80% denyut nadi maksimal atau tiap hari dalam seminggu selama 30

menit dengan denyut nadi maksimal kurang dari 50% (Sugenghartono,

2012).

Page 68: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

49

Dalam hal ini penulis menggunakan standar durasi olahraga

menurut standar ACSM yaitu selama 20-60 menit setiap kali olahraga.

7. Status gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi

makanan dan zat-zat gizi. Indeks standar yang sekarang dipakai untuk menilai

perkembangan gizi adalah Berat Badan (BB) terhadap Tinggi Badan (TB)

yang ditinjau dari penggunaannya lebih mudah dan praktis serta tetap

mempunyai dasar ilmiahnya atas dasar penelitian Puslitbang Gizi Departemen

Kesehatan. Dalam hal ini status gizi dapat dibedakan menjadi: status gizi

kurang, status gizi baik/normal dan status gizi lebih. Cara melakukan

penggolongan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Berat Minimal dan Berat Maksimal untuk ukuran tinggi badan tertentu

merupakan batas badan terendah dan tertinggi untuk ukuran tinggi badan

tersebut. Bila berat badan dalam batas-batas tersebut maka anak

dinyatakan mempunyai gizi baik/normal.

b. Bila untuk tinggi badan tertentu mempunyai berat badan yang kurang dari

berat badan minimal maka dinyatakan gizi kurang.

c. Bila tinggi badan tertentu mempunyai berat badan yang melebihi berat

maksimal maka dinyatakan gizi lebih.

Keadaan kesehatan tersebut pada suatu waktu tertentu dapat

ditentukan dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Indeks Masa Tubuh untuk

orang Indosnesia adalah sebagai berikut:

Page 69: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

50

Tabel 2.4 Batas Ambang IMT (orang Indonesia)

Keadaaan Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat

Kekurangan berat badan tingkat ringan

< 17,0

17,0 – 18,4

Normal 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan

Kelebihan badan tingkat berat

25,1 – 27,0

>27,0

Sumber: Pedoman Usaha Kesehatan Sekolah Dep Kes RI (2002)

Rumus untuk mengetahui IMT

IMT = Berat Badan (Kg)

Tinggi Badan2

(m)

Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru. Orang

kurus tinggi biasanya memiliki kapasitasnya lebih dari orang gemuk pendek,

status gizi yang berlebihan dengan adanya timbunan lemak dapat menurunkan

compliance dinding dada dan paru sehingga ventilasi paru akan terganggu

akibatnya kapasitas vital paru akan menurun (Nyoman, 2001). Dengan

kesimpulan bahwa orang kurus dan gemuk lebih beresiko terkena gangguan

kapasitas vital paru dibandingkan dengan orang yang memiliki IMT normal.

Page 70: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

51

Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa status gizi ternyata

berhubungan dengan gangguan fungsi paru. Diantaranya penelitian Budiono

(2007) pada pekerja pada pengecatan mobil menunjukkan ada hubungan

antara status gizi dengan kapasitas vital paru.

8. Riwayat Penyakit

Dalam beberapa penelitian diperoleh hasil bahwa seseorang yang

mempunyai riwayat menderita penyakit paru berhubungan secara bermakna

dengan terjadinya gangguan fungsi paru (Bannet,1997). Dari hasil penelitian

Sudjono (2002) dan Nugraheni (2004) dalam Irwan Budiono (2007) diperoleh

hasil bahwa pekerja yang mempunyai riwayat penyakit paru mempunyai

risiko 2 kali lebih besar untuk mengalami gangguan fungsi paru. Sedangkan

penelitian Budiono (2007) menyebutkan terdapat hubungan antara orang

yang memiliki riwayat penyakit paru dengan kapasitas vital paru.

Riwayat penyakit sangat penting diketahui dan dinilai untuk

mengetahui apakah suatu penyakit berhubungan erat dengan pekerjaan. Guna

mengetahui kondisi fisik pekerja, diperlukan anamnesis secara umum dan

khusus serta pemeriksaan jasmani secara umum dan khusus. Berbagai macam

penyakit khususnya yang menyerang pernapasan seperti asma (sesak nafas),

bronkitis kronik (batuk berdahak), pneumonia (paru-paru basah) , dan fibrosis

paru-paru mengakibatkan berkurangnya daya kembang paru-paru serta

terhambatnya jalur difusi gas (Danusantoso, 2000 dalam Aurorina, 2003).

Apabila pekerja mempunyai riwayat penyakit lampau yang berhubungan

Page 71: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

52

dengan pernapasan, maka kemungkinan penyakit tersebut akan timbul

kembali atau bahkan penyakit tersebut sudah menimbulkan kecacatan pada

paru.

Seseorang yang pernah mengidap penyakit paru cenderung akan

mengurangi ventilasi perfusi sehingga alveolus akan terlalu sedikit mengalami

pertukaran udara. Akibatnya akan menurunkan kadar oksigen dalam darah.

Banyak ahli berkeyakinan bahwa penyakit emfisema kronik, pneumonia,

asma bronkiale, tuberkulosis (TBC/flek paru) dan sianosis akan memperberat

kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja yang terpapar oleh debu organik

dan anorganik (Price,1995).

9. Paparan Kadar Debu Total

Debu yang dihasilkan dari aktivitas percetakan digolongkan sebagai

penyebab langsung dari terjadinya penurunan kapasitas vital paru. Partikel

debu sebagai paparan utama dalam aktivitas percetakan tersebut untuk dapat

menyebabkan terjadinya penurunan kapasitas vital paru dipengaruhi oleh tiga

hal, yaitu:

a. Kadar debu dalam udara

b. Dosis paparan kumulatif (penjumlahan kadar dalam udara dan lamanya

paparan)

c. Waktu tinggal atau lamanya partikel berada dalam paru

Page 72: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

53

Berdasarkan Kepmenkes RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002, tanggal

19 November 2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja di

perkantoran yaitu meliputi semua ruangan, halaman, dan area sekelilingnya

yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja untuk

perkantoran. Kandungan debu maksimal di dalam udara ruangan dalam

pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebesar 0,15 mg/m3 untuk debu total

dengan suhu 18-28oC. (Depkes RI, 2002).

Berdasarkan hasil dari penelitian Khumaidah (2009) menyebutkan

ada hubungan paparan kadar debu yang diterima oleh pekerja mebel dengan

kapasitas vital paru.

10. Luas Ventilasi Udara dalam Ruangan

Ventilasi industri atau pertukaran udara di dalam industri merupakan

suatu metode yang digunakan untuk memelihara dan menciptakan udara suatu

ruangan yang sesuai dengan kebutuhan proses produksi atau kenyamanan

pekerja. Disamping itu juga digunakan untuk menurunkan kadar suatu

kontaminan di udara tempat kerja sampai batas yang tidak membahayakan

bagi kesehatan dan keselamatan pekerja (Van Wicklen, 2006).

Ventilasi ruang percetakan haruslah didesain secara cukup. Akibat dari

ventilasi yang tidak adekuat akan menyebabkan konsentrasi debu meningkat.

Udara segar harus diatur agar dapat menggantikan udara dalam ruangan yang

Page 73: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

54

telah terkontaminasi oleh debu. Untuk memastikan pergantian udara segar

tersebut diperlukan air exhaust dalam ruang percetakan.

Udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban

udara dalam ruangan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan

lingkungan kerja perkantoran dan industri, ventilasi yang baik harus

memenuhi persyaratan:

1. Untuk ruangan kerja yang tidak ber AC harus memiliki lubang ventilasi

minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan sistem ventilasi silang.

2. Ruang yang menggunakan AC secara periodik harus dimatikan dan

diupayakan mendapat pergantian udara secara alamiah dengan cara

membuka seluruh pintu dan jendela atau dengan kipas angin.

3. Membersihkan saringan/filter udara AC secara periodik sesuai ketentuan

pabrik.

H. Pengendalian Untuk Meminimalisir Penurunan Fungsi Paru

Pada sektor perindustrian, penyakit-penyakit akibat kerja dapat dicegah

bila ada saling pengertian, kemauan dan kerja sama yang baik antara pimpinan

atau pemilik perusahaan dan pekerjanya. Kegiatan atau cara pencegahan PAK

antara lain terdiri dari (Tresnaningsih, 1990) :

1. Pengendalian melalui peraturan atau perundang-undangan.

2. Pengendalian melalui administrasi atau organisasi.

Page 74: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

55

3. Pengendalian secara teknis.

4. Pengendalian melalui jalur kesehatan.

Menurut Charles (1993), pengendalian atau pencegahan yang akan

dilakukan antara lain :

1. Upaya-upaya untuk menghilangkan atau mengurangi potensi bahaya yang ada

di tempat kerja.

2. Penerapan cara kerja yang sehat dan selamat.

3. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja secara teratur/berkala terutama kondisi

paru tenaga kerja.

4. Penyediaan dan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang baik dan sesuai

dengan cara-cara kerja yang baik dan benar.

APD dalam hal ini adalah masker yang dirancang untuk memberikan

perlindungan maksimal terhadap bahaya yang ada di lokasi produksi dan

sekitarnya dan merupakan upaya terakhir dalam usaha perlindungan pekerja.

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan

tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat diperlukan. Namun kadang-

kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga

digunakan APD. Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan (Siregar, 2004) :

1. Enak dipakai dan tidak mengganggu dalam proses kerja.

2. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.

Page 75: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

56

I. Kerangka Teori

Teori yang mendukung dari rancangan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

J.

Sumber: Price,1995; Tambayong, 2001; Irwan Budiono, 2007; Khumaidah, 2009; Mila, 2006;

Bustan, 2000; Guyton, 1994; Giam, 1996; Depkes Ri, 2002;

Faktor Pekerja:

1. Umur

2. Masa kerja

3. Kebiasaan merokok

4. Kebiasaan olahraga

5. Status gizi

6. Riwayat penyakit

7. Jenis kelamin

8. Penggunaan APD

9.

Kapasitas vital paru

Faktor Lingkungan:

1. Kadar debu total

2. Luas ventilasi ruangan

Page 76: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

57

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kapasitas vital paru (KVP) pada pekerja di industri percetakan Mega

Mall Ciputat tahun 2013. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri

dari variabel dependen dan independen yang mengacu pada kerangka teori yang

telah disebutkan sebelumnya. Variabel independennya yaitu faktor pekerja

(Umur, masa kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan olah raga, status gizi (IMT),

riwayat penyakit, jenis kelamin) dan faktor lingkungan (kadar debu total dan luas

ventilasi ruangan). Sedangkan variabel dependennya adalah kapasitas vital paru.

Sedangkan variabel yang tidak diteliti adalah alat pelindung diri (APD) karena

homogen/populasi tidak menggunakan APD.

Page 77: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

58

Kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Kapasitas vital paru

Faktor Pekerja:

1. Umur

2. Masa kerja

3. Kebiasaan merokok

4. Kebiasaan olahraga

5. Status gizi

6. Riwayat penyakit

7. Jenis kelamin

Faktor Lingkungan:

1. Kadar debu total

2. Ventilasi ruangan

Page 78: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

59

B. Defenisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Kriteria Skala

1.

Kapasitas vital

paru

Jumlah udara maksimum pada

seseorang yang berpindah pada

satu tarikan napas yang dilihat

dari nilai % FVC Prediksi dan

% FEV1/FVC (Irwan Budiono,

2007)

Spirometer Membaca hasil pada

Spirogram

0. Ada Gangguan

(Restriksi, Campuran

dan Obstruktif)

1. Tidak Ada Gangguan

(Normal)

Ordinal

Untuk kepentingan analisis, maka variabel gangguan fungsi paru di kelompokkan menjadi :

- Normal, bila nilai % FVC ≥ 80 dan % FEV1/FVC ≥ 75

- Ada gangguan (R, C, O), bila nilai % FVC ≤ 79 dan % FEV1/FVC ≤ 74

(McKay, 1994)

2. Kadar debu total Hasil pengukuran kadar debu

total menggunakan metode

grafimetri selama 1 jam pada 3

titik lokasi di percetakan

sebanyak 1 kali pengukuran

(Khumaidah, 2009)

Haz Dust

Model EPAM

5000

Melihat hasil dari

pengukurat alat Haz

Dust Model EPAM

5000 dengan metode

grafimetri

0. Tidak memenuhi syarat

bila diatas NAB (kadar

debu > 0,15 mg/m3 )

1. Memenuhi syarat bila

dibawah NAB (kadar

debu ≤ 0,15 mg/m3 )

(Depkes RI, 2002)

Ordinal

3 Ventilasi

ruangan

Jendela dan lubang angin yang

berfungsi untuk menciptakan

udara ruangan yang sesuai

dengan kebutuhan proses

produksi atau kenyamanan kerja

(Van Wicklen, 2006)

Meteran

Observasi dan

pengukuran luas

ventilasi ruangan

percetakan

0. Tidak memenuhi syarat

(apabila < 15% dari

luas lantai)

1. Memenuhi syarat

(apabila ≥ 15% dari

luas lantai) (Depkes RI, 2002)

Ordinal

Page 79: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

60

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Kriteria Skala

4. Umur Lama Waktu hidup pekerja

(dalam tahun)dari sejak lahir

sampai penelitian berlangsung

(Pusparini, 2003)

Kuesioner +

KTP

Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

Tahun Rasio

5. Masa kerja Lama pekerja percetakan

bekerja (tahun) sejak mulai

bekerja sampai penelitian

ini berlangsung.

(Mila, 2006)

Kuesioner Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

0. Lama ≥ 5 tahun

1. Baru < 5 tahun

(Fahmi ,1990 dalam

Solech, 2001)

Ordinal

6. Kebiasaan

Merokok

Kegiatan yang dilakukan

berulang-ulang dalam

menghisap rokok mulai dari

satu batang ataupun lebih dalam

satu hari (PDPI, 2001)

Kuesioner Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

0. Merokok

1. Tidak merokok

Ordinal

7. Kebiasaan

Olahraga

Latihan fisik teratur yang dapat

meningkatkan kemampuan

kapasitas pernafasan pekerja

(Yulaekah, 2007)

Kuesioner Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

0. Tidak melakukan

olahraga (Tidak)

1. Melakukan olahraga

(Ya)

Ordinal

Jenis olahraga Jenis olah raga yang biasa

dilakukan responden

( Giam, 1996)

Kuesioner Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

0. Aerobik

1. Anaerobik

Ordinal

Frekuensi

olahraga

Banyaknya kegiatan olah raga

yang dilakukan responden

dalam satu minggu ( Budiono,

2007).

Kuesioner Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

0. < 3 atau > 5 kali

seminggu

1. 3 – 5 kali seminggu

(Ambarkati, 2012)

Ordinal

Page 80: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

61

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Kriteria Skala

Durasi olahraga Lamanya olah raga (dalam

menit) yang dilakukan setiap

kali olahraga ( Budiono, 2007).

Kuesioner Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

0. < 20 menit atau > 60

menit

1. 20 – 60 menit

(Sugenghartono, 2012)

Ordinal

8. Status Gizi

(IMT)

Keadaan tubuh sebagai akibat

konsumsi makanan dan zat-zat

gizi dengan memperhitungkan

indeks massa tubuh (IMT)

( Depkes RI, 2002)

Timbangan

injak

Microtoise

Melihat jarum ukur

pada timbangan

Melihat jarum ukur

pada microtoise

0. Beresiko (gemuk dan

kurus)

1. Tidak beresiko

(normal)

Ordinal

9. Riwayat

Penyakit

Kondisi riwayat penyakit

pernafasan responden yg dapat

mengganggu/mempengaruhi

hasil pemeriksaan fungsi paru,

seperti Bronchitis, radang paru,

flu alergi, TBC, Ashma.

(Irwan Budiono, 2007)

Pemeriksaan

dokter

Dengan dilakukan

pemeriksaan oleh

dokter

0. Pernah

1. Tidak Pernah

Ordinal

10 Jenis Kelamin Perbedaan yang nampak antara

laki-laki dan perempuan

(Web’ster New World

Dictionary dlm Mausuly, 2010)

Kuisioner Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

0. Laki-laki

1. Perempuan

Ordinal

Page 81: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

62

C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara umur dengan kapasitas vital paru pekerja percetakan.

2. Ada hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru pekerja

percetakan.

3. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru

pekerja percetakan.

4. Ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital paru

pekerja percetakan.

5. Ada hubungan antara status gizi dengan gangguan kapasitas vital pekerja

percetakan.

6. Ada hubungan antara riwayat penyakit dengan kapasitas vital paru pekerja

percetakan.

7. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kapasitas vital paru pekerja

percetakan.

8. Ada hubungan antara kadar debu total dengan kapasitas vital paru pekerja

percetakan.

9. Ada hubungan antara luas ventilasi ruangan dengan kapasitas vital paru

pekerja percetakan.

Page 82: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

63

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross

sectional (potong lintang) karena pada penelitian ini variabel independen dan

dependen akan diamati pada waktu (periode) yang sama.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2013 di bagian

produksi percetakan Mega Mall Ciputat, Tangerang Selatan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja di industri percetakan

kawasan Mega Mall Ciputat, Tangerang Selatan.

Page 83: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

64

Sedangkan sampel yang diambil adalah pekerja percetakan yang mewakili

populasi. Pengambilan sampel dilakukan secara uji beda dua proporsi dengan

rumus sebagai berikut(Ariawan, 1998):

Keterangan :

n : Besar sampel

P : Rata-rata proporsi pada populasi (P1 + P2/2)

P1 : Proporsi Orang yang mengalami gangguan fungsi paru pada yang

merokok (Budiono, 2007)

P2 : Proporsi Orang yang mengalami gangguan fungsi paru pada yang tidak

merokok (Budiono, 2007)

Z 1-α : Derajat kemaknaan α pada uji 1sisi α = 5% = 1,96

Z

1-β : Kekuatan uji 80 % = 0,84

n =

{z1-α 2P (1- P ) + z1-ß P1 (1- P1)+ P2(1- P2) }2

(P1- P2)2

Page 84: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

65

Variabel Kebiasaan Merokok:

=

39,12

5 =

40

(oran

g)

Berdasarkan perhitungan uji statistik di atas, diperoleh jumlah sampel

terbanyak 40 responden. Untuk mendapatkan sampel sesungguhnya maka harus

dihitung dengan proporsi kejadian (gangguan fungsi paru) pada pekerja.

Berdasarkan penelitian S.Yulaekah , 2007, proporsi pekerja yang mengalami

gangguan fungsi paru yaitu 61,67%.

Variabel Debu Riwayat

penyakit

Status

gizi

Kebiasaan

olahraga

Kebiasaan

merokok

Masa

kerja APD

P1 0,654 0,625 0,6 0,506 0,649 0,923 0,805

P2 0,211 0,286 0,257 0,182 0,34 0,39 0,184

P 0,455 0,428 0,344 0,4945 0,656 0,494 0,432

Sampel 18 33 32 33 40 11 9

Proporsi

S.Yulaekah,

2007

(proporsi

gangguan

fungsi paru

61,67%)

29 53 52 53 65 18 15

n =

{1,96 2 x 0,49 (1- 0,49) + 0,84 0,65(1- 0,65) + 0,34 (1- 0,34)}2

(0,65 - 0,34)2

Page 85: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

66

Sehingga total sampel yang digunakan dalam penelitan ini yaitu:

40 = 61,67/100 × total sampel

40 = 0,6167 × total sampel

Total sampel = 40/0,6167

= 64,86 = 65

Untuk menghindari terjadinya missing jawaban dari responden maka perlu

ditambahkan jumlah sampel tersebut, sehingga jumlah sampel keseluruhan

sebesar 70 responden.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Spyrometer untuk mengukur kapasitas vital paru (KVP) responden guna

mengetahui ada atau tidaknya gangguan fungsi paru, Haz Dust Model EPAM

5000 guna mengetahui kadar debu total pada lingkungan kerja, pemeriksaan

kesehatan responden oleh dokter, timbangan injak untuk mengukur berat badan,

microtoise untuk mengukur tinggi badan dan kuesioner untuk mendapatkan data

pribadi pekerja percetakan berupa nama, umur dan jenis kelamin.

Page 86: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

67

E. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer, yang diambil oleh peneliti

sendiri dan dibantu oleh rekan-rekan dari jurusan kesehatan masyarakat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta .

Data primer diperoleh langsung dari responden, melalui:

1. Uji Fungsi Paru

Metode ini dilakukan dengan cara pengukuran paru pekerja percetakan

menggunakan alat spirometer Autospiro Minato AS 505 secara langsung

terhadap responden.

Adapun cara pengukuran fungsi paru pekerja percetakan, sebagai

berikut :

a. Siapkan alat spirometer, dan kalibrasi harus dilakukan sebelum

pemeriksaan.

b. Pasien harus dalam keadaan sehat, tidak ada flu atau infeksi saluran nafas

bagian atas, dan hati-hati pada penderita asma karena dapat memicu

serangan asma.

c. Masukkan data yang diperlukan, yaitu umur, tinggi badan, berat badan

untuk mengetahui nilai prediksi.

Page 87: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

68

d. Beri petunjuk dan demonstrasikan manuver pada tenaga kerja, yaitu

pernafasan melalui mulut, tanpa ada udara lewat hidung dan celah bibir

yang mengatup mouth tube.

e. Pekerja dalam posisi duduk atau berdiri, lakukan pernafasan biasa, tiga

kali berturut-turut, kemudian langsung menghisap sekuat dan sebanyak

mungkin udara ke dalam paru-paru, dan kemudian dengan cepat dan

sekuat-kuatnya dihembuskan udara melalui mouth tube.

f. Manuver dilakukan tiga kali untuk mengetahui FVC dan FEV1.

g. Hasilnya dapat dilihat pada print out.

2. Umur

Umur pekerja dapat diperoleh melalui wawancara kepada pekerja

dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner.

3. Masa Kerja

Data mengenai masa kerja diperoleh melalui wawancara kepada

pekerja dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner.

4. Kebiasaan Merokok

Data mengenai kebiasaan merokok diperoleh melalui wawancara

kepada pekerja dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner. Selanjutnya

dikategorikan berdasarkan Indeks Birkman (IB), yaitu hasil perkalian antara

Page 88: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

69

antara jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap setiap hari kemudian

dikalikan dengan lama merokok dalam tahun. Nilai yang dihasilkan dari

perhitungan tersebut akan dimasukkan kedalam tiga kategori yaitu:

a. Ringan : 0-200

b. Sedang : 200-600

c. Berat : > 600

Hasil yang telah dikategorikan berdasarkan Indeks Birkman kemudian

selanjutnya dikategoikan menjadi merokok ( ringan,sedang dan berat) dan

tidak merokok.

5. Kebiasaan Olahraga

Data mengenai kebiasaan berolahraga diperoleh melalui wawancara

kepada pekerja. Dari variabel tersebut diperoleh tiga jenis variabel tambahan,

yaitu jenis, frekuensi dan durasi olahraga yang masing-masing menggunakan

instrumen berupa kuisioner.

6. Status Gizi

Data mengenai status gizi dapat diperoleh melalui pengukuran Indeks

Massa Tubuh (IMT), yang selanjutnya dikategorikan sebagai berikut:

1. Beresiko (kurus dan gemuk)

2. Tidak beresiko (normal)

3.

Page 89: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

70

Langkah pengukurannya adalah sebagai berikut:

1. Mengukur berat badan dengan timbangan berat badan.

2. Mengukur tinggi badan dengan microtoise.

3. Setelah didapatkannya data berat dan tinggi badan responden, maka

data tersebut dimasukkan ke dalam rumus IMT untuk diketahuinya

status gizi responden.

7. Riwayat Penyakit

Data mengenai riwayat penyakit diperoleh melalui pemeriksaan

kesehatan kepada pekerja. Dari berbagai macam penyakit khususnya yang

menyerang pernapasan seperti asma (sesak nafas), bronkitis kronik (batuk

berdahak), pneumonia (paru-paru basah), dan tuberculosis (TBC/flek paru).

8. Jenis Kelamin

Dapat ditentukan dengan membedakan responden laki-laki dan

perempuan.

9. Kadar Debu Total

Melakukan pengukuran kadar debu total di lingkungan tempat kerja

dengan menggunakan alat Haz Dust Model EPAM 5000.

Adapun cara pengukuran kadar debu total di lingkungan tempat kerja,

sebagai berikut :

Page 90: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

71

1. Siapakan alat Haz Dust Model EPAM 5000.

2. Memilih besar partikel pada lingkungan kerja yang diteliti ( PM

10.0 μm ).

3. Lakukan kalibrasi pada alat Haz Dust Model EPAM 5000.

4. Melakukan sampling

5. Mengecek kembali data yang telah dimasukkan.

10. Luas Ventilasi Ruangan

Data mengenai luas ventilasi ruangan diperoleh melalui melakukan

observasi dan pengukuran luas ventilasi ruangan percetakan. Dengan

standardisasi Kepmenkes RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang

persyaratan kesehatan lingkungan kerja di perkantoran dan industri.

F. Pengolahan Data

Seluruh data yang terkumpul akan diolah melalui tahap-tahap sebagai

berikut:

1. Mengkode data (data coding)

Proses pengklasifikasian data dan pemberian kode jawaban

responden, dilakukan pada pembuatan kuesioner untuk mempermudah

pengolahan data selanjutnya. Dimana coding dilakukan pada kuesioner,

jika nilai hasil pengukuran kapasitas vital paru ada gangguan (restriksi,

Page 91: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

72

campuran dan obstruksi) pengkodean = 0, jika tidak ada gangguan

(normal) = 1. Semua variabel independen pun dikodekan. Yaitu :

a) Kadar debu total; Tidak memenuhi syarat bila diatas NAB (kadar

debu > 0,15 mg/m3= 0, Memenuhi syarat bila dibawah NAB (kadar

debu ≤ 0,15 mg/m3) = 1.

b) Luas ventilasi ruangan; Tidak memenuhi syarat (apabila < 10% luas

lantai) = 0, Memenuhi syarat (apabila ≥ 10% luas lantai) = 1.

c) Masa kerja; Lama ( ≥ 5 tahun) = 0, baru (<5 tahun) = 1.

d) Kebiasaan Merokok ; 0 = Merokok, 1 = tidak merokok.

e) Kebiasaan Olahraga ; 0 = Tidak melakukan olahraga (Tidak), 1 =

Melakukan olahraga (Ya).

Jenis Olahraga ; 0 = Minimal, 1 = Baik, 2 = Sangat baik.

Frekuensi Olahraga ; 0 = < 3 atau > 5 kali seminggu, 1 = 3 – 5 kali

seminggu.

Durasi Olahraga ; 0 = < 20 menit atau > 60 menit, 1 = 20 – 60 menit.

f) Status Gizi ; 0 = Beresiko (gemuk dan kurus), 1 = Tidak beresiko

(normal).

g) Riwayat penyakit; Pernah = 0, tidak pernah = 1

h) Jenis kelamin; Laki-laki = 0, perempuan = 1

Page 92: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

73

2. Menyunting data (data editing)

Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data

seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian

setiap jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk

penelitian ini.

3. Memasukkan data (data entry)

Memasukkan data dari hasil kuesioner yang sudah di berikan kode

pada masing-masing variabel, kemudian dilakukan analisis data dengan

memasukan data-data tersebut dengan program SPSS untuk dilakukan

analisis univariat (untuk mengetahui gambaran secara umum), dan bivariat

(mengetahui variabel yang berhubungan).

4. Membersihkan data (data cleaning)

Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk

memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian

data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.

Page 93: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

74

G. Teknik Analisis Data

1. Analisa Univariat

Yaitu analisa yang digunakan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan persentase dari tiap variabel.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas

(independen) dan variabel terikat (dependen) dengan uji statistik yang sesuai

dengan skala data yang ada. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square

atau kai kuadrat. Syarat uji Chi Square adalah tidak ada sel yang nilai

observed-nya bernilai 0, dan sel yang mempunyai expected kurang dari 5

maksimal 20% dari jumlah sel, dan menggunakan tabel 2x2 (Dahlan, 2001).

Uji Chi Square untuk menghubungkan variabel kategorik dan

kategorik. Variabel yang termasuk pada uji Chi Square yaitu faktor, kadar

debu total, luas ventialsi ruangan, riwayat penyakit, kebiasaan olahraga,

kebiasaan merokok, masa kerja, status gizi (IMT), jenis kelamin yang akan

dihubungkan dengan variabel kapasitas vital paru. Sedangkan untuk variabel

umur dilakukan uji normalitas terlebih dahulu karena data yang didapatkan

berupa data numerik. Bila hasil tes uji normalitas data berdistribusi normal,

maka akan dilanjutkan dengan uji t-independent untuk menghubungkan antara

variabel numerik dan kategorik, namun jika data tidak berdistribusi normal

akan dilanjutkan dengan uji mann withney.

Page 94: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

75

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat

1. Gambaran Kapasitas Vital Paru Pekerja Percetakan di Mega Mall

Ciputat

Hasil penelitian mengenai gambaran Kapasitas Vital Paru (KVP) pada

pekerja percetakan di kawasan Mega Mall Ciputat tahun 2013 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Kapasitas Vital Paru Pekerja Percetakan

di Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013

No. KVP Jumlah Percentase (%)

1 Ada gangguan 50 71.4

2 Tidak ada gangguan 20 28.6

Jumlah 70 100.0

Berdasarkan tabel 5.1 dari 70 responden yang diambil, diketahui

gambaran bahwa pekerja percetakan yang mengalami gangguan pada

Kapasitas Vital Paru (KVP) memiliki jumlah paling besar, yaitu sebesar

71,4%.

Page 95: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

76

2. Gambaran Karakteristik Lingkungan Kerja Percetakan di Mega Mall

Ciputat

Karakteristik lingkungan kerja percetakan dalam penelitian ini

meliputi kadar debu total dan ventilasi ruangan. Distribusi lingkungan kerja

percetakan di kawasan Mega Mall Ciputat menurut karakteristik dapat terlihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Lingkungan Kerja Percetakan

Berdasarkan Karakteristiknya, Ciputat Tahun 2013

No. Variabel Kriteria Jumlah Percentase (%)

1 Kadar debu total

Lebih dari NAB > 0,15 mg/m3 40 57.1

Sesuai NAB ≤ 0,15 mg/m3 30 42.9

2 Ventilasi ruangan

Tidak sesuai standar < 15% luas lantai 55 78,6

Sesuai standar ≥ 15% luas lantai 15 21,4

a. Gambaran Kadar Debu Total pada Lingkungan Kerja Percetakan di

Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas, diketahui gambaran dengan kadar debu

total di lingkungan kerja yang melebihi NAB memiliki jumlah paling

besar, yaitu 57,1 %.

Page 96: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

77

b. Gambaran Ventilasi Ruangan pada Lingkungan Kerja Percetakan di

Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa gambaran ventilasi

ruang kerja yang tidak memenuhi syarat memiliki jumlah paling besar,

yaitu 78,6 %.

3. Gambaran Karakteristik Pekerja Percetakan di Mega Mall Ciputat

Karakteristik pekerja dalam penelitian ini meliputi status gizi (IMT),

masa kerja, riwayat penyakit, jenis kelamin, kebiasaan merokok, kebiasaan

olahraga dan umur . Distribusi pekerja percetakan di kawasan Mega Mall

Ciputat menurut karakteristik dapat terlihat pada tabel di bawah ini.

Page 97: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

78

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Pekerja Percetakan

Berdasarkan Karakteristiknya, Ciputat Tahun 2013

No. Variabel Jumlah Percentase (%)

1 Status Gizi (IMT)

Beresiko 27 38.6

Tidak beresiko 43 61.4

2 Riwayat Penyakit

Pernah 11 15.7

Tidak pernah 59 84.3

3 Jenis Kelamin

Laki-laki 63 90.0

Perempuan 7 10.0

4 Masa Kerja

Lama 35 50.0

Baru 35 50.0

5 Kebiasaan Merokok

Merokok 35 50.0

Tidak Merokok 35 50.0

6 Kebiasaan Olahraga

Tidak melakukan olahrga 54 77.1

Melakukan olahraga 16 22.9

a. Gambaran Status Gizi Pekerja Percetakan di kawasan Mega Mall

Ciputat Tahun 2013

Data status gizi diperoleh dengan cara menghitung indeks masa

tubuh. Hasil dari data tersebut di kategorikan menjadi 2, yaitu beresiko

(kurus dan gemuk) dan tidak beresiko (normal). Dari tabel di atas,

Page 98: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

79

diketahui gambaran responden yang tidak beresiko memiliki jumlah

paling besar, yaitu 61,4 %.

b. Gambaran Riwayat Penyakit Pekerja Percetakan di kawasan Mega

Mall Ciputat Tahun 2013

Data riwayat penyakit diperoleh dengan cara pemeriksaan dokter.

Dari tabel diatas, diketahui gambaran responden yang tidak pernah

memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan penyakit paru

memiliki jumlah paling besar, yaitu 84,3 %.

c. Gambaran Jenis Kelamin Pekerja Percetakan di Mega Mall Ciputat

Tahun 2013

Data jenis kelamin diperoleh dengan menyebarkan kuisioner. Dari

tabel diatas dari 70 responden yang diambil, diketahui gambaran

responden jenis kelamin laki-laki memiliki jumlah paling banyak, yaitu 90

%.

d. Gambaran Masa Kerja pada Pekerja Percetakan di Mega Mall

Ciputat Tahun 2013

Data masa kerja diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner

pada sampel. Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja

berdasarkan masa kerja. Berdasarkan tabel diatas dari 70 responden yang

Page 99: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

80

diambil, diketahui gambaran bahwa pekerja lama memiliki jumlah yang

sama dengan pekerja baru yaitu 50 %.

e. Gambaran Kebiasaan Merokok Pekerja Percetakan di Mega Mall

Ciputat Tahun 2013

Data kebiasaan merokok diperoleh dengan menyebarkan kuisioner

kepada responden. Kebiasaan merokok responden didapatkan dengan

perhitungan Indeks Birkman dengan kategori ringan,sedang dan berat.

Setelah mendapatkan hasil kategorinya, data kebiasaan merokok

responden di kategorikan menjadi 2, yaitu merokok (ringan, sedang dan

berat) dan tidak merokok. Berdasarkan tabel di atas, diketahui gambaran

bahwa responden yang merokok jumlahnya sama dengan responden yang

tidak merokok yaitu 50 %.

f. Gambaran Kebiasaan Olahraga Pekerja Percetakan di Mega Mall

Ciputat Tahun 2013

Data kebiasaan olahraga diperoleh dengan menyebarkan kuisioner

kepada responden. Data mengenai kebiasaan olahraga di dalamnya

terdapat gambaran tentang jenis olahraga, frekuensi olahraga dan durasi

olahraga. Berdasarkan tabel di atas, diketahui gambaran bahwa responden

yang tidak melakukan olahraga memiliki jumlah paling besar yaitu 77,1

%.

Page 100: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

81

Selain itu data yang diperoleh mengenai responden yang

melakukan olahraga, juga dapat menggambarkan jenis olahraga, frekuensi

olahraga dan durasi olahraga. Hal ini dapat di lihat pada tabel berikut.

Tabel 5.4

Distribusi Kebiasaan Olahraga Pekerja Percetakan

Berdasarkan Jenis, Frekensi dan Durasi, Ciputat Tahun 2013

No. Kebiasaan Olahraga Jumlah Percentase (%)

1 Jenis Olahraga

Aerobik 11 68,8

Anaerobik 5 31,2

2 Frekuensi Olahraga

< 3 atau > 5 kali seminggu 14 87,5

3 – 5 kali seminggu 2 12,5

3 Durasi Olahraga

< 20 menit atau > 60 menit 5 31,2

20 – 60 menit 11 68,8

1. Jenis Olahraga

Berdasarkan tabel 5.4 di atas, diketahui gambaran bahwa jenis

olahraga aerobik memiliki jumlah paling besar, yaitu 68,8 %.

2. Frekuensi Olahraga

Berdasarkan tabel 5.4 di atas, diketahui gambaran bahwa

frekuensi olahraga < 3 atau > 5 kali seminggu memiliki jumlah paling

besar, yaitu 87,5 %.

Page 101: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

82

3. Durasi Olahraga

Berdasarkan tabel 5.4 di atas, diketahui gambaran bahwa

durasi olahraga 20 – 60 menit memiliki jumlah paling besar, yaitu 86,8

%

Tabel 5.5

Distribusi Umur Pekerja Pekerja Percetakan

Berdasarkan Karakteristiknya, Ciputat Tahun 2013

Variabel Mean SD Min-Max

Umur 26.53 8.787 16 – 63

Data umur pekerja diperoleh dengan menyebarkan kuisioner. Dari

tabel di atas 70 responden yang diambil, diketahui gambaran distribusi

rata-rata umur responden di tempat kerja adalah 26 tahun dengan standar

deviasi 8,787. Umur di tempat kerja termuda adalah 16 tahun dan tertua

adalah 63 tahun.

Page 102: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

83

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan Antara Karakteristik Lingkungan Kerja dengan KVP

Pekerja Percetakan di Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013

Tabel 5.6

Hubungan antara Karakteristik Lingkungan Kerja dengan KVP Pekerja

Percetakan di Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013

No. Variabel

KVP

Total Pvalue OR (95% CI)

Ada

gangguan

Tidak ada

gangguan

N % N % N %

1. Kadar Debu Total

0,036 3,605 (1,213 –

10,715) Lebih dari NAB 33 82,5 7 17,5 40 100

Sesuai NAB 17 56,7 13 43,3 30 100

2. Ventilasi Ruangan

0,025 4,095 (1,234 –

13,588) Tidak memenuhi syarat 43 78,2 12 21,8 55 100

Memenuhi syarat 7 46,7 8 53,3 15 100

a. Hubungan antara Kadar Debu Total dengan KVP Pekerja

Percetakan di Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kadar debu total

di lingkungan kerja yang melebihi NAB sebagian besar mengalami

gangguan KPV yaitu sebesar 82,5 %. Sehingga berdasarkan hasil uji

statistik didapatkan nilai Pvalue = 0,036. Berarti terlihat ada hubungan

yang bermakna antara kadar debu total dengan KPV.

Page 103: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

84

b. Hubungan antara Ventilasi Ruangan dengan KVP Pekerja

Percetakan di Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ventilasi ruangan

di lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat sebagian besar

mengalami gangguan KPV yaitu sebesar 78,2 %. Sehingga berdasarkan

hasil uji statistik didapatkan nilai Pvalue = 0,025. Berarti terlihat ada

hubungan yang bermakna antara ventilasi ruangan dengan KPV.

Page 104: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

85

2. Hubungan antara Karakteristik Pekerja dengan KVP Pekerja

Percetakan di Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013

Tabel 5.7

Hubungan antara Karakteristik Pekerja dengan KVP Pekerja

Percetakan di Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013

No. Variabel

KVP

Total Pvalue OR (95% CI) Ada gangguan

Tidak ada

gangguan

N % N % N %

1. Status Gizi

1,000 0,919 (0,318 -

2,657) Beresiko 19 70,4 8 29,6 27 100

Tidak beresiko 31 72,1 20 27,9 43 100

2. Riwayat Penyakit

0,027 - Pernah 11 100 0 0 11 100

Tidak pernah 39 66,1 20 33,9 59 100

3. Masa Kerja

0,000

40,375 (4,960

- 328,667) Lama 34 97,1 1 2,9 35 100

Baru 16 45,7 19 54,3 35 100

4. Kebiasaan Merokok

0,000 17,471 (3.621

- 84.286) Merokok 33 94,3 2 5,7 35 100

Tidak merokok 17 48,6 18 51,4 35 100

5. Kebiasaan Olahraga

0,000 11,000 (3,069

– 39,429) Tidak olahraga 45 83,3 9 16,7 54 100

olahraga 5 31,2 11 68,8 16 100

6. Jenis Kelamin

1,000 1,000 (0,178 –

5,632) Laki-laki 45 71,4 18 28,6 63 100

Perempuan 5 71,4 2 28,6 7 100

a. Hubungan antara Status Gizi Pekerja dengan KVP Pekerja

Percetakan di Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pekerja yang

memiliki status gizi tidak beresiko sebagian besar mengalami gangguan

KPV yaitu sebesar 72,1 %. Sehingga berdasarkan hasil uji statistik

Page 105: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

86

didapatkan nilai Pvalue = 1,000. Berarti tidak terlihat hubungan yang

bermakna antara status gizi dengan KPV.

b. Hubungan antara Riwayat Penyakit Pekerja dengan KVP Pekerja

Percetakan di Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pekerja yang

pernah memiliki riwayat penyakit paru mengalami gangguan KPV yaitu

sebesar 100 %. Sehingga berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai

Pvalue = 0,027. Berarti terlihat ada hubungan yang bermakna antara

riwayat penyakit dengan KPV.

c. Hubungan antara Masa Kerja dengan KVP Pekerja Percetakan di

Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pekerja yang

memiliki masa kerja lama sebagian besar mengalami gangguan KPV yaitu

sebesar 97,1 %. Sehingga berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai

Pvalue = 0,000. Berarti terlihat ada hubungan yang bermakna antara masa

kerja dengan KPV.

d. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Pekerja dengan KVP Pekerja

Percetakan di Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013

Page 106: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

87

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pekerja yang

memiliki kebiasaan merokok sebagian besar mengalami gangguan KPV

yaitu sebesar 94,3 %. Sehingga berdasarkan hasil uji statistik didapatkan

nilai Pvalue = 0,000. Berarti terlihat ada hubungan yang bermakna antara

kebiasaan merokok dengan KPV.

e. Hubungan Antara Kebiasaan Olahraga Pekerja dengan KVP Pekerja

Percetakan di Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pekerja yang tidak

melakukan olahraga mengalami gangguan KPV yaitu sebesar 83,3 %.

Sehingga berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai Pvalue = 0,000.

Berarti terlihat ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan olahraga

dengan KPV.

f. Hubungan antara Jenis Kelamin Pekerja dengan KVP Pekerja

Percetakan di Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pekerja yang

berjenis kelamin laki-laki atau perempuan yang mengalami gangguan

KPV sama besar, yaitu sebesar 71,4 %. Sehingga berdasarkan hasil uji

statistik didapatkan nilai Pvalue = 1,000. Berarti tidak terlihat hubungan

yang bermakna antara jenis kelamin dengan KPV.

Page 107: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

88

Tabel 5.8

Hubungan antara Umur Pekerja dengan KVP Pekerja Percetakan di

Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2013

Variabel KVP Pvalue

Umur Ada gangguan

0,948 Tidak ada gangguan

Berdasarkan tabel di atas hasil uji statistik mann whitney

didapatkan nilai Pvalue = 0,948. Berarti tidak terlihat hubungan yang

bermakna antara umur dengan KPV.

Page 108: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

88

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

a. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan menggunakan

desain penelitian cross sectional terkadang ditemukan bias berupa tidak dapat

menentukan hubungan sebab akibat.

b. Sebenarnya variabel paparan debu harus diteliti menggunakan Personal Dust

Sampler, untuk mengetahui paparan debu yang benar-benar diterima pekerja

percetakan yang mungkin dipengaruhi lingkungan kerja.

c. Saat menanyakan kebiasaan olahraga, peneliti berasumsi bahwa presepsi

pekerja dalam menjawab bisa menyebabkan bias pada jawaban yang

didapatkan.

d. Saat menanyakan kebiasaan merokok, hanya menanyakan jumlah rokok yang

dihisap per hari dan lama mengkonsumsi rokok dalam tahun, tetapi tidak

memperhatikan jenis rokok yang dihisap.

e. Dalam menentukan ventilasi ruangan, hanya mengukur ventilasi tanpa

memperhatikan kondisi pintu yang selalu terbuka sebagai salah satu media

untuk pertukaran udara dari dalam dan luar ruangan.

Page 109: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

89

B. Gambaran Kapasitas Vital Paru Pekerja

Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimum pada seseorang yang

berpindah pada satu tarikan napas. Kapasitas ini mencakup volume cadangan

inspirasi, volume tidal dan cadangan ekspirasi. Nilainya diukur dengan menyuruh

individu melakukan inspirasi maksimum, kemudian menghembuskan sebanyak

mungkin udara di dalam parunya ke alat pengukur (Corwin, 2001). Menurut

Tambayong (2001), kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimal yang

dapat dikeluarkan dari paru, setelah udara dipenuhi secara maksimal

Hasil dari tes kapasitas vital paru tidak dapat untuk mendiagnosis suatu

panyakit paru-paru tapi hanya memberikan gambaran gangguan fungsi paru yang

dapat dibedakan atas kelainan obstruktif (kelainan pada ekspirasi) dan kelainan

restriktif (kelainan pada inspirasi)(Price, 1995). Kapasitas vital paru yang baik

adalah yang memiliki (KVP) minimal 80% menurut American Thoracis Society

(Ikhsan, 2002).

Hasil penelitian mengenai gambaran KVP pekerja di industri percetakan

Mega Mall Ciputat tahun 2013 menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami

gangguan (restriksi, obstruksi dan campuran) lebih banyak daripada yang tidak

memiliki gangguan (normal), dengan persentase 71,4% dan 28,6%. Hasil dari

pemeriksaan dan pengukuran KVP pekerja tidak dapat mendiagnosis pekerja

mengalami penyakit paru atau tidak. Namun hal tersebut mengindikasikan agar

pekerja yag mengalami gangguan segera di beri penanganan secara cepat dan

Page 110: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

90

tepat. Sehingga dampak yang ditimbulkan terhadap fungsi paru-paru pekerja

tidak semakin parah.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rini (1998) di Mojokerto

menunjukan bahwa penurunan kapasitas vital paru pada pekerja pemecah batu,

dengan gangguan restriksi sebesar 67%, ia menyimpulkan bahwa penurunan

kapasitas vital paru terjadi karena penurunan elastisitas paru yang di sebabkan

oleh fibrosis akibat pajanan debu yang diduga mengandung silica. Sedangkan

berdasarkan hasil penelitian Adi (2007) pada pabrik pembuatan genteng,

diketahui 35 (85%) pekerja mengalami restriksi dari 41 orang pekerja.

Dalam penelitian ini, kapasitas vital paru pada pekerja percetakan

dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi

kapasitas vital paru pada pekerja di industri percetakan Mega Mall Ciputat tahun

2013 adalah kondisi lingkungan kerja (kadar debu total dan ventilasi ruangan) dan

kondisi pekerja (riwayat penyakit, masa kerja, kebiasaan merokok dan kebiasaan

olahraga), sedangkan faktor-faktor yang tidak terduga mempengaruhi kapasitas

vital paru pada pekerja adalah status gizi, jenis kelamin dan umur.

Berikut akan dibahas satu persatu mengenai variabel yang menjadi faktor

– faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru pekerja di industri

percetakan Mega Mall Ciputat tahun 2013.

Page 111: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

91

C. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru

1. Karakteristik Lingkungan Kerja

a. Hubungan antara Kadar Debu Total dengan Kapasitas Vital Paru

Debu dapat menyebabkan kerusakan paru dan fibrosis apabila

terinhalasi selama bekerja terus menerus. Bila alveoli mengeras, akibatnya

mengurangi elastisitas dalam menampung volume udara sehingga

kemampuan mengikat oksigen menurun (Depkes RI, 2003). Semakin lama

seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya

yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Suma’mur, 1988).

Debu di lingkungan kerja akan mencemari udara sehingga pekerja

percetakan dapat terpapar debu kertas dan tinta. Bahan pencemar tersebut

dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia khususnya kapasitas vital

paru (KVP).

Berbagai faktor dalam timbulnya gangguan pada saluran napas

akibat debu dapat disebabkan oleh debu yang meliputi ukuran partikel,

bentuk, konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi, serta lama paparan.

(Ahmadi, 1990). Penumpukan dan pergerakan debu pada saluran napas

dapat menyebabkan peradangan jalan napas. Peradangan ini dapat

mengakibatkan penyumbatan jalan napas, sehingga dapat menurunkan

kapasitas paru (Yulaekah, 2007).

Page 112: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

92

Kandungan debu maksimal di dalam udara ruangan dalam

pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebesar 0,15 mg/m3 untuk debu total

dengan suhu 18-28oC. (Depkes RI, 2002). Dari hasil penelitian pada

variabel kadar debu total, didapatkan hasil bahwa persentase lingkungan

percetakan yang kadar debu totalnya melebihi NAB lebih banyak daripada

lingkungan yang sesuai dengan NAB. Dari hasil analisis bivariat

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kadar debu total

dengan kapasitas vital paru pekerja percetakan di kawasan Mega Mall

Ciputat tahun 2013.

Hal ini sejalan dengan penelitian dari penelitian Khumaidah (2009)

yang meneliti gangguan fungsi paru pada pekerja mebel di kabupaten

Jepara yang menyatakan bahwa ada hubungan paparan kadar debu yang

diterima oleh pekerja mebel dengan kapasitas vital paru. Dalam hal ini

disebabkan adanya deposit debu dalam jaringan paru disebut

pnemokoniasis. Menurut definisi dari International Labor Organization

(ILO) pnemokoniosis adalah akumulasi debu dalam jaringan paru dan

reaksi jaringan paru terhadap adanya akumulasi debu tersebut.

Debu di lingkungan kerja yang dihasilkan dari aktivitas percetakan

digolongkan sebagai penyebab langsung dari terjadinya penurunan

kapasitas vital paru (KVP). Partikel debu sebagai paparan utama dalam

aktivitas percetakan menyebabkan terjadinya penurunan KVP yang

Page 113: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

93

dipengaruhi oleh kadar debu dalam udara dan lamanya partikel berada

dalam paru.

Hal tersebut dapat diminimalisir dengan menyediakan masker

yang sesuai dengan potensi bahaya di lingkungan kerja percetakan.

Pemilik percetakan disarankan untuk membuat aturan yang mewajibkan

pekerja menggunakan masker dengan benar saat bekerja. Pekerja

menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan lingkungan

kerja, sebagai upaya preventif kepada pekerja yang tidak mengalami

gangguan KPV. Sedangkan pekerja yang telah mengalami gangguan KPV

menjadi tidak semakin parah.

b. Hubungan antara Ventilasi Ruangan dengan Kapasitas Vital Paru

Ventilasi industri atau pertukaran udara di dalam industri

merupakan suatu metode yang digunakan untuk memelihara dan

menciptakan udara suatu ruangan yang sesuai dengan kebutuhan proses

produksi atau kenyamanan pekerja. Disamping itu juga digunakan untuk

menurunkan kadar suatu kontaminan di udara tempat kerja sampai batas

yang tidak membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan pekerja (Van

Wicklen, 2006).

Page 114: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

94

Udara segar harus diatur agar dapat menggantikan udara dalam

ruangan yang telah terkontaminasi oleh debu cat. Untuk memastikan

pergantian udara segar tersebut diperlukan air exhaust dalam ruang

percetakan.

Dari hasil penelitian pada variabel ventilasi ruangan, menunjukkan

bahwa lingkungan kerja yang ventilasinya tidak memenuhi syarat lebih

banyak daripada lingkungan kerja yang ventilasinya memenuhi syarat.

Dari hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara ventilasi ruangan dengan kapasitas vital paru pekerja

percetakan di kawasan Mega Mall Ciputat tahun 2013.

Pemilik percetakan sebaiknya memperhatikan ventilasi ruangan

kerja, dalam hal ini untuk membuat local exhaust ventilation guna

menjaga kualitas udara di dalam ruangan. Diperlukan ventilasi yang baik

dan harus memenuhi persyaratan sebagai wujud menciptakan kondisi

ruang kerja yang berudara bersih dan terbebas dari polutan lain.

Page 115: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

95

2. Karakteristik Pekerja

a. Hubungan antara Riwayat Penyakit dengan Kapasitas Vital Paru

Riwayat penyakit sangat penting diketahui dan dinilai untuk

mengetahui apakah suatu penyakit berhubungan erat dengan pekerjaan.

Guna mengetahui kondisi fisik pekerja, diperlukan anamnesis secara

umum dan khusus serta pemeriksaan jasmani secara umum dan khusus.

Berbagai macam penyakit khususnya yang menyerang pernapasan seperti

asma (sesak nafas), bronkitis kronik (batuk berdahak), pneumonia (paru-

paru basah) , dan fibrosis paru-paru mengakibatkan berkurangnya daya

kembang paru-paru serta terhambatnya jalur difusi gas (Danusantoso,

2000 dalam Aurorina, 2003).

Sudjono dalam penelitiannya tentang gangguan fungsi paru pada

pedagang di terminal bus pada tahun 2002 menemukan bahwa riwayat

penyakit paru memberikan risiko 2 kali lebih besar untuk terjadinya

gangguan fungsi paru. Penelitian lain oleh Nugraheni pada tahun 2004

terhadap pekerja penggilingan padi menemukan bahwa riwayat penyakit

paru memberikan risiko hampir 2 kali lebih besar untuk terjadinya

gangguan fungsi paru.

Seseorang yang pernah mengidap penyakit paru cenderung akan

mengurangi ventilasi perfusi sehingga alveolus akan terlalu sedikit

mengalami pertukaran udara. Akibatnya akan menurunkan kadar oksigen

dalam darah. Banyak ahli berkeyakinan bahwa penyakit emfisema kronik,

Page 116: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

96

pneumonia, asma bronkiale, tuberkulosis (TBC/flek paru) dan sianosis

akan memperberat kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja yang

terpapar oleh debu organik dan anorganik (Price,1995).

Hasil dari penelitian ini menggambarkan pekerja yang tidak

memiliki riwayat penyakit paru lebih banyak dibandingkan dengan

pekerja yang memiliki riwayat penyakit paru. Sedangkan menurut analisis

bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara riwayat

penyakit dengan kapasitas vital paru pekerja percetakan di kawasan Mega

Mall Ciputat tahun 2013.Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Budiono

(2007) tentang gangguan fungsi paru pada pekerja pengecatan mobil di

Semarang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

riwayat penyakit dengan kapasitas vital paru.

Pekerja yang mengalami riwayat penyakit lampau, semuanya

mengalami gangguan pada kapasitas vital parunya. Hal ini dapat

disebabkan karena pekerja yang mempunyai riwayat penyakit lampau

yang berhubungan dengan pernapasan, kemungkinan penyakit tersebut

akan timbul kembali atau bahkan penyakit tersebut sudah menimbulkan

kecacatan pada paru.

Pemilik percetakan sebaiknya menempatkan pekerja yang

mengalami riwayat penyakit yang berhubungan dengan pernafasan di

tempat kerja yang minim bahaya dan penyakit-penyakit yang diperberat

akibat pekerjaan agar tidak bisa berkembang menjadi penyakit baru.

Page 117: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

97

Sedangkan pekerja dapat menghentikan kebiasaan merokok dan

memperbanyak olahraga.

b. Hubungan antara Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Paru

Masa kerja menurut Fahmi (1990) yang dikutip oleh Solech

(2001), mengkategorikannya menjadi dua macam, yaitu masa kerja baru

(< 5 tahun ) dan masa kerja lama (≥ 5 tahun ).

Pajanan berbahaya di lingkungan kerja banyak mengandung bahan

karsinogenik. Bahan karsinogen membutuhkan waktu yang lama untuk

berdampak pada kesehatan pekerja. Semakin lama seseorang dalam

bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan

oleh lingkungan kerja tersebut (Suma’mur, 1988).

Pada pekerja yang berada dilingkungan dengan kadar debu tinggi

dalam waktu lama memiliki risiko tinggi terkena penyakit paru obstruktif.

Masa kerja lama mempunyai kecenderungan sebagai faktor risiko

terjadinya obstruksi pada pekerja di industri yang berdebu.

Dari hasil penelitian pada variabel masa kerja menunjukkan bahwa

pekerja yang memiliki masa kerja lama (≥ 5 tahun ) sama banyak dengan

pekerja yang memiliki masa kerja baru. Dari hasil analisis bivariat

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja

dengan kapasitas vital paru pekerja di industri percetakan Mega Mall

Ciputat tahun 2013.

Page 118: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

98

Hal ini sejalan dengan penelitian Ulinta (1998) di Bandung,

mengatakan bahwa masa kerja di suatu perusahaan yang mengandung

banyak debu mempunyai resiko tinggi untuk timbulnya pneumkoniosis.

Sedangkan hasil penelitian Budiono (2007), tentang gangguan fungsi paru

pada pekerja pengecatan mobil di Semarang menyatakan bahwa, menurut

hasil uji statistik Pvalue sebesar 0,0005 yang berarti ada hubungan masa

kerja yang diterima oleh pekerja pengecetan mobil dengan kapasitas vital

paru.

Dari beberapa penelitian terdahulu tersebut semuanya mendukung

temuan penelitian ini. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh masa kerja

dari setiap pekerja yang berbeda – beda, sesuai dengan pajanan berbahaya

yang diterima oleh pekerja berdasarkan masa kerjanya. Sesuai dengan

teori yang menyatakan semakin lama seseorang dalam bekerja maka

semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh

lingkungan kerja tersebut. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka

semakin beresiko terkena gangguan KPV.

Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia

telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut

(Suma’mur,1996). Sehingga dibutuhkan upaya dan tindakan serius untuk

menerapkan shift kerja agar pajanan berbahaya yang diterima oleh pekerja

tidak semakin lama dan berbahaya bagi kesehatan.

Page 119: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

99

c. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru

Pekerja yang mempunyai kebiasaan merokok dapat mempunyai

risiko atau pemicu timbulnya keluhan subyektif saluran pernafasan dan

gangguan ventilasi paru pada tenaga kerja (Giarno, 1995). Sementara

Lubis (1989) menyatakan tenaga kerja yang sebagai perokok merupakan

salah satu faktor risiko penyebab penyakit saluran pernafasan.

Yunus (1997) mengatakan asap rokok meningkatkan risiko

timbulnya penyakit bronchitis dan kanker paru, untuk itu pekerja

hendaknya berhenti merokok bila bekerja pada tempat yang mempunyai

risiko terjadi penyakit tersebut. Beberapa penelitian tentang bahaya

merokok terhadap kesehatan dan gangguan ventilasi paru dikemukakan

oleh Mangesiha dan Bakele (1998) terdapat hubungan yang signifikan

antara kebiasaan merokok dan gangguan saluran pernafasan.

Hasil pada penelitian ini menunjukkan pekerja yang memiliki

kebiasaan merokok sama banyak dibandingkan dengan pekerja yang tidak

memiliki kebiasaan merokok. Berdasarkan hasil analisis bivariat

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan

merokok dengan kapasitas vital paru pada pekerja di industri percetakan

Megal Mall Ciputat tahun 2013. Hal ini sejalan dengan penelitian Budiono

(2007) tentang gangguan fungsi paru pada pekerja pengecatan mobil di

Semarang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru.

Page 120: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

100

Menurut Suyono (2001) asap rokok mengiritasi paru-paru dan

masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih merendahkan kapasitas vital

paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat kerja. Depkes RI

(2003) menyatakan bahwa pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari

pada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok.

Hal tersebut terdapat pada tabel 5.7 dimana ada sebagian besar

pekerja yang tidak merokok tetapi mengalami gangguan, disini terbukti

bahwa asap rokok dapat membahayakan kesehatan. Hal ini disebabkan

asap rokok akan menghilangkan bulu-bulu silia di saluran pernafasan yang

berfungsi sebagai penyaring udara yang masuk dalam pernafasan

(Faidawati, 2003). Untuk menghindari gangguan kapasitas vital paru

sebaiknya para pekerja yang merokok, untuk berhenti merokok karena

asap rokoknya juga memberikan efek negatif untuk dirinya dan bagi

pekerja yang tidak merokok.

Sebaiknya pekerja dapat menghentikan kebiasaan merokok guna

menjaga kesehatannya dengan menerapkan gaya hidup yang sehat untuk

kualitas hidup yang lebih berkualitas dan produktif. Pemilik percetakan

menerapkan aturan larangan merokok di lingkungan kerja, agar pekerja

yang tidak merokok tidak terpapar oleh pajanan berbahaya yang berasal

dari pekerja lain yang merokok.

Page 121: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

101

d. Hubungan antara Kebiasaan Olahraga dengan Kapasitas Vital Paru

Kebiasaan berolahraga akan menimbulkan Force Vital Capacity

(FVC) seperti yang terjadi pada seorang atlet FVC akan meningkat 30%

sampai dengan 40 % (Talini, 1998). Menurut Wilmore (1994) secara

umum olah raga akan meningkatkan total fungsi paru. Pada banyak

individu yang melakukan olah raga secara teratur maka kapasitas fungsi

paru akan meningkat meskipun hanya sedikit, tetapi pada saat yang

bersamaan residual volume atau jumlah udara yang tidak dapat berpindah

atau keluar dari paru akan menurun.

Dari hasil penelitian ini varibel kebiasaan olahraga

menggambarkan pekerja yang tidak melakukan olahraga lebih banyak

dibandingkan dengan pekerja yang melakukan olahraga. Berdasarkan

analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna dengan

kapasitas vital paru. Hal ini sejalan dengan penelitian Khumaidah (2009)

yang meneliti gangguan fungsi paru pada pekerja mebel di kabupaten

Jepara yang menyatakan bahwa, ada hubungan yang bermakna antara

kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital paru pada pekerja mebel.

Selanjutnya untuk meningkatkan kapasitas fungsi paru, olah raga

yang dilakukan hendaknya mempehatikan 3 hal, yaitu mode atau jenis

olah raga, frekuensi dan durasinya (Budiono, 2007). Dalam penelitian ini

pekerja yang melakukan olahraga juga menggambarkan tentang jenis,

Page 122: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

102

frekuensi dan durasi olahraga yang dilakukan. Dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel 5.6.

Peneliti berasumsi bahwa lebih banyaknya pekerja yang tidak

melakukan olahraga mungkin disebabkan oleh kesibukan yang dijalani

atau mungkin juga disebabkan rasa malas yang timbul karena sudah

merasa lelah dengan pekerjaan yang dilakukan. Padahal menurut Sahab

(1997) Faal paru dan olahraga mempunyai hubungan yang timbal balik,

gangguan faal paru dapat mempengaruhi kemampuan olahraga.

Sebaliknya, latihan fisik yang teratur atau olahraga dapat meningkatkan

faal paru. Seseorang yang aktif dalam latihan akan mempunyai kapasitas

aerobik yang lebih besar dan kebugaran yang lebih tinggi serta kapasitas

paru yang meningkat. Oleh karena itu disarankan kepada pekerja untuk

lebih rajin dalam berolahraga untuk menjaga agar tubuh dalam kondisi

bugar dan nilai kapasitas vital paru (KVP) dalam kondisi normal.

e. Hubungan antara Status Gizi dengan Kapasitas Vital Paru

Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru.

Orang kurus tinggi biasanya memiliki kapasitasnya lebih dari orang

gemuk pendek, status gizi yang berlebihan dengan adanya timbunan

lemak dapat menurunkan compliance dinding dada dan paru sehingga

ventilasi paru akan terganggu akibatnya kapasitas vital paru akan menurun

(Nyoman, 2001). Dengan kesimpulan bahwa orang kurus dan gemuk lebih

Page 123: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

103

beresiko terkena gangguan kapasitas vital paru dibandingkan dengan

orang yang memiliki IMT normal.

Dalam penelitian ini, hasil distribusi frekuensi status gizi pekerja

menggambarkan bahwa pekerja yang tidak beresiko lebih banyak

dibandingkan dengan pekrja yang beresiko. Hasil dari analisis bivariat

menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi

dengan kapasitas vital paru pekerja di industri percetakan Mega Mall

Ciputat tahun 2013. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Budiono

(2007) pada pekerja pada pengecatan mobil yang menunjukkan ada

hubungan antara status gizi dengan kapasitas vital paru.

Dalam hal ini peneliti berkesimpulan bahwa kondisi status gizi

pekerja percetakan di kawasan Mega Mall Ciputat tidak beresiko.

Meskipun demikian, pekerja dengan status gizi tidak beresiko namun

memiliki kebiasaan merokok, akan mempercepat penurunan faal paru

(Depkes RI, 2003). Hal ini sejalan dengan pernyataan Suyono (2001)

bahwa merokok lebih merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan

beberapa bahaya kesehatan akibat kerja. Hal ini didukung pula oleh

analisis lebih lanjut terhadap pekerja yang mengalami gangguan KVP dan

status gizi tidak beresiko ternyata semuaya adalah perokok, berarti

kebiasaan merokok memberi kontribusi terhadap penurunan KVP.

Page 124: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

104

f. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kapasitas Vital Paru

Dalam penelitian ini, hasil analisis univariat menggambarkan

bahwa pekerja dengan jenis kelamin laki – laki lebih banyak dibandingkan

dengan pekerja dengan jenis kelamin perempuan. Sedangkan hasil analisis

bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis

kelamin dengan kapasitas vital paru pekerja di industri percetakan Mega

Mall Ciputat tahun 2013.

Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Yulaekah (2007)

tentang paparan debu terhirup dan gangguan fungsi paru pada pekerja

industri batu kapur kabupaten grobogan, yang mengatakan bahwa ada

hubungan antara jenis kelamin dengan kapasitas vital paru pada pekerja.

Volume paru pria dan wanita terdapat perbedaan bahwa kapasitas paru

total (kapasitas inspirasi dan kapasitas residu fungsional), pria adalah 6,0

liter dan wanita 4,2 liter (Antarudin,2002).

Dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa terdapat variabel lain

yang berpengaruh secara langsung dengan terjadinya gangguan kapasitas

vital paru, yaitu kebiasaan olahraga. Kebiasaan olah raga dapat membantu

meningkatkan fungsi paru. Individu yang mempunyai kebiasaan olah raga

memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik Pekerja yang mempunyai

tingkat kesegaran jasmani yang baik, dapat menjadi faktor protektif

terhadap penurunan fungsi paru. Sebagian besar pekerja yang berjenis

Page 125: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

105

kelamin perempuan tidak melakukan olahraga dan memilik gangguan

KPV.

g. Hubungan antara Umur dengan Kapasitas Vital Paru

Dalam penelitian ini variabel umur menggambarkan bahwa

distribusi rata-rata umur responden di tempat kerja adalah 26 tahun

denganu mur termuda adalah 16 tahun dan tertua adalah 63 tahun.

Sedangkan hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang

bermakna antara umur dengan kapasitas vital paru pekerja di industri

percetakan Mega Mall Ciputat tahun 2013.

Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Siti M (2006),

semakin bertambah usia maka akan dapat menurunkan kapasitas vital paru

seseorang. Begitupun hasil penelitian yang dilakukan Yulaekah (2007)

pada pekerja industri batu kapur menunjukan ada hubungan yang

bermakna antara umur seseorang dengan kapasitas vital paru.

Penelitian ini dapat dijelaskan bahwa terdapat variabel lain yang

berpengaruh secara langsung dengan terjadinya gangguan kapasitas vital

paru, yaitu kadar debu total. Selanjutnya lingkungan yang berdebu dan

masa kerja lama dapat memperburuk kondisi kesehatan pekerja yang

berakibat menimbulkan gangguan kapasitas vital paru.

Page 126: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

106

Selain itu kebiasaan merokok juga merupakan variabel lain yang

tidak kalah penting dalam terjadinya gangguan kapasitas vital paru.

Sebagian besar pekerja yang berumur muda dan merokok juga mengalami

gangguan KVP, hal ini sesuai dengan pernyataan Suyono (2001) bahwa

asap rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah.

Page 127: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

107

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor – faktor yang berhubungan

dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada pekerja di industri percetakan Mega

Mall Ciputat tahun 2013 dengan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pekerja yang mengalami gangguan KPV lebih banyak daripada pekerja yang

tidak mengalami gangguan KPV, yaitu sebanyak 50 pekerja (71,4%).

2. Ada hubungan yang bermakna antara kadar debu total (Pvalue = 0,036) dan

ventilasi ruangan (Pvalue = 0,025) dengan KVP pada pekerja.

3. Ada hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit (Pvalue = 0,027), masa

kerja (Pvalue = 0,000), kebiasaan merokok (Pvalue = 0,000) dan kebiasaan

olahraga (Pvalue = 0,000) dengan KVP pada pekerja. Sedangkan tidak ada

hubungan yang bermakna antara status gizi (Pvalue = 1,000) , jenis kelamin

(Pvalue = 1,000) dan umur (Pvalue = 0,948) dengan KVP pada pekerja.

Page 128: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

108

B. Saran

1. Saran Bagi Pekerja

a. Pekerja dapat menghentikan kebiasaan merokok dan menerapkan gaya

hidup sehat guna kehidupan yang berkualitas dan produktif.

b. Pekerja lebih rajin dalam berolahraga minimal 3-5 kali seminggu dengan

durasi 20-60 menit per hari, agar tubuh dalam kondisi bugar dan

mendapatkan nilai KPV dalam kondisi normal.

c. Pekerja wajib menggunakan APD selama berada di lingkungan kerja agar

dapat meminimalisir pajanan berbahaya yang ada di lingkungan kerja.

2. Saran Bagi Pemilik Industri Percetakan

a. Sebaiknya pemilik percetakan memperhatikan ventilasi ruangan, dalam

hal ini untuk membuat local exhaust guna menjaga kualitas udara di

dalam ruangan.

b. Sebaiknya pemilik percetakan menerapkan aturan dilarang merokok di

lingkungan kerja agar pekerja yang tidak merokok tidak terpapar pajanan

berbahaya dari asap rokok.

c. Sebaiknya pemilik percetakan memberikan pendidikan dan pelatihan agar

mereka dapat mengenal secara langsung bahaya yang ada di tempat kerja

dan sadar akan pentingnya hidup sehat.

d. Menerapkan shift kerja agar pajanan berbahaya yang diterima oleh pekerja

di lingkungan kerja tidak melebihi dari NAB yang telah ditetapkan.

Page 129: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

109

e. Pemilik percetakan sebaiknya menempatkan pekerja yang mengalami

riwayat penyakit yang berhubungan dengan pernafasan di tempat kerja

yang minim bahaya dan penyakit-penyakit yang diperberat akibat

pekerjaan tidak bisa berkembang menjadi penyakit baru.

f. Sebaiknya pemilik percetakan menyediakan masker yang sesuai dengan

potensi bahaya di lingkungan kerja percetakan agar pekerja merasa

diperhatikan dan terpacu untuk menggunakannya.

g. Berdasarkan penelitian ini, ditemukan 100% pekerja tidak menggunakan

masker maka disarankan agar pemilik percetakan membuat aturan yang

mewajibkan pekerja menggunakan masker dengan benar saat bekerja.

3. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya

a. Untuk Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat melanjutkan analisis sampai

multivariat, sehingga diketahui faktor yang paling berhubungan dengan

KVP.

b. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menganalisis kebiasaan olahraga

berdasarkan jenis, frekuensi dan durasinya.

c. Perlu diadakan penelitian lanjutan terhadap variabel yang belum diteliti

pada penelitian ini, seperti paparan debu yang diterima pekerja.

Page 130: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Tri Widodo. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru

Pada Pekerja Pembuatan Genteng. Skripsi. UNNES, 2007.

Ahmadi UF. Kesehatan lingkungan kerja lingkungan fisik dalam upaya kesehatan

kerja sector informal. Direktorat Bina Peran Serta masyaakat. Depkes RI.

Jakarta. 1990 :1–10.

Ambarkati, Arum. Takaran Olahraga Yang Benar Dan Aman. 2012. Diakses pada

tanggal 14 Januari 2013 available http://olah-raga-

indonesia.blogspot.com/2012/04/takaran-olahraga-yang-benar-dan-aman.html

Amin,M. Patogenesis dan Pengobatan Pada Penyakit Paru Obstruksi Kronik.

Konggres Nasional X PDPI. Solo. 2005.

Antarudin. Pengaruh Debu Padi Pada Faal Paru Pekerja Kilang Padi Yang Merokok

Dan Tidak Merokok. Program Pendidikan Dokter Spesialis Paru, FKUSU,

Sumatera Utara, 2002.

Anonym, http://www . Pikiran rakyat.com. Penyakit Paru Akibat Debu Industri.

(diakses pada tanggal 14 Februari 2012).

Bannet, W.L. Buku ajar penyakit paru (edisi bahasa Indonesia). Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1997: 40 – 57.

Budiono, Irwan. Faktor Risiko Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Pengecatan

Mobil. Tesis UNDIP Semarang, 2007.

Corwin, Elizabeth. J., Buku Saku Patofisiologi. Cetakan I. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta. 2001.

Depkes RI. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja. Jakarta.

1990.

Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI dan Keputusan Dirjen PPM&PLP

tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Jakarta. 2002.

Depatemen Tenaga Kerja. Nilai ambang batas faktor kimia di udara lingkugan kerja.

Depatemen Tenaga Kerja Badan Perencanaan dan Pengembangan Tenaga

Page 131: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

Kerja Pusat HIPERKES dan Keselamatan Kerja Proyek Pengembangan

Hygiene dan Kesehatan Kerja Tahun anggaran 1997/1998. Jakarta. 1998.

Faidawati, Ria. Penyakit paru obstruktif kronik dan asma akibat kerja. Journal of the

Indonesia Association of Pulmonologist. Jakarta. 2003 : 7 - 11.

Guyton C, Arthur. Fisiologi Kedokteran, Alih bahasa Ken Ariata Tengadi Edisi 7

Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 1994 : 627 – 646.

Giam.C.K, The.K.C. Ilmu Kedokteran Olahraga.Binarupa Aksara. Jakarta, 1996.

Ichsan, Slamet. Kumpulan Makalah Seminar K3 RS Persahabatan: Kesehatan dan

Keselamatan Kerja : Pemantauan Lingkungan dan Kesehatan Tenaga Kerja.

Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). 2002.

Ikhsan, Muhtar. 2002. Penatalaksanaan penyakit akibat kerja, Kumpulan Makalah

Seminar K3 Rs Persahabatan Tahun 2001 Dan 2002, Universitas Indonesia,

2002.

Khumaidah. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi

Paru Pada Pekerja Mebel Di PT Kota Jati Furnindo Desa Suwawal

Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. 2009. TESIS, UNDIP.

Levy, Stuart A. Introduction to occupational pulmonary disease. In : Carl Zens.

Occupational Medicine, 3th ed. London : Mosby. 1994: 167 – 170.

Lubis, P. Perumahan Sehat,Proyek Pengembangan Tenaga Kesehatan Pusat

Diknakes, 1989. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Malaka, T. Evaluasi Bahan Pencemar di Udara Lingkungan. Jurnal Respir Vol 16.

Jakarta. 1996.

McKay, Roy T; Horvath, Edward. Pulmonary function testing in industry. In : Carl

Zens. Occupational Medicine, 3th ed. London : Mosby. 1994: 229 – 235.

Megesha. Y. A, Bekele. A Relative Chronic Effect of Different Occupotional dust on

Respirator Indeces amd Health Of Workers in Three Ethopian Factories.

1998. In Jour In Med, 1998;34:373-380.

Mila. Siti Muslikatul. Hubungan Antara Masa Kerja, Pemakaian APD Pernafasan

(Masker) Pada Tenaga Kerja Pengamplasan Dengan Kapasitas Fungsi Paru

PT Ascent House Pecangaan Jepara.Skripsi. UNNES. 2006..

Page 132: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

Mukono, H.J. Pencemaran Udara dan Pengaruh terhadap Gangguan Saluran

Pernafasan. Airlangga University Press. Surabaya. 1997.

Nur. Kartika Wijayanti. Pengaruh Pemakaian Kacamata Las Terhadap Ketajaman

Penglihatan Pada Pekerja Las Karbit Di Wilayah Pinggir D.I. Panjaitan

Kota Semarang. Skripsi. UNNES. Semarang. 2005.

Pearce, Evelyn. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic, Alih Bahasa Sri Yuliani

Handoyo, Gramedia. Jakarta. 1991.

Price, Sylvia Anderson and Wilson, Lorraine McCarty. Fisiologi proses proses

penyakit. Alih bahasa Peter Anugrah. EGC. Jakarta. 1995 : 646 -715.

Pudjiastuti. Wiwiek. Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta :

Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI. 2003.

Raharjoe, N. Boediman, L dkk. Perkembangan dan Masalah Pulmonology Anak Saat

Ini. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1994.

Siregar, Adelina. Hubungan Pemajanan Debu terhadap Kelainan Fungsi Paru

Tenaga Kerja di Industri Keramik “A” Kabupaten Tangerang, Banten Tahun

2004. Tesis FKM UI – Depok. 2004.

Sugenghartono. Olahraga Ringan Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

2012. Diakses pada tanggal 14 Januari 2013, Available

http://sugenghartono.com/olahraga-ringan-pada-penyakit-paru-obstruktif-

kronik-ppok/

Sulistomo, Astrid. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja Dan Sistem Rujukan. Cermin

Dunia Keguruan No. 136, 2002.

Supariasa. I Dewa Nyoman, dkk. 2001. Penentuan Status Gizi. Jakarta: EGC

Suma’mur, P.K.. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. CV Haji Mas Agung.

Jakarta. 1988.

Solech. Muhammad. Hubungan Lama Pemaparan Debu Kapur Tulis dengan

Kapasitas Vital Fungsi Paru (FVC & FEV1) Guru SLTPN 1Grobogan Juni

2001. Skripsi. Semarang: UNDIP. 2001.

Tabrani, Rab. Ilmu Penyakit Paru. Penerbit Hiperkes. Jakata. 1996: 10 - 27.

Tambayong. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan. Rineka Cipta. Jakarta. 2001.

Page 133: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

Tresnaningsih, Erna. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia : Ruang

Lingkup dan Metode Kesehatan Kerja. Cetakan II. Departemen Kesehatan RI.

Jakarta. 1990.

Ulinta B. Analisis Epidemiologi Pneumoconiosis Pada Pekerja Tambang Batu Di

Bandung Berdasarkan X Ray Paru Klasifikasi Dan Faktor-Faktor Yang

Berhubungan. Tesis, PSIKM UI , Jakarta. 1998.

Van Wicklen, GL and Beard,FR. Respirable Aerrosol Generation by Wood Working

Equipment, Aplied Engineering in Agriculture, 9:391-395, Oktober 2006.

(http/www.who.int/environmental information/air/guideline.html)

Wahyuningsih, Faisal Yunus, Mukhtar Ikhsan. Dampak inhalasi cat semprot

terhadap kesehatan paru. Cermin kedokteran (138). 2003 : 12 - 17.

World Health Organization. Early Detection of Occupational Diseases. WHO,

Geneva, Swiss. 1986.

WHO. Deteksi dini penyakit akibat kerja. Alih bahasa Joko Suyono. EGC.

Jakarta. 1995 : 64 - 69.

Yulaekah, Siti. Paparan Debu Terhirup Dan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja

Industri Batu Kapur. Tesis UNDIP Semarang, 2007.

Yunus, F. Dampak Debu Industri pada Paru dan Pengendaliannya. 1997: Jurnal

Respirologi Indonesia. Vol 17. 1997; 4-7 .

Page 134: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

Nomor Responden :

Nama

KUESIONER PENELITIAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian tentang Faktor-Faktor yang

berhubungan dengan kapasitas vital paru pada pekerja percetakan di kawasan Mega

Mall Ciputat tahun 2013. Hasil penelitian ini merupakan tugas akhir dari peneliti

untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Untuk itu, saya

mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner ini secara jujur

dan lengkap.

Pengisian kuesioner ini tidak akan berpengaruh terhadap pekerjaan

Bapak/Ibu/Saudara. Atas kerja sama dan perhatian Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya.

Saya menyatakan bahwa saya telah membaca pernyataan di atas, dan saya

setuju untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Wassallamu’alaikum Wr. Wb,

Jakarta, Februari 2013

Peneliti Responden

( Ahmad Hasyim Rasyid ) ( )

Page 135: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

Diisi oleh peneliti

GANGGUAN FUNGSI PARU

1 Hasil pengukuran Kapasitas Vital Paru?

0. Ada gangguan (Restriktif, campuran dan obstruktif)

1. Tidak ada gangguan (Normal)

A1 ( )

KADAR DEBU TOTAL

2 Hasil pengukuran paparan debu di ruang percetakan?

………………… mg/m3

B1 ( )

STATUS GIZI (IMT)

3 Berat badan anda

C1 ( )

Tinggi badan C2 ( )

RIWAYAT PENYAKIT

4 Berdasarkan hasil pemeriksaaan kesehatan, responden didiagnosis

memiliki penyakit pernapasan?

0. Ya

1. Tidak

D1 ( )

Jika ya, penyakit pernapasan apa yang responden alami?

a. Asma (sesak nafas)

b. Bronkitis kronik (batuk berdahak)

c. Pneumonia (paru-paru basah)

d. Tuberkulosis (TBC/flek paru)

e. Lainnya, sebutkan ……………………………………………..

D2 ( )

D3 ( )

D4 ( )

D5 ( )

D6 ( )

..…..kg

……cm

Page 136: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

1. Isilah kuesioner penelitian ini sesuai dengan kondisi anda.

2. Beri tanda silang ( X ) pada jawaban yang paling sesuai dengan kondisi anda.

3. Kejujuran anda menjawab kuesioner ini, sangat saya harapkan.

Diisi oleh responden/pekerja

UMUR

1 Pada tanggal, bulan dan tahun berapa anda lahir?

A1 ( )

JENIS KELAMIN

2 Jenis kelamin?

0. Laki-laki

1. Perempuan

B1 ( )

MASA KERJA

3 Sejak kapan anda bekerja di percetakan?

C1 ( )

4 Apakah sebelumnya anda juga bekerja di percetakan?

0. Ya

1. Tidak

Jika ya, lanjut ke pertanyaan no.4, jika tidak langsung ke no.5

C2 ( )

5 Sejak kapan anda bekerja di tempat sebelumnya? C3 ( )

6 Jika tidak, anda dulu bekerja sebagai

-…………………

-…………………

-…………………

C4 ( )

Tgl……bulan…………tahun……..

……

tahun…………

tahun…………

Page 137: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

7 Apakah di pekerjaan anda sebelumnya sudah ada paparan debu ?

0. Ada

1. Tidak ada

C5 ( )

KEBIASAAN MEROKOK

8 Apakah anda merokok ?

0. Ya

1. Tidak

Jika ya, lanjut ke pertanyaan no.8, jika tidak langsung ke no.10

D1 ( )

9 Sudah berapa lama anda merokok?

D2 ( )

10 Berapa batang anda merokok dalam sehari? D3 ( )

KEBIASAAN OLAHRAGA

11 Apakah anda biasa melakukan Olahraga?

0. Tidak

1. Ya

Jika ya, lanjut ke pertanyaan no.11, jika tidak, kuisioner selesai

E1 ( )

12 Apabila ya, jenis olahraga apa yang anda lakukan?

-…………………

-…………………

-…………………

E2 ( )

13 Berapa banyak anda berolahraga dalam seminggu?

E3 ( )

14 Setiap kali melakukan olahraga berapa menit lamanya?

E4 ( )

…...…batang

…...…kali

……….tahun/……..bulan

…...…menit

Page 138: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

FORM DIAGNOSIS RIWAYAT PENYAKIT

No. Nama Pekerja Anamnesis Diagnosis Keterangan

Pemeriksa

( )

Page 139: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

UNIVARIAT

KATEGORIK

KVP

kapasitas vital paru responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada gangguan 50 71.4 71.4 71.4

tidak ada gangguan 20 28.6 28.6 100.0

Total 70 100.0 100.0

KADAR DEBU TOTAL

kadar debu total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak memenuhi NAB 40 57.1 57.1 57.1

memenuhi NAB 30 42.9 42.9 100.0

Total 70 100.0 100.0

VENTILASI RUANGAN

ventilasi ruangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tdk memenuhi syarat 55 78.6 78.6 78.6

memenuhi syarat 15 21.4 21.4 100.0

Total 70 100.0 100.0

STATUS GIZI

status gizi responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid beresiko 27 38.6 38.6 38.6

tdk beresiko 43 61.4 61.4 100.0

Total 70 100.0 100.0

Page 140: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

RIWAYAT PENYAKIT

riwayat penyakit responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid pernah 11 15.7 15.7 15.7

tdk pernah 59 84.3 84.3 100.0

Total 70 100.0 100.0

MASA KERJA

masa kerja responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid lama 35 50.0 50.0 50.0

baru 35 50.0 50.0 100.0

Total 70 100.0 100.0

JENIS KELAMIN

jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 63 90.0 90.0 90.0

perempuan 7 10.0 10.0 100.0

Total 70 100.0 100.0

KEBIASAAN MEROKOK

status merokok responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Merokok 35 50.0 50.0 50.0

tidak merokok 35 50.0 50.0 100.0

Total 70 100.0 100.0

Page 141: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

KEBIASAAN OLAHRAGA

kebiasaan olahraga responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 54 77.1 77.1 77.1

ya 16 22.9 22.9 100.0

Total 70 100.0 100.0

JENIS OLAHRAGA

jenis olahraga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid aerobik 11 68.8 68.8 68.8

anaerobik 5 31.2 31.2 100.0

Total 16 100.0 100.0

FREKUENSI OLAHRAGA

frekuensi olahraga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 3 atau > 5 kali seminggu 14 87.5 87.5 87.5

3 – 5 kali seminggu 2 12.5 12.5 100.0

Total 16 100.0 100.0

DURASI OLAHRAGA

durasi olahraga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 20 menit atau > 60 menit 5 31.2 31.2 31.2

20 – 60 menit 11 68.8 68.8 100.0

Total 16 100.0 100.0

Page 142: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

NUMERIK

UMUR

Descriptives

Statistic Std. Error

umur responden Mean 26.53 1.050

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 24.43

Upper Bound 28.62

5% Trimmed Mean 25.55

Median 24.00

Variance 77.209

Std. Deviation 8.787

Minimum 16

Maximum 63

Range 47

Interquartile Range 9

Skewness 1.905 .287

Kurtosis 4.418 .566

Page 143: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

BIVARIAT

UJI NORMALITAS DATA

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kadar debu total

N 70

Normal Parametersa Mean .14874

Std. Deviation .014839

Most Extreme Differences Absolute .303

Positive .247

Negative -.303

Kolmogorov-Smirnov Z 2.537

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Test distribution is Normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kadar debu total umur responden

N 70 70

Normal Parametersa Mean .14874 26.53

Std. Deviation .014839 8.787

Most Extreme Differences Absolute .303 .183

Positive .247 .183

Negative -.303 -.139

Kolmogorov-Smirnov Z 2.537 1.534

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .018

a. Test distribution is Normal.

KADAR DEBU TOTAL*KPV

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kadar debu total * kapasitas vital paru responden

70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

Page 144: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

kadar debu total * kapasitas vital paru responden Crosstabulation

kapasitas vital paru responden

Total

ada gangguan tidak ada gangguan

kadar debu total tidak memenuhi NAB Count 33 7 40

% within kadar debu total 82.5% 17.5% 100.0%

memenuhi NAB Count 17 13 30

% within kadar debu total 56.7% 43.3% 100.0%

Total Count 50 20 70

% within kadar debu total 71.4% 28.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.606a 1 .018

Continuity Correctionb 4.411 1 .036

Likelihood Ratio 5.606 1 .018

Fisher's Exact Test .031 .018

Linear-by-Linear Association 5.526 1 .019

N of Valid Casesb 70

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.57.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for kadar debu total (tidak memenuhi NAB / memenuhi NAB)

3.605 1.213 10.715

For cohort kapasitas vital paru responden = ada gangguan

1.456 1.032 2.054

For cohort kapasitas vital paru responden = tidak ada gangguan

.404 .184 .888

N of Valid Cases 70

Page 145: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

VENTILASI RUANGAN*KPV

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

ventilasi ruangan * kapasitas vital paru responden

70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

ventilasi ruangan * kapasitas vital paru responden Crosstabulation

kapasitas vital paru responden

Total

ada gangguan tidak ada gangguan

ventilasi ruangan tdk memenuhi syarat Count 43 12 55

% within ventilasi ruangan 78.2% 21.8% 100.0%

memenuhi syarat Count 7 8 15

% within ventilasi ruangan 46.7% 53.3% 100.0%

Total Count 50 20 70

% within ventilasi ruangan 71.4% 28.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.736a 1 .017

Continuity Correctionb 4.295 1 .038

Likelihood Ratio 5.324 1 .021

Fisher's Exact Test .025 .022

Linear-by-Linear Association 5.654 1 .017

N of Valid Casesb 70

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.29.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 146: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for ventilasi ruangan (tdk memenuhi syarat / memenuhi syarat)

4.095 1.234 13.588

For cohort kapasitas vital paru responden = ada gangguan

1.675 .958 2.929

For cohort kapasitas vital paru responden = tidak ada gangguan

.409 .205 .815

N of Valid Cases 70

STATUS GIZI*KPV

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

status gizi responden * kapasitas vital paru responden

70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

status gizi responden * kapasitas vital paru responden Crosstabulation

kapasitas vital paru responden

Total

ada gangguan tidak ada gangguan

status gizi responden beresiko Count 19 8 27

% within status gizi responden

70.4% 29.6% 100.0%

tdk beresiko Count 31 12 43

% within status gizi responden

72.1% 27.9% 100.0%

Total Count 50 20 70

% within status gizi responden

71.4% 28.6% 100.0%

Page 147: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .024a 1 .877

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .024 1 .877

Fisher's Exact Test 1.000 .543

Linear-by-Linear Association .024 1 .877

N of Valid Casesb 70

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.71.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for status gizi responden (beresiko / tdk beresiko)

.919 .318 2.657

For cohort kapasitas vital paru responden = ada gangguan

.976 .718 1.327

For cohort kapasitas vital paru responden = tidak ada gangguan

1.062 .499 2.257

N of Valid Cases 70

RIWAYAT PENYAKIT*KPV

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

riwayat penyakit responden * kapasitas vital paru responden

70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

Page 148: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

riwayat penyakit responden * kapasitas vital paru responden Crosstabulation

kapasitas vital paru responden

Total

ada gangguan tidak ada gangguan

riwayat penyakit responden pernah Count 11 0 11

% within riwayat penyakit responden

100.0% .0% 100.0%

tdk pernah Count 39 20 59

% within riwayat penyakit responden

66.1% 33.9% 100.0%

Total Count 50 20 70

% within riwayat penyakit responden

71.4% 28.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.220a 1 .022

Continuity Correctionb 3.691 1 .055

Likelihood Ratio 8.195 1 .004

Fisher's Exact Test .027 .017

Linear-by-Linear Association 5.146 1 .023

N of Valid Casesb 70

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.14.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort kapasitas vital paru responden = ada gangguan

1.513 1.260 1.816

N of Valid Cases 70

JENIS KELAMIN*KPV

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis kelamin responden * kapasitas vital paru responden

70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

Page 149: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

jenis kelamin responden * kapasitas vital paru responden Crosstabulation

kapasitas vital paru responden

Total

ada gangguan tidak ada gangguan

jenis kelamin responden laki-laki Count 45 18 63

% within jenis kelamin responden

71.4% 28.6% 100.0%

perempuan Count 5 2 7

% within jenis kelamin responden

71.4% 28.6% 100.0%

Total Count 50 20 70

% within jenis kelamin responden

71.4% 28.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .000a 1 1.000

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .000 1 1.000

Fisher's Exact Test 1.000 .684

Linear-by-Linear Association .000 1 1.000

N of Valid Casesb 70

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for jenis kelamin responden (laki-laki / perempuan)

1.000 .178 5.632

For cohort kapasitas vital paru responden = ada gangguan

1.000 .610 1.639

For cohort kapasitas vital paru responden = tidak ada gangguan

1.000 .291 3.437

N of Valid Cases 70

Page 150: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

UMUR*KPV

Ranks

kapasitas vital paru responden N Mean Rank Sum of Ranks

umur responden ada gangguan 50 35.60 1780.00

tidak ada gangguan 20 35.25 705.00

Total 70

Test Statistics

a

umur responden

Mann-Whitney U 495.000

Wilcoxon W 705.000

Z -.065

Asymp. Sig. (2-tailed) .948

a. Grouping Variable: kapasitas vital paru responden

MASA KERJA*KPV

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

masa kerja responden * kapasitas vital paru responden

70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

masa kerja responden * kapasitas vital paru responden Crosstabulation

kapasitas vital paru responden

Total

ada gangguan tidak ada gangguan

masa kerja responden lama Count 34 1 35

% within masa kerja responden

97.1% 2.9% 100.0%

baru Count 16 19 35

% within masa kerja responden

45.7% 54.3% 100.0%

Total Count 50 20 70

% within masa kerja responden

71.4% 28.6% 100.0%

Page 151: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 22.680a 1 .000

Continuity Correctionb 20.230 1 .000

Likelihood Ratio 26.413 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 22.356 1 .000

N of Valid Casesb 70

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for masa kerja responden (lama / baru)

40.375 4.960 328.667

For cohort kapasitas vital paru responden = ada gangguan

2.125 1.474 3.063

For cohort kapasitas vital paru responden = tidak ada gangguan

.053 .007 .372

N of Valid Cases 70

KEBIASAAN MEROKOK*KPV

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

status merokok responden * kapasitas vital paru responden

70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

Page 152: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

status merokok responden * kapasitas vital paru responden Crosstabulation

kapasitas vital paru responden

Total

ada gangguan tidak ada gangguan

status merokok responden merokok Count 33 2 35

% within status merokok responden

94.3% 5.7% 100.0%

tidak merokok Count 17 18 35

% within status merokok responden

48.6% 51.4% 100.0%

Total Count 50 20 70

% within status merokok responden

71.4% 28.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 17.920a 1 .000

Continuity Correctionb 15.750 1 .000

Likelihood Ratio 19.934 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 17.664 1 .000

N of Valid Casesb 70

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for status merokok responden (merokok / tidak merokok)

17.471 3.621 84.286

For cohort kapasitas vital paru responden = ada gangguan

1.941 1.367 2.756

For cohort kapasitas vital paru responden = tidak ada gangguan

.111 .028 .443

N of Valid Cases 70

Page 153: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

KEBIASAAN OLAHRAGA*KPV

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kebiasaan olahraga responden * kapasitas vital paru responden

70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

kebiasaan olahraga responden * kapasitas vital paru responden Crosstabulation

kapasitas vital paru responden

Total

ada gangguan tidak ada gangguan

kebiasaan olahraga responden

tidak Count 45 9 54

% within kebiasaan olahraga responden

83.3% 16.7% 100.0%

ya Count 5 11 16

% within kebiasaan olahraga responden

31.2% 68.8% 100.0%

Total Count 50 20 70

% within kebiasaan olahraga responden

71.4% 28.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 16.406a 1 .000

Continuity Correctionb 13.953 1 .000

Likelihood Ratio 15.222 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 16.172 1 .000

N of Valid Casesb 70

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.57.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 154: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … · gizi, riwayat penyakit dan jens kelamin. Sampel Penelitian sebanyak . 7. 0. orang . pekerja . percetakan. Pengumpulan . ... memperhatikan

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for kebiasaan olahraga responden (tidak / ya)

11.000 3.069 39.429

For cohort kapasitas vital paru responden = ada gangguan

2.667 1.277 5.570

For cohort kapasitas vital paru responden = tidak ada gangguan

.242 .123 .479

N of Valid Cases 70